Anda di halaman 1dari 176

LAPORAN AKHIR

PROGRAlVIINSENTIF
PENINGKATAN KE~1A~1PUAN PENELITI DAN PEREKAYASA
KElVIENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI T.A. 2010

PENGARUH MANUFACTUR TERHADAP PERFORMANCE


MATERIAL ARMOUR UNTUK RANPUR

Oleh:

1. Prof. Dr. Ir. Eddy S. Siradj, M.Sc.


2. Marsma TNI Purn Dr. Ir. Eddy Priyono, MSAE.
3. Kolonel Cpl Mulyono, ST.
4. Dr. Ir. Musni Ahyani, MM.
5. Dahnia Rakhmawati , SH.

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN


KEMENTERIAN PERTAHANAN
JI. Jati No.1 Pond ok Labu Jakarta Seiatan, Teip/Fax: 75903426

Jakarta , November 2010


LAPORAN PENELITIAN
HIBAH PENELITI DAN PEREKAVASA

TAHUN KE DUA

PENGARUH MANUFAKTUR TERHADAP PeRFORMANCE


MATERIAL ARMOUR UNTUK RANPUR

Eddy S. Siradj, Ir, M.Se, Dr, Prof


Marsma TNI (Purn) Eddy Priyono, Ir, MSAE, Dr
Kol.Cpl. Mulyono, ST
Musni Ahyani, Ir, MM, Dr
Dahnia, SH
i
!

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN


KEMENTERIAN PERTAHANAN RI

Jakarta, 2010
IDENTITAS PENELITIAN

1. Judul Penelitian Pengaruh manufaktur terhadap


performance material armour untuk
Ranpur
2. Ketua Peneliti

a) Nama Lengkap Prof. Dr. Ir. Eddy S. Siradj, MSc.


b) Jenis Kelamin Laki-Iaki
c) NIP 19560308 198303 1 002
d) Jabatan Akademik Guru Besar Universitas Indonesia
e) Jabatan Struktural Staf Ahli Menhan Bidang Intek
f) Alamat Kantor Balitbang Dephan, JI. Jati No. 1 Pond ok
Labu, jaksel 12450
g) Telepon/Fax (021)7502083/(021)7504466
h) Alamat Rumah Bintara Jaya Permai Blok A No.99 Bekasi
Barat
i) Telepon/FaxiE-mail (021 )86435261 -I eddysiradj@yahoo.com

3. Tim Peneliti :

NO NAM,A, & GELAR BIDANG INQTANSI ALOKASI


AKADEMIK KEAHLIAN WAKTU
(Jam/minggu)
1. Marsma TNI Dr Ir. Eddy T. Aeronautika Balitbang 8
Priyono, MSAE Kemhan
2. Kol.Cpl. Mulyono, ST T. Mesin Balitbang 8
Kemhan
3. Ir. MusniAhyani, MM T.Kimia, Balitbang . 8
Material Kemhan
Science
4. Dahnia, SH Sarjana Balitbang 8
Hukum Kemhan

4. Obyek Penelitian Metal armour


I
5. Lama Penelitian 10 (sepuluh) bulan
6. Anggaran Yang Diusulkan Rp.125.000.000,­
7. Lokasi Penelitian Jakarta, Cilegon, dan Bandung.
8. Hasil Yang Ditargetkan Jurnal IImiah Nasional

Jakarta, 2010
HALAMANPENGESAHAN

1. Judul Penelitian Pengaruh manufaktur terhadap


performance material armour untuk
Ranpur

2. Ketua Peneliti

a) Nama Lengkap Prof. Dr. Ir. Eddy S . Siradj, MSc.


b) Jenis Kelamin Laki-Iaki
c) NIP 19560308 198303 1 002
d) Jabatan Akademik Guru Besar
e) Jabatan Struktural Staf Ahli Menhan Bidang Intek
f) Alamat Kantor JJ. Merdeka Sarat 13-14 Jakarta Pusat
g) Telepon/Fax (021) 75020831 (021) 7504466
h) Alamat Rumah Bintara Jaya Permai Siok A No.99 Bekasi
Barat.
i) Telepon/FaxiE-mail (021 )8643526 1 ­
eddysiradj@yahoo .com
j) Penelitian Terakhir
Judull Peluang peneiitian dan penggunaan baja
paduan rendah berkekuatan tinggi (SNMI
,2005)
Judulll Strain induceu recristallization cinetics of
Nb high strength low alloy steel during hot
rolling (IMTC, 2006)
Judulill Hubungan antara kekerasan dan
deformasi pad a kuningan terhadap beban
pengerolan (SNMI, 2006)

3. Jangka Waktu Penelitian 10 (sepuluh) bulan


4. Lokasi Penelitian Jakarta, Cilegon, Bandung
5. Jumlah Biaya Yang Diajukan Ke Dikti : Rp.125.000.000,­

Jakarta, 2010

Mengetahui I
J

Kepala Balitbang Kemhan


Ketua Peneliti

Prof. Dr. Ir.Eddy S. Siradj, MSc.

ii
RINGKASAN

Material armour untuk Ranpur ada beberapa jenis baik dari luar maupun
buatan dalam Krakatau Steel). Armour Ranpur buatan luar
yaitu buatan Amerika dengan nama Armox, buatan Perancis dengan nama
Hardox, buatan Australia dengan nama Bisplate. Buatan Krakatau
dinamakan KSW 500. Tahun pertama telah melakukan terhadap
performance armour KSW 500 untuk Ranpur, dan pada tahun ke dua penelitian
dilanjutkan menganalisis bagaimana pengaruh manufaktur
armour untuk Ranpur.
Permasalahan manufaktur periu diangkat untuk diteliti karena nr....."'oC!

manufaktur seperti cutting, welding, drilling, banyak berpengaruh terhadap


, ketangguhan, Penelitian ini
diharapkan menghasilkan desain Material armour untuk Ranpur
komposisi yang tangguh, mempunyai sifat fisik, mekanik
yang sesuai untuk armor Ranpur, dan tidak hgrubah sifat dan nya
dengan perlakuan manufaktur.
Material armour KSW 500 merupakan produk baja heat untuk
aplikasi wear Peluru) yang memenuhi persyaratan Ml
A-46100D-2007, dibuat meia!ui ; Proses furnace Quench,
treatment, proses furnace temper. Dimensi yang dihasilkan dibuat : tebal 8,0 ­
50,0 mm, lebar 800 - 1600 mm.
Dari analisa komposisi, hubungan kandungan Karbon dan Karbon
equivalent, baja KSW500 berada pada zone ARMOX500 dimana pada
daerah yang dapat di katagorikan sangat rentan terbentuknya retak High
susceptibility to creaking in all condition

Nilai kekerasan baja KSW500, baja yang diteliti masih di


bawah HARDOX500, yaitu sekitar 375 HV (Vicker hardness). Hasil pengelasan
MIG dengan kawat baja karbon EN ISO 14341-A-G3S11 SFAJAWS A5.1
ER 705-6 buatan ASSAB, memperlihatkan distribusi kekerasan dimana pada
daerah HAZ terjadi peningkatan kekerasan mencapai 455 HV, sedangkan pada
daerah kampuh las turun mencapai 150 Hv.

iii
Hasil balistik menggunakan Sniper, 7,62 mm, jarak 50m,
memperlihatkan lemahnya bag ian kampuh diaman projektil
Sedangkan pada daerah fus! (fusion zone) terjadi penetrasi projectile mencapai
60%. Walaupun demikian pad a daerah Base metal tidak terjadi
penetrasi projektil yang signifikan. Hasil uji balistik untuk metal mendekati
prilaku hasil balistik baja import (Crue Sabro 8000) asal
Penggunaan kawat baja karbon lebih murah dibandingkandengan
kawat yang mempunyai kekerasan tinggi atau Alloyed electrode Wire. Untuk
mengatasi kelemahan sambungan terhadap projektil dilakukan dengan
bentuk yang sedemikian rupa, antara bagian (upper body)
sambungan di minimaJkan dan jika ada bentuk desain sambungan tertutup
plat baja.
Dad kesimpulan tersebut disarankan bahwa walaupun demikian hasil
penelitian dari produk plat baja dalam untuk Ranpur 6x6 masih
diperlukan untuk diteliti lebih jauh dengan saran sebagai berikut;
dilakukan Mapping mikro m KSW500 dengan jenis
import yang sudah banyak dipergunakan di Industri pertahaanan di luar
negeri seperti, Hardox, Armox, Cruesabro, dan lainnya. Hal tersebut
dapat menjadi standard bag; plat dalam negeri lainnya jika akan
dipergunakan untuk Ranpur (kendaran Tempur) dalam negeri.
Kinerja KSW500 perlu di evaluasi lebih lanjut membandingkan
kemampuan las (weldability) dengan jenis baja lainnya yang dipergunakan
untuk Ranpur, terutama masalah Durability, Creak serta uji
konstruksi jika diperlukan.

,
!

iv
PRAKATA

Berkat Tuhan Yang Maha Esa, penelitian tentang Pengaruh


manufaktur terhadap performance material armour untuk Ranpur selesai
dilaksanakan sesuai afokasi waktu yang direncanakan.
Naskah Penelitian ini disusun dari suatu penelitian yang merupakan
inovasi dalam pengembangan material logam baja paduan paduan dengan
rekayasa dengan tujuan ingin mendapatkan suatu material tahan peluru
substitusi baja Hardox atau baja Armox buatan Amerika, yang kuat,
tangguh, memenuhi balistik untuk Ranpur. Penelitian dilakukan
dengan memanfaatkan fasilitas dad tiga pilar institusi yaitu Balitbang
Kemhan, Universitas Indonesia, dan PT. Krakatau Dari penelitian
material armour tersebut, dapat dikembangkan lebih lanjut untuk paduan­
logam armour yang lebih kuat
ringan,
Dalam penelitian ini Tim peneliti banyak
dukungan, dan berbagai untuk itu diucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya
1. Oeputi Hankam, selaku pemberi dana peneiitian program
tahun 2010.
Balitbang Kemhan, yang telah memberikan petunjuk arahan
dalam pelaksanakan Utjianbang inL
4. Dirut PT. Krakatau Steel, yang telah memberi dan fasilitasnya
untuk ini.
Dirut PT. Pindad, yang telah memberikan fasilitas dan bantuan personel
untuk proses manufaktur dan uji tembak.
6. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam kelancaran
pelaksanaan penelitian ini.
Naskah hasH peneluian ini jauh dad sempurna, untuk itu
diharapkan adanya saran masukkan demi sempurnanya naskah ini.
Diharapkan hasil penelitian ini bermanfaat bagi kepentingan pertahanan
negara, dan dapat memberikan sedikit sumbangan pemikiran di bidang Hmu
material khususnya dan bagi peneliti terkait pada umumnya.

Jakarta, Juli 2010

v
DAFTAR 151

Halaman

LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN

RINGKASAN iii

DAFTAR lSI vi

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR ix

PENDAHULUAN

1.1 Latar 1

1.2 Perumusan Masalah 2


1.3 Ruang Ungkup Penelitian 3
1 Pengertian 4
BAB I! TINJAUAN PUSTAK\

2.1 Kendaraan Tempur (armoured Fighting Vehicles. AFV) 5


rakteristik Material Tahan Peluru 7

Logam Armour 13
2.4 Proses Manufaktur Pengelasan 17
Pengujian Sifat Mekanis 32
2.6 Uji Balistik 48
III TUJUAN DAN MANFAAT
I
I

3.1 Tujuan Penelltian 69


Manfaat Penelitian

IV METODOLOGI

4.1 Waktu dan T empat Penelitian 72


4.2 Bahan dan Alat Penelitian

4.3 Metode Penelitian 74

vi
BABV HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 HasH Penelitian

5.2 Uji Balistik

BABVI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan 101


Saran 102
DAFTAR PUSTAKA 103
LAMPIRAN

vii
DAFTAR TABEL

. Halaman

Tabel 2.1. Komposisi Plat Armor KSW500, Produksi PT 16


Krakatau Indonesia

Tabel Heat treatment for impacted armor 30


steels.

Tabel Gambaran uji kekerasan dan standard acuan.

Tabel Perbandingan Rockwell, 48


Vickers, dengan

Tabel 2 ard Uji tempak ii-A, II dan Leval 57


III-A.

2.6 Test Sumhlary Variabel

1. Komposisi Kimia Plat KS'W 77

viii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Prinsip dar! proses pengelasan logam 27


menggunakan Metal Inert Gas We/ding.
Gambar Illustrasi Metal Inert Welding secara lengkap 27
yang meliputi shielding gas dan Molten weld
metal.
Gambar 2.3. MI Welding Mesin yang dipergunakan di PT 28
Pindad dilihat depan.
Gambar 2.4. MIG Welding mesin yang digunakan PT Pindad 28
dilihat samping.
MIG pada body Ranpur.
Gambar Scanning electron micrographs showing 31
microstructure of quenched and tempered
Alat uji kekerasan logam 32
Gambar 8. lIlustrasl pengujian Brinnel 33
Gambar Media pengujian
Gambar 2.1 Media pengujian Rockwell 36
2.11. lIlustrasi pengujian dan uji tarik 38
Gambar 2.12. Kurva tegangan - regangan 39
Gambar 13. Dimensi sample uji dan metoda pengukuran
strain.
Gambar 14. Bentuk Kurva dari hasil uji tarik 40
Gambar. 2.15. Penentuan tegangan luluh untuk kurva tanpa 43
daerah linier
Gambar 2.1 T egangan dan regangan berdasarkan panjang
bahan
Gambar 17. Hubungan nilai kekerasan dengan kekuatan tarik 46
Gambar 1 Illustrasi fasilitas uji impak balistik.

ix
Gambar 1 Memperlihatkan personil sedang meiakukan uji
tembak dengan senjata panjang.
Gambar 2.20. lIIustrasi mode penetration pengujian balistik. 51
Gambar Memperlihatkan penetrasi projektil pada
permukaan beberapa baja anti peluru.

Gambar 2.22. Batas kecepatan balistik dan penetrasi


pada permukaan depan dan belakang.
Gambar IIlustrasi Posisi palat baja armor pada saat 56
dilakukan uji tembak'
Gambar 2.24. Sudut Tembakan yang memenuhi standard uji. 56
Contoh gambaran distribusi kekerasan
penampang hasil baja armor base metal,
dan Kampuh
terlihatpada diatas.
Gambar Struktur mikro daerah HAZ pad a (a) pass·
(b) mengalami
preheat.
Gambar 2.27. Hubungan kandungan karbon dengan karbon 61
equivalent (CEV) terhadap resiko
Gambar Microstructure of hardox 500 steel dertvery". 62
without grain orders of
the previous austenite. MiIIFe etched.LM
Gambar Structure of welding joint Hardox 500 in
the fusion zone: W - wei material, - heat ­
affecting zone. Arrows (1) indicate weak outline of
the fusion area. In tje heat affecting zone a
structure of post-martensitic orientation with areas
of bainite (2) and troostile (3) is clearly visible.
Widmanstatten's structures typical for significant
over-cooling have been obserbed locally. MiIIFe
etched. LM.

x
Gambar 2.29. Hardness changes in welded joint of Hardox 400 63
steel in the as delivered state : ~h = 35 mm, wei
hardness:::: 210 HV10

Gambar 2.30. Hardness changes in welded joint of Hardox 500 63


steel in the as delivered state : ~h = 45 mm, wei
hardness:::: 230 HV10

Gambar 2.31. Hardness changes in welded jOint of Hardox 400 64


steel after hardening. Maximum hardnessnin the
HAl ~ 410 HV10. Minimum hardness of the weld
material:::: 340 HV10.

Gambar 2.32. Hardness changes in welded joint of Hardox 500 64


steel after hardening . Maximum hardnessnin the
HAZ :::: 503 HV10. Minimum hardness of the weld
material:::: 430 HV10.

Gambar 2.33. Hardness changes in welded joint of Hardox 500 65


steel after hardening and tempering at 300 aC.
Maximum hardnessnin the HAl:::: 417 HV10.

Gambar 2.34. Material microstructure in welded joint of 65


Hardox 400 steel after hardening and tempering
at 300 aC temperature. Sorbitic type structure.
MilFe eched LM.

Gambar 2.35 Microstructure of heat-affecting zone in welded 65


joint of Hardox 400 steel after hardening and
tempering at 300 aC temperature. MilFe eched
/
LM.

Gambar 2.36. Proses pemotongan plat baja armor dengan 67


oxygen torch cutting arc.

Gambar 2.37. Gas Cutting yang dipergunakan di PT Pindad 68

Gambar 3.1. Tujuan dan Manfaat Penelitian 71

Gambar 4.1 Diagram Alir Penelitian 75

XI
Gambar 5.1. Plat baja armour KSW 500 tebal 10 mm yang 76
dipergunakan dalam penelitian ini, produksi PT.
Krakatau Steel setelah dilakukan Spray Cooling
dan Tempering dan leveling, tetapi belum
dilakukan sand blasting.

Gambar 5.2. Hubungan Carbon Content dan CEV Baja KSW 78


500, mendekati baja Armox 500 T-Q

Gambar 5.3. Struktur Mikro baja KSW500, diamati setelah 80


mengalami proses pendinginan cepat
(Quenching) dengan etch Nital dan pembesaran
500x.

Gambar 5.8 . Hasil penerasi peluru dari uji balistik pada plat 82
KSW500 tebal 10 mm dengan menggunakan
peluru tajam (T J) pada jarak tembak 25 sampai
50 m pad a plat baja hasil proses heattreatmen
Vartikal.

Gambar 5.9. Hasi! . penerasi peluru dari Llji balistik pada plat 82
KSW500 tebal 8 mm dengan menggunakan
peluru tajam (TJ) pada jarak tembak 25 sampai
50 pada plat baja hasil proses heattreatmen
Vartikal.

xii
BABI
PENDAHLILUAN

1.1. Latar Belakang.

Kendaraan tempur (Ranpur) merupakan suatu kebutuhan pertahanan


yang memerlukan pengembangan dan inovasi untuk membuatnya secara
mandiri di dalam negeri dengan mendayagunakan industri nasional khususnya
industri pertahanan saat ini. Krakatau Steel sudah mencoba
armour steel tersebut dengan rekayasa dan inovasi baik komposisi,
treatment, maupun proses manufakturnya dengan mengacu pada
kekuatan armour dari luar negeri yaitu sejenis baja armox buatan Amerika atau
hardox buatan Armour buatan KS tersebut sudah
diaplikasikan untuk pembuatan namun sedikit adanya
pengembangan dalam manufakturnya, sehingga performance
kendaraan tempur tersebut unggul minimal sama dengan ketangguhan
armour buatan luar
Meninjau dari sifat mekanik sudah memenuhi
armour, dengan uji balistik NATO NIJ lolos uji
dan mendapat sertifikat type approval Ditstanlaik Departemen
maka dari itu pengembangan selanjutnya diarahkan pada manufaktur
dimana perlakuan dan treatment yang dilakukan dimungkinkan tidak sama
dengan pengalaman pengerjaan pada baja buatan luar negeri seperti Armox ,
Hardox, maupun Bisplate. Hal ini perlu suatu inovasi dan eksperimen yang
didasarkan proses metalurgi dengan perhitungan yang matang.
Permasalahan ini cukup menarik untuk diteliti, beberapa sifat harus
diatur dan ditetapkan secara optimal baik dalam jumlah maupun dalam
perbandingan antara sifat yang dikehendaki. Komposisi paduan dan proses
treatment sangat menentukan sifat baja tersebut. Dalam proses
pembuatan paduan, sangat memperhatikan bahan-bahan paduan sebagai
penguat pada baja tersebut, sehingga pemilihan bahan paduan disesuaikan
dengan performance yang diinginkan. Seperti karbon (C) adalah unsur yang
paling utama untuk menguatkan baja, sehingga baja harus mengandung karbon

1
sampai kadar tertentu, tetapi kalau kadar karbon meningkat, sangat
meningkatkan temperatur transisi, padahal yang diinginkan adalah selalu lebih
rendah. Tetapi ditinjau dan mampu las, kadar karbon harus dikontro! sampai
batas tertentu. Banyak dilakukan studi untuk mengetahui pengaruh unsur
paduan terhadap keuletan baja pada temperatur rendah. Hal ini dilakukan
untuk memperbaiki sifat-sifat baja yang diinginkan dikaitkan dengan
pengaruhnya pada saat perlakuan manufaktunng dan machining.
Material armour buatan dalam neger! sangat dibutuhkan untuk Ranpur,
maka dari itu analisis dan hasH penelitian ini dibutuhkan agar
pembuatan Ranpur Pindad tidak rerhenti. Dari hasil material ranpur
tahun 2010, Desain (rancangan material armour) merupakan
bagaimana komposisi paduan yang sesuai dikaitkan
performance yang diinginkan, bagaimana proses heat treatment yang dilakukan
untuk mempertahankan karakteristik
manufaktur, dan analisis sejauhmana material armour dalam dapat
mendukung kebutuhan Ranpur untul(
adalah pembuatan prototipe armour Ranpur yang dimungkinkan
tebih ringan yaitu dengan pembuatan komposit plate Ranpur yang akan
dilaksanakail pada tahun 1. Material armour komposit dibuat darj
macam yaitu dan armour, alumunium
armour, dan lain-lain), keramik armour (alumina armour, boron karbida armour,
boron nitrida armour, titanium armour, komposit armour),. dan fibe;' armour
(kevlar, spectra, dynema, goldflex, dan lain-lain). Studi awal pembuatan
komposit armour dengan bahan keramik, fiber dan metal sudah dilaksanakan,
maka diharapkan tahun 2011 prototipe material komposit armour untuk Ranpur
dapat terwujud.

1.2. Perumusan Permasalahan.

Material armour selama ini masih didatangkan dad luar negeri dengan
harga yang 5angat mahaL Untuk itu industri nasional (PT. Krakatau Steel)
berusaha membuat armour untuk memenuhi kebutuhan plate armour
untuk Ranpur, dan produksinya dilakukan di PT. Pindad. Untuk pembuatan
plate body Ranpur beberapa dengan plate untuk personal

2
armour, dimana pada body Ranpur harus dapat dibentuk di casting,
sesuai bentuk lekukan body kendaraan tersebut, dan dimana ada sambungan
seperti pintu dan lainnya harus mampu menyatu dengan bag ian lainnya. Pada
proses manufakturing, dimungkinkan perbedaan antara plate armour dari
luar negeri dengan plate armour dari dalam neger;, sungguhpun dari sifat
kekerasan dan kekuatan tarik tidak jauh berbeda dan sudah memenuhi
ketahanan balistik. Hal ini memerlukan suatu inovasi dan pengembangan
teknologi metalurgi yang cukup teliti, dimana perbedaan hasH proses
manufakturing kurang menunjukkan hasH yang sempurna. Sehingga perlu
adanya suatu analisis dan studi lebih spesifik untuk menyempurnakan
performance material armour buatan dalam negeri, sebagai bahan substitusi
armour dan impor.

1.3. Ruang lingkup Peneiitian.


Penelitian in; merupakan lanjutan dari tahun dengan judul
tentang material pertahanan (armour ini dilanjutkan untuk
meninjau bagaimana proses manufakturing
material armour KSW 500 buatan PT. Krakatau . Program Penelitian
tahun o meninjau baja armour Ranpur buatan Krakatau
dilakuakn pembuatan material armour yang untuk
dengan melakukan uji karakteristik dan uji balistik setelah proses manufaktur
(welding), dimana proses manufaktur sering meni,bulkan perma&alahan yang
tidak boleh diabaikan untik kine~a plat armour Adapun ruang lingkup
penelitian pada tahap dua ini adalah sebagai berikut :

8. Melakukan evaluasi komposisi material armour, dihadapkan pada


j
uji metalog rafi , kekerasan dan uji balistik.

b. Melakukan evaluasi proses pembuatan material armour, dengan


peralatan proses yang telah dimod

C. Melaksanakan proses manufaktur (cutting, drilling, dan


pengelasan) dilanjutkan dengan peninjauan secara metalografi,
kekerasan, dan uji balistik.

3
1.4. Pengertian.

Beberapa pengertian yang perlu dijeJaskan dalam naskah penelitian ini


adalah sebagai berikut :

a. KSW 500 : Merupakan produk baja heat treated untuk aplikasi wear
steel (Baja Tahan Peluru) yang telah memenuhi persyaratan MIL-A­
461000-2007.

b. Hot rolling : Oikenal juaga canai panas, sistem reduksi tebal material
melalui rei yang berputar.

c. Plat armor: Lempengan/lembaran baja yang dibuat memenuhi


standar baja tahan peluru.

d. Proses Quench : Proses perlakuan panas dimana dalam keadaan


panas baja dicelupkan dalam air.

e. Proses Tempering : Proses perlal<uan panas dimana untuk


meningkatkan toughness baja, setelah di quenching baja dipanaskan
kembali.

f. NOT (non destruction test) : adalah suatu cara untuk deteksi atau
pengukuran dan sifat-sifat penting atau kemampuan material, bag ian­
bagian, alat-a!at atau struktur tanpa merusak material yang diukur.

g. Makrokstruktur : Struktur material yang terlihat dengan mata


telanjang atau perbesaran yang rendah

h. Mikrostruktur: Struktur material yang terlihat dengan menggunakan


peralatan mikroskop dengan perbesaran lebih tinggi. Misalnya,
dengan mikroskop optik, struktur material dapat dilihat melalui
bantuan lensa sampai perbesaran mencapai 1500 kali. /

i. Substruktur : Struktur material yang terlihat dengan mikroskop


memiliki perbesaran dan daya resolusi yang lebih tinggi. Misalnya
dengan mikroskop elektron , memungkinkan tercapainya perbesaran
sampai dengan 1 juta kali.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kendaraan tempur ( armoured fighting vehicle, AFV).

Kendaraan tempur (Ranpur) adalah kendaraan militer yang memiliki


lapisan pelindung dipersenjatai dengan senjata api. Mayoritas kendaraan
ini juga dirancang agar bisa berjalan pada medan yang sulit.
kendaraan tempur lapis baja diklasifikasikan menurut
karakteristiknya. klasifikasi ini tidak selalu beberapa negara bisa
mengklasifikasikan kendaraan secara dari negara lain,
pemakaiannya.

a. Tank.

kendaraan lapis
ban berbentuk rantaL Ciri utama tank adalah pelindungnya yang
biasanya adalah lapisan yang berat, senjatanya yang merupakan
meriam besar, serta yang untuk bergerak dengan
di medan. Meskipun adalah n yang mahal
membutuhkan persediaan logistik yang banyak, tank adalah
paling tangguh dan pada medan peran!;! modern, dikarenakan
kemampuannya untuk menghancurkan target darat apapun, dan shock
infanteri.

b. Pengangkut personellapis baja.

Pengangkut personel lapis baja (bahasa Ir,ggris: Armoured


personnel carrier atau APe) adalah kendaraan tempur lapis baja ringan
yang dibuat I.lntuk mentransportasikan infanteri di perang.
biasanya hanya dipersenjatai senapan tapi varian-variannya bisa
dipersenjatai meriam, peluru kendali anti-tank, atau mortir.
Kendaraan ini sebenarnya tidak dirancang untuk melakukan pertarungan
langsung, melainkan untuk membawa tentara secara aman dllindungi

5
ringan dan han-pecahan ledakan. APe bisa
menggunakan roda maupun roda rantal

c. Kendaraan tempur invanteri.

Kendaraan tempur infanteri (bahasa Inggris: Infantry fighting


vehicle atau IFV) adalah pengangkut infanteri lapis baja yang memiliki
persenjataan yang lebih berat, dan digunakan untuk pertarungan
\angsung. Kendaraan memiliki lapisan pelindung yang lebih tebal dari
pengangkut personel baja, dan memiliki persenjataan bisa
menghancurkan pengangkut personel lapis lawan, (:>"""",I:>rt. meriam
otornatis peluru kendali anti-tank. Kendaraan seperti ini
dipakai untuk menggantikan peran tank ringan, digunakan untuk
pengintaian, dipakai juga penerjun yang tidak
mung kin membawa tank berat.

Penghancur tank.

Meriam anti-tank sendiri, disebut penghancur tank (bahasa


Ingg Tank destroyer), digunakan untuk memberikan dukungan
melawan tank operasi bertahan mundur. Kandaraan ini
d meriam peluru kendali anti-tank. ncur
tank in! tidak menggantikan karena penghancur tank tidak
fleksibel tank, antara kendaraan ini tidak memiliki
perlindungan terhadap infanteri yang baik. Tetapi kendaraan ini lebih
murah untuk diproduksi dan dirawat dibandingkan dengan tank.

e. Artileri gerak sendiri dan meriam serbu.

Artileri gerak sendiri adalah meriam artilerl yang diberikan a1at


transportasi terintegrasi, yang merupakan badan kendaraan lapis
baja dengan rantai maupun roda biasa. Ini membuat artileri bisa
berjalan dengan cepat, mengikuti kecepatan peperangan lapis baja,
membuatnya bisa bergerak dan mencapai jarak jangkau dengan cepat,
menghindari serangan artileri balasan dan serangan senjata ringan.
Meriam serbu adalah artileri gerak yang fungsinya mendukung
pasukan infanteri. Kendaraan ini biasanya dipersenjatai rneriam otomatis

6
yang bisa menembakkan peluru berdaya ledak tinggi, cocok untuk
melawan tentara yang yang bersembunyi di parit pertahanan.

Karakteristik material tahan peluru (armoured material).

Karakteristik material peluru digambarkan sebagai suatu


mikrostruktur yang mempengaruhi sifat fisik-mekanis dan sifat ketahanan
tembus peluru (balistik) secara nyata dapat diidentifikasikan terhadap
mekanisme penyebaran retakannya. sITat harus d dan
ditet.apkan secara optimal baik dalam jumlah maupun dalam perbandingan
antara sifat yang dikehendaki diantaranya : nilai parositas dan densrtas
mungkin, kekerasan harus !ebih dari kekerasan proyektil, fracture
toughness yang rendah, velocity tinggi untuk meredam
menghamburkan beban impact Young modulus
umumnya, materjal tahan anti balistik,
dimana karakteristiknya memenuhi tembakan
panjang 5.58 mm 7.62 mm. ini material jenis ini
sejenis logam paduan yang beberapa dikenal di pasaran adalah armotec,
armox hardock. Output penelitian ini untuk substitusi behan
dan armotec, armox

8anyak dilakukan studj untuk mengetahui pengaruh unsur paduan


terhadap keuletan baja pada temperatur renrlah. Hal ini dilakukan untuk
memperbaiki sifat-sifat baja yang diinginkan dikaitkan dengan
pengaruhnya pad a perlakuan manufakturin9 dan

Dikatakan bahwa unsu r P, Mo, dan V adalah unsur-unsur yang


menutunkan keuletan sedangkan Ni Mn adalah unsur-unsur yaJ19
memperbaiki keuletan itu. Mn mengurangi karbida dan menurunkan temperatur
transformasi, yang membuat perlit dan menjadi berbutir halus juga
memperbaiki keuletan pada temperatur rendah. P memperburuk kegetasan
temperatur rendah dan meningkatkan sensitivitas dari kegetasan temper
karena fasa yang tersegregasikan pada batas butir, oleh karena itu P harus
selalu minimum. S adalah suatu unsur yang membentuk inklusi dan tidak
memberikan banyak pengaruh terhadap temperatur transisi tetapi menurunkan

7
keuletan matriks, atau menurunkan keuletan pada arah tegak lurus terhadap
arah pengerolan sebab inklusi tersebut memanjang pada arah pengerolan. Ni
bersama-sama Mn, adalah unsur yang sangat efektif untuk memperbaiki
keuletan pada temperatur rendah. la meningkatkan keuletan dari matriks ferit
dan sekaligus memberikan pengaruh yang baik pada penghalusan butir. Mo
dan W adalah unsur yang efektif untuk mengendalikan kegetasan temper.
Penambahan yang cocok biasanya sekitar 0,3 % - 0,5 %. Kadar N
meningkatkan sensitivitas terhadap pengerasan presipitasi karena regangan,
seharusnya N rendah, dan sebaiknya kadar 0 rendah karena menyebabkan
kegetasan pada batas butir.

Mampu las baja. Konstruksi baja biasanya dibuat dengan jalan


mengelas, untuk itu diperlukan lembaran baja yang tebal agar mempunyai
mampu las yang baik. Tidak dapat dihindari bahwa bahan berubah sifatnya
disebabkan karena panas pada waktu pengelasan. Jadi di daerah pengelasan
atau di daerah yang dipengaruhi oleh panas bisa terjadi pengerasan atau
retakan. Derajat dari kesukaran, apakah sambungan lasan dapat memuaskan
dan apakah konstruksi yang dibuat dengan jalan pengelasan dapat memenuhi
maksud yang diinginkan, dinamakan mampu las. Hal yang penting, terutama
terjadinya retakan atau terjadinya pengerasan .etau juga turunnya keuletan
pada sambungan las. Antar muka antara logam penyambung dan logam induk
pada daerah pengelasan dinamakan bag ian pengikat, dan selanjutnya daerah
yang dipengaruhi panas dari logam induk adalah daerah yang terpanaskan
pertama pada temperatur yang tinggi terdinginkan secara cepat, yang
menyebabkan daerah itu terjadi lebih keras. Kekuatan maksimum pada daerah
ini tergantung pada kadar karbon ekivalen. International Institute of Welding
(IIW) menyatakan karbon ekivalen sebagai beriklJt : )

Cek (%) = C + (1/6) Mn + (1/5) (Cr + Mo + V) + (1/15)(Cu +Ni) (2-1)


Hubungan antara kekerasan Vickers maksimum HVmaks dengan karbon ekivalen
adalah sebagai berikut :

HVmaks = 666 Cek + 40 (2-2)

HVmaks tidak selamanya teliti tetapi ada hubungannya dengan laju retakan.
Pengerasan seperti itu yang terjadi pada daerah pengelasan disebabkan

8
karena naiknya temperatur Dttemukan hubungan antara temperatur
transisi pada pengujian Charpy, dengan komposisi kimia dart muatan
2
dari baja yang berkekuatan tin99i 80 kg/mm yang di las pada keadaan tertentu.

vTs ::: -70 + 290 C + 28 Mn + 46 Cu - 6 Ni + 25 Cr + 23 Mo (OC) (2-3)


Hasilnya adalah, unsur yang seeara positif menurunkan vTs pada daerah
pengikat hanyalah Ni dan unsur lainnya menaikkan temperatur transisi,
terutama C sang at berbahaya. Kedua persamaan (2-2) (2-3) telah didapat
dart kondisi tertentu, keduanya bukan kondisi umum. dikatakan pula
bahwa beberapa pengaruh dari ketakmurnian. Inklusi tersebut.

baja untuk pengelasan. lembaran dibuat


dalam berbagai maeam bentuk dan dilas n konstruksi Komposisi
kimia baja tersebut adaJah C 5 0,23 %, S 5 0,04 % P :$ 0,04 %. Baja yang
tidak unsur selain Si dan Mn disebut baja linak (mild steel),
yang banyak dipakai untuk konstruksi mempunyai
mampu las dan mampu bentuk yang tingg; adalah bahan
dapat dikurangi beratnya sambungan las untuk merasionalkan
konstruksi baja. Yaitu bahwa baja kekuatan ting9i memerlukan luas penampang
yang kecil, dengan demikian mengurangi dan bukan hanya
meringankan seluruh konstruksi, tetapi
pengelasan, maka dengan demikian dapat mengadakan penghematan bahan
dan tebih untung dan pada pemakaian baja lunak. Baja kekuatan tinggi
digolongkan pada baja berkekuatan tarik yang tinggi dengan atau tanpa
perlakuan panas pada proses pembuatannya, dalam kedua hal inj penurunan
mampu las diusahakan minimum. pel'lakuan pada baja.

a. Baja kekuatan tinggi tanpa perlakuan panas. ,


i

Baja kekuatan tarik tinggi tanpa perlakuan dlpergunakan


dalam keadaan setelah di roll atau dinormalkan, struktur
mikronya terutama ferit dan perlit. Baja tersebut terutama diperkuat
dengan jalan penambahan unsur-unsur paduan dan penghalusan butir
melalui pengerolan. Sebagai baja paduan rendah, penambahan
kekuatan adalah sebanding dengan jumlah unsur paduan yang
ditambahkan. Karena penambahan C sangat meningkatkan kekuatan

9
tetapi menurunkan mampu maka penambahan C tidak
dalam usaha memperkuat baja tersebut. baja kekuatan tinggi
tanpa perlakuan panas, dan Mn dipergunakan sebagai unsur paduan
utama, mereka lebih kurang membahayakan mampu las, lebih
murah tetapi masih cukup untuk menambah kekuatan baja.

Kekuatan tarik (kgf/mm2)

== 30,0 + 2,79 (%Mn) + 8,41 (%Si) + 0,397 (%perlit) + 0,791 (d"1/2) (2­
4)

Kekuatan mulur (kgf/mm 2 )

:::; 10,3 + 31 (%Mn) + (%Si) + 1


Pengukuran (%)

::: 78,5 + (%Mn) - (%perlit) - 0,33 (2-6)

d == diameter butir ferit (mm).

Jumlah tergantung pada kadar Menurut persamaan diatas,


penambahan perlit tidak mempengaruhi titik mulLir mempengaruhi
peningkatan kekuatan tarik. Diameter butir ferit mempengaruhi
titik mulur. butir ferlt telal1 lama diketahui menjadi lebih keeil
ukuran tertentu apabila baja dimatikan oleh AI, tetapi sekarang
dengan memperbaiki cara pengerolan didapat struktur halus
diro!. pengerolan ini yang dimaksudkan untuk memperhalus butir
dinamakan pengerolan terkendali, adalah satu teknik tak dapat
dikesampingkan untuk baja terutama bagi konstruksi pipa.

b. Baja kekuatan tinggi yang mengalami perlakuan panas.


Agar kekuatan baja meningkat dan keuletannya pada tempe~atur

rendah juga meningkat, baja perlu dikeraskan dan ditemper. Sifat baja
inl ditentukan oleh kadar C, P, dan S dan unsur-unsur paduan tergantung
pada pilihan pembuatnya. Sebagai tambahan pada Mn dan Cr, Mo, V
dan seterusnya ditambahkan pada baja paduan rendah. Tergantung
pada tingkat kekuatan tariknya, baja tersebut dinamakan baja kekuatan
tinggi 60 80 kgf/mm 2 . Baja kekuatan tinggi yang telah mengalami
perlakuan panas apabila dibandingkan pad a tingkat kekuatan mulur yang

10
sama, mempunyai temperatur transisi yang rendah mempunyai
keuletan yang baik pada temperatur rendah.

c. Mampu bentuk baja yang dirol panas.


Baja tebal yang dirol panas, mempunyai derajat pengerjaan yang
tinggi pembengkokannya, dalam ini penilaian terhadap
keliatannya hanya pada perpanjangannya dalam pengujian tarik,
tidaklah memadai. Maka di setiap negara dipakai standar yaitu melihat
terjadinya keretakan pada pengujian bengkok 180°. Dalam pengujian tarik,
perbandingan perubahan diameter lubang pada uji tarik dengan
, dan perpanjangan tarikan pada batang tarik, dan sebagainya,
menunjukkan mampu bentuknya. Perbedaan
pad a batang uji, tidak begitu jelas, perbandingan perubahan
diameter lubang sangat berubah terhadap pengerolan dan
lurus terhadap arah batang yang menunjukkan bentuk
sensitip. Mampu bentuk menurun oleh adanya 0,
meningkatnya jumlah Selanjutnya mampu bentuk menjadi lebih
baik apabi\a temperatur akhir pengerolan terkontrol (terkendali) dan
strukturnya adalah butir-butir halus.

d Penggunaan baja kekuatan keuletan.


;:,tnnmal petunjuk pertama dalam pemilihan yang akan dipakai
sebagai bahan konstruksi latah kekuatan dan keuletan yang memadai.
Satu sekian sifat-sifat baja yang paling penting ialah kekuatan, tetapi
karena pada umumnya apabila kekuatan ditingkatkan, keuletannya
menurun, maka kekuatan yang berlebihan menyebabkan kerusakan
karena benturan dan sebagainya. umumnya baja yang telah
dikeraskan dan ditemper dip<:ikai untuk keperluan tersebut.

e. Kekerasan baja setelah dicelup dingin dan mampu keras.


Kekerasan baja dicelup dingin tergantung pada
kadar karbonnya. Kekerasan baja setelah dicelup dingin meningkat
hampir berbanding lurus dengan kadar karbon sampai 0,6 % selanjutnya
peningkatan gradien kecil kalau kadar karbon meningkat. Telah
diketahui bahwa struktur martens it yang dinormalkan keras daripada

11
fent-perljt atau perm. Untuk rnemberikan kekuatan dan keuletan
pada baja, pertarna baja dikeraskan dengan mencelup dingin,
untuk mendapat 100 % martensit harus didinginkan pada pendinginan
tertentu yang Jebih dari pendinginan kntis di tengah-tengahnya.
Mampu keras adalah yang menunjukkan bahwa baja dikeraskan
pada keadaan tertentu, 1"\.0,."' .... '" dalam dari permukaan yang didinginkan
struktumya menjadi martensit. Mampu keras baja dapat diperoleh dan
diagram temperatur transformasi dan waktu (diagram TTf)dan diagram
pendinginan kontinu (diagram eeT) pedinginan kritlsnya, atau dengan
Jominy yang dinamakan pengujian dlngin untuk
mendapat panjang daerah celup dingin. Makin laju pendinginan
kritis makin panjang celup dingin pengujian Jominy, makin
baik mampu kerasnya. komersial mempunyai mampu keras
!ebih kerena Si, Mn, unsur-unsur lain. Unsur-unsur
Mn, Cr, Mo, Ni, ,dan sebagainya memperbaiki mampu
baik kadar yang sedangkan unsur-unsur
lain V, W, U, dan sebagainya penambahan
menurunkan mampu keras. Sedikit sangat memperbaiki
tetapi tidal< dipakai kerena dan bersifat
recun. dikemukakan unsur-unsur
memperbaiki keras baja, pengaruh dan pengintian
penurunan laju pe, tumbuhan pada ferit proeutektoid, dan sebagainya
masih dalam penelltian, belum dapat dijelaskan setiap unsur.
Penambahan B sebanyak 0,0005 - 0,005 % sangat memperbaiki mampu
keras, tetapi masih belum mencapai pendinginan kritis. Dengan
penambahan B yang berlebihan menyebabkan presipitasi suatu senyawa
I
batas butir yang mengakibatkan kegetasan, biasanya
dipergunakan Kadar 0,001 0,0015 %, yang memberikan pengaruh baik
pada perbaikan mampu keras. Selanjutnya dengan Kadar karbon yang
lebih pengaruh yang lebih baik dapat diperoleh dan pada kira-kira 0,8 % C
hamplr tidak ada pengaruh yang dilihat. Disamping itu sebagai suatu
fa kto r mampu keras adalah ukuran butir austenit. Makin
ukuran butir austenit makin baik pengaruhnya terhadap mampu keras,

12
transformasi proeutektoid dan perlit pada batas butir
austenit, sehlngga makin banyak butir banyak tempat
pengintian, jadi transformasi demikian mudah terjadi. Kalau batas
butir mengecil maka transformasi berkurang, inj menyebabkan mudah
terjadinya transformasi martensit.

f. Kegetasan'l'OJ'l"'nLu'

Selama penemperan yang dikeraskan,


pelunakan dan peningkatan keuletan. penemperan di 200
300 kekuatan turun dengan pendinginan yang
perlahan-Iahan setelah penemperan sekitar °c atau pemanasan
sekitar 500°C, kekuatan impak sangat turun. Fenomena
disebut kegetasan pada temperatur rendah
dua pada temperatur tlnggi.
pada temperatur tinggi mempunyai banyak
menyangkut temperatur penemperan baja baja memeriukan
keuletan tinggi, dipergunakan pada flperatur
sekitar DC. Selanjutnya penggunaan pada temperatur ftu
waktu lama terjadi fen omena yang sarna.
kegetasan temper telah lama bahwa Mo cukup
e'fektif untuk mengatasinya, dan untuk baja dalam jumlah banyak
memerlul~an banyak waktu lama untuk melalui temperatur
500°C setelah penemperan, maka dipergunakan baja yang mengandung
Mo kira-kira 0,2 - 1 %, akan tetapi angka belum dinyatakan
secara Terutama untuk mereduksi ketakmumian P yang biasanya
terkandung dalam baja, cara tersebut sangat efektif, jad! teknik pemurnian
, I

untuk mengendalikan P dikembangkan sampai beberapa puluh ppm.


Sedangkan terjadinya kehadiran P belum dapat dijelaskan, telah
diketahui bahwa P merupakan membran kira-kira lapisan atom
dan tersegregasikan pada batas butir.

Logam armour.

Dengan dasar kemudahan proses manufaktur dibanding keramik


maupun komposit, material logam banyak digunakan sebagai material armor,

13
khususnya baja paduan berkekuatan tlnggi. Baja paduan tipe K12 dengan
komposisi Ni-Cr-Mo yang dibuat dengan proses tempa diikuti dengan ".n",,,,,,,,

pengerasan telah digunakan secara luas untuk aplikasi peralatan persenjataan.


Dengan karakteristik kekuatan tarik 1020 MPa, kekuatan luluh 900 MPa,
elongasi 14,5 %, kekerasan 500 BHN dan berat jenis 7,8 g/cm 3 , jenis baja ini
mempunyai kemampuan untuk dapat menahan beban impak secara berurutan
tanpa patah [Armor Material, http://www.alleghenyludlum.com]
[Teyfik Demir,et.al, 2009J telah melakukan penelitian mengenai
pengaruh kekerasan terhadap perilaku impak balistik dari baja berkekuatan
tinggi AISI 4340, dimana hasH penelitian menunjukkan bahwa baja dengan
kekerasan - 50 HRC menunjukkan ketahanan terhadap impak balistik yang
terbalk menggunakan peluru berdiameter 7,62 mm.
Paduan baja armor martensitik yang te!ah dilakukan proses
berbagai komposisi telah pula dila:<ukan observasi terhadap sifat mekanis dan
perilaku impak balistiknya. penelitian menunjukkan bahwa penurunan
perilaku impak balistik akibat inklusi tergantung dari dan laju
peregangan [Mustafa Ubeyli, et ai, 2007]. Disain untu/\ bala armor
martensitik hasH temper adalah dengan pengaruh
austenit terhadap kekuatan luluh terhadap
struktur temper yang terjadi. Dari hasH dipero!eh
armor martensitik hasil temper dengan ketebalan bervariasi mm
memenuhi star.dar uji balistik sampai diameter peluru 5,56 mm [Chia-:Chang
Lin, et ,2008J
Baja untuk konstruksi dengan 0,7 % Carbon berbentuk kawat paten diameter 5
mm yang disusun menjadi pagar berbentuk profil L telah dianaiisa untuk
aplikasi armor oleh Sebastian [Balos, et.al, 2009].
j
Penyusunan kawat dilakukan dengan cara paralel dan zig-zag, masing­
masing dengan posisi vertikal dan ,dengan posisi 90° terhadap arah
proyektil. Hasil penelitian menunjukkan pagar yang darikawat bala
mempunyai ketahanan balistik yang menjanjikan, terutama pada kawat dengan
susunan zig~zag.

[Jonathan Montgomery, et.al,2001] telah melakukan pembahasan


terhadap aplikasi paduan Titanium sebagai armor material untuk aplikasi

14
kendaraan tempur. Tahun 19~7 paduan Ti-6AI-4V telah mulai digunakan untuk
menggantikan baja armor RHA (rolled homogeneus armor) karena lebih ringan,
tahan lama dan mempunyai massa yang lebih besar yaitu 1 - 1,7.
Peralehan paduan titanium biaya rendah terus dikembangkan, yaitu
dengan menggunakan electron-beam cold-hearth melting, proses
termomekanis dan proses serbuk.
ini, paduan aluminium berkekuatan tinggi merupakan paduan logam
armor yang sangat menjanjikan, tidak hanya ketahanan terhadap impak balistik
tetapi juga terkait dengan berat jenisnya yang rendah. Walaupun demikian,
informasi eksperimental dan komputasional masih terbatas dan
memerlukan pembahasan lebih lanjut.
[Michael . .1. Forrestal, 2009] telah melakukan penelitian pada pelat
paduan aluminium armor 5083-H131 dengan hasH persamaan perforasi yang
diaiami oleh pelat dipengaruhi oleh termal, besar
deformasi, kekuatan impak baHstlk kecepatan dari . Penelitan lain
yang dilakukan Army menunjukkan bahwa paduan aluminium armor struktur
mempunyai ketahanan impak yang tinggi terhadap proyektil tinggi
diatas 2000 mls dengan berat rendah.[ Kasonde Maweja, et 2008]
Sebagai salah upaya untuk mengoptimalkan
impak dengan mempertimbangkan material, perlu
dilakukan penelitian terhadap paduan aluminium armor berbentuk pelat
matriks de:ngan penguat kawat baja yang berasal dari steel rope. Paduan
aluminium yang digunakan paduan aluminium dengan unsur
magnesium dan mangan (seri 5XXX) dengan dasar berbagai penelitian tetah
menunjukkan sifat balistik yang optimal dan paduan ini. Sedangkan kawat
baja karbon yang merupakan bag ian dari steel rope digunakan penguat
untuk meningkatkan kekerasan dan ketahanan balistik dari paduan aluminiJm.
Plat baja tahan peluuru (steel Armor Plate) merupakan jenis baja
paduan (Alloy Steel) yang pada umumnya mengandung unsur tambahan
berupa unsur Nickel (Ni), Chrome (Cr) dan Molibdenum (Mo). Ketiga jenis
unsur paduan ini membuat plat baja tersebut menjadi iebih keras terutama
unsur Mo, yang umumnya banyak dipergunakan dalam baja perkakas seprti
HSS (High Speed Steel). Nickel membuat baja armor menjadi lebih ulet dan

15
Chromium , disamping membantu pengerasan juga
terhadap oksidasi yaitu tahan karat Kombinasi Cdromium dan Nickel banyak
dimanfaatkan sebagai paduan yang mampu membuat plat baja menjadi lebih
tahan terhadap cuaca.
Baja Armour KSW 500. baja anti peluru armor plate
produksi PT Krakatau Steel Indonesia yang diberi nama dagang KSW 500,
telah memenuhi spesifikasi plat anti peluru yang di serifikasi
kelayakannya di keluarkan oleh Direktorat Jendral
Karakteristik informasi umum dan teknis Plat Tahan Peluru
KSW500 adaJah dalam bentuk dengan ketebalan 8 mm dan 10 mm, lebar
600 - 1600 mm dan panjang 3000 mm maksimum, berat plat baja 5 ton
maksimum per paket. Adapun komposisi KSW500 ini seperti terlihat
Tabel dibawah ini,

Tabel 2.1. Komposisi Plat Armor KSW500, Produksi PT Krakatau


Indonesia

Mn< 1.00% 0.30


. Mn >1.00% 0.4
lSi < 0.60 % 0.2
0.60 1%

iP 0.01max 0.01
0.010 0.005max 0.003
0.20-0.30 0.333 I
i

Cr<1,25% 0.30 0.60 - 0.80 11


1,25% OAO
0.07

16
, AI !
0.10
Ti 0.10
Cu ! 0.25
Pb I 0.01
Sn 0.02

Sifat mekanis memenuhi spesifikasi MiI·A-461 000, dengan kekerasan 477


HB mengaju kepada standard ASTM E10. Sifat mekanis yang
adalah Impak dengan nila; Transversal 1 Joule dan longitudinal
1 Joule pada bentuk width test dilakukan dengan
standard ASTM Uji Balistik dilakukan memenuhi standard Mil-A­
461000.

2.4.

a. Prinsip metalurgi

merupakan area yang 8angat karena


berkaitan dengan banyak dlsiplin ilmu. Hingga seat inl, ilmu dan
teknologi pengelasan dikembangkan tidak hanya deism hal
peningkatank'.ivalitas dan biaya
ada tetapi pengembangan pada proses-proses baru. Setiap
pengelasan memiliki permasalahan yang berakibat terjadinya
cacat seperti inklusi, porasitas, retsk sebagainya. Penyebab
terjadinya cacat dikarenakan oleh teknik pengelasan
yang tidak baik, pemHihan parameter las yang tidak tepat, logam
induk dan kawat las yang tidak tepat serta tidak i
gas
J

pelindung yang digunakan. pengelasan sangat berkaitan


dengan penggunaan energi panas dan kombinasi bahan yang di las
dengan kawat las. Hal tersebut akan menyebabkan terjadinya
perubahan kimia dan term aI pada bahan yang di Kedua
perubahan tersebut dapat mempengaruhi sifat bahan baik sifat kimia,
mekanis dan lain sebagainya. Teori metalurgi merupakan salah satu
disiplin ilmu yang dapat herperan dalam menganalisa permasalahan

17
yang terjadi dalam menghasilkan "sound welds" dan memberikan
alternatif solusi untuk mencegah terjadinya cacat Pada setiap
proses pengelasan, khususnya fusion welding, ada dua aspek yang
terkait aspek termal dan aspek kimia. Aspek termal dapat
mengakibatkan adanya perubahan pada karena adanya slklus
termal yang mengakibatkan terjadinya perubahan metalurgi ~""'n.c.rtl

peleburan, transformasi fasa, tegangan sisa dan distorsi.


Penggunaan kawat yang menyatu dengan bahan yang di las
menyebabkan terjadinya perubahan kimia deposit seperti
pelarutan dan penyerapan. Kedua aspek tersebut
mempunyai hubungan yang gangat dengan deposit
yang dihasilkan seperti sifat kimia, fisika dan mekanis.
lasan hasil fusion welding terdiri tiga bagian, las (weld
metaD, daerah terpengaruh affected zone) dan
legam induk (base metaD. Metalurgi dari deposit dapat dikontrol
terutama kombinasi antara logam induk dan
las, sedangkan metalurgi dapat dikontrol
pengaturan heat input yang digunakan. Sambungan las jauh
homogen. ketldakhomogenan kompleksitas meningkat
dari logam mumi ke paduan dan
masukan panas persatuan panjang. Masukan panas yang
memberikan penetr asi, yang sehingga menghasilkan ukuran
lasan yang Disamping ftu, masukan panas yang besar akan
mengurangi laju pendinginan merubah struktur metalurgi serta
distribusi tegangan dalam lasan. Dalam rangka mempero!eh jaminan
kwalitas hasil las maka setiap proses pengelasan harus mengikuti I
I

suatu standar yang dituangkan dalam welding procedure


specification (WPS) yang berisikan antara lain : proses, spesifikasi
elektroda termasuk klasifikasi dan diameter, karakteristik elektrik,
spesifikasi logam induk, pemanasan minimal dan temperatur
antar kampuh, voltase, kecepatan las, posisi pengelasan,
perlakuan panas pasca las, gas pelindung termasuk jenis dan
kecepatan alir, disain sambungan secara lengkap.

18
b. Pengujian & Inspeksi Lasan.

Konstruksi lasan (welded structure) harus aman dan memiliki


kekuatan yang baik. Oengan kata lain performance konstruksi hasit
adalah merupakan total/keseluruhan hasil dari disain lasan,
fabrikasinya, pemilihan materialnya dan keahlian lasnya.
Konstruksi lasan akan sesuai dengan aplikasinya jika prosedur,
desain dan fabrikasinya diikuti dengan benar. Namun hal tersebut
menjamin konstruksi lasan akan baik. Hal ini
disebabkan oleh adanya perubahan struktur di dalam lasannya secara
metalurgi, adanya distorsi tegangan-tegangan yang terjadl. Oleh
sebab itu, pengujian pemeriksan (inspeksi) lasan diperlukan
setelah pengelasan untuk menentukan apakah hasilnya
dengan standar tidak.

pengujian (tests) , diuji menurut


khusus dan pengujiannya dipresentasikan format
laporan . Namun dalam inspeksi, hasil-hasil pengujian di
dan dibandingkan dengan standar tertentu apakah dengan
atau tidak. Proses dilakukan oleh
las.
pengujian n inspeksi dilakukan
tergantung standar yang dipertukan dan dengan pertimbangan
jenis konstruksi Faktor lingkungan temperatur,
lingkungan korosif, dan lain-lain juga dipertimbangkan. Proses
inspeksi dilakukan selama proses fabrikasi berlangsung.
tersebut dilakukan melalui metoda pengujian tertentu yang dipilih
untuk tujuan inspeksi. Adapaun jenis-jenis metoda pengujian dapat
dikelompokkan menjadi pengujian merusak (destructive test-DT)! dan
uji merusak (non-destructive test-NOT).
1) Pengujian Merusak (DT)
umumnya bertujuan untuk mengetahui
sifat-sifat mekanis, sifat kimiawi atau metalurgi material hasil
lasan dengan care merusak (mematahkan, mendeformasi dan
diuji secara kimiawi). Pengujian merusakini merupakan metoda
langsung (direct method) dalam menentukan kualitas material

19
lasan. Pengujian ini dlbagi manjadi : mekanis, uji kimiawi dan
uji struktur (methallography) . 8eberapa contoh pengujian
merusak antara lain:
a) Uji mekanis (mechanical test), terdiri dari :
(1) Pengujian tarik (tension test), pengujian ini
bertujuan untuk mengetahui kekuatan tarik
dan keuletan material hasil lasan yang dikenai
beban tarikan.
(2) Pengujian tekuk (bend test), pengujian ini
bertujuan untuk mengetahui apakah
terjadi pad a lasan setelah diberikan beban
tekuk (soundness Spesimen pengujian
tekuk terdiri bend specimen, root
bend specimen dan bend
(3) Pengujian pukul takik (impact
untuk mengetahui
dan jenis patahan terjadi
(pat<:.: . patah ulet campuran
Pengujian ini dilakukan pada kondisi
temperatur yang
(4) Pengujian kekerasan test),
pengujian bertujuan untuk mengetahui
ketahanan material deformasi plastis
berupa indentasi atau penetrasi material
lebih Jenis metoda pengujian ini terdiri
dari : metoda Vickers, metoda Brinell, dan
metoda Rockwell.
b) Uji Struktur (methallography test), penguji~n
i
metalografi hasil lasan umumnya terdiri dari :
(1) Uji struktur-makro (macro-structure test),
pengujian ini bertujuan untuk mengukur
penetrasi kampuh las, jumlah lapisan
(layer), panjang daerah HAl, dan cacat­
cacat makroskopik (macro defects).

20
(2) Uji struktur mikro (micro-structure test),
pengujian ini bertujuan untuk mengetahui
struktur matrik yang te~adi di daerah
kampuh las (wei zone), daerah HAZ dan
daerah antar muka (interface zone), selain
itu cacat mikro seperti inklusi, retakan mikro
dapat diamati.
2) Pengujian Tidak Merusak (NDT).
Pengujian tidak merusak umumnya bertujuan untuk
mengetahui dan menentukan keberadaan cacat-cacat pada
daerah lasan dengan menggunakan peralatan dan metoda
khusus seperti : sinar radiasi, gelombang ultrasonic,
partikel magnetik dan cahaya. Dibawah ini dijelaskan
secara singkat metoda tersebut diatas antara lain:
a) Pengujian visual (visual test-VT) , pengujian ini
bertujuan untuk melihat penampakan (appearance)
dan dimensi dari daerah lasan (width & height of
bead). 3elain itu cacat-cacat !as- seperti : undercut,
overlap, cracks, pits, slag inclusion pada pemlukaan
las dapat diamati dan juga ukuran dan dimensi dari
throat yang diijinkan dapat cek kesesuaianny. Test
ini sangat sederhana, praktis, dan tidak mahal.
b) Pengujian radiografi (Radiographic test-Vf),
pengujian ini bertujuan untuk mengetahui cacat
dalam (internal defects) pada lasan seperti
porositas, incomplete fusion, cracks, slag inclusion,
dll, dengan menggunakan metoda pancaran sinar
elektron (radiasi) . Ada 2 metoda yang u,mum
digunakan yaitu : X-ray dan gamma-ray. Jika ada
cacat di dalam lasan, intensitas radias; yang
dipancarkan ke lasan tersebut akan direkam dalam
radiophotograph yang berupa film negatif.
Penampakan gambar kehitaman (blackened) pada
area lasan tertentu menunjukkan keberadaan cacat.
Untuk meyakinkan kualitas hasil gambar radiograph

21
biasanya digunakan Image quality Indicator (lQI)
dan contrast meter.
c) Pengujian ultrasonik (ultrasonic test-UT), pengujian
ini bertujuan untuk mendeteksi cacat dalam
(interface defects) suatu dengan
menggunakan gelombang pendek suara (ultrasonic)
dengan rentang 0,5-15 HHz (megahertz) yang
berpenetrasi ke dalam material yang diuji dan
direfleksikan melalui penerima probe,
selanjutnya ditampHkan dilayar monitor.
d) Pengujian partikel magnetik (magnetic particel
MT), pengujian ini bertujuan untuk mendeteksi
adanya perrnukaan (surface defects) pada
lasan sepert! retak, terbuka, dll,

bersifat magnet
tjdak dapat
keeil dan juga untuk
yang non-magnetik sepseri baja tahan karat
penetrasi pewarnaan (dye-penetration
-PT), pengujian ini bertujuan Urituk mendeteksi
adanya permukaan (surface defectsO pada
lasan seperti retak terbuka, porositas terbuka
dipermukaan, dll, dengan menggunakan indikator
pewamaan (red penetrant, fluorescent).

c. Desain

Proses las pengelasan merupakan metoda penyambungan


material yang paling populer dalam dunia industri dan konstruksi.
Struktur yang difabrikasi melalui proses harus sesuai
tujuan penggunaannya dan menunjukkan kinerja sebagaimana
fungsi yang diharapkan. Disamping itu, dalam fabrikasinya harus
memperhatikan aspek biaya yang mengarah pada biaya serendah
mungkin.

22
1) Sambungan las.

Sebuah sambungan las merupakan konfigurasi fisik dari


anggota sambungan yang akan disambung. Sambungan
merupakan logam pengisl yang didepositkan.
Sambungan yang digunakan dalam fabrikasi berbeda beda
tergantung pada persyaratan desain. Sambungan las dipilih
berdasarkan lokasi, persiapan yang diperlukan, peralatan
pengelasan yang digunakan, elan aplikasi sambungan las.
Penetrasi sambungan dan kekuatan logam pengisi menentukan
kekuatan sambungan Logam pengi5i merupakan logam yang
didepositkan salama proses Logam pengisi daiam
sambungan umumnya dengan logam induk untuk
menyamai kekuatan logam induk. Sambungan umumnya
dan diidentifikasikan gambar.
Sambungan las dasar terdiri dari butt (tumpul), lap (tumpang),
edge (sis i) dan comer.

3) Jenis Lasan.

adalah bentuk potongan melintang logam


pengisi pengelasan. Jenis dari
sambungan las dimana sambungan las merupakan
konfigurasi anggota sambungan. Konfigurasi anggota
sambungan dan persiapan memiliki pengaruh terhadap
jenis lasan. Jenis lasan antara lain:

a) Groove weld, merupakan lasan yang dibuat


pada groove bagian yang di Groove weld dqpat
I

dimodifikasi untuk sambungan tertentu. Bagian


dari groove weld terdiri dari logem induk, logam
pengisi, weld face, weld toes, weld root, face
reinforcement, root reinforcement, weld interface
dan root surface.

b) Fillet weld, merupakan jenis lasan yang potongan


melintangnya berbentuk segitiga dapat

23
digunakan an9gota sambungan dengan jenis
sambungan seperti sambungan T dan sambungan
tumpang.

c) Plug weld, merupakan jenis lasan yang potongan


melintangnya berbentuk lubang dalam salah satu
anggota sambungan sedangkan weld serupa
dengan plug weld tetapi potongan melintangnya
berbentuk slot (Iubang yang mengalami elongasi).

d) Stud weld, merupakan jenis yang dihasilkan


melalui penyambungan yang dengan
komponen lainnya menggunakan panas dan
tekanan. pengelasan ujung
stud dilelehkan, memberikan panguatan
lainnya. 3etelah stud seeara
permanen tersambung pada komponen lain

e) Spot projection weld seam weld


merupakan janis dihasilkan
pencairan logem induk yang
menggunakan panas dan tekanan membentuk
nugget.

f) Spot weld merupakan jenis lasan pencairan


logam induk yang terfokus menggunakan panas dan
tekanan tanpa adanya anggota sambungan.
Anggota sambungan saling kontak pada faying
surface (kontak penuh) sebelum pengelasan.

g) Projection weld merupakan janis lasan yang


dihasilkan melalui proses pencairan logam induk
menggunakan panas dan tekanan dengan slah satu
anggota sambungannya telah mengalami
pembentukkan awal sebelum pengelasan sebagai
tempat kontak. Bagian yang telah mengalami
pembentukkan awal tersebut juga mengalami
pencairan selama pengelasan menjadi bagian dan
nugget yang terbentuk.

h) Seam weld, merupakan jenis yang dihasilkan


dari pencairan logam induk yang terfokus
menggunakan dan tekanan untuk
menciptakan sederet spot weld yang kontinyu
(menggunakan rotary atau tumpang tindih
(menggunakan titik konvensional) pada
sambungan.

i) Surfacing weld, merupakan jenis lasan dimana weld


bead didepositkan permukaan untuk
dimensi suatu komponen.

j) weld, adalah jenis light-gauge


dengan salah satu aoggota
keduanya ditekuk pada sudut rang
o
Jenis lasan ini umumnya digunakan
tipis tidal< diper!ukan logam
pengisi.

4) Jenis Proses

a) Metal Inert Welding. (MIG)

MIG (Metal Inert Gas) atau juga disebut GMAW


(Gas Metal Arc Welding) menggunakan kawat paduan
aluminium sebagai elektroda dan juga filler
material. metal selama proses welding di umpan
secara kontinu ofeh sebab itu penge/asan tanpa filler
material tdk mungkin dapat dilakukan. Dalam MIG welding
semua parameter welding pada umumnya di kontrol oleh
mesin sehingga in disebut juga semi-automatic
welding.

25
The MIG-process menggunakan sumber arus
langsung atau direct current power source, dengan
elektroda positive (DC, EP).Electroda positive
menghasilkan suatu sambungan dengan lapisan oksida
dapat di lepaskan secara effisien dari permukaan
aluminium, sehingga secara tidak langsung dapat
menghindari terjadinya lack of fusion dan inklusi oksida.
Logam di transfer dari kawat filler ke dalam celah logam
yang disambung atau weld bead akibat adanya gaya
magnetik, sehinga tetesan metal cair di transfer, spray
transfer. Keadaan ini mampu mernberikan penetrasi yang
cukup dalam dan memungkinkan penyarnbungan atau
pengelasan di segala posisi. Hal ini sangat penting untuk
menghasikan kualitas las yang baik rnelalui spray transfer .
Ada dua jenis MIG-welding processes, yaitu
conventional MIG and pulsed MIG: Conventional MIG
menggunakan constant voltage DC power source.
Sehingga spray transfer terbatas pada busur arus tertentu.
Conventional MIG process mempunyai batas rendah busur
arus (or heat input. Hal Inl juga terbatas pad a
penggunaannya, yaitu pengelasan untuk material dengan
ketebalan diatas 4 mm. dibawah 6 mm direkomendasikan
menggunakan backing plat untuk mengkontrol weld bead .
Pulsed MIG menggunakan DC power source dengan with
superimposed periodic pulses pada arus tinggi. Selama
beroperasi pada tingkat arus yang rendah, busur terjaga
;
dengan baik tanpa terjadinya metal transfer.
Keunggulan GMAW dibandingkan dengan SMAW ' dimana
pada GMAW depat dilakukan pengelasan di semua sisi
dengan energi yang relatif rendah sehingga tidak banyak
dihasilka terak.. Walaupun demikian kelemahan dari
GMAW terletak pada peralatan nya yang begitu komplek
dibandingkan dengan SMAW. Ada tiga metoda dasar dari

26
ke~a GMAW dilihat dari metal transfer, seperti terlihat pad a
gambar dibawah ini, yaitu Short circuiting transfer, globular
transfer dan spray transfer. Pol a trenasfer yang sangat
stabil mungkin didapat dengan adanya gas pelindung
Argon. Short circuit juga sering dikenal dengan short arc
atau dip transfer tercipta dengan menggunakan rentang
arus las yang paling rendah dan tercipta weld pool las yang
relatif keeil yang akibatnya terjadi proses pembekuan yang
cepat.

" ,. ~Gas Nozzle

Electrod

Gambar 2.1. Prinsip dasar dari proses pengelasan logam


menggunakan Metal lnert Gas VVe/ding.
Solid wjre

Current con dud or

Travel~

Solldfied
J
'ol'ekl melill ~r-r---If'''':A. I

Gambar 2.2. lIIustrasi Metal Inert Gas Welding secara /engkap yang
meliputi shielding gas dan Molten weld metal.

27
Hasil pengumpulan data ke PT. Pindad didapat beberapa data dan
informasi tentang fasilitas manufaktur, dan melaksanakan proses
manufaktur plat armour KSW 500.

Gambar 2.3. MIG Welding !V1esin yang dipergunakan eli PT Pindad.

Pada Gambar dibawah ini, memperlihatkan proses penyambung:::m


plat armor .c1engan penggunaan Gas Metal Arc \iVelding (GMAV.J),
sedangkan hasil sambungan las dapat dilihat pada Gambar dibawah
ini dimana memperiihatkan kampuh las dibagian depan Ranpur dan
bagian sudud depan ranpur.

Gambar 2.4. MIG Welding mesin yang digunakan di PT Pindad.

28
Gambar 2.5. Proses Pengelasan MIG pada body ranpur.

5) Struktur Mikro Dan Sifat Mekanis HasH Las

Plat baja armor di produksi melalui jalur pembentukan


panas melalui rolling mill (Hot Rofling) dimana komposisi plat armor
sebagaimana telah dijelaskan pada uaraian diatas, merupakan baja
karbon paduan dengan unsur tambahan utama bervariasi dari
beberapa pabrikan, tetapi pada umumnya rnengandung unsur
Chrome (Cr), Nickel (Ni), Molibdenum (Mo) dan unsur lainnya seperti
Titanium (Ti).
Setelah menjadi plat hasil hot rolled atau dikenal dengan
Hot Rolled Plat (HRP), plat baja dengan specifikasi armor ini
. dilakukan proses perlakuan panas (Heat treatment) untuk
meningkatkan sifat mekanis terutama kekerasan (hardness). ;Plat
baja ini di lakukan pemanasan kembali pada temperatur austenite
diatas 850 C selama beberapa lama agar pemanasan terjadi
homogen. Kemudian setelah itu dilakukan pendinginan cepat atau
Quenching. Hasil quenching menghasikan kekerasan yang sangat
tinggi tetapi bersrrat rapuh (Brittle), agar dapat dipergunakan maka
hasil quenching atau quenched steel ini dilakukan proses tempering
pada temperatur sekitar 300 eagar sifat keuletannya dapat

29
dihasilkan, sehingga baja armor yang dihasikan selaian bersifat
sangat keras dan juga bersifat toughness.
Pada Tabel dibawah ini dapat dilihat jenis baja, temperatur
austenizing, temperatur tempering dan kekerasan yang dihasilkan.
Sebagai contoh untuk baja AISI 1045 dilakukan proses pemanasan
kembali (reheating) pada temperatur 850 C selama beberapa menit
tergantung dari ketebalan baja tersebut setelah di quenching
dilakukan pemanasan kembali yaitu tempering pada temperatur
antara 200 sampai 510 oe, kekerasan yang dihasilkan didapat
sekitar antara 35 sampai 55 HRc. Disini terlihat semakin tinggi
temperatur tempering semakin rendah kekerasan yang dihasilkan .

Tabel 2.2. Heat treatment processes for impacted armor steels.

- --~ . -.- - ­
.''l"1
\ '. l,lI :\kniliiir~~ kIl11'('f.W Ilk lilH': I,: nl p~'rin:~ kmr('Lil ll kllllk Ibr..lli\'.\; I'lii,:
IK(I Ilik kn~'~ ~
\ IJ\ III, ~:; :\ ' I' ~jI nJin , 21111' \ • Ill! TIl iII. ~\'
" 2..\ lIi~ 1
r,1 Rill, ~\,\. ~Illnill. ,W,,' ','I i lIlin. 4'1
1 •
• , ~ 111m
l if~~ ~~il : " ';'/1 mill. 21il l' I,ili filin. ' ) _..'. nlln
)

:~ ~ : I ( . ~I I Inin, ;~ /I I ' I.'I! Illi n. i-i .


1 1i~ '
~

•. :' U1P.I
I'i~~ :~ '; i I I, '\:1 IIli u, 'I il,I,' i,'li min. ,",
I '
2. ~ 1111 11

~I~II :~' ! I \, 5i11nill. 1,\111 I,ili JIlin. "i


j •
•) HlIll
41~11 ~;)i l' l. '"ill mill. 2"'il'l,' 1.'11 Hlin. ~5 2.' nllll
~ I ~ II :';'11 '(' ~Il mill. ~ II"T I,iii Inin,
I' ) .
, ,~
•..' IIlRI
, \ cr~kllllil IJl n ·-i11min. fl h ' I:\ll min. pili:; \1 2.i11l1111
Wit' I!II min.
, \ ~r\k-i lilli I) IV( ' ,"Ii min. f'lr: (·I~I. lfllin · rlll:i ~!f 2.11111111
~ III :" 1}Ii lIlin. I
I

,\;:r \1.: 1 I!IIi I) I~ ' I, .~" miu. f' !I"\' 1~I, ll1Iin. pllt.i 4,1 ~.I1 111111
,q ll:CI.'li ulill

Hasil metallography dari struktur mikro hasil Quenching dan


Tempering beberapa jenis baja dalam tabel diatas dapat dilihat pada
Gambar dibawah ini. Dengan mengunakan Scanning Electron
Microscope (SEM), perbedaan struktur mikro dari jenis baja AISI 4139,

30
AerMet 1DO, MRHA dan AISI 1045 dapat jelas terlihat dimana kekerasan
yang dihasikan mencapai 40 sampai 45 HRc.

Gambar 2.6. Scanning electron micrographs showing microstructure of


quenched and tempered steel

31
Performance dari plat armor tersebut keberhasilannya tidak hanya
ditentukan dari hasi proses quenching dan tempering serta sifat
mekanis yang dihasilkan, tetapi juga sangat ditentukan dari hasil
pengelasannya atau penyambungan seama proses pabrikasi.

2.5. Pengujian Sifat Mekanis.

a. Pengujian Kekerasan.

Kekerasan (Hardness) adalah salah satu sifat mekanik


(Mechanical properties) dari suatu material. i<ekerasan suatu material
harus diketahui khususnya untuk material yang dalam penggunaanya
akan mangalami pergesekan (frictional force), dalam hal ini bidang
keilmuan yang berperan penting mempelajarinya adalah llmu Bahan
Teknik (Metallurgy Eng ineering) .

. _.~. ! J

Gambar 2.7. Alat uji kekerasan materiallogam

Kekerasan didefinisikan sebagai kemampuan suatu material untuk


menahan beban identasi atau penetrasi (penekanan). Didunia teknik,
umumnya pengujian kekerasan menggunakan 4 macam metode

32
pengujian kekerasan, yakni : Brinnel (HB / BHN) , Rockwell (HR / RHN),
Vikers (HV / VHN), dan Micro Hardness (Namun jarang sekali dipakai­
red) . Pemilihan masing-masing skala (metode pengujian) tergantung
pada : Permukaan material, Jenis dan dimensi material, Jenis data yang
diinginkan, dan Ketersedian alat uji

1) Brinnel

T .o ... d Tn.j ••-,:" l o r


(kg)

Spc<.:i:tnen

.~ An vi l

1 DAl. e;ute:r
Diameter D

.---~ -.---~--~.

r, Ollt 'VtcW

'- -I .
,JJ]t'i f'"

.

_
. --
"

...
" ..
"

. . ) 'J ;~!~I~J
J

p~o ;"\ V~t."W

Sdl ·! (t;,; , ~".,! "1 ~


(~). - - ] ,II

1- ­ .
_ . -J L_ l t

Gambar 2.8 . IIlustrasi pengujian Brinnel

33
Pengujian kekerasan dengan metode Brinnel bertujuan untuk
menentukan kekerasan suatu material dalam bentuk daya tahan
material terhadap bola baja (identor) yang ditekankan pada
permukaan material uji tersebut (speciment). ldealnya, pengujian
Brinnel diperuntukan bagi material yang memiliki kekerasan Brinnel
sampai 400 HB, jika lebih dati nilai tersebut maka disarankan
menggunakan metode pengujian Rockwell ataupun Vickers.
Angka Kekerasan Brinnel (HB) didefinisikan sebagai hasil
bagi (Koefisien) dari beban uji (F) dalam NeV'iton yang dikalikan
dengan angka faktor 0,102 dan luas permukaan bekas luka tekan
(injakan) bola baja (A) dalam milimeter persegi. Identor (801a baja)
biasanya telah dikeraskan dan diplating ataupun terbuat dari bahan
Karbida Tungsten. Jika diameter ldentor 10 mm maka beban yang
. digunakan (pad a mesin uji) adalah 3000 N sedang jika diameter
Identornya 5 mm maka beban yang digunakan (pada mesin uji)
adalah ?50 N.
Dalam Praktiknya, pengujian Brinnel biasa dinyatakan dalam
(contoh ) : HB 5 / ?50 / 15 hal ini berarti bahwa kekerasan Brinell
hasil pengujian dengan bola baja (!dentor) berdiameter 5 mm,
beban Uji adalah sebesar 750 N per 0,102 dan lama pengujian 15
detik. Mengenai lama pengujian itu tergantung pada material yang
akan diuji. Untuk semua jenis baja lama pengujian adalah 15 detik
sedang untuk material bukan besi lama pengujian adalah 30 detik.

34
2) Vickers.

---+---~ ~ . ; .. j

.->.. ~ - .-

: I
I .~~~"

Gambar 2.9 . Media pengujian Vickers

Pengujian kekerasan dengan rnetode Vickers bertujuan


menentukan kekerasan suatu material dalam bentuk daya tahan
material terhadap intan berbentuk piramida dengan sudut puncak
136 Derajat yang ditekankan pada permukaan material uji tersebut.
A.ngka kekerasan Vickers (HV) didefiilisikan sebagai hasil bagi
(koefisien) dari beban uji (F) dalam Newton yang dikalikan dengan
angka faktor 0,102 dan luas permukaan bekas luka tekan (injakan)
bola baja (A) dalam milimeter persegi. Secara matematis dan
setelah disederhanakan, HV sarna dengan 1,854 dikalikan beban
uji (F) dibagi dengan diagonal intan yang dikuadratkan. Beban u]i
(F) yang biasa dipakai adalah 5 N per 0,102; 10 N per 0,102; 30 N
per 0,102N dan 50 per 0,102 N. Dalam Praktiknya, pengujian
Vickers biasa dinyatakan dalam (cor.toh ) : HV 30 hal ini be'rarti
bahwa kekerasan Vickers hasil pengujian dengan beban uji (F)
sebesar 30 N per 0,102 dan lama pembebanan 15 detik. Contoh
lain misalnya HV 30 / 30 hal ini berarti bahwa kekerasan Vickers
hasil pengujian dengan beban uji (F) sebesar 30 N per 0,102 dan
lama pembebanan 30 detik.

35
3) Rockwol1

(7) ~Iond ~ni ondial fw:

(6) Lar~ lXlinler


(5) Smoll ~iIrt~ W dot
1
P~l\!bahr-----l

S'~ ---~Ll
hvil, m:iV'!j up or bn ./
~kl\nu:l) ~ ftd

--"L=-~-r--~ (I) ~l
ITIIIJID] (2)Xmrl!d Colli!

~-~~ (3) Trip !em, Whlld!;pm«;u tho.


I~- I n. ""1'\'.. ,1~v4~ 1':'l",}MA

[l . .., .., I

, ~~Y' ''~.:'-~~ ~f :.--


• __.:n-·r\ "
f
I

Gambar 2.10. Media pengujian Rockwell

Skala yang umum dipakai dalam pengujian Rockwell adalah :

HRa (Untuk material yang sangat keras) I


i

HRb (Untuk material yang lunak) . Identor berupa bola baja


dengan diameter 1/16 Inchi dan beban uji 100 Kgf.
- HRc (Untuk material dengan kekerasan sedang). Identor berupa
Kerucut intan dengan sudut puncak 120 derjat dan beban uji
sebesar 150 kgf.
Pengujian kekerasan dengan metode Rockwell bertujuan
menentukan kekerasan suatu material dalam bentuk daya tahan

36
material terhadap benda uji (speciment) yang berupa bola baja
ataupun kerucut intan yang ditekankan pada permukaan material uji
tersebut.

b. Pengujian Kekuatan Tarik.

Untuk mengetahui sifat-sifat suatu bahan, tentu harus dilakukan


pengujian terhadap bahan tersebut. Ada empat jenis uji cob a yang biasa
dilakukan, yaitu uji tarik (tensile test) , uji tekan (compression test), uji
torsi (torsion test), dan uji geser (shear test). Uji tarik mungkin adalah
cara pengujian bahan yang paling mendasar. Pengujian ini sangat
sederhana, tidak mahal dan sudah mengalami standarisasi di seluruh
dunia, misalnya di Amerika dengan ASTM E8 dan Jepang dengan JIS
2241.
Dengan menarik suatu bahan, akan diketahui bagaimana bahan
tersebut bereaksi terhadap tenaga tarikan dan rnengetahui sejauh mana
material itu bertambah panjang. Alat eksperimen untuk uji tarik ini harus
memiliki cengkeraman (grip) yang kuat dan kekakuan yang tinggi (highly
stiff). Brand terkenal untuk alat uji tarik antara lain adalah antara lain
adalah Shimadzu , Instron dan Dartec.
Banyak hal yang dapat dipelajari dari hasil uji tarik. Bila suatu
bahan (dalam hal ini suatu logam) terus ditarik hingga putus, akan
diperoleh profil tarikan yar.g lengkap yang berupa kurva seperti
digambarkan pad a Gbr.10. Kurva ini menunjukkan hubungan antara
gaya tarikan dengan perubahan panjang. Profil ini sangat diperlukan
dalam desain yang memakai bahan tersebut.

37
GayaTarik

Partarrbahan Panjang

Gambar 2.11. Illustrasi pengujian dan hasil uji tarik

yang fokus adalah maksirnum


bahan tersebut dalam menahan beban. Kemampuan ini umumnya
disebut "Ultimate Tensile Strength" disingkat dengan UTS, dalam bahasa
lndonesia disebut tegangan tarik maksimum.

1) Hulmm Hooke Law).


Untuk hampir semua logam, pada tahap awal dari uji tarik,
hubungan antara atau gaya diberikan berbanding lurus
dengan perubahan panjang bahan tersebut. Ini disebut daerah linler
atau linear zone. Di daerah ini, 'kurva pertambahan panjang vs
beban mengikuti aturan Hooke sebagai berikut : rasio tegangan
(stress) dan regangan (strain) adalah konstan Stress adalah beban
dibagi luas penampang bahan dan strain adalah pertambahan
J

panjang dibagi panjang awal bahan. 1

CJ::: F/A F == tarikan, A::: luas penampang


Strain: E ::::: dUL dL: pertambahan panjang, L: panjang awal
Hubungan antara stress dan strain dirumuskan :
E::: 0 IE
Untuk memudahkan pembahasan, pada G~mpar qi~tf1~ §~9ikit
dimodifikasi dari hubungan antara gaya tarikan dan pertambahan
panjang menjadi hubungan antara tegangan dan regangan (stress
vs strain). Selanjutnya didapatkan pada Gambar, yang merupakan
kurva standar ketika melakukan eksperimen uji tarik. E adalah
gradien kurva dalam daerah linier, di mana perbandingan tegangan
(0) dan regangan (£) selalu tetap. E diberi nama "Modulus
Elastisitas" atau "Young Modulus". Kurva yang menyatakan
hubungan antara strain dan stress seperti ini kerap disingkat kurva
SS (SS curve). Bentuk bahan yang diuji , untuk logam biasanya
dibuat spesimen dengan dimensi seperti pada Gambarberikut.

( ?;r:;:'::l:::il~,:':,:':::h
---- --- --7-------- -::.;;;-____
I

I irik lldnli
:1,
'oJ

Gambar 2.12 . Kurva tegangan - regangan

.,
'",,.. ­
II ,
I

D 1 P R

14 50 &l >15

Dimensi spesimen uji tarik (JIS Z2201). Ilustrasi pengukur regangan pada spBsiriien.
Gambar 2.13. Dimensi sample uji dan metoda pengukuran strain.

39
Perubahan panjang dari spesimen dideteksi lewat pengukur
regangan (strain gage) yang ditempelkan pada spesimen seperti
diilustrasikan pada Gbr.13. Bila pengukur regangan ini mengalami
perubahan panjang dan penampang, te~adi perubahan nilai
hambatan listrik yang dibaca oleh detektor dan kemudian dikonversi
menjadi perubahan regangan.

2) Detail Profit Uji Tarik Dan Sifat Mekanik Logam.

Untuk keperluan kebanyakan analtsa teknik, data yang


didapatkan dari uji tank dapat digeneralisasi seperti pada Gambar
berikut ini.

'~
J I~. l1e~kiHg
C , :::l
cr11 ----------------------------------~
~ ,

Landin~ B

/ ,' 0":.),
I (J
/1,
p" ~ ---1<\J\ .-

OJf~'
V ii,}
:r. .\< (j , ()
"J,
~
.... G, (J'x.! J 1;­
.,.; I).'
IZ; /'
if,,­ /
~o
- (f­ (~ l
r'
'e1.1 .!. r
...~ t
l
'~ f
....
r.L f /
;. Load release path
I'
i l ,Y
I
f,
: t
l
f I
j

0 E
,--'
"7
C'

~~~-y-.{
i I
Engineering :Strain
!~I

.. " .1 •
...

Gambar 2_14. Sentuk Kurva dari data hasil uji tarik

40
Berikut dibahas istilah bahan dengan
berpedoman pada hasil uji tarik pada Gambar diatas
Asumsikan uji tarik dilakukan mulai dan titik 0 sampai 0 ;;)C;;:"UCII

dengan arah dalam gambar.

a) Batas Elastis aE ( elastic limit)


Dalam Gambar dinyatakan dengan titik ABila
sebuah bahan beban sampai titik A, kemudian
dihilangkan, maka tersebut akan kembali
kondisi (tepatnya hampir kembaJi ke kondfsi
semula) yaitu "nol" pada titik . Tetapi bila
ditarik titik hukum Hooke lagi
berlaku dan terdapat dari bahan.
T erda pat konvensi batas permamen (permanent
strain) sehingga masih yaitu
dari 0.03%, tetapi menyebutkan
0.005% ada yang
nilai inL

b) Proporsionai ap (proportional limit)


Titik sampai di mana Qr<:ll'r"\~n hukum Hook
ditolerir. Tidak ada tentang nilai ini. Dalam
praktek, biasanya batas proporsional sarna dengan

c} Oeformasi plastis (plastic deformation)


Yaitu perubahan bentuk yang tidak kembali
keadaan semula. Pada Gambar diatas yaitu bila bahan
ditarik sampai melewati batas proporsiona! dan mencapai
daerah landing.

d) Tegangan luluh cttas auy (upper yield stress)


T egangan maksimum sabelurn bahan memasuki fase
daerah landing peralihan deformasi elastis plastis.

41
e) Tegangan luluh bawah aly (lower yield stress)
Tegangan daerah landing sebelum benar­
memasuki fase deformasi plastis. hanya
disebutkan tegangan luluh (yield , maka yang
dimaksud adalah tegangan ini.

e) Regangan fuluh (yield strain)


Regangan permanen bahan akan memasuki
defonnasi plastis.

f) Regangan elastis £6 (elastic strain)


Regangan yang diakibatkan perubahan elastis bahan.
Pada beban dilepaskan jni akan ke
semula.

9) Regangan plastis Ep (plastic strain)


Regangan yang diakibatkan perubahan Pada
beban dilepaskan ini
perubahan permanen bahan.

h) Regangan total (total strain)


. Merupakan gabungan regangan plastis dan regangan
elastis, £T = e:e+£p. Perhatikan beban dengan OABE.
Pada titik B, regangan yang ada adalah re9angan total.
Ketika dilepaskan, posisi regangan ada pada titik E
dan besar regangan yang tinggal (OE) adalah rega~gan
.I
plastis.

i) Tegangan tarik maksimum TIM (UTS, ultimate


tensile strength).
Pada Gambar diatas ditunjukkan dengan titik C (CJ~).

merupakan besar tegangan maksimum yang didapatkan


dalam uji tank.

42
j) KekLiatan patah (breaking strength)
Pada Gambar diatas ditunjukkan dengan titik D,
merupakan besar tegangan di mana bahan yang diuji putus
atau patah,

k) Tegangan luluh pad a data tanpa batas jelas antara


perubahan elastis dan plastis
Untuk hasil uji tarik yang tidak memiliki daerah linier dan
landing yang jelas, tegangan luluh biasanya didefinisikan
sebagai tegangan yang menghasilkan regangan permanen
sebesar 0.2%, regangan ini disebut offset-strain. Perlu untuk
diingat bahwa satuan 81 untuk tegangan (stress) adalah Pa
(Pascal, N/m2) dan strain adalah besaran tanpa satuan.

SirJl1l

Gambar. 2.15. Penentuan tegangan luluh untuk kurva tanpa daerah


linier
J

Beberapa istilah lain yang penting seputar interpretasi hasil uji tarik.

1) Kelenturan (ductility)
Merupakan sifat mekanik bahan yang menunjukkan
derajat deformasi plastis yang te~adi sebelum suatu bahan
putus atau gagal pada uji tarik. Bahan disebut lentur (ductile)

43
bila regangan plastis yang te~adi sebelum putus dal'i
5%, bila kurang dari itu suatu bahan disebut (brittle).

2) Derajat kelentingan (resilience)


Derajat kelentingan didefinisikan sebagai kapasitas
suatu bahan menyerap energi dalam perubahan elastis.
disebut dengan Modulus Kelentingan (Modulus of
Resilience), dengan satuan strain energy per unit volume
(Joule/m3 atau Pa). Dalam Gambar diatas modulus
kelentingan ditunjukkan oleh luas daerah yang diarsir.

3) Oerajat ketangguhan (toughness)


Kapasltas suatu bahan menyerap energi
plastis sampai bahan putus. Sering disebut
dengan Modulus Ketangguhan (modulus of toughness).
Dalam Gambar diatas, modulus ketangguhan sama
luas daerah dibawah kurva OABeD.

4) Pengerasan regang (strain hardening)


kebanyakan logam yang ditandai dengan
naiknya nHal tegangan berbanding regangan setelah
memasuki fase plastis.

5} Tegangan sejati , regangan sejati (true stress, true


strain)
Dalam beberapa kasus definisi tegangan dan
regangan seperti yang telah dibahas dl tidak dapat
dipakai. Untuk itu dipakai definisi tegangan dan regangan
sejati, yaitu tegangan dan regangan berdasarkan luas
penampang bahan secara real time. Detail definisi
tegangan dan regangan sejati ini dapat dilihat pada
Gambar dibawah.

44
tlJ:'~~ '\"' ~l' '"~ ~·~r
!" :' ~I"":'~I" ·
~ \oJ'. ......
d:,l••""' :, i--o ,\
\.J....U. ~i.' .I,.I~

·;e:.~ :tZ3:
. lJe:t3 ui 3lDtllJ3!l.'J!l'::. :~~
l

j :l,o ... : l)o,


1•• • ~1: ..
\ ,o,\~ bo"o"
_I~ •• U--'=
~
1. !.i..... LI" • ..;... ,
T
.:..
LO (j.,. =-=--=C;~
I J j r r
.~ ..,:' "-,) L
"
" -- I:' ,.:....
.... ~
.~ .... 1 , '"
"- ~'

--11~
.. Il~
,

,- - '-,"1 ' ,.\


LO 6LO \,,; : - U . 1" L' :

L
J
.
::..:. -
.'
.~,':.!..'1
, ,

Gambar 2.16 , Tegangan dan regangan berdasarkan panjang bahan


sebenarnya

J) Hubungan Nilai Kekeras.an dan Kekuatan Uji Tarik.

Baja armor merupa!<an baja yang sangat keres dengan nilai


kekerasan mencapai 500 BHN, sehingga jika dilakukan pengujian tarik
akan sangat sukar sekali dalam pembuatan benda uji tarik, Begitu juga
dengan kapasitas mesin tarik sampai 20 Ton, akan menjadi sukar untuk
mendapatkan nilai tegangan tarik masimum ang didapat. Walaupun
demikian, untuk baja tahan pe!uru atau armor plat, kekuatan tarik atau
tensile strength tidak menjadi perhatian yang serius; kecuali nilai
Kekerasan dan impak. Dibawah ini dapat dilhat hubungan ,nilai
kekerasan dan nilai kekuatan tarik atau tensile strength yang sudah
berlaku umum yang didapat secara empiris .

45
I-Iar(jness (~ 'rensi Ie Strength \.,j

I ,'i .' • - : ' ~i )

. ;. '. : '"

I ~

(J,s == 500x 1/ B

Gambar 2.17 . Hubungan nilai kekerasan dengan kekuatan tarik

Pada gambar diatas terlihat dimana jika baja armor dengan kekerasan
yang didapat mencapai nilai 500 BHN atau sekitar 51 HRc maka nilai
kekuatan tarik atau tensile strength didapat sekitar 250 x 10"3 psi atau
sekitar 1700 MPa.

46
Tabel 2.3. Gambaran jenis uji kekerasan dan standard acuan.

"''" IiiI',jl ~ ,'"M


I

..\.JPt'ft'.'. ·I.~'I
( 'I .

: 11,. 1: Irl,!I : \1(;: I".:ill


~(
~,I' !J , 1
"I..1) " ':"~ II i,:
,j . oJ
[ ~,;f , ii",i

t,!', 'il ~' I Ii'' Ii ,n HJI


:1(1"II
" y, , '," . . •' r:
Ii' '/' !,'
.. i
I ' ...
l 'r'
r,f,'

1'11, !i'l" I Ii,.


" . '"I ) 1t,',:,i

! " I' I " ~ll r I 'if K,ii


"'I' 'Ii till
t lU i
. ,
I'i'
'; " ~ ;il
. ;
n11'. .11
,iI'
. ,
'I ' !
I'II', Ii ,:' , ~' ,)

/ :, II "I bi!i
,, I..j' lIr, ,.'I
~" ,
I°i ;' 1;111, .IJ'I
'"

47
Tabel 2.4. Perbandingan uji kekerasan Rockwell, Brineil, Vickers, dengan
Tensile strength.
H-: ::- A _'~ , e'- I ·~ ' 4.: I V. , - .- ,,"N '(~' "a,rt-? '! "lC4. ( -( t

c_ ~~. :~ 0 t- 1::"'-:1 . ~' '.J', '. ')~ '_'< t~:'!· ~'f'· ,,,,,~. • H "1;' J.. . ,;.~~

,,: ,' !," l ... !:,::.. :t," p ~ ; ~In -:a:. ;'1 :;.~. t-.;:,,'( 1
: .-' 1 ~ {: 8'J ~ : ";i :. : ) 1 - i '~

" ';. ~. r.-' :'~ ', p 1

&6
" j') '332 ·1 ' 381 I J '~

'J ' : ;.'1 i ,il


.. 't',
6J ~

..
" ,J

.,) .J .' J ;.- -'

t,1 J7 1 Z1

j .~

! :. I j ..~ I;

J ij . ~ -j ! I ~

_ S j J

J .~ ""I,
" l';
j j ! }

l') ·~ , )S

; ., '3 1.'

~; I) ,"
.. ... . 1

,;€: 4)2 I ', .J 1 " : . i> 3:


-t ~ i ,i J
1}9 " :

2.S. /
Uji Balistik

Pengujian Balistik Armor telah dilakukan sejak tahun 1970, dimana


tujuan dari pengujian untuk meningkatkan performance ballistik serta menjaga
kestabilan weldability atau kemampuan las dari plat baja armor tersebut dengan
menigkatkan kekerasan baja bukan meningkatkan brittleness atau kerapuhan .
Hal yang sangat penting dari pelajaran yang didapat sejak tahun tersebut, dari
hasil penelitian didapatkan;

48
a. Kenyataannya memberikan masukan bahwa untuk plat baja armor
dengan kekerasan lebih tinggi dari Rockwell C (HRc) 52 ternyata
tidak mampu menahan integritas strukturnya apabila mengalami
impak dari full-scale-caliber energi kinetik (KE).
b. Kekerasan baja haruslah menunjukkan nilai V-notch Charpy
(CHV) nilai impak lebih besar dari 20 ft-Ib yang diukur pada
temperatur - 40 of.

Didasarkan atas masukan para peneliti seperti (Avyazian dan Papetti, 1973,
Campbell dan Avyazian, 1985, Papetti , 1978). Berdasarka konsesus dari US
Army's armor experts, maka komposisi kimia baja armor yang memenuhi
persyaratandiatas adalah; sebagai contoh baja armoe IRHA dengan 0,25%C­
2,05%Ni-1,00%Cr-0 ,46%Mo-0,34%Mn-0,03%Si-P<0,01% dan S<0.005%wt.
Sedangkan hardenability indek (DI) berkisar antara 9 - 10.

Pada Gambar dibawah ini meperlihakan gambaran skematik dari balistc impact
test, seperti terlihat terdiri dari mounted gun, photoelastic velocity detector,
pemegang taget tembak dan plat haja.

" , ., .j
)'
;., -1.' , '_
of ... ~ •

! ~ . ~l
~
i
II
, of

.. . P••
l i I' .,:,:,<,­
f, i,'<ii

-- , '*
' • , I . , . , , . _:- •• J;I - 1" -' ,,> 1,<i
: 'j ' - " ! ' , , ' ;",

Gambar 2.18 . Illustrasi fasilitas uji impak balistik

49
Gambar 2.19. Memperiihatkan personil sedang melakukan uji tembak
dengan senjata laras panjang.

Dalam uji balistik, ada enam mode balistik penetrasion dali balistik test yang
dihasikan dari kinetik penetmtor energi, seperti terlihat pada gambar illustrasi
dibawah ini.

a. Petalling
b. Fragmantation
c. Radial Fracture
d. Brittle fracture
e. Ductile hole growth

Penetrasi balistik yang sebenarnya terjadi di lapangan pada umumnya terdiri


dari beberapa jenis mode diatas. Apabila plat baja armor yang berukuran ttPis
dan bersifat ductile dl uji balistik, penetrasi mode dari petalling failure selalu
terjadi. Tetapi untuk plat yang berukuran medium sering terbentuk ductile hole
growth. Ductile hole growth selalu terjadi apabila sisa tebal pelat armor kurang
dari ukuran diameter projektil. Adiabatik shear band yang te~adi pada localisasi
deformasi plastis te~adi dibawah kondisi beban laju regangan yang tinggi.
Pluging terjadi apabila material mempunyai sifat strain-softens disebabkan
temperatur lokal yang meningkat dengan cepat (Farrand, 1991)

50
BritTle Fr;:tct"ure

K.""diul Fractur"

)e"tal ling

Gambar 2.20. Illustrasi mode penetration pengujian balistik.

Pad a Gambar berikut ini memperlihatan berkas uji penetrasi balistik dari
beberapa jenis baja armor dan bentuk penetrasi yang terjadi.

51
(a I 41J.O. RI.:4), ~t <1 04110, R;;:45, I;';:::' H)4j. K(:.$5. (d) l(·~:'. ~d:'.

V .. b!~ m.'s. V oc Ij 13m's. v - 6] I:"/:.,, v- (,~glln,


p}lI:~.¥.in~ v 50 - hOO m::;. d(, ~ ;1miM1 i('!m V~i) ,. . M:> m':;.
ptll~~ir.~ t,,;.dr: '- 1;\1'';.; in~

',-': :' A.t I \kt lUll , m Al7;.kt 1{J(I. t~, \3RH..-\. Rc':'(':. 1:'l 'I-r.,I?J-IA. R-;:";').
RdS. V=697m's ~k·F_ \,·h,:~rJli:-., V:;;(t52 In.;!>. ~.·'"'(;{i:· 111.),.

'~Hti,ll I)~u~. V.5:;- ·:'!:rrv~. f'.ll-:AI pk,g.. ".:.sO-6.'~ m , ~ .


Ie.!!'":!"!)!. "I~J F;~r: :i~1 pILr. , (em! n£~ rr..i~d :!p t'::Ciri ;").g.
toll :,;;:u hp :: P.;Jl\ i f11.:

ill MRl1!\. Hc·H'< 0) ~1RHA. Rd8.


V ~ (,Y'rn,'". \:- ,.,-11(11).'". t'"II·
V5!) ," t,i·;4 ~n':,-, plf.!t!
t,,~;illS' Im!~iq;.
~. t1 J ':;I~;lll i ~~

Cr..-.s.;.; :';('..:li(,ln,:'d '. I(,'.\" ,)1' \;.'~I..:h or til,: imp:;,cl..:-d I~Hg..:-t:::, '.j;.

-+-+ g r~'1 i 11 F S P

Gambar 2.21. Memperlihatkan penetrasi projektil pada permukaan


beberapa jenis baja anti peluru .

52
75 0
iQiJ
65 0

....
:./,
" ,

~t::'IL'J . : .J1'

-1f'-.1P . I ~n '!'

J-~ t. 0( .~, L:.::.!l

r i I
~
" ­
:J ,:>D 65

~i) ~ .' • :: r '

1::. ~
1 "II ' ,.

7Q~
~
l
:},:,;:
~ ,)C'
55 :) ,,­
.~~.­

~,,) O
~:' ; l ' J,"' " "
~ ~)()
' .-. ­
~ , ,) 0
II" I

;".> J '>i"J
..... ; ~tt \ ; , n ':
3)0 0 " \, \1 : riv, "J i ... y

I ,,' ,',.
",SO -J&.,-)· -~ ·',,"<"
- ..._.:.j . ... ; ' t""
~LlO
(h) Rear Surface .~ ,. :',

1 ~O L","___,,_,, ,."
!OO ' r . i I I
i~ ~~ ~I) .55

I
r3~11Ii~ti( limit ',~Io~.'iti('s ~Hhl photf'~r~·lph~.; ~H')lIlld p~n\.' tr'::'I­
li,Jn ('a\'ili(~ fCiI' 2-2.5 1111ll ~lll1h'ir pl~lk;;' arkr irnp~"\:l ~y 44
-
cr8in FSP. i~'I " front ~lIrl~ll't'. i ~ ,'; rt'~H surf~h':(,
' , ,

Gambar 2.22. Batas kecepatan balistik dan gambaran penetrasi pada

permukaan depan dan belakang

53
Pada Gambar berikutnya memperlihatkan uji balistik plat baja tipis
dengan ketebalan 2 mm dan 2,5 mm dan hubungannya dengan 44 grain FSP.
Pada Gambar tersebut V50 batas kecepatan balistik dari baja plat MRHA
terlihat lebih baik dibandingkan dengan baja plat armor 1045 dan 4130 dengan
ketebalan 2,5 mm dan AerMet 100 dengan ketebalan 2 mm. Batas kecepatan
balistik bertambah dengan meningkatnya kekerasan dari plat baja 4130 dan
MRHA, tetapi menurun untuk baja armor AerMet 100. Hickey dan Thomas th
1985 telah mempelajari performance ballistik terhadap baja quenched­
tempered ESRNAR 4340, didapat bahwa untuk V50 kecepatan batas balistik
dari ESRNAR 4340 meningkat dengan meningkatnya kekerasan baja plat
MRHA yang di pergunakan pada penelitian tersebut dibuat dengan
menggunakan Vacuum Induction Melting (VIM) dan Vacuum Arc Remelting
(VAR).

Untuk pelat baja 1045, maks:muf11 V50 didapat pada kekerasan RC 45.
Secara umum semakin keras target yang dituju, semakin besar jumlah erosi
proje!'~ : l dan deformasi dan semakin baik performance balistik yang dihasilkan .

a. Standard Uji Balistik

Tujuan dari standard uji balistik untuk mendapatkan penampilan


minimum yang diperlukan (minimum performance requirement), yang
mengaju kepada standard NIJ Standard 0108.00. Balistic Resistant
Protective Materials, Desember 1981 . Klasifikasi standard uji
diklasifikasi kedalam lima jenis atau lima tingkat (level). Yaitu;

Type 1 (22 LR; 38 Special) I

Tipe ini merupakan armor protect yang didefinisikan pada bab 5.2.1,
yang juga menahan ancaman lesser seperti 12 gauge No,4 dan
umumnya handgun kaliber 25 dan 32.

Type II-A (lower velocity 357 Magnum 9 mm)

54
Tipe ini didefinisikan pada section juga sama dengan diatas
menahan lasser 12 00 buckshot, 45 Auto, 38 Special,
kaliber 357 Magnum dan 9mm.

Type II (Higher Velocity Magnum; 9mm)

Tipe ini mengaju kepada section terutama untuk kaliber 357


Magnum 9 mm.

Type III-A ( 44 Magnum; Submachine Gun 9 mm)

standard pada umumnya handgun

Type III (High-Powered Rifle)

Tipe ini mengaju standard test menahan ancaman


seperti Remington (5. mm FMJ), 30 Carbine , dan 12
slug, begitu juga ancaman yang 1. dan

Type IV (Annar-Piercing Rifle)

Tipe ini mengaju kepada standard test section 5.2.5. dan ancaman
tertera pa a section melalui

Pad a gambar dibawah ini dapat dilihat iIIustrasi posisi tembak ~ang
/

meliputi sample uji dan jarak tembak pada posisi uji level I II-A dan III-A
!

dengan jarak 2m, level III dan IV pad a jarak 12 m.

55
-----·0" .. ~r l gg.t

-"2 rTf ;()f' type t . u - A. n. ~d


lIl-A badiat ' c ~ lH ert.o.l:3 ~ t'2 m
'·':Jr 1YDe 1)1 .ann IV ball-istic
mate-rials

Gambar 2.23. Illustrasi Posisi palat baja armor pada saat dilakukan uji tembak'

Pada Gambar berikut dibawah ini memperlihatkan maksimum sudut


tembakan pada permukaan sample uji.

TANGENT PLAN.E

\ TEST SPECIMEN
J

Gambar 2.24 Sudut Tembakan yang memenuhi standard uji.

Perubahan standard uji untuk Level II-A, Levell! dan Level III-A, dari
yang lama (01.01 .03-0LD) dan yang baru (01.01.04 - NEW) dapat dilihat
pada tabe/ dibawah ini.

56
TabeI2.5. Standard Uji tempak Level II-A, Level II dan Levalill-A.

01 .01.03 - OLD 0101.04 -NEW

.357 Magnum Jacketed Soft


Point at 1,250 fps - feet per .40 S&W Full Metal Jacket at
Level II-A
second /381 mps - meters per 1,025 fps / 312 mps
second
Threat round changed from
Change .357 Magnum at 1,250 fps to
.40 S&W at 1,025 fps

.357 Jacketed Soft Point at .357 Jacketed Soft Point at


Level II
1395 fps I 425 mps 1400 fps / 427 mps
Increase in velocity of 5 fps /
Change
1.5 mps or 0.4%

.44 Magnum Lead Semi­ .44 Magnum Semi-Jacketed


Level III-A Wadcutter at Hollow Point at
1400 fps / 427 mps 1400 fps / 427 mps

Bullet Velocity the same, but


Change
different Bullet Type

To keep blunt trauma under the 1.7" (44 mm.) maximum , an 01 .01 .04 vest
might be

Sebagai contoh hasil uji tembak terlihat pada Tabel berikitnya, dirnana
memperlihatkan Level uji (Armor Type), Test Variable dan Performance
required .

57
Tabel 2.6. Tes Summary Variabel Tes dan Persyaratan

~~:r,;6;d
Sr.?M
:.~~ n:Jl!i. ':·-"IZ~;:¥.. 3~=-a1 :A:~,-,~d a':i:.r .~::.:,~: p~~::",:.
::·:J;:::'~m :..:.It ~:.::xir.· ':"':"':-~m.o:: p~:.~!~~;

~2 :'F.i'::'-\'" 2t~ [") :0 15 ~. I:n: :>.~(::2 w.~~ }


:'.)j ·K gr 6 [0 i: in [C ;': ;: .fI: :: ~
3:: ':~::][ :(~ ~ I! ::~ l5 ~ ,:11.: 2;$::;n:.~ }
~S~:i
oj ~ , •
: ; :~ ~r '. r. .. , Itl S5t ~ ;1: :: .~

J..1. 3;"~..:~. ~·.·= '.r: ~ !


I~'~ ? ::~ ~r
~ 11::::' ~.( ~ }3:;: : ~n:.;
':"'\ . . . . -< .
....... :~4 ~r - ri~ -. ' " l.: i·:~C;:4r:::r.

:r:.~ ~ [; ;.~ l5 ~ ,~ }
: ;:~ ~r ~ f·; ~.~. tU
~; 0.:::' ~.( ~ [:::.; :: ::::. . - .... n.:....
j .,:, ..:.
.~
_ .. _ )
:;""V""
. . .l .... ::4 ~r
+! ..' .r,_oo_~ 'I.-.- ::: ;; ~ ! - :: ; 5::::. .... ~~ : : ; 0.: '• }
:';;l.i \~~,!;:: r ~J ;' 24 t
: ~r (4t): : 5( :: ;
':::'.; :~ ~:i

~: n.::..:. z ,:.~ .. ~~ =:; n:. ;


::.~" :~4 ~r 14': (;: ;.:::"

~; .~ ! :i :::. ~3~ : :; r~;


., .
. ;', ~r ~2 i tl

..,.
. \ 3( .. )5 :c: ~ ~~ ::~ ~~ ~~ : : ; D.:. ~
.-t" :~t ~r 22iu 2~;( : 5( =: Ii
~j-:»,;:.l!

~,.quir;~:
. ,

I;~ \;j!; , : : ~: '

..l..b~,.ilJ:.:c.; .1.? ..~:l1:cr Pi~"iQ~ J


f~IJ . II': :'~r~l ~ld~c
:::! . h:h:.,,: ':;~:i ~:

.. -_ ....
: .... ,.,_..... • ~>w= ".
:,. '-
: .. O:..
\\ I ...C,;

Dalam pengujian bersifat merusak atau destructive test, baiasa


dilakukan pada plat hasil las untuk mengetahui distribusi kekerasan yang
dihasikan akibat adanya masukan panas selama proses pengelasan
dilakukan. Bagian yang menjadi perhatian pada uji las adalah perubahan

58
kekerasan pada daerah material dasar atau Base Metal, Heat Affactive
Zone atau HAl didaerah kampuh las atau Weld Metal. Sebagai contoh
pada jenis baja dibawah ini, dimana baja armor ini mengandung unsur Cr,
Ni, Mo dan V. Hasil uji distribusi kekerasan seperti terlihat pada Gambar
dibawah ini, terlihat dimana terjadi penngkatan kekerasan yang sangat
siknifikan dari 270 HV mencapai lebih dari 300 HV. Walaupun demikian
terjadi penurunan di daeah kampuh las dari puncak kekerasan yang
dicapai mejadi 290 HV.

.?·ll) - r - - - - - - - - , - - - - - , . - - - - . , - - - - - - - - - - - - - - ,

.~.\/t\.
• I

,
·· . .:: ,.
= .. :~ 1­

'\
•,

~
I
'T!
m
•,
I
g: 27i) •
I
I
1
I
I
I •
•,r
B;)se H.AZ V'.'el:j . !I
Metal·' I .
Se;3m!I
24-) +-~-...--_'l---'-_t_II-----r-~......-y__.-'~'--.----1.r---r--...-,r----I
·~· 0-40 ·30 ·20 ··10
Distance {mm}
- • • , 0" ,- • ••• •• • ''' 1 ... c:­ .... .. ... ., . ..

l.k ll1<' 111 ~ In \1 I' \ I r NI ;\ 1,)


II \~ I i) ~~ :I ~ :) :'1 ) 1:1 O ~ II 16 il 7~ ! Ii :: /1 /I ~i I Ii III
" " : \\ II I \ r-; IIII1('III:iI II >: i l . ~ :' p ~.II ~ !. i," !. 111 )2 ~! h II ~~ 111 •.'\

Gambar 2.25. Contoh gambaran distribusi kekerasan penampang hasil las


baja armor dari base metal, HAl dan Kampuh las untuk
komposisi baja seperti terlihatpada tabel diatas.

Evaluasi struktur mikro yang dihasilkan seteJah uji distribusi


kekerasan dilakukan pada daerah HAl. Umumnya pengelasan plat armor

59
dilakukan dengan memberikan preheat agar mengurangi resiko seperti
retak yang terjadi.

Gambar 2.26. Struktur mikro daerah HAZ pada (a) single pass welded

dan (b) single pass setelah mengalami proses preheat.

Pada Gambar diatas memperlihatkan bagaimana gambaran


struktur mikro yang te~adi pada daerah HAl yang tidak diberikan
preheat terlebih dahulu dengan diberikan preheat terlebih dahulu.

60
Kandungan karbon dan karbon equI'Jalent (CEV) sangat
mempengaruhi performance baja armor terhadap kerentanan terhadap
reak (susceptibility to creak). Seperti terlihat pad a Gambar hubungan
kandungan karbon dan karbon equivalent di bawah ini. Zone 1
merupakan daerah dimana sangat aman yaitu Low susceptibility to
creaking, sedangkan pada daerah II kecendrungan retak sangat
tergantung kepada kondisi dan zone III daerah dimana resiko yang tinggi
terhadap retak.

Z<ilt,! Ii
o3 SUSGcptlb: 1.'/ tc trat k!li;,~
• 1;>£1"'fl
.!d·. t'<-OI
.- J<» 1i Is
. . ' \ , ." ..
(~n r,' :rll" li!iIJI-"~
' , '>I tl . ....

O~~-O~. 4--~-O~.6--~~O.-8~
Carbon equil,'Jalenl CEV
Gambar 2.27, Hubungan kandungan karbon dengan karbon equivalent (C~V)
terhadap resiko retak.

Kondisi mikrosruktur baja armor misalnya Hardox500, dalam


kondisi setelah dilakukan tempering martensite dapat dilihat dibawah ini.
Sedangkan hasil pengelasan baja tersebut pada Gambar berikutnya

61
dapat dilihat bentuk struktur mikro hasil las di daerahHAZ dan daerah
Kampuh Las (Weld Metal).

Gambar 2.28.a. Microstructure of hardox 500 steel "as delivery".


Tempered martensite without clear grain orders of the
previous austenite. MillFe etched.L .M

Gambar 28.b. Structure of welding joint of Hardox 500 steel in the fusion
zone: W - wei material, HAl - heat - affecting zone. Arrows
(1) indicate weak outline of the fusion area. In tje heat
affecting zone a structure of post-martensitic orientation with
areas of bainite (2) and troostile (3) is clearly visible.
Widmanstatten's structures typical for Significant over-cooling
have been obserbed locally. MiliFe etched, LM .

Setelah dilakukan pengelasan seperti terlihat pada Gambar


berikutnya, dimana distribusi kekerasan penampang las Hardox500

62
dibandingkan Hardox400, dimana nilai kekerasan pada bagian kampuh
las menurun sangat signifikan dari 500 HV menjadi 230 HV untuk baja
Hardox500.

Gambar 2.29 . Hardness changes in welded joint of Hardox 400 steel in the as
delivered state:.6.h =35 mm, wei hardness:l:: 210 HV10

'.,,:',r
. . ..
~ ;

2:) .1')~

-.,.. ;:(,"i
~-
~ :: 0::

I
tJ

~ ~':/:
T )UJ

" 5:;
"l( ......_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _............1._ _.-;

E-:l

Gambar 2.30. Hardness changes in welded joint of Hardox 500 steel in the as
delivered state : ~h =45 mm, wei hardness::::: 230 HV10
/

Jika setelah dilakukan penyambungan atau pengelasan dilakukan


proses hardening dan tempering, maka penurunan temperaur tidak
begitu signifikan, dari 500 HV hanya turun menjadi 430 HV untuk
Hardox500. Distribusi kekerasan dapat dilihat pada Gambar dibawah ini.

63
4'.(: , - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - ,

'(;(, L - -_ _ _ _ _ _ _ _ _- - ! ._ _ _ _ _ _----'

Gambar 2.31, Hardness changes in welded joint of Hardox 400 steel after
hardening. Maximum hardnessnin the HAZ ::::: 410 HV10 . Minimum
hardness or the weld material::::: 340 HV10 .

:: ~: ' :

"~JI!
;-il ~ (I

Gambar 2.32 Hardness changes in welded joint of Hardox 500 steel after
hardening. Maximum hardnessnin the HAZ ::::: 503 HV10. Minimum
hardness of the weld material::::: 430 HV10.

Perubahan distribusi kekerasan baja Hardox500 dan gambaran struktur j


mikro secara jelas dapat dilihat pada Gambar dibawah ini.

64
1:1,:

I,
~~ .J li:
1i
.:­
~ +l:i~
i
:'~ i':

.. , ·Ii:
L-l.I:." r ... ,,"
" "II .O:C ,,,,,,f' .'t· '.'
"(.;,',,,:1 r ,.,
. \1'" Ir' '"1
•• f.'. I",'
..ln..;'I,rr.•r 1\I

Gambar 2.33. Hardness changes in welded joint of Hardox 500 steel


after hardening and tempering at 300 DC. Maximum
hardnessnin the HAZ :::: 417 HV1 O.

Gambar 2.34 . Material microstructure in Gambar 2.35 . Microstructure of heat­


welded jOint of Hardox 400 steel affecting zone in welded joint of
after hardening and tempering at Hardox 400 steel after hardening
300 DC temperature. Sorbitic type and tempering at 300 DC
structure. MilFe eched LM. temperature. MilFe eched LM.

b. Cutting Process.

Untuk pemotongan plat logam ukhususnya baja dapat


dipergunakan beberapa jenis prose pemotongan, antara lain

• Qxyfuel Gas Cutting (OFC)


• Air Carbon Arc Cutting (CAC-A)

65
• Plasma Arc Cutting (PAC)
• Mechanical Cutting

Pada proses pemotongan pertama, OxyfueJ Gas Cutting (OFC),


oxufuel flame akan memenaskan logam pada temperature dimana
logam tersebut oxidize atau terbakar, jika baja pada temperature
kira kira 920 oC . Setelah temperature tersebut tercapai, stream
oxygen dengan tekanan tinggi menekan dan menembus baja akibat
terjadinya reaksi oxidasi atau burn. Stream oxygen jberfungsi juga
menghilangkan slag hasil reaksi oxydasi. OFC termasuk didalam
chemical cutting process.
Proses cutting yang kedua atau Air Carbon Arc Cutting
(CAC-A), menggunakan elektroda carbon untuk menghasilkan
busur api (Arc) dan tekanan tinggi dari udara kompressi yang
mampu menyingkirkan cairan logam di daerah potong secara
mechanic. Sedangkan Plasma Arc Cutting (PAC), proses ini
hamper sarna dengan PAVV atau Plasma Arc Welding,
perbedaannya ~bih kepada menghilangkan cairan logam
dibandingkan melakukan penyambungan. Terakhir Mechanical
Cutting, yang meliputi proses shearing, sawing, grinding, milling,
turning, shaping, drilling dan chipping.

Oxygen Cutting Armor Plate

Plat Armor merupakan plat baja yang keras dengan


ketebalan yang cukup tebal antara 8 sampai 10 mm, sukar untuk
dilakukan pemotongan dpngan peralatan yang konvensionil seperti
cutting tool dan yang lainnya. Salah satu cara yang umum
di/akukan dengan menggunakan pemotongan dibantu dengan gas
oxygen atau dikenal dengan " Oxygen Cutting Torch".
Untuk Homogeneous Armor Plate, disamping dengan
oxygen cutting dapat juga dipergunakan electric arc cutting. Untuk
plat armor banyak dipergunalan oxygen cutting sedangkan untuk

66
electric arc dapat dipergunakan untuk pengelasan atau welding dan
pemotongan benda benda lain seperti benda tuang atau casting.

Gambar 2.36. Proses pemotongan plat baja armor dengan oxygen torc,; I

cutting arc.

Disamping oxygen cutting dipergunakan ubtuk pemotongan


plat armor, juga dapat dipergunakan untuk memotong Face
Hardened Armor Plate. Umumnya untuk pemotongan jenis plat
baja armor ini sarna prosedurnya pada pemotongan homogenous
armor plat, walaupun demikian perhatian perlu diberikan input
panas yang tinggi perlu dihindari dibagian permukaan yang keras.
Hal tersebut dapat dilakukan dengan memulai pemotongan i
I

dibagian permukaan lunak. Pemotongan dengan Oxygen Cutting


Torch dapat dimanfaatkan untuk pemotongan plat armor tetapi
ukuran tip torch dan prehating temperatur selalu dijaga dalam
kondisi minimum untuk menjaga kualitas pemotongan dan
mencegah terjadinya over heating. Pada Gambar dibawah ini,
memperlihatkan proses pemotongan plat armor dengan
mengunakan oxygen cutting torch.

67
Gambar 2.37. Gas Cutting yang dipergunakan di PT Pindad

68
BAS III.
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN.

3.1 Tujuan Penelitian.

Adapun tujuan dari penelitian kinerja plat tahan peluru yang dipergunakan
untuk body ranpur 6x6 (Anoa) ini adalah terutama untuk melakukan evaluasi
produksi plat baja anti peluru dalam negeri yaitu produksi industri baja Nasional
PT Krakatau Steel dengan nama dagang (trade mark) KSW500. Jenis baja ini
merupakan produk unggulan industri baja tersebut, serta kemampuannya
m€mproduksi jenis baja spesial ini diperkirakan akan menjadi trigger bagi industri
hilir lainnya dalam mempercepat kemampuan dan kemandirian industri nasional
terutama dalam alih teknologi. Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah;

a. Mengevaluasi kemampuan industri dalam negeri dalam pembuat


dan
memproses jenis baja tahan peluru (armour) yang meliputi proses
perlakuan panas serta standard kelaikan yang di pergunakan .

b. Survey pustaka dan literatur acuan yang menelahah baja anti peluru
yang berasal dari negara lain serta pembanding kualitas baja anti
peluru dalam negeri .

c. Mengevaluasi mutu baja anti peluru KSW500 yang dihasilkan


melalui sistim perlakuan panas horizontal, melalui pengujian sifat
mekanis dan fisik atau metallography untuk melihat kualitas dan
pemenuhan standardisasi sertifikasi rniliter.
!
d. Mengevaluasi hasil uji balistik dengan menggunakan uji tembak
dengan senjata laras panjang (AK) dengan kaliber 5,65 mm pad a
jarak 75 dan 50 m, dengan harapan dapat mengetahui kinerja baja
anti peluru KSW500 in; serta membandingkan dengan jenis baja anti
peluru lainnya yang umum dipergunakan ..
e. Mengevaluasi terhadap proses manufaktur antara lain hasil
penyambungan atau pengelasan melalui metalurgi las, yang
kenyataannya akan te~adi perubahan struktur mikro di bag ian

69
daerah pengaruh panas (HAZ) akibat masukan panas las
terakhir melihat kinerja kemampuan plat tersebut selama proses
perakitan.

3.2 Manfaat Penelitian.

Pad a bab diatas, yaitu tujuan penelitian, telah diuraikan dalam tujuan
penelitian antara lain adanya proses keberlanjutan dalam mempercepat
kemandirian industri dalam dalam memproduksi atau menyediakan
baku untuk kebutuhan produk atau Alutsista, sehingga yang
diharapkan yang dapat dihasilkan dalam penelitian ini adalah;

a. Memberikan wawasan kalangan penelitl di t:'>(,][]Hrl Penelitian


(8alitbang) Kementrian RI,
tinggi terkait hal ini industri pembuat dan
pengolahan bahan baku serta pemakai dalam ini TNI dan POLRI
industri pera!atan berat lainnya.

b. Pene/itian dapat dijadikan landasan untuk


penelitian dibidang material armour lainnya bukan baja
lainnya keramik, komposit dan juga
Terlebih penting adalah adanya keterkaitan lembaga penelitian
dan pengguna yaitu pihak TNI.

c. alih teknologi (ToT) secara serta dapat dimulai dari


lembaga penelitian terlebih dahulu serta kemudian didukung olsh
regulasi serta kebijakan pemerintah untuk menjalankan sec9ra
,
penuh memberikan kepercayaan kepada pihak produsen
pembuat industri penyediaan bahan baku.

d. Memberikan umpan balik atau masukan terhadap pihak yang


memproduksi bahan baku plat armour dalam usahanya
meningkatkan balk maupun kualitas plat armour yang
dihasilkan. Masukan ini diharapkan akan memberikan keuntungan
yang didalam melakukan modifikasi sehingga
kemandirian industri dapat dipercepat.
e. Memberikan masukan peluang pasar yang lebih luas terhadap pasar
plat baja armour yang dihasilkan sebagai baja hardened dengan
ketahanan aus yang tinggi (wear resistance) tidak semata mata
untuk memenuhi kebutuhan alutsita tetapi juga kebutuhan akan
industri industri alat berat baik nasional maupun internasional

PENEUTIAN KINERJA PLAT


TUJUAN ARMOR UNTUK RANPUR 6 X 6 MANFAAl
Evaluasi Membuka Wawasan
Kemampuan lndustri Perrel~tjan

Benchmarking SebagalLandasan
produk tuar Penetitian Mat..
r~rmor
Evalu2Gi Kualitas
produk yang APh TeknologJ (TOn
dih.asHkan
Feed Back ke
EVi:1lll e~ i Vji Ba!JstJk produsen

EvahJasi Proses Membuka peluang


Manufaktur pasar baru

Gambar 3.1. Tujuan dan Manfaat Peneiitian.

71
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Waktu dan Tempat Penelitian.

Waktu penelitian dimulai pada bulan April 2010 dan berakhir bulan
Desember 2010, sesuai dengan proposal penelitian yang telah disampajkan
sebelumnya.

Untuk pelaksanaan penelitian ini tempat Penelitian dilakukan dibeberapa


lokasi yang termasuk juga kegiatan kunjungan ke industri pembuatan baja dan
industri perakitan, pengambilan data dan sample uji, pengujian sITat mekanis dan
balistik serta tempat diskusi dan penyelesaian laporan. Untuk pelaksanaan dan
penyelesaian laporan kunjungan yang dilakukan adalah;

a. Kantor IPTEK Pertahanan Badan Penelitian dan Pengernbangan


Departmen Pertahanan, Jln Jati 1 Pond ok Labu, Jakarta. Kegiatan
yang dilakukan disini;

Analisa data
Diskusi
Penulisan Laporan dan Penjilidan

b. Industri Baja Nasional, PT Krakatau Steel, Cilegon Santen Jawa


Barat. Kegiatan yang dilakukan disini antara lain,
,
J

Pengambilan data
Pengamatan Proses pembuatan Baja KSW500 dengan plat
horizontal
Pengambilan Sampel Uji baja KSW500 sesudah di lakukan
perlakuan panas.
Diskusi.
c. Industri Manufaktur RPP Ranpur 6x6 PT Pindad Bandung. Kegiatan
yang dilakukan disini antara lain,

72
Pengambilan data
Pengamatan proses manufaktur RPP ranpur 6:><6
Melakukan pengelasan sampel Uji sesuai prosedur yang berlaku
Uji tembak atau uji balistik
Diskusi

d. Laboratorium Metalurgr Fisik dan Heat Treatment, Department


Metalurgi dan Material, Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
Kegiatan yang dilakukan disini.

Pengujian sifat mekanis (kekerasan)


Pengamatan Struktur Mikro las, base, Haz dan weld zone
Diskusi.

4.2. Bahan dan Alat Penelitian.

Untuk pelaksanan penelitian ini, plat Armor produksi dalam negeri yaitu PT
Krakatau Steel dipergunakan, yang telah mendapatkan s ;;rtifikat kelaikan dari
kementrian pertahanan.

Pelat Baja Armourdengan kode dagang KSW 500, merupakan hasil dari
proses pengerolan panas (Hot Rolled). Hot rolled steel tersebut seterusnya di
proses melalui Heat Treatment Plant sistim Horizontal (perlakuan panas), dimana
awalnya baja tersebut dipanaskan melalui proses reheating, kemudian keluar'
dapur pemanasan (air cooling) setelah itu langsung masuk ke dalam water spray
cooling dan proses tempering. Gambar 7A pada iampiran dapat dilihat proses plat
tersebut, dimana pada Gambar 7A memperlihatkan dapur tempering yang
letaknya terpisah dari Heat Treatment Plant Kontinous tersebut.

Pelat baja KSW 500 dengan ketebalan 10 mm di potong dengan ukuran 40


x 40 cm sebagai bend a uji atau sample di penelitian ini. Seperti telah disampaikan
sebelumnya plat baja tahan peluru KSW500 sebelumnya telah dilakukan
sertifikasi dan mendapatkan Sertifikat Tipe dari Direktur Standardisasi dan
Kelaikan Dlrektorat Jendral Sarana Pertahanan.

73
4.3. Metode Penelitian

Oalam penyelesaian laporan penelitian ini, metoda penelitian meliputi;


a. Penelusuran Literatur melalui perpustakaandan internet (e-Library).
b. Pengumpulan data baik data hasl survey lapangan maupun data hasil
pengujian di laboraturium uji.
c. Analisa data
d. Diskusi

4 .3.1. Diagram Alir Penelitian

MULAi
PENELITlAN
STUDT LITERATUR II
I SAMPLE UJI . I KUNJUNGAN LAPANGA1'·J
J
~ ~
PLAT BAJA KS\V500 PTKRAKATAU
KETEBALAN 10 ·1 UJI KOMPOSISI I STEEL
I

J U]I BALISTIK! I I
I I . PT PINDAD
- -_. I '-------r--I­
DEPARTMENT
UJI PENOAMATAlf I
METALURGIDAN
KEKERASAN METALLOGRAPHY MATERIAL UI

ANALISA DATA I
'--4r--------., DAN DISKUSI

PEMBUATAN LAPORAN

I
_...--"",.._ .1
Penelitian Tahap II

Gambar 4.1 Diagram alir penelitian .

74
BABV
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian.

5.1.1 Komposisi Kimia

Penelitian ini menggunakan baja tahan peluru atau baja armor, produksi
PT Krakatau Steel dengan kode KSW500. Pada Gambar 5.1 dibawah ini dapat
dilihat gambar plat baja KSW500 setelah melalui proses tempering, tetapi belum
melalui proses sand blasting .

Gambar 5.1 plat baja Armour KWS500 tebal10 mm yang dipergunakan dalaf11l
penelitian ini, produksi PT Krakatau Steel setelah dilakukan Spray
cooling dan Tempering dan leveling .tetapi belum dilakukan sand
ba/sting.

Baja tersebut dilakukan analisas komposisi kimia Ignation Spectrometer di


Laboratorium Material Department Metallurgy dan Material Fakultas Tekinik
Universitas Indonesia. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel dibawah ini.yang
di tulis kembali dengan menampilkan unsur unsur yang dominan saja.

75
Tabel 5.1 Komposisi Kimia Plat Baja KSW500
C Mn Si P S Cr Mo Ni
0,295 1,35 0,33 0,01 0,003 0,72 0,197 0,34

Hasil uji komposisi kimia plat baja yang digunakan sebagai benda uji dengan
ketebalan 10 mm diatas, memperlihatkan komposis kimia telah mendekati
standart komposisi kimia yang telah di persyaratkan dalam sertifikat keJaikan yang
tertuang dalam Sertifikat Plat Baja Tahan Peluru KSW500, di keluakan oleh
Direktorat Jendral Sarana Pertahanan Direktorat Standardisasi dan Kelaikan, Iihat
lampiran.

Untuk menganalisa apakah plat baja tersebut didasarkan kepada komposisi kimia
telah memenuhi persyaratan sebagai plat baja tahan peluru, maka perlu dilakukan
penghitungan secara quantitatif melalui rurnus Carbon equivalen (CEV), dibawah
ini,

CEV = C + (Mn)/6 + (Cr+Mo+V)/5 + (Cu + Ni)/15 (5. i)

Mengingat komposisi kimia plat baja yang dipergunakan terutama unsur


Vanadium (V) dan Cu (Clipper) tidak terdeteksi maka nilai V dan Cu dapat di
assumsikan sarna dengan O.

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus diatas, didapat nilai Carbon
Equivalen (CEV) dari jenis baja Armour KSW500 ini, didapat sekitar 0,7.
Seterusnya perlu diliha hubungan kandungan karbon yang ada dalam beja dan
nilai karbon equivalent tersebut. Baja KSW500 hasil spectrometer seperti ter.lihat
pada Tabel 5.1 diatas, terlihat mengandung nilai Carbon sekitar 2,95% ,
sedangkan nilai CEV hasH perhitungan adalah 0,7, sehingga ini menunjukkan
baja KSW500 berada di posisi berdekatan dengan baja Armox 500T-Q , seperti
terlihat pada Gambar 5.2 diabawah ini.

76
I .0""
." J"

r--i

~
,-~ ~

i..-."
HTK 700H·PI
, f
I H:.gh ;, :)sc-cpi:~!' t )1 tj cr;(.~1 0
i'l
)J .·v I M(J Owl) I n ;) I ! {;(' fP) lt I..r)t:i

~
,
:.5"
....
.
0.1 C-/ · -­tH rruOOHl
II K900l1-0 J

(lj
.~
() Arl~;)~r.-I; 500",f)
.0 ~. i = ! ~~----------~----~----~
t14 (L6
Carbon e{~u jval e" t CE'v
Gambar 5.2 Hubungan Carbon content dan CEV Baja KSW500, mendekati baja
Armox 500 T-Q .

Baja KSW500, dari hasil sementara memperlihatkan berada pada pdsisi


zone III, lihat gambar diatas, Zone III, merupakan daerah yang dikatagorikan
sebagai " High susceptibility to creaking in all condition" yaitu sangat rentan
i terhadap kemungkianan timbulnya retak pada semua kondisi, terutama setelah
dilakukan pengelasan. Untuk manufaktur Ranpur dimana pengelasan sebagai
sarana utama dalam penyambungan baja, sangat perlu memperhatikan dan
mempertimbangkan nilai CEV dan komposisi karbon yang sebaiknya, hubungan
keduanya memberikan posisi baja tersebut di area atau Zone J atau " Low
susceptibility to cracking in all conditions".

77
5.1.2 Sifat Mekanis.

Pada Gambar dibawah ini memperlihatkan potongan penampang


KSW500 yang sudah mengalami proses penyambungan pengelasan. Pada
potongan benda uji las terlihat pengelasan dilakukan multipass, dibagian beJakang
dan bagian atas. Pandangan kampuh las pada bag ian atas dapat dilihat pada
Gambar sedangkan pada pandangan bagian bawah dapat dilihat pada
Gambar 5.5 di bawah ini. Seperti terlihat pada Gambar dibawah, sebelum
dilakukan pengelasan, bagian yang akan di las di lakukan mechanical
finishing yaitu dengan bagian penampang u (bavel).

Pengujian untuk Armour KSW500 ini hanya dilakukan uji


saja, mengingat nilai kekerasan merupakan parameter yang
penting baja Armour. Untuk lisa
kekerasan yang dihasilkan terlihat pada uji kekerasan dengan
uji kekerasan Vicker. Distribusi dilihat pada dibawah
dapat dilihat di tiga lokasi;

a. Nilai kekerasan atau meta! didapat 3 HV.

b Distribusi nilai (Heat Affacted lokasi


dimana te~adi perubahan struktur mikro akibat yang diberikan
pada saat penyambungan atau pengelasan. distribusi nila;
kekerasan yang di ukur, nilai rata kekerasan didaerah HAl
mencapai 398 HV. Dimana jauh lebih keras dibadingkan
base metal.

C. Distribusi nilai kekerasan di kampuh las atau weld pool, disini


menggambarkan kemampuan electroda wire (kawat las) memenuhi
celah dan kekuatan Nilai kekerasan sangat menurun
mencapai hanya 168 HV, hal ini kemungkinan disesabkan adanya
pengaruh panas dari pengelasan pertama yang dikenal proses
softening (annealing), Mengingar penyambungan atau pengelasan
dilakukan dengan sisti multi

78
Gambar 5.3 Gambar ukuran potongan benda uji hasillas

Gambar 5.4 Potongan penampang las baja KSW500 dilihat dari bagian depan
)

79
Gambar 5.5 Potongan penampang las baja KSW500 dilihat dari bagian
belakang

WELD POOL

l eiak uii kekerasan


(A)

• • • •• • ••••

Gambar 5.5.a. Jejak uji kekerasan ,


I

80
..\50

(B) ..\00

350

300
2:
:::.
'J 250

:~
'"
.~

.:;,
-'" I'
':;,
::<:
200 I

'J
I
I
Z E-O i
i

100

so
BASE
WELD POOL
HAZ
0
0 5 .to IS 20
Jejak Pel1gukurCln [mm)

Gambar 5.6 Distribusi nilai kekerasan diukur dari penampang las pada daerah
Base metal, Haz dan Weld pool. (A) IHustrasi jejak hasil uji
kekerasan Vicker sepanjang penampang las (8) hasH distribusi nilai
kekerasan.

Hasil distribusi nilai kekerasan baja KSW500 diatas menarik untuk di


bandingkandengan distribusi nilai kekerasan pada baja HARDOX400 dan 500.
Pada umumnya pada kedua jenis baja HARDOX 400 dan 500 tersebut seperti
terlihat pada Gambar 5.4 dan 5.5 dibawah ini, dimana kenaikan nilai kekerasan
pada daerah HAZ tidak terlihat jauh berbeda dengan logam dasar atau Base
Metal. Untuk HARDOX400, nilai kekerasan pada Base metal sekitar 410 HV,
te~adi penurunan yang tidak besar pada daera;, HAZ yang mencapai sekitar400
HV. Walaupun demikian pada daerah kampuhlas, nilai kekerasan menurun sangat
drastis mencapai 340 HV atau sekitar 15%,

81
'; 'd,: ~--------------------,

', I'·
...
-I
I
I
1(\ " ' ,
~ ); .)
I
r I
I
tJ ~r.'1 I
:; ) ..1 :
.u I
I
II
t

\:,0
II
L..--_ _ _ _ _- . - -_ _ _ _ _--.:...._ _ _- . ._ _ _- - - '

it l' IU i. :. ~

Gambar 5.7. Distribusi nilai kekerasan pada penampang hasil las Hardox 400
steel Nilai kekerasan maksimum pada HAl ::::. 410 HV10 .
Sedangkan nilai minimum pada kampuh las (Weld pool) :;: 340
HV10.

Jika di/ihat pad a baja HARDOX500, seperti terlihat pada gam bar 5.5
dibawah ini, distribusi nilai kekerasan dari base metal, Haz dan Kampuh las (Weld
Pool) terlihat mempunyai kecendrungan yang sama dengan HARDOX400. Nilai
kekerasan di base metal kurang dari 500 HV, di daerah HAZ terlihat f1uktuasi
antara 480 - 505 HV, kemudian terjadi penurunan yang signifikan ' di daerah
kampuh las yang mencapai 430 Hv, berarti terjadi penurunan sebesar 14% sama
dengan HARDOX 400.
J

82
-:J
,. I

:"
I..... ~7.; .
\~
Lli
J1i
.

!
L .::SG.
...
"0
r.:1
1
.I. II
i
:1

<. ~ - ... -" - -. .~


l
..
I

Gambar 5.8. Distribusi nilai kekerasan pada penampang hasil las Hardox 500
steel Nilai kekerasan maksimum pada HAZ ~ 503 HV10.
Sedangkan nilai minimum pada kampuh las (Weld pool) ~ 430
HV10.

Hasil yang didapat pada distribusi nilai kekerasan baja KSW500, seperti
terlihat pada Gambar 5.3 diatas, memperlihatkan prilaku yang berbeda dimana
nilai kekerasan didaerah HAl terjadi peningkatan dan sebesar 27%. Jika dilihat
didaerah kampuh las, terlihat menunjukkan gejala yang sama dimana terjadi
penurunan sekitar 45%, jauh lebih besar dari plat Armor HARDOX400 dan 500
yang hanya 15%.

Dari hasil evaluasi diatas, memperlihatkan bahwa baja KSW500 hasil dari
horizontal Heattreatmant process, belum mencapai nilai kekerasan maksimal yQitu I

sekitar 500 HV untuk sejajar dengan kualitas HARDOX500. Sehingga nilai


kekerasan KSW500 belum optimal yang akibatnya pada saat penyambungan
i dengan MIG, kekerasan meningkat mampu mencapai nilai kekerasan mendekati
450 HV. Jika nilai kekerasan KSW500 sudah optimal, kemungkinan nitai
kekerasan di daerah HAZ tidak akan berubah dengan drastis.

Perbedaan yang terlihat pada nilai kekerasan di kampuh las, dimana te~adi
penurunan yang sangat signifikan jika dibandingkan dengan HAEDOX400 dan

83
500, terlihat mencapai tiga kali lebih besar, hal tersebut kemungkinan disebabkan
perbedaan kawat las (electrode wire) yang dipergunakan. Kawat las yang
dipergunakan pada penyambungan KSW500 pad a pabrik manufaktur adalah
electrode wire EN ISO 14341-A-G3S11, SFAJAWS A5.18 : ER 70S-6, yang
mempunyai komposisi kimia C: 0.07% Mn:1.55%-Si:0.88% S: 0.012% P: 0.015%
yangmerupakan kawat electrode baja karbon rendah. Sedangkan pad a
penyambungan HARDOX400 dan 500 menggunakan kawat elektroda las jenis
IMT9 wire, lihat Tabel dibawah ini. Dimana IMT9 Wire, merupakan kawat las jenis
baja karbon menengah (medium carbon steel) dengan kandungan karbon
mendekati 0,1 % dan mengandung unsur Mn yang cukup tinggi sekitar 1 %. Tidak
terlihat pada Tabel dibawah ini adanya unsur paduan (alloyed) yang memperkuat
kawat las tersebut. Bandingkan dengan kawat las yang digunakan pada KSW500,
dimana kadar karbon sedikit lebih rendah 0,02%, tetapi kandungan Mn cukup
tinggi 0,55% diatas IMT9 Wire.

Tabel 5.2. Komposisi kimia Hardox 400, 500 dan kawat elektroda las.

,f\'11t?1'1"
r 'l
l't .!. t', ', ,,,,l (I
(' Sl Mu P ,"
)
."
t.r \'1
_ f·o1o B
Rl l
1C1
4.
,).. ~({\
~"' .\ \. ~J I), 120 1 050 IJ.'. '-~1.f (} ,OCt6 0.1)01 n ')1('1
'.' , _1 .,' 0, i)~i) {),1)1 7 (', i'in i
'-' , ..... ...

H"tyh"
(II ." • •\ ~ (iO (1.260 (l, ·~i) 0.201) o,i.)n~ Ii
~vi O{) S j"\,,' , inil
. ,-' <.. ' 005 i\..; , (',i'll
.J
.~, J.

'L,'
~ 1T
. :'1'\ r"
IV I1t n nOr'1
' .'. ,,,I ., '" C.'j 1ji', ,J
1,(\ (',r'1
~) ,-' '..

Cukup menarik jika kinerja hasil las baja KSW500 dibandingkan dengan
Baja Armor Class 2, dimana komposisi baja tersebut seperti terlihat pada Tabel
5.3 dibawah ini.
J

TabeI5 .3. Komposisi kimia Baja Annor Class 2, menurut MIL-A-11356F


\. ;
\"
i\~ M~
l'
,
i!

." .' ,'. r· , ,


l"11
' .,, ~ W.. )!1,:
,\1 _~~TI\
.... IJ ,I) Ir..; ,1
,~ ,IJ..~ri, ' rJ.
iJ,~ •~1
Ii F '
.
IJ .,; I; o, ~; vtl i) ..~ ,rj 0'.'.,"". '1'
''.>',I I;J

%:W'! ~X~'~ill&t:11
. ,I .~ • • •' _ H
(~Ij "8
~ u,r 'I ~;I
..... ~,I ,.'
.. 1 t ~
"1,iJ "1.t ~
~ ,.,
,"'I.' /1 :~~
".J ;
tl'14
\, , '
t11..
-. , ~
f ", ~
'i l,U..

84
Komposisi kimia KSW500 dapat dilihat pad a Tabel 5.1 diatas. Terlihat
untuk baja KSW500 mempunyai kandungan Mn yang cukup tinggi, sedangkan
baja Armor class2 mengandung paduan atau alloying yang cukup tinggi. Hasil
pengujian distribusi kekerasan pada penampang las baja Armor class 2 dapat
dilihat pada Gambar 5.6 dibawah ini. Hasil distribusi kekerasan sepanjang
penampang las menunjukkan kemiripan dengan baja KSW500, dimana pada
daerah HAZ terjadi kenaikan yang cukup tinggi dari 270 HV mencapai 305 HV.
Walaupun demikian penurunan nilai kekerasan pada derah weld pool (Kampuh
las) terlihat tidak signifikan hanya sekitar 10 HV, tetapi masih berada diatas nilai
kekerasan dari base metal. Baja Armor class2 mempunyai nila; kekerasan hanya
sekitar 270 HV lebih rendah dari KSW500, hal ini kemungkinan disebabkan
kandungan Mn yang relatif lebih tinggi. Sedangkan jenis electrode wire (Kawat
las) yang dipergunakan adalah a low-alloyed high-strength steel filler rod AWS
A5.5:E 8018-8 (W52018), yaitu adanya tambahan 1,25% Cr dan 0,5 %Mo,
sehingga nilai kekerasan yang dihasilkan cukup tinggi yang disebabkan oleh
unsur Carbida paduan didalamnya yang membentuk Chromium carbide dan
Molibdenum Carbida ,

2.10
,I

300 •
;'.\j~
I
,
,
'
, .
, .

,, ,,
--
\

290 , , \
N
0 •
>
J: 290
I/)
,

--\ /.-.._;:/
IJ,
a.>
c: 270
"'0
~
(OJ
. ,
J
f

:r: 2GO ,
I

I
" I

250 Base " : H.A.Z :'Neld :


_ 'i' 'f" .I . ' •

., Metal" 1:5eam: ,
.... l .•

240 +--'---'-r--'--'=:'-:~~"~"'
;:W' ': :';-;-:';'~~' +' '~'--':---"r--
" ' ..:.o:
t '-T-:....--""'--r----'--r---'-"-'--'--r----''--l

·50 -40 -30 ·20 -10 0 10 2{) 30 40 50


Distance (mm)

Gambar 5.9. Distribusi nilai kekerasan pada hasillas baja Armor Class 2 (MIL­
A-11356F)

85
5.1.3 Pengamatan Struktur Mikro.

Pengamatan struktur mikro dilakukan pada sample baja KSW500 yaitu


pada penampang hasil pengelasan. Ada tiga daerah Struktur Mikro yang diamati
yaitu;
a. Daerah Base Metal, yang merupakan kondisi baja KSW500 yang
tidak mengalami pengaruh panas kawat las. Pad a kondisi ini juga
dapat mewakili kondisi baja tersebut mula mula.
b. Daerah Haz (Heat Affacted Zone), yang merupakan daerah yang
sangat sensitif, dimana pad a daerah ini terjadi perubahan struktur
mikro base metal, sehingga sifat mekanis terutama kekerasan akan
mengalami perubahan.
c. Daerah Kampuh Las (Weld Zone), didaerah ini diamati bagaimana
proses drrusi cairan kawat las menyambung dua plat baja serta
mengamati struktur mikro yang terbentuk pada l(ampuh las tersebut.

Pada gambar 5.6 dibawah ini memeperlihatkan gambaran Strulr+.Jr Mikro baja
KSW500 pada kondisi sebelum dilakukan proses tempering.

I
I

Gambar 5.10 Struktur Mikro baja KSW500, diamati setelah mengalami proses
pendinginan cepat (Quenching) dengan etch Nital dan
pembesaran 500X.

86
Mikrostruktur yang terlihat menunjukkan fasa martensite berupa jarum
jarum halus atau harden martensite yang cukup keras. Nilai kekerasan pada tahap
ini mencapai diatas 500 HV. Pada gambar 5.7 dan 5.8 dibawah ini
memperlihatkan gambaran struktur mikro base metal yang dapat mewakili struktur
mikro yang terdapat pada plat baja KSW500 setelah mengalami proses
tempering. Bentuk fasa yang terbentuk pada base metal memperiihatkan bentuk
fasa temper martensite, dimana masih terdapat jarum jarum hal us. Nilai
kekerasan pada fasa ini berada dibawah nilai kekerasan pada fasa harden
martensite.

Gambar 5.11 Struktur Mikro baja KSW500, diamati setelah mengalami proses
pengelasan dengan MIG yang diamati pada daerah base metal
dengan etch Nital dan pembesaran 200X
J

87
Gambar 5.12 Struktur Mikro baja KSW500, diamati setelah mengalami proses
pengelasan dengan MIG yang diamati pada daerah base metal
dengan etch Nital dan pembesaran :500X

Jika dilihat struktur mikro pad a daerah Heat Affectled Zone (HAl), terlihat
dimana fasa temper martensite terjadi perubahan dalam bentuk fasa temper
martensite yang menandakan terjadinya berubahan nilai kekerasan. Pada gambar
5.11 dan 5.12, memperlihatkan· bentuk fasa yang terbentuk pada daerah kampuh
las (weld pool) terlihat bentuk fasa yang berbentuk lamelar.

Sentuk struktur mikro pada kampuh las menggambarkan suatu fasa


pembekuan atau merupakan struktur mikro dari logam yang mengaJami proses
casting. Nilai kekerasn pada lokasi ini memang terlihat sangat rendah, karena
adanya perbedaan dari historical treatment dari proses pembentukan baja.
I

Jika dibandingkan struktur mikro atau bentuk fasa yang terbentuk pada

.base metal, atau martensit temper yang terbenuk pada baja KSW500
dibandingkan dengan HARDOX500 seperti terlihat pada gambar 5.13, jelas
terlihat perbedaannya, dimana bentuk struktur mikro pada HARDOX500 hampir
mirip dengan struktur mikro KSW500 yang terlihat di daerah HAl dimana nilai
kekerasannya mencapai 500 HV.

88
Sedangkan jika dilihat pada daerah kampuh las (Weld pool) , terlihat bentuk
struktur mikro yang berbeda, dimana pada kampuh las hasil penyambungan baja
KSW500 terbetuk struktur mikro yang berbentuk lamelar, sednagkan pada
HARD0500, seperti terlihat pad a gambar 5.14 dibawah ini, memeprlihatkan
struktur mikro yang sudah membentuk batas butir atau grain boundaries.

Widmanstatten's structures tidak terlihat pada daerah HAZ untuk KSW500,


dimana bentuk fasa ini umum terjadi jika temper martensite mengalami proses
pemanasan kembali atau heattreatment. Widmanstatten 's structure terlihat
erbentuk pada baja HARDOX500, yang mengambarkan terjadinya proses over
cooling, nilai kekerasan tidak begitu jauh dengan base metal.

Gambar 5.13 Struktur Mikro baja KSW500, diamati setelah mengalami proses
pengelasan dengan MIG yang diamati pada daerah HAZ atq.u
Heat Affected Zone dengan etch Nital dan pembesaran 200X

89
Gambar 5.14 Struktur Mikro baja KSW500, diamati setelah mengalami proses
pengelasan dengan MIG yang diamati pada daerah base metal
dengan etch Nital dan pembesaran 50 OX

Gambar 5.15 Struktur Mikro baja KSW500, diamati setelah mengalami proses
pengelasan dengan MIG yang diamati pada daerah kampuh las
atau Weld pool dengan etch Nital dan pembesaran 200X

90
Gambar 5.16 Struktur Mikro baja KS\N500, diamati setelah mengalami proses
pengelasqn dengan MIG yang diamati pada daerah kampuh las
atau Weld pool dengan etch Nital dan pembesaran 500X.

Gambar 5.17. Bentuk struktur mikro pada baja HARDOX500 yang diamati
pada base metal dengan nilai kekerasan mendekati 500 HV.
[Hardox data sheet]

91
Gambar 5.18. Bentuk struktur mikro pada baja HARDOX500 yang diamati
pada daerah HAZ dan Weld metal.[Hardox data sheet}

5.2 Uji Balistik.

5.2.1 Baja Armour KSW500.


Dalam uji penetrasi atau uji balistik, mengikuti persyaratan specifikasi militer
yaitu Standard MIL-A-461 000. Plat baja KSW500, dengan ukuran 40 x 40 mm
dan tebal 10 mmdengan posisi tegak lurus, dilakukan uji balistik dengan
menggunakan AK kaliber 5,56 mm pada jarak 75 dan 50 m.
Hasil uji balistik sementara seperti terlihat pada Gambar A 1 dan A2 pada
lembar lampiran, hasil dimana projectile terlihat tidak mampu menembus plat baja
baja tersebut baik dengan jarak tembak 50 dan 75 m. Hal ini menunjukkan bahwa
plat baja KSW500 hasil proses heat treatment horizontal telah layak dipergunak?n
untuk produksi Ranpur 6x6. Walaupun demikian hasil uji tembak tersebut
dilakukan pada permukaan yang belum mengalami proses pengelasan.
Untuk itu sangat perlu dilakukan pengujian balistik sesuai dengan militer
standard untuk di uji pada daerah HAZ dan kampuh las, walaupun demikian
mengingat jarak tembah yang jauh serta lokasi kampuh las yang tipis,
memerlukan penembak yang mahir sehingga projektil tepat mengenai sasaran.
Pada Gambar 5.8 dan 5.9 dibawah ini dapat dilihat perbandingan hasil uji balistik
pad a plat baja KSW500 dengan tebal 10 dan 8 111m hasil dan proses Heat
Treatmnet sistim Vartikal.

92
Akan dilakukan uji balistik untuk baja KSW500 produksi horizontal heat
treatment plat dengan tebal 10 mm, dimana akan di usahakan projektil yang
ditembak sesuai dengan MIL sertificate, yaitu di lokasi tepat daerah las.

Gambar 5.19 Hasil penerasi ppllJru dari uji balistik pada plat KSW500 tebal 10
mm dengan mengglmakan peluru tajam (T J) pada jarak tembak
25 sampai 50 m pad a plat baja hasil proses heattreatmen
Vartikal.

f
I

Gambar 5.20 Hasil penerasi peluru dari uji balistik pada plat KSW500 tebal 8
mm dengan menggunakan peluru tajam (TJ) pada jarak tembak
25 sampai 50 pad a plat baja hasil proses heattreatmen Vartikal.

93
Untuk plat KSW500 hasil proses perlakuan panas horizontal yang telah
dilakukan penyambungan (pengelasan) dengan menggunakan Metal Inert Gas
(MIG) welding, dengan menggunakan kawat electroda EN ISO 14341-A-G3S11
SFAJAWS A5.18: ER 705-6 buatan ASSAB seperti terlihat pada lampiran, dapat
dilihat pada Gambar 5.21 dibawah ini, dimana posisi plat baja tersebut siap untuk
dilakukan uji balistik.

Gambar 5,21 Baja KSW500 yang di sambung (las) dengan MIG tebal 8mm, siap
untuk dilakukan uji balistik. 1
I

Uji balistik dilakukan dengan menggunakan senjata laras panjang Sniper


dengan menggunakan peluru tajam STJ.7,62 mm dengan jarak tembak sejauh
50 m. Gambar peluru serta senjata laras panjang yang dipergunakan dapat
dilihat pada Gambar di lampiran. Sasaran uji balistik dilakukan pada,

a. Daerah kampuh las (Weld Pool) dimana pada hasil uji kekerasan
diderah ini mempunyai nilai kekerasan yang cukup rendah.

94
b. Daerah Heat Affected Zone (HAZ) dimana daerah yang mengalami
perubahan mikro struktur akibat panas hasillas, mempunyai nilai
kekerasan yang cukup keras.
c. Daerah Base metal, yaitu daerah struktur mikro baja ini yang sama
dengan struktur baja pada kondisi awal.

Hasil pengujian balistik pad a daerah ini dapat dilihat pada Gambar 5 ..22.
yang memperlihatkan dimana uji balistik pada weld pool, peluru menembus tebal
plat yang setebal Srnm, sedangkan pada daerah diffusion zone, yaitu daerah
dimana batas antara kampuh las dan daerah HAZ, memperlihatkan terjadinya
penetrasi yang dalam hampir mencapai 60% dari tebal plat. Walaupun demikian
penetrasi pada daerah HAZ tidak terlihat signifikan, begitu juga daerah base
metal.

Daerah
difusi

Gambar 5.22. Hasil uji balistik pada permukaan baja KSW500.


Hasil uji balistik memeprlihatkan dimana pada kampuh las merupakan
daerah yang sangat lemah, dimana projektil dengan mudah menembus. Hal ini
disebabkan nilai kekeras didaerah tersebut sangat rendah hanya mencapai sekitar
150 - 200 Hv. Sedangkan didaerah fusi (Fusion Zone), dimana terjadi perbedaan

95
kekerasan yang fluktuasi dan merupakan daerah transisi dimana te~adi proses
penyambungan, memperlihatkan projektil berpenetrasi cukup dalam tetapi tidak
tembus. Sedangkan untuk daerah HAl dan base metal, terlihat projektil tidak
menembus hanya terlihat menempel. Daerah ini mempunyai kekerasn yang cukup
tinggi sekitar 350 - 450 Hv.

Untuk mempalidasi hasil uji balistik ini, maka uji balistik dilakukan juga pada
plat baja yang di import dari luar yang juga diupergunakan untuk pembuatan
kendaran atau Ranpur. Plat baja tersebut adalah plat baja CREUSABRO 8000
buatan Francis dengan ketebalan yang sarna yaitu 8mm, dHakukan juga uji balistik
dengan senjata , peluru dan jarak tembak yang sarna pula . Hasil Uji Balistik seperti
terlihat pada Gambar 5.23 dibawah ini, memperlihatkan beja tersebut jika dilihat
dari hasil penetrasi projektil mempunyai kualitas yang hampir sama dengan baja
buatan dalam negeri KSvV500 dari Industri baja Nasional. Baja CREUSABRO
8000, merupakan Janis WEAR RESISTANCE STEEL, seperti terlihat pada
lampiran, dengan kekerasan berkisar 450- 500 HBN. Komposisi kimia baja ini
adalah seperti terlihat pada table dibawah ini.

Tabel 5.4. CHEMICAL ANALYSIS (%) CRUESABRO 8000.

c Mn Ni Cr Mo s p

max max approx max min max max


0.280 1.60 0.40 1.60 0.20 0.005 0.015

Nilai kekerasan yang tinggi dari baja ini disebabkan oleh adanya paduan (alloying)
terutama unsur Molibdenum (Mo) dan unsur Chrome (Cr) . Bandingkan dengan
I

komposisi Kimia KSW500, dimana Mo dan Cr hanya 0,197 dan 0,72 tetapi denyan
menambahkan Nickel (Ni) 0,34%.

96
..

f;. "
~. .

. j -H-as-il-U-j-i.;.;..B-al-is;....t~ik---1
· .i-'

Gambar 5.23. Hasil uji balistik pada permukaan baja CREUSABRO 8000 buatan
Francis, meperlihatkan penetrasi projektil dengan senjata tajam
jarak 50 m.

Dari hasil pengamatan diatas memperlihatkan bagian kampuh las adalah


bagian yang sangat lemah, hal ini sebenarnya dapat diatasai dengan
menggunakan kawat las (electrode welding) jenis paduan atau alloyed steel.
Terapi akan meningkatkan biaya produksi, mengingat harga alloy electrode
welding cukup mahal diperkirakan mencapai em pat kali ' harha dari kaeat las yang
biasa dipakai. Untuk mengatasi kelemahan tersebut maka dilakukan
pertimbangan design pengelasan, dimana pada bagian bawah ranpur yang
banyak terlindung dapat dilakukan pengelasan terbuka sepertyi terlihat Pi3da
.I

gam bar 5.24 dibawah ini. Sedangkan bag ian atas diusahakan tidak ada
sambungan las, untuk menghidari kemungkinan lemahnya kampuh las terhadap
penetrasi balistik, seperti terlihat pada Gambar 5.24. Disamping itu juga sistim
penyambungan dilakukan pengelasan bagian dalam seperti terlihat pada Gambar
5.25, dimana kampuh las tersembunyi dibagian belakangnya.

97
Gambar 5.23. Bagian bawah Ranpur 6x6, dimana terdapat banyak
penyambungan (las)

Gambar 5.25 Bagian atas Ranpur 6x6 1 dimana tidak terlihat sambungan las.

98
I
,

Gambar 5.26. Sambungan las (a) terlihat pada bagian depan (b) terlihat pada
bag ian samping.

99
VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari hasH penelitian dan pembahasan terhadap kine~a KSW500 yang


di pergunakan untuk body Ranpur 6x6 produksi industri pertahanan dalam negeri
dapat disimpulkan,

1. analisa komposisi, hubungan kandungan Karbon dan Karbon


equivalent, baja KSW500 berada pada zone ARMOX500 Q-T,
dimana pada daerah yang dapat di katagorikan sangat
terbentuknya atau High susceptibility to In

condition

Nilai kekerasan baja KSW500, baja diteliti berada


bawah HARDOX500, yaitu sekitar 375 HV (Vicker ness).
pengelasan M dengan kawat las karbon EN 14341­
1 SFAJAWS A5.18: buatan
memperHhatkan distribusi kekerasan dimana pada
terjadi peningkatan kekerasan mencapai 455 HV, sedangkan pada
d kampuh las turun mencapai 1 Hv.

HasH uji balistik menggunakan Sniper, 7,62 mm, jarak 50m,


memperlihatkan lemahnya bagian kampuh diaman projektil
tembus. pada fusi (fusion zone) terjadi penetrasi
projectile mencapai 60%. Walaupun demikian pada dan
Base metal tidak terjadi penetrasi projektil yang signifikan. Hasil uji
balistik untuk base metal mendekati prilaku hasH balistik baja import
(Crue Sabra 8000) Francis.

4. Penggunaan kawat baja karbon lebih murah


dibandingkandengan kawat yang mempunyai kekerasan tinggi
atau Alloyed electrode Wire. Untuk mengatasi kelemahan

100
sambungan las terhadap projektil dilakukan dengan bentuk disign
yang sedemikian rupa, antara lain bagian atas (upper body)
sambungan di minimalkan dan jika ada bentuk desain
sambungan tertutup plat baja.

6.2. Saran.

Walaupun demikian hasH penelitian dad kinerja plat baja dalam


untuk Ranpur 6x6 masih diperiukan untuk diteliti lebih jauh lagi dengan
saran sebagai berikut;

1. Perlu dilakukan Mapping mikro microstructure KSW500


bala import yang sudah banyak dipergunakan di Industri
pertahaanan di luar negeri Hardox, Armox, Cruesabro,
dan lainnya. dapat menjadi standard
bagi plat dalam negeri lainnya jika akan dipergunakan untuk
Ranpur (kendaran Tempur) dalam

2. Kinerja KSW500 perlu di lebih lanjut dengan


membandingkan kemampuan (weldability) dengan jenis baja
dipergunakan untuk Ranpur, masalah
Durability, resistance uji konstruksi jika diperlukan.

101
OAFTAR PUSTAKA

[1] . A.H. Sheikh, P.H.Bull, J.A.Kepler, Behaviour of Multiple ComposITe Plates


Subjected to Ballisic Impact, Composites Science and Technology, 69, 2009,
page 704-710.

[2]. American Welding Society, Welding Inspection Technology, second edition,


Published by AWS Esucation Departmen.

[3]. Allegheny Ludlum K12 Dual-Hardness Armor Plate, ESCO Corp-Heflin Steel
Armor Plate for Combat Vahicles.

[4]. Armox 560T, (2000), Data sheet, SSAB Oxelosund AS

[5]. Armour and Balistic Materials: Information on Global Spec.htm.

[6] . Ballistic Impact Behavior of High-Strength Against 7,62-mm Armor Piercing


Projectiles, Journal of Materials Engineering and Performance, Volume 18(2),
March 2009.

[7]. Brzuszek, P. C. M. Rodrigues, L. S. Motta, D. B. Santos, "Microstuctural


Evolution of Ultra Fine Grained C-Mn Steel Warm Rolling and Intercritical
Annea/ed', Mat. Res. Vol. 5 No.3, 2002

[8]. Bryn James, Defence Science and Technology Laboratories, Chobham Lane,
Chertsey, surrey, KT16 OEE, United Kingdom.

[9]. Callister. William D., Jr., Materials Science and Engineering, An Introduction,
6th ed., John Wiley & Son, Inc., 2003.

[10]. Callister, "Carbon Steel: Microstructure and Mechanical Properties"

[11]. C.Akca, AKaraaslan, Weldedabi/ity of Class 2 Armor Steel Using Gas


Tungsten Are Welding, Achives of Material Science and Engineering, Vol 34
Des 2008. J
[12]. Chia-Chang Lin, Chao-Chiung Huang, You-Liang Chen, et.aL, BalJistic­
resistant Stainless Steel Mesh Compound Nonwoven Fabric, Fibers and
Polymers, Volume 9 No.6, 2008, page 761-767.

[13]. Chia-Jung Hu, Pee-Yew-Lee dan Jium-Shyong Chen. Ballistic Performance


and Microstructure of Modified Rolled Homogeneous Armor Steel, Journal of
the Chinese Institute of Engineering, vol 25 No 1 pp 99-107 2002 .

102
[14J. Direktorat Jendral Sarana Pertahanan, Standard dan kelaikan Dephan RI
2009.

f15]. Scott, Jr., "ASA Materials Market .net, 2009, hal 1

[1 Gye-Won Hong, Jay-Young Lee, " Interaction of hydrogen and the


Cementite-Ferrite Interface in Steel', Journal of Materials Science 18,
1983, hal 271-277.

[1 Hardox 400, (2000), data SSAS Oxelosund AS

[18]. http://wvvvv.alleghenyludlum.com. Armor Materialldiakses 15 Juli 2009.

(19). http://materials.globalspec.com, About Armor and Ballistic ..........,..,.... , diakses

15 Juli 2009.

[20J. Http/lvmw.bisalloy.eom.an/

[21].
(June 21 51 , 2009)

[22]. http://www.keytometals.com/CorrosionofCarbonSteel (June st, 2009)

[23]. httptwvvw. lptekhan.dephan.com.anl

http//www. Hardness com.anl

[25]. Jason K. (2008), "Analysis of Multi-Layered Materials under High Velocity


Impact Using CTH', Airforee !nst of Tech Wright-Patterson AFB OH Graduate
School of Engineering and Management, Master Thesis.

[26]. Jonathan S.Montgomery and Martin H. Wells, Titanium Armor Applications


Combat Vehicles, Journal of Material, April 2001.

[27]. JY. Estrin, M. Janecek, I. Raab, Z. Valiev, A. Zi, "Severe IPlastic


Deformation as a Means of Producing Ultra-Fine-Grained Net Shaped Micro
Electro-Mechanical Systems Paris", Metallurgical and Materials Transactions
A, Vol. 38A, 2007, 1906 - 190

Kendaraan tempur lapis : i. d. wikipedia. org/wikilkendaraan_ baja,


tanggal12 Mei 2009.

[29]. Matthews, F.L. , R ,"Composite Materials : Engineering and


Science" Chapman & Hall, Boundary Row, London 8HN

103
[30J. Michael J. Forrestal, Thomas l. Warren, Perforation Equations for Conical and
Ogiva/ Nose Rigid into Aluminum lntenational Journal
of Impact Engineering, Volume 36, Issue 2, February 2009, pages 220-225.

(31]. Mustafa Ubeyli, Yildirim, Bilgean Ogel, On the Comparison of


Ballistic Performance of Steel and Laminated Composite Armors, Materials and
Design 28, , page 1257-1262, 2007

[32]. Mustafa Ubeyli, R.Orhan Yildirim, Bilgehan Ogel, Investigation on the Ballistic
Behavior AI2 0:lAI2024 Laminated Composites, Journal of Materials
Processing Technology, Volume 196, Issues pages 356-34, 21 January
2008.

[33}. Patent, RU 23062, grade of DOD by Clifton Steel.

[34]. Presentasi PT Krakatau Cilegon 2009 Armor Plate KSW500

[351. Rafiq A. Siddiqui, A Abdul-\tVahab, Tasneem Pervez, Sayyad


Qamar, "Hydrogen in Carbon , Archives of Materials
Vol. 1'10.1-4,2007, 136-142.

[36]. R. Korosi dan Kegagalan yang Terjadl Pad a Pengecatan Otomotif,


Besar Penelitian dan Pengembangan lndustri Logam Mesin,
Perindustrian dan Perdagangan, Bandung, 2002.

[37]. Balas, Veneislav Grabulov, Leposava Sidjanin, Mladen Pantie, Wire


Fence as Applique Armour, Materials and Design 2009.09.13,2009.

[38]. Dobatkin, Zmik, I. Mamuzik, "Mechanical and Services Properties of


Carbon Steels by Plastic Deformation", Metalurgua 48
(2009) 3, hal. 1 60.

{391­ S. J. Robertson, "Density Mesurements of Carbon Steel Sample", Rutherford


Appleton Laboratory, Advanced Materials Group, 2005.

I [40]. S.Frydman, I. Konat, Pekalski, Structure and hardness change in welded


joint Hardox Archives of civil and Machanical Engineering Vol VIII No 4
200B. Wroclaw Univ of , wybrazez, wyspiansklego, 27, 50-370, wriclaw.

[411. Standard Uji Tembak, balistik.

104
[42]. Steel Armour Plate-Armour Materials-Allegheny Ludlum Product, htm.

Tata S, Shinroku S, (1995), Pengetahuan bahan teknik, PT. Pradnya


Paramita, cetakan ke tiga, Jakarta.

[43]. Teyfik Demir, Mustafa Ubey\i, R.O. Yildirim, Effect of Hardness on theBallistic
Impact Behavior of High-strength Against 7,62 mm Armour Pierching
Proje c tilles, Journal of Materials Engineering and Performance, volume 18(2),
March 2009.

[44]. The Metallurgy of Carbon SteeL

[45]. Thomas J. C. Eun, Hydrogen Damages in Oil Refinery and Petroleum Plants,
Keyano College Suncor Energy, 2005.

[46]. Thyssen Krupp Steel, XAR300

[47]. William A. Goorch Jr, US Army Research Laboratory, Weapons and Materials
Research Directorate, Aberdeen Proving Ground, MD 21005-5066.

[48]. Winarto, "Metalurgi Las", Bahan hanjar kursus welding, Fakultas MIPA Jurusan
Fisika, Universitas Indonesia.

[49]. Winarto" "Konstruksi Las", Bahan hanjar kursus welding, Fakultas MIPA
Jurusan Fisika , Universitas Indonesia.

[50]. Wo/2007/115617, "AI-Mg Alloy product Suitable For Armour Plate Aplication",

[51]. Zrnik, J. Drnek, Z. Novy, S. V . Dobatkin, O. Stejsi<al, "Structure Evolution


During Severe Warm Plastic Deformation of Carbon Steet' , Rev. Adv. Mater.
Sci. 10, 2005, hal. 45-53.

,j

105
LAMPIRAN

LAMPIRAN A UJI BALISTIK, SIFAT MEKANIS , PLAT HORIZONTAL HEAT


TREATMENT DAN HASIL UJI BENDING KAMPUH LAS
(WELDED)

LAMPIRAN B MANUFAKTUR RANPUR 6X6

LAMPIRAN C MACAM JENIS BAJA ARMOUR

LAMPIRAN D SENJATA DAN PELURU UJI BALISTIK

LAMPIRAN E JENIS KAWAT LAS DAN MESIN LAS YANG


DIPERGUI'JAKAN

LAMPIRAN F KETERANGAN PLAT BAJA ARMOUR CRUESABRO

LAMPIRAN G HASIL UJI METALOGRAFI MATERIAL KSW500

LAMPIRAN H PERSONALIA PENELITIAN

LAMPIRAN I LOG BOOK PENELITIAN

LAMPIRAN J SINOPSIS PENELITIAN LANJUTAN

LAMPIRAN K DRAFT ARTIKEL ILMIAH/JURNAL ILMIAH

/
LAMP1RAN A

UJI BALISTIK, SIFAT MEKANIS, PLAT


HORIZONTAL HEAT TREATMENT DAN HAS1L UJI
BENDING KAMPUH LAS (WELDED)

I
I
Gambar A 1 Hasil Uji Balistik pada baja KSW500 produksi Industri baja dalam negeri,
dengan menggunaka n senjata laras panjang AK caliber 5,56 mm pada
jarak 75 m.

J
I

Gambar A2 Hasil Uji Balistik pada baja KSW500 produksi Industri baja dalam negeri,
dengan menggunakan senjata laras panjang AK caliber 5,56 mm pada
jarak 50 m
"",
;

.
.;1

j-, '~
"
t;.
If
tiP';

B~ '.:"$ ~j 1.(::5 l'~~ !, ". ~~ 11 . "5 • 'J ; :

r~~ - ~ :~-~ ~.,.l.. ____


. , ..(
.
', - J .:"_.,
.: ...
:~ ~

. C~ 'j
Mir~mum ililrp'f V'W inw;t .4QO ± 2' F.
._- - ­
,. -. ~ --­ ----'
I

T' ~,:. 't' :~ I.


Jo". ~ I! tJ,.
..J .. .. !O If ~ ;. J '<.'

, .,
,
i,) :I P.'J .) :J I :)i

·1 &ir""1\ar~W.8)~~
Hardness
rre:fjJ,;r~1 eo.t.iCe b,j 010 r.'IlI, I
I. het.?n j!m kg. Actf(Jlant aiteria: ,

Dimrosion
Thickriss : 8.0 ­ 50.0 Olnl
width : BOO - 1600 hml ".
~ t . .*'f7'~

(J, J" .11

Gambar A3. Sifat mekanis, ujj balistik dan produksi baja KSW500 dari PT Krakatau
Steel
· HJ~,<' .lL UJI K.EKEAASAN
~,-=-----~
;...;.-------~--

' ..

- '.­
".

Gambar A 4 Nilai kekerasan baja KSW500 produksi PT Krakatau Steel

Gambar A5 Plat baja KSW500 yang diproduksi melalui horizontal heat treatment
proses
Gambar A6 Heat Treatment Plant Horizontal process untuk produksi KSW500 di PT
Krakatau Steel, memperlihatkan reheating furnace dan spray cooling
system kontinu.

Gambar A7 Tempering Furnace untuk produksi KSW500 di PT Krakatau Steel


Gambar A8 Hasil uji bending plat baja KSW500 a) Bending tegak lurus welded b)
Bending sejajar weld.

Gambar A9 Bending KSW500 pada arah sejajar kampuh las (welded).


LAMPJRAN 8
MANUFAKTUR RANPUR 6x6

I
Gambar 81 Plat baja KSW500 setelah melalui proses cutting untuk di assembling dan
di las

Gambar 82 Potongan plat KSW500 untuk di assembling di las menjadi Ranpur 6x6.
Gambar 83 Gas cutting machine untuk memotong baja KSW500

Gambar B4 Sistim gas cutting dalam proses pemotongan Plat KSW500


Gambar B5 Mesin las MIG (Metal Inert Gas) Welding yang digunakan untuk
mengelas plat baja KSW500 dalam manufaktur Ranpur 6 x 6.

Gambar 86 Hasil las plat baja KSW500 pada bagian Ranpur 6x6 di bagian sudut
depan
Gambar 87 Hasillas baja KSW500 pad a bagian samping ranpur 6x6

Gambar 88 Hasil peng€lasan plat KSW500 untuk body ranpur 6x6 dalam proses
finishing
LAMPIRAN C
MACAM JENIS BAJA ARMOR

)
---"""---"'~ " --"--"""."'-"'"

!.,)" f'r.) fTH(, :"~ m ;)( !> I.?: h:- C "I (:; t l , t".:; ':X '~f·1 <:0 l~d.

'_ / : ·,·,,~ ~ ('r Z",.:o<. ( .:" :"t r , •..." " .. ..; .. oOl u!:'. .:l. UN <' .~ ~·' .) rl ."t
OYNAMIC ARMOR
PLAn COMPANY

Ballistic-tested to stop today's threats

Dynam Ic I\r mor Plate ha s been used for p rolechon around th e "va rld In c o mmerc Ial and c IvI lian
a pplica tions It co nsistentl y oul -perlo rms oth e r co m m erc ial- g ra de b a ll ls tK: plale

SE'<:urity Vehk lt"

D':/o;.ml( ;"mr: r (.'(', b..;­ All hr-.it · lo t) ; 11 ;;' ~ .;- ~.t l?'d toO
<= tJt il nd '..... e ICf' d p,Ol ~·' I ',. tor :'> ;:Je c lt:c ~h r f'.) t I-? ·.. e l'<; .
~'o ~(· { ! i{l "" 1<'"'1 { I(:o ~ ') . I C(: t~•. ,.... «(;. r(:J.r"l ~. ( 0 ";1). C I. N .. 0 '
f'1I f, ' np. :: O ·'YIOt-)l-Ptl!~ .. ;;r(~ U l S").') o :1.:. ( (\(",
flo.::.':,

r -H-';;"'-; "SS- Y,e !::I S I' . -8-~ I' LITO', -r -E·~~9-"t ,;r. -r KCV-- ­

I-·~--
~ ~-
·i(f-- 13.s e N ' m ( r"\ 11CO N :mfn ! 10J'lo/~ I .:.0 J .' c m
[ Sf 5 HR C ---'---"'-;9""S-'-~~I--_-_-- r ~~ ' 'o(SI --- - _-.·
. ·~·-';-:;O
1 ;:;:7·::'-----
~ .+l--'·;-;'2;-. ;:-7;::--
tt 'b -­

Ih,t l l ~ ,n ll( ,4rl'n ~ 1 (} :~Q " :::> l.) ( e ,) f1(. ( (tN lOb ) 1.(:"'(·1 f'!H~ t>(~-:. t ) n !!.. ';:l-~6 .: .i ~ , -:-0') t o'; ~ ~ t'':-l f-'e .'·" .' ;.: U { (1 ( ....~ <;'b {1 m/s
Sh c ·..·/i n g trent ~r,..1 q a d: 0 '" p l.:-t t-P irnp a (. t pOlnl ..

Gambar C1 Gambaran dari Dynamic Armor Plate

[http://wwvv.titussteel_com/dynamicarmourplate.htm)
through -hardened, quenched and
with 500 HB hardness'
.is tested by independent laboratory to meet
inte"flational ballistic standards, such as CEN 1063.
NIJ, Ul, MIL, and StaTiag . Ballistic ,evel is determined by
steel thickness.

Typical applications Include armored vehicles, security


enclosures, bull-et deHectors, cash-in-transit vehicles, targets
for shooting ranges . body annor insert plates_

as High Hardness Armor (HHA) is pwduced to


standards for lightweight mmor applic8tions.
both MIL-46177 and MIL-46,OO grades from .156" up

and
~'C\rf''''P.r1
for use in U .S. military applications such as tanks ,
personnel carriers . guardhollses, and other ballis'lic and
proteclioo applications.

In USA and Canacla : 1.&66,212.2348


I ..U. , www.titussteef.com

Gambar C2 Gambaran Commercial grade, Ballistic Tested AR500.


LAMPIRAN D

SENJATA DAN PELURU UJI BALISTIK

Gambar 01 Senjata laras panjang yanr dipergunakan untuk Uji balistik pada jarak
50 m, di PT Pindad. Bandung .

Gambar 02 Peluru tajam yang dipergunakan untuk Uji balistik di PT Pindad .


Bandung.
LAMPIRAN E

JENIS KAWAT LAS DAN MESIN LAS

YANG DIPERGUNAKAN.

I
Gambar E1 Specifikasi kawat las MIG yang dipergunakan untuk menyambung plat
. baja KSW500 dalam penelitian ini.

/
• .WELDING &GUTT ING '
"" GiDa)

HOME PROOOCTS SUPPORT EDOCAllOO ABOUT ESAB

! I

SITE SEARCH OK Autrod 12,5"1

Search

OK AutJ od 12SI
GMAW
Comparison to competIDve T~1)e Carl.))f1·~e
"
products
OK t~l!lrod 12.51 is acopper ·w.ied, Mn·S~a!oyed G3~1 JCR7(G·6 Sl:~d wireII~ the C~V\W oj ncn4;Oyed ~eets, as
Cl~ffrg systems
used ~ ger.ff~ comlnn)l1, pre-me vessel febr~oo am sH!~)ljking. Tre IfIire has acaienAy roirolled ~e
Welding attomatoo cherrustry am amque surface tecl-rnlDgy provOOg supe!icf '~~ qU&~y at high w~e le.~d speeds and at rig!1
welding Cl1rerds. The '~Itt'e can be used w[h bclh ,arK02lTixed gas and p.rre C02 slWi]~~ gas.
W~&CJ1ffig Welding Utl Ient
e{\ulpmert
cr~+)

WeOOg COOM&QeS

PrOOJct~~~

Gambar E2 Specifikasi kawat las MIG yang dipergunakan untuk menyambung plat baja
KSW500 dalam penelitian ini dari produksi ASSAB.
Classifications: AWSj ASM -SFA A5.18: ER70S.. 6.
Description and Applications:
Autocraff LWl-6 is a high quality copper coated
welding wire suitable for the all positional Gas
Metal Arc Welding ( GMAW) of mild and low alloy
used in general fabrication and structural
work. The high quality copper coating ensures
problem free feeding, smooth cunent pick-up and
minimal contact tip wear. The higher silicon
content of Autocraft LW1·6 ensures excellent
operator appeal, improved fillet shape / side won
wash at weld toes and very low spatter levels
imporiant for welding light to medium gauge
sheet and tubular steel sections. Fillet
exhibit a mitre to slightly convex profile with an
even and smooth contour. The higher
Manganese / Silicon improved weld
metal deoxidation when welding steels with
moderate amounts of rust or mill scale.
storage Recomme-1ations:
When held under the rpcommended storage
conditions unopened of Autocraff LW1·6
wires are to remain in ' factory fresh'
condition for at least 12 months.
over 12 months or under adverse
humidity) climatic conditions the
use of heated weather proof store
rooms/ cupboards/ containers maintained at
10-15° C above ambient temperature ( with a
. maximum of 40° C) and at a maximum humidity of 60% R.H. is recommended. Product should be
stacked on racks or pallets clear of the floor and walls.

APPROVALS" :
C02 8. Argoshield Light 8. Universal:
Uoyd' s Register of Shipping Grade 3S, 3YS
American Bureau of Shipping Grade 3SA, 3YSA
Det Norske Veritos Grade 111 YMS
.. Approvals do not 0.6mm and 0.8mm Autocraft LW1·6 wires

TYPICAL WIRE ANALYSIS:


C: 0.07% Mn: 1.55% Si: 0.88%
$: 0.012% P: 0.015%

TYPICAL DIFFUSIBLE HYDROGEN LEVELS TO AS3752:


1.0 • 2.0 mls of hydrogen / 100gms of deposited weld metal.

TYPICAL ALL WELD METAL MECHANICAL PROPERTIES:


Argoshield Welding Grade
Universal: C02:
Yield stress 450 MPa 410 MPa
Tensile Strength 550 MPa 525 MPa
Elongation 29% 32%
CVN Impact Val. 120 J @ .200 C 110 J @ .200 C

RECOMMENDED SHIELDING GAS:


Argoshleld light or Ar + 10-15% C02 or equivalent
Argoshield Unive{sol or Ar + 20·25% C02 or equiv.
Welding Grode C02

Gambar E3. Mesin las MIG yang dipergunakan pada penelitian ini.
LAMPIRAN F

KETERANGAN PLAT BAJA ARMOR CRUESABRO

http://wvvw.vrnsteel.co.za/cb8000.html

WEAR RESIT NT STEELS


CREUSA BRO 8000

The wear resistant staei for heavy and exceptional performance, the highest wear resistance
in solid plates: 50% of improvement compared to standard wear resistant steel (hardness
500HB) combined with easy processing.

CHEMIC AL ANAL YSfS (% )

c Mn Ni Cr Mo s p

max max approx max min max max


0.280 1.60 0.40 1.60 0.20 0.005 0.015

D:::S CR i PTI ON

I\Jear resi s tance:

The CREUSABRO conc~pt - excellent ability to work harden and the supplementary

contribution of microcarbides. The steel workhardensby the TRIP effect (Transfonnation


Induced by Plasticity). The combination of these properties give the CREUSABRO 8000
exceptional wear resistance (the highest wear resistance in heavy plates with unifonn
properties throughout the thickness) around 8 times that of the standard mild steel (AS72
G65 grade). The properties in extreme conditions are 50% superior to standard water /
quenched steel (hardnes$ SOOHB).

Controlled as del ivered ha rdness range:


Minimum 430HB, Typical 470HB.

High toughness and impact resistance:


2
CHARPY V long at _20°C > 40 J/cm (23.6 ft-Lbs)
Typical value at -20°C: 55 J/cm2 (32 ft-Lbs)

Tensile s trength - typic al values at 20°C-:

Ultimate tensile = 1 630 MPa (235KSI)


Yield strength = 1 250 MPa (180KSI)
Elongation (Sd) = 12%

APPU CATIO NS

CREUSABRO 8000 is intended for applications requiring extreme wear and impact
resistance.
- Quarries, Construction & Earth Moving:
Blades, outside stiffeners, underteeth pads of loaders and shovels, crushers and mill liner
etc.
- Mines, Coal mines:
Extracting and loading equipment, hopper liners. Helical gravity conveyors. Parts of
chain-conveyors etc.
- Cements Plants: armouring of drier-tubes, buckets, hoppers, clinker cooler outlet shif)lds
etc.
- Iron and §teel industry, scrap, recovery, brickworks, agricultural ~uipment

PROCE SSIN G
In spite of its high mechanical properties, CREUSABRO 8000 remains easy to fabricate with
standard procedures and equipment.

Cutting
Standard thermal cutting techniques .flame, plasma, laser cutting - can be used without
special preheating for thickness up to 40 mm (plate temperature> 10°C). Plates over 40 mm
I
!

in thick should be preheated to 150°C to avoid edge cracking.


The newer techniques - plasma and laset' - offer important advantages concerning cutting
speed, precision, cleanliness, and vastly reduced heat affected zone, as well as reduction in
• cut wIdth enabling the possibility of direct welding on the cut edges. All these processes are
appropriate for CREUSABRO 8000.

Mechanical shearing and punching are not recommended even for the thinner plates.
Mac hi ning
In accordance with standard procedures, with well maintained equipment with sufficient
power.

QrilfiTJIL with overcarburlzed cobalt alloyed high speed tools of HSSCO type (examples: type
AISI M42) with taper shank, long helical and as short as possible bits.

Lubrication by soluble oils diluted to 20%.


In case of deep or numerous drilling, we recommend the use of drills with tip in tungsten
carbide or solid carbide bits (example: type ISO carbide quality K10 or K20), carbide tipped
drills with TiN layer is especially suitable.

MilJin q with carburized, cobalt alloyed high speed tools of HSSCO type (examples AISI type
M35). In order to improve the efficiency and the finishing operations, the choice of tools with
carbide tip (example: ISO type P25 for grooving or K10 or K20 for facing) is recommended.

Forming
CREUSAsRO 8000 ,despite its high mechanical properties, is reasonably formabie. The steel
can be hot formed up to 15 mm thick.

C,!fdJ.orrpir!..C[
- !:lending: bending radius Ri > 6T (T plata thickness)

width of the V-bock> 16T


- Rolling: inside diameter Oi > 40T

General recommendations for cold forming:


Use press or rolls with sufficient power.
Warming of cold plates - less than + 10°C - to workshop temperature, removal of stress
raisers on the surfaces to be formed, grinding and deburring of edges, forming in several
steps with a stop between each operation to facilitate the flow in the metal are recommended.
J
.I

Hot forming for thickness < 15 mm


o
in the range of 450/500°C or better 880/950 C, without affecting abrasion resistant properties.
WELDING
CREUSABRO 8000 is weldable by any standard MA NUAL
SEM!­
processes. For connecting joints weld metal is \JVEL DiN G
similar to those used for standard abrasion resistant COAT ED
(NHG )
grad~. ELECTRO DE
STANDAR D PR OCES S

AWS A 5.18:
AWS A5.1 : ER 7054 or ER
AWS specification E7016 or 7056
E7018 AW5 A 5.20:
ER 7'1T5

Welds subjected to heavy wear are finished by overlaying:


- electrodes type SWA A5·5 : E13018
• wire type AWS A 5·28 : ER '12051

General recommendations:
Careful drying of electrodes and flux in accordance with producers recommendations.
Combined thickness (determihated by DIN) ;
• Tc < 50 mm : no preheating
• Tc > 50 mm pre and post-heating in accordance with the table below:

/
LAMPIRAN G
HASIL UJI METALOGRAFI MATERIAL KSWSOO

/
CENTER FOR MATERIALS PROCESSING AND FAILURE ANALYSIS
DEPARTEMEN TEKNIK METALURGI & MATERIAL-UNIVERSITAS INDONESIA

LABORATORIUM UJI MATERIAL


Kampus Baru UI - Depok 16424 - Indonesia
Phone: 021 - 78849045, 7863510 Fax: 021 - 78888 111, 7872 350 E-mail: cmpfa @metal.ui.ac.id, cmpfa.ui@gmail.com

LAPORANPENGUflANKEKERASAN
HARD/I,fESS TEST REPORT
P:lge I or 3

No Laporan Bahan
0793 S teel
Report Nr :110 I e ria I
Pemakai Jasa Identitas Bahan
PI·Of. Dr. Ir. Eddy S Siradj , i\ I.Sc . \V elded Steel
Customer Ylalerialldentity
Alamat Balitbang Kemhan , JI. Jati No. I Tanggal Terima st
Address Pone/ok Labu July 1 , 2010
i?eceil'ing Dale
No Kontrak Standar
0793 / PT .02/FT04 / P/20 10 AST I' l E 384-99
Contract NI'. SI (J 11 d a1'1/
Tanggal Vii 1h ~lesin Uji
Jul y 7 , 2010 Vickers Micro H ar dne ss Tes ting
Date of Test resling machine Machine

Kode Sampel Penjejakan Kekel'asan V ickers (llV) Rat:l-r:lta HV [(eterflll ga n


j
S(1/11£Je Code Indentalion
[
Vickers Hardness (fi Ji)
15 0
/!verC/[;e I Rel/larks
I
Welded Spot "
III
IV
156
194 168 Load = 300 g
172
V 168 I j

Oepok, Ju ly 9111 , 20 10
LABORATORIUM UJ! MATERIAL
Technical Manager,

FF-25/Met-UI Rev I

Laporan hasil pengujian ini hanya berlaku unruk sampel yang diuji di Laboratorium Uj i Material ; publikasi serta penggunaan
dokumen ini atau sebagi an dan padanya harus dengan izin dari Laboratorium Uji Material
CENTER FOR MATERIALS PROCESSING AND FAILURE ANALYSIS
OEPARTEMEN TEKNIK METALURGI & MATERIAL-UNIVERSITAS INDONESIA

LABORATORIUM UJI MATER!Al


Kampus Baru UI - Depok 16424 - Indonesia
Phone : 021 - 788 49045, 786 3510 Fax: 021 - 78888 111, 7872 350 E-mail : cmpfa@ meta l.uLac.:d, cmpfa.ui@gm ail.com

LAPORAN PENGUJIAN KEKERASAN


HA RDN ESS TEST REPORT
P\\ gC' ~ o r3

No L (l poran Bahan
0793 S teel
Report Nr Yla teri al
Pem(lkaj Ja sa Identit as Bahan
Prof. D r. II'. Eddy S Siradj, i\ l. Sc. Weld ed Stee l
Customer .11aterial Identity
Alarnat Balitbang Kemhan , JI. Jati i\'o . I T ang ga l T er ima
Jnly 1",20 10
Address Pondok L(lbu Recci,-ing DOl e
No Konl/'ak Standar
079J / PT . 02 J FTO~ J PI20 I 0 ,\ ST :\1 E J8~-99
Contract Nr. Stonc!Cl rrl
T(lnggal Uji i\lesin Uji Vicl,e rs i\licro Hardness Testing
Jul y 7'10 , 2010
Date orTest Te sting I/I ochine Machine

Kode Sallll2cl Penjcjaknn Keker(lsan Vickers (HV) Rat a - r a ta HV Keter anga n


SCl lI1jJle Code Indentation Vi ckers Hardness (HII) A )le l'{Ige Rel7l Clrks
1 41 5
II 422
HAZ II I 40 3 398 I"oacl = 300 g
IV 380
V 370

th
Depok , Jul y 9 , 20 I 0
LABORATORI UM un MATERIAL
Tech ni ca l Manage r,

,)
/
/ r ;;:;' I
\ ~~
il fP LF;,';\
L--~~; ~
(Ahmad Iva n K~rayan, ST, lVI.Eng)

FF-25/Met-UI Re v I

La poran basil pengujian ini banya berlaku untuk sampeJ yang diuji di Laboratorium Uii Materi al ; publikasi se rta penggun aan
dokumen ini atau sebagian dari padanya barus dengan izin dari Laboratorium Uji Material
CENTER FOR MATERIALS PROCESSING AND FAILURE ANALYSIS
OEPARTEMEN TEKNIK METALURGI & MATERIAL-UNIVERSITAS INDONESIA

LABORATORIUM UJI MJ\TER3:J\l.


Kampus Baru UI - Oepok 16424 - Indonesia
Phone : 021 - 78849045, 78635 10 Fax: 021 - 78888 111, 7872 350 E-mail: cmpfa @metal.ui.ac. id, cmpfa.ui@gmail.com

LAPORAN PENGUJIAN KEKERASAN


HARDNESS TEST REPORT

No Laporall Bahan
0793 St ee l
Report Nr ,'vl afe l'ial
Pemllkai Jasa' Identitas Ba ha n
Prof. Dr. II'. Eddy S Siradj , )\ I. Sc. Weld ed Stee l
Customer .\ falf!l"ialldenlily
Alamat Balitballg K emh a ll , J I. Jali No. I Ta ll gga l Tc rim a
Jul y 1", 2010
Address Po ndok Labu Rect:i"iIlX D(I!e
No Kontrak Sta ncJ ar
0793/ PT.02 / FTO-VP /20 I 0 .-\ STI\I E 38-1-99
Contraci ,vI'. SlOmlol'd
Tll ngga l Uii i' d es ill Uji Vickers )\ Ii cr o Ha rdne ss Te stin g
July 7'\ 2010
Dale atTes t TeslinR machine j\'lachine

Kdde Sallllie l . Pellje jakan . Kekeras:l Il 'Yickers (H V} Rata-rata HY Ke!ei-:lngan


SaillpJe Code Indel1/alion Vickers /-Iardness (flV; ,. /veroge Reillar ks
I 309
II 322
B:l se )\ 'Ietal III 326 313 Load = :;00 g
IV 322
V 286

~e pok, July 9
th
, 2010
LABO RATORI UM UJI MATERIAL

FF-25/Met-UI Rev I

Laporan hasi l pengujian ini hanya berlaku uotuk sampel yang diuji di LaboratC'rium Uj i Material; publikasi serta penggunaan
dokumen ini atau sebagian dari padanya harus dengan izin dari Laboratorium Uji Material
CENTER FOR MATERIALS PROCESSING AND FAILURE ANALYSIS
OEPARTEMEN TEKNIK METALURGI &. MATERIAL-UNIVERSITAS INDONESIA

LABORATORIUM UJI MATERIAL


Kampus Baru UI - Depok 16424 - Indonesia
Phone: 02 1 - 78849045, 786 3510 Fax: 021 - 78888 111, 7872 350 E-mail: cmpfa@metal.ui.ac.id, cmpfa. ui@gmail,com

LAPORAN PENGUJIAN STRUKTUR MIKRO


MiCROSTRUCTURE TEST REPORT
P;) ge I or"

No Laporan Bahan
0793 Stee l
Report !VI' Jlaterial
Pemakai Jasa ld entita s Bahan
Prof. Dr. Ir. Eddy S Siradj, 1\I.SC. \V elded Steel
Costllmer Malerial Identity
Alamat Balitbang Kemhan , JI. Jati No. I T:'lIl gg al TerimH
July l SI, 20 10
rlddress Pondok Lab u Receil'ing Dale
No Kontrak Standar
0793 /PT.02 / FTO-t / P/20 I 0 .\S1:\1 E407-99
Contract Nr, Slomlwc/
Tanogal Vii ,\ I esin Uji
July 7''', 2010 Ol y mpus ,\ licr os cope
Dole a/Test Testing I/lOchine

Kolle Sam peJ Etsa


Base tvIeto l 2% niwl
Sam Ie Code Etc /1!n O
Lokasi foto
Surface
Picture's location Keterangan:
Perbesaran Rel7lorks
100 X
Magnificalion

Laporan hasil pengujian ini hanya berlaku untuk sampel yang diuji di I aboratorium Uji Material; publikasi ser1a penggunaan
dokumen ini atau sebagian dari padanya harus dengan izin dari Laboratorium Uji Material
CENTER FOR MATERIALS PROCESSING AND FAILURE ANALYSIS
OEPARTEMEN TEKNIK METALURGI &. MATERIAL~UNIVERSITAS INDONESIA

LABORATORIUM UJI MATERIAL


Kampus Baru UI - Oepok 16424 - Indonesia
Phone : 021 - 788 49045 , 786 3510 Fa x: 02 1 - 78888 111 , 7872 350 E-mail: cmpfa@metal.ui.ac. id, cmpfa. ui @gmail.com

LAPORAN PENG UJ IAN STRUKTU R MIKRO


j\;fICROSTR UC TURE TES T REPORT
Page 2 01' 6

No L a p or a n Ba h a n
0793 S t ee l
Report Nr .Halerial
P e ma kai J asa Id entit as Ba ha n
Prof. Dr. Ir. E dd y S S ir adj , i\ I. Sc. W eld ed S t eel
Cos tilmer ,'vlateria/ ldent ity
Alamat BaJitb a n g K e mh nn , JI. Ja ti No.1 Ta ngga l Te rim a
Jul y 1", 201 0
Address P o nd o k Lab tl Rece i\ 'ing Date
No K ontra k S tand a r
079 3/PT.O Z/ FT O-l / PIZO 10 -, S Ti\J E -I0 7-99
Contract Nr. Standoul
T a ngga l U ji 1 ~\I c s ill Uji
Jul y 7 1. , 201 0 O ly m p us 1\ I ic r osco pe
Date a/Test Testing machine

K od e Sa mp el Etsa
Base tv leta l 2% nila i
Sample Code Etch in
Lok as i fot o
SUI'face
Pict1lre's locatiOI? I< e t e r a n g ~n:
Perbes ar a n !?emarks
500 X
MOf!, nificatioll

1h
Depok, July 9 , 2010
LABORATORIUM I AT ERIAL

. l?£
(A hmad Ivanmrc )air;'ST , M. E ng)

Laporan has il pengujian ini hanya berlaku untuk sam pel yang diuji di Laboratorium Uji Material ; publikasi serta penggu naan
dokumen ini atau sebagian dari padanya harus dengan izio dar i Laboratorium Uj i Materia l
CENTER FOR MATERIALS PROCESSING AND FAILURE ANALYSIS
DEPARTEMEN TEKNIK METALURGI & MATERIAL-UNIVERSITAS INDONESIA

LABORATORIUM Ull MATERIAL


Kampus Baru UI - Oepok 16424 - Indonesia
Phone: 021 - 788 49045,786351 0 Fa x: 021 - 78888111,7872 350 E-mail: cmpfa @metal.ui.ac. id, cmpfa.ui@gmail.com

LAPORAN PENGUJIAN STRUKTUR MIKRO


MICROSTRUCTURE TEST REPORT
r ~gc 6 01' 6

No Laporan Bahan
0793 Steel
Repor/ tVr .l /aterial
Pemakai Jasa Identitas Bnhnn
Prof. Dr . II'. Eddy S Siradj , i\ I.Sc. Weld ed Steel
Co s/limer .'vlale nalldemil)
Alamat Bnlitbang Kcmhnll , .)1. Jati No .1 Tallggal Terima
July 1" ,2010
Address Pondo" Labu Rl?ceil'ing Dme
No Kontrak S tandar
0793 /PT.02 / FTO.t / P/20 10 .-\ STI\I E.t07- 99
Co ntract NI'. St(fm /ord
Tanggal Uji ,\ J es in Ll ji
.July 7'1., 2010 Olympus i\ liLroscopc
Date oiTest Tes ll l7;!, /Iii/ chine

Kollc Sampc\ Elsa


Weld SpOt 2% nita l
Sa m Ie Code Etchi 17
Lokasi foto
SlId'ace

~
Pic/lire 's 10cali o17
Pcrbesnrml
jl~~w~~Ln~
Ket erang;)ll :
Rc III (!I'ks
i{t~lc~a~/I~'o~I1______L -__________________________~__ ____________- J_ __ __ __ __ _ _ __ __ __ __ __
J
I

111
Oepok, July 9 , 2010
LABORATOR :IU ATERIAL
Te

(Ahmad Ivan Karay'an , ST, M.Eng)

Laporan has il pengujian ini hanya berlaku untuk sampel yang diuji di Laborator ium Uji Materia l; publikasi serta penggunaan
dokumen ini atau sebag ian dari padanya harus deogan izin dari Laboratori um Uji Material
CENTER FOR MATERIALS PROCESSING AND FAILURE ANALYSIS
DEPARTEMEN TEKNIK METALURGI & MATERIAL-UNIVERSITAS INDONESIA

LABORATOR!UM UJI MATERIAL


Kampus Baru UI - Oepok 16424 - Indonesia
Phone: 021 - 788 49045, 786 351 0 Fax : 021 - 78888 111, 7872 350 E-mail : cmpfa@ metal.ui.ac. id, cmpfa .ui@gmail. com

L APORAN PEN GUJ IAN STR UKT UR MIKRO


MICROSTR UC TURE TEST REPORT

No L a poran Ba ha n
0793 Steel
Report Nr 14arerial
Pema k ai J asil ld enlil as Ba h a ll
Pr of. Dr. Ir. Edd y S Sir adj , i\ J. Sc. We ld ed Slee l
Costumer Ilareri allde m ir),
Alil mat Ba lilb a ng K emha n, JI. Ja li No. I Tn ng.ga l Te rim a
Jul y 1" , 20 10
Address Po nd ol< L ilb u Receir il7g Dore
No Ko nlr il k SI:1Ild ar
079 3/ PT .0 2/ FTO -t /P I2 0 10 AST!\ I E-t0 7-99
Co ntraci tVr. S tondard
Tan gga l U,ii ;\ Ies in Uj i
J ul y 7'10 , 20 10 O lymp us i\ li cr oscope
Dale of Tes l Tes ri ng machine

Koel e Samp ei [ Isrl


\Ve ld Spot 2% nilal
Sample Code Etching
Lo ka si foto
Su rface
Pic lwe 'slocali on Kelera ngan :
P erb esa ra n I?emarks
100 X

Oepok, Jul y 9th 20 I 0


LABORATORI U JI ATERIAL

<"J"...~r.~M.En g )

Laporan hasil pengujian ini hanya berlaku untl 'k sampel yang di uji di Laboralorium Uj i Material ; publikasi serta penggunaan
do kumen in i alau se bagian dari padanya harus dengan ilin dari Laboratorium Uj i Material
CENTER FOR MATERIALS PROCESSING AND FAILURE ANALYSIS
DEPARTEMEN TEKNIK METALURGI & MATERIAL-UNIVERSITAS INDONESIA

LABOPJ\TORIUM UJI MATERIAL


Kampus Baru UI - Oepok 16424 - Indonesia
Phone: 021 - 788 49045, 786 3510 Fax: 021 - 78888 111, 7872 350 E-mail: cmpfa@metal.uLac.id, cmpfa.ui@gmail.com

LAPORAN PENGLIJIAN STRlIKTUR MIKRO


MICROSTRUCTURE TEST REPORT
Pa gc .Jol6

No Laporan Bnhan
0793 Steel
Report Nr \ la/erial
Pemakai Jasil Identitas /3ahiln
Prof. Dr. I ... Eddy S Siradj. :\I.Sc. Welde:l Steel
Costumer .I/a/eriallden/i/y
Alamat Balitbang Kernhan, JI. Jilti No. I Tang~al Terim<'l
Address Pondok Labu July I", ZOIO
Receil·il7f!. f)o/e
No Kontrak Stanciar
0793/ PT.02lFT04/ PIZO 10 ASH I E407-99
Con/racl Nr. S/andord
Tanggal Uji ,\ Je sin Uji
July 7'h, 2010 Olympus 1\licroscope
Date a/Test Tes/in!? IlICi chine

Kode Sampel Etsa


Heal Affected Zo ne (HAZ) 2% nilal
Sam Ie Code Etc hing
Lokasi roto
Su rface
Pic/w'e 's loco/ion I<eterang:ln:
Perbes<lran Remarks
50 0.x
Ma l1ijication

111
Depok, Jul y 9 , 2010
LABORATORI 1Y IATERIAL

Laporan has il pengujian ini hanya berla~ untuk sampel yang diuji di Laboratorium Uji Material; publikasi serta penggunaan
dolcumen ini atau sebagian dari padanya harus dengan izin dari Laboratorium Uji Material
CENTER FOR MATERIALS PROCESSING AND FAILURE ANALYSIS
DEPARTEMEN TEKNIK METALURGI & MATERIAL-UNIVERSITAS INDONESIA

LABORATORIUM UJI ~1ATERl;:~L


Kampus Baru UI - Oepok 16424 - Indonesia
Phone: 021 - 788 49045, 7863510 Fax: 021 - 78888 111, 7872 350 E-mail: cmpfa@metal.ui.ac.id, cmpfa.ui@gmdil.com

LAPORAN PENGUJIAN STRUKTUR MIKRO


A;JJCROSTRlj CTURE TEST REPORT
r:Jge 3 01' 6

No Laporan Ba h an
0793 Steel
Repor/ Nr .Ii o/erial
Pemakai Jasa Id ent it as Ba han
Prof. Dr. lr. Eddy S S ir adj , ~ I. Sc. Welded S teel
Cos/llmer J1U1 erial lde ntily
A lam llt Dalitbang Kemhlln, JJ. .h1ti No. I Tangga l Terimll
Jul y 1" ,2010
Address Pond ok Lllbu Rl?ceiring Dale
No Kontrak S tandllr
0793 / PT.02/ FT04/P/20 10 .-\ST !\ 1 E -t 07 -99
COI1 /rac/ NI'. SlO nriard
Tllnggll l Uji ,\ l es in Uji
July 7' 1< , 20 10 O lympus ;\ licroscope
Dale of Test Te.l/il7g II/achille

Kode Sam pel EtS:1


Hem A ffect ed Zone ( H AZ ) 2% nital
Sam Ie Code Etc hi I1g
Lokasi foto
Surl'ace
Pictllre 's location l(eter:1ng a n :
Perbe saran Rell/arks
100 X
Ma nijication

Laporan hasil pengujian ini hany ~ berl aku untuk sampel yang diuj i di Laboratorium Uji Material; publikasi serta pen ggunaan
dokumen ini atau sebagian dari padanya harus dengan izin dari Laboratorium Uji Material
LAMPIRAN : H

PERSONALIA PENELITIAN

No. Nama Kualifikasi Jabatan Instansi


dalam
penelitian
1. Prof. Dr. Ir. Eddy S. Siradj, T.Metalurgi Peneliti Kemhan
MSc. Utama
2. Marsma TNI Dr. Ir. Eddy T. Aeronautika Anggota Balitbang
Priyono, MSAE Kemhan
3. Kol.Cpl. Mulyano, ST T. Mesin Anggota 8alitbang
Kemhan
4. Dr. Ir. Musni Ahyani, MM T.Kimia" Anggota Balitbang
Material Kemhan
Science
5. Dahnia , SH Sarjana Anggota Balitbang
Hukum Kemhan

/
LAMPIRAN .1
LOG BOOK PENELITIAN

PENGARUH MANUFAKTURTERHADAP PERFORMANCE


MATERIAL ARMOUR UNTUK RANPUR
T.A 2010

,NO. Bulanl Kegiatan Hasil Paraf


Mi!lg u PU
1. Februari Perencanaan -Rencana penelitian
Minggu ke 2 kegiatan - Instansi terkait :
Rapat tim, brain Krakatau
storming, koordinasi Pindad
dengan instansi
terkait
2. Februari Studi pustaka, Didapat beberapa
Minggu ke penyelusuran data: referensi tentang .
3-4 material armour, Material armour Armox,
Bisplate, dll,
manufaktur macam-macam welding,
welding,
I konstruksi
3. Maret Studi Pustaka : Data macarn-
Minggu ke macam uji uji
1-2 metalografi, hardness,
kuat tarik, data prosedur 0/;/.
4. Maret masih
Minggu ke hasH penelitian tahun perlu peningkatan kinerja
3-4 lalu (2009), -Didapat konsep desain

~
Penyusunan desain paduan
material, material armour,
pembuatan material tahapan proses heat
treatment.
April Rapat tim lahjutan : Didapat awal
Minggu ke Penyusunan desain komposisi paduan
1-2
I pembuatan material
material armour,
tahapan proses heat
treatment, modifikasi
//;
eralatan roses
April Inventarisasi material Didapat baja KSW 500
Minggu ke • armour: Koordinasi produksi tahap 1
an
7. Mei Inventarisasi material Didapat Armox,
Minggu ke armour: Koordinasi Hardox, buatan amerika,
1 den an PT. Pindad dan karakteristikn a.

1
8. Mei Rapat tim: persiapan Terwujudnya ketetapan
Minggu ke Peninjauan ke waktu kunjungan kerja
3-4 KS, pembuatan surat . PT. KS yaitu

IA
kunjungan kerja direncanakan tgl 10 Juni
2010, Surat
Kunjungan
Ka

9. Juni Rapat tim:


Minggu 1 Pembuatan Naskah

10. Juni -Kunjungan kerja ke Didapat material baja


Minggu ke 2 PT. KS, meninjau armour KSW500 produk
peralatan, tahap II (hasH
pembuatan baja dengan peralatan yang
KSW500. modifikasi) :

4v
-Pembuatan naskah komposisi material tidak
penelitian sama dg produk tahap
peralatan
dimodifikasi (modified
horizontal process)
-Terwujudnya naskah
penelitian (naskah
I
11. Juni Rapat tim: TerwuJudnya ketetapan
Minggu 3 persiapan waktu kunjungan kerja
Peninjauan Pindad ung,

~
PT.Pindad, untuk yaitu direncanakan tgl 19
melaksanakan ' Juni 2010, Surat Perintah
manufaktur baja KSW Kunjungan kerja
500. tangani Ka Balitbang
-pembuatan Kemhan
kun'un an
12. Juni Kunjungan Ke~a ke
Minggu ke 4 PT. Pindad Bandung
. tgl19 Juni 2010 , material armour baja
I i KSW500

13. Juni - Pengujian material - Pengujian belum


Minggu ke 5 hasil proses welding, didapat hasil, masih
metalografi, dalam proses.
di UI.
-Pembuatan naskah
penelitian sampai
Vawa!.
Melanjutkan analisis
-Terwujudnya naskah
penelilian (sampai Bab V
awal) 7
14. Juli
Minggu ke 1 hasH metalografi

2
Juli I analisis komposisi
I Minggu ke 2 dalam
pada naskah

16. JuH Hasil analisis dituangkan


Minggu 3 kekerasan dijelaskan dalam
bagian naskah bab V
bagian weld, dan
· ian HAZ
1 --+1·
-:-Ju-l---j -=Persiapan Uji Tembak T erlaksananya rapat
Minggu ke ke Pindad koordinasi dalam / /'
4-5 I persiapan uji tembak~ VZ//
• sam el KSW500. - - - -......
--"~

f 18. I Agustus PenuJisan Laporan


?;/ .
~
inggUke • penelitian
1-2
- -____ -~~~~--~--~-~~~~~~~ ____---r_----~
19. I Agustus Pembahasan hasil bab V naskah
Minggu ke penulisan naskah penelitian

September Terlaksananya
Minggu kunjungan ke Kunjl n ker PT.
1 PT. Pindad dalam Pindad yang diikutj oleh
rangka uji tembak Tim Balitbang Kemhan,
Tim dari Ri"'t~k,dan Tim
dari
21. September Tim peneliti Terwujudnya naskah
Minggu dalam rangka bab VI.
4-5 • menganalisis uJi
• tembak
Oktober Rapat tim peneliti T erwujudnya naskah bab
Minggu ke rangka I sid VI hasil
1 penulisan penelitian
len ka enelitian
Persiapan Monev 2, Terwujudnya naskah
menyiapkan naskah lengkap hasil penelitian,
lengkap untuk siap Monev-2.

membahas Terwujudnya naskah


. naskah laporan akhir laporan akhir

Penggandaan dan Terlaksananya


distribusi naskah penggandaan naskah
laporan akhjr laporan akhir dan
distribusi

3
LAMPIRAN: J

SINOPSIS PEN LANJUTAN

Kegiatan penelitian tahun 2010 sampai bulan Juni 2010 I) telah


sampai pengumpulan data material KSW 500 produksi tahap pertama,
peninjauan fasilitas pembuatan plat baja armour baru (modified horizontal
proses), (sampel KSW500) di Krakatau penentuan komposisi
material armour KSW500, pemotongan dan pengelasan. Pemotongan
(pengelasan) dilakukan di PT. Pindad Bandung.
Pada rencana iatan termin II III, dilakukan pengujian plat
armour hasH manufaktur, baik metalografi, uji kekerasan, uji balistik.
Secara rencana berikutnya adalah :

a. Mengevaluasi hasil manufaktur (pengelasan). Produk KSW500


I telah lolos uji dan sudah memenuhi
material yang dipakai acuan yaitu Armox dan Hardox.
hasil performance, produk I masih ~)erlu harus
dievaluasi dilakukan modifikasi balk komposisi material, proses
pembuatan, proses heat treatment, dan manufaktur.
b. Mengamati struktur mikro pada sambungan, untuk
hasillas yang sesuai agar tidak terjadi
c. Menguji plat dengan uji Non Destruction (NOT) dan uji
Destructive untuk mengetahui kinerja baja
d. Pengujian balistik.

Pengumpulan data dan informasi telah dilakukan dengan studi Iiter~tur,


kunjungan kerja Krakatau Steel Cilegon, PT. Bandung.
HasH uji tembak KSW500 dengan panjang Sniper 25 dan
50 tidak tembus, namun di lokasi sambungan material tidak dapat
menahan kekuatan peluru tanpa perlawanan (tembus). Perlu dicarikan solusi
system welding yang tepat di lokasi sambungan tetap mempunyai kekuatan
sarna dengan material tersebut. (aman).

1
Diharapkan hasil kegiatan termin II dan III sesuai yang ditentukan, sehingga
dapat memberikan data dan informasi dengan lengkap tentang performance plat
baja armour KSW500 yang digunakan sebagai subtitusi baja Armox dan Hardox
untuk pembuatan Ranpur (panser 6x6) di PT. Pindad Bandung. Material armour
KSW 500 merupakan harapan kemandirian dalam pemenuhan kebutuhan material
armour untuk Ranpur TN!.
Pen~lltian in! diswankan ~ntu~ djlanjutkafl T.A 2011 untuk menga~,,!lisis
I~b!h me'ridalam ' p'engaruh getaran Ranpur terhadap ketan~guhan material armqI.Jr
: .: i ~; . ~ 1\ [. :, ! ' :. " :, . : ;: " :' I , ': .: ; ., . :. ; ' ,i' . ". . . : :;:

dalam ne~eri, q i~~rnping meningkatkan tekriik w'elding yang saat ini masih b~lum
optimal. Sehin~ga material armour buatan qalpm negeri dapat diaplika~ik~n ; untu:k
Rllnpur d~n~anKiflT1a!ilpu~n yang Optim91·
" • i.

2
LAMPIRAN: K

DRAFT ARTIKEL ILMIAH/JURNAL ILMIAH

PENGARUH MANUFAKTUR TERHADAP PERFORMANCE MATERIAL


ARMOUR UNTUK RANPUR

Eddy Siradj, Eddy Priyono, Mulyono, Musni Ahyani, Dahnia


8alitbang Kemhan
eddysiradj@yahoo.com

Abstrak.

Permasalahan manufaktur perlu diangkat untuk diteliti karena


manufaktur diantaranya adalah welding, banyak berpengaruh terhadap
kekuatan, ketangguhan, dan performance material. Material armour KSW
Krakatau Steel merupakan produk treated untuk aplikasi
wear Tahan Peluru). Dari analisa komposisi, hubungan kandungan
Karbon dan Karbon equivalent, baja KSW500 berada pada zone ARMOX500
pada daerah yang dap<lt di katagorikan sangat rentan
terbentuknya retak atau High susceptibility to creaking in condition. Nilai
kekerasan KSW500, pada yang diteliti masih berada di bawah
HARDOX500, yaitu sekitar HV (Vicker hardness). Hasil pengelasan MIG
dengan kawat las baja karbon ISO 14341-A-G3S11 SFAlAWS 18:
buatan ASSAB, memperlihatkan distribusi kekerasan dimana pada
daerah HAZ terjadi peningkatan kekerasan mencapai 455 HV, sedangkan pada
daerah kampuh turun mencapai 150 Hv. Hasil uji balistik menggunakan
Sniper, 7,62 mm, jarak 50m, memperlihatkan bag ian kampuh
dimana plat tembus projektil. Sedangkan fusi (fusion zone) tefjadi
penetrasi projectile mencapai 60%. Walaupun demikian pad a daerah HAZ dan
metal tidak terjadi projektil yang signifikan. Hasil uji balistik
untuk base metal mendekati prilaku hasH balistik baja import (Crue Sabro 8000)
asal Francis. Kinerja KSW500 perlu di evaluasi lebih lanjut dengan
membandingkan kemampuan (weldability) dengan jenis baja lainnya yang
dipergunakan untuk Ranpur, terutama masalah Durability, Creak resistance
serta uji konstruksi diperlukan.

1
1. Latar Belakang.

Kendaraan tempur (Ranpur) merupakan suatu kebutuhan pertahanan


yang memerlukan pengembangan dan inovasi untuk membuatnya secara
mandiri di dalam negeri dengan mendayagunakan industri nasional khususnya
potensi industri pertahanan ini. Krakatau Steel sudah mencoba
membuat armour steel dengan mengacu pad a kekuatan armour dari luar
yaitu baja armox buatan Amerika atau hardox buatan Perancis. Armour
buatan PT. KS adalah KS\/V500, sudah diaplikasikan untuk pembuatan
Ranpur, namun perlu sedikit adanya pengembangan dalam proses
manufakturnya, sehingga performance kendaraan tempur tersebut lebih unggul
minimal sama dengan ketangguhan armour buatan luar ini
dilakukan untuk memperbaiki baja sesuai yang dikaitkan
dengan pengaruhnya manufakturing dan machining.
KSVV500 ini sangat dibutuhkan ": Ranpur, maka dari itu analisis dan hasH
penelitian ini sangat dibutuhkan pembuatan Ranpur PT. Pindad tidak
terhenti.
Material armour selama masih d dari luar negeri dengan
harga yang sangat mahal. Untuk itu industri nasionaJ (PT. Krakatau Steel)
berusaha membuat armour untuk memenuhi kebutuhan plate armour
untuk Ranpur yang produksinya dilakukan Pindad. sifat kekerasan
dan kekuatan tarik sudah memenuhi ketahanan balistik, namun ada hasil
manufakturing yang kurang menunjukkan yang sempurna.
perlu adanya suatu analisis dan studi lebih spesifik untuk
menyempurnakan performance material armour KSW500, sebagai bahan
substitusi baja armour dari impoL Dalam penelitian ini analisis difokuskan pada
proses pengelasan (welding).
Pada umumnya, material tahan peluru adalah material anti balistik,
dimana karakteristiknya memenuhi ketahanan terhadap tembakan senjata laras
panjang kaliber 5.56 mm mm. Saat inl material jenis ini adalah
logam paduan yang beberapa dikenal di pasaran adalah

2
armox atau hardock. Output penelitian ini adalah untuk substitusi bahan
dengan karakteristik dan performance sejenis armotec, armox atau hardoc.

Proses Manufaktur (Pengelasan), sambungan las merupakan konfigurasi fisik


dari anggota sambungan yang akan disambung. Sambungan las merupakan
penerima logam pengisi yang didepositkan. Sambungan las yang digunakan
dalam fabrikasi berbeda beda tergantung pada persyaratan desain.
Sambungan las dipilih berdasarkan lokasi, persiapan yang diperlukan,
peralatan pengelasan yang digunakan, dan aplikasi sambungan las. Penetrasi
sambungan dan kekuatan logam pengisi menentukan kekuatan sambungan las.
Logam pengisi merupakan logam yang didepositkan selama proses
pengelasan. Logam pengisi dalam sambungan las umumnya serupa dengan
logam induk untuk menyamai kekuatan logam induk. Hasil pengumpulan data
ke PT. Pindad didapat beberapa data dan informasi tentang fasilitas
manufaktur, dalam melaksanakan proses manufaktur plat armour KSVV 500.
Pengelasan menggunakan MIG V\Jelding Mesin, proses penyambungan plat
armor dengan penggunaan Gas Metal Arc Welding (GMAW). Untuk
menganalisis baja armour beberara diantaranya adalah dengan uji kekerasan,
metalografi dan uji balistik. Pengujian Kekerasan (Hardness) adalah salah satu
sifat mekanik (Mechanical properties) dari suatu material. Kekerasan
didefinisikan sebagai kemampuan suatu material untuk menahan beban
identasi atau penetrasi (penekanan) .

2. Tujuan dan Manfaat Penelitian.

Adapun tujuan dari penelitian kinerja plat tahan peluru yang


dipergunakan untuk body ranpur 6x6 (Anoa) ini adalah terutama uhtuk
melakukan evaluasi produksi plat baja anti peluru dalam negeri yaitu produksi
ihdUstri baja Nasional PT Krakatau Steel dengan nama dagang (trade niark)
KSW500. Jenis baja ini merupakan produk unggulan industri baja tersebut,
serta kemampuannya memproduksi jenis baja spesial ini diperkirakan akan
menjadi trigger bagi industri hilir lainnya dalam mempercepat kemampuan dan
kemandirian industri nasional terutama dalam alin teknologi.

3
Manfaat ini banyak namun utama diharapkan dalam
penelitian ini adalah dapat memberikan umpan balik atau masukan terhadap
pihak yang memproduksi bahan baku atau plat armour dalam usahanya
meningkatkan balk proses maupun kualitas plat armour yang dihasilkan.
Masukan ini diharapkan akan memberikan keuntungan yang signifikan didalam
melakukan modifikasi proses, kemandirian industri dapat dipercepat.
Terlebih penting lagi adalah adanya keterkaitan lembaga penelitian, industri
dan pengguna yaitu pihak TNI.

Metodolog i.

Baja Armour KSW 500 adalah plat baja anti peluru atau armour
produksi PT Krakatau Steel Indonesia yang diberi nama KSW 500,
telah memenuhi spesifikasi plat anti peluru yang di serifikasi
kelayakannya di keluarkan Direktorat Jendral Pertahanan.
Karakteristik informasi umum dan speslfikasi Plat Baja Tahan Peluru
KSW500 adalah dalam bentuk Pelat dengan ketebalan 8 mm dan 10 mm, lebar
-1600 mm dan panjang 3000 mm maksimum, berat plat baja 5 ton
maksimum per paket. Adapun komposisi baja KSW500 ini seperti terlihat pada
Tabel dibawah

Tabel 1. Komposisi Plat Armor KSW500, Produksi PT Krakatau


Indonesia

0,20 - 0,40 0,324

0.02 0.01max 0.01


0.010 0.003

4
V 0.15
B
Al 0.10
Ti 0.10
Cu 0.25
Pb 0.01
.
Sn
- -
.... ....
_ -- ..... . . -- . ... _. -- " .. " ".
0.02 ... . _­

Sifat mekanis memenuhi spesifikasi Mil-A-46100D! dengan kekerasan 477 ­


534 HB mengaju kepada standard ASTM E10. Sifat mekanis yang lain adalah
Impak tes, dengan nilai Transversal 13.56 joule dan longitudinal 16.27 Joule
pada bentuk standard width. Bending test dilakukan dengan standard ASTM
E200. Uji Balistik dilakukan memenuhi standard MIL-A-461 000.

Proses Pembuatan KSW500

Plat baj~ armor KSW500 di produksi melalu: jalur pembentukan panas


fnelalui rolling mill (Hot Rolling) dimana kbmposisi plat armor sebagaimaha
telah dijelaskan pad? lara ian diatas, merupakan baja karbon paduan dengan
J

unsur tambahan utama bervariasi dari beberapa pabrikan, tetapi pada


umumnya mengandung unsur Chrome (Cr), Nickel (Ni), Molibdenum (Mo) dan
unsur lainnya seperti Titanium (Ti) .
Setelah menjadi plat hasH hot rolled atau dikenal dengan Hot Rolled Plat
(HRP), plat baja dengan spesifikasi armor ini dilakukan proses perlakuan panas
(Heat treatment) untuk meningkatkan sifat mekanis terutc;lma kekerasan
(hardness). Plat baja ini di lakukan pemanasan kembali pada temperatur
austenite diatas 850°C selama beberapa lama agar pemanasan terjadi
homogen. Kemudian setelah itu dilakukan pendinginan cepat atau Quenching.
Hasil quenching menghasikan kekerasan yang sangat tinggi tetapi ber~ifat
rapuh (Brittle), agar dapat dipergunakan maka hasil quenching atau quenched
steel ini dilakukan proses tempering pada temperatur sekitar 300°C agar sifat
keuletannya dapat dihasilkan, sehingga baja armor yang dihasikan selaian
bersifat sangat keras dan juga bersifat toughness.
Performance dari plat armor tersebut keberhasilannya tidak hanya
ditentukan dari hasi proses quenching dan tempering serta sifat mekanis yang

5
dihasilkan, tetapi juga sangat ditentukan dari hasil pengelasannya atau
penyambungan selama proses pabrikasi.

Tempat Penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan di Balitbang Kemhan, dan juga di beberapa


lokasi yang termasuk juga kegiatan kunjungan ke industri pembuatan baja dan
industri perakitan, pengambilan data dan sample uji, pengujian sifat mekanis
dan balistik serta tempat diskusi dan penyelesaian laporan. Secara garis besar
yaitu : Puslitbang Iptekhan Balitbang Kemhan, PT. Krakatau Steel, Industri
Manufaktur RPP Ranpur 6x6 PT Pindad Bandung, dan Laboratorium Metalurgi
Fisik dan Heat Treatment, Department Metalurgi dan Material, Fakultas Teknik
Universitas Indonesia.

4. Hasil dan Pembahasan.

Bahan unt: ': pelaksanan penelitian ini, plat Armor produksi dalam negeri
yaitu PT Krakatau Steel dengan kode dagang KSW 500 yang telah
mendapatkan sertifikat kelaikan dari kementrian pertahanan. Pelat baja KSW
500 aehgan ketebalan 10 mm dipbtbhg aengah ukuran 40 x 40 cm sebagai
benda uji atau sample di penelitian ini.

a. Hasil Pengamatan Komposisi Kimia

Penelitian ini menggunakan baja tahan peluru atau baja annor,


produksi PT Krakatau Steel dengan kode KSW500. Baja tersebut dilakukan
analisas komposisi kimia Ignation Spectrometer di Laboratorium Mat~rial

Department Metallurgy dan Material Fakultas Tekinik Universitas Indonesia.


Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel dibawah ini, yang di tulis kembali
dengan menampillffin unsur unsur yang dominan saja.

Tabel 2. Komposisi Kimia Plat Baja KSW500


C Mn Si P S Cr Mo Ni
0,295 1,35 0,33 0,01 0,003 0,72 0,197 0,34
.

6
HasH uji komposisi kimia plat baja yang digunakan sebagai benda uji
ketebalan 10 mm d memperlihatkan komposisi kimia telah mendekati
komposisi kimia yang telah di persyaratkan dalam sertifikat kelaikan
yang tertuang dalam Sertifikat Plat Baja Tahan Peluru KSW500, di keluakan
oleh Direktorat Jendral Pertahanan Direktorat Standardisasi
Kelaikan.
Untuk menganaiisa apakah plat baja tersebut didasarkan kepada
komposisi kimia telah memenuhi persyaratan baja tahan peluru,
maka perlu dilakukan penghitungan secara quantitatif melalui rumus Carbon
equivalen (CEV), dibawah ini,
:::: C + (Mn)/6 + (Cr+Mo+V)/5 + (Cu + Ni)/15
Mengingat komposisi kimia plat baja dipergunakan terutama unsur
Vanadium (V) dan Cu (Cupper) tidak terdeteksi maka nilai V Cu dapat
assumsikan sama dengan O.
Dari hasH dengan menggunakan rumus diatas, didapat nilai
Carbon EqUivalen (CEV) jenis baja Armour KSW500 didapat sekitar
0,7. perlu dilihat hubungan kandungan karbon yang ada dalam
nilai karbon equivalent tersebut. KSW500 hasil spectrometer terlihat
mengandung nilai Carbon sekitar 2,95% , sedangkan nilai CEV hasH
perhitungan adalah 0,7, sehingga ini menunjukkan baja KSW500
posisi berdekatan dengan bajaArmox 500T-Q.
KSW500, dari hasil sementara memperlihatkan berada pada posisi
zone III, merupakan daerah yang dikatagorikan sebagai " High susceptibility to
creaking in all condition" yaitu sangat rentan terhadap kemungkianan timbulnya
retak semua kondisi, terutama setelah dilakukan pengelasan. Ul)tuk
manufaktur Ranpur dimana pengelasan sebagai sarana utama
penyambungan baja, perlu memperhatikan dan mempertimbangkan nilai
CEV komposisi karbon yang sebaiknya, hubungan keduanya memberikan
POSISI tersebut di area atau Zone I atau " Low susceptibility to cracking in
all conditions".

7
Pengamatan Sifat Mekanis.

Pengujian sifat mekanis untuk baja Armour KSW500 ini hanya dilakukan
uji kekerasan meflgingat nilai kekerasan merupakan yang
sangat penting dalam baja Armour. Untuk menganalisa kemampuan
pengelasan, data kekerasan yang dihasHkan terlihat pada hasH uji kekerasan
dengan menggunakan uji kekerasan Vicker. Distribusi kekerasan dapat dilihat
pada dibawah ini, dapat dilihat di tiga lokasi;

a. Nilai kekerasan baja atau metal didapat 313 HY.

b. Distribusi nilai kekerasan (Heat Affacted Zone) yairu lokasi


dimana terjadi perubahan struktur mikro akibat panas yang
diberikan pada saat penyambungan pengelasan.
distribusi nilai yang di ukur, nilai rata rata kekerasan
didaerah HAZ mencapai 398 HV. Dimana jauh !ebih keras
dibadingkan dengan metal.

c. Distribusi nilai kekerasan di kampuh las atau weld pool, disini


menggambarkan kemampuan wire (kawat
memenuhi celah las dan kekuatan Nilai sangat
menurun mencapai hanya 168 HV, hal ini kemungkinan
disesabkan adanya pengaruh panas dari pengelasan pertama
yang dikenal proses softening (annealing). Mengingat
penyambungan atau pengelasan dilakukan dengan sisti multi

Hasil dlstribusi nilai kekerasan baja KSW500 di bandingkan dengan


distribusi nilal kekerasan pada baja HARDOX400 dan 500. Pada umumnya
pada kedua jenis baja HARDOX 400 dan 500 tersebut kenaikan nilai kekerasan
pada daerah HAZ tidak terlihat jauh berbeda dengan logam dasar atau Base
Metal. Untuk HARDOX400, nilai kekerasan pada Base metal sekitar 410 HV,
te~adi penurunan yang tidak pada daerah HAZ yang mencapal sekitar
400 HV. Walaupun demikian pada daerah kampuhlas, nilal kekerasan menurun
drastis mencapai 340 HV atau sekitar 15%,

8
Hasil yang didapat pada distribusi nilai kekerasan baja KSW500, seperti
memperlihatkan prilaku yang berbeda dimana nilai kekerasan didaerah HAZ
terjadi peningkatan dari sebesar 27%. Jika dilihat didaerah kampuh las, terlihat
menunjukkan gejala yang sama dimana terjadi penurunan sekitar 45%, jauh
lebih besar dari plat Armor HARDOX400 dan 500 yang hanya 15%.
Dari hasil evaluasi diatas, memperlihatkan bahwa baja KSW500 hasil
dari horizontal Heatlreatmant process, belum mencapai nitai kekerasan
maksimal yaitu sekitar 500 HV untuk sejajar dengan kualitas HARDOX500.
Sehingga nilai kekerasan KSW500 belum optimal yang akibatnya pada saat
penyambungan dengan MIG, kekerasan meningkat mampu mencapai nilai
kekerasan mendekati 450 HV. Jika nilai kekerasan KSW500 sudah optimal,
kemungkinan nilai kekerasan di daerah HAZ tidak akan berubah dengan
drastis.
Cukup menarik jika kinerja hasil las baja KSW500 dibandingkan dengan
Baja Armor Class 2, dimana komposisi baja tersebut seperti terlihat pada Tabel
3. dibawah ini.

Tabel 3. Komposisi kimia Baja Armor Class 2, menurut MIL-A-11356F

-_.:t&'....,
·'.1 . ' . .....
',j'l'
.'
~,
," i
• 'i •

., I~ ,
I '·, 1, '~ : ;\tJ,': ... ! ""I " i
(
; "
',: I, r" I ; ;
.
-,' \ r:
.
,i ;
l ;

,. ., . ,
")
IJ
' .,
";
"
:.\; ,:.'-' _.., ! {' '" j
.~_ .. ~" t l

-..
"
i~ .; : "
i '.:• ;
. i ;
"; ~ i
~ "
i
.. ; \

Komposisi kimia KSW500 dapat dilihat pada Tabel 2.diatas. Terlihat


untuk baja KSW500 mempunyai kandungan Mn yang cukup tinggi, sedangkan
baja Armor class2 mengandung paduan atau alloying yang cukup tinggi.
Walaupun demikian penurunan nitai kekerasan pada derah weld pool (Kampuh
las) terlihat tidak signifikan hanya sekitar 10 HV, tetapi masih berada diatas nilai
kekerasan dari base metal. Baja Armor elass2 mempunyai nilai kekerasan
hanya sekitar 270 HV lebih rendah dari KSW500, hal ini kemungkinan
disebabkan kandungan Mn yang relatif lebih tinggi. Sedangkan jenis electrode

9
"

wire (Kawat las) yang dipergunakan adalah a low-alloyed high-strength steel


filler rod AWS A5. 8018-8 (W52018), yaitu adanya tambahan 1,25% Cr dan
0,5 %Mo, sehingga nilai kekerasan yang dihasilkan cukup tinggi yang
disebabkan oleh unsur Carbida paduan didalamnya yang membentuk
Chromium dan Molibdenum Carbida,

Pengamatan Struktur Mikro.

Pengamatan struktur mikro dilakukan pada sample KSW500 yaitu


pad a penampang hasH pengelasan. Ada tiga Struktur Mikro yang
diamati yaitu;
a. Daerah Metal, yang merupakan kondisi baja KSW500 yang
tidak mengalami pengaruh panas kawat Pada kondisi ini juga
dapat mewakili kondisi baja tersebut mula mula.
b. Haz (Heat Affacted Zone), yang merupakan daerah yang
sangat sensitif, dimana pad a daerah ini terjadi perubahan struktur
mikro base metal, sehingga sifat terutama
akan mengalami perubahan.
c. Daerah Kampuh (Weld Zone), didaerah ini diamati bagaimana
proses difusi kawat menyambung dua plat baja serta
mengamati struktur mikro yang terbentuk kampuh
tersebut.
Mikrostruktur yang terlihat menunjukkan martensite berupa jarum
jarum halus atau harden martensite yang cukup Nilai kekerasan pada
tahap ini diatas HV. Struktur mikro metal yang dapat
mewakili struktur mikro yang terdapat pada plat baja KSW500 setelah
mengalami proses tempering. Bentuk fasa yang terbentuk pad a metal
i

memperlihatkan bentuk fasa temper martensite, dimana masih terdapat jarum


jarum halus. Nilai pada ini berada dibawah nllal kekerasan pada
harden martensite.
Jika dilihat struktur mikro pada daerah Heat Affectied Zone (HAZ),
terlihat dimana temper martensite terjadi perubahan dalam bentuk fasa
yang menandakan terjadinya berubahan nilai kekerasan.

10
Bentuk fasa yang terbentuk pada daerah kampuh las (wc:d pool) terlihat bentuk
fasa yang berbentuk lamelar.
Bentuk struktur mikro pad a kampuh las menggambarkan suatu fasa
pembekuan atau merupakan struktur mikro dari logam yang mengalami proses
casting. Nilai kekerasn pada lokasi ini memang terlihat sangat rendah, karena
adanya perbedaan dari historical treatment dari proses pembentukan baja.
Jika dibandingkan struktur mikro atau bentuk fasa yang terbentuk pada
base metal, atau martensit temper yang terbenuk pada baja KSW500
dibandingkan dengan HAROOX500 jelas terlihat perbedaannya, dimana bentuk
struktur mikro pada HAROOX500 hampir mirip dengan struktur mikro KSW500
yang terlihat di daerah HAZ dimana nilai kekerasannya mencapai 500 HV.
Sedangkan jika dilihat pada daerah kampuh las (Weld pool), terlit"lat bentuk
struktur mikro yang berbeda, dimana pada kampuh las hasil penyambungan
baja KSW500 terbetuk struktur mikro yang berbentuk lameiar, sedangkan pada
HAR00500, memeprlihatkan struktur mikro yang sudah membentuk batas butir
atau grain boundaries.
Widmanstatten's structures tidak terlihat pada daerah HAZ untuk
KSW500, dimana bentuk fasa ini umum terjadi jika temper martensite
mengalami proses pemanasan kembali atau heattreatment. Widmanstatten's
structure teriihat berbentuk pada baja HARDOX500, yang mengarnbarkan
terjadinya proses over cooling, nilai kekerasan tidak begitu jauh dengan base
metal.

Pengamatan Uji Balistik.

Baja Armour KSW500.


Dalam uji penetrasi atau uji balistik, mengikuti persyaratan spe~ffikasi
militer yaitu Standard MIL-A-461 000. Plat baja KSW500, dengan ukuran 40 x
40 mm dan tebal 10 mmdengan posisi tegak lurus, dilakukan uji balistik dengan
menggunakan AK kaliber 5,56 mm pada jarak 75 dan 50 m.
Hasil uji balistik dimana projectile terlihat tidak mampu menembus plat
baja tersebut baik dengan jarak tembak 50 dan 75 m. Hal ini menunjukkan
bahwa plat baja KSW500 hasil pmses heat treatment hori~ontal telah layak
dipergunakan untuk produksi Ranpur 6x6. Walaupun demikian hasil uji tembak

11
tersebut dilakukan pada permukaan yang belum mengalami proses
pengelasan.
Untuk itu sangat perlu dilakukan pengujian balistik dengan militer
standard untuk di uji pada daerah daft kampuh walaupun demikian
mengingat jarak tembah yang jauh serta lokasi kampuh yang tipis,
memerlukan penembak yang mahir sehingga projektil tepat mengenai sasaran.
Uji balistik untuk baja KSW500 produksi horizontal heat treatment plat
dengan tebal 10 mm, dimana akan di usahakan projektil yang ditembak
dengan MIL sertificate, yaitu di lokasi tepat daerah
Untuk plat KSW500 hasi! proses perlakuan panas horizontal yang telah
dilakukan penyambungan (pengelasan) dengan menggunakan Metal Inert
(MIG) weldiftg, dengan menggunakan kawat electroda EN 14341 1
SFNAWS 18: buatan ASSAB
Uji balistik dilakukan dengan menggunakan panjang Sniper
dengan menggunakan peluru tajam .7,62 mm dengan jarak tembak sejauh
m. Gambar peluru panjang yang dipergunakan
dilihat pada Gambar di lampiran. uji balistik dilakukan pada,
a. Daerah kampuh las (Weld Pool) dimana pada hasi! uji
didaerah ini mempunyai nilai kekerasan yang cukup rendah.
b. Daerah Heat Affected (HAZ) dimana daerah yang
mengalami perubahan mikro struktur akibat panas hasi! las,
mempunyai nilai kekerasan yang cukup keras.
c. Daerah Base metal, yaitu daerah struktur mikro baja ini yang
sam a dengan struktur baja pada kondisi awal.

HasH pengujian balistik pada daerah ini dapat dilihat pada Gambjar 1,
memperlihatkan uji balistik pada weld pool, peluru menembus lebal plat yang
setebal 8mm, sedangkan pada daerah diffusion zone, yaitu daerah dimana
batas antara kampuh las dan daerah HAl, memperlihatkan terjadinya penetrasi
yang dalam hampir mencapai 60% dari tebal plat Walaupun demikian penetrasi
pada daerah HAl tidak terlihat signifikan, begitu juga daerah base metal.

12
Daerah
I KIDni I
Las difusi

.
-4
....1 . . '
,

Daerah Base
metal

Gambar 1. Hasil uji balistik pada permukaan baja KSW500 .

Hasil uji balistik memeprlihatkan dimana pada kampuh las merupakan


daerah yang sangat lemah, dimana projektil dengan mudah menembus. Hal ini
disebabkan nilai kekeras didaerah tersebut sangat rendah hanya mencapai
sekitar 150 - 200 Hv. Sedangkan didaerah fusi (Fusion Zone), dimana terjadi
perbedaan kekerasan yang fluktuasi dan merupakan daerah transisi dimana
terjadi proses penyambungan, memperlihatkan projektil berpenetrasi cukup
dalam tetapi tidak tembus. Sedangkan untuk daerah HAZ dan base metal,
terlihat projektil tidak menembus hanya terlihat menempel. Daerah ini
mempunyai kekerasn yang cukup tinggi sekitar 350 - 450 Hv.

Gambar 2. Hasil uji balistik pad a permukaan baja CREUSABRO 8000 buatan
Francis, meperlihatkan penetrasi projektil dengan senjata peluru
tajam jarak 50 m.

Untuk memvalidasi hasil uji balistik ini, maka uji balistik dilakukan juga
pad a plat baja yang di import dari luar yang juga diupergunakan untuk
pembuatan kendaran atau Ranpur. Plat baja tersebut adalah plat baja

13
CREUSABRO 8000 buatan Fiancis dengan ketebalan yang sama yaitu 8 rnm,
dilakukan juga uji balistik dengan senjata, peluru dan jarak tembak yang sarna
pula. Hasil Uji Balistik seperti terlihat pada Gambar 2.diatas, memperlihatkan
baja tersebut jika dilihat dari hasil penetrasi projektil mempunyai kualitas yang
hampir sama dengan baja buatan dalam negeri KSW500 dari Industri baja
Nasional. Baja CREUSABRO 8000, merupakan Janis WEAR RESISTANCE
STEEL, seperti terlihat pada lampiran, dengan kekerasan berkisar 450- 500
HBN. Komposisi kimia baja ini adalah seperti terlihat pada Table 4.dibawah ini.

Tabel 4. CHEMICAL ANALYSIS (%) CRUESABRQ 8000.

c Cr s
max max approx max min max max
0.280 1.60 0.40 1.60 0.20 0.005 0.015

Nilai kekerasan yang tinggi dari baja ini disebabkan oleh adanya paduan
(alloying) terutama unsur Molibdenum (Mo) dan unsur Chrome (Cr).
Bandingkan dengan komposisi Kimia KSW500, dimana Mo dan Cr hanya 0,197
dan 0,72 tetapi dengan menambahkan Nickel (Ni) 0,34%.
Dari hasil pengamatan memperlihatkan bagian kampuh las adalah bagian
yang sangat lemah, hal ini sebenarnya dapat diatasai dengan menggunakan
kawat las (electrode welding) jenis paduan atau alloyed steel. Tetapi akan
meningkatkan biaya produksi, mengingat harga alloy electrode welding cukup
mahal diperkirakan mencapai empat kali harha dari kaeat las yang biasa
dipakai. Untuk mengatasi kelemahan tersebut maka dilakukan pertimbangan
desain pengelasan, dimana pada bag ian bawah ranpur yang banyak terlindung
dapat dilakukan pengelasan terbuka. Sedangkan bagian atas diusahakan 1idak
ada sambungan las, untuk menghidari kemungkinan lemahnya kampuh las
terhadap penetrasi balistik. Disamping itu juga sistim penyambungan dilakukan
pengelasan bagian dalam dimana kampuh las tersembunyi dibagian
belakangnya.

Kesimpulan

14
Dari hasil penelitian dan pembahasan terhadap kinerja baja KSW500
yang oi pergunakan untuk body Ranpur 6x6 produksi industri pertahanan dalam
negeri dapat disimpulkan,
a. Dari ana lisa komposisi, hubungan kandungan Karbon dan Karbon
equivalent, baja KSW500 berada pada zone ARMOX500 Q-T, dimana
pada daerah yang dapat di katagorikan sangat rentan terbentuknya retak
atau High susceptibility to creaking in all condition
b. Nilai kekerasan baja KSW500, pada baja yang diteliti masih berada di
bawah HARDOX500, yaitu sekitar 375 HV (Vicker hardness). Hasil
pengelasan MIG dengan kawat las baja karbon EN !SO 14341-A-G3S11
SFNAWS A5.18: ER 705-6 buatan ASSAB, memperlihatkan distribusi
kekerasan dimana pada daerah HAZ terjadi peningkatan kekerasan
mencapai 455 HV, sedangkan pada daerah kampuh las turun mencapai
150 Hv.
c. Hasil uji balistik rnenggunakan Sniper, 7,62 mm, jarak 50m,
memperlihatkan lemahnya bagian kampuh las, diaman projektil tembus .
Sedangkan pada daerah fusi (fusion zone) terjadi penetrasi projectile
mencapai 60%. Walaupun demikian pada daerah HAZ dan Base metal
tidak terjadi penetrasi projektil yang signifikan. Hasil uji balistik untuk
base metal mendekati prilaku hasi! balistik baja import (Crue Sabro 8000)
asal Francis.
d. Penggunaan kawat las baja karbon lebih mur2.h dibandingkandengan
kawat las yang mempunyai kekerasan tinggi atau Alloyed electrode Wire.
Untuk mengatasi kelemahan sambungan las terhadap projektil dilakukan
dengan bentuk disign yang sedemikiari rupa, antara lain bagian atas
(upper body) sambungan las di minimalkan dan jika ada bentuk d~sain
i

sambungan tertutup plat baja.


Saran.

Walaupun demikian hasil penelitian dari kine~a produk plat baja dalam
negeri untuk Ranpur 6x6 masih diperlukan untuk diteliti lebih jauh lagi dengan
saran sebagai berikut;

15
a. Perlu dilakukan Mapping mikro microstructure KSW500 dengan jenis
baja import yang sudan banyak dipergunakan di Industri pertahaanan di
luar negeri seperti, Hardox, Armox, Cruesabro, Baseplate dan lainnya.
Hal tersebut agar dapat menjadi standard bagi plat baja dalam negeri
lainnya jika akan dipergunakan untuk Ranpur (kendaran Tempur) dalam
negeri.
b. Kinerja KSW500 perlu di evaluasi lebih lanjut dengan membandingkan
kemampuan las (weldability) dengan jenis baja lainnya yang
dipergunakan untuk Ranpur, terutama masalah Durability, Creak
resistance serta uji konstruksi jika diperlukan.

Daftar Pustaka.

[1]. AH. Sheikh, P.H .Bull, J . AKepler, Behaviour of Multiple Composite Plates
Subjected to Ballisic Impact, Composites Science and Technology, 69, 2009;
page 704~71 O.
[2]. Ballistic Impact Behavior of f-ligh-Strength Against 7,62-mm Armor Piercing
Projectiles, Journal of Materials Engineering and Performance, Volume 18(2),
March 2009.
[3] . Brzuszek, P. C. M. Rodrigues, L. S. Motta, D. B. Santos, "Microstuctural
Evolution of Ultra Fine Grained C-Mn Steel VI/arm Rolling and Inlercritical
Annealed', Mat. Res. Vol. 5 No.3, 2002
[4]. C.Akca, AKaraaslan, Welded ability of Class 2 Armor Steel Using Gas
Tungsten Are Welding, Achives of Material Science and Engineering, Vol 34
Des 2008.
[5J. Chia-Jung Hu, Pee-Yew-Lee dan Jium-Shyong Chen. Ballistic Performance
and Microstructure of Modified Rolled Homogeneous Armor Steel, Journal of
the Chinese Institute of E:ngineering, vol 25 No 1 pp 99-107 2002.
[6]. Presentasi PT Krakatau Steel, Cilegon 2009 Armor Plate KSW500
[7]. S.Frydman, I. Kanat, G.Pekalski, Structure and hardness change en welded
joint Hardox steels. Archives of civil and Machanical Engineering Vol VII' No 4
2008 . Wroclaw Univ of Tech, wybrazez, wyspianskiego, 27, 50-370, wriclaw.
[8]. Teyfik Demir, Mustafa Ubeyli, R.O. Yildirim, Effect of Hardness on theBal/istic
Impact Behavior of High-strength Against 7,62 mm Armour Pierching
Projectilles, Journal of Materials Engineering and Performance, volume 18(2),
March 2009.
[9]. Winarto, "Metalurgi Las", Bahan hanjar kursus welding, Fakultas MIPA Jurusan
Fisika, Universitas Indonesia.

16

Anda mungkin juga menyukai