PROGRAlVIINSENTIF
PENINGKATAN KE~1A~1PUAN PENELITI DAN PEREKAYASA
KElVIENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI T.A. 2010
Oleh:
TAHUN KE DUA
Jakarta, 2010
IDENTITAS PENELITIAN
3. Tim Peneliti :
Jakarta, 2010
HALAMANPENGESAHAN
2. Ketua Peneliti
Jakarta, 2010
Mengetahui I
J
ii
RINGKASAN
Material armour untuk Ranpur ada beberapa jenis baik dari luar maupun
buatan dalam Krakatau Steel). Armour Ranpur buatan luar
yaitu buatan Amerika dengan nama Armox, buatan Perancis dengan nama
Hardox, buatan Australia dengan nama Bisplate. Buatan Krakatau
dinamakan KSW 500. Tahun pertama telah melakukan terhadap
performance armour KSW 500 untuk Ranpur, dan pada tahun ke dua penelitian
dilanjutkan menganalisis bagaimana pengaruh manufaktur
armour untuk Ranpur.
Permasalahan manufaktur periu diangkat untuk diteliti karena nr....."'oC!
iii
Hasil balistik menggunakan Sniper, 7,62 mm, jarak 50m,
memperlihatkan lemahnya bag ian kampuh diaman projektil
Sedangkan pada daerah fus! (fusion zone) terjadi penetrasi projectile mencapai
60%. Walaupun demikian pad a daerah Base metal tidak terjadi
penetrasi projektil yang signifikan. Hasil uji balistik untuk metal mendekati
prilaku hasil balistik baja import (Crue Sabro 8000) asal
Penggunaan kawat baja karbon lebih murah dibandingkandengan
kawat yang mempunyai kekerasan tinggi atau Alloyed electrode Wire. Untuk
mengatasi kelemahan sambungan terhadap projektil dilakukan dengan
bentuk yang sedemikian rupa, antara bagian (upper body)
sambungan di minimaJkan dan jika ada bentuk desain sambungan tertutup
plat baja.
Dad kesimpulan tersebut disarankan bahwa walaupun demikian hasil
penelitian dari produk plat baja dalam untuk Ranpur 6x6 masih
diperlukan untuk diteliti lebih jauh dengan saran sebagai berikut;
dilakukan Mapping mikro m KSW500 dengan jenis
import yang sudah banyak dipergunakan di Industri pertahaanan di luar
negeri seperti, Hardox, Armox, Cruesabro, dan lainnya. Hal tersebut
dapat menjadi standard bag; plat dalam negeri lainnya jika akan
dipergunakan untuk Ranpur (kendaran Tempur) dalam negeri.
Kinerja KSW500 perlu di evaluasi lebih lanjut membandingkan
kemampuan las (weldability) dengan jenis baja lainnya yang dipergunakan
untuk Ranpur, terutama masalah Durability, Creak serta uji
konstruksi jika diperlukan.
,
!
iv
PRAKATA
v
DAFTAR 151
Halaman
RINGKASAN iii
DAFTAR lSI vi
DAFTAR GAMBAR ix
PENDAHULUAN
1.1 Latar 1
Logam Armour 13
2.4 Proses Manufaktur Pengelasan 17
Pengujian Sifat Mekanis 32
2.6 Uji Balistik 48
III TUJUAN DAN MANFAAT
I
I
IV METODOLOGI
vi
BABV HASIL DAN PEMBAHASAN
vii
DAFTAR TABEL
. Halaman
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
ix
Gambar 1 Memperlihatkan personil sedang meiakukan uji
tembak dengan senjata panjang.
Gambar 2.20. lIIustrasi mode penetration pengujian balistik. 51
Gambar Memperlihatkan penetrasi projektil pada
permukaan beberapa baja anti peluru.
x
Gambar 2.29. Hardness changes in welded joint of Hardox 400 63
steel in the as delivered state : ~h = 35 mm, wei
hardness:::: 210 HV10
XI
Gambar 5.1. Plat baja armour KSW 500 tebal 10 mm yang 76
dipergunakan dalam penelitian ini, produksi PT.
Krakatau Steel setelah dilakukan Spray Cooling
dan Tempering dan leveling, tetapi belum
dilakukan sand blasting.
Gambar 5.8 . Hasil penerasi peluru dari uji balistik pada plat 82
KSW500 tebal 10 mm dengan menggunakan
peluru tajam (T J) pada jarak tembak 25 sampai
50 m pad a plat baja hasil proses heattreatmen
Vartikal.
Gambar 5.9. Hasi! . penerasi peluru dari Llji balistik pada plat 82
KSW500 tebal 8 mm dengan menggunakan
peluru tajam (TJ) pada jarak tembak 25 sampai
50 pada plat baja hasil proses heattreatmen
Vartikal.
xii
BABI
PENDAHLILUAN
1
sampai kadar tertentu, tetapi kalau kadar karbon meningkat, sangat
meningkatkan temperatur transisi, padahal yang diinginkan adalah selalu lebih
rendah. Tetapi ditinjau dan mampu las, kadar karbon harus dikontro! sampai
batas tertentu. Banyak dilakukan studi untuk mengetahui pengaruh unsur
paduan terhadap keuletan baja pada temperatur rendah. Hal ini dilakukan
untuk memperbaiki sifat-sifat baja yang diinginkan dikaitkan dengan
pengaruhnya pada saat perlakuan manufaktunng dan machining.
Material armour buatan dalam neger! sangat dibutuhkan untuk Ranpur,
maka dari itu analisis dan hasH penelitian ini dibutuhkan agar
pembuatan Ranpur Pindad tidak rerhenti. Dari hasil material ranpur
tahun 2010, Desain (rancangan material armour) merupakan
bagaimana komposisi paduan yang sesuai dikaitkan
performance yang diinginkan, bagaimana proses heat treatment yang dilakukan
untuk mempertahankan karakteristik
manufaktur, dan analisis sejauhmana material armour dalam dapat
mendukung kebutuhan Ranpur untul(
adalah pembuatan prototipe armour Ranpur yang dimungkinkan
tebih ringan yaitu dengan pembuatan komposit plate Ranpur yang akan
dilaksanakail pada tahun 1. Material armour komposit dibuat darj
macam yaitu dan armour, alumunium
armour, dan lain-lain), keramik armour (alumina armour, boron karbida armour,
boron nitrida armour, titanium armour, komposit armour),. dan fibe;' armour
(kevlar, spectra, dynema, goldflex, dan lain-lain). Studi awal pembuatan
komposit armour dengan bahan keramik, fiber dan metal sudah dilaksanakan,
maka diharapkan tahun 2011 prototipe material komposit armour untuk Ranpur
dapat terwujud.
Material armour selama ini masih didatangkan dad luar negeri dengan
harga yang 5angat mahaL Untuk itu industri nasional (PT. Krakatau Steel)
berusaha membuat armour untuk memenuhi kebutuhan plate armour
untuk Ranpur, dan produksinya dilakukan di PT. Pindad. Untuk pembuatan
plate body Ranpur beberapa dengan plate untuk personal
2
armour, dimana pada body Ranpur harus dapat dibentuk di casting,
sesuai bentuk lekukan body kendaraan tersebut, dan dimana ada sambungan
seperti pintu dan lainnya harus mampu menyatu dengan bag ian lainnya. Pada
proses manufakturing, dimungkinkan perbedaan antara plate armour dari
luar negeri dengan plate armour dari dalam neger;, sungguhpun dari sifat
kekerasan dan kekuatan tarik tidak jauh berbeda dan sudah memenuhi
ketahanan balistik. Hal ini memerlukan suatu inovasi dan pengembangan
teknologi metalurgi yang cukup teliti, dimana perbedaan hasH proses
manufakturing kurang menunjukkan hasH yang sempurna. Sehingga perlu
adanya suatu analisis dan studi lebih spesifik untuk menyempurnakan
performance material armour buatan dalam negeri, sebagai bahan substitusi
armour dan impor.
3
1.4. Pengertian.
a. KSW 500 : Merupakan produk baja heat treated untuk aplikasi wear
steel (Baja Tahan Peluru) yang telah memenuhi persyaratan MIL-A
461000-2007.
b. Hot rolling : Oikenal juaga canai panas, sistem reduksi tebal material
melalui rei yang berputar.
f. NOT (non destruction test) : adalah suatu cara untuk deteksi atau
pengukuran dan sifat-sifat penting atau kemampuan material, bag ian
bagian, alat-a!at atau struktur tanpa merusak material yang diukur.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Tank.
kendaraan lapis
ban berbentuk rantaL Ciri utama tank adalah pelindungnya yang
biasanya adalah lapisan yang berat, senjatanya yang merupakan
meriam besar, serta yang untuk bergerak dengan
di medan. Meskipun adalah n yang mahal
membutuhkan persediaan logistik yang banyak, tank adalah
paling tangguh dan pada medan peran!;! modern, dikarenakan
kemampuannya untuk menghancurkan target darat apapun, dan shock
infanteri.
5
ringan dan han-pecahan ledakan. APe bisa
menggunakan roda maupun roda rantal
Penghancur tank.
6
yang bisa menembakkan peluru berdaya ledak tinggi, cocok untuk
melawan tentara yang yang bersembunyi di parit pertahanan.
7
keuletan matriks, atau menurunkan keuletan pada arah tegak lurus terhadap
arah pengerolan sebab inklusi tersebut memanjang pada arah pengerolan. Ni
bersama-sama Mn, adalah unsur yang sangat efektif untuk memperbaiki
keuletan pada temperatur rendah. la meningkatkan keuletan dari matriks ferit
dan sekaligus memberikan pengaruh yang baik pada penghalusan butir. Mo
dan W adalah unsur yang efektif untuk mengendalikan kegetasan temper.
Penambahan yang cocok biasanya sekitar 0,3 % - 0,5 %. Kadar N
meningkatkan sensitivitas terhadap pengerasan presipitasi karena regangan,
seharusnya N rendah, dan sebaiknya kadar 0 rendah karena menyebabkan
kegetasan pada batas butir.
HVmaks tidak selamanya teliti tetapi ada hubungannya dengan laju retakan.
Pengerasan seperti itu yang terjadi pada daerah pengelasan disebabkan
8
karena naiknya temperatur Dttemukan hubungan antara temperatur
transisi pada pengujian Charpy, dengan komposisi kimia dart muatan
2
dari baja yang berkekuatan tin99i 80 kg/mm yang di las pada keadaan tertentu.
9
tetapi menurunkan mampu maka penambahan C tidak
dalam usaha memperkuat baja tersebut. baja kekuatan tinggi
tanpa perlakuan panas, dan Mn dipergunakan sebagai unsur paduan
utama, mereka lebih kurang membahayakan mampu las, lebih
murah tetapi masih cukup untuk menambah kekuatan baja.
== 30,0 + 2,79 (%Mn) + 8,41 (%Si) + 0,397 (%perlit) + 0,791 (d"1/2) (2
4)
rendah juga meningkat, baja perlu dikeraskan dan ditemper. Sifat baja
inl ditentukan oleh kadar C, P, dan S dan unsur-unsur paduan tergantung
pada pilihan pembuatnya. Sebagai tambahan pada Mn dan Cr, Mo, V
dan seterusnya ditambahkan pada baja paduan rendah. Tergantung
pada tingkat kekuatan tariknya, baja tersebut dinamakan baja kekuatan
tinggi 60 80 kgf/mm 2 . Baja kekuatan tinggi yang telah mengalami
perlakuan panas apabila dibandingkan pad a tingkat kekuatan mulur yang
10
sama, mempunyai temperatur transisi yang rendah mempunyai
keuletan yang baik pada temperatur rendah.
11
fent-perljt atau perm. Untuk rnemberikan kekuatan dan keuletan
pada baja, pertarna baja dikeraskan dengan mencelup dingin,
untuk mendapat 100 % martensit harus didinginkan pada pendinginan
tertentu yang Jebih dari pendinginan kntis di tengah-tengahnya.
Mampu keras adalah yang menunjukkan bahwa baja dikeraskan
pada keadaan tertentu, 1"\.0,."' .... '" dalam dari permukaan yang didinginkan
struktumya menjadi martensit. Mampu keras baja dapat diperoleh dan
diagram temperatur transformasi dan waktu (diagram TTf)dan diagram
pendinginan kontinu (diagram eeT) pedinginan kritlsnya, atau dengan
Jominy yang dinamakan pengujian dlngin untuk
mendapat panjang daerah celup dingin. Makin laju pendinginan
kritis makin panjang celup dingin pengujian Jominy, makin
baik mampu kerasnya. komersial mempunyai mampu keras
!ebih kerena Si, Mn, unsur-unsur lain. Unsur-unsur
Mn, Cr, Mo, Ni, ,dan sebagainya memperbaiki mampu
baik kadar yang sedangkan unsur-unsur
lain V, W, U, dan sebagainya penambahan
menurunkan mampu keras. Sedikit sangat memperbaiki
tetapi tidal< dipakai kerena dan bersifat
recun. dikemukakan unsur-unsur
memperbaiki keras baja, pengaruh dan pengintian
penurunan laju pe, tumbuhan pada ferit proeutektoid, dan sebagainya
masih dalam penelltian, belum dapat dijelaskan setiap unsur.
Penambahan B sebanyak 0,0005 - 0,005 % sangat memperbaiki mampu
keras, tetapi masih belum mencapai pendinginan kritis. Dengan
penambahan B yang berlebihan menyebabkan presipitasi suatu senyawa
I
batas butir yang mengakibatkan kegetasan, biasanya
dipergunakan Kadar 0,001 0,0015 %, yang memberikan pengaruh baik
pada perbaikan mampu keras. Selanjutnya dengan Kadar karbon yang
lebih pengaruh yang lebih baik dapat diperoleh dan pada kira-kira 0,8 % C
hamplr tidak ada pengaruh yang dilihat. Disamping itu sebagai suatu
fa kto r mampu keras adalah ukuran butir austenit. Makin
ukuran butir austenit makin baik pengaruhnya terhadap mampu keras,
12
transformasi proeutektoid dan perlit pada batas butir
austenit, sehlngga makin banyak butir banyak tempat
pengintian, jadi transformasi demikian mudah terjadi. Kalau batas
butir mengecil maka transformasi berkurang, inj menyebabkan mudah
terjadinya transformasi martensit.
f. Kegetasan'l'OJ'l"'nLu'
Logam armour.
13
khususnya baja paduan berkekuatan tlnggi. Baja paduan tipe K12 dengan
komposisi Ni-Cr-Mo yang dibuat dengan proses tempa diikuti dengan ".n",,,,,,,,
14
kendaraan tempur. Tahun 19~7 paduan Ti-6AI-4V telah mulai digunakan untuk
menggantikan baja armor RHA (rolled homogeneus armor) karena lebih ringan,
tahan lama dan mempunyai massa yang lebih besar yaitu 1 - 1,7.
Peralehan paduan titanium biaya rendah terus dikembangkan, yaitu
dengan menggunakan electron-beam cold-hearth melting, proses
termomekanis dan proses serbuk.
ini, paduan aluminium berkekuatan tinggi merupakan paduan logam
armor yang sangat menjanjikan, tidak hanya ketahanan terhadap impak balistik
tetapi juga terkait dengan berat jenisnya yang rendah. Walaupun demikian,
informasi eksperimental dan komputasional masih terbatas dan
memerlukan pembahasan lebih lanjut.
[Michael . .1. Forrestal, 2009] telah melakukan penelitian pada pelat
paduan aluminium armor 5083-H131 dengan hasH persamaan perforasi yang
diaiami oleh pelat dipengaruhi oleh termal, besar
deformasi, kekuatan impak baHstlk kecepatan dari . Penelitan lain
yang dilakukan Army menunjukkan bahwa paduan aluminium armor struktur
mempunyai ketahanan impak yang tinggi terhadap proyektil tinggi
diatas 2000 mls dengan berat rendah.[ Kasonde Maweja, et 2008]
Sebagai salah upaya untuk mengoptimalkan
impak dengan mempertimbangkan material, perlu
dilakukan penelitian terhadap paduan aluminium armor berbentuk pelat
matriks de:ngan penguat kawat baja yang berasal dari steel rope. Paduan
aluminium yang digunakan paduan aluminium dengan unsur
magnesium dan mangan (seri 5XXX) dengan dasar berbagai penelitian tetah
menunjukkan sifat balistik yang optimal dan paduan ini. Sedangkan kawat
baja karbon yang merupakan bag ian dari steel rope digunakan penguat
untuk meningkatkan kekerasan dan ketahanan balistik dari paduan aluminiJm.
Plat baja tahan peluuru (steel Armor Plate) merupakan jenis baja
paduan (Alloy Steel) yang pada umumnya mengandung unsur tambahan
berupa unsur Nickel (Ni), Chrome (Cr) dan Molibdenum (Mo). Ketiga jenis
unsur paduan ini membuat plat baja tersebut menjadi iebih keras terutama
unsur Mo, yang umumnya banyak dipergunakan dalam baja perkakas seprti
HSS (High Speed Steel). Nickel membuat baja armor menjadi lebih ulet dan
15
Chromium , disamping membantu pengerasan juga
terhadap oksidasi yaitu tahan karat Kombinasi Cdromium dan Nickel banyak
dimanfaatkan sebagai paduan yang mampu membuat plat baja menjadi lebih
tahan terhadap cuaca.
Baja Armour KSW 500. baja anti peluru armor plate
produksi PT Krakatau Steel Indonesia yang diberi nama dagang KSW 500,
telah memenuhi spesifikasi plat anti peluru yang di serifikasi
kelayakannya di keluarkan oleh Direktorat Jendral
Karakteristik informasi umum dan teknis Plat Tahan Peluru
KSW500 adaJah dalam bentuk dengan ketebalan 8 mm dan 10 mm, lebar
600 - 1600 mm dan panjang 3000 mm maksimum, berat plat baja 5 ton
maksimum per paket. Adapun komposisi KSW500 ini seperti terlihat
Tabel dibawah ini,
iP 0.01max 0.01
0.010 0.005max 0.003
0.20-0.30 0.333 I
i
16
, AI !
0.10
Ti 0.10
Cu ! 0.25
Pb I 0.01
Sn 0.02
2.4.
a. Prinsip metalurgi
17
yang terjadi dalam menghasilkan "sound welds" dan memberikan
alternatif solusi untuk mencegah terjadinya cacat Pada setiap
proses pengelasan, khususnya fusion welding, ada dua aspek yang
terkait aspek termal dan aspek kimia. Aspek termal dapat
mengakibatkan adanya perubahan pada karena adanya slklus
termal yang mengakibatkan terjadinya perubahan metalurgi ~""'n.c.rtl
18
b. Pengujian & Inspeksi Lasan.
19
lasan. Pengujian ini dlbagi manjadi : mekanis, uji kimiawi dan
uji struktur (methallography) . 8eberapa contoh pengujian
merusak antara lain:
a) Uji mekanis (mechanical test), terdiri dari :
(1) Pengujian tarik (tension test), pengujian ini
bertujuan untuk mengetahui kekuatan tarik
dan keuletan material hasil lasan yang dikenai
beban tarikan.
(2) Pengujian tekuk (bend test), pengujian ini
bertujuan untuk mengetahui apakah
terjadi pad a lasan setelah diberikan beban
tekuk (soundness Spesimen pengujian
tekuk terdiri bend specimen, root
bend specimen dan bend
(3) Pengujian pukul takik (impact
untuk mengetahui
dan jenis patahan terjadi
(pat<:.: . patah ulet campuran
Pengujian ini dilakukan pada kondisi
temperatur yang
(4) Pengujian kekerasan test),
pengujian bertujuan untuk mengetahui
ketahanan material deformasi plastis
berupa indentasi atau penetrasi material
lebih Jenis metoda pengujian ini terdiri
dari : metoda Vickers, metoda Brinell, dan
metoda Rockwell.
b) Uji Struktur (methallography test), penguji~n
i
metalografi hasil lasan umumnya terdiri dari :
(1) Uji struktur-makro (macro-structure test),
pengujian ini bertujuan untuk mengukur
penetrasi kampuh las, jumlah lapisan
(layer), panjang daerah HAl, dan cacat
cacat makroskopik (macro defects).
20
(2) Uji struktur mikro (micro-structure test),
pengujian ini bertujuan untuk mengetahui
struktur matrik yang te~adi di daerah
kampuh las (wei zone), daerah HAZ dan
daerah antar muka (interface zone), selain
itu cacat mikro seperti inklusi, retakan mikro
dapat diamati.
2) Pengujian Tidak Merusak (NDT).
Pengujian tidak merusak umumnya bertujuan untuk
mengetahui dan menentukan keberadaan cacat-cacat pada
daerah lasan dengan menggunakan peralatan dan metoda
khusus seperti : sinar radiasi, gelombang ultrasonic,
partikel magnetik dan cahaya. Dibawah ini dijelaskan
secara singkat metoda tersebut diatas antara lain:
a) Pengujian visual (visual test-VT) , pengujian ini
bertujuan untuk melihat penampakan (appearance)
dan dimensi dari daerah lasan (width & height of
bead). 3elain itu cacat-cacat !as- seperti : undercut,
overlap, cracks, pits, slag inclusion pada pemlukaan
las dapat diamati dan juga ukuran dan dimensi dari
throat yang diijinkan dapat cek kesesuaianny. Test
ini sangat sederhana, praktis, dan tidak mahal.
b) Pengujian radiografi (Radiographic test-Vf),
pengujian ini bertujuan untuk mengetahui cacat
dalam (internal defects) pada lasan seperti
porositas, incomplete fusion, cracks, slag inclusion,
dll, dengan menggunakan metoda pancaran sinar
elektron (radiasi) . Ada 2 metoda yang u,mum
digunakan yaitu : X-ray dan gamma-ray. Jika ada
cacat di dalam lasan, intensitas radias; yang
dipancarkan ke lasan tersebut akan direkam dalam
radiophotograph yang berupa film negatif.
Penampakan gambar kehitaman (blackened) pada
area lasan tertentu menunjukkan keberadaan cacat.
Untuk meyakinkan kualitas hasil gambar radiograph
21
biasanya digunakan Image quality Indicator (lQI)
dan contrast meter.
c) Pengujian ultrasonik (ultrasonic test-UT), pengujian
ini bertujuan untuk mendeteksi cacat dalam
(interface defects) suatu dengan
menggunakan gelombang pendek suara (ultrasonic)
dengan rentang 0,5-15 HHz (megahertz) yang
berpenetrasi ke dalam material yang diuji dan
direfleksikan melalui penerima probe,
selanjutnya ditampHkan dilayar monitor.
d) Pengujian partikel magnetik (magnetic particel
MT), pengujian ini bertujuan untuk mendeteksi
adanya perrnukaan (surface defects) pada
lasan sepert! retak, terbuka, dll,
bersifat magnet
tjdak dapat
keeil dan juga untuk
yang non-magnetik sepseri baja tahan karat
penetrasi pewarnaan (dye-penetration
-PT), pengujian ini bertujuan Urituk mendeteksi
adanya permukaan (surface defectsO pada
lasan seperti retak terbuka, porositas terbuka
dipermukaan, dll, dengan menggunakan indikator
pewamaan (red penetrant, fluorescent).
c. Desain
22
1) Sambungan las.
3) Jenis Lasan.
23
digunakan an9gota sambungan dengan jenis
sambungan seperti sambungan T dan sambungan
tumpang.
4) Jenis Proses
25
The MIG-process menggunakan sumber arus
langsung atau direct current power source, dengan
elektroda positive (DC, EP).Electroda positive
menghasilkan suatu sambungan dengan lapisan oksida
dapat di lepaskan secara effisien dari permukaan
aluminium, sehingga secara tidak langsung dapat
menghindari terjadinya lack of fusion dan inklusi oksida.
Logam di transfer dari kawat filler ke dalam celah logam
yang disambung atau weld bead akibat adanya gaya
magnetik, sehinga tetesan metal cair di transfer, spray
transfer. Keadaan ini mampu mernberikan penetrasi yang
cukup dalam dan memungkinkan penyarnbungan atau
pengelasan di segala posisi. Hal ini sangat penting untuk
menghasikan kualitas las yang baik rnelalui spray transfer .
Ada dua jenis MIG-welding processes, yaitu
conventional MIG and pulsed MIG: Conventional MIG
menggunakan constant voltage DC power source.
Sehingga spray transfer terbatas pada busur arus tertentu.
Conventional MIG process mempunyai batas rendah busur
arus (or heat input. Hal Inl juga terbatas pad a
penggunaannya, yaitu pengelasan untuk material dengan
ketebalan diatas 4 mm. dibawah 6 mm direkomendasikan
menggunakan backing plat untuk mengkontrol weld bead .
Pulsed MIG menggunakan DC power source dengan with
superimposed periodic pulses pada arus tinggi. Selama
beroperasi pada tingkat arus yang rendah, busur terjaga
;
dengan baik tanpa terjadinya metal transfer.
Keunggulan GMAW dibandingkan dengan SMAW ' dimana
pada GMAW depat dilakukan pengelasan di semua sisi
dengan energi yang relatif rendah sehingga tidak banyak
dihasilka terak.. Walaupun demikian kelemahan dari
GMAW terletak pada peralatan nya yang begitu komplek
dibandingkan dengan SMAW. Ada tiga metoda dasar dari
26
ke~a GMAW dilihat dari metal transfer, seperti terlihat pad a
gambar dibawah ini, yaitu Short circuiting transfer, globular
transfer dan spray transfer. Pol a trenasfer yang sangat
stabil mungkin didapat dengan adanya gas pelindung
Argon. Short circuit juga sering dikenal dengan short arc
atau dip transfer tercipta dengan menggunakan rentang
arus las yang paling rendah dan tercipta weld pool las yang
relatif keeil yang akibatnya terjadi proses pembekuan yang
cepat.
Electrod
Travel~
Solldfied
J
'ol'ekl melill ~r-r---If'''':A. I
Gambar 2.2. lIIustrasi Metal Inert Gas Welding secara /engkap yang
meliputi shielding gas dan Molten weld metal.
27
Hasil pengumpulan data ke PT. Pindad didapat beberapa data dan
informasi tentang fasilitas manufaktur, dan melaksanakan proses
manufaktur plat armour KSW 500.
28
Gambar 2.5. Proses Pengelasan MIG pada body ranpur.
29
dihasilkan, sehingga baja armor yang dihasikan selaian bersifat
sangat keras dan juga bersifat toughness.
Pada Tabel dibawah ini dapat dilihat jenis baja, temperatur
austenizing, temperatur tempering dan kekerasan yang dihasilkan.
Sebagai contoh untuk baja AISI 1045 dilakukan proses pemanasan
kembali (reheating) pada temperatur 850 C selama beberapa menit
tergantung dari ketebalan baja tersebut setelah di quenching
dilakukan pemanasan kembali yaitu tempering pada temperatur
antara 200 sampai 510 oe, kekerasan yang dihasilkan didapat
sekitar antara 35 sampai 55 HRc. Disini terlihat semakin tinggi
temperatur tempering semakin rendah kekerasan yang dihasilkan .
- --~ . -.- -
.''l"1
\ '. l,lI :\kniliiir~~ kIl11'('f.W Ilk lilH': I,: nl p~'rin:~ kmr('Lil ll kllllk Ibr..lli\'.\; I'lii,:
IK(I Ilik kn~'~ ~
\ IJ\ III, ~:; :\ ' I' ~jI nJin , 21111' \ • Ill! TIl iII. ~\'
" 2..\ lIi~ 1
r,1 Rill, ~\,\. ~Illnill. ,W,,' ','I i lIlin. 4'1
1 •
• , ~ 111m
l if~~ ~~il : " ';'/1 mill. 21il l' I,ili filin. ' ) _..'. nlln
)
•. :' U1P.I
I'i~~ :~ '; i I I, '\:1 IIli u, 'I il,I,' i,'li min. ,",
I '
2. ~ 1111 11
,\;:r \1.: 1 I!IIi I) I~ ' I, .~" miu. f' !I"\' 1~I, ll1Iin. pllt.i 4,1 ~.I1 111111
,q ll:CI.'li ulill
30
AerMet 1DO, MRHA dan AISI 1045 dapat jelas terlihat dimana kekerasan
yang dihasikan mencapai 40 sampai 45 HRc.
31
Performance dari plat armor tersebut keberhasilannya tidak hanya
ditentukan dari hasi proses quenching dan tempering serta sifat
mekanis yang dihasilkan, tetapi juga sangat ditentukan dari hasil
pengelasannya atau penyambungan seama proses pabrikasi.
a. Pengujian Kekerasan.
. _.~. ! J
32
pengujian kekerasan, yakni : Brinnel (HB / BHN) , Rockwell (HR / RHN),
Vikers (HV / VHN), dan Micro Hardness (Namun jarang sekali dipakai
red) . Pemilihan masing-masing skala (metode pengujian) tergantung
pada : Permukaan material, Jenis dan dimensi material, Jenis data yang
diinginkan, dan Ketersedian alat uji
1) Brinnel
Spc<.:i:tnen
.~ An vi l
1 DAl. e;ute:r
Diameter D
.---~ -.---~--~.
r, Ollt 'VtcW
'- -I .
,JJ]t'i f'"
•
.
_
. --
"
...
" ..
"
. . ) 'J ;~!~I~J
J
1- .
_ . -J L_ l t
33
Pengujian kekerasan dengan metode Brinnel bertujuan untuk
menentukan kekerasan suatu material dalam bentuk daya tahan
material terhadap bola baja (identor) yang ditekankan pada
permukaan material uji tersebut (speciment). ldealnya, pengujian
Brinnel diperuntukan bagi material yang memiliki kekerasan Brinnel
sampai 400 HB, jika lebih dati nilai tersebut maka disarankan
menggunakan metode pengujian Rockwell ataupun Vickers.
Angka Kekerasan Brinnel (HB) didefinisikan sebagai hasil
bagi (Koefisien) dari beban uji (F) dalam NeV'iton yang dikalikan
dengan angka faktor 0,102 dan luas permukaan bekas luka tekan
(injakan) bola baja (A) dalam milimeter persegi. Identor (801a baja)
biasanya telah dikeraskan dan diplating ataupun terbuat dari bahan
Karbida Tungsten. Jika diameter ldentor 10 mm maka beban yang
. digunakan (pad a mesin uji) adalah 3000 N sedang jika diameter
Identornya 5 mm maka beban yang digunakan (pada mesin uji)
adalah ?50 N.
Dalam Praktiknya, pengujian Brinnel biasa dinyatakan dalam
(contoh ) : HB 5 / ?50 / 15 hal ini berarti bahwa kekerasan Brinell
hasil pengujian dengan bola baja (!dentor) berdiameter 5 mm,
beban Uji adalah sebesar 750 N per 0,102 dan lama pengujian 15
detik. Mengenai lama pengujian itu tergantung pada material yang
akan diuji. Untuk semua jenis baja lama pengujian adalah 15 detik
sedang untuk material bukan besi lama pengujian adalah 30 detik.
34
2) Vickers.
---+---~ ~ . ; .. j
.->.. ~ - .-
: I
I .~~~"
35
3) Rockwol1
S'~ ---~Ll
hvil, m:iV'!j up or bn ./
~kl\nu:l) ~ ftd
--"L=-~-r--~ (I) ~l
ITIIIJID] (2)Xmrl!d Colli!
[l . .., .., I
36
material terhadap benda uji (speciment) yang berupa bola baja
ataupun kerucut intan yang ditekankan pada permukaan material uji
tersebut.
37
GayaTarik
Partarrbahan Panjang
( ?;r:;:'::l:::il~,:':,:':::h
---- --- --7-------- -::.;;;-____
I
I irik lldnli
:1,
'oJ
.,
'",,..
II ,
I
D 1 P R
14 50 &l >15
Dimensi spesimen uji tarik (JIS Z2201). Ilustrasi pengukur regangan pada spBsiriien.
Gambar 2.13. Dimensi sample uji dan metoda pengukuran strain.
39
Perubahan panjang dari spesimen dideteksi lewat pengukur
regangan (strain gage) yang ditempelkan pada spesimen seperti
diilustrasikan pada Gbr.13. Bila pengukur regangan ini mengalami
perubahan panjang dan penampang, te~adi perubahan nilai
hambatan listrik yang dibaca oleh detektor dan kemudian dikonversi
menjadi perubahan regangan.
'~
J I~. l1e~kiHg
C , :::l
cr11 ----------------------------------~
~ ,
Landin~ B
/ ,' 0":.),
I (J
/1,
p" ~ ---1<\J\ .-
OJf~'
V ii,}
:r. .\< (j , ()
"J,
~
.... G, (J'x.! J 1;
.,.; I).'
IZ; /'
if,, /
~o
- (f (~ l
r'
'e1.1 .!. r
...~ t
l
'~ f
....
r.L f /
;. Load release path
I'
i l ,Y
I
f,
: t
l
f I
j
0 E
,--'
"7
C'
~~~-y-.{
i I
Engineering :Strain
!~I
.. " .1 •
...
40
Berikut dibahas istilah bahan dengan
berpedoman pada hasil uji tarik pada Gambar diatas
Asumsikan uji tarik dilakukan mulai dan titik 0 sampai 0 ;;)C;;:"UCII
41
e) Tegangan luluh bawah aly (lower yield stress)
Tegangan daerah landing sebelum benar
memasuki fase deformasi plastis. hanya
disebutkan tegangan luluh (yield , maka yang
dimaksud adalah tegangan ini.
42
j) KekLiatan patah (breaking strength)
Pada Gambar diatas ditunjukkan dengan titik D,
merupakan besar tegangan di mana bahan yang diuji putus
atau patah,
SirJl1l
Beberapa istilah lain yang penting seputar interpretasi hasil uji tarik.
1) Kelenturan (ductility)
Merupakan sifat mekanik bahan yang menunjukkan
derajat deformasi plastis yang te~adi sebelum suatu bahan
putus atau gagal pada uji tarik. Bahan disebut lentur (ductile)
43
bila regangan plastis yang te~adi sebelum putus dal'i
5%, bila kurang dari itu suatu bahan disebut (brittle).
44
tlJ:'~~ '\"' ~l' '"~ ~·~r
!" :' ~I"":'~I" ·
~ \oJ'. ......
d:,l••""' :, i--o ,\
\.J....U. ~i.' .I,.I~
·;e:.~ :tZ3:
. lJe:t3 ui 3lDtllJ3!l.'J!l'::. :~~
l
--11~
.. Il~
,
L
J
.
::..:. -
.'
.~,':.!..'1
, ,
45
I-Iar(jness (~ 'rensi Ie Strength \.,j
. ;. '. : '"
I ~
(J,s == 500x 1/ B
Pada gambar diatas terlihat dimana jika baja armor dengan kekerasan
yang didapat mencapai nilai 500 BHN atau sekitar 51 HRc maka nilai
kekuatan tarik atau tensile strength didapat sekitar 250 x 10"3 psi atau
sekitar 1700 MPa.
46
Tabel 2.3. Gambaran jenis uji kekerasan dan standard acuan.
..\.JPt'ft'.'. ·I.~'I
( 'I .
:1(1"II
" y, , '," . . •' r:
Ii' '/' !,'
.. i
I ' ...
l 'r'
r,f,'
/ :, II "I bi!i
,, I..j' lIr, ,.'I
~" ,
I°i ;' 1;111, .IJ'I
'"
47
Tabel 2.4. Perbandingan uji kekerasan Rockwell, Brineil, Vickers, dengan
Tensile strength.
H-: ::- A _'~ , e'- I ·~ ' 4.: I V. , - .- ,,"N '(~' "a,rt-? '! "lC4. ( -( t
c_ ~~. :~ 0 t- 1::"'-:1 . ~' '.J', '. ')~ '_'< t~:'!· ~'f'· ,,,,,~. • H "1;' J.. . ,;.~~
,,: ,' !," l ... !:,::.. :t," p ~ ; ~In -:a:. ;'1 :;.~. t-.;:,,'( 1
: .-' 1 ~ {: 8'J ~ : ";i :. : ) 1 - i '~
&6
" j') '332 ·1 ' 381 I J '~
..
" ,J
t,1 J7 1 Z1
j .~
! :. I j ..~ I;
J ij . ~ -j ! I ~
_ S j J
J .~ ""I,
" l';
j j ! }
l') ·~ , )S
; ., '3 1.'
~; I) ,"
.. ... . 1
2.S. /
Uji Balistik
48
a. Kenyataannya memberikan masukan bahwa untuk plat baja armor
dengan kekerasan lebih tinggi dari Rockwell C (HRc) 52 ternyata
tidak mampu menahan integritas strukturnya apabila mengalami
impak dari full-scale-caliber energi kinetik (KE).
b. Kekerasan baja haruslah menunjukkan nilai V-notch Charpy
(CHV) nilai impak lebih besar dari 20 ft-Ib yang diukur pada
temperatur - 40 of.
Didasarkan atas masukan para peneliti seperti (Avyazian dan Papetti, 1973,
Campbell dan Avyazian, 1985, Papetti , 1978). Berdasarka konsesus dari US
Army's armor experts, maka komposisi kimia baja armor yang memenuhi
persyaratandiatas adalah; sebagai contoh baja armoe IRHA dengan 0,25%C
2,05%Ni-1,00%Cr-0 ,46%Mo-0,34%Mn-0,03%Si-P<0,01% dan S<0.005%wt.
Sedangkan hardenability indek (DI) berkisar antara 9 - 10.
Pada Gambar dibawah ini meperlihakan gambaran skematik dari balistc impact
test, seperti terlihat terdiri dari mounted gun, photoelastic velocity detector,
pemegang taget tembak dan plat haja.
" , ., .j
)'
;., -1.' , '_
of ... ~ •
! ~ . ~l
~
i
II
, of
.. . P••
l i I' .,:,:,<,
f, i,'<ii
-- , '*
' • , I . , . , , . _:- •• J;I - 1" -' ,,> 1,<i
: 'j ' - " ! ' , , ' ;",
49
Gambar 2.19. Memperiihatkan personil sedang melakukan uji tembak
dengan senjata laras panjang.
Dalam uji balistik, ada enam mode balistik penetrasion dali balistik test yang
dihasikan dari kinetik penetmtor energi, seperti terlihat pada gambar illustrasi
dibawah ini.
a. Petalling
b. Fragmantation
c. Radial Fracture
d. Brittle fracture
e. Ductile hole growth
50
BritTle Fr;:tct"ure
K.""diul Fractur"
)e"tal ling
Pad a Gambar berikut ini memperlihatan berkas uji penetrasi balistik dari
beberapa jenis baja armor dan bentuk penetrasi yang terjadi.
51
(a I 41J.O. RI.:4), ~t <1 04110, R;;:45, I;';:::' H)4j. K(:.$5. (d) l(·~:'. ~d:'.
',-': :' A.t I \kt lUll , m Al7;.kt 1{J(I. t~, \3RH..-\. Rc':'(':. 1:'l 'I-r.,I?J-IA. R-;:";').
RdS. V=697m's ~k·F_ \,·h,:~rJli:-., V:;;(t52 In.;!>. ~.·'"'(;{i:· 111.),.
Cr..-.s.;.; :';('..:li(,ln,:'d '. I(,'.\" ,)1' \;.'~I..:h or til,: imp:;,cl..:-d I~Hg..:-t:::, '.j;.
-+-+ g r~'1 i 11 F S P
52
75 0
iQiJ
65 0
....
:./,
" ,
~t::'IL'J . : .J1'
-1f'-.1P . I ~n '!'
r i I
~
"
:J ,:>D 65
1::. ~
1 "II ' ,.
7Q~
~
l
:},:,;:
~ ,)C'
55 :) ,,
.~~.
~,,) O
~:' ; l ' J,"' " "
~ ~)()
' .-.
~ , ,) 0
II" I
;".> J '>i"J
..... ; ~tt \ ; , n ':
3)0 0 " \, \1 : riv, "J i ... y
I ,,' ,',.
",SO -J&.,-)· -~ ·',,"<"
- ..._.:.j . ... ; ' t""
~LlO
(h) Rear Surface .~ ,. :',
1 ~O L","___,,_,, ,."
!OO ' r . i I I
i~ ~~ ~I) .55
I
r3~11Ii~ti( limit ',~Io~.'iti('s ~Hhl photf'~r~·lph~.; ~H')lIlld p~n\.' tr'::'I
li,Jn ('a\'ili(~ fCiI' 2-2.5 1111ll ~lll1h'ir pl~lk;;' arkr irnp~"\:l ~y 44
-
cr8in FSP. i~'I " front ~lIrl~ll't'. i ~ ,'; rt'~H surf~h':(,
' , ,
53
Pada Gambar berikutnya memperlihatkan uji balistik plat baja tipis
dengan ketebalan 2 mm dan 2,5 mm dan hubungannya dengan 44 grain FSP.
Pada Gambar tersebut V50 batas kecepatan balistik dari baja plat MRHA
terlihat lebih baik dibandingkan dengan baja plat armor 1045 dan 4130 dengan
ketebalan 2,5 mm dan AerMet 100 dengan ketebalan 2 mm. Batas kecepatan
balistik bertambah dengan meningkatnya kekerasan dari plat baja 4130 dan
MRHA, tetapi menurun untuk baja armor AerMet 100. Hickey dan Thomas th
1985 telah mempelajari performance ballistik terhadap baja quenched
tempered ESRNAR 4340, didapat bahwa untuk V50 kecepatan batas balistik
dari ESRNAR 4340 meningkat dengan meningkatnya kekerasan baja plat
MRHA yang di pergunakan pada penelitian tersebut dibuat dengan
menggunakan Vacuum Induction Melting (VIM) dan Vacuum Arc Remelting
(VAR).
Untuk pelat baja 1045, maks:muf11 V50 didapat pada kekerasan RC 45.
Secara umum semakin keras target yang dituju, semakin besar jumlah erosi
proje!'~ : l dan deformasi dan semakin baik performance balistik yang dihasilkan .
Tipe ini merupakan armor protect yang didefinisikan pada bab 5.2.1,
yang juga menahan ancaman lesser seperti 12 gauge No,4 dan
umumnya handgun kaliber 25 dan 32.
54
Tipe ini didefinisikan pada section juga sama dengan diatas
menahan lasser 12 00 buckshot, 45 Auto, 38 Special,
kaliber 357 Magnum dan 9mm.
Tipe ini mengaju kepada standard test section 5.2.5. dan ancaman
tertera pa a section melalui
Pad a gambar dibawah ini dapat dilihat iIIustrasi posisi tembak ~ang
/
meliputi sample uji dan jarak tembak pada posisi uji level I II-A dan III-A
!
55
-----·0" .. ~r l gg.t
Gambar 2.23. Illustrasi Posisi palat baja armor pada saat dilakukan uji tembak'
TANGENT PLAN.E
\ TEST SPECIMEN
J
Perubahan standard uji untuk Level II-A, Levell! dan Level III-A, dari
yang lama (01.01 .03-0LD) dan yang baru (01.01.04 - NEW) dapat dilihat
pada tabe/ dibawah ini.
56
TabeI2.5. Standard Uji tempak Level II-A, Level II dan Levalill-A.
To keep blunt trauma under the 1.7" (44 mm.) maximum , an 01 .01 .04 vest
might be
Sebagai contoh hasil uji tembak terlihat pada Tabel berikitnya, dirnana
memperlihatkan Level uji (Armor Type), Test Variable dan Performance
required .
57
Tabel 2.6. Tes Summary Variabel Tes dan Persyaratan
~~:r,;6;d
Sr.?M
:.~~ n:Jl!i. ':·-"IZ~;:¥.. 3~=-a1 :A:~,-,~d a':i:.r .~::.:,~: p~~::",:.
::·:J;:::'~m :..:.It ~:.::xir.· ':"':"':-~m.o:: p~:.~!~~;
:r:.~ ~ [; ;.~ l5 ~ ,~ }
: ;:~ ~r ~ f·; ~.~. tU
~; 0.:::' ~.( ~ [:::.; :: ::::. . - .... n.:....
j .,:, ..:.
.~
_ .. _ )
:;""V""
. . .l .... ::4 ~r
+! ..' .r,_oo_~ 'I.-.- ::: ;; ~ ! - :: ; 5::::. .... ~~ : : ; 0.: '• }
:';;l.i \~~,!;:: r ~J ;' 24 t
: ~r (4t): : 5( :: ;
':::'.; :~ ~:i
..,.
. \ 3( .. )5 :c: ~ ~~ ::~ ~~ ~~ : : ; D.:. ~
.-t" :~t ~r 22iu 2~;( : 5( =: Ii
~j-:»,;:.l!
~,.quir;~:
. ,
.. -_ ....
: .... ,.,_..... • ~>w= ".
:,. '-
: .. O:..
\\ I ...C,;
58
kekerasan pada daerah material dasar atau Base Metal, Heat Affactive
Zone atau HAl didaerah kampuh las atau Weld Metal. Sebagai contoh
pada jenis baja dibawah ini, dimana baja armor ini mengandung unsur Cr,
Ni, Mo dan V. Hasil uji distribusi kekerasan seperti terlihat pada Gambar
dibawah ini, terlihat dimana terjadi penngkatan kekerasan yang sangat
siknifikan dari 270 HV mencapai lebih dari 300 HV. Walaupun demikian
terjadi penurunan di daeah kampuh las dari puncak kekerasan yang
dicapai mejadi 290 HV.
.?·ll) - r - - - - - - - - , - - - - - , . - - - - . , - - - - - - - - - - - - - - ,
.~.\/t\.
• I
,
·· . .:: ,.
= .. :~ 1
'\
•,
•
~
I
'T!
m
•,
I
g: 27i) •
I
I
1
I
I
I •
•,r
B;)se H.AZ V'.'el:j . !I
Metal·' I .
Se;3m!I
24-) +-~-...--_'l---'-_t_II-----r-~......-y__.-'~'--.----1.r---r--...-,r----I
·~· 0-40 ·30 ·20 ··10
Distance {mm}
- • • , 0" ,- • ••• •• • ''' 1 ... c: .... .. ... ., . ..
59
dilakukan dengan memberikan preheat agar mengurangi resiko seperti
retak yang terjadi.
Gambar 2.26. Struktur mikro daerah HAZ pada (a) single pass welded
60
Kandungan karbon dan karbon equI'Jalent (CEV) sangat
mempengaruhi performance baja armor terhadap kerentanan terhadap
reak (susceptibility to creak). Seperti terlihat pad a Gambar hubungan
kandungan karbon dan karbon equivalent di bawah ini. Zone 1
merupakan daerah dimana sangat aman yaitu Low susceptibility to
creaking, sedangkan pada daerah II kecendrungan retak sangat
tergantung kepada kondisi dan zone III daerah dimana resiko yang tinggi
terhadap retak.
Z<ilt,! Ii
o3 SUSGcptlb: 1.'/ tc trat k!li;,~
• 1;>£1"'fl
.!d·. t'<-OI
.- J<» 1i Is
. . ' \ , ." ..
(~n r,' :rll" li!iIJI-"~
' , '>I tl . ....
O~~-O~. 4--~-O~.6--~~O.-8~
Carbon equil,'Jalenl CEV
Gambar 2.27, Hubungan kandungan karbon dengan karbon equivalent (C~V)
terhadap resiko retak.
61
dapat dilihat bentuk struktur mikro hasil las di daerahHAZ dan daerah
Kampuh Las (Weld Metal).
Gambar 28.b. Structure of welding joint of Hardox 500 steel in the fusion
zone: W - wei material, HAl - heat - affecting zone. Arrows
(1) indicate weak outline of the fusion area. In tje heat
affecting zone a structure of post-martensitic orientation with
areas of bainite (2) and troostile (3) is clearly visible.
Widmanstatten's structures typical for Significant over-cooling
have been obserbed locally. MiliFe etched, LM .
62
dibandingkan Hardox400, dimana nilai kekerasan pada bagian kampuh
las menurun sangat signifikan dari 500 HV menjadi 230 HV untuk baja
Hardox500.
Gambar 2.29 . Hardness changes in welded joint of Hardox 400 steel in the as
delivered state:.6.h =35 mm, wei hardness:l:: 210 HV10
'.,,:',r
. . ..
~ ;
2:) .1')~
-.,.. ;:(,"i
~-
~ :: 0::
I
tJ
~ ~':/:
T )UJ
" 5:;
"l( ......_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _............1._ _.-;
E-:l
Gambar 2.30. Hardness changes in welded joint of Hardox 500 steel in the as
delivered state : ~h =45 mm, wei hardness::::: 230 HV10
/
63
4'.(: , - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - ,
'(;(, L - -_ _ _ _ _ _ _ _ _- - ! ._ _ _ _ _ _----'
Gambar 2.31, Hardness changes in welded joint of Hardox 400 steel after
hardening. Maximum hardnessnin the HAZ ::::: 410 HV10 . Minimum
hardness or the weld material::::: 340 HV10 .
:: ~: ' :
"~JI!
;-il ~ (I
Gambar 2.32 Hardness changes in welded joint of Hardox 500 steel after
hardening. Maximum hardnessnin the HAZ ::::: 503 HV10. Minimum
hardness of the weld material::::: 430 HV10.
64
1:1,:
I,
~~ .J li:
1i
.:
~ +l:i~
i
:'~ i':
.. , ·Ii:
L-l.I:." r ... ,,"
" "II .O:C ,,,,,,f' .'t· '.'
"(.;,',,,:1 r ,.,
. \1'" Ir' '"1
•• f.'. I",'
..ln..;'I,rr.•r 1\I
b. Cutting Process.
65
• Plasma Arc Cutting (PAC)
• Mechanical Cutting
66
electric arc dapat dipergunakan untuk pengelasan atau welding dan
pemotongan benda benda lain seperti benda tuang atau casting.
Gambar 2.36. Proses pemotongan plat baja armor dengan oxygen torc,; I
cutting arc.
67
Gambar 2.37. Gas Cutting yang dipergunakan di PT Pindad
68
BAS III.
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN.
Adapun tujuan dari penelitian kinerja plat tahan peluru yang dipergunakan
untuk body ranpur 6x6 (Anoa) ini adalah terutama untuk melakukan evaluasi
produksi plat baja anti peluru dalam negeri yaitu produksi industri baja Nasional
PT Krakatau Steel dengan nama dagang (trade mark) KSW500. Jenis baja ini
merupakan produk unggulan industri baja tersebut, serta kemampuannya
m€mproduksi jenis baja spesial ini diperkirakan akan menjadi trigger bagi industri
hilir lainnya dalam mempercepat kemampuan dan kemandirian industri nasional
terutama dalam alih teknologi. Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah;
b. Survey pustaka dan literatur acuan yang menelahah baja anti peluru
yang berasal dari negara lain serta pembanding kualitas baja anti
peluru dalam negeri .
69
daerah pengaruh panas (HAZ) akibat masukan panas las
terakhir melihat kinerja kemampuan plat tersebut selama proses
perakitan.
Pad a bab diatas, yaitu tujuan penelitian, telah diuraikan dalam tujuan
penelitian antara lain adanya proses keberlanjutan dalam mempercepat
kemandirian industri dalam dalam memproduksi atau menyediakan
baku untuk kebutuhan produk atau Alutsista, sehingga yang
diharapkan yang dapat dihasilkan dalam penelitian ini adalah;
Benchmarking SebagalLandasan
produk tuar Penetitian Mat..
r~rmor
Evalu2Gi Kualitas
produk yang APh TeknologJ (TOn
dih.asHkan
Feed Back ke
EVi:1lll e~ i Vji Ba!JstJk produsen
71
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu penelitian dimulai pada bulan April 2010 dan berakhir bulan
Desember 2010, sesuai dengan proposal penelitian yang telah disampajkan
sebelumnya.
Analisa data
Diskusi
Penulisan Laporan dan Penjilidan
Pengambilan data
Pengamatan Proses pembuatan Baja KSW500 dengan plat
horizontal
Pengambilan Sampel Uji baja KSW500 sesudah di lakukan
perlakuan panas.
Diskusi.
c. Industri Manufaktur RPP Ranpur 6x6 PT Pindad Bandung. Kegiatan
yang dilakukan disini antara lain,
72
Pengambilan data
Pengamatan proses manufaktur RPP ranpur 6:><6
Melakukan pengelasan sampel Uji sesuai prosedur yang berlaku
Uji tembak atau uji balistik
Diskusi
Untuk pelaksanan penelitian ini, plat Armor produksi dalam negeri yaitu PT
Krakatau Steel dipergunakan, yang telah mendapatkan s ;;rtifikat kelaikan dari
kementrian pertahanan.
Pelat Baja Armourdengan kode dagang KSW 500, merupakan hasil dari
proses pengerolan panas (Hot Rolled). Hot rolled steel tersebut seterusnya di
proses melalui Heat Treatment Plant sistim Horizontal (perlakuan panas), dimana
awalnya baja tersebut dipanaskan melalui proses reheating, kemudian keluar'
dapur pemanasan (air cooling) setelah itu langsung masuk ke dalam water spray
cooling dan proses tempering. Gambar 7A pada iampiran dapat dilihat proses plat
tersebut, dimana pada Gambar 7A memperlihatkan dapur tempering yang
letaknya terpisah dari Heat Treatment Plant Kontinous tersebut.
73
4.3. Metode Penelitian
MULAi
PENELITlAN
STUDT LITERATUR II
I SAMPLE UJI . I KUNJUNGAN LAPANGA1'·J
J
~ ~
PLAT BAJA KS\V500 PTKRAKATAU
KETEBALAN 10 ·1 UJI KOMPOSISI I STEEL
I
J U]I BALISTIK! I I
I I . PT PINDAD
- -_. I '-------r--I
DEPARTMENT
UJI PENOAMATAlf I
METALURGIDAN
KEKERASAN METALLOGRAPHY MATERIAL UI
ANALISA DATA I
'--4r--------., DAN DISKUSI
PEMBUATAN LAPORAN
I
_...--"",.._ .1
Penelitian Tahap II
74
BABV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini menggunakan baja tahan peluru atau baja armor, produksi
PT Krakatau Steel dengan kode KSW500. Pada Gambar 5.1 dibawah ini dapat
dilihat gambar plat baja KSW500 setelah melalui proses tempering, tetapi belum
melalui proses sand blasting .
Gambar 5.1 plat baja Armour KWS500 tebal10 mm yang dipergunakan dalaf11l
penelitian ini, produksi PT Krakatau Steel setelah dilakukan Spray
cooling dan Tempering dan leveling .tetapi belum dilakukan sand
ba/sting.
75
Tabel 5.1 Komposisi Kimia Plat Baja KSW500
C Mn Si P S Cr Mo Ni
0,295 1,35 0,33 0,01 0,003 0,72 0,197 0,34
Hasil uji komposisi kimia plat baja yang digunakan sebagai benda uji dengan
ketebalan 10 mm diatas, memperlihatkan komposis kimia telah mendekati
standart komposisi kimia yang telah di persyaratkan dalam sertifikat keJaikan yang
tertuang dalam Sertifikat Plat Baja Tahan Peluru KSW500, di keluakan oleh
Direktorat Jendral Sarana Pertahanan Direktorat Standardisasi dan Kelaikan, Iihat
lampiran.
Untuk menganalisa apakah plat baja tersebut didasarkan kepada komposisi kimia
telah memenuhi persyaratan sebagai plat baja tahan peluru, maka perlu dilakukan
penghitungan secara quantitatif melalui rurnus Carbon equivalen (CEV), dibawah
ini,
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus diatas, didapat nilai Carbon
Equivalen (CEV) dari jenis baja Armour KSW500 ini, didapat sekitar 0,7.
Seterusnya perlu diliha hubungan kandungan karbon yang ada dalam beja dan
nilai karbon equivalent tersebut. Baja KSW500 hasil spectrometer seperti ter.lihat
pada Tabel 5.1 diatas, terlihat mengandung nilai Carbon sekitar 2,95% ,
sedangkan nilai CEV hasH perhitungan adalah 0,7, sehingga ini menunjukkan
baja KSW500 berada di posisi berdekatan dengan baja Armox 500T-Q , seperti
terlihat pada Gambar 5.2 diabawah ini.
76
I .0""
." J"
r--i
~
,-~ ~
i..-."
HTK 700H·PI
, f
I H:.gh ;, :)sc-cpi:~!' t )1 tj cr;(.~1 0
i'l
)J .·v I M(J Owl) I n ;) I ! {;(' fP) lt I..r)t:i
~
,
:.5"
....
.
0.1 C-/ · -tH rruOOHl
II K900l1-0 J
(lj
.~
() Arl~;)~r.-I; 500",f)
.0 ~. i = ! ~~----------~----~----~
t14 (L6
Carbon e{~u jval e" t CE'v
Gambar 5.2 Hubungan Carbon content dan CEV Baja KSW500, mendekati baja
Armox 500 T-Q .
77
5.1.2 Sifat Mekanis.
78
Gambar 5.3 Gambar ukuran potongan benda uji hasillas
Gambar 5.4 Potongan penampang las baja KSW500 dilihat dari bagian depan
)
79
Gambar 5.5 Potongan penampang las baja KSW500 dilihat dari bagian
belakang
WELD POOL
• • • •• • ••••
80
..\50
(B) ..\00
350
300
2:
:::.
'J 250
:~
'"
.~
.:;,
-'" I'
':;,
::<:
200 I
'J
I
I
Z E-O i
i
100
so
BASE
WELD POOL
HAZ
0
0 5 .to IS 20
Jejak Pel1gukurCln [mm)
Gambar 5.6 Distribusi nilai kekerasan diukur dari penampang las pada daerah
Base metal, Haz dan Weld pool. (A) IHustrasi jejak hasil uji
kekerasan Vicker sepanjang penampang las (8) hasH distribusi nilai
kekerasan.
81
'; 'd,: ~--------------------,
', I'·
...
-I
I
I
1(\ " ' ,
~ ); .)
I
r I
I
tJ ~r.'1 I
:; ) ..1 :
.u I
I
II
t
\:,0
II
L..--_ _ _ _ _- . - -_ _ _ _ _--.:...._ _ _- . ._ _ _- - - '
it l' IU i. :. ~
Gambar 5.7. Distribusi nilai kekerasan pada penampang hasil las Hardox 400
steel Nilai kekerasan maksimum pada HAl ::::. 410 HV10 .
Sedangkan nilai minimum pada kampuh las (Weld pool) :;: 340
HV10.
Jika di/ihat pad a baja HARDOX500, seperti terlihat pada gam bar 5.5
dibawah ini, distribusi nilai kekerasan dari base metal, Haz dan Kampuh las (Weld
Pool) terlihat mempunyai kecendrungan yang sama dengan HARDOX400. Nilai
kekerasan di base metal kurang dari 500 HV, di daerah HAZ terlihat f1uktuasi
antara 480 - 505 HV, kemudian terjadi penurunan yang signifikan ' di daerah
kampuh las yang mencapai 430 Hv, berarti terjadi penurunan sebesar 14% sama
dengan HARDOX 400.
J
82
-:J
,. I
:"
I..... ~7.; .
\~
Lli
J1i
.
!
L .::SG.
...
"0
r.:1
1
.I. II
i
:1
Gambar 5.8. Distribusi nilai kekerasan pada penampang hasil las Hardox 500
steel Nilai kekerasan maksimum pada HAZ ~ 503 HV10.
Sedangkan nilai minimum pada kampuh las (Weld pool) ~ 430
HV10.
Hasil yang didapat pada distribusi nilai kekerasan baja KSW500, seperti
terlihat pada Gambar 5.3 diatas, memperlihatkan prilaku yang berbeda dimana
nilai kekerasan didaerah HAl terjadi peningkatan dan sebesar 27%. Jika dilihat
didaerah kampuh las, terlihat menunjukkan gejala yang sama dimana terjadi
penurunan sekitar 45%, jauh lebih besar dari plat Armor HARDOX400 dan 500
yang hanya 15%.
Dari hasil evaluasi diatas, memperlihatkan bahwa baja KSW500 hasil dari
horizontal Heattreatmant process, belum mencapai nilai kekerasan maksimal yQitu I
Perbedaan yang terlihat pada nilai kekerasan di kampuh las, dimana te~adi
penurunan yang sangat signifikan jika dibandingkan dengan HAEDOX400 dan
83
500, terlihat mencapai tiga kali lebih besar, hal tersebut kemungkinan disebabkan
perbedaan kawat las (electrode wire) yang dipergunakan. Kawat las yang
dipergunakan pada penyambungan KSW500 pad a pabrik manufaktur adalah
electrode wire EN ISO 14341-A-G3S11, SFAJAWS A5.18 : ER 70S-6, yang
mempunyai komposisi kimia C: 0.07% Mn:1.55%-Si:0.88% S: 0.012% P: 0.015%
yangmerupakan kawat electrode baja karbon rendah. Sedangkan pad a
penyambungan HARDOX400 dan 500 menggunakan kawat elektroda las jenis
IMT9 wire, lihat Tabel dibawah ini. Dimana IMT9 Wire, merupakan kawat las jenis
baja karbon menengah (medium carbon steel) dengan kandungan karbon
mendekati 0,1 % dan mengandung unsur Mn yang cukup tinggi sekitar 1 %. Tidak
terlihat pada Tabel dibawah ini adanya unsur paduan (alloyed) yang memperkuat
kawat las tersebut. Bandingkan dengan kawat las yang digunakan pada KSW500,
dimana kadar karbon sedikit lebih rendah 0,02%, tetapi kandungan Mn cukup
tinggi 0,55% diatas IMT9 Wire.
Tabel 5.2. Komposisi kimia Hardox 400, 500 dan kawat elektroda las.
,f\'11t?1'1"
r 'l
l't .!. t', ', ,,,,l (I
(' Sl Mu P ,"
)
."
t.r \'1
_ f·o1o B
Rl l
1C1
4.
,).. ~({\
~"' .\ \. ~J I), 120 1 050 IJ.'. '-~1.f (} ,OCt6 0.1)01 n ')1('1
'.' , _1 .,' 0, i)~i) {),1)1 7 (', i'in i
'-' , ..... ...
H"tyh"
(II ." • •\ ~ (iO (1.260 (l, ·~i) 0.201) o,i.)n~ Ii
~vi O{) S j"\,,' , inil
. ,-' <.. ' 005 i\..; , (',i'll
.J
.~, J.
'L,'
~ 1T
. :'1'\ r"
IV I1t n nOr'1
' .'. ,,,I ., '" C.'j 1ji', ,J
1,(\ (',r'1
~) ,-' '..
Cukup menarik jika kinerja hasil las baja KSW500 dibandingkan dengan
Baja Armor Class 2, dimana komposisi baja tersebut seperti terlihat pada Tabel
5.3 dibawah ini.
J
r·
\. ;
\"
i\~ M~
l'
,
i!
%:W'! ~X~'~ill&t:11
. ,I .~ • • •' _ H
(~Ij "8
~ u,r 'I ~;I
..... ~,I ,.'
.. 1 t ~
"1,iJ "1.t ~
~ ,.,
,"'I.' /1 :~~
".J ;
tl'14
\, , '
t11..
-. , ~
f ", ~
'i l,U..
84
Komposisi kimia KSW500 dapat dilihat pad a Tabel 5.1 diatas. Terlihat
untuk baja KSW500 mempunyai kandungan Mn yang cukup tinggi, sedangkan
baja Armor class2 mengandung paduan atau alloying yang cukup tinggi. Hasil
pengujian distribusi kekerasan pada penampang las baja Armor class 2 dapat
dilihat pada Gambar 5.6 dibawah ini. Hasil distribusi kekerasan sepanjang
penampang las menunjukkan kemiripan dengan baja KSW500, dimana pada
daerah HAZ terjadi kenaikan yang cukup tinggi dari 270 HV mencapai 305 HV.
Walaupun demikian penurunan nilai kekerasan pada derah weld pool (Kampuh
las) terlihat tidak signifikan hanya sekitar 10 HV, tetapi masih berada diatas nilai
kekerasan dari base metal. Baja Armor class2 mempunyai nila; kekerasan hanya
sekitar 270 HV lebih rendah dari KSW500, hal ini kemungkinan disebabkan
kandungan Mn yang relatif lebih tinggi. Sedangkan jenis electrode wire (Kawat
las) yang dipergunakan adalah a low-alloyed high-strength steel filler rod AWS
A5.5:E 8018-8 (W52018), yaitu adanya tambahan 1,25% Cr dan 0,5 %Mo,
sehingga nilai kekerasan yang dihasilkan cukup tinggi yang disebabkan oleh
unsur Carbida paduan didalamnya yang membentuk Chromium carbide dan
Molibdenum Carbida ,
2.10
,I
300 •
;'.\j~
I
,
,
'
, .
, .
I·
,, ,,
--
\
290 , , \
N
0 •
>
J: 290
I/)
,
--\ /.-.._;:/
IJ,
a.>
c: 270
"'0
~
(OJ
. ,
J
f
:r: 2GO ,
I
I
" I
., Metal" 1:5eam: ,
.... l .•
240 +--'---'-r--'--'=:'-:~~"~"'
;:W' ': :';-;-:';'~~' +' '~'--':---"r--
" ' ..:.o:
t '-T-:....--""'--r----'--r---'-"-'--'--r----''--l
Gambar 5.9. Distribusi nilai kekerasan pada hasillas baja Armor Class 2 (MIL
A-11356F)
85
5.1.3 Pengamatan Struktur Mikro.
Pada gambar 5.6 dibawah ini memeperlihatkan gambaran Strulr+.Jr Mikro baja
KSW500 pada kondisi sebelum dilakukan proses tempering.
I
I
Gambar 5.10 Struktur Mikro baja KSW500, diamati setelah mengalami proses
pendinginan cepat (Quenching) dengan etch Nital dan
pembesaran 500X.
86
Mikrostruktur yang terlihat menunjukkan fasa martensite berupa jarum
jarum halus atau harden martensite yang cukup keras. Nilai kekerasan pada tahap
ini mencapai diatas 500 HV. Pada gambar 5.7 dan 5.8 dibawah ini
memperlihatkan gambaran struktur mikro base metal yang dapat mewakili struktur
mikro yang terdapat pada plat baja KSW500 setelah mengalami proses
tempering. Bentuk fasa yang terbentuk pada base metal memperiihatkan bentuk
fasa temper martensite, dimana masih terdapat jarum jarum hal us. Nilai
kekerasan pada fasa ini berada dibawah nilai kekerasan pada fasa harden
martensite.
Gambar 5.11 Struktur Mikro baja KSW500, diamati setelah mengalami proses
pengelasan dengan MIG yang diamati pada daerah base metal
dengan etch Nital dan pembesaran 200X
J
87
Gambar 5.12 Struktur Mikro baja KSW500, diamati setelah mengalami proses
pengelasan dengan MIG yang diamati pada daerah base metal
dengan etch Nital dan pembesaran :500X
Jika dilihat struktur mikro pad a daerah Heat Affectled Zone (HAl), terlihat
dimana fasa temper martensite terjadi perubahan dalam bentuk fasa temper
martensite yang menandakan terjadinya berubahan nilai kekerasan. Pada gambar
5.11 dan 5.12, memperlihatkan· bentuk fasa yang terbentuk pada daerah kampuh
las (weld pool) terlihat bentuk fasa yang berbentuk lamelar.
Jika dibandingkan struktur mikro atau bentuk fasa yang terbentuk pada
.base metal, atau martensit temper yang terbenuk pada baja KSW500
dibandingkan dengan HARDOX500 seperti terlihat pada gambar 5.13, jelas
terlihat perbedaannya, dimana bentuk struktur mikro pada HARDOX500 hampir
mirip dengan struktur mikro KSW500 yang terlihat di daerah HAl dimana nilai
kekerasannya mencapai 500 HV.
88
Sedangkan jika dilihat pada daerah kampuh las (Weld pool) , terlihat bentuk
struktur mikro yang berbeda, dimana pada kampuh las hasil penyambungan baja
KSW500 terbetuk struktur mikro yang berbentuk lamelar, sednagkan pada
HARD0500, seperti terlihat pad a gambar 5.14 dibawah ini, memeprlihatkan
struktur mikro yang sudah membentuk batas butir atau grain boundaries.
Gambar 5.13 Struktur Mikro baja KSW500, diamati setelah mengalami proses
pengelasan dengan MIG yang diamati pada daerah HAZ atq.u
Heat Affected Zone dengan etch Nital dan pembesaran 200X
89
Gambar 5.14 Struktur Mikro baja KSW500, diamati setelah mengalami proses
pengelasan dengan MIG yang diamati pada daerah base metal
dengan etch Nital dan pembesaran 50 OX
Gambar 5.15 Struktur Mikro baja KSW500, diamati setelah mengalami proses
pengelasan dengan MIG yang diamati pada daerah kampuh las
atau Weld pool dengan etch Nital dan pembesaran 200X
90
Gambar 5.16 Struktur Mikro baja KS\N500, diamati setelah mengalami proses
pengelasqn dengan MIG yang diamati pada daerah kampuh las
atau Weld pool dengan etch Nital dan pembesaran 500X.
Gambar 5.17. Bentuk struktur mikro pada baja HARDOX500 yang diamati
pada base metal dengan nilai kekerasan mendekati 500 HV.
[Hardox data sheet]
91
Gambar 5.18. Bentuk struktur mikro pada baja HARDOX500 yang diamati
pada daerah HAZ dan Weld metal.[Hardox data sheet}
92
Akan dilakukan uji balistik untuk baja KSW500 produksi horizontal heat
treatment plat dengan tebal 10 mm, dimana akan di usahakan projektil yang
ditembak sesuai dengan MIL sertificate, yaitu di lokasi tepat daerah las.
Gambar 5.19 Hasil penerasi ppllJru dari uji balistik pada plat KSW500 tebal 10
mm dengan mengglmakan peluru tajam (T J) pada jarak tembak
25 sampai 50 m pad a plat baja hasil proses heattreatmen
Vartikal.
f
I
Gambar 5.20 Hasil penerasi peluru dari uji balistik pada plat KSW500 tebal 8
mm dengan menggunakan peluru tajam (TJ) pada jarak tembak
25 sampai 50 pad a plat baja hasil proses heattreatmen Vartikal.
93
Untuk plat KSW500 hasil proses perlakuan panas horizontal yang telah
dilakukan penyambungan (pengelasan) dengan menggunakan Metal Inert Gas
(MIG) welding, dengan menggunakan kawat electroda EN ISO 14341-A-G3S11
SFAJAWS A5.18: ER 705-6 buatan ASSAB seperti terlihat pada lampiran, dapat
dilihat pada Gambar 5.21 dibawah ini, dimana posisi plat baja tersebut siap untuk
dilakukan uji balistik.
Gambar 5,21 Baja KSW500 yang di sambung (las) dengan MIG tebal 8mm, siap
untuk dilakukan uji balistik. 1
I
a. Daerah kampuh las (Weld Pool) dimana pada hasil uji kekerasan
diderah ini mempunyai nilai kekerasan yang cukup rendah.
94
b. Daerah Heat Affected Zone (HAZ) dimana daerah yang mengalami
perubahan mikro struktur akibat panas hasillas, mempunyai nilai
kekerasan yang cukup keras.
c. Daerah Base metal, yaitu daerah struktur mikro baja ini yang sama
dengan struktur baja pada kondisi awal.
Hasil pengujian balistik pad a daerah ini dapat dilihat pada Gambar 5 ..22.
yang memperlihatkan dimana uji balistik pada weld pool, peluru menembus tebal
plat yang setebal Srnm, sedangkan pada daerah diffusion zone, yaitu daerah
dimana batas antara kampuh las dan daerah HAZ, memperlihatkan terjadinya
penetrasi yang dalam hampir mencapai 60% dari tebal plat. Walaupun demikian
penetrasi pada daerah HAZ tidak terlihat signifikan, begitu juga daerah base
metal.
Daerah
difusi
95
kekerasan yang fluktuasi dan merupakan daerah transisi dimana te~adi proses
penyambungan, memperlihatkan projektil berpenetrasi cukup dalam tetapi tidak
tembus. Sedangkan untuk daerah HAl dan base metal, terlihat projektil tidak
menembus hanya terlihat menempel. Daerah ini mempunyai kekerasn yang cukup
tinggi sekitar 350 - 450 Hv.
Untuk mempalidasi hasil uji balistik ini, maka uji balistik dilakukan juga pada
plat baja yang di import dari luar yang juga diupergunakan untuk pembuatan
kendaran atau Ranpur. Plat baja tersebut adalah plat baja CREUSABRO 8000
buatan Francis dengan ketebalan yang sarna yaitu 8mm, dHakukan juga uji balistik
dengan senjata , peluru dan jarak tembak yang sarna pula . Hasil Uji Balistik seperti
terlihat pada Gambar 5.23 dibawah ini, memperlihatkan beja tersebut jika dilihat
dari hasil penetrasi projektil mempunyai kualitas yang hampir sama dengan baja
buatan dalam negeri KSvV500 dari Industri baja Nasional. Baja CREUSABRO
8000, merupakan Janis WEAR RESISTANCE STEEL, seperti terlihat pada
lampiran, dengan kekerasan berkisar 450- 500 HBN. Komposisi kimia baja ini
adalah seperti terlihat pada table dibawah ini.
c Mn Ni Cr Mo s p
Nilai kekerasan yang tinggi dari baja ini disebabkan oleh adanya paduan (alloying)
terutama unsur Molibdenum (Mo) dan unsur Chrome (Cr) . Bandingkan dengan
I
komposisi Kimia KSW500, dimana Mo dan Cr hanya 0,197 dan 0,72 tetapi denyan
menambahkan Nickel (Ni) 0,34%.
96
..
f;. "
~. .
. j -H-as-il-U-j-i.;.;..B-al-is;....t~ik---1
· .i-'
Gambar 5.23. Hasil uji balistik pada permukaan baja CREUSABRO 8000 buatan
Francis, meperlihatkan penetrasi projektil dengan senjata tajam
jarak 50 m.
gam bar 5.24 dibawah ini. Sedangkan bag ian atas diusahakan tidak ada
sambungan las, untuk menghidari kemungkinan lemahnya kampuh las terhadap
penetrasi balistik, seperti terlihat pada Gambar 5.24. Disamping itu juga sistim
penyambungan dilakukan pengelasan bagian dalam seperti terlihat pada Gambar
5.25, dimana kampuh las tersembunyi dibagian belakangnya.
97
Gambar 5.23. Bagian bawah Ranpur 6x6, dimana terdapat banyak
penyambungan (las)
Gambar 5.25 Bagian atas Ranpur 6x6 1 dimana tidak terlihat sambungan las.
98
I
,
Gambar 5.26. Sambungan las (a) terlihat pada bagian depan (b) terlihat pada
bag ian samping.
99
VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
condition
100
sambungan las terhadap projektil dilakukan dengan bentuk disign
yang sedemikian rupa, antara lain bagian atas (upper body)
sambungan di minimalkan dan jika ada bentuk desain
sambungan tertutup plat baja.
6.2. Saran.
101
OAFTAR PUSTAKA
[3]. Allegheny Ludlum K12 Dual-Hardness Armor Plate, ESCO Corp-Heflin Steel
Armor Plate for Combat Vahicles.
[8]. Bryn James, Defence Science and Technology Laboratories, Chobham Lane,
Chertsey, surrey, KT16 OEE, United Kingdom.
[9]. Callister. William D., Jr., Materials Science and Engineering, An Introduction,
6th ed., John Wiley & Son, Inc., 2003.
102
[14J. Direktorat Jendral Sarana Pertahanan, Standard dan kelaikan Dephan RI
2009.
15 Juli 2009.
[20J. Http/lvmw.bisalloy.eom.an/
[21].
(June 21 51 , 2009)
103
[30J. Michael J. Forrestal, Thomas l. Warren, Perforation Equations for Conical and
Ogiva/ Nose Rigid into Aluminum lntenational Journal
of Impact Engineering, Volume 36, Issue 2, February 2009, pages 220-225.
[32]. Mustafa Ubeyli, R.Orhan Yildirim, Bilgehan Ogel, Investigation on the Ballistic
Behavior AI2 0:lAI2024 Laminated Composites, Journal of Materials
Processing Technology, Volume 196, Issues pages 356-34, 21 January
2008.
104
[42]. Steel Armour Plate-Armour Materials-Allegheny Ludlum Product, htm.
[43]. Teyfik Demir, Mustafa Ubey\i, R.O. Yildirim, Effect of Hardness on theBallistic
Impact Behavior of High-strength Against 7,62 mm Armour Pierching
Proje c tilles, Journal of Materials Engineering and Performance, volume 18(2),
March 2009.
[45]. Thomas J. C. Eun, Hydrogen Damages in Oil Refinery and Petroleum Plants,
Keyano College Suncor Energy, 2005.
[47]. William A. Goorch Jr, US Army Research Laboratory, Weapons and Materials
Research Directorate, Aberdeen Proving Ground, MD 21005-5066.
[48]. Winarto, "Metalurgi Las", Bahan hanjar kursus welding, Fakultas MIPA Jurusan
Fisika, Universitas Indonesia.
[49]. Winarto" "Konstruksi Las", Bahan hanjar kursus welding, Fakultas MIPA
Jurusan Fisika , Universitas Indonesia.
[50]. Wo/2007/115617, "AI-Mg Alloy product Suitable For Armour Plate Aplication",
,j
105
LAMPIRAN
/
LAMP1RAN A
I
I
Gambar A 1 Hasil Uji Balistik pada baja KSW500 produksi Industri baja dalam negeri,
dengan menggunaka n senjata laras panjang AK caliber 5,56 mm pada
jarak 75 m.
J
I
Gambar A2 Hasil Uji Balistik pada baja KSW500 produksi Industri baja dalam negeri,
dengan menggunakan senjata laras panjang AK caliber 5,56 mm pada
jarak 50 m
"",
;
.
.;1
j-, '~
"
t;.
If
tiP';
. C~ 'j
Mir~mum ililrp'f V'W inw;t .4QO ± 2' F.
._- -
,. -. ~ -- ----'
I
, .,
,
i,) :I P.'J .) :J I :)i
·1 &ir""1\ar~W.8)~~
Hardness
rre:fjJ,;r~1 eo.t.iCe b,j 010 r.'IlI, I
I. het.?n j!m kg. Actf(Jlant aiteria: ,
Dimrosion
Thickriss : 8.0 50.0 Olnl
width : BOO - 1600 hml ".
~ t . .*'f7'~
Gambar A3. Sifat mekanis, ujj balistik dan produksi baja KSW500 dari PT Krakatau
Steel
· HJ~,<' .lL UJI K.EKEAASAN
~,-=-----~
;...;.-------~--
' ..
- '.
".
Gambar A5 Plat baja KSW500 yang diproduksi melalui horizontal heat treatment
proses
Gambar A6 Heat Treatment Plant Horizontal process untuk produksi KSW500 di PT
Krakatau Steel, memperlihatkan reheating furnace dan spray cooling
system kontinu.
I
Gambar 81 Plat baja KSW500 setelah melalui proses cutting untuk di assembling dan
di las
Gambar 82 Potongan plat KSW500 untuk di assembling di las menjadi Ranpur 6x6.
Gambar 83 Gas cutting machine untuk memotong baja KSW500
Gambar 86 Hasil las plat baja KSW500 pada bagian Ranpur 6x6 di bagian sudut
depan
Gambar 87 Hasillas baja KSW500 pad a bagian samping ranpur 6x6
Gambar 88 Hasil peng€lasan plat KSW500 untuk body ranpur 6x6 dalam proses
finishing
LAMPIRAN C
MACAM JENIS BAJA ARMOR
)
---"""---"'~ " --"--"""."'-"'"
!.,)" f'r.) fTH(, :"~ m ;)( !> I.?: h:- C "I (:; t l , t".:; ':X '~f·1 <:0 l~d.
'_ / : ·,·,,~ ~ ('r Z",.:o<. ( .:" :"t r , •..." " .. ..; .. oOl u!:'. .:l. UN <' .~ ~·' .) rl ."t
OYNAMIC ARMOR
PLAn COMPANY
Dynam Ic I\r mor Plate ha s been used for p rolechon around th e "va rld In c o mmerc Ial and c IvI lian
a pplica tions It co nsistentl y oul -perlo rms oth e r co m m erc ial- g ra de b a ll ls tK: plale
D':/o;.ml( ;"mr: r (.'(', b..; All hr-.it · lo t) ; 11 ;;' ~ .;- ~.t l?'d toO
<= tJt il nd '..... e ICf' d p,Ol ~·' I ',. tor :'> ;:Je c lt:c ~h r f'.) t I-? ·.. e l'<; .
~'o ~(· { ! i{l "" 1<'"'1 { I(:o ~ ') . I C(: t~•. ,.... «(;. r(:J.r"l ~. ( 0 ";1). C I. N .. 0 '
f'1I f, ' np. :: O ·'YIOt-)l-Ptl!~ .. ;;r(~ U l S").') o :1.:. ( (\(",
flo.::.':,
r -H-';;"'-; "SS- Y,e !::I S I' . -8-~ I' LITO', -r -E·~~9-"t ,;r. -r KCV--
I-·~--
~ ~-
·i(f-- 13.s e N ' m ( r"\ 11CO N :mfn ! 10J'lo/~ I .:.0 J .' c m
[ Sf 5 HR C ---'---"'-;9""S-'-~~I--_-_-- r ~~ ' 'o(SI --- - _-.·
. ·~·-';-:;O
1 ;:;:7·::'-----
~ .+l--'·;-;'2;-. ;:-7;::--
tt 'b -
Ih,t l l ~ ,n ll( ,4rl'n ~ 1 (} :~Q " :::> l.) ( e ,) f1(. ( (tN lOb ) 1.(:"'(·1 f'!H~ t>(~-:. t ) n !!.. ';:l-~6 .: .i ~ , -:-0') t o'; ~ ~ t'':-l f-'e .'·" .' ;.: U { (1 ( ....~ <;'b {1 m/s
Sh c ·..·/i n g trent ~r,..1 q a d: 0 '" p l.:-t t-P irnp a (. t pOlnl ..
[http://wwvv.titussteel_com/dynamicarmourplate.htm)
through -hardened, quenched and
with 500 HB hardness'
.is tested by independent laboratory to meet
inte"flational ballistic standards, such as CEN 1063.
NIJ, Ul, MIL, and StaTiag . Ballistic ,evel is determined by
steel thickness.
and
~'C\rf''''P.r1
for use in U .S. military applications such as tanks ,
personnel carriers . guardhollses, and other ballis'lic and
proteclioo applications.
Gambar 01 Senjata laras panjang yanr dipergunakan untuk Uji balistik pada jarak
50 m, di PT Pindad. Bandung .
YANG DIPERGUNAKAN.
I
Gambar E1 Specifikasi kawat las MIG yang dipergunakan untuk menyambung plat
. baja KSW500 dalam penelitian ini.
/
• .WELDING &GUTT ING '
"" GiDa)
! I
Search
OK AutJ od 12SI
GMAW
Comparison to competIDve T~1)e Carl.))f1·~e
"
products
OK t~l!lrod 12.51 is acopper ·w.ied, Mn·S~a!oyed G3~1 JCR7(G·6 Sl:~d wireII~ the C~V\W oj ncn4;Oyed ~eets, as
Cl~ffrg systems
used ~ ger.ff~ comlnn)l1, pre-me vessel febr~oo am sH!~)ljking. Tre IfIire has acaienAy roirolled ~e
Welding attomatoo cherrustry am amque surface tecl-rnlDgy provOOg supe!icf '~~ qU&~y at high w~e le.~d speeds and at rig!1
welding Cl1rerds. The '~Itt'e can be used w[h bclh ,arK02lTixed gas and p.rre C02 slWi]~~ gas.
W~&CJ1ffig Welding Utl Ient
e{\ulpmert
cr~+)
WeOOg COOM&QeS
PrOOJct~~~
Gambar E2 Specifikasi kawat las MIG yang dipergunakan untuk menyambung plat baja
KSW500 dalam penelitian ini dari produksi ASSAB.
Classifications: AWSj ASM -SFA A5.18: ER70S.. 6.
Description and Applications:
Autocraff LWl-6 is a high quality copper coated
welding wire suitable for the all positional Gas
Metal Arc Welding ( GMAW) of mild and low alloy
used in general fabrication and structural
work. The high quality copper coating ensures
problem free feeding, smooth cunent pick-up and
minimal contact tip wear. The higher silicon
content of Autocraft LW1·6 ensures excellent
operator appeal, improved fillet shape / side won
wash at weld toes and very low spatter levels
imporiant for welding light to medium gauge
sheet and tubular steel sections. Fillet
exhibit a mitre to slightly convex profile with an
even and smooth contour. The higher
Manganese / Silicon improved weld
metal deoxidation when welding steels with
moderate amounts of rust or mill scale.
storage Recomme-1ations:
When held under the rpcommended storage
conditions unopened of Autocraff LW1·6
wires are to remain in ' factory fresh'
condition for at least 12 months.
over 12 months or under adverse
humidity) climatic conditions the
use of heated weather proof store
rooms/ cupboards/ containers maintained at
10-15° C above ambient temperature ( with a
. maximum of 40° C) and at a maximum humidity of 60% R.H. is recommended. Product should be
stacked on racks or pallets clear of the floor and walls.
APPROVALS" :
C02 8. Argoshield Light 8. Universal:
Uoyd' s Register of Shipping Grade 3S, 3YS
American Bureau of Shipping Grade 3SA, 3YSA
Det Norske Veritos Grade 111 YMS
.. Approvals do not 0.6mm and 0.8mm Autocraft LW1·6 wires
Gambar E3. Mesin las MIG yang dipergunakan pada penelitian ini.
LAMPIRAN F
http://wvvw.vrnsteel.co.za/cb8000.html
The wear resistant staei for heavy and exceptional performance, the highest wear resistance
in solid plates: 50% of improvement compared to standard wear resistant steel (hardness
500HB) combined with easy processing.
c Mn Ni Cr Mo s p
D:::S CR i PTI ON
The CREUSABRO conc~pt - excellent ability to work harden and the supplementary
APPU CATIO NS
CREUSABRO 8000 is intended for applications requiring extreme wear and impact
resistance.
- Quarries, Construction & Earth Moving:
Blades, outside stiffeners, underteeth pads of loaders and shovels, crushers and mill liner
etc.
- Mines, Coal mines:
Extracting and loading equipment, hopper liners. Helical gravity conveyors. Parts of
chain-conveyors etc.
- Cements Plants: armouring of drier-tubes, buckets, hoppers, clinker cooler outlet shif)lds
etc.
- Iron and §teel industry, scrap, recovery, brickworks, agricultural ~uipment
PROCE SSIN G
In spite of its high mechanical properties, CREUSABRO 8000 remains easy to fabricate with
standard procedures and equipment.
Cutting
Standard thermal cutting techniques .flame, plasma, laser cutting - can be used without
special preheating for thickness up to 40 mm (plate temperature> 10°C). Plates over 40 mm
I
!
Mechanical shearing and punching are not recommended even for the thinner plates.
Mac hi ning
In accordance with standard procedures, with well maintained equipment with sufficient
power.
QrilfiTJIL with overcarburlzed cobalt alloyed high speed tools of HSSCO type (examples: type
AISI M42) with taper shank, long helical and as short as possible bits.
MilJin q with carburized, cobalt alloyed high speed tools of HSSCO type (examples AISI type
M35). In order to improve the efficiency and the finishing operations, the choice of tools with
carbide tip (example: ISO type P25 for grooving or K10 or K20 for facing) is recommended.
Forming
CREUSAsRO 8000 ,despite its high mechanical properties, is reasonably formabie. The steel
can be hot formed up to 15 mm thick.
C,!fdJ.orrpir!..C[
- !:lending: bending radius Ri > 6T (T plata thickness)
AWS A 5.18:
AWS A5.1 : ER 7054 or ER
AWS specification E7016 or 7056
E7018 AW5 A 5.20:
ER 7'1T5
General recommendations:
Careful drying of electrodes and flux in accordance with producers recommendations.
Combined thickness (determihated by DIN) ;
• Tc < 50 mm : no preheating
• Tc > 50 mm pre and post-heating in accordance with the table below:
/
LAMPIRAN G
HASIL UJI METALOGRAFI MATERIAL KSWSOO
/
CENTER FOR MATERIALS PROCESSING AND FAILURE ANALYSIS
DEPARTEMEN TEKNIK METALURGI & MATERIAL-UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORANPENGUflANKEKERASAN
HARD/I,fESS TEST REPORT
P:lge I or 3
No Laporan Bahan
0793 S teel
Report Nr :110 I e ria I
Pemakai Jasa Identitas Bahan
PI·Of. Dr. Ir. Eddy S Siradj , i\ I.Sc . \V elded Steel
Customer Ylalerialldentity
Alamat Balitbang Kemhan , JI. Jati No. I Tanggal Terima st
Address Pone/ok Labu July 1 , 2010
i?eceil'ing Dale
No Kontrak Standar
0793 / PT .02/FT04 / P/20 10 AST I' l E 384-99
Contract NI'. SI (J 11 d a1'1/
Tanggal Vii 1h ~lesin Uji
Jul y 7 , 2010 Vickers Micro H ar dne ss Tes ting
Date of Test resling machine Machine
Oepok, Ju ly 9111 , 20 10
LABORATORIUM UJ! MATERIAL
Technical Manager,
FF-25/Met-UI Rev I
Laporan hasil pengujian ini hanya berlaku unruk sampel yang diuji di Laboratorium Uj i Material ; publikasi serta penggunaan
dokumen ini atau sebagi an dan padanya harus dengan izin dari Laboratorium Uji Material
CENTER FOR MATERIALS PROCESSING AND FAILURE ANALYSIS
OEPARTEMEN TEKNIK METALURGI & MATERIAL-UNIVERSITAS INDONESIA
No L (l poran Bahan
0793 S teel
Report Nr Yla teri al
Pem(lkaj Ja sa Identit as Bahan
Prof. D r. II'. Eddy S Siradj, i\ l. Sc. Weld ed Stee l
Customer .11aterial Identity
Alarnat Balitbang Kemhan , JI. Jati i\'o . I T ang ga l T er ima
Jnly 1",20 10
Address Pondok L(lbu Recci,-ing DOl e
No Konl/'ak Standar
079J / PT . 02 J FTO~ J PI20 I 0 ,\ ST :\1 E J8~-99
Contract Nr. Stonc!Cl rrl
T(lnggal Uji i\lesin Uji Vicl,e rs i\licro Hardness Testing
Jul y 7'10 , 2010
Date orTest Te sting I/I ochine Machine
th
Depok , Jul y 9 , 20 I 0
LABORATORI UM un MATERIAL
Tech ni ca l Manage r,
,)
/
/ r ;;:;' I
\ ~~
il fP LF;,';\
L--~~; ~
(Ahmad Iva n K~rayan, ST, lVI.Eng)
FF-25/Met-UI Re v I
La poran basil pengujian ini banya berlaku untuk sampeJ yang diuji di Laboratorium Uii Materi al ; publikasi se rta penggun aan
dokumen ini atau sebagian dari padanya barus dengan izin dari Laboratorium Uji Material
CENTER FOR MATERIALS PROCESSING AND FAILURE ANALYSIS
OEPARTEMEN TEKNIK METALURGI & MATERIAL-UNIVERSITAS INDONESIA
No Laporall Bahan
0793 St ee l
Report Nr ,'vl afe l'ial
Pemllkai Jasa' Identitas Ba ha n
Prof. Dr. II'. Eddy S Siradj , )\ I. Sc. Weld ed Stee l
Customer .\ falf!l"ialldenlily
Alamat Balitballg K emh a ll , J I. Jali No. I Ta ll gga l Tc rim a
Jul y 1", 2010
Address Po ndok Labu Rect:i"iIlX D(I!e
No Kontrak Sta ncJ ar
0793/ PT.02 / FTO-VP /20 I 0 .-\ STI\I E 38-1-99
Contraci ,vI'. SlOmlol'd
Tll ngga l Uii i' d es ill Uji Vickers )\ Ii cr o Ha rdne ss Te stin g
July 7'\ 2010
Dale atTes t TeslinR machine j\'lachine
~e pok, July 9
th
, 2010
LABO RATORI UM UJI MATERIAL
FF-25/Met-UI Rev I
Laporan hasi l pengujian ini hanya berlaku uotuk sampel yang diuji di LaboratC'rium Uj i Material; publikasi serta penggunaan
dokumen ini atau sebagian dari padanya harus dengan izin dari Laboratorium Uji Material
CENTER FOR MATERIALS PROCESSING AND FAILURE ANALYSIS
OEPARTEMEN TEKNIK METALURGI &. MATERIAL-UNIVERSITAS INDONESIA
No Laporan Bahan
0793 Stee l
Report !VI' Jlaterial
Pemakai Jasa ld entita s Bahan
Prof. Dr. Ir. Eddy S Siradj, 1\I.SC. \V elded Steel
Costllmer Malerial Identity
Alamat Balitbang Kemhan , JI. Jati No. I T:'lIl gg al TerimH
July l SI, 20 10
rlddress Pondok Lab u Receil'ing Dale
No Kontrak Standar
0793 /PT.02 / FTO-t / P/20 I 0 .\S1:\1 E407-99
Contract Nr, Slomlwc/
Tanogal Vii ,\ I esin Uji
July 7''', 2010 Ol y mpus ,\ licr os cope
Dole a/Test Testing I/lOchine
Laporan hasil pengujian ini hanya berlaku untuk sampel yang diuji di I aboratorium Uji Material; publikasi ser1a penggunaan
dokumen ini atau sebagian dari padanya harus dengan izin dari Laboratorium Uji Material
CENTER FOR MATERIALS PROCESSING AND FAILURE ANALYSIS
OEPARTEMEN TEKNIK METALURGI &. MATERIAL~UNIVERSITAS INDONESIA
No L a p or a n Ba h a n
0793 S t ee l
Report Nr .Halerial
P e ma kai J asa Id entit as Ba ha n
Prof. Dr. Ir. E dd y S S ir adj , i\ I. Sc. W eld ed S t eel
Cos tilmer ,'vlateria/ ldent ity
Alamat BaJitb a n g K e mh nn , JI. Ja ti No.1 Ta ngga l Te rim a
Jul y 1", 201 0
Address P o nd o k Lab tl Rece i\ 'ing Date
No K ontra k S tand a r
079 3/PT.O Z/ FT O-l / PIZO 10 -, S Ti\J E -I0 7-99
Contract Nr. Standoul
T a ngga l U ji 1 ~\I c s ill Uji
Jul y 7 1. , 201 0 O ly m p us 1\ I ic r osco pe
Date a/Test Testing machine
K od e Sa mp el Etsa
Base tv leta l 2% nila i
Sample Code Etch in
Lok as i fot o
SUI'face
Pict1lre's locatiOI? I< e t e r a n g ~n:
Perbes ar a n !?emarks
500 X
MOf!, nificatioll
1h
Depok, July 9 , 2010
LABORATORIUM I AT ERIAL
. l?£
(A hmad Ivanmrc )air;'ST , M. E ng)
Laporan has il pengujian ini hanya berlaku untuk sam pel yang diuji di Laboratorium Uji Material ; publikasi serta penggu naan
dokumen ini atau sebagian dari padanya harus dengan izio dar i Laboratorium Uj i Materia l
CENTER FOR MATERIALS PROCESSING AND FAILURE ANALYSIS
DEPARTEMEN TEKNIK METALURGI & MATERIAL-UNIVERSITAS INDONESIA
No Laporan Bahan
0793 Steel
Repor/ tVr .l /aterial
Pemakai Jasa Identitas Bnhnn
Prof. Dr . II'. Eddy S Siradj , i\ I.Sc. Weld ed Steel
Co s/limer .'vlale nalldemil)
Alamat Bnlitbang Kcmhnll , .)1. Jati No .1 Tallggal Terima
July 1" ,2010
Address Pondo" Labu Rl?ceil'ing Dme
No Kontrak S tandar
0793 /PT.02 / FTO.t / P/20 10 .-\ STI\I E.t07- 99
Co ntract NI'. St(fm /ord
Tanggal Uji ,\ J es in Ll ji
.July 7'1., 2010 Olympus i\ liLroscopc
Date oiTest Tes ll l7;!, /Iii/ chine
~
Pic/lire 's 10cali o17
Pcrbesnrml
jl~~w~~Ln~
Ket erang;)ll :
Rc III (!I'ks
i{t~lc~a~/I~'o~I1______L -__________________________~__ ____________- J_ __ __ __ __ _ _ __ __ __ __ __
J
I
111
Oepok, July 9 , 2010
LABORATOR :IU ATERIAL
Te
Laporan has il pengujian ini hanya berlaku untuk sampel yang diuji di Laborator ium Uji Materia l; publikasi serta penggunaan
dokumen ini atau sebag ian dari padanya harus deogan izin dari Laboratori um Uji Material
CENTER FOR MATERIALS PROCESSING AND FAILURE ANALYSIS
DEPARTEMEN TEKNIK METALURGI & MATERIAL-UNIVERSITAS INDONESIA
No L a poran Ba ha n
0793 Steel
Report Nr 14arerial
Pema k ai J asil ld enlil as Ba h a ll
Pr of. Dr. Ir. Edd y S Sir adj , i\ J. Sc. We ld ed Slee l
Costumer Ilareri allde m ir),
Alil mat Ba lilb a ng K emha n, JI. Ja li No. I Tn ng.ga l Te rim a
Jul y 1" , 20 10
Address Po nd ol< L ilb u Receir il7g Dore
No Ko nlr il k SI:1Ild ar
079 3/ PT .0 2/ FTO -t /P I2 0 10 AST!\ I E-t0 7-99
Co ntraci tVr. S tondard
Tan gga l U,ii ;\ Ies in Uj i
J ul y 7'10 , 20 10 O lymp us i\ li cr oscope
Dale of Tes l Tes ri ng machine
<"J"...~r.~M.En g )
Laporan hasil pengujian ini hanya berlaku untl 'k sampel yang di uji di Laboralorium Uj i Material ; publikasi serta penggunaan
do kumen in i alau se bagian dari padanya harus dengan ilin dari Laboratorium Uj i Material
CENTER FOR MATERIALS PROCESSING AND FAILURE ANALYSIS
DEPARTEMEN TEKNIK METALURGI & MATERIAL-UNIVERSITAS INDONESIA
No Laporan Bnhan
0793 Steel
Report Nr \ la/erial
Pemakai Jasil Identitas /3ahiln
Prof. Dr. I ... Eddy S Siradj. :\I.Sc. Welde:l Steel
Costumer .I/a/eriallden/i/y
Alamat Balitbang Kernhan, JI. Jilti No. I Tang~al Terim<'l
Address Pondok Labu July I", ZOIO
Receil·il7f!. f)o/e
No Kontrak Stanciar
0793/ PT.02lFT04/ PIZO 10 ASH I E407-99
Con/racl Nr. S/andord
Tanggal Uji ,\ Je sin Uji
July 7'h, 2010 Olympus 1\licroscope
Date a/Test Tes/in!? IlICi chine
111
Depok, Jul y 9 , 2010
LABORATORI 1Y IATERIAL
Laporan has il pengujian ini hanya berla~ untuk sampel yang diuji di Laboratorium Uji Material; publikasi serta penggunaan
dolcumen ini atau sebagian dari padanya harus dengan izin dari Laboratorium Uji Material
CENTER FOR MATERIALS PROCESSING AND FAILURE ANALYSIS
DEPARTEMEN TEKNIK METALURGI & MATERIAL-UNIVERSITAS INDONESIA
No Laporan Ba h an
0793 Steel
Repor/ Nr .Ii o/erial
Pemakai Jasa Id ent it as Ba han
Prof. Dr. lr. Eddy S S ir adj , ~ I. Sc. Welded S teel
Cos/llmer J1U1 erial lde ntily
A lam llt Dalitbang Kemhlln, JJ. .h1ti No. I Tangga l Terimll
Jul y 1" ,2010
Address Pond ok Lllbu Rl?ceiring Dale
No Kontrak S tandllr
0793 / PT.02/ FT04/P/20 10 .-\ST !\ 1 E -t 07 -99
COI1 /rac/ NI'. SlO nriard
Tllnggll l Uji ,\ l es in Uji
July 7' 1< , 20 10 O lympus ;\ licroscope
Dale of Test Te.l/il7g II/achille
Laporan hasil pengujian ini hany ~ berl aku untuk sampel yang diuj i di Laboratorium Uji Material; publikasi serta pen ggunaan
dokumen ini atau sebagian dari padanya harus dengan izin dari Laboratorium Uji Material
LAMPIRAN : H
PERSONALIA PENELITIAN
/
LAMPIRAN .1
LOG BOOK PENELITIAN
~
Penyusunan desain paduan
material, material armour,
pembuatan material tahapan proses heat
treatment.
April Rapat tim lahjutan : Didapat awal
Minggu ke Penyusunan desain komposisi paduan
1-2
I pembuatan material
material armour,
tahapan proses heat
treatment, modifikasi
//;
eralatan roses
April Inventarisasi material Didapat baja KSW 500
Minggu ke • armour: Koordinasi produksi tahap 1
an
7. Mei Inventarisasi material Didapat Armox,
Minggu ke armour: Koordinasi Hardox, buatan amerika,
1 den an PT. Pindad dan karakteristikn a.
1
8. Mei Rapat tim: persiapan Terwujudnya ketetapan
Minggu ke Peninjauan ke waktu kunjungan kerja
3-4 KS, pembuatan surat . PT. KS yaitu
IA
kunjungan kerja direncanakan tgl 10 Juni
2010, Surat
Kunjungan
Ka
4v
-Pembuatan naskah komposisi material tidak
penelitian sama dg produk tahap
peralatan
dimodifikasi (modified
horizontal process)
-Terwujudnya naskah
penelitian (naskah
I
11. Juni Rapat tim: TerwuJudnya ketetapan
Minggu 3 persiapan waktu kunjungan kerja
Peninjauan Pindad ung,
~
PT.Pindad, untuk yaitu direncanakan tgl 19
melaksanakan ' Juni 2010, Surat Perintah
manufaktur baja KSW Kunjungan kerja
500. tangani Ka Balitbang
-pembuatan Kemhan
kun'un an
12. Juni Kunjungan Ke~a ke
Minggu ke 4 PT. Pindad Bandung
. tgl19 Juni 2010 , material armour baja
I i KSW500
2
Juli I analisis komposisi
I Minggu ke 2 dalam
pada naskah
September Terlaksananya
Minggu kunjungan ke Kunjl n ker PT.
1 PT. Pindad dalam Pindad yang diikutj oleh
rangka uji tembak Tim Balitbang Kemhan,
Tim dari Ri"'t~k,dan Tim
dari
21. September Tim peneliti Terwujudnya naskah
Minggu dalam rangka bab VI.
4-5 • menganalisis uJi
• tembak
Oktober Rapat tim peneliti T erwujudnya naskah bab
Minggu ke rangka I sid VI hasil
1 penulisan penelitian
len ka enelitian
Persiapan Monev 2, Terwujudnya naskah
menyiapkan naskah lengkap hasil penelitian,
lengkap untuk siap Monev-2.
3
LAMPIRAN: J
1
Diharapkan hasil kegiatan termin II dan III sesuai yang ditentukan, sehingga
dapat memberikan data dan informasi dengan lengkap tentang performance plat
baja armour KSW500 yang digunakan sebagai subtitusi baja Armox dan Hardox
untuk pembuatan Ranpur (panser 6x6) di PT. Pindad Bandung. Material armour
KSW 500 merupakan harapan kemandirian dalam pemenuhan kebutuhan material
armour untuk Ranpur TN!.
Pen~lltian in! diswankan ~ntu~ djlanjutkafl T.A 2011 untuk menga~,,!lisis
I~b!h me'ridalam ' p'engaruh getaran Ranpur terhadap ketan~guhan material armqI.Jr
: .: i ~; . ~ 1\ [. :, ! ' :. " :, . : ;: " :' I , ': .: ; ., . :. ; ' ,i' . ". . . : :;:
dalam ne~eri, q i~~rnping meningkatkan tekriik w'elding yang saat ini masih b~lum
optimal. Sehin~ga material armour buatan qalpm negeri dapat diaplika~ik~n ; untu:k
Rllnpur d~n~anKiflT1a!ilpu~n yang Optim91·
" • i.
2
LAMPIRAN: K
Abstrak.
1
1. Latar Belakang.
2
armox atau hardock. Output penelitian ini adalah untuk substitusi bahan
dengan karakteristik dan performance sejenis armotec, armox atau hardoc.
3
Manfaat ini banyak namun utama diharapkan dalam
penelitian ini adalah dapat memberikan umpan balik atau masukan terhadap
pihak yang memproduksi bahan baku atau plat armour dalam usahanya
meningkatkan balk proses maupun kualitas plat armour yang dihasilkan.
Masukan ini diharapkan akan memberikan keuntungan yang signifikan didalam
melakukan modifikasi proses, kemandirian industri dapat dipercepat.
Terlebih penting lagi adalah adanya keterkaitan lembaga penelitian, industri
dan pengguna yaitu pihak TNI.
Metodolog i.
Baja Armour KSW 500 adalah plat baja anti peluru atau armour
produksi PT Krakatau Steel Indonesia yang diberi nama KSW 500,
telah memenuhi spesifikasi plat anti peluru yang di serifikasi
kelayakannya di keluarkan Direktorat Jendral Pertahanan.
Karakteristik informasi umum dan speslfikasi Plat Baja Tahan Peluru
KSW500 adalah dalam bentuk Pelat dengan ketebalan 8 mm dan 10 mm, lebar
-1600 mm dan panjang 3000 mm maksimum, berat plat baja 5 ton
maksimum per paket. Adapun komposisi baja KSW500 ini seperti terlihat pada
Tabel dibawah
4
V 0.15
B
Al 0.10
Ti 0.10
Cu 0.25
Pb 0.01
.
Sn
- -
.... ....
_ -- ..... . . -- . ... _. -- " .. " ".
0.02 ... . _
5
dihasilkan, tetapi juga sangat ditentukan dari hasil pengelasannya atau
penyambungan selama proses pabrikasi.
Tempat Penelitian.
Bahan unt: ': pelaksanan penelitian ini, plat Armor produksi dalam negeri
yaitu PT Krakatau Steel dengan kode dagang KSW 500 yang telah
mendapatkan sertifikat kelaikan dari kementrian pertahanan. Pelat baja KSW
500 aehgan ketebalan 10 mm dipbtbhg aengah ukuran 40 x 40 cm sebagai
benda uji atau sample di penelitian ini.
6
HasH uji komposisi kimia plat baja yang digunakan sebagai benda uji
ketebalan 10 mm d memperlihatkan komposisi kimia telah mendekati
komposisi kimia yang telah di persyaratkan dalam sertifikat kelaikan
yang tertuang dalam Sertifikat Plat Baja Tahan Peluru KSW500, di keluakan
oleh Direktorat Jendral Pertahanan Direktorat Standardisasi
Kelaikan.
Untuk menganaiisa apakah plat baja tersebut didasarkan kepada
komposisi kimia telah memenuhi persyaratan baja tahan peluru,
maka perlu dilakukan penghitungan secara quantitatif melalui rumus Carbon
equivalen (CEV), dibawah ini,
:::: C + (Mn)/6 + (Cr+Mo+V)/5 + (Cu + Ni)/15
Mengingat komposisi kimia plat baja dipergunakan terutama unsur
Vanadium (V) dan Cu (Cupper) tidak terdeteksi maka nilai V Cu dapat
assumsikan sama dengan O.
Dari hasH dengan menggunakan rumus diatas, didapat nilai
Carbon EqUivalen (CEV) jenis baja Armour KSW500 didapat sekitar
0,7. perlu dilihat hubungan kandungan karbon yang ada dalam
nilai karbon equivalent tersebut. KSW500 hasil spectrometer terlihat
mengandung nilai Carbon sekitar 2,95% , sedangkan nilai CEV hasH
perhitungan adalah 0,7, sehingga ini menunjukkan baja KSW500
posisi berdekatan dengan bajaArmox 500T-Q.
KSW500, dari hasil sementara memperlihatkan berada pada posisi
zone III, merupakan daerah yang dikatagorikan sebagai " High susceptibility to
creaking in all condition" yaitu sangat rentan terhadap kemungkianan timbulnya
retak semua kondisi, terutama setelah dilakukan pengelasan. Ul)tuk
manufaktur Ranpur dimana pengelasan sebagai sarana utama
penyambungan baja, perlu memperhatikan dan mempertimbangkan nilai
CEV komposisi karbon yang sebaiknya, hubungan keduanya memberikan
POSISI tersebut di area atau Zone I atau " Low susceptibility to cracking in
all conditions".
7
Pengamatan Sifat Mekanis.
Pengujian sifat mekanis untuk baja Armour KSW500 ini hanya dilakukan
uji kekerasan meflgingat nilai kekerasan merupakan yang
sangat penting dalam baja Armour. Untuk menganalisa kemampuan
pengelasan, data kekerasan yang dihasHkan terlihat pada hasH uji kekerasan
dengan menggunakan uji kekerasan Vicker. Distribusi kekerasan dapat dilihat
pada dibawah ini, dapat dilihat di tiga lokasi;
8
Hasil yang didapat pada distribusi nilai kekerasan baja KSW500, seperti
memperlihatkan prilaku yang berbeda dimana nilai kekerasan didaerah HAZ
terjadi peningkatan dari sebesar 27%. Jika dilihat didaerah kampuh las, terlihat
menunjukkan gejala yang sama dimana terjadi penurunan sekitar 45%, jauh
lebih besar dari plat Armor HARDOX400 dan 500 yang hanya 15%.
Dari hasil evaluasi diatas, memperlihatkan bahwa baja KSW500 hasil
dari horizontal Heatlreatmant process, belum mencapai nitai kekerasan
maksimal yaitu sekitar 500 HV untuk sejajar dengan kualitas HARDOX500.
Sehingga nilai kekerasan KSW500 belum optimal yang akibatnya pada saat
penyambungan dengan MIG, kekerasan meningkat mampu mencapai nilai
kekerasan mendekati 450 HV. Jika nilai kekerasan KSW500 sudah optimal,
kemungkinan nilai kekerasan di daerah HAZ tidak akan berubah dengan
drastis.
Cukup menarik jika kinerja hasil las baja KSW500 dibandingkan dengan
Baja Armor Class 2, dimana komposisi baja tersebut seperti terlihat pada Tabel
3. dibawah ini.
-_.:t&'....,
·'.1 . ' . .....
',j'l'
.'
~,
," i
• 'i •
., I~ ,
I '·, 1, '~ : ;\tJ,': ... ! ""I " i
(
; "
',: I, r" I ; ;
.
-,' \ r:
.
,i ;
l ;
,. ., . ,
")
IJ
' .,
";
"
:.\; ,:.'-' _.., ! {' '" j
.~_ .. ~" t l
-..
"
i~ .; : "
i '.:• ;
. i ;
"; ~ i
~ "
i
.. ; \
9
"
10
Bentuk fasa yang terbentuk pada daerah kampuh las (wc:d pool) terlihat bentuk
fasa yang berbentuk lamelar.
Bentuk struktur mikro pad a kampuh las menggambarkan suatu fasa
pembekuan atau merupakan struktur mikro dari logam yang mengalami proses
casting. Nilai kekerasn pada lokasi ini memang terlihat sangat rendah, karena
adanya perbedaan dari historical treatment dari proses pembentukan baja.
Jika dibandingkan struktur mikro atau bentuk fasa yang terbentuk pada
base metal, atau martensit temper yang terbenuk pada baja KSW500
dibandingkan dengan HAROOX500 jelas terlihat perbedaannya, dimana bentuk
struktur mikro pada HAROOX500 hampir mirip dengan struktur mikro KSW500
yang terlihat di daerah HAZ dimana nilai kekerasannya mencapai 500 HV.
Sedangkan jika dilihat pada daerah kampuh las (Weld pool), terlit"lat bentuk
struktur mikro yang berbeda, dimana pada kampuh las hasil penyambungan
baja KSW500 terbetuk struktur mikro yang berbentuk lameiar, sedangkan pada
HAR00500, memeprlihatkan struktur mikro yang sudah membentuk batas butir
atau grain boundaries.
Widmanstatten's structures tidak terlihat pada daerah HAZ untuk
KSW500, dimana bentuk fasa ini umum terjadi jika temper martensite
mengalami proses pemanasan kembali atau heattreatment. Widmanstatten's
structure teriihat berbentuk pada baja HARDOX500, yang mengarnbarkan
terjadinya proses over cooling, nilai kekerasan tidak begitu jauh dengan base
metal.
11
tersebut dilakukan pada permukaan yang belum mengalami proses
pengelasan.
Untuk itu sangat perlu dilakukan pengujian balistik dengan militer
standard untuk di uji pada daerah daft kampuh walaupun demikian
mengingat jarak tembah yang jauh serta lokasi kampuh yang tipis,
memerlukan penembak yang mahir sehingga projektil tepat mengenai sasaran.
Uji balistik untuk baja KSW500 produksi horizontal heat treatment plat
dengan tebal 10 mm, dimana akan di usahakan projektil yang ditembak
dengan MIL sertificate, yaitu di lokasi tepat daerah
Untuk plat KSW500 hasi! proses perlakuan panas horizontal yang telah
dilakukan penyambungan (pengelasan) dengan menggunakan Metal Inert
(MIG) weldiftg, dengan menggunakan kawat electroda EN 14341 1
SFNAWS 18: buatan ASSAB
Uji balistik dilakukan dengan menggunakan panjang Sniper
dengan menggunakan peluru tajam .7,62 mm dengan jarak tembak sejauh
m. Gambar peluru panjang yang dipergunakan
dilihat pada Gambar di lampiran. uji balistik dilakukan pada,
a. Daerah kampuh las (Weld Pool) dimana pada hasi! uji
didaerah ini mempunyai nilai kekerasan yang cukup rendah.
b. Daerah Heat Affected (HAZ) dimana daerah yang
mengalami perubahan mikro struktur akibat panas hasi! las,
mempunyai nilai kekerasan yang cukup keras.
c. Daerah Base metal, yaitu daerah struktur mikro baja ini yang
sam a dengan struktur baja pada kondisi awal.
HasH pengujian balistik pada daerah ini dapat dilihat pada Gambjar 1,
memperlihatkan uji balistik pada weld pool, peluru menembus lebal plat yang
setebal 8mm, sedangkan pada daerah diffusion zone, yaitu daerah dimana
batas antara kampuh las dan daerah HAl, memperlihatkan terjadinya penetrasi
yang dalam hampir mencapai 60% dari tebal plat Walaupun demikian penetrasi
pada daerah HAl tidak terlihat signifikan, begitu juga daerah base metal.
12
Daerah
I KIDni I
Las difusi
.
-4
....1 . . '
,
Daerah Base
metal
Gambar 2. Hasil uji balistik pad a permukaan baja CREUSABRO 8000 buatan
Francis, meperlihatkan penetrasi projektil dengan senjata peluru
tajam jarak 50 m.
Untuk memvalidasi hasil uji balistik ini, maka uji balistik dilakukan juga
pad a plat baja yang di import dari luar yang juga diupergunakan untuk
pembuatan kendaran atau Ranpur. Plat baja tersebut adalah plat baja
13
CREUSABRO 8000 buatan Fiancis dengan ketebalan yang sama yaitu 8 rnm,
dilakukan juga uji balistik dengan senjata, peluru dan jarak tembak yang sarna
pula. Hasil Uji Balistik seperti terlihat pada Gambar 2.diatas, memperlihatkan
baja tersebut jika dilihat dari hasil penetrasi projektil mempunyai kualitas yang
hampir sama dengan baja buatan dalam negeri KSW500 dari Industri baja
Nasional. Baja CREUSABRO 8000, merupakan Janis WEAR RESISTANCE
STEEL, seperti terlihat pada lampiran, dengan kekerasan berkisar 450- 500
HBN. Komposisi kimia baja ini adalah seperti terlihat pada Table 4.dibawah ini.
c Cr s
max max approx max min max max
0.280 1.60 0.40 1.60 0.20 0.005 0.015
Nilai kekerasan yang tinggi dari baja ini disebabkan oleh adanya paduan
(alloying) terutama unsur Molibdenum (Mo) dan unsur Chrome (Cr).
Bandingkan dengan komposisi Kimia KSW500, dimana Mo dan Cr hanya 0,197
dan 0,72 tetapi dengan menambahkan Nickel (Ni) 0,34%.
Dari hasil pengamatan memperlihatkan bagian kampuh las adalah bagian
yang sangat lemah, hal ini sebenarnya dapat diatasai dengan menggunakan
kawat las (electrode welding) jenis paduan atau alloyed steel. Tetapi akan
meningkatkan biaya produksi, mengingat harga alloy electrode welding cukup
mahal diperkirakan mencapai empat kali harha dari kaeat las yang biasa
dipakai. Untuk mengatasi kelemahan tersebut maka dilakukan pertimbangan
desain pengelasan, dimana pada bag ian bawah ranpur yang banyak terlindung
dapat dilakukan pengelasan terbuka. Sedangkan bagian atas diusahakan 1idak
ada sambungan las, untuk menghidari kemungkinan lemahnya kampuh las
terhadap penetrasi balistik. Disamping itu juga sistim penyambungan dilakukan
pengelasan bagian dalam dimana kampuh las tersembunyi dibagian
belakangnya.
Kesimpulan
14
Dari hasil penelitian dan pembahasan terhadap kinerja baja KSW500
yang oi pergunakan untuk body Ranpur 6x6 produksi industri pertahanan dalam
negeri dapat disimpulkan,
a. Dari ana lisa komposisi, hubungan kandungan Karbon dan Karbon
equivalent, baja KSW500 berada pada zone ARMOX500 Q-T, dimana
pada daerah yang dapat di katagorikan sangat rentan terbentuknya retak
atau High susceptibility to creaking in all condition
b. Nilai kekerasan baja KSW500, pada baja yang diteliti masih berada di
bawah HARDOX500, yaitu sekitar 375 HV (Vicker hardness). Hasil
pengelasan MIG dengan kawat las baja karbon EN !SO 14341-A-G3S11
SFNAWS A5.18: ER 705-6 buatan ASSAB, memperlihatkan distribusi
kekerasan dimana pada daerah HAZ terjadi peningkatan kekerasan
mencapai 455 HV, sedangkan pada daerah kampuh las turun mencapai
150 Hv.
c. Hasil uji balistik rnenggunakan Sniper, 7,62 mm, jarak 50m,
memperlihatkan lemahnya bagian kampuh las, diaman projektil tembus .
Sedangkan pada daerah fusi (fusion zone) terjadi penetrasi projectile
mencapai 60%. Walaupun demikian pada daerah HAZ dan Base metal
tidak terjadi penetrasi projektil yang signifikan. Hasil uji balistik untuk
base metal mendekati prilaku hasi! balistik baja import (Crue Sabro 8000)
asal Francis.
d. Penggunaan kawat las baja karbon lebih mur2.h dibandingkandengan
kawat las yang mempunyai kekerasan tinggi atau Alloyed electrode Wire.
Untuk mengatasi kelemahan sambungan las terhadap projektil dilakukan
dengan bentuk disign yang sedemikiari rupa, antara lain bagian atas
(upper body) sambungan las di minimalkan dan jika ada bentuk d~sain
i
Walaupun demikian hasil penelitian dari kine~a produk plat baja dalam
negeri untuk Ranpur 6x6 masih diperlukan untuk diteliti lebih jauh lagi dengan
saran sebagai berikut;
15
a. Perlu dilakukan Mapping mikro microstructure KSW500 dengan jenis
baja import yang sudan banyak dipergunakan di Industri pertahaanan di
luar negeri seperti, Hardox, Armox, Cruesabro, Baseplate dan lainnya.
Hal tersebut agar dapat menjadi standard bagi plat baja dalam negeri
lainnya jika akan dipergunakan untuk Ranpur (kendaran Tempur) dalam
negeri.
b. Kinerja KSW500 perlu di evaluasi lebih lanjut dengan membandingkan
kemampuan las (weldability) dengan jenis baja lainnya yang
dipergunakan untuk Ranpur, terutama masalah Durability, Creak
resistance serta uji konstruksi jika diperlukan.
Daftar Pustaka.
[1]. AH. Sheikh, P.H .Bull, J . AKepler, Behaviour of Multiple Composite Plates
Subjected to Ballisic Impact, Composites Science and Technology, 69, 2009;
page 704~71 O.
[2]. Ballistic Impact Behavior of f-ligh-Strength Against 7,62-mm Armor Piercing
Projectiles, Journal of Materials Engineering and Performance, Volume 18(2),
March 2009.
[3] . Brzuszek, P. C. M. Rodrigues, L. S. Motta, D. B. Santos, "Microstuctural
Evolution of Ultra Fine Grained C-Mn Steel VI/arm Rolling and Inlercritical
Annealed', Mat. Res. Vol. 5 No.3, 2002
[4]. C.Akca, AKaraaslan, Welded ability of Class 2 Armor Steel Using Gas
Tungsten Are Welding, Achives of Material Science and Engineering, Vol 34
Des 2008.
[5J. Chia-Jung Hu, Pee-Yew-Lee dan Jium-Shyong Chen. Ballistic Performance
and Microstructure of Modified Rolled Homogeneous Armor Steel, Journal of
the Chinese Institute of E:ngineering, vol 25 No 1 pp 99-107 2002.
[6]. Presentasi PT Krakatau Steel, Cilegon 2009 Armor Plate KSW500
[7]. S.Frydman, I. Kanat, G.Pekalski, Structure and hardness change en welded
joint Hardox steels. Archives of civil and Machanical Engineering Vol VII' No 4
2008 . Wroclaw Univ of Tech, wybrazez, wyspianskiego, 27, 50-370, wriclaw.
[8]. Teyfik Demir, Mustafa Ubeyli, R.O. Yildirim, Effect of Hardness on theBal/istic
Impact Behavior of High-strength Against 7,62 mm Armour Pierching
Projectilles, Journal of Materials Engineering and Performance, volume 18(2),
March 2009.
[9]. Winarto, "Metalurgi Las", Bahan hanjar kursus welding, Fakultas MIPA Jurusan
Fisika, Universitas Indonesia.
16