Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sastra
Program Studi Ilmu Sejarah
Disusun Oleh :
Hendrik Ekarama Kanalebe
NIM: 024314026
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sastra
Program Studi Ilmu Sejarah
Disusun Oleh :
Hendrik Ekarama Kanalebe
NIM: 024314026
i
ii
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN
iv
Pernyataan Keaslian Karya
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan, catatan kaki dan daftar pustaka, sebagai layaknya karya-karya ilmiah.
v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Hendrik Ekarama Kanalebe
Nomor Mahasiswa : 02 4314026
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
DAMPAK SOSIO-BUDAYA PERKEMBANGAN TEKNOLOGI
TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA 1976-2000: STUDI KASUS
YOGYAKARTA
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan
data, mendistribusikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta ijin ataupun memberikan royalti kepada saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Yang menyatakan
vi
KATA PENGANTAR
penulisan skripsi ini. Meskipun dikejar-kejar oleh waktu dan hampir kehilangan
asa. Segala rasa ragu atau tidak mampu serta rasa bersalah bisa dilewati dan saat
memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Sang pemilik hidup, yang telah
menyelesaikan tulisan ini. Tanpa dampingan Tuhan, penulis tak akan pernah
tengah jalan. Tapi berkat-Nya yang telah menguatkan hati penulis untuk
bantuan serta doa dengan tabah pada penulis. Untuk itu penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya dan tidak akan pernah melupakan bagaimana
Kepada keluarga kecilku yang tercinta, Papa, Mama, dan Ika maaf kalau
telah mengkhawatirkan kalian selama ini dengan kuliah saya. Tanpa dukungan
dan doa kalian yang terpancar sewaktu memperhatikanku saya tidak akan sanggup
vii
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk bapak
Drs. Hb. Hery Santosa, M. Hum., selaku Ketua Jurusan ilmu Sejarah yang terus
menerus memberikan dorongan kepada penulis serta atas banyak bantuan yang
diberikan dalam mencari solusi dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih
skripsi tanpa dukungan serta tekanan dalam menyadari kekurangan demi berupaya
untuk menjadi lebih disiplin yang sangat diperlukan penulis untuk menyelesaikan
skripsi ini. Kepada bapak Drs. Purwanto, M. A., selaku dosen pembimbing
akademik yang telah membantu dan mendukung penulis sejak pertama kuliah.
Terima kasih juga kepada seluruh staf pengajar pada Program Studi Ilmu
Sejarah Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan berbagai ilmu yang
mencerahkan penulis dalam setiap materi perkuliahan yaitu: Ibu Dra. Lucia
Juningsih, M. Hum., Dr. F. X. Baskara Tulus Wardaya., Dr. St. Sunardi, Drs.
Anton Haryono, M. Hum., Alm. Prof. Dr. P. J. Suwarno, Alm. G. Moedjanto dan
Drs. Manu Joyoatmojo yang telah meluangkan waktu untuk perhatian serta
Dwi Nugroho “Lampard”, Sukarno “Puyol” (keduany teman dalam suka, derita,
dan cedera berolah-raga), Kwirinus Yosida Kurniawan “Ello”, Hananto, Ida, Vila,
Nana, Markus serta adik-adik angkatan Keke, Domi, Anggi, Hafda, Irene,
viii
Tanpa mengurangi rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih
membantu dan memberikan dukungan yang tidak dapat tercantum namanya satu
persatu. Akhir kata penulis sepenuhnya menyadari bahwa tulisan ini masih jauh
dari kesempurnaan untuk sebuah karya ilmiah. Untuk itu, penulis sangat
membutuhkan masukan, saran, dan kritik. Semoga karya ilmiah ini dapat berguna,
ix
ABSTRAK
x
ABSTRACT
This Thesis with the title “ The Socio-cultural Impact from the
Development of Telecommunications Technology in Indonesia 1976-2000:
Case Study Yogyakarta ” is derived from 3 causes. First, the form of the
telecommunications development in Indonesia 1976-2000. Second, the change in
the personal communications in the people of Indonesia until the year 2000, case
study in Yogyakarta. Third, fashion, lifestyle and language that changed and was
caused by the developing telecommunications up to the year 2000. To elaborate
these causes this thesis will approach with the modernization theory.
History of the developing technology, especially related to
telecommunications is an interesting and important topic to be written. The
telecommunications device are devices that came from an abroad culture that is
adopted in indonesia therefore it can be said there is a culture contact by adopting
this devices. The effect is on the personal communications that the people of
Indonesia. These effect does not only take place in the tradition but also in the
everyday language people use in Indonesia. Up until now the language and
tradition in Indonesia is changing as caused by the telecommunications
development in Indonesia.
This article is purposed to describe and analyze the development of point
to point telecommunications in Indonesia until the year 2000 and to find the
changes in culture or the culture that arrived from it. The method used in the
article is analytical-descriptive. This article is written based on many sources
which came from many kinds of books and internet articles.
Commonly, this article is eager to state that the telecommunications
development needs to be analyzed in context of what effects it has on the Javanese
culture. The changes in the traditions to face the communicating partner in
contact, the degradation of the Javanese ethical in speech tradition were a change
that was caused by telecommunications. In many aspects telecommunications will
give a lot of ease in communicating but the effects might be severe in the culture
aspects.
xi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................... x
ABSTRACT .................................................................................................... xi
xii
C. Perubahan dalam Tata Berbahasa Jawa ........................................... 51
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
antar manusia1 merupakan hal yang penting baik bagi kehidupan individu maupun
bagi masyarakat umat manusia. Proses tersebut terbatas pada ruang lingkup yang
dimanfaatkan dengan baik dalam proses tersebut (komunikasi). Selalu ada dua
pihak yang terlibat dalam proses itu yaitu sumber gagasan yang menyampaikan
gagasan dan ada pihak yang menerima gagasan. Secara alamiah proses pertukaran
gagasan menggunakan indera manusia tersebut akan ideal jika semua gagasan
semakin sulit dan pada akhirnya pada kondisi jarak tertentu tidak dimungkinkan
agar komunikasi ‘alamiah’ yang dijelaskan diatas tetap dapat dilakukan dengan
1
Berdasarkan definisi dari Berelson & Gary Steiner komunikasi adalah :
suatu proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain-lain
melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar, angka-angka,
dan lain-lain. Diambil dari buku karya Riswandi. Ilmu Komunikasi.
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), hlm 2.
1
2
kekurangannya tidak saja penting dari sisi tekniknya tetapi juga sangat penting
jauhnya jarak meskipun itu masih dalam bentuk tulisan belum dalam bentuk
suara.
‘belum punah’ sampai saat ini namun terus dikemas dalam bentuknya yang baru
SMS (Short Message Service). Bahkan Pemanfaatan SMS dalam dunia politik di
negara tetangga kita Pilipina pernah membawa dampak politik yang besar.
Pengiriman SMS yang trafiknya begitu tinggi di ibukota negara tsb, Manila saat
sebagai the city of SMS2. Pada saat itu, para demonstran di kota tersebut sangat
2
Diolah dari laporan, Pinoy Internet: Philippines Case Study karya tim
ITU. 2002. Jenewa, Switzerland. Hlm 3. Dalam laporan ini dengan singkat
dibahas bahwa sms memiliki peran penting dalam peristiwa yang dikenal
dengan istilah “People Power II”.
3
melalui media-media cetak dan elektronik yang telah dikendalikan secara ketat
oleh pemerintahan yang berkuasa. Munculnya SMS sebagai teknologi baru yang
effektif memanfaatkan teknologi ini saat itu untuk mengkoordinir pemusatan masa
menyebabkan trafik SMS di Manila memecahkan rekor saat itu sehingga wajar
dari tuntutan kebutuhan manusia. Dari bentuk tulisan ke berbagai bentuk lainnya
suara, gambar, video dan multimedia menjadikan interaksi antar teknologi itu dan
manusia bahkan antar manusia mengalami berbagai perubahan. Kasus Prita yang
(download) dalam pertukaran gagasan, informasi dalam bentuk file atau arsip
yang tersimpan di manca negara cukup nyaman dan sangat berbeda dengan
keadaan ekonomi yang kurang memadai. Lebih memberatkan lagi, Indonesia yang
baru merdeka itu diharuskan untuk menanggung biaya kerugian Belanda yang
dengan kondisi sekarang jumlah itu setara dengan 42 triliun Rupiah. Perlu juga
disadari bahwa perbandingan ini masih jauh dari tepat karena perekonomian
Negara saat itu tidak sebaik sekarang. Disamping itu banyak hal yang terjadi di
negara ini, seperti pergantian orde lama ke orde baru dan sekarang orde reformasi,
krisis ekonomi yang dua kali terjadi, serta peran dari tokoh-tokoh di bidang
teknologi telekomunikasi yang pro dan kontra atas berbagai gagasan atau
pengaruh pada budaya bangsa dan berbagai aspek lainnya karena itu perlu
diidentifikasi dan dirumuskan secara tepat apa yang bisa diangkat dalam tugas
akhir ini.
B. Batasan Masalah
murahnya perangkat tersebut sebagai akibat kebijakan politik dan ekonomi yang
3
Ricklefs, M. C., Sejarah Indonesia Modern 1200 – 2004 (Jakarta:
Serambi, 2005), hlm 466.
5
sewaktu peluncuran satelit Palapa. Meluncurkan sebuah satelit pada tahun 1976
adalah suatu hal yang luar biasa bagi negara yang belum lama merdeka seperti
benar-benar berbeda. Hal ini ditandai dengan peningkatan dalam densitas jumlah
tahun 1974. Indosat baru mulai muncul pada tahun 1980 dengan menjadi penyedia
Perumtel dari Perusahaan Umum menjadi Persero dan menjadi PT TELKOM, hal
4
Perubahan Perumtel menjadi PT Telkom dilakukan dalam bentuk
Privatisasi dimana penyelenggaraan jasa telekomunikasi bisa dilakukan oleh
pihak lain selain pemerintah tetapi penyelenggaraan telekomunikasi tetap
dilakukan oleh Pemerintah. Hal ini tertulis pada UU No. 3 1989 tentang
telekomunikasi pasal 12 sampai dengan pasal 13.
5
http://www.postel.go.id
6
cukup tinggi.
Indonesia. HP memang terkesan lebih bergengsi pada masa awal munculnya. Hal
dijadikan simbol bagi status ekonomi seseorang. Bahkan berdasarkan merk orang
sudah saling menilai kelas ekonomi seseorang. Hal ini jauh berbeda dengan masa
telepon dimana masyarakat menganggap teknologi ini sebagai ciri modern dari
yang serupa. Selain itu bahasa yang muncul dan berkembang seiring dengan
Indonesia baku.
ini maka perkembangan itu akan menjadi suatu penghancur bagi masa depan
bangsa. Hal ini dapat terjadi ketika proses perkembangan tersebut dan
genggam sebagai alat bantu untuk berkomunikasi jarak jauh maka teknologi
tersebut di Indonesia akan berkembang ke arah yang lain. Perbedaan miskin dan
kaya di negeri ini sudah menjadi isu yang lama dan akan diperparah dengan
diperhatikan tempat yang mempunyai sistem kebudayaan kuat sebagai titik awal
sebelum terjadi pergeseran dalam budaya. Dalam hal ini kota Yogyakarta
dijadikan tempat sebagai sampel dari penelitian ini. Masyarakat Jawa khususnya
perkembangan dengan terbuka. Dengan meneliti kota ini maka bisa dilihat
telekomunikasi dan interaksinya yang begitu luas dan kompleks maka yang akan
2000.
memberikan kemampuan akses yang lebih banyak dan jangkauan jaringan yang
Dalam penulisan ini akan dibahas perangkat telekomunikasi apa saja yang
komunikasi point to point atau komunikasi dua arah (timbal balik) antara dua
orang. Pengaruh telekomunikasi pada budaya akan bisa dilihat pada daerah yang
kental dengan tradisinya, dalam hal ini Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah
salah satu dari beberapa kota yang masih kental dengan tradisi Jawanya. Dalam
sebagai masa untuk mengamati bentuk budaya awal sebelum peluncuran satelit
perorangan di DIY sebagai sampel dari salah satu kota budaya di Indonesia mulai
Di masa kini telekomunikasi telah menjadi suatu media untuk banyak hal.
Berbeda dari tujuan utamanya yaitu sebagai alat komunikasi jarak jauh, perangkat
indikator yang menjadi titik tolak untuk perubahan seperti ini. Setidaknya pada
9
awalnya hanya sedikit dari unsur budaya yang dipengaruhi oleh perkembangan
C. Rumusan Masalah
Terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan rumusan masalah yang dapat
dikaitkan dengan skripsi ini, namun yang dijadikan rumusan utama adalah:
2000 di Yogyakarta?
D. Tujuan Penelitan
1. Akademis
2. Praktis
besar bagi budaya berkomunikasi dan gaya hidup masyarakat Jawa pada
E. Manfaat Penulisan
1. Teoretis
2. Praktis
itu, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan atau masukan bagi
Yogyakarta.
F. Tinjauan Pustaka
oleh sejumlah penerbit atau penulis. Buku-buku itu antara lain sebagai berikut:
Rachmadi6. Buku ini membahas tentang pengaruh dan peran teknologi informasi
dan komunikasi menyangkut aspek sosial ekonomi global. Di mana penulisan ini
Buku ”Era Baru Bisnis Telekomunikasi dunia” karya DR. Dedi Supriadi7.
bagaimana dunia telah sampai pada jaman informasi. dalam banyak hal buku ini
tapi tidak sepenuhnya membahas mengenai dampaknya terhadap budaya asli yang
ada.
demikian pengaruh secara khusus untuk Indonesia belum diulas dalam buku tsb.
6
Rachmadi F, Informasi dan Komunikasi. Dalam Percaturan
Internasional (Bandung: Alumni, 1988).
7
Dedi Supriadi, Era Baru Bisnis Telekomunikasi, (Bandung: STT
Telkom dan PT. Rosda Jayaputra, 1996).
8
Adler, Ronald B. et al, Understanding Human Communication (New
York: Oxford University Press, 2006).
12
telekomunikasi di Indonesia dalam bentuk statistik. Ada empat Jilid buku dimana
setiap jilid menunjukkan masa waktu dari statistik dan sejarah perkembangan
telekomunikasi, sayangnya buku ini tidak dilanjutkan sampai masa sekarang. Jilid
meningkatnya user perangkat telekomunikasi. Dalam hal ini karya tulis ini hendak
9
Direktur Jenderal Pos dan Telekomunikasi, Sejarah Pos dan
Telekomunikasi di Indonesia Jilid IV: Masa Demokrasi Terpimpin (Jakarta:
Cahaya Makmur, 1989).
13
G. Landasan Teori
hasil dari kebudayaan. Budaya yang dimaksud dalam hal ini adalah budaya
Janis, & Kelley (1953)11 komunikasi adalah : proses dimana seseorang individu
jarak, pada jarak yang jauh seseorang stimulus tidak akan dapat ditangkap oleh
satu tumpuan dalam upaya ini. Dengan ini upaya untuk memiliki atau
10
Secara harafiah tele berarti jarak, bisa berarti dekat ataupun jauh tetapi
tentunya ada bentang diantara kedua objek yang dianggap ber-tele itu. Dalam
dunia komunikasi pengertian tele sedikit lebih spesifik: jarak yang jauh.
Pengertian ini muncul karena perangkat telekomunikasi hanya lazim dipakai
kalau jarak yang ada di antara dua pemakainya cukup jauh sehingga tidak
memungkinkan mereka untuk berkomunikasi dengan cara alami.
11
Riswandi, Ilmu Komunikasi (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), hlm. 1.
14
Indonesia terdiri dari beragam etnis dengan budaya yang berbeda satu sama lain
maka dalam komunikasi individu yang terjadi tentunya ada pertukaran nilai-nilai
budaya yang terjadi sehingga ada perubahan dalam sistem budaya di etnis-etnis
budaya di Indonesia yang erat kaitannya dan bisa terpengaruh oleh meningkatnya
Metode yang ditempuh dalam penelitian tugas akhir ini adalah dengan:
1. Pemilihan Topik
yang ada mengenai telekomunikasi Indonesia dalam berbagai media tulis maupun
12
Sedyawati, Edi., KeIndonesiaan dalam Budaya Buku 2: Dialog
Budaya:Nasional dan Etnik Peranan Industri Budaya dan Media Massa
Warisan budaya dan Pelestarian Dinamis. (Jakarta Selatan: Wedatama Widya
Sastra. 2008). Hlm. 7-8. Mengenai sistem-sistem budaya di Indonesia
Sedyawati mengemukakan bahwa ada 4 yang menonjol yaitu sistem nilai,
bahasa, lingkungan alam, dan pengalaman sejarah (suku) bangsa.
15
penelitian dalam hal ini disajikan data serta permasalahan yang menjadi fokus
I. Sistematika Penulisan
telekomunikasi tsb.
16
Bab III berisi tentang bentuk komunikasi lokal yang sudah ada di Jawa
khususnya Yogyakarta, sistem nilai serta bentuk bahasa lama yang menjadi media
yang diacu. Dalam hal ini akan diulas kapan itu terjadi, berapa lama proses
transisinya.
TELEKOMUNIKASI 1976-2000
Paling tidak ada empat jenis kebutuhan yang menjadi alas an manusia
berkomunikasi yaitu physical needs, identity needs, social needs dan practical
13
Adler, Ronald B., et al., op. cit., hlm. 9.
17
18
individu yang terlibat dalam komunikasi tersebut. Namun pada jarak yang jauh
“...The Greeks, Persians, and Romans used smoke and fire signals for
transmission of predefined information about singular occurrences. For
his attack on Troy, Agamemnon erected a 500-km line of beacons in 1084
b.c. After 10 years without beingused, the news of the fall of Troy was
suddenly transmitted one night and then thebeacons became obsolete.
The Persian King Darius I (550–485 b.c.) had a firetelegraph network
throughout Persia, enabling him to obtain timely information about any
planned rebellion or attack from outside. In addition to using smoke-and-
fire signals, the Romans raised and lowered wooden beams on a platform
of special towers placed in a straight line of sight in various areas
throughout their empire, up to Hadrian’s Wall in northern England. In
the Middle Ages, smoke and fire signals were employed between
Crusader-built towns and forts in Palestine and Syria. In Spain by 1340,
the Castilian navy had adopted signal telegraphy. The Admiral of
Castile, D. Fabrique, made use of different- colored pennants to
communicate orders and coded messages to his ships warring against the
kingdom of Aragon. The North American Indians perfected smoke
signaling. Not only did they use a varying number of ‘‘pu¤s,’’ but by
19
pada masa lalu juga dalam budaya lokal di Indonesia kentongan digunakan untuk
hal yang mirip. Bahkan sampai saat inipun kentongan masih dimanfaatkan di
simbol baik berupa bunyi maupun cahaya dalam ber-interaksi atau lebih tepatnya
bab selanjutnya akan dibahas bagaimana beberapa aspek dari teknologi tersebut,
14
Ibid. hlm. 14.
20
A. Defenisi Telekomunikasi
untuk berkomunikasi jarak jauh memicu para ilmuwan untuk mulai menggunakan
tidak saja menggunakan suara dan cahaya. Dimulai dengan menggunakan metode
mekanik yang besar hingga perangkat telpon genggam yang mungil tapi cerdas.
Itu pula yang menyebabkan terjadi definisi telekomunikasi juga beberapa kali
mengalami pemutakhiran.
perangkat telegrap atau telepon baik melalui kabel atau radio atau proses elektrik
15
Huurdeman, Anton A., The Worldwide History of
Telecommunications, (New Jersey: John Wiley & Sons, 2003), hlm. 5.
21
dan suara atau bentuk inteligensia lainnya menggunakan kabel, radio, media
visual, atau system elektromagnetik lainnya. Dalam hal ini transmisi dari bahasa
Masih ada lagi beberapa defenisi lain lagi tentang telekomunikasi namun
didalam banyak kepustakaan defenisi ITU paling lazim dijadikan acuan. Defenisi
ITU diatas mencoba memberi defenisi teknologi telekomunikasi dari aspek yang
kental dengan bidang sains dan teknologi, sehingga tidak mudah bagi ilmuwan
dari disiplin lain mengadopsinya. Namun dalam Tugas akhir ini, mengacu pada
manusia berkomunikasi.
Indonesia dan bentuk masyarakat dimana ada perbedaan antara orang-orang kecil
orang kecil atau menengah ke bawah lebih memikirkan apa yang sudah ada
pada perkembangan yang ada pada orang-orang “besar” ini dan tidak memiliki
16
Ibid.
22
sifat untuk menuntut lebih dengan demikian masyarakat tidak semuanya akan
latar belakang telekomunikasi dunia menjadi penting untuk memahami dasar dari
keras penelitian dan dana yang tidak sedikit, namun memilih mana diantara
Indonesia adalah tidak mudah, banyak masukan yang pro dan kontra yang perlu
keterkaitan erat dengan sumpah patih Gajah Mada yang tidak akan memakan buah
Majapahit. Setelah melewati perdebatan antara pro dan kontra yang cukup tajam,
Amerika pembuat Satelit pada bulan Juli 1975. Setahun kemudian Palapa berhasil
diselesaikan dengan baik dan diluncurkan pada Juli 1976 dan setelah melalui
pada tanggal 17 agustus 1976. Momen ini merupakan tonggak yang penting dalam
berrantai. Penelpon dari Wonogiri perlu meminta bantuan beberapa sentral telpon
berakhir, penelpon antar pulau cukup memutar kode area dan nomor telpon yang
dengan pekembangan budaya setempat seperti pada peluncuran satelit Palapa pada
Dalam sub bab ini akan menunjukkan bahwa pada masa 1976 - 2000
17
http://www.palapasat.com/history.php
24
Beberapa hal menarik dari hasil penelitian tersebut adalah bahwa sejarah
waktu yang relatip lebih lama. Dari telegraf optik hasil temuan Claude Chappe
(1763–1805) yang menghubungkan Paris dan Lille pada 15 Agustus 1794 sampai
jarak sekitar 2 mil antara Boston dan Cambridge) hasil temuan Alexander Graham
dalam budaya manusia untuk berkomunkasi selama hampir 102 tahun. Baik
telegrap maupun telepon pada saat itu masih menggunakan kabel sebagai
penghubung jarak dari satu ke “lokasi yang jauh” berikutnya (point to point
menjadinya media penghubung antar lokasi yang satu dan lokasi lainnya bukan
lagi kabel dibutuhkan waktu yang makin singkat yaitu sekitar 20 tahun.
18
Huurdeman, Anton A., Op. cit. Hlm. 601-2.
25
teknologi telekomunikasi yang hadir makin lama makin banyak jenisnya. Kalau
(Electric Telegraph, Image Telegraph, Open wire dan copper cable) pada evolusi
dan terobosan berikutnya muncul hampir dua kali lebih banyak jenisnya. Dalam
skripsi ini tidak akan dibahas lebih rinci tentang hal ini karena yang menjadi fokus
point.
1. Telegraf
ditemukan oleh Claudio Chappe. Dan hal inilah yang menjadi argumentasi dalam
terletak pada popularitas telegraf, dalam hal ini telegraf elekronik milik Samuel F.
B. Morse lah yang lebih terkenal. Morse sendiri mulai masuk ke dunia
telekomunikasi pada tahun 1835. Penyampaian pesan jarak jauh Morse pun masih
dalam bentuk kode yang ditentukan oleh Morse sendiri. ‘Save Our Souls’ (SOS)
19
Ibid. Hlm. 601.
26
merupakan standar internasional untuk minta tolong dalam situasi darurat dan
darurat seperti ‘mayday’ tetapi SOS masih tetap diingat oleh kebanyakan orang.
jangka waktu yang panjang tetapi tentunya ada masa beralihnya menuju teknologi
point adalah pesan yang disampaikan tidak bisa menyampaikan perasaan secara
utuh dari lawan bicara. Hal inilah yang membuat telekomunikasi berkembang.
lebih benar kalau mengatakan bahwa Alexander Graham Bell adalah tokoh
2. Telepon
telegraf pada tahun 1876, hak paten yang dikemudian hari dianggap sebagai hak
paten perangkat telepon yang pertama di dunia. Bell bisa saja mengatakan bahwa
telekomunikasi.
27
menjadi awal dari penyatuan dunia melalui media perangkat telekomunikasi. Hal
ini tentunya melalui proses yang panjang, radio baru mulai eksis dan
memperkenalkan transmisi data melalui frekuensi pada tahun 1947. Hal ini
frekuensi mulai dipakai untuk mengembangkan jaringan telepon dan menjadi titik
langsung dengan radio bagi telepon. Singkatnya sejarah telepon dibuat dengan
telepon, kabel berkembang dari kabel tembaga pada tahun sampai ke titik dimana
ditemukannya serat optik yang mulai digunakan di Jerman pada tahun 1973.
Kalau digunakan untuk tujuan koneksi nasional maka jaringan serat optik saja
sudah cukup memadai, tetapi kalau dalam hal koneksi internasional maka dari
segi infrastruktur akan sangat rumit. Dalam hal inilah mulai dipakainya satelit
pada tahun 1965 menjadi media penunjang telepon yang sangat berguna.
optik memiliki uplink ke satelit yang menjadi media pemancar ke downlink di titik
yang lain. Di tempat downlink signal komunikasi ini di salurkan ke operator dan
kemudian dimasukkan ke jalur serat optik dari koneksi yang ingin dituju. Dengan
28
oleh dunia. Dalam sejarah kita memang ada ‘kentongan’ dan berbagai jenisnya di
nusantara, dan daerah lain masih ada yang memakai ‘gong’ dsb. Tetapi intinya
daerahnya ke tempat tertentu untuk ber komunikasi secara langsung dan bersifat
point to multi-point karena tujuannya adalah agar satu orang bisa berkomunikasi
point to point dari perangkat yang sudah ada di dunia ditunjang oleh sejarah
telekomunikasi point to point dari Belanda. Hal ini ditandai dengan tercatatnya
adanya perusahaan swasta yang menyediakan jasa pos dan telegraf swasta pada
tahun 1882 di Indonesia. Suatu perusahaan swasta yang kemudian akan diambil
alih oleh Indonesia dan kemudian melalui proses yang panjang menjadi PT.
Telkom.
29
kebutuhan ini Indonesia harus memilliki Satelit sendiri. Menimbang kalau terus
bergantung pada satelit milik negara lain akan memakan biaya dalam waktu yang
panjang.
yang bersifat menghubungkan satu titik ke satu titik lain dan tidak dimaksudkan
sebagai alat pengumuman) yang muncul dan berkembang pada masa itu:
• Telegraf (1882):
dengan pos dan sama seperti jasa pos modern ini masih dipakai untuk hal-hal
sebuah perangkat telegraf yang dipakai oleh Indonesia. dalam hal ini hanya bisa
disimpulkan bahwa akses ke perangkat ini hanya dimiliki oleh kaum elit, militer
dan perkantoran. Memasuki tahun ’90 akhir perangkat ini tergantikan dengan fax
pertama muncul adalah telepon manual. Sebuah telepon yang masih memakai
yang ingin ditujunya. Hal ini sangat memakan waktu dan juga bergantung terbatas
pada jumlah saluran yang tersedia. Dalam hal ini Selo Sumardjan mengeluhkan
kenyataan sulitnya berkomunikasi via telepon pada masa sebelum satelit. Dalam
tulisannya beliau menyatakan bahwa untuk melakukan telepon lokal jarak jauh
saja dari Jakarta waktu menunggu koneksinya adalah dalam hitungan jam bukan
Meskipun masih ada perangkat telekomunikasi lain pada saat ini yaitu
point to multipoint dan dengan demikian tidak menjadi fokus pembahasan dalam
penulisan ini.
Negara mana teknologi itu ditemukan. Meskipun demikian ada juga teknologi
20
Sumardjan, Selo. The Social and Cultural effects of Satellite
Communications, bahan seminar AMIC-DEPPEN di Jakarta Juli 25-27 1990
mengenai Socio-Economic Impact of Broadcast Satellites in the Asia-Pacific
Region.
31
telekomunikasi yang baru adalah diluncurkannya Satelit Palapa 6 Juni 1976. Hal
Beberapa satelit Palapa telah diluncurkan, mengenai data jenis dan jangkauannya
akan dilampirkan pada akhir penulisan ini. Secara singkat satelit Palapa pertama
adalah Palapa A1 diluncurkan pada tahun 1976, dan Palapa A2 yang diluncurkan
tahun 1977.
• Pager (1976):
Pager tidak dapat digunakan untuk komunikasi 2 arah seperti telpon genggam.
Pager pertama kali di operasikan di Indonesia oleh 3 operator pada tahun 1976.
dengan pertambahan jumlah pelanggan telpon genggam dalam kurun waktu yang
• Telex, Facsimille.
berupa pengiriman isyarat tulisan atau grafis. Semula jarak jangkau terbatas antar
• Telepon. (1976-sekarang):
lambatnya koneksi dan jangkauan bisa diatasi. Dalam hal koneksi muncul telepon
otomat dimana koneksi sudah terjadi secara otomatis dan tidak lagi melalui
operator manual. orang tidak perlu lagi menelpon operator dan menyatakan tujuan
Sambungan
Telepon
0.10 0.10 0.20 0.60 3.20 3.60
(Per 100
orang)
21
http://globalis.gvu.unu.edu/indicator_detail.cfm?Country=ID&IndicatorID=42#r
ow
33
maka pada tabel ini terlihat bahwa peningkatan jumlah pemakai telepon juga baru
mulai meningkat pada tahun 1980. Laju peningkatan dalam 20 tahun kedepan
sangatlah luar biasa di Indonesia, 0.60 per 100 orang berarti hampir satu orang
dalam setiap penduduk Indonesia sudah memiliki sambungan telepon. Hal ini
belum tentu dicapai tanpa adanya satelit. Infrastruktur kabel tembaga untuk
sambungan telepon belum tentu bisa menjaring jumlah yang sama dengan kurun
waktu itu.
pengguna telpon genggam dalam kurun waktu yang sama. Telpon genggam hadir
Telepon genggam (HP) merupakan sebuah telepon kecil yang bisa dibawa
kemanapun dan bisa menjadi alat telekomunikasi selama terjangkau oleh jaringan
frekuensi yang ditebarkan oleh transmitter (BTS). BTS disebarkan di banyak titik
22
Muhamad Shiroth dan Nur Mohammad Amin, TREND INDUSTRI
TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA, Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia. Depok, 1998. Bisa dilihat di web :
http://www.angelfire.com/id/akademika/mstrendtel98.html
34
strategis di Indonesia. Secara sederhana cara kerja HP adalah seperti radio, tetapi
sedangkan radio fungsinya hanya untuk menyiarkan gagasan dari operatornya tapi
antara lain: AMPS, TDMA, GSM dan yang terakhir masuk adalah CDMA23.
Untuk membahas satu per satu sistem komunikasi HP ini tidak sepenuhnya
relevan dengan pembahasan. Tetapi yang menarik adalah masa GSM, seperti yang
dikutip di atas HP jenis ini masuk pada tahun 1993 dan sampai dengan tahun 2000
HP berbasis sistem GSM ini menjadi pilihan masyarakat. Statistik berikut ini
HP GSM masuk di Indonesia. hanya dalam kurun waktu 5 tahun setelahnya jumah
ini meningkat menjadi hampir 2 orang per 100 orang dari populasi Indonesia.
23
Ibid.
24
http://globalis.gvu.unu.edu... loc. cit.
35
Pada tahun 2000 jumlah telepon juga sudah meningkat ke tingkat yang
luar biasa. 3,2 per 100 orang dari populasi indonesia sudah memiliki telpon rumah
pada tahun ini. Kesadaran untuk bertelekomunikasi via media telepon maupun HP
sudah tinggi pada tahun 2000. Dari data inilah perkembangan telekomunikasi
Indonesia lajunya tinggi, yaitu di bagian perangkat telefoni. Tetapi hal inilah yang
satelit Palapa. Untuk dapat menerima pancaran sinyal dari satelit Palapa saat itu
sebagai stasiun relay baik untuk televisi, radio, telex dan telpon. Saat ini teknologi
ini mengalami banyak tantangan dari teknologi penerima satelit yang dapat
sebagai individu sosial yang senang berinteraksi dengan individu lain berupaya
INDONESIA 1976-2000
yang kedua. Manusia perlu melakukan komunikasi satu sama lain untuk
Setiap etnis ini memiliki wujud budayanya sendiri dan dengan demikian memiliki
25
Koentjaraningrat., Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2009), hlm. 150
36
37
memiliki bentuk bahasanya sendiri. Struktur dan pola berbahasa Jawa yang asli
kebudayaan Jawa menekankan pada posisi atau status sosial dalam masyarakat.
bangsawan, rakyat biasa, golongan santri dan golongan abangan yaitu masyarakat
masyarakat Jawa ini menganut budaya seperti dikutipan di atas dengan penuh
kesadaran akan siapa dirinya dalam pandangan umum. Dari 5 sistem kebudayaan
yang dikemukakan oleh Edi Sedyawati27. Sistem nilai, sistem kekerabatan dan
bahasa dalam kebudayaan Jawa adalah hal yang menentukan dalam komunikasi.
26
Tim Wacana Nusantara, Harmonisasi Bahasa dalam Kebudayaan
Jawa; http://www.wacananusantara.org/content/view/category/2/id/544
27
Sedyawati, Edi., loc cit. hlm 7-8.
38
a. Sistem Nilai.
ngono, nanging mbok aja ngono (mungkin anda betul, tetapi jangan
memakai cara seperti itu). Sikap itu harus diterapkan, misalnya, ketika
seseorang atau sekelompok orang berhasil menangkap pencuri ayam dan lalu
menghajarnya sampai babak belur atau bahkan sampai mati. Masyarakat Jawa
tidak diajarkan menggunakan cara semacam itu; mereka harus berlaku tega
larane ora tega patine. Doktrin ini berimplikasi bahwa mereka boleh-boleh
mereka telah tega lara tega pati (tega menyakiti sekaligus tega membunuh)
Sikap lain yang dihindari oleh masyarakat Jawa adalah sikap atau
perilaku atas dasar pamrih. Berperilaku atau bertindak atas dasar pamrih
28
Fatchul Mu’in bin Sihjar Imodimedjo adalah Mahasiswa Jurusan Sastra
Inggris (Seksi Kebahasaan) Fakultas Sastra UNDIP Semarang (1982-1987) dan
Program Studi Pengkajian (Sastra) Amerika UGM Yogyakarta (1998-2001),
Staf Pengajar FKIP Unlam Banjarmasin (1989-Sekarang).
39
keselarasan sosial. Pamrih terutama kelihatan dalam tiga nafsu, yaitu: nefsu
menange dhewe, nefsu benere dhewe, dan nefsu butuhe dhewe yang
sendiri. Sikap yang menandai watak yang luhur adalah kebebasan dari pamrih
atau sepi ing pamrih. Orang dikatakan sepi ing pamrih bila dia semakin tidak
perlu gelisah dan prihatin terhadap dirinya sendiri, semakin bebas dari nafsu
doktrin narimo ing pandum dilakukan dengan didahului sikap sabar. Dengan
kesadaran bahwa pada waktunya nasib baik pun tiba. Narimo berarti
Narimo menuntut kekuatan untuk menerima apa yang tidak dapat dielakkan
digabung dengan ing pandum atau lengkapnya narimo ing pandum. Istilah
dan dalam keadaan sulit pun bereaksi secara rasional, tidak ambruk, dan juga
29
Tim Wacana Nusantara, loc. cit.
30
Ibid.
40
sumarah berarti pula bahwa seseorang yang setelah melakukan pekerjaan atau
diri kepada Yang Mahakuasa dengan suatu harapan bahwa apa yang telah
Berbagai aspek dari budaya Jawa yang menjadi ciri khas atau karakter
yang merupakan salah satu aspek budaya Jawa terikat oleh beberapa aturan
yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya kelas sosial, usia, jenis
31
Ibid.
41
diperkuat manakala Bahasa Jawa dipergunakan oleh dua generasi usia, tua
b. Sistem Kekerabatan.
kebudayaan Jawa. Hal ini disebabkan karena kaum bangsawan adalah orang-
yang hidup dalam masyarakat Jawa diantaranya; keterikatan yang kuat pada
perselisihan.
42
menjaga sikap dan kelakuan. Golongan Bangsawan juga memiliki rasa yang
serupa terhadap sesama dan golongan yang lebih rendah darinya. Sebagai
kata-kata yang halus berbahasa kromo Inggil terhadap yang berstatus tinggi di
sikap rikuh diperlihatkan dengan kepatuhan pada orang yang lebih tua.
sikap ini juga mempertahankan perilaku hormat pada orang tua yang sangat
c. Sistem Bahasa.
bahasa mempunyai fungsi sosial dan fungsi kultural. Bahasa sebagai fungsi
sebagai aspek kultural, bahasa sebagai sarana pelestarian budaya dari satu
ragam bahasa yang ada sesuai dengan kebutuhannya. Oleh karena itu,
43
dalam pembicaraan atau gaya penuturan menunjuk pada situasi formal atau
atau cara pemakaian bahasa, misalnya bahasa lisan dan bahasa tulis. Dengan
Demikian pula halnya dengan bahasa Jawa. Dalam bahasa Jawa dikenal
Ngoko: Bahasa ngoko adalah suatu tatanan bahasa yang paling bawah,
digunakan dalam percakapan sehari-hari antara yang lebih tua dengan yang
yang sudah akrab akan tetapi masih menghormati satu sama lain. Ngoko
andhap itu dibagi menjadi dua: antya basa dan basa antya. Ngoko andhap
antya sampai sekarang masih digunakan, akan tetapi ngoko andhap antya
sudah lama tak digunakan bahkan sudah tak lagi dilestarikan dan dianggap
32
Prembayun Miji Lestari, SS., M.Hum. 2010. Bahasa Jawa: Sebuah
Telaah Bahasa dan “Komplikasinya”. Bisa juga dibaca di website:
http://ikadbudi.uny.ac.id/display.php?page=news&contentID=35
44
sirna. Contoh: Lho, sampean mau wes maem a? (Lho, kamu tadi sudah
makan?)33.
ngoko dan madhya krama. Madhya ngoko adalah sebuah bahasa yang
dikalobarasi dengan bahasa ngoko tetapi lebih lekat kedaerahan; bisa dibilang
bahasa daerah setempat yang tak semua masyarakat Jawa mengerti. Ciri-
cirinya:
dengan orang yang baru kenal atau orang yang dihormati. Bisa dikatakan
hampir sama dengan ngoko andhap tetapi memunyai batasan: orang muda
33
Tim Wacana Nusantara, loc. cit.
45
tetapi kalimat-kalimat yang ditujukan adalah kepada orang yang diajak bicara
digunakan priyayi kecil atau anak bangsawan kepada utusannya. Akan tetapi,
dengan bahasa madya. Contoh: Lho, samang sampun dahar? (Lho, kamu
sudah makan?)
Kromo, Bahasa kromo atau krama adalah tingkatan tengah dalam bahasa
Jawa sebelum kromo inggil di mana tidak semua kosakata yang diucapkan
diganti dengan bahasa alus. Kromo digunakan kepada orang yang baru kenal
atau sejawat yang lebih dihormati. Contoh: Lho, samean sampun nedo? (Lho,
digunakan priyayi kecil (anak bangsawan) dengan priyayi yang lebih tua,
sekarang sudah jarang digunakan dan bisa dikatakan hampir punah kecuali
Bahasa ini juga hampir hilang dan perlu pelestarian.Ciri bahasa ini adalah
penyampaian yang halus dan kosakata yang digunakan tergolong tinggi dan
Jawa mulai luntur walaupun tidak sama sekali punah atau ditinggalkan
kondisi bahasa Jawa semakin kritis. Tatanan penggunaan bahasa dan unggah-
ungguh telah berkurang34. Hampir lebih dari setengah masyarakat muda Jawa
sekarang tidak mengerti bahasa tata krama. Ini disebabkan pendidikan orang
tua yang kurang kepada anaknya dan penggunaan bahasa yang lebih sering
34
Ibid.
47
lain karena pendidikan bahasa Jawa dalam sekolah tak lagi optimal dan
berbahasa Jawa itu terdapat sebuah tatanan penghormatan kepada orang yang
diajak bicara dan menunjukkan budi pekerti yang luhur bagi orang yang
berbicara35.
Demikian pula di Yokyakarta, beberapa hal yang menjadi ciri khas dari
bentuk karakter masyarakat Jawa antara lain seperti: Sikap yang santun atau
sering di sebut “halus”: Kepekaan yang tinggi atau menunjukkan rasa “rikuh,
sungkan, pekewuh, sugesti, gotong royong” dll walaupun masih nampak dalam
praktik hidup sehari-hari namun tidak seketat dahulu. Sikap hidup dan karakter
tersebut dapat diakui sebagai karakter dasar dari masyarakat Jawa asli
mengingat budaya adalah segala cipta karsa dan karya manusia maka tentunya
karakter dari pencipta akan nampak dalam hasil budayanya. Bila budaya
juga di dalamnya. Demikian juga halnya dalam komunikasi, bahasa adalah salah
satu unsur budaya dan juga merupakan bentuk dasar komunikasi. Bahasa
merupakan alat komunikasi yang berbentuk lisan dan tulisan yang dipergunakan
oleh individu maupun masyarakat. Tanpa ada bahasa berarti tidak ada masyarakat
dan tidak ada pergaulan. Sifat-sifat masyarakat terutama dapat dipelajari dari
35
Ibid.
48
tersebut.
Bentuk komunikasi antar individu Jawa yang dalam system budaya telah
Penuturan bahasa Jawa Ngoko dan kromo dimana penuturan bahasa Jawa Kromo
dipakai untuk berhadapan dengan orang secara sopan dan yang status sosialnya
lebih tinggi, sedangkan Jawa Ngoko dipakai untuk orang yang dianggap memiliki
status sosial atau kesopanan yang lebih rendah. Dengan demikian bahasa Jawa
ini. Dari cara berkomunikasi khususnya bahasa yang digunakan oleh seseorang,
namun juga tingkatan status sosial dari kalangan mana dia berasal dan selanjutnya
cara lain agar seseorang bisa mendapatkan status sosial yang tinggi di mata
masyarakat Jawa , tetapi melalui bahasa inilah masyarakat Jawa menilai dan
menghargai seseorang. Bahasa Jawa memiliki beberapa varian atau ragam yang
Lebih lanjut, di pulau Jawa hanya kota Yogyakarta yang disebut dengan
Daerah Istimewa, dan di peta dituliskan “DIY”. Hal ini dikarenakan ada beberapa
Salah satu dari keadaan khusus ini adalah keberadaan Kraton dan peran Sultan di
pandangan pada pusat kraton dan Sri Sultan masih dianggap penting sebagai
kesinambungan cara hidup mereka dalam dunia ini yang berubah. Walaupun
sekarang penduduk Yogyakarta cukup besar dan modern, kota ini adalah satu kota
yang masih terkenal sebagai penjaga kebudayaan Jawa dimana masyarakat tetap
melestarikan adat-istiadatnya. Dalam hal ini tradisi dan budaya Jawa dilestarikan
titik penentu dalam menghargai seseorang. Apabila tutur bicara Jawanya “halus”
maka orang Yogya masih akan menghargai orang tersebut (darimanapun asalnya)
lebih daripada seseorang yang berbicara bahasa Jawa yang lebih “kasar”.
Seseorang juga akan lebih dihargai apabila menunjukkan sikap yang halus atau
para perantau yang ada di Yogyakarta. Mereka yang berusaha untuk mempelajari
bahasa Jawa dan berusahaa menggunakannya dengan baik akan diterima dan
sebagai masyarakat biasa namun cukup dihormati lebih dari masyarakat Jawa
golongan biasa. Demikian pula bagi perantau yang tidak mempelajari bahasa Jawa
tetapi berkelakuan baik, bertenggang rasa dan banyak membantu orang asli
Jawa yang bisa berbicara dengan bahasa Jawa Halus, maka keduanya akan saling
menghargai dan waspada agar tidak sampai salah berbicara dan menyinggung satu
sama lain. Tidaklah demikian halnya bila komunikasi yang terjadi antar dua orang
yang berbeda kemampuan berbahasa Jawanya. Bila satu orang tingkatan bahasa
Jawanya lebih kasar dari yang lain maka yang mampu berbicara bahasa yang lebih
halus akan berbicara dengan bahasa kasar untuk menyesuaikan dengan lawan
bicaranya, tetapi hal ini juga berarti bahwa yang lebih kasar bahasa Jawanya akan
bisa disindir atau dikata-katai dengan bahasa Jawa halus tanpa disadarinya. Hal
seperti ini sering terjadi bila penutur bahasa Jawa Kasar tersebut mempunyai
karakter yang tidak baik. Komunikasi perorangan juga eksis dalam bentuk
ngerumpi atau ngegosip. Menyindir merupakan satu kebiasaan yang eksis dalam
masyarakat Jawa sejak dahulu kala, berbeda dengan bentuk komunikasi jamak,
sindiran Jawa bersifat perorangan atau kelompok kecil, dan berakhir pada bentuk
Perubahan bahasa dan pemertahanan bahasa merupakan dua sisi dari satu
mata uang. Keduanya merupakan hasil kolektif dari pemilihan bahasa. Jika
perubahan bahasa yang terjadi, maka pada saat itu masyarakat memutuskan untuk
memilih bahasa (atau unsur kebahasaan dari bahasa) yang baru untuk
menggantikan yang lama. Dan sebaliknya, jika pemertahanan bahasa yang terjadi
maka pada saat itu masyarakat memutuskan untuk meneruskan pemakaian bahasa
jumlah penutur paling banyak dari penutur bahasa daerah lain, akan tetapi banyak
sadar atau tidak, dengan sengaja atau tidak disengaja bahasa Jawa mulai di-delete
bentuk bahasa lain. Masyarakat merasa lebih bangga, bergengsi, dan berkelas jika
perkembangan jaman, guna menaikkan prestise, agar dikatakan gaul, funky, dan
alasan lainnya. Sehingga tidak heran jika anak-anak jaman sekarang tingkah
lakunya dengan orang tua kurang atau bahkan tidak menghormati, kurang
baik-baik justru misuh-misuh. Hal ini bisa terjadi karena mereka tidak
52
yang sangat nyata. Bisa kita lihat dan rasakan sendiri perkembangan jaman dan
terutama kalangan muda untuk mampu menggunakan bahasa yang global dan
mendunia sehingga kita dapat berperan aktif menuju modernisasi. Misalnya saja
penggunaan bahasa Inggris di daerah kota dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini
Mereka cenderung lebih mencoba mengikuti kebudayaan baru yang lebih ngetren
agar tidak dibilang kuno maupun primitif. Pelahan-lahan budaya berbahasa Jawa
ditinggalkan. Orang tua juga ikut berperan dalam perkembangan bahasa Jawa ini.
anak mereka akan menerapkannya saat mereka berbicara terutama kepada orang
yang lebih tua. Namun sebaliknya, orang tua malah mendidik anaknya dengan
orang Yogyakarta perlu melestarikan budaya leluhurnya kembali. Hal ini perlu
36
Prembayun, loc. cit.
53
merupakan kota transit dari wisatawan manca negara dan kota pelajar dimana
DI YOGYAKARTA 1976-2000
sinilah masalah mulai muncul, batasan jarak juga menekankan perbedaan kultur
atau etnis yang dimiliki oleh seseorang. Derasnya komunikasi antar kultur atau
etnis ini menimbulkan interaksi yang tinggi dari seseorang dengan orang lain yang
sesuai aturan budaya, tetapi kalau ada yang melakukannya sesuai aturan maka
orang itu akan lebih dihargai di mata orang Jawa. Permasalahannya dengan
54
55
satelit Palapa pada tahun 1976 adalah hasil dari pemikiran ini, Palapa menjadi
orang dari kampung tidak takut lagi untuk merantau karena bisa menjaga
sistem kebudayaan.
Pada masa awal telekomunikasi sistem nilai kebudayaan Jawa masih belum
Perangkat telepon pada masa sebelum Palapa sudah dimiliki oleh beberapa
56
menyatakan untuk menunggu koneksi telepon manual pada masa ini bisa sampai
berjam-jam37. Bentuk telekomunikasi awal yang masih terbatas dan belum berada
pada jangkauan masyarakat secara luas ini belum ada pengaruh nyatanya pada
Pada tahun 2000 sudah ada sambungan telepon untuk 3 orang dari 100 orang
penduduk di Indonesia39.
langsung ini bertentangan dengan sistem kebudayaan Jawa. Hal ini nyata pada
37
Sumardjan, Selo., loc. cit. hlm. 5.
38
Ibid.
39
Sesuai dengan tabel 1 pada bab II.
57
sistem kebudayaan Jawa, bersifat lebih to the point dan cuek, atau ingin
Seperti yang sudah dipaparkan di Bab III, Sepi ing pamrih adalah suatu
nilai dalam kebudayaan Jawa yang menuntut seseorang untuk tidak menuntut
pamrih dari perbuatannya. Hal ini juga tampak dari sikap orang Jawa yang
Jawa. Kebiasaan untuk bersikap rikuh, menjaga tatap mata, senyum, dan tutur
kata yang sopan tidak perlu lagi ditekankan dalam berkomunikasi melalui
Memang sekarang ada telepon yang dilengkapi dengan speaker tetapi fasilitas
ini jarang dipakai. Dengan begitu tidak mudah bagi lingkungan dari kedua
berbicara. Berbeda dengan sewaktu masih harus bertamu di mana kalau ada
tutur kata salah maka pasti ada teguran dari lingkungan sekitar.
58
Pada masa perangkat telepon sang pengguna tidak bisa melihat lawan
bicaranya, ia hanya bisa mendengar suaranya dan dari suara tersebut ia menilai
situasi di tempat lawan bicaranya. Selain itu juga tarif telpon di masa awal
Palapa masih mahal sehingga seseorang berkomunikasi dengan beban ini. Hal
ini sering menimbulkan kesalahan dalam menjaga perasaan lawan bicara yang
notabene merupakan salah satu unsur dalam tata nilai budaya Jawa. Kesalahan-
Narimo ing pandum dan sumarah adalah sistem nilai yang menekankan
pada kesabaran untuk bisa menerima perubahan. Salah satu unsur yang
telekomunikasi adalah suatu jasa, dan oleh karena itu ada harga untuk
masyarakat bergerak ke arah bentuk komunikasi yang lebih praktis dan tidak
lagi memperhatikan budaya yang menekankan pada tata krama atau tata nilai
komunikasi di Jawa. Pada awalnya masih ada sedikit nilai rikuh yang tercermin
awalnya masih rikuh dan merasa tidak enak kalo menggunakan HP di depan
umum. HP masa ini masih dianggap hal yang berkesan berlebihan. Tetapi pada
akhir tahun ’90-an HP mulai dianggap wajar dan menjadi trend di Yogyakarta
bagi para pelajar. Bentuk komunikasi via perangkat yang baru mulai
operator-nya. Bahasa SMS, bicara ‘2 detikan’ adalah buktinya. Pada masa itu
ini. Bicara ‘2 detikan’ adalah solusi yang ditemukan oleh generasi muda untuk
banyak hal daripada bicara ‘2 detikan’. Sayangnya SMS terbatas pada 160
karakter yang bisa dituliskan dalam sekali kirim. Hal ini tentunya tidak akan
cukup bila perlu menyampaikan lebih dari satu informasi. Secara logis bila
60
informasi atau dalam hal ini kata-kata bisa disingkat ke dalam satu SMS maka
komunikasinya akan lebih murah. Bagi perantau di Yogyakarta hal ini lebih
lazim untuk dilakukan bila kondisi ekonominya yang tidak menentu. Dengan
begitu orang terbiasa mempersingkat tutur kata dan lebih praktis dalam
berkomunikasi.
orang lain. Sistem nilai kebudayaan seperti sopan santun dan sikap untuk
cara bertutur kata sebagai pendatang di yogyakarta, sistem permisi untuk bisa
menemui orang, dsb. Hal-hal seperti inilah yang mulai hilang sekarang.
Sikat rikuh dipertunjukkan anak terhadap orang tua dan kerabatnya melalui
generasi muda terhadap orang tuanya. Mungkin sebagian orang tua akan masih
menegur anaknya untuk memakai tutur kata yang benar sesuai sistem
61
memisahkan lawan bicara sesuai statusnya. Bisa terlihat nyata sekarang bahwa
Hanya segelintiran orang Jawa yang masih memperhatikan status sosial lawan
kebutuhan generasi muda untuk berinteraksi. Dulu masih banyak orang tua
Sekarang hal ini sudah mulai lazim dan dibiarkan oleh orang tua. Meskipun di
62
yang tepat. Tetapi jumlah komunikasi di luar rumah jauh lebih banyak dan
masih berlanjut di rumah melalui perangkat. Hal ini tidak akan mempengaruhi
sesama orang Jawa. Tetapi bila lawan bicaranya lebih banyak adalah
mengembangkan nilai-nilai yang praktis dan egosentris. Hal ini terlihat pada
pada tutur kata. Dari sapaan awal menelpon menghilangnya kesopanan dan
rasa tidak enak untuk mengganggu kesibukkan lawan bicara sudah terlihat.
Tutur kata yang lebih sopan dan menunjukkan nilai rikuh dalam berbahasa
adalah seperti “Hallo, selamat siang, pak. Maaf kalau mengganggu Lia-nya
ada?” Hal ini dulu pada masa awal telepon (1970-1980an) masih ada. Bahkan
bila lawan tujuannya adalah orang Jawa masih ada yang memakai bahasa Jawa
menjadi lebih sederhana: “Siang, pak. Lianya ada?” kebiasaan ini mengarah ke
sistem bahasa yang lebih praktis. Generasi muda mulai mengabaikan kebiasaan
untuk mengatur tutur katanya. Sistem bahasa mulai berubah menjadi praktis
terhadap kerabat atau keberadaan orang lain yang ada di sekitar lawan
untuk menyingkat kata. Seperti kata “habis” menjadi “hbs”, “kamu” menjadi
“km”. Hal ini juga terjadi pada generasi muda di Yogyakarta seringkali kata
“kowe” disingkat jadi “kw”. Semua ini dilakukan supaya dalam keterbatasan
Inggris untuk menunjukkan kesan modern. Hal ini merubah sistem bahasa
menjadi “you” dalam pembicaraan atau “u” dalam SMS. Dengan ini sistem
menekankan pada kesabaran dan sungkan berubah menjadi praktis dan ceplas-
ceplos. Hal ini sangat nyata sewaktu memperhatikan generasi muda di Yogyakarta
mempertahankan kebudayaan Jawa itu sendiri. Pada era globalisasi ini muncul
pola pikir yang menilai bahwa kebudayaan Barat adalah yang terbaik. Generasi
kebudayaan Jawa. Orang tua dalam hal ini tidak lagi melestarikan nilai-nilai
kebudayaan Jawa tetapi mendukung anaknya untuk lebih modern. Hal ini tidak
bisa disalahkan karena orang tua tentunya ingin anaknya berkembang dan
memiliki masa depan di jaman modern. Tetapi pelestarian budaya juga tetap harus
diwariskan.
Dalam hal ini Yogyakarta sangat beruntung untuk memiliki Kraton dengan
Sultan sebagai pamong budayanya. Tradisi dan kebudayaan Jawa bisa terjaga
melalui keberadaan Sultan. Tetapi generasi muda Yogyakarta juga masih butuh
bimbingan harian dalam memahami kebudayaan Jawa dari orang tuanya. Dari
tetapi minat generasi muda terhadap hal ini sudah mulai hilang. Hal-hal seperti
mall dan bioskop lebih diminati oleh generasi muda yang sekarang. Perangkat
telekomunikasi sendiri sudah sering menjadi media promosi diskon di mall atau
lagi bertanya untuk mencari info. Dengan perangkat HP saja banyak informasi
lingkungan, status dan juga perilaku Jawa. Semua ini menekankan seseorang
untuk hidup selaras dengan sesamanya dan memahami alam sekitarnya. Dengan
begitu konsep manusia sebagai bagian dari alam dan juga masyarakat bisa
dipetakan.
BAB V
PENUTUP
masih diperdebatkan, Claudio Chappe atau Alxander Graham Bell. Tetapi diantara
keduanya Bell adalah yang lebih tepat untuk dikatakan sebagai Bapak
Telepon inilah yang pertama kali mencangkupi seluruh dunia dan memulai era
Oleh karena itu Satelit Palapa diluncurkan pada tanggal 6 Juni 1976. Dengan
perangkat adalah hal yang lazim dipakai oleh generasi muda Yogyakarta.
kebiasaan komunikasi antar individu mereka menjadi lebih praktis dan ’ceplas-
66
67
menekankan pada sifat yang tidak egois dan tidak menonjolkan diri. Sewaktu
dan tingkatan bahasa Jawa yang perlu dipakai. Nilai-nilai kesabaran dan
kesadaran akan status ke-Jawaannya mulai hilang. Orang tua sebagai pewaris
kebudayaan pada generasi muda. Hal ini juga perlu diterapkan oleh generasi muda
tidak. Perlu ada komunikasi yang tetap melestarikan nilai kebudayaan Jawa di
Buku :
68
69
Setiadi, Elly M., et al. Ilmu Sosial dan Budaya dasar: Edisi kedua. Jakarta:
Kencana. 2009
Stakes, Jane. How to do Media and Cultural Studies. Yogyakarta: Bentang. 2006
Website
http://emprit.wordpress.com/2009/02/18/perubahan-dan-strategi-kelas-sosial-
pada-masyarakat-jawa/ Data diakses pada tanggal 24 Agustus 2010.
http://globalis.gvu.unu.edu/indicator_detail.cfm?Country=ID&IndicatorID=42#ro
w Data diakses pada tanggal 9 Oktober 2010.
http://kangarul.wordpress.com/2009/07/31/empat-fase-perkembangan-
komunikasi-manusia/ Data diakses pada tanggal 24 Agustus 2010.
Laporan Penelitian
Pinoy Internet: Philippines Case Study karya tim ITU. Maret 2002. Jenewa,
Switzerland.