SKRIPSI
CUT FITRIA
NIM. 11170970000001
SKRIPSI
Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains (S.Si)
CUT FITRIA
NIM.11170970000001
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Program Studi Fisika
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN
Skripsi yang berjudul Analisis Hasil Pengelasan Baja HB 500 dengan Baja ST
42 menggunakan Metode Gas Metal Arc Welding (GMAW) di PT. Pindad
(Persero) yang telah disusun oleh Cut Fitria dengan NIM 11170970000001 telah
diujikan dan dinyatakan lulus dalam sidang munaqasyah Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada 19 Agustus
2019. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Sains (S.Si) pada Program Studi Fisika.
Menyetujui,
Penguji I Penguji II
Mengetahui,
iii
ANALISIS HASIL PENGELASAN BAJA HB 500 DENGAN
BAJA ST 42 MENGGUNAKAN METODE GAS METAL ARC
WELDING (GMAW) DI PT. PINDAD (PERSERO)
SKRIPSI
CUT FITRIA
NIM. 11170970000001
SKRIPSI
Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains (S.Si)
CUT FITRIA
NIM.11170970000001
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Program Studi Fisika
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN
Skripsi yang berjudul Analisis Hasil Pengelasan Baja HB 500 dengan Baja ST
42 menggunakan Metode Gas Metal Arc Welding (GMAW) di PT. Pindad
(Persero) yang telah disusun oleh Cut Fitria dengan NIM 11170970000001 telah
diujikan dan dinyatakan lulus dalam sidang munaqasyah Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada 19 Agustus
2019. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Sains (S.Si) pada Program Studi Fisika.
Menyetujui,
Penguji I Penguji II
………. ……….
NIP.19………………… NIP.19…………………
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
iii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Hasil Pengelasan
Baja HB 500 dengan Baja ST 42 menggunakan Metode Gas Metal Arc
Welding (GMAW) di PT. Pindad (Persero) adalah benar merupakan karya saya
sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunannya. Adapun
kutipan yang ada dalam penyusunan karya ini telah saya cantumkan sumber
kutipannya dalam skripsi.
Cut Fitria
NIM.11170970000001
iii
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian terhadap pengelasan disimmilar antara Baja Tahan Aus
HB 500 dengan Baja Konstruksi ST 42 menggunakan metode Gas Metal Arc
Welding (GMAW) untuk menentukan struktur mikro dan sifat mekanik yang
dihasilkan. Baja Tahan Aus HB 500 diketahui merupakan baja dengan paduan
rendah dengan kekerasan tinggi (High Strength Low Alloy Steel/ HSLA) yang
memiliki kekerasan sebesar 500 Hardness Brinell. Sedangkan Baja Konstruksi ST
42 sendiri merupakan baja karbon rendah dengan kekuatan tarik 415 MPa yang
memiliki sifat mampu las yang baik. Pengelasan dilakukan dengan memvariasikan
jumlah lapisan dan kuat arus. Hasil paling optimal terdapat pada perlakuan
pengelasan dengan jumlah lapisan sebanyak 4 (empat) dan kuat arus antara 80 –
150 A dengan dengan nilai kekuatan tarik sebesar 434,689 – 444,582 MPa,
kekuatan tekuk sebesar 958.168 – 969.165 MPa dan kekerasannya sebesar 591,78
HV pada daerah logam las.
Kata kunci : Baja Tahan Aus, Baja Konstruksi, Struktur Mikro dan Sifat
Mekanik
iv
ABSTRACT
Research of Disimmilar welding has been carried out between HB 500 Wear-
resistant Steel and ST 42 Construction Steel by using the Gas Metal Arc Welding
(GMAW) method to examine the microstructure and mechanical properties which
produced. The HB 500 wear-resistant steel is known as High Strength Low Alloy
Steel (HSLA) that has a hardness of 500 Brinell Hardness, whereas the ST 42
construction steel is a low carbon steel with a tensile strength of 415 MPa which
has a good weldability. Welding is done by varying the number of layers and the
current strength. The most optimal results are found in the welding treatment with
a total of 4 (four) layers and a current strength between 80 - 150 A generate a
tensile strength value of 434,689 - 444,582 MPa, a bending strength of 958,168 -
969,165 MPa and a hardness of 591.78 HV in the weld metal area.
v
KATA PENGANTAR
Segala puji kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya pada tempo ini saya dapat melaksanakan seluruh proses penelitian di
PT. Pindad (Persero) dari awal hingga penyelesaian laporan dengan judul
“Analisis Hasil Pengelasan Baja HB 500 dengan Baja ST 42 menggunakan
Metode Gas Metal Arc Welding (GMAW) di PT. Pindad (Persero) ”.
Penulisan skripsi ini tergolong jauh dari sempurna. Maka dari itu, kritik
dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk peningkatan kualitas tulisan-
tulisan berikutnya. Semoga skripsi ini dapat membawa manfaat untuk civitas
akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya mahasiswa/i Program
Studi Fisika. Semoga kita tetap senantiasa semangat dalam menuntut ilmu,
meningkatkan produktivitas dan menjaga kesehatan di masa transisi normal baru
Pandemi Covid-19 ini.
Cut Fitria
NIM.11170970000001
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
1. Bpk. Teuku Jamaluddin (Alm) dan Ibu Seha yang telah memberikan jasa
fundamental selama ini
2. Erwin H. Al-Jakartaty selaku Wakil Komandan Komando Nasional
Resimen Mahasiswa Indonesia, yang telah memberikan semangat dan
dukungan untuk senantiasa mengimplementasikan Panca Dharma Satya
Resimen Mahasiswa Indonesia
3. Bpk. Zen Wahyudin selaku Vice President Penjaminan Mutu & K3LH PT.
Pindad (Persero), yang telah memberikan kesempatan untuk dapat
melaksanakan penelitian tugas akhir
4. Bpk. Trisno Mardi Yanto selaku Manager Pengembangan Kompetensi
Teknikal dan Sertifikasi PT. Pindad (Persero), yang telah memberikan
kesempatan untuk dapat melaksanakan penelitian tugas akhir
5. Ibu Tati Zera, M.Si selaku Kepala Program Studi Fisika, yang selama ini
memberikan petunjuk dan arahan untuk pelaksanaan kegiatan akademik
6. Bpk. Arif Tjahjono, S.T, M.Si selaku Pembimbing I dari Program Studi
Fisika, yang telah memberikan suplemen penunjang terkait ilmu material
bahan, bimbingan pelaksanaan penelitian tugas akhir dan motivasi semangat
untuk selalu berjuang dan konsisten
7. Bpk. Iwan Setiawan selaku Pembimbing II dari PT. Pindad (Persero), yang
telah memberikan bimbingan dan arahan kegiatan lapangan selama
pelaksanaan penelitian hingga proses penulisan selesai
8. Bapak/Ibu Dosen Program Studi Fisika UIN Jakarta atas ilmu dan
pengetahuan selama melaksanakan kegiatan perkuliahan
9. Keluarga Besar Komando Resimen Mahasiswa Satuan “Wira Dharma” UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
10. Seluruh mahasiswa di Program Studi Fisika UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK iv
ABSTRACTS v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR x
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Perumusan Masalah 6
1.3 Batasan Masalah 6
1.4 Tujuan 7
1.5 Manfaat 7
1.6 Sistematika Penulisan 8
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
x
Gambar 3.16 Diagram Tahapan Penelitian 88
Gambar 4.1 Hasil Pengujian Tarik 105
Gambar 4.2 Hasil Pengujian Tekuk 109
Gambar 4.3 Skema pengujian kekerasan 113
Gambar 4.4 Grafik pengujian kekerasan 114
xi
BAB I
PENDAHULUAN
bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.
merupakan faktor utama yang menjadi dasar dalam penyusunan desain sistem
pertahanan negara [1]. Dinamika ancaman ini dapat berupa ancaman aktual
berasal dari dalam negeri maupun luar negeri) dan ancaman potensial
(ancaman yang belum terjadi dan dapat terjadi dalam situasi tertentu) [2]. Hal
rakyat Indonesia.
1
produk militer yang berupa kendaraan lapis baja bahkan telah mampu
diproduksi oleh PT. Pindad seperti panser 6x6 Anoa, kendaraan taktis 4x4
Komodo dan yang terbaru yaitu kendaraan taktis 4x4 Maung. Semua produk
Sementara itu, perubahan yang terjadi pada era revolusi industri 4.0.
pada industri. Bentuk pengembangan ini salah satunya yang dilakukan oleh
manufaktur yang bergerak dalam bidang produk militer dan produk komersial
non militer. Adapun salah satu material yang secara dominan digunakan
kekuatan besi gubal (scrap besi). Baja dapat dibuat dari besi yang ditempa
pada jangka waktu tertentu dalam api arang yang panas. Besi panas inilah
yang menyerap karbon dari arang, sehingga atom karbon berdifusi ke dalam
kisi besi. Hasilnya adalah paduan larutan padat besi-karbon yang kita kenal
2
mangan, silikon, nikel, kromium, molibdenum, vanadium, columbium
berbagai macam baja yang ada, kategori baja yang paling banyak digunakan
dibidang pertahanan adalah baja tahan aus dan baja konstruksi, karena baja-
salah satunya yaitu Baja Tahan Aus HB 500 yang biasa disebut baja Armor
atau baja lapis baja dengan nilai kekerasan sebesar 500 Hardness Brinell.
berbagai ancaman di medan perang. Dengan sifatnya yang keras dan tahan
aus serta mampu las yang baik, baja jenis ini banyak digunakan dalam
dipadukan dengan baja armor untuk membuat produk tahan peluru. Adapun
jenis baja konstruksi yang digunakan harus yang unalloyed (tidak terlapisi
banyak elemen) yang pada dasarnya dicirikan oleh kekuatan tarik dan titik
lelehnya yang baik, dan dapat diaplikasikan pada saat keadaan suhu
kendaraan tempur (tank) [5]. Salah satu baja konstruksi yang paling banyak
3
diaplikasikan yaitu Baja Konstruksi ST 42 yang memiliki kekuatan tarik
pengelasan (welding), karena sistem ini sangat cepat dan efisien sehingga
cara melebur benda kerja dan menambahkan bahan pengisi (logam las) untuk
potongan material yang berbeda menjadi satu kesatuan yang utuh [7] [8].
seperti : Oxy Acyteline Welding atau las karbit, Shield Metal Arc Welding
(SMAW), Gas Tungsten Arc Welding (GTAW), dan Gas Metal Arc Welding
sama, melainkan juga dapat dilakukan pada material yang berbeda (dissimilar
metal welding), tentunya dengan tetap memperhatikan jenis kawat las dengan
4
Namun menjadi tantangan tersendiri ketika menggabungkan dua jenis
baja yaitu baja tahan aus dengan baja konstruksi untuk produk kendaraan
tempur lapis baja. Baja tahan aus dengan kekerasan tinggi ternyata rumit
untuk dilas, karena kandungan karbon ekuivalen yang lebih tinggi, maka
las tanpa retakan dan cacat. Sifat mekanis yang menjadi kelebihan material
dengan pemberian variasi masukan kuat arus dan jumlah layer yang sesuai
lebar heat affected zone pada material baja kekerasan tinggi harus berada
kekerasan mikro lemparan logam dasar adalah antara 478 hingga 521 HV [9].
Pindad (Persero)”, sehingga akan dapat diketahui jumlah lapisan dan kuat
5
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1. Menentukan struktur mikro yang terbentuk pada daerah lasan antara Baja
tekuk dan kekerasan daerah lasan antara Baja HB 500 dengan Baja ST 42
6
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penulisan hasil penelitian ini, antara
lain:
1. Mengetahui banyaknya jumlah lapisan dan besar kuat arus yang paling
tahan aus kepada civitas akademika pada umumnya dan kepada mahasiswa
1. Material yang digunakan dalam penelitian ini adalah Baja Tahan Aus
4. Kampuh las yang digunakan adalah butt joint single V-groove dengan
5. Variasi pengelasan dilakukan antara tiga dan empat layer, dengan kuat
7
6. Parameter pengujian yang digunakan pada hasil pengelasan tersebut
yang sistematis dan tetap sejalur dengan topik yang dicanangkan. Maka dari
itu, skripsi ini tersusun atas 5 (lima) bab yang ditulis dengan interpretasi
sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan
penulisan.
pengujian.
Bab ini terdiri atas prosedur yang dilakukan saat penelitian, mencakup
informasi tentang waktu dan tempat penelitian, alat dan bahan yang
akhir penelitian.
8
BAB IV Hasil dan Pembahasan
analisisnya.
BAB V PENUTUP
9
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Baja
metalografi baja mulai ramai di Inggris, Prancis, Jerman, Rusia, Jepang, dan
yang memberikan sifat unggul pada baja. Pemahaman yang lebih maju
tentang paduan dalam baja pada saat itu sangat dibutuhkan untuk
metalurgi Prancis terkenal Albert Portevin dan M. Garvin pada tahun 1919.
martensit keras tidak akan terjadi melainkan sampai baja yang dipadamkan
telah mendingin hingga suhu jauh di bawah suhu struktur perlit (lapisan besi
Baja pada dasarnya adalah paduan besi dan berbagai unsur lain yang
terdapat dalam tabel periodik. Sebagai definisi umum, baja adalah paduan
besi, dengan kadar karbon (di bawah 2% C), dan elemen paduan lainnya yang
dapat berubah bentuk pada saat perlakuan panas atau pendinginan menjadi
berbagai bentuk. Bahan baku utama yang digunakan dalam pembuatan baja
adalah bijih besi, batu bara, dan batu kapur [11]. Bahan-bahan ini
10
digabungkan dalam tanur sembur untuk dijadikan produk yang dikenal
sebagai "pig iron" (besi gubal), yang mengandung karbon dalam jumlah besar
(di atas 1,5%) dengan paduan : mangan, sulfur, fosfor, dan silikon. Adapun
besi gubal ini memiliki karakteristik keras, rapuh, dan tidak cocok untuk
diproses langsung menjadi olahan produk. Maka dari itu dilakukan proses
besi dengan menghilangkan elemen yang tidak diinginkan dari lelehan dan
ditentukan [12].
yang terbentuk, maka baja dapat disebut "musnah" karena berada dalam
utama bagi sifat keseluruhan dari material baja. Setiap elemen yang
11
elemen tersebut memiliki tanggung jawab atas banyak perbedaan antara
berbagai jenis atau kualitas baja. Berikut adalah daftar unsur-unsur yang biasa
2 Mangan (Mn) 1221°C Termasuk juga sebagai elemen paduan penting di sebagian besar baja. Baja
[6], [13] biasanya mengandung setidaknya 0,3% mangan, yang bekerja tiga kali
lipat: membantu deoksidasi baja, menangkal kerapuhan dengan mencegah
pembentukan inklusi besi sulfida, dan meningkatkan kekuatan yang lebih
besar dengan meningkatkan kemampuan pengerasan baja. Jumlah
kandungan mangan hingga 1,5% umumnya ditemukan pada baja karbon.
Tingkat mangan yang tinggi menghasilkan baja austenitik dengan
ketahanan aus dan abrasi yang ditingkatkan [11], [14].
3 Fosfor (P) 44°C [6], Fosfor juga dianggap sebagai pengotor yang tidak diinginkan dalam baja.
[13] Biasanya ditemukan dalam jumlah hingga 0,04%. Pada baja yang mengeras,
cenderung mempromosikan embrittlement (kerapuhan). Pada baja paduan
rendah dan kekuatan tinggi (High Strength Low Alloy Steel), fosfor dapat
ditambahkan dalam jumlah hingga 0,10% untuk meningkatkan kekuatan
,kekerasan, dan ketahanan korosi [11], [14].
4 Sulfur (S) 118°C Biasanya dianggap sebagai pengotor pada baja. Ditambahkan ke baja
[6], [13] khusus dalam jumlah 0,1% -0,3% untuk meningkatkan kemampuan mesin.
Namun, dalam jumlah yang melebihi 0,05% cenderung menyebabkan
kerapuhan dan mengurangi kemampuan las [11], [14].
5 Silikon (Si) 1414°C Ditambahkan untuk meningkatkan kekuatan dan kekerasan larutan padat
[6], [13] serta untuk meningkatkan kemampuan pengerasan. Ditambahkan ke baja
cair untuk menghilangkan oksigen (deoksidasi). Akibat deoksidasi, Silikon
dapat membentuk stringer silikat (inklusi silikon dioksida). Logam las
biasanya mengandung sekitar 0,5% silikon sebagai deoxidizer. Penambahan
Silikon tidak menyebabkabkan munculnya karbida pada baja. Ditambahkan
ke baja khusus untuk meningkatkan sifat listrik dan magnet serta
kemampuan pengerasan [11], [14].
12
6 Nikel (Ni) 1453°C Nikel ditambahkan ke baja untuk meningkatkan kemampuan kekerasan,
[6], [13] kekuatan, ketangguhan dan keuletan. Penambahan unsur ini tidak
membentuk karbida pada baja. Nikel sering digunakan untuk meningkatkan
ketangguhan baja pada suhu rendah [11], [14].
7 Krom (Cr) 1920°C Merupakan elemen paduan yang kuat dalam baja. Ditambahkan untuk
[6], [13] meningkatkan kekerasan baja dan ketahanan korosi dan oksidasi suhu
tinggi. Keberadaannya di beberapa baja bisa menyebabkan kekerasan yang
berlebihan dan retak di bagian dalam dan di daerah sekitar lasan. Pada baja
tahan karat, jumlah kandungan kromium melebihi 12% [11], [14].
8 Molibdenum 2623°C Unsur ini merupakan pembentuk karbida yang kuat dan biasanya terdapat
(Mo) [6], [13] pada baja paduan dalam jumlah kurang dari 1,0%. Penambahan
molybdenum ditujukan untuk meningkatkan kekuatan dan kekerasan
larutan padat serta untuk meningkatkan kemampuan pengerasan. Elemen ini
juga dapat meningkatkan sifat suhu tinggi, termasuk kekuatan mulur,
menangkal kerapuhan,dan tahan korosi [11], [14].
9 Tembaga (Cu) 1920°C Merupakan logam yang lunak, ulet, dan mudah dibentuk yang meleleh pada
[6], [13] suhu 1.984 ° F. Tembaga juga sangat tahan korosi dan tidak membentuk
karbida. Dalam jumlah kecil yang digunakan (0,10-0,40%) tembaga tidak
berpengaruh signifikan terhadap sifat fisik. Namun, efek samping dari
penambahan unsur ini cenderung menyebabkan kerapuhan saat panas,
sehingga menurunkan kualitas permukaan [7], [11].
10 Kobalt (Co) 2623°C Penambahan unsur ini dilakukan untuk meningkatkan kekuatan,
[6], [13] kekerasan,dan kekerasan panas. Pembentuk karbida yang lemah. Unsur ini
juga berperan penting dalam beberapa baja perkakas dan baja tahan panas
[11], [14].
11 Tungsten (W) 1084°C Tungsten adalah logam baja abu-abu yang berbobot lebih dari dua kali lebih
[6], [13] berat dari besi. Penambahan unsur ini dapat meningkatkan kekerasan,
ketahanan aus, dan kekuatan tarik pada baja. Dalam jumlah dari 17 - 20 %
dikombinasikan dengan kromium dan molibdenum, dapat menghasilkan
baja yang mempertahankan kekerasannya pada suhu tinggi [7], [11].
12 Vanadium (V) 1492°C Penambahan vanadium akan meningkatkan kekuatan dan kekerasan baja
[6], [13] dengan kontrol ukuran butir (grain refinement) serta untuk meningkatkan
kemampuan pengerasan. Unsur ini juga sebagai pembentuk nitrida yang
kuat yang juga membentuk karbida. Namun, dalam jumlah yang lebih besar
dari 0,05%, akan ada kecenderungan baja menjadi getas (brittle) selama
proses thermal stress relief treatments [11], [14].
13 Kolumbium 3380°C Kolumbium (juga disebut niobium), seperti vanadium umumnya dianggap
(Cb) [6], [13] meningkatkan kekerasan baja. Namun, karena afinitasnya yang kuat
terhadap karbon, ia dapat bergabung dengan karbon dalam baja sehingga
menghasilkan penurunan kemampuan pengerasan secara keseluruhan [11],
[14].
13
15 Alumunium 1726°C Aluminium merupakan unsur tidak pernah ditemukan di alam dalam
(Al) [6], [13] keadaan murni. Pada umumnya unsur tersebut berasal dari bauksit, suatu
jenis aluminium hidroksida. Aluminium adalah salah satu logam paling
ringan: beratnya sekitar sepertiga dari besi. Selain itu, ia juga konduktor
panas dan listrik yang baik dan sangat tahan terhadap korosi atmosferik.
Aluminium ulet dan mudah dibentuk. Ia dapat dengan mudah dicor,
diekstrusi, ditempa, digulung, dan ditarik. Aluminium dapat digabungkan
dengan pengelasan, pematri, penyolder, pengikat perekat, dan pengikatan
mekanis. Aluminium digunakan baik dalam baja karbon maupun baja
paduan. Karena mudah digabungkan dengan oksigen, ia berperan sebagai
deoxidizer dan pembersih yang andal. Ia juga menghasilkan ukuran butir
austenitik halus. Ketika aluminium hadir dalam jumlah sekitar 1%, dapat
meningkatkan kekerasan baja yang tinggi [7], [11].
16 Titanium (Ti) 2477°C Logam-logam ini kadang-kadang ditambahkan dalam jumlah kecil ke baja
Zirkonium (Zr) [6], [13] paduan rendah berkekuatan tinggi tertentu untuk mendeoksidasi logam,
mengontrol ukuran butiran halus (grain size), dan meningkatkan sifat fisik
material [7], [11].
17 Boron (B) 2075°C Penambahan boron dapat meningkatkan pengerasan baja, dengan kedalaman
[6], [13] dimana baja akan mengeras saat di-quenching. Efektivitas Boron terbatas
pada bagian ukuran dan bentuknya saat proses liquid quenching. Boron juga
mengintensifkan karakteristik pengerasan elemen lain yang ada dalam baja.
Ini sangat efektif bila digunakan dengan baja karbon rendah. Efeknya yaitu
dapat meningkatkan kandungan karbon pada baja. Boron juga ditambahkan
ke baja untuk aplikasi reaktor nuklir karena penampang neutronnya yang
tinggi [7], [11].
18 Timbal (Pb) 328°C Timbal adalah logam berat yang lunak, mudah dibentuk. Timbal memiliki
[6], [13] kekuatan tarik yang kecil, sangat tahan terhadap korosi. Penambahan timbal
ke baja karbon dan baja paduan dapat meningkatkan kemampuan mesin
tanpa mempengaruhi sifat mekanik material secara signifikan. Timbal
ditambahkan ke komposisi basa dengan kandungan fosfor, karbon, sulfur,
dan nitrogen yang tinggi untuk mendapatkan kemampuan mesin yang
optimal. Timbal digunakan secara luas dalam industri perpipaan, penutup
kabel, dan baterai. Ia juga digunakan dalam pembuatan paduan seperti
solder, logam bantalan, dan pelat terne [7], [11].
Berbagai elemen paduan ditambahkan dengan untuk tujuan mencapai sifat dan
14
Ferrous Alloys
Klasifikasi
Klasifikasi
berdasarkan nama
berdasarkan
dagang atau
struktur
pengaplikasian
Alloy tanpa
Baja
eutectic (<2% C
pada bagan Fe-C)
Baja Karbon Biasa
Martenisitik
Baja Paduan
Tinggi dengan
Bainitik
>8% elemen
Austenitik
Presipitasi
Hardening
Austenitik -
Tahan Korosi
Feritik
Struktur
Tahan Panas
Dupleks
Tahan Aus
15
2.1.1 Baja Karbon
atas Baja Karbon Rendah, Baja Karbon Sedang, dan Baja Karbon
Tinggi.
- 2,0 % karbon. Baja ini lebih sulit untuk dilas daripada baja
16
pengelasan diupayakan untuk menghilangkan kekerasan dan
[7].
- 0,59 % ini memiliki sifat lebih kuat dari baja karbon rendah
17
banyak daripada semua baja lain untuk dimanfaatkan pada
18
2.1.2 Baja Paduan
pengelasan seperti MIG / MAG dan TIG [7]. Baja paduan terbagi
menjadi dua, yaitu baja paduan tinggi dan baja paduan rendah.
19
adalah bahwa kita dapat meningkatkan sifat mekanik material
ketahanan korosi
[16].
20
hingga 2,0% yang ditujukan untuk menghasilkan
[18] :
Dengan persamaan CE =
21
kekerasan. Pemberian perlakuan pada processing juga merupakan
22
Sumber : Steels ( Microstructure and Properties), Chapter III The Iron–Carbon
Equilibrium Diagram and Plain Carbon Steels
dan austenitik.
mangan, dan nikel. Ada dua jenis larutan padat pada struktur
Interstisial
Substitusional
23
Kedua jenis larutan padat tersebut dapat memberikan
Gambar 2.3 Struktur mikro pada feritik penuh, baja karbon ultralow,
24
etch + HF, 300x. Dokumentasi dari A.O. Benscoter, Lehigh University
Sumber : Metals Handbook Desk Edition (Structure/Property Relationships in
Irons and Steels)
B. Feritik-Perlitik
Normalisasi
25
Pada proses normalisasi, baja dipanaskan kembali
Anil
26
ini diterapkan pada baja perlit karbon tinggi untuk
C. Perlitik
sementit, dan fasa ferit yang sangat lunak dan ulet. Perlit
27
sendiri terbentuk pada komposisi eutektoid sebesar 0,78% C
sama [19].
28
D. Mertensitik
aslinya [21].
Lath martensite
29
Plate martensite
a. b.
Gambar 2.6 Struktur mikro pada jenis baja martensit, a. lath martensit, b. plate
martensit
Sumber : Microstructure of Steels and Cast Irons
30
agar menghasilkan martensit dengan kekuatan dan kekerasan
sebagai berikut:
Struktur kembar
E. Bainitik
31
Bainit atas
Bainit bawah
32
F. Austenitik (Besi Gamma)
kondisi larutan padat dari satu atau lebih elemen dalam FCC
Austenit tidak stabil saat suhu kamar pada baja biasa. Baja
33
karburasi yang mengeras dan karbon tinggi, baja highalloy,
dupleks [22].
34
2.2 Pengelasan
berbeda menjadi satu kesatuan yang utuh. Dalam hal ini, diartikan
35
Bead Welds (Las Manik)
Fillet Welds
36
memperkuat sambungan sudut. Pada sambungan T yang
hingga 30° dari tegak lurus, dan salah satu sudut tepi yang
Groove Welds
37
Gambar 2.11 Ilustrasi jenis pengelasan groove welds
Sumber : Welding Principles and Practices
[7], [23].
38
Gambar 2.12 Pengukuran pada groove welds
Sumber : Welding Principles and Practices
Plug Welds
39
Arc Welding
40
o Electrogas Welding
Gambar 2.14 Skema representasi untuk metode Shield metal arc welding
Sumber : Diadaptasi dari Linnert, G. E., 1994, Welding Metallurgy, 4th ed.,
Miami: American Welding Society
Resistance Welding
41
robotik digunakan dalam aplikasi metode ini. Variabel proses
[24].
o Flash Welding
o Upset Welding
bawah titik leleh base metal dan filler metal. Proses solid-
42
yang melibatkan logam cair. Misalnya, pengelasan
o Forge Welding
o Friction Welding
o Diffusion Welding
o Ultrasonic Welding
o Explosion Welding
o Cold Welding
43
Gambar 2.15 Pengelasan tempa (friction welding) kuno
Sumber : ESAB, 1990, Connections, ESAB Welding and Cutting Products,
Hanover: Pennsylvania.
Oxyfuel Welding
kelabu [24].
44
dan cairan logam pengisi ditambahkan untuk mengisi celah pada
dari 0,020 inci (0,5 mm) hingga pelat yang tebal atau pipa sesuai
45
dengan kebutuhan. Gas pelindung atau campuran gas yang
46
Gambar 2.16 Proses pengelasan dengan metode Gas Metal Arc Welding
Sumber : American Welding Society, Welding Handbook, 9th Edition, Volume 2
Tabel 2.4 Jenis Flux Welding untuk Proses Pengelasan Metode GMAW
N Proses Sum Sumber Mekanika Gas Jenis Aplikasi
o. ber daya dan pelindun Logam Kisar Penggunaan di
Pana polaritas g an Industri
s keteb
alan
Fluks diapit
oleh elektroda
Slag dan
tubular dengan
gas, baik
diameter smaal.
Gas yang
Otomatis atau Pengelasan
Metal Arus dihasilka 1
semi otomatis. logam
Arc searah, n sendiri Baja mm
1 Arc Kawat lembaran,
kawat elektroda atau dari karbon ke
diumpankan general
flux- positif sumber atas
terus menerus engineering
cored eksternal
melalui pistol
(biasany
dengan atau
a CO2)
tanpa pelindung
gas
47
Logam
Sama seperti di nonferro Pengelasan
Argon,
atas, tapi us, baja baja paduan
atau
Arus menggunakan karbon, 2 tinggi dan
Helium,
searah, solid wire, baja mm logam
Arc Argon/O
elektroda terdapat paduan ke nonferrous,
2 atau
positif perpindahan rendah, atas pengelasan
Argon/C
logam secara baja pipa, general
O2
free flight paduan engineering
tinggi
Gas Sama seperti di
Baja Logam
Metal Arus atas, tetapi Argon/O 1
karbon lambaran, root
Arc searah, dalam mode 2, mm
2 Arc dan baja pas dalam
kawat elektroda perpindahan Argon/C ke
paduan pengelasan
flux- positif logam short- O2, CO2 atas
rendah pipa
cored circuiting
Pulsa Logam
melepaskan nonferro
penurunan di us, baja Posisional
Argon,
Arus ujung elektroda karbon, 1 pengelasan
Argon/O
Pulse searah, dan baja mm terhadap baja
2,
d Arc elektroda memungkinkan paduan ke karbon tipis
Argon/C
positif transfer logam rendah, atas atau baja
O2
secara free baja paduan
flight pada arus paduan
rendah tinggi
48
menghasilkan kualitas terbaik dengan biaya terenda dengan
lainnya
49
Input panas lebih rendah jika dibandingkan dengan proses
pengelasan lainnya
berikut :
50
2.2.3 Elektroda ER 70 S
Gas pelindung yang digunakan untuk metode ini berasal dari baja
hasil arc yang mudah menyambar dan stabil. Bahan pelapis ini
mekanik dan kimia yang baik pada paduan yang terbentuk antara
Laju aliran gas harus 20-25 l/mnt dan kecepatan gas 2 m/s.
[27].
51
Metode pengelasan gas metal arc welding dapat dilakukan
Tabel 2.5 Klasifikasi dan Persyaratan Kawat Las untuk Metode Gas Metal Arc Welding
berdasarkan AWS A5,18:2005 dan A5,20:2005
Gas Tip
Komposisi kimia peli e
Klasifikasi
ndu aru
C Mn Si P S Cu Ti Zr Al Cr Ni Mo V ng s
E70T-1C CO2
Flux Ar+
E70T-1M
Cored 0,12 1,75 0,9 CO2 DC
0,03 0,03 0,35 0,2 0,5 0,3 0,08
Wire mak mak mak - - - -
maks maks maks maks maks maks maks
(A5, s s s EP
E71T-1C CO2
20)
Ar+
E71T-1M
CO2
52
Penggunaan kawat las pada metode ini dapat
dalam tiga kategori utama, yaitu : (1) proses dan prosedur, (2)
53
perilaku metalurgi, dan (3) desain. Diskontinuitas yang terkait
lain :
54
Kondisi pengelasan dimana permukaan
las atau permukaan akar berada di bawah
Underfil permukaan base metal secara
3
l berdekatan. Pada dasarnya sambungan
tersebut belum sepenuhnya terisi dengan
logam las [29].
55
Percikan adalah partikel logam yang
dikeluarkan selama pengelasan yang
Spatter/
7 bukan merupakan bagian dari
Percikan
pengelasan. Percikan mudah diperbaiki
dengan menggunakan gerinda [29].
56
Unde
Cacat ini biasa terlihat di lapangan dan
rsize
mudah dihindari. Dalam hal ini lasan
10 d
undersized tidak memenuhi persyaratan
Weld
ukuran spesifikasi di proyek [29].
s
57
2.3 Radiografi
pengujian tidak rusak (non destructive test) yang dilakukan untuk memeriksa
ketebalan, defect atau cacat, dan detail suatu perakitan untuk memastikan
kualitas yang optimal pada produk. Pengujian radiografi pada hasil las sendiri
listrik [30].
fatigue (kelelahan) dan deteksi retakan pada lapisan las, pada pengendalian
mutu untuk kondisi adhesi yang buruk, retak dalam pengelasan, pori-pori di
58
Gambar 2.17 Prinsip kerja pada pengujian radiografi
Sumber : X-Ray Tests of AISI430 and 304 Stainless Steels and AISI 1010 Low Carbon Steel Welded
by CO2 Laser Beam Welding
59
2.4 Metalografi
seorang operator. Dengan demikian, inspeksi mulai dari non destructive test
Gambar 2.18 Pemeriksaan struktur makro hasil pengelasan dengan metode GMAW
Sumber : Metallography : Principles and Practice, ASM International
yang terkena panas, serta untuk mendeteksi retakan dan void. Kemudian,
retak dan mekanisme retak, sebagai identifikasi fase atau konstituen dalam
logam las, zona yang terkena panas, logam dasar (weld metal), dan inklusi
60
nonlogam – yang terkait dengan spesifikasi yang mengatur tentang
Gambar 2.19 Pemeriksaan struktur mikro hasil pengelasan dengan metode GMAW
Sumber : http://www.metallographic.com/Procedures/Titanium-steel-weld.html
Adapun, di dalam logam las dan zona yang terkena panas, sering kali
dan kekerasan. Maka dari itu, perlu untuk dilakukan pengamatan terhadap
61
2.5 Uji Tarik
menjadi perhatian utama. Kekuatan tarik dalam hal ini dapat diukur baik dari
tegangan maksimum yang dapat ditahan oleh material tersebut. Uji tarik
Maka, gaya tarik yang dihasilkan kemudian dicatat sebagai fungsi dari
Untuk sebagian besar material, bagian awal kurva adalah linier atau
garis lurus. Kemiringan yang terdapat pada daerah linier ini disebut modulus
setelahnya bahan mulai luluh (yield). Ketika titik ini tidak terlihat jelas atau
62
dapat diuraikan dalam pengujian, kekuatan luluh off di B diambil dengan
pula, ekstensi dengan hasil di bawah beban atau extension by yield under load
Wilayah antara titik A dan B pada grafik juga murni elastis, dengan
pemulihan penuh pada pelepasan logam, tetapi pada dasarnya tidak linier
[34].
Beban
Maksimum
Offset Batas
Kekuatan Plastis
Luluh (necking)
C D
B
Batas
Elastis
A Fraktur
E
Regangan, σ
Kekuatan
Ekstensi Tarik
Luluh di
Bawah
Beban
F G H Tegangan , ε ∆
0,2%
kuat hasil pengelasan tersebut, melihat bagian mana yang mengalami fraktur
63
(apakah itu logam las atau logam dasar?) dan meninjau apakah kekuatan
64
2.6 Uji Tekuk
pada logam akibat deformasi plastik akibat perubahan bentuk material. Bahan
ini diberi tekanan di atas batas kekuatan luluh tetapi di bawah kekuatan tarik.
saja. Material pada uji tekuk ini ditempatkan pada sebuah cetakan dan
atas ditekan, dengan pukulan berbentuk ram menekan pelat dan membentuk
memiliki kapasitas tekan 20 - 200 ton sesuai aplikasi yang diberikan [35].
Jika spesimen patah, bahan tersebut gagal dalam pengujian. Jika tidak terjadi
patahan total, kriteria kegagalan ditinjau dari jumlah dan ukuran retakan atau
65
Gambar 2.21 Skema Perlengkapan untuk Guided Bend, No Die Test
Sumber : ―Standard Test Methods for Bend Testing of Material for Ductility,‖ in ASTM Intenational,
New York: ASTM International
66
2.7 Uji Kekerasan Vickers
bergantung pada besar gaya yang diterapkan dan kekerasan material uji.
karena dipilih sebagai metode yang lebih presisi ketimbang metode lainnya
Gambar 2.22 Skema yang menggambarkan indentor piramida berlian Vickers dan lekukan yang
dihasilkan.
Sumber : Metallography Principles and Practice, 4th ed.
sudut 136° antara permukaan yang berlawanan untuk mendapatkan angka kekerasan
yang sama besarnya dengan angka Brinell. Rasio d / D yang ideal untuk indentor
bola senilai 0,375. Kelebihan uji kekerasan piramida intan Vickers adalah
67
macam beban dan tetap mendapatkan angka kekerasan yang sama menjadikan
pengujian ini dapat digunakan pada material dengan ketebalan yang berbeda. Dalam
pengujian Vickers standar, beban yang digunakan mulai dari 1 hingga 120 kgf,
berikut :
dengan L sebagai beban (kgf), yaitu sudut muka (136°), dan d adalah rata-rata
68
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.1 Waktu
Juni 2021
3.1.2 Tempat
3.2.1 Alat
9. Pasta Alumina
69
10. Krisbow Mikroskop 100x
3.2.2 Bahan
2. Baja Konstruksi ST 42
3. Kawat Las ER 70 S
4. Gas CO
mekanik material dari hasil pengelasan dua logam berbeda (dissimilar metal
tinggi
70
Tabel 3.1 Variasi Pengelasan Baja HB 500 dengan Baja ST42
Kuat Arus
Kode Lapisan
No. I II III IV
Sampel Pengisi
yang diamati untuk mencapai tujuan dari penelitian. Selain itu, pada
71
A. Identifikasi Masalah
kuat arus yang biasa digunakan oleh WPS dari mesin tersebut.
B. Studi Lapangan
C. Studi Literatur
72
dilengkapi dengan macam, metode, dan inklusi, serta prosedur dari
mekanik.
A. Persiapan Material
pelat
pelat
73
3. Melakukan pemeriksaan kandungan komposisi material
pengujian sebelumnya
karakterisasi material
74
e. Mesin di-Xtras menggunakan RE-12, lalu multiple
B. Persiapan Pengelasan
pengelasan
75
3. Membuat kampuh las bentuk V groove dengan sudut sebesar
30°
dengan ST 42
76
7. Melakukan uji coba pada material sisa untuk melihat kesiapan
kuat arus
A. Proses Pengelasan
ini :
Gambar 3.6 Sketsa pengelasan Baja Tahan Aus HB 500 dengan Baja Konstruksi ST 42
Sumber : Dokumentasi pribadi
77
B. Radiografi
ini :
kedalam film
berikan tanda
78
Gambar 3.8 Material hasil pengelasan yang sudah diberikan tanda
Sumber : Dokumentasi pribadi
radiasi
dengan identifikasi
79
Gambar 3.9 HD-CR / CR 35 NDT Imaging Plate Scanners
Sumber : https://www.duerr-ndt.com/downloads.html
C. Pemotongan Material
80
Sumber : http://www.ailu.co.uk/laser_technology/news/2019-08-
27/trumpf_270819.html
tarik, dua buah untuk pengujian tekuk, satu buah untuk gabungan
[37]
D. Pengujian Tarik
dengan ST42.
81
Gambar 3.12 Shimadzu Universal Testing Machine AGX.R
Sumber : https://www.shimadzu.com/sites/shimadzu.com/
jangka sorong
(pelat/silinder)
82
6. Melakukan pengukuran kembali terhadap panjang test piece
elongasi
E. Pengujian Tekuk
(pelat/silinder)
83
3. Mengamati layar monitor yang menampilkan grafik selama
F. Metalografi
permukaan sampel.
84
Berikut langkah – langkah pengujian metalografi secara
komputer
monitor
berikutnya
antara lain :
85
4. Test piece siap untuk diambil gambar dengan meletakan
G. Pengujian Kekerasan
mikroskop.
antara lain :
86
1. Material uji yang telah dihaluskan permukaannya
untuk penetrasi
mikroskop.
87
3.5 Diagram Alir
Mulai
Studi Literatur
Pembuatan
Kampuh Las
Proses Pengelasan
Radiografi
Pengujian
Uji
Metalografi Uji Tarik Uji Tekuk
Kekerasan
Polished Etched
Rekapitulasi Data
dan Analisis
Pembahasan
Kesimpulan
Selesai
88
BAB IV
Unsu Al As B Bi Ce Co Mg Nb Pb
r % % % % % % % % %
0.004 0.002 0.009 0.01 0.003 0.005 <0.003
Hasil 0.079 0.002
7 3 9 5 7 5 0
9
Unsu Sb Sn Ta La Ti V W Zr Fe
r % % % % % % % % %
<0.005 <0.03 0.003 0.04 0.002
Nilai 0.002 0.028 0.037 97.46
0 0 2 1 7
9
89
paduan rendah dengan kalkulasi jumlah paduan sebesar 2,54%. Baja
sebagai berikut :
90
Tabel 4.2 Analisa Kandungan Unsur ST 42 Program Fe120
Unsu C Si Mn P S Cr Mo Ni Cu
r % % % % % % % % %
0.008 0.008 0.001 <0.001
Hasil 0.177 0.049 0.964 0.005 0.013
9 2 2 5
4
Unsu Al As B Bi Ce Co Mg Nb Pb
r % % % % % % % % %
0.005 0.001 0.003 0.002
Hasil 0.393 0.020 0.018 0.0060 0.010
0 3 4 5
0
Unsu Sb Sn Ta La Ti V W Zr Fe
r % % % % % % % % %
0.007 <0.03 0.002
Nilai 0.002 0.004 0.019 0.064 0.0052 98.18
3 0 6
2 3
karbon rendah dengan kadar karbon sebesar 0,177%. Dan baja ini
oksidasi pada suhu tinggi. Di samping itu, unsur Krom yang tinggi
91
berpotensi retak di bagian dalam dan di daerah sekitar lasan [11],
memang tidak sekeras baja tahan aus, namun memiliki sifat mampu
molibdenum yang baik pada baja kurang dari 1%. Elemen ini
kerapuhan dan tahan korosi [11], [14]. Kandungan nikel, silikon dan
kobalt dari kedua material tersebut juga lumayan berbeda. Pada baja
92
memiliki kekerasan yang tinggi karena penambahan unsur nikel,
kekerasan, mampu las dan mampu mesin yang baik dengan tingkat
baja tahan aus jauh lebih kaku dibandingkan dengan baja konstruksi.
93
4.1.2 Pengujian Radiografi
1 3A
94
2 3B
3 4A
95
4 4B
1 2
3 4
pada saat root pass yang terlalu tinggi [39]. Karena kondisi logam
96
las yang tidak memanjang melalui ketebalan sambungan, sehingga
sambungan [29].
cuaca kurang berfungsi atau bisa juga salut elektroda terkupas dapat
terlihat seperti alur yang tidak terisi pada logam dasar di tepi lasan.
tidak tepat, arus yang berlebihan, dan kecepatan gerak yang tidak
97
dapat diterima oleh material sambungan [40]. Adapun pada sampel
diberikan.
98
4.1.3 Pengujian Mikroskopis
42, garis fusi ST 42, logam las ER70S, garis fusi HB 500, HAZ HB
Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Struktur Fasa Pengelasan pada Pembesaran 200x
Nama Kode Sampel Struktur
Bagian 3A 3B 4A 4B Fasa
Logam
Dasar
ST 42
Ferit-
Perlit
HAZ
ST 42
Ferit-
Perlit
Garis
Fusi
ST 42
Ferit-
Perlit
99
Logam
Las
Ferit-
Perlit
Garis
Fusi
Ferit-
HB
Perlit
500
(Kiri),
Martensit
(Kanan)
HAZ
HB
500
Martensit
Logam
Dasar
HB
500
Martensit
100
daerah terpengaruh panas ST 42, terlihat struktur ferit-perlit yang
101
4.1.4 Pengujian Makroskopis
sampel untuk melihat hasil fusi dari pengelasan itu sendiri. Hasil dari
1 3A
2 3B
102
3 4A
4 4B
sampel adalah fusi. Pada kode sampel 3A, terlihat hasil fusi yang
diskontinuitas. Pada kode sampel 3B, terlihat hasil fusi yang lebih
baik dari 3A dengan lebar HAZ yang lebih panjang serta tidak
103
sama ditunjukan seperti kode sampel 3B namun dengan HAZ yang
dengan memiliki fusi yang baik dan tidak ditemukan defect secara
kasat mata.
104
4.2 Hasil Pengujian Sifat Mekanik
pengujian tarik untuk melihat sifat mekanik yang terdapat pada hasil
3A1 4A1
3A2 4A2
3B1 4B1
3B2 4B2
105
Tabel 4.6 Hasil Pengujian Tarik
106
7 4B1 448,37 305,767 33,8
sampel baik pada bagian root maupun face secara fisis fraktur pada
logam dasar ST 42. Ditinjau dari Tabel 2.2 tentang lembar data
Tabel 2.6 tentang sifat mekanik logam las, logam las ER70S
memiliki tegangan tarik 482 MPa, tegangan luluh 399 MPa dan
yang kurang optimal baik pada bagian root maupun face yaitu kode
107
optimal diraih oleh kode sampel 4A dan 4B dengan perolehan yang
108
4.2.2 Pengujian Tekuk
3A R 4A R
3A F 4A F
3B R 4B R
3B2 F 4B F
yaitu dengan :
109
Setelah itu, didapatkan beban penekanan maksimum dan sudut
Tidak
1 3A F 932.307 75,12° terdapat
retak
Terdapat
2 3A R 830.341 129,47° cacat
terbuka
Terdapat
3 3B F 1003.41 79,08° cacat
terbuka
Terdapat
4 3B R 873.826 94,78° cacat
terbuka
110
Tidak
5 4A F 969.165 81,784° terdapat
retak
Tidak
6 4A R 958.168 92,52° terdapat
retak
Tidak
7 4B F 919.544 86,14° terdapat
retak
Tidak
8 4B R 874.496 85,414° terdapat
retak
sampel baik pada bagian face maupun root logam las diperoleh hasil
yang berbeda dari setiap sampel. Pada kode sampel 3A, untuk
pada sudut tersebut tidak terdapat retak dan mampu menahan beban
129,47° dan retak pada beban 830,341 MPa. Pada kode sampel 3B,
111
dibandingkan 3A, ditemukan cacat terbuka baik untuk face maupun
retak pada saat beban mencapai 1.003,41 MPa, bagian root diperoleh
terbuka baik pada bagian face maupun root dengan sudut terbentuk
Hasil yang lebih optimal secara visual diperoleh pada kode sampel
4B, yang mana diketahui sampel ini mendapat perlakuan arus yang
112
4.2.3 Pengujian Kekerasan
dari logam las menuju logam dasar ST 42 dan 25 titik dari logam las
113
19 -7 150,48579 147,11367 145,06333 145,46995 19 19 477,72424 502,92969 465,82622 490,08399
20 -6 178,81255 147,94599 154,41989 145,06333 20 20 468,17 519,02242 470,53151 485,08317
21 -5 234,79946 165,20383 155,31508 147,11367 21 21 454,36722 500,32046 475,30844 475,30844
22 -4 226,66145 170,24793 161,80517 160,85337 22 22 513,57341 516,28713 480,1585 495,16255
23 -3 206 195,43768 174,98779 175,52663 23 23 468,17 516,28713 470,53151 502,92969
24 -2 179,36916 228,25485 177,15816 178,81255 24 24 508,20975 535,9001 461,19116 492,61346
25 -1 176,06796 181,05469 178,81255 177,15816 25 25 565,91679 505,55938 447,69362 492,61346
Gambar 4.4.
114
Berdasarkan Gambar 4.4, dapat kita amati bahwa daerah
4mm dari batas garis fusi. Sedangkan Baja HB 500, terdapat kriteria
sambungan.
diikuti oleh 3B, lalu hasil yang minim ditunjukan 4A dan 4B secara
mikro yang hampir sama. Pada daerah logam dasar, hasil kekerasan
panas.
500 untuk daerah logam las terlihat kode sampel 4A yang paling
unggul, diikuti oleh 3A, 3B dan 4B. Pada daerah logam las ini,
115
daerah terpengaruh panas, seluruh sampel menunjukan nilai
yang terlihat fluktuatif. Pada daerah logam dasar ditinjau dari MIL-
116
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
arc welding yang kemudian dianalisis hasil struktur mikro dan sifat mekanik
radiografi.
117
5.2 Saran
hati agar tidak terjadi korosi pada test piece itu sendiri.
118
DAFTAR PUSTAKA
016-722, 2017.
[5] DIN Standard, “Steels for General Structure Purposes : Quality Standard,”
pp. 2–15.
[7] E. Bonnart, Welding Principles and Practices, 5th ed. New York: McGraw-
119
USA, 1979.
[10] C. R. Simcoe, “The history of alloy steels: Part II,” Adv. Mater. Process.,
[11] ASM International, Metallographer’s Guide : Irons and Steels. New York:
[12] G.L. Huyett, Engineering Handbook, 1st ed. Minneapolis: G.L. Huyett
Manufacturer, 2004.
[13] V. Ostermna and H. Antes, Critical Melting Points and Reference Data for
[14] D. Gandy, Carbon Steel Handbook, 2nd ed. California: Electric Power
[15] A. Tjahjono, Fisika Logam dan Alloy. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2013.
[17] ASM International, Alloying: Understanding the Basics. New York: ASM
International, 2001.
in Metals Handbook Desk Edition, 2nd ed., J. . Davis, Ed. New York: ASM
120
International, 2018, pp. 153–173.
Springer-Verlag, 2004.
[24] AWS, Welding Handbook, Welding Science & Technology, 9th ed., vol. 1.
[25] J. F. Lancaster, Metallurgy of Welding, 3rd ed. London: George Allen &
[26] Lincoln Electric, Gas Metal Arc Welding Guidlines. Cleveland: Lincoln
[27] Kobelco, Arc Welding of Specific Steels and Cast Irons. Tokyo: KOBE
121
Defects,” National Association of Tower Erectors (NATE), Watertown, Jun.
2016.
304 Stainless Steels and AISI 1010 Low Carbon Steel Welded by CO2
Laser Beam Welding,” Mater. Test., vol. 53, no. 11–12, pp. 741–747, 2011,
doi: 10.3139/120.110283.
[33] G. F. Vander Voort, Metallography Principles and Practice, 4th ed. Ohio:
[34] J. . Davis, Tensile Testing, 2nd ed. Ohio: ASM International, 2004.
[36] “Standard Test Methods for Bend Testing of Material for Ductility,” in
[37] ASME Boiler and Pressure Vessel Code, Qualification Standard for
122
Welding and Brazing Procedures, Welders, Brazers, and Welding and
Engineers, 2004.
Transformasi C-Mn Steel Produk Lokal sebagai Bahan Baku Baja Tahan
Aus,” Pros. SNST ke-7 Tahun 2016 Fak. Tek. Univ. Wahid Hasyim
Study Kasus Pada Pipa Distribusi PDAM Kabupaten Kutai Barat ),”
123