Anda di halaman 1dari 125

KECEMASAN ADANYA GEGER BUDAYA PADA ELITE PASKA

DITETAPKANNYA TANJUNG LESUNG MENJADI KAWASAN


EKONOMI KHUSUS ( KEK )

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu
Komunikasi Pada Konsentrasi Jurnalistik Program Studi Ilmu Komunikasi

Oleh:
Riska Monica Putri
6662112279

KONSENTRASI JURNALISTIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG – BANTEN
Lembaran Moto :

“Sesuatu akan menjadi kebanggaan

Jika sesuatu itu di kerjakan

Dan bukan hanya di fikirkan,

Sebuah cita – cita akan menjadi kesuksesan

Jika kita awali dengan bekerja untuk mencapainya,

Bukan hanya menjadi impian”

iv
ABSTRAK

Riska Monica Puteri


KECEMASAN ADANYA GEGER BUDAYA PADA ELITE PASKA
DITETAPKANNYA TANJUNG LESUNG MENJADI KAWASAN EKONOMI
KHUSUS ( KEK )

Paska ditetapkannya daerah wisata Tanjung Lesung sebagai Kawasan Ekonomi


Khusus (KEK) terdapat pro dan kontra dari beberapa kalangan elite masyarakat
diantaranya akademisi, mahasiswa, ulama dan juga ahli tata kota. Para elitis
masyarakat tersebut sebagian menganggap penetapan Tanjung Lesung sebagai
KEK adalah sebuah kemajuan bagi Provinsi Banten dan juga dapat mendorong
perekonomian warga Banten terutama masyarakat sekitar kawasan Tanjung
Lesung sendiri. Sebagiannya lagi menganggap penetapan Tanjung Lesung
sebagai KEK terlalu terburu buru dan tidak melihat aspek sosiokultural
masyarakat sekitar kawasan Tanjung Lesung. Dampak dari penetapan Tanung
Lesung sebagai KEK diantaranya adalah aksi unjuk rasa yang dilansakanakan
para ulama se-Banten yang menuntut pemerintah agar menunda peresmian KEK
Tanjung Lesung karena pada proses audiensinya tidak melibatkan ulama. Dalam
penelitian ini peneliti mengunakan teori hambatan komunikasi antar budaya dan
juga teori kecemasan social. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode
penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan fenomenologis. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa hambatan psikologis menjadi hambatan yang paling
berpengaruh pada proses komunikasi antara pengelola KEK dengan ulama yang
menolak KEK. Selain itu, hambatan fisik seperti jauhnya akses menuju Tanjung
Lesung dan juga kondisi jalan yang tidak bagus membuat sulitnya komunikasi
menjadi efektif antara beberapa pihak yang terlibat pro dan kontra dalam
pembangunan KEK, termasuk para elitis masyarakat yang ada di dalamnya.

Kata kunci : kawasan ekonomi khusus, Tanjung Lesung, Komunikasi antar


budaya Hambatan Komunikasi
ABSTRACT

Riska Monica Puteri


ANXIETY IS ELITE CULTURE SHOCK AFTER BEING ESTABLISHMENT
OF TANJUNG LESUNG SPECIAL ECONOMIC ZONE (SEZ)
Post-enactment of the tourist area of Tanjung Lesung as Special Economic Zones
(SEZ) are the pros and cons of some among them academics, students, scholars
and urban planning expert. Most authorities consider the establishment of
Tanjung Lesung as KEK is a progress for the province of Banten and also can
stimulate the economy, especially the people of Banten residents around Tanjung
Lesung own. Partly considers the establishment of Tanjung Lesung as KEK are in
a hurry and do not see the sociocultural aspects of the community around the area
of Tanjung Lesung. The impact of the establishment of Tanung Dimples as KEK
include rallies dilansakanakan the scholars throughout Banten who demanded the
government to postpone the inauguration of KEK Tanjung Dimples because the
process does not involve ulama audience. In this study, researchers using the
theory of communication barriers between cultures and also the theory of social
anxiety. In this study, the authors use descriptive qualitative research method with
a phenomenological approach. The results showed that the psychological barriers
become the bottleneck of the most influential in the process of communication
between managers KEK with scholars who rejected KEK. In addition, physical
barriers such as access to Tanjung Lesung away and also good road conditions
makes it difficult to be effective communication between parties involved in the
construction of the pros and cons of SEZ.

Keywords: special economic zones, Tanjung Lesung, Intercultural


communication, Communication Barriers
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahhi Wabarakatuh, rasa syukur yang

berlimpah kepada Allah Subhanahuwwata’ala atas rahmat dan karunia-Nya

karena penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul “ KECEMASAN

ADANYA SHOCK CULTURE PADA MASYARAKAT YANG

DITETAPKANNYA TANJUNG LESUNG MENJADI KAWASAN EKONOMI

KHUSUS ( KEK ). Tidak lupa juga salawat serta salam penulis junjungkan

kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam serta para sahabatnya,

semoga rahmat dan karunia-Nya selalu dilimpahkan kepada-Nya. Skripsi penulis

selesaikan yaitu untuk memenuhi tugas akhir yang diadakan oleh Program Studi

Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu social dan Ilmu Politik di Universitas Sultan

Ageng Tirtayasa dalam perjalanan dan proses yang sudah penulis lewati cukup

tidak mudah. Namun atas ijin Allah Subhanahuwwata’ala serta doa yang selalu

dipanjatkan, bimbingan serta dukungan yang penulis terima langsung maupun

tidak dari semua pihak yang terlibat.oleh karena itu,penulis ingin mengucapkan

terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan

skripsi ini, antara lain kepada :

1. yang pertama kepada orang tua yang penulis sayangi mamah, papah,

nenek, dan kakek yang selalu mendukung lewat doa yang tidak pernah

henti untuk saya pribadi.

2. Dr. Agus Sjafari, M.Si Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

vii
3. Ibu Dr. Rahmi Winangsih, M.Si selaku ketua Prodi Jurusan Ilmu

Komunikasi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

4. Bapak Ikhsan Ahmad, S.IP, M.Si selaku dosen pembimbing I yang begitu

sabar dalam membimbing penulis dari awal hingga akhir.

5. Bapak Dr. Ing Rangga Galura Gumelar, M.Si selaku dosen pembimbing

ke II yang sangat telaten dan detail dalam merevisi kesalahan-kesalahan

dalam penulisan skripsi sehingga pada akhirnya benar.

6. Keluarga kecil suami dan calon anakku yang masih dalam kandungan

terimakasih telah menemani perjalanan dan proses untuk mendapatkan

gelar yang penulis perjuangkan untuk kalian berdua .

7. Para sahabat saya ceca yang selalu mendukung dari sejak awal saya masuk

di bangku kuliah hingga makan, tidur, kita lakukan bersama-sama

walaupun pada akhirnya mereka satu persatu lulus dukungan mereka tetap

dating dan diberikan pada saya. Terimakasih ya Atang, Carlina,

Khaerinisa, Dona, Reiza, Vina, Icha, Emak dessy, Cindy, Delia, Isal, Indri

dan Rike.

8. Teman-teman satu kelas saya yang satu dalam berjuang bersama Yuda,

Eki, Anton, Beni, Sabrina, Lena, Isti, Ibos, Novi, Okta, dan teman-teman

lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu.

9. Serta semua pihak staf fakultas dan diluar kampus yang juga tidak bisa

penulis sebutkan satu-persatu .

Semoga semua yang kalian berikan kepada penulis dengan tulus dan Ikhlas

akan dibalas oleh Allah Subhanahuwwata’ala. Akhir kata penulis menyadari

viii
bahwa skripsi Ini masih banyak kekurangan mengingat terbatasnta kemampuan

yang penulis miliki. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan sarannya, yang

bersifat membangun untuk perbaikan di masa yang akan dating, semoga Skripsi

ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

ix
DAFTAR ISI

PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................................................ i

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................ iii

LEMBARAN MOTO .......................................................................................... iv

ABSTRAK ..............................................................................................................v

ABSTRACT .......................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii

DAFTAR ISI ...........................................................................................................x

DAFTAR TABEL............................................................................................... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................7

1.3 Identifikasi Masalah .......................................................................................8

1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................................8

1.5 Kegunaan Penelitian .......................................................................................9

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................10

2.1 Tinjauan Komunikasi Antar Budaya ............................................................10

2.1.1 Pengertian Komunikasi Antar Budaya ......................................................10

2.1.2 Tujuan Komunikasi Antar Budaya ............................................................12

2.1.3 Fungsi Komunikasi Antar Budaya ............................................................13

2.1.4 Pendekatan Komunikasi Antar Budaya .....................................................15

2.1.5 Hambatan Komunikasi Antar Budaya .......................................................17

x
2.2 Kecemasan ....................................................................................................18

2.2.1 Pengertian Kecemasan...............................................................................18

2.2.2 Faktor-faktor penyebab Kecemasan ..........................................................20

2.2.3 Jenis-jenis Kecemasan ...............................................................................21

2.3 Geger budaya ................................................................................................23

2.4 Kawasan Ekonomi Khusus ...........................................................................31

2.5 Elite Masyarakat ..........................................................................................36

2.6 Kerangka Berpikir ........................................................................................37

2.7 Penelitian Sebelumnya .................................................................................39

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN .............................................................42

3.1 Metode Penelitian .........................................................................................42

3.2 Paradigma Penelitian ....................................................................................43

3.3 Teknik Pengumpulan Data ...........................................................................44

3.3.1 Studi Pustaka ......................................................................................44

3.3.2 Wawancara .........................................................................................45

3.3.3 Observasi ............................................................................................45

3.4 Narasumber ..................................................................................................46

3.5 Teknik Analisis Data ....................................................................................47

3.6 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................48

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN..........................................................50

4.1 Deskripsi Objek Penelitian ...........................................................................50

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ............................................................................51

4.2.1 Hambatan Teknis Pada Masyarakat KEK .................................................52

xi
4.2.2 Hambatan Psikologis Pada Masyarakat KEK ...........................................54

4.2.3 Hambatan Fisik Pada Masyarakat KEK ....................................................57

4.2.4 Hambatan Budaya Pada Masyarakat KEK ................................................60

4.3 Analisis Data ................................................................................................63

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................90

5.1 Kesimpulan ..................................................................................................90

5.2 Saran .............................................................................................................92

xii
DAFTAR TABEL

4.2.1 Hambatan Teknis Pada Masyarakat KEK .................................................52

4.2.2 Hambatan Psikologis Pada Masyarakat KEK ...........................................56

4.2.3 Hambatan Fisik Pada Masyarakat KEK ....................................................60

4.2.4 Hambatan Budaya Pada Masyarakat KEK ................................................65

xiii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pandeglang merupakan kabupaten yang memiliki potensi sangat baik

dalam hal obyek wisata alam, religi, sejarah, serta seni budayanya. Potensi wisata

tersebut harus dikembangkan dan dilestarikan sesuai perkembangan zaman pada

saat ini serta mengikuti selera wisatawannya. Upaya dipromosikannya potensi

wisata ini agar bisa membangkitkan dan menggerakan masyarakat umum untuk

datang berkunjung menikmati keindahan panorama alam, pegunungan, maupun

wisata alam lainnya yang tersedia di Kabupaten Pandeglang.

Disamping itu Kabupaten Pandeglang juga mempunyai tata letak geografis

yang sangat strategis karena berdekatan dengan Ibu Kota Negara dan ibukota

Provinsi Banten, Berdasarkan data dari Google Maps, jarak antara Kabupaten

Pandeglang dan DKI Jakarta hanya 85 KM dan dapat ditempuh dalam waktu 1,5-2

jam. Hal ini memudahkan bagi para wisatawan untuk berkunjung ke obyek wisata

yang berada di Pandeglang, kemajuan dunia wisata bagi Pembangunan

Pemerintah Daerah Kabupaten Pandeglang sangat penting dalam rangka

meningkatkan perekonomian masyarakat pelaku usaha pariwisata.

Seyogyanya perkembangan wisata Pandeglang harus ditingkatkan,

diwujudkan dan dilaksanakan melalui beberapa program dan kegiatan pariwisata

secara berkelanjutan agar terencana dan terarah tujuannya untuk mencapai sesuai

dengan yang diharapkan. Pembangunan dan pengembangan kepariwisataan juga

mempunyai peranan penting dalam meningkatkan penyerapan tenaga kerja.

1
2

Berbicara pariwisata di Pandeglang tidak lepas dari wisata pantai Tanjung

Lesung, dengan panorama pantai yang indah juga pasir yang putih yang ada dan

terhampar luas. Tanjung Lesung adalah sebuah daerah di Kabupaten Pandeglang

yang telah disahkan pada tahun 2012, oleh pemerintah Republik Indonesia di PP

No. 26/2012 yang menerangkan tentang Penetapan aturan Kawasan Ekonomi

Khusus (KEK) Tanjung Lesung yang di ajukan oleh PT. Banten West Java

Tourism Development Corporation, sebagai badan usaha pengusul dan telah

memenuhi kriteria untuk menyelenggarakan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)

Tanjung Lesung. Selain itu Pemerintah Republik Indonesia melalui Undang-

Undang Nomor 39 Tahun 2009 menjelaskan tentang batas wilayah atau zona

untuk menyelenggarakan (KEK) juga para penyelenggara Kawasan Ekonomi

Khusus tersebut.

Progres pengembangan kawasan ini sampai dengan saat ini dapat berjalan

dengan baik meskipun harus diakui bahwa dalam beberapa hal dirasakan masih

belum optimal. Walaupun sudah beroperasi namun belum ada perubahan yang

signifikan di Tajung Lesung dikarenakan pembebasan jalur jalan Tol Serang –

Tanjung Lesung baru akan dilakukan pada Tahun 2016 ini dan itu membutuhkan

waktu yang cukup lama. Kemudian pihak swasta yang membangun (KEK)

Tanjung Lesung baru mempunyai target pembangunan landasan pacu pada

pertengahan 2016. Tidak hanya infrastuktur masalah yang melingkupi seperti

minimnya (SDM) sumber daya manusia dengan latar belakang pendidikan

kepariwisataan, dari sisi fasilitas umum, akses internet sejauh ini masih terbatas.
3

Saat ini ada delapan KEK (Kawasan Ekonomi Khusus) yang ditetapkan

oleh pemerintah yaitu Tanjung Lesung – Banten, Sei Mangkei – Sumatra Utara,

Palu – Sulawesi Tengah, Bitung – Sulawesi Utara, Mandalika – NTB, Morotai –

Maluku Utara, Tanjung Api Api – Sumatra Selatan, dan yang terakhir Maloi

Batura – Trans Kalimantan/MBTK – Kalimantan Timur. Dari 8 ( delapan ) KEK

tersebut, yang sudah mulai beroprasi yaitu KEK Sei Mangkei dan KEK Tanjung

Lesung.

Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung melalui BAPPEDA (Badan

Perencanaan Daerah) yang bekerjasama dengan PT. Banten West Java Tourism

Development Corporation Telah mengupayakan adanya sosialisasi yang diberikan

kepada khalayak yang di tujukan kepada masyarakat di Daerah Tanjung Lesung.

Penyuluhan yang sudah beberapa kali telah dilaksanakan, dan sosialisasi pertama

kali yang dilangsungkan pada tanggal 26 April 2012 di Op Room Sekretariat

Daerah Kabupaten Pandeglang, yang dimana sosialisasi ini melibatkan peserta

dari Badan, Dinas serta Kantor Pemerintahan yang berada di kabupaten

Pandeglang. Tahapan awal sosialisasi yang di lakukan oleh pihak pemerintah

Kabupaten Pandeglang belum mengarah kepada masyarakat setempat.

Sosialisasi yang ditujukan kepada perwakilan masyarakat di mulai pada

tanggal 10 Oktober 2012 di Kp. Cikadu desa Tanjung Jaya Kecamatan

Panimbang, 24 April 2013 di Hotel Kharisma Labuan, 2 Mei 2013 di Aula PKPRI

Pandeglang, dan terakhir sosialisasi tentang Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung

Lesung dilaksanakan pada tanggal 14 Oktober 2014 di Hotel Sofyan Inn Altama

Kabupaten Pandeglang. Dimana masing – masing sosialisasi tersebut di hadiri


4

oleh Bupati, Sekretaris Daerah, SKPD Terkait, MUSPIKA (Musyawarah

Pimpinan Kecamatan), MUI (Majelis Ulama Indonesia) Kabupaten Pandeglang,

Unsur Perguruan Tinggi, LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), Lembaga

Kepemudaan, tokoh masyarakat dan perwakilan warga desa.

Pada umumnya, sosialisasi – sosialisasi yang di lakukan oleh pemerintah

Kabupaten Pandeglang dan PT. Banten West Java Tourism Development

Corporation adalah untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang

penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus ( KEK ) Tanjung lesung, Selain itu

juga Membangun kesepahaman antar stake holder tentang Kawasan Ekonomi

Khusus (KEK) Pariwisata Tanjung Lesung.

Sebagai upaya diserminasi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata

Tanjung Lesung; Menginformasikan tujuan, sasaran, manfaat dan perkembangan

progres rencana aksi nasional dan rencana aksi daerah dalam mendukung

pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung

Mendayaupayakan peran serta para penyuluh di Kabupaten Pandeglang sebagai

upaya penguatan kapasitas sumber daya manusia.

Disamping peresmian yang dilakukan Presiden Joko Widodo dengan

melakukan nota kesepahaman ( MOU penandatanganan ) antara pihak pengelola

yaitu PT. Banten West Java (BWJ) pada tanggal 23 Febuari 2015 keberadaan

kawasan yang merupakan industry pariwisata ini mendapatkan respon keberatan

dari Kesultanan Banten dan beberapa ulama Banten. Pernyataan keberatan yang

datang langsung melalui surat terbuka yang dikirimkan kepada Presiden Joko

Widodo oleh Ratubagus H. Bambang Wisanggeni Soerjatmadja. Penolakan yang


5

dilakukan oleh Kesultanan Banten dan beberapa ulama Banten ini terkait adanya

ke khawatiran yang di anggap akan merusak moral dan akhlak masyarakat dengan

Banten yang terkenal Religius. Geger budaya dari segi religious inilah yang di

khawatirkan oleh Kesultanan dan ulama Banten yang akan masuk lebih utama

pada masyarakat Banten.

Selain surat terbuka, penolakan – penolakan tersebut juga dilakukan

dengan cara berdemonstrasi. Berdasarkan berita yang dirilis oleh

fesbukbantennews.com pada tanggal 23 Februari 2015 lalu, para ulama, kyai dan

kenadziran Banten melakukan aksi demonstrasi dalam rangka menolak

diresmikannya Tanjung Lesung sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).

Berikut adalah kutipan pernyataan KH. Yusuf Al-Mubarok, juru bicara dewan

ulama se-Banten berdasarkan berita fesbukbantennews.com1

“harus tau KEK ini peruntukannya untuk apa. Karena investor ini
banyak negatifnya. Jangan sampai nelayan kewalahan dengan usahanya
dan jangan sampai pribumi hanya menjadi kacung di daerahnya sendiri”

Berdasarkan berita fesbukbantennews.com, para ulama dan kyai tersebut

tidak diikutsertakan dalam musyawarah terkait peresmian Tanjung Lesung

sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Sehingga menurut mereka harus

dilaksanakan renegosiasi agar seluruh lapisan masyarakat terlibat dalam

penyelenggaraan Tanjung Lesung sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).

Dalam pengertian yang umum elite itu menunjuk sekelompok orang yang

dalam masyarakat menempati kedudukan tinggi. Dalam arti lebih yang khusus

1
Dikutip dari fesbukbantennews.com dengan judul Kyai, jawara dan kenadziran Banten lama
tolak Jokowi resmikan KEK Tanjung Lesung, diakses pada 23 April 2016 pkl. 08.04
6

dapat diartikan sekelompok orang terkemuka di bidang-bidang tertentu dan

khususnya golongan kecil yang memegang kekuasaan. Dalam cara pemakaiannya

yang lebih umum elite dimaksudkan: “posisi di dalam masyarakat di puncak

struktur-struktur sosial yang terpenting, yaitu posisi tinggi di dalam ekonomi,

pemerintahan aparat kemiliteran, politik, agama, pengajaran, dan pekerjaan-

pekerjaan dinas”.

Dalam suatu kehidupan sosial yang teratur, baik dalam konteks luas

maupun yang lebih sempit, dalam kelompok heterogen maupun homogen selalu

ada kecenderungan untuk menyisihkan satu golongan tersendiri sebagai satu

golongan yang penting, memiliki kekuasaan dan mendapatkan kedudukan yang

terkemuka jika dibandingkan dengan massa.

Masyarakat Tanjung Lesung yang tidak menjadi elitis masyarakat secara

umum tentunya belum memahami dengan jelas apa itu kawasan ekonomi khusus

(KEK). Sehingga dikhawatirkan masyarakat Tanjung Lesung mengalami geger

budaya atau yang biasa disebut geger budaya. Misalnya saja, masyarakat di Desa

Tanjung Jaya yang sudah lama sekali hidup berdampingan kemudian setelah

penetapan KEK ini rumah dan tanah mereka dibeli oleh pemerintah dan mereka

harus pindah rumah dan memulai kehidupan baru dengan lingkungan yang baru.

Secara psikologis tentunya ini mengguncang masyarakat tersebut. Apalagi sisi

psikologis anak-anak yang harus mencari teman baru. Selain itu, lahan pertanian

masyarakat tempat mereka mencari nafkah juga dibeli pemerintah sehingga

meskipun memiliki uang ganti rugi, namun mereka harus kehilangan

pekerjaannya.
7

Penulis juga mencari referensi lain tentang sosialisasi yang dilakukan

pemerintah terhadap masyarakat Tanjung Lesung atas penetapan daerahnya

sebagai Kawasan Ekonomi Khusus. Dan berdasarkan penelitian sebelumnya

dengan judul “Perencanaan strategi Humas Pemprov Banten pasca ditetapkannya

KEK Pariwisata Tanjung Lesung, Pandeglang” 2 karya Iman Mukhroman dan

Rangga Galura Gumelar penulis melihat bahwa berdasarkan penelitian tersebut

Humas Pemprov Banten belum memiliki rencana strategis dan belum memahami

rencana taktik PR dalam meminimalisir sisi negative dan menjadi control terhadap

SKPD terkait dalam peningkatan dan pengembangan KEK Tanjung Lesung.

Dari masalah geger budaya yang dibuktikan dengan adanya konflik seperti

penolakan melalui surat terbuka dan juga demonstrasi oleh beberapa pihak maka

penulis menilai ada nya kecemasan yang tibul di masyarakat setelah

ditetapkannya Tanjung Lesung menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).

Sehingga penulis mengambil penelitian dengan judul “kecemasan adanya geger

budaya pada masyarakat paska ditetapkannya Tanjung Lesung menjadi Kawasan

Ekonomi Khusus (KEK)”

1.2 Rumusan Masalah

Dengan mengacu pada latar belakang permasalahan, maka rumusan

masalahnya “Kecemasan Adanya Geger budaya Pada Elite Paska

Ditetapkannya Tanjung Lesung Sebagai Kawasan Ekonomi Khusus ( KEK )”

2
Diunduh dari jurnal.kominfo.org pada tanggal 18 Mei 2016 pkl. 19.30
8

1.3 Identifikasi Masalah

Berdasarkan permasalahan di atas maka penulis mengidentifikasikan

masalahnya sebagai berikut :

1. Bagaimana hambatan- hambatan penyampaian pesan atau informasi terjadi

karena adanya kecemasan masuknya Geger budaya ke masyarakat

Banten?

2. Bagaimana usaha para instansi terkait untuk menindak lanjuti masalah

hambatan teknis dalam mensosialisasikan KEK Tanjung Lesung ?

3. Bagaimana usaha para instansi terkait untuk menindak lanjuti masalah

hambatan psikologis dalam mensosialisasikan KEK Tanjung Lesung ?

4. Bagaimana usaha para instansi terkait untuk menindak lanjuti masalah

hambatan fisik dalam mensosialisasikan KEK Tanjung Lesung ?

5. Bagaimana usaha para instansi terkait untuk menindak lanjuti masalah

hambatan budaya dalam mensosialisasikan KEK Tanjung Lesung ?

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana Geger budaya terjadi pada masyarakat yang

ditetapkannya Tanjung Lesung sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)

2. Untuk mengetahui bagaimana hambatan- hambatan penyampaian pesan

atau informasi terjadi karena adanya kecemasan masuknya Geger budaya

ke masyarakat Banten
9

3. Untuk mengetahui bagaimana usaha para instansi terkait untuk menindak

lanjuti masalah penolakan yang dilakukan masyarakat Banten akibat

kurangnya penyampaian pesan atau informasi mengenai KEK

4. Untuk mengetahui bagaimana usaha-usaha instansi dalam menanggapi

adanya geger budaya pada masyarakat Tanjung Lesung

1.5 Kegunaan Penelitian

1.5.1 Kegunaan Teoritis

Peneliti diharapkan dapat memberikan kontribusinya untuk bisa

menguraikan permasalahan yang timbul di dalam masyarakat Banten mengenai

adanya penolakan akibat kecemasan-kecemasan yang dirasakan masyarakat

Banten dengan diresmikanya Tanjung lesung menjadi (KEK) Tanjung Lesung.

1.5.2 Kegunaan Praktis

Dengan melakukan penelitian ini peniliti diharapkan dapat memberikan

Informasi yang merata tentang adanya informasi KEK Tanjung Lesung dan

mengajak Masyarakat yang belum pernah mengujungi kawasan ekonomi khusus

agar tidak timbulnya kontra terhadap KEK Tanjung Lesung


10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Komunikasi Antar Budaya

2.1.1 Pengertian Komunikasi Antar Budaya

Berbicara mengenai komunikasi antarbudaya tidak dapat dielakkan dari

pengertian kebudayaan (budaya). Kata “kebudayaan” berasal dari bahasa

sanskerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau

“akal”. Dengan demikian ke-budayaan dapat diartikan sebagai “hal-hal yang

bersangkutan dengan akal3. Menurut ilmu antropologi kebudayaan adalah

keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka

kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Hal ini

berarti bahwa seluruh tindakan manusia dalam kehidupan sehari-hari adalah

kebudayaan karena sangat sedikit tindakan manusia yang tidak perlu dibiasakan

dengan belajar. Bagaimana manusia makan, minum, berjalan, berinteraksi dengan

manusia lainnya itu semua berpengaruh pada budaya individu itu sendiri. Ada

sarjana lain yang mengartikan kebudayaan sebagai hasil dari cipta, karsa, dan

rasa.

Berdasarkan pemikiran tersebut, maka komunikasi antarbudaya merujuk

pada fenomena komunikasi di mana para partisipan yang berbeda latar belakang

kultural menjalin kontak satu sama lain secara langsung maupun tidak langsung.

Ketika komunikasi antarbudaya mempersyaratkan dan berkaitan dengan kesamaan

3
Alo Liliweri, Dasar-Dasar Komunikasi Antar Budaya, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2004 hlm 8

10
11

dan perbedaan kultural antara pihak-pihak yang terlibat, maka karakteristik

kultural dari partisipan bukan merupakan fokus studi. Titik perhatian dari

komunikasi antarbudaya adalah proses komunikasi antara individu dengan

individu dan kelompok dengan kelompok

Komunikasi antarbudaya lebih menekankan aspek utama yakni

antarpribadi di antara komunikator dan komunikan yang kebudayaannya berbeda.

Jika kita berbicara tentang komunikasi antarpribadi, maka yang dimaksud adalah

dua atau lebih orang terlibat dalam komunikasi verbal atau non verbal secara

langsung. Apabila kita menambahkan dimensi perbedaan kebudayaan ke

dalamnya, maka kita berbicara tentang komunikasi antarbudaya. Maka seringkali

dikatakan bahwa komunikasi antarbudaya merupakan komunikasi antarpribadi

dengan perhatian khusus pada faktor-faktor kebudayaan yang mempengaruhinya.

Dalam keadaan demikian, kita dihadapkan dengan masalah-masalah yang ada

dalam situasi di mana suatu pesan disandi dalam suatu budaya dan harus disandi

balik dalam budaya lain.

Komunikasi antarbudaya terjadi apabila pemberi dan penerima pesan

berasal dari budaya yang berbeda. Budaya mempengaruhi orang yang

berkomunikasi. Budaya bertanggung jawab atas seluruh perbendaharaan perilaku

komunikatif dan makna yang dimiliki oleh setiap orang. Konsekuensinya,

perbendaharaan-perbendaharaan yang dimiliki dua orang yang berbeda yang dapat

menimbulkan berbagai macam kesulitan.


12

2.1.2 Tujuan Komunikasi Antar Budaya

Tujuan komunikasi antarbudaya adalah mengurangi ketidakpastian tentang

orang lain. Gudykunst dan Kim4 menunjukkan bahwa orang-orang yang tidak

saling mengenal selalu berusaha mengurangi tingkat ketidakpastian melalui

peramalan yang tepat atas relasi antrapribadi. Usaha untuk mengurangi tingkat

ketidakpastian itu dapat dilakukan melalui tiga tahap reaksi, yaitu:

 Pra-kontak atau tahap pembentukan kesan melalui simbol verbal maupun

non verbal (apakah komunikan suka berkomunikasi atau menghindari

komunikasi)

 Initial contact and impression, yakni tanggapan lanjutan atas kesan yang

muncul dari kontak awal tersebut

 Closure, mulai membuka diri anda yang semula tertutup melalui atribusi

dan pengembangan kepribadian implisit. Teori atribusi menganjurkan agar

kita harus lebih mengerti perilaku orang lain dengan menyelidiki motivasi

atas suatu perilaku atau tindakan seseorang.

Apabila individu dapat mengurangi tingkat ketidakpastian tentang orang

lain maka ia akan mempunyai peluang yang makin besar untuk memahami orang

tersebut. Selain tingkat ketidakpastian (uncertainty) maka seseorang akan

menghadapi tingkat kecemasan tertentu ketika berkomunikasi dengan seseorang

dari kebudayaan lain. Kecemasan adalah suatu perasaan yang kurang

menyenangkan, tekanan batin, perasaan bersalah atau ragu-ragu tentang orang

4
Ibid hlm 19
13

yang sedang dihadapi. Kecemasan mengandung suasana emosional yang tidak

bersifat kognitif dan perilaku.

2.1.3 Fungsi Komunikasi Antar Budaya

Komunikasi antar budaya, sebagaimana dijelaskan dalam buku Dasar-

dasar Komunikasi Antar Budaya karya Alo Liliweri 5 bahwa fungsi komunikasi

pada umumnya memiliki dua fungsi utama yaitu sebagai fungsi pribadi yang

meliputi identitas sosial, integrasi sosial, kognitif dan melepaskan diri. Serta

memiliki fungsi sosial seperti pengawasan, menjembatani, sosialisasi dan

menghibur.

Dalam proses komunikasi antar budaya, terdapat beberapa perilaku

komunikasi individu yang digunakan untuk menyatakan identitas diri maupun

identitas sosial. Perilaku tersebut dinyatakan melalui tindakan berbahasa baik

secara verbal maupun non verbal. Dari perilaku berbahasa itulah dapat diketahui

asal-isil suku bangsa, agama maupun tingkat pendidikan seseorang.

Selain sebagai identitas sosial, komunikasi antarbudaya berfungsi sebagai

integrasi sosial. Dalam kasus komunikasi antarbudaya yang melibatkan perbedaan

budaya antara komunikator dengan komunikan maka integrasi sosial merupakan

tujuan utama komunikasi. Salah satu contoh integrasi sosial adalah ketika kita

menggunakan atribut-atribut yang berasal dari satu kebudayaan ketika kita berada

di wilayah mereka. Seperti menggunakan lomar Baduy saatt berada di kawasan

suku Baduy.

5
Ibid hlm 36-44.
14

Komunikasi antarbudaya, sebagai sebuah kajian ilmu sosial tentu menjadi

sumber pengetahuan bersama. Kita dapat mempelajari satu budaya dengan

berinteraksi dengan masyarakat di budaya tersebut. Saling mepelajari kebudayaan

menjadi satu fungsi dari komunikasi antarbudaya agar budaya yang ada dapat

dikembangkan dan juga dilestarikan agar tidak hilang keberadaannya.

Fungsi terakhir dari fungsi pribadi komunikasi antarbudaya adalah sebagai

jalan keluar. Konsultasi sebagai salah satu bentuk komunikasi menjadi hal yang

penting dalam kounikasi antarbudaya. Dengan mempelajari budaya tertentu

terkadang kita mendapatkan informasi dan juga inspirasi dari masalah yang kita

hadapi.

Selain memiliki fungsi pribadi, komunikasi antarbudaya juga memiliki

fungsi sosial salah satunya fungsi pengawasan. Dalam proses komunikasi

antarbudaya, fungsi ini bermanfaat untuk menginformasikan “perkembangan”

tentang lingkungan. Fungsi pengawasan ini biasanya dilakukan oleh media massa

yang menyebarluaskan secara rutin perkembangan peristiwa yang terjadi di sekitar

kita meskipun peristiwa itu terjadi dalam konteks kebudayaan yang berbeda.

Sebagai bentuk komunikasi lintas budaya, komunikasi antarbudaya

berfungsi untuk menjembatani perbedaan komunikasi diantara komunikator dan

komunikan. Fungsi tersebut terkontrol melalui pesan yang diberikan, tafsir yang

digunakan dan makna yang sama.

Fungsi komunikasi antarbudaya yang selanjutnya adalah sebagai

sosialisasi nilai. Fungsi sosialisasi merupakan fungsi untuk mengajarkan dan

memperkenalkan nilai-nilai kebudayaan suatu masyarakat kepada masyarakat


15

lain. Dalam komunikasi antarbudaya seringkali tampil perilaku non verbal yang

kurang dipahami namun lebih penting daripadanya adalah bagaimana menagkap

nilai-nilai yang erkandung dalam gerakan tubuh, gerakan imajiner dan symbol

tertentu dalam kebudayaan tersebut.

Fungsi terakhir dari komunikasi antarbudaya adalah untuk menghibur.

Fungsi menghibur juga sering ditampilkan dalam proses komunikasi antarbudaya.

Pertunjukan-pertunjukan seni dan budaya selain berfungsi untuk memberikan

gambaran seni, juga memiliki fungsi menghibur orang yang menontonnya. Salah

satu bentuk hiburan dalam konteks komunikasi antarbudaya adalah tayangan

Srimulat yang popular di layar televise Indonesia.

2.1.4 Pendekatan Komunikasi Antarbudaya

Dalam bahasa teoritis dikenal beberapa pendekatan terhadap komunikasi

antarbudaya6, yaitu :

1. Pendekatan psikologis

2. Pendekatan interpretatif

3. Pendekatan kritis

4. Pendekatan dialektikal

5. Pendekatan dialog kultural

6. Pendekatan kritik budaya

Pendekatan psikologi sosial ini sebetulnya lebih didominasi oleh para

penganut paham fungsionalis yang menekankan pendekatan yang bersifat etik.

6
Ibid hlm 65-70
16

Pendekatan ini memandang bahwa hanya peneliti yang bebas dan berada diluar

objek penelitian yang akan menghasilkan kesimpulan yang objektif. Berbeda

dengan pendekatan psikologi sosial, pendekatan interpretative mengharuskan

peneliti berada di dalam objek penelitian. Asumsi dasarnya adalah bahwa

keberadaan dan kehidupan merupakan kontstruksi dari sebuah realitas.

Perbedaan utama dari pendekatan kritis dengan pendekatan yang lain

terletak pada macro context yang lebih menekankan pada konteks seperti realitas

sosial, politik dan isu-isu ekonomi yang mempengaruhi komunikasi antarbudaya,

dan lebih khusus lagi meneliti hubungan kekuasaan diantara beberapa budaya.

Pendekatan yang keempat adalah pendekatan dialektikal. Pendekatan ini

merupakan gabungan dari ketiga pendekatan sebelumnya dan berasumsi bahwa

sesuatu yang disebut realitas adalah dialektikal.

Pendekatan selanjutnya adalah pendektan yang menekankan pada isu-isu

internasionalisme dan juga humanism yaitu pendekatan dialog kultural.

Pendekatan ini berasal dari konsep yang mengatakan bahwa sains merupakan alat

praktis yang perlu digunakan manusia, dan sumbangan para teoritisi adalah

memberikan kontribusi keilmuannya untuk meningkatkan pemahaman tentang

dunia. Dan pendekatan yang terakhir adalah pendekatan kritik budaya. Pendekatan

ini berusaha mencari dan menemukan isu-isu utama yang mendorong terjadinya

konflik dalam setiap budaya sehingga mengakibatkan salah satu atau lebih

kebudayaan disosialisasikan oleh masyarakat.


17

2.1.5 Hambatan Komunikasi Antarbudaya

Menurut Hafied Cangara dalam Pengantar Ilmu komunikasi, mengatakan

bahwa hambatan komunikasi ialah adanya hambatan yang membuat proses

komunikasi tidak berlangsung sebagaimana harapan komunikator pada penerima. 7

Hambatan komunikasinya sebagai berikut:

1. Hambatan Teknis

Hambatan teknis terjadi jika salah satu alat digunakan dalam

berkomunikasi mengalami gangguan, sehingga informasi pengajaran yang

ditransmisi melalui saluran mengalami kerusakan (chanel noise)

2. Hambatan Psikologis

Hambatan psikologis terjadi karena adanya hambatan yang disebabkan

oleh persoalan-persoalan dalam diri individu. Misalnya rasa curiga

penerima pada sumber, situasi berduka atau karena gangguan kejiwaan

sehingga dalam penerimaan dan pemberian informasi tidak sempurna

3. Hambatan Fisik

Hambatan fisik ialah hambatan yang disebabkan karena kondisi

geografis. Misalnya jarak jauh sehingga sulit dicapai, tidak adanya sarana

kantor pos, kantor telepon, jalur transportasi dan sebagainya

4. Hambatan Budaya

Hambatan budaya ialah hambatan yang terjadi disebabkan karena

adanya perbedaan norma, kebiasaan dan nilai-nilai yang dianut oleh pihak-

pihak yang terlibat dalam berkomunikasi.8

7
Hafied Cangara. 1998. Pengantar Ilmu Komunikasi. hal 153
18

2.2 Kecemasan
2.2.1 Pengertian Kecemasan

Pada dasarnya, kecemasan merupakan hal wajar yang pernah dialami oleh

setiap manusia. Kecemasan sudah dianggap sebagai bagian dari kehidupan

sehari-hari. Kecemasan adalah suatu perasaan yang sifatnya umum, dimana

seseorang merasa ketakutan atau kehilangan kepercayaan diri yang tidak jelas asal

maupun wujudnya. Kecemasan adalah sesuatu yang menimpa hampir setiap orang

pada waktu tertentu dalam kehidupannya. Kecemasan merupakan reaksi normal

terhadap situasi yang sangat menekan kehidupan seseorang. Kecemasan bisa

muncul sendiri atau bergabung dengan gejala-gejala lain dari berbagai gangguan

emosi.

Menurut Kaplan, Sadock, dan Grebb dalam artikel Fitri Fauziah & Julianti

Widuri9 kecemasan adalah respon terhadap situasi tertentu yang mengancam, dan

merupakan hal yang normal terjadi menyertai perkembangan, perubahan,

pengalaman baru atau yang belum pernah dilakukan, serta dalam menemukan

identitas diri dan arti hidup. Kecemasan adalah reaksi yang dapat dialami

siapapun. Namun cemas yang berlebihan, apalagi yang sudah menjadi gangguan

akan menghambat fungsi seseorang dalam kehidupannya.

Kecemasan merupakan suatu perasaan subjektif mengenai ketegangan

mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari ketidakmampuan

mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa aman. Perasaan yang tidak

8
Ibid hal 156
9
Fitri dan Julianti, kecemasan; gejala dan penyebabnya, diakses dari jurnalperempuan.org pada 16
April 2016 pkl. 11.16
19

menentu tersebut pada umumnya tidak menyenangkan yang nantinya akan

menimbulkan atau disertai perubahan fisiologis dan psikologis.

Namora Lumongga Lubis10 menjelaskan bahwa kecemasan adalah

tanggapan dari sebuah ancaman nyata ataupun khayal. Individu mengalami

kecemasan karena adanya ketidakpastian dimasa mendatang. Kecemasan dialami

ketika berfikir tentang sesuatu tidak menyenangkan yang akan terjadi. Nevid

Jeffrey S, Rathus Spencer A, & Greene Beverly memberikan pengertian tentang

kecemasan sebagai suatu keadaan emosional yang mempunyai ciri

keterangsangan fisiologis, perasaan tegang yang tidak menyenangkan, dan

kekhawatiran bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Kecemasan adalah rasa

khawatir, takut yang tidak jelas sebabnya.

Kecemasan juga merupakan kekuatan yang besar dalam menggerakkan

tingkah laku, baik tingkah laku yang menyimpang ataupun yang terganggu.

Kedua-duanya merupakan pernyataan, penampilan, dan penjelmaan dari

pertahanan terhadap kecemasan tersebut11. Kesimpulan yang dapat diambil dari

beberapa pendapat diatas bahwa kecemasan adalah rasa takut atau khawatir pada

situasi tertentu yang sangat mengancam yang dapat menyebabkan kegelisahan

karena adanya ketidakpastian dimasa mendatang serta ketakutan bahwa sesuatu

yang buruk

2.2.2 Faktor-faktor Penyebab Kecemasan

Kecemasan sering kali berkembang selama jangka waktu dan sebagian

besar tergantunga pada seluruh pengalaman hidup seseorang. Peristiwa-peristiwa

10
Namora L Lubis, Pengantar Psikologi untuk kedokteran, 2009 hal 14
11
Skripsi, Singgih D Gunarsa, pengaruh prilaku anak terhadap motivasi belajar, diakses dari
repository.usu.ac.id
20

atau situasi khusus dapat mempercepat munculnya serangan kecemasan. Menurut

Savitri Ramaiah ada beberapa faktor yang menunujukkan reaksi kecemasan,

diantaranya yaitu :

a. Lingkungan

Lingkungan atau sekitar tempat tinggal mempengaruhi cara berfikir

individu tentang diri sendiri maupun orang lain. Hal ini disebabkan karena

adanya pengalaman yang tidak menyenangkan pada individu dengan

keluarga, sahabat, ataupun dengan rekan kerja. Sehingga individu tersebut

merasa tidak aman terhadap lingkungannya.

b. Emosi yang ditekan

Kecemasan bisa terjadi jika individu tidak mampu menemukan

jalan keluar untuk perasaannya sendiri dalam hubungan personal ini,

terutama jika dirinya menekan rasa marah atau frustasi dalam jangka

waktu yang sangat lama.

c. Sebab-sebab fisik

Pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan dapat

menyebabkan timbulnya kecemasan. Hal ini terlihat dalam kondisi seperti

misalnya kehamilan, semasa remaja dan sewaktu pulih dari suatu penyakit.

Selama ditimpa kondisi-kondisi ini, perubahan-perubahan perasaan lazim

muncul, dan ini dapat menyebabkan timbulnya kecemasan.


21

2.2.3 Jenis-jenis kecemasan

Kecemasan merupakan suatu perubahan suasana hati, perubahan didalam

dirinya sendiri yang timbul dari dalam tanpa adanya rangsangan dari luar.

Mustamir Pedak12 membagi kecemasan menjadi tiga jenis kecemasan yaitu:

a. Kecemasan Rasional

Merupakan suatu ketakutan akibat adanya objek yang memang

mengancam, misalnya ketika menunggu hasil ujian. Ketakutan ini

dianggap sebagai suatu unsur pokok normal dari mekanisme pertahanan

dasariah kita.

b. Kecemasan Irrasional

Yang berarti bahwa mereka mengalami emosi ini dibawah keadaan

keadaan spesifik yang biasanya tidak dipandang mengancam.

c. Kecemasan Fundamental

Kecemasan fundamental merupakan suatu pertanyaan tentang siapa

dirinya, untuk apa hidupnya, dan akan kemanakah kelak hidupnya

berlanjut. Kecemasan ini disebut sebagai kecemasan eksistensial yang

mempunyai peran fundamental bagi kehidupan manusia.

Sedangkan Kartono Kartini13 membagi kecemasan menjadi dua jenis

kecemasan, yaitu :

a. Kecemasan Ringan

Kecemasan ringan dibagi menjadi dua kategori yaitu ringan

sebentar dan ringan lama.Kecemasan ini sangat bermanfaat bagi


12
Mustamir Pedak, Metode Supernol menaklukan stress, tahun 2009 hlm 30.
13
Kartono Kartini, Sosiologi 2: Pengantar Metodologi Riset Sosial, Mandar Maju, Bandung, 2006
hlm 45
22

perkembangan kepribadian seseorang, karenakecemasan ini dapat menjadi

suatu tantangan bagi seorang individu untuk mengatasinya.Kecemasan

ringan yang muncul sebentar adalah suatu kecemasan yang wajar terjadi

pada individu akibat situasi-situasi yang mengancam dan individu tersebut

tidak dapat mengatasinya, sehingga timbul kecemasan. Kecemasan ini

akan bermanfaat bagi individu untuk lebihberhati-hati dalam menghadapi

situasi-situasi yang sama di kemudian hari.Kecemasan ringan yang lama

adalah kecemasan yang dapat diatasi tetapi karena individu tersebut tidak

segera mengatasi penyebab munculnya kecemasan, maka kecemasan

tersebut akan mengendap lama dalam diri individu.

b. Kecemasan Berat

Kecemasan berat adalah kecemasan yang terlalu berat dan berakar

secara mendalam dalam diriseseorang. Apabila seseorang mengalami

kecemasan semacam ini maka biasanya ia tidakdapat mengatasinya.

Kecemasan ini mempunyai akibat menghambat atau merugikan

perkembangan kepribadian seseorang. Kecemasan ini dibagi menjadi dua

yaitu kecemasan berat yang sebentar dan lama.Kecemasan yang berat

tetapi munculnya sebentar dapat menimbulkan traumatis padaindividu jika

menghadapi situasi yang sama dengan situasi penyebab munculnya

kecemasan.Sedangakan kecemasan yang berat tetapi munculnya lama akan

merusak kepribadian individu. Halini akan berlangsung terus menerus

bertahun-tahun dan dapat meruak proses kognisiindividu. Kecemasan yang


23

berat dan lama akan menimbulkan berbagai macam penyakitseperti darah

tinggi, tachycardia (percepatan darah), excited (heboh, gempar).

2.3 Geger budaya

Proses individu memperoleh aturan-aturan budaya komunikasi dimulai

pada masa awal kehidupan manusia. Melalui proses sosialisasi dan pendidikan,

pola-pola budaya ditanamkan ke dalam diri individu dan menjadi kepribadian dan

perilaku individu. Proses belajar yang terinternalisasikan ini memungkinkan

individu untuk berinteraksi dengan anggota-anggota budaya lainnya yang juga

memiliki pola-pola komunikasi serupa. Proses memperoleh pola-pola demikian

oleh individu itu disebut enkulturasi. Enkulturasi mengacu pada proses dimana

budaya ditransmisikan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Individu

mempelajari budaya, bukan mewarisinya. Kultur ditransmisikan melalui proses

belajar bukan melalui gen. Enkulturasi terjadi melalui orang tua, kelompok,

teman, sekolah, lembaga keagamaan, dan lembaga pemerintahan.

Secara psikologis, dampak dari akulturasi adalah stress pada individu-

invidu yang berinteraksi dalam pertemuan budaya tersebut. Fenomena ini

diistilahkan dengan kejutan budaya (culture shock). Pengalaman-pengalaman

komunikasi dengan kontak antarpersona secara langsung seringkali menimbulkan

frustasi. Istilah culture shock diperkenalkan oleh seorang antropolog yang

bernama Kalvero Oberg pada tahun 1960. Kalvero Oberg memberikan definisi

yang detail mengenai fenomena ini dalam paragraf berikut :

Kejutan budaya ditimbulkan oleh rasa gelisah sebagai akibat dari


hilangnya semua tanda dan simbol yang biasa kita hadapi dalam
24

hubungan sosial. Tanda dan petunjuk ini terdiri atas ribuan cara di mana
kita mengorientasikan diri kita sendiri dalam kehidupan sehari-hari;
bagaimana memberikan petunjuk, bagaimana membeli sesuatu, kapan dan
di mana untuk tidak berespons. Petunjuk ini dapat berupa kata-kata,
gerakan, ekspresi wajah, kebiasaan atau norma, diperlukan oleh kita
semua dalam proses pertumbuhan dan menjadi bagian dari budaya kita
sama halnya dengan bahasa yang kita ucapkan dan kepercayaan yang kita
terima. Kita semua menginginkan ketenangan pikiran dan efisiensi ribuan
petunjuk tersebut yang kebanyakan tidak kita sadari.

Dari defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa kejutan budaya adalah rasa

cemas dan kaget ketika individu memasuki budaya baru yang berbeda dengan

budaya yang sudah melekat pada dirinya. Budaya yang sudah melekat pada diri

individu ketika memasuki budaya baru akan tidak efektif karena setiap budaya

mempunyai caranya tersendiri. Mulyana mendefinisikan culture shock sebagai

kegelisahan yang mengendap yang muncul dari kehilangan tanda-tanda dan

lambang-lambang yang familiar dalam hubungan sosial. Tanda-tanda atau

petunjuk-petunjuk itu meliputi seribu satu cara yang kita lakukan dalam

mengendalikan diri kita sendiri dalam menghadapi situasi sehari-hari.

Istilah culture shock pertama kali diperkenalkan oleh antropologis yang

bernama Oberg. Menurutnya, culture shock didefinisikan sebagai kegelisahan

yang mengendap, yang muncul dari kehilangan semua lambang dan simbol yang

familiar dalam hubungan sosial, termasuk di dalamnya seribu satu cara yang

mengarahkan kita dalam situasi keseharian, misalnya: bagaimana untuk menberi

perintah, bagaimana membeli sesuatu, kapan dan dimana kita tidak perlu

merespon.14

14
Deddy Mulyana. 2006. Komunikasi Antarbudaya. hal 174
25

Culture shock adalah suatu penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan

atau jabatan yang diderita orang-orang yang secara tiba-tiba berpindah atau

dipindahkan ke lingkungan yang baru. Culture shock ditimbulkan oleh kecemasan

yang disebabkan oleh kehilangan tanda-tanda dan lambang-lambang dalam

pergaulan sosial. Orang akan kehilangan pegangan lalu mengalami frustasi dan

ketidaknyamanan dan mengecam lingkungan itu dan menganggap kampung

halamannya lebih baik dan terasa sangat penting. Orang cenderung mencari

perlindungan dengan berkumpul bersama teman-teman setanah air, kumpulan

yang sering menjadi sumber tuduhan-tuduhan emosional yang disebut stereotipe

dengan cara negative.15

Banyak definisi dari para ahli tentang culture shock, namun pada intinya,

peneliti dapat menyimpulan bahwa culture shock adalah kondisi kecemasan yang

dialami seseorang dalam rangka penyesuaiannya dalam lingkungan yang baru

dimana nilai budaya yang ada tidak sesuai dengan nilai budaya yang dimilikinya

sejak lama. Deddy Mulyana lebih mendasarkan culture shock sebagai benturan

persepsi yang diakibatkan penggunaan persepsi berdasarkan faktor-faktor internal

(nilai-nilai budaya) yang telah dipelajari orang yang bersangkutan dalam

lingkungan baru yang nilai-nilai budayanya berbeda dan belum ia pahami.

Lingkungan baru dapat merujuk pada agama baru, sekolah baru, lingkungan kerja

baru, dan sebagainya.

Lundstedt mengatakan bahwa gegar budaya adalah suatu bentuk

ketidakmampuan menyesuaikan diri (personality mal-adjustment) yang

15
Ibid
26

merupakan reaksi terhadap upaya sementara yang gagal untuk menyesuaikan diri

dengan lingkungan dan orang-orang baru. Sedangkan menurut P. Harris dan R.

Moran, gegar budaya adalah trauma umum yang dialami seseorang dalam suatu

budaya yang baru dan berbeda karena ia harus belajar dan mengatasi begitu

banyak nilai budaya dan pengharapan baru, sementara nilai budaya dan

pengharapan budayanya yang lama tidak lagi sesuai. Meskipun gegar budaya

sering dikaitkan dengan fenomena memasuki suatu budaya (yang identik dengan

negara) asing, lingkungan budaya baru yang dimaksud di sini sebenarnya bisajuga

merujuk pada agama baru, lembaga pendidikan (sekolah atau universitas) baru,

lingkungan kerja baru, atau keluarga besar baru yang dimasuki lewat perkawinan

(mertua, ipar, dan sebagainya). Bennet menyebut fenomena yang diperluas ini

dengan sebutan transition shock, suatu konsekuensi alamiah yang disebabkan

ketidakmampuan seseorang untuk berinteraksi dengan lingkungan baru dan

berubah dalam berbagai situasi, seperti perceraian, relokasi, kematian seseorang

yang dicintai, dan perubahan nilai yang berkaitan dengan inovasi sosial yang

cepat, juga kehilangan kerangka rujukan yang dikenal dalam memasuki budaya

lain.

Pada dasarnya gegar budaya adalah berbenturan persepsi, yang

diakibatkan penggunaan persepsi berdasarkan faktor-faktor internal (nilai-nilai

budaya) yang telah dipelajari orang yang bersangkutan dalam lingkungan baru

yang nilai budayanya berbeda dan belum ia pahami. Individu biasanya menerima

begitu saja nilai-nilai yang dianut dan dibawa sejak lahir, yang juga

dikonfirmasikan oleh orang-orang di sekitarnya. Namun, ketika individu


27

memasuki suatu lingkungan baru, ia mengahadapi situasi yang membuatnya

mempertanyakan kembali asumsi-asumsinya, tentang apa yang disebut kebenaran,

moralitas, kebaikan, kewajaran, kesopanan, kebijakan, dan sebagainya. Benturan-

benturan persepsi itu yang kemudian menimbulkan konflik dalam diri individu,

dan menyebabkannya merasa tertekan dan menderita stres. Efek stres inilah yang

disebut gegar budaya.

Ketika memasuki suatu lingkungan yang baru, seseorang tidak langsung

mengalami gegar budaya. Fenomena itu dapat digambarkan dalam beberapa

tahap. Peter S. Adler mengemukakan lima tahap dalam pengalaman transisional

ini: kontak, disintregasi, reintegrasi, otonomi, dan independensi. Tahap kontak

biasanya ditandai dengan kesenangan, keheranan, dan kekagetan, karena

seseorang melihat hal-hal yang eksotik, unik, dan luar biasa. Setelah tahap “bulan

madu” ini, individu mulai memasuki tahap kedua yang ditandai dengan

kebingungan dan disorientasi. Perbedaan menjadi lebih nyata ketika perilaku,

nilai, dan sikap yang berbeda mengganggu realitas perseptual individu. Individu

semakin jengkel, cemas, dam frustasi menghadapi perbedaan budaya itu. Lalu ia

pun merasa terasing dan tidak mampu mengatasi situasi yangbaru ini.

Kebingungan, keterasingan, dan depresi lalu menimbulkan disintegrasi

kepribadian individu ketika kebingungan mengenai identitasnya dalam skema

budaya yang baru itu terus meningkat.

Tahap reintegrasi, ditandai dengan penolakan atas budaya kedua. Individu

menolak kemiripan dan perbedayaan budaya melalui penstereotipan, generalisasi,

evaluasi, perilaku dan sikap yang serba menilai. Individu membenci apa yang
28

dialaminya tanpa alasan yang jelas. Pada tahap transisi ini, individu akan mencari

hubungan dengan orang-orang yang berasal dari budaya yang sama. Munculnya

perasaan negatif ini dapat merupakan tanda akan tumbuhnya kesadaran budaya

kita yang baru, kalau seseorang masih bertahan. Kembali ke budaya lama

merupakan pilihan lain untuk mengatasi dilema ini. Pilihan yang diambil

seseorang bergantung pada intensitas pengalamannya, daya tahan, atau

interpretasi dan bimbingan yang diberikan orang-orang penting disekitarnya.

Tahap otonomi dalam transisi ini ditandai dengan kepekaan budaya dan

keluwesan pribadi yang meningkat, pemahaman atas budaya baru, dam

kemampuan menyesuaikan diri dengan budaya baru seseorang. Seseorang menjadi

lebih santai dan mampu memahami orang lain secara verbal dan non verbal. Ia

merasa nyaman dengan perannya sebagai orang dalam – orang luar dalam dua

budaya yang berbeda. Akhirnya, menurut Adler pada tahap independensi, individu

menghargai perbedaan dan kemiripan budaya, bahkan menikmatinya. Seseorang

menjadi ekspresif, humoris, kreatif dan mampu mengaktualisasikan dirinya. Hal

terpenting ialah ia mampu menjalani transisi lebih jauh dalam kehidupan melewati

dimensi-dimensi baru dan menemukan cara-cara baru menjelajahi keberagaman

manusia.

Pada tahap inilah individu dapat menjadi manusia yang disebut “manusia

antarbudaya” yang memahami berbagai budaya, mampu bergaul dengan orang-

orang dari berbagai budaya lain, tanpa mengorbankan nilai-nilai budaya sendiri.

Manusia antarbudaya adalah orang yang telah mencapai tingkat tinggi dalam

proses antarbudaya yang atribut-atribut internalnya tidak didefinisikan secara


29

kaku, namun terus berkembang melewati parameter-parameter psikologi suatu

budaya. Manusia antarbudaya dilengkapi dengan kemampuan berfungsi

secarafektif dalam lebih dari satu budaya dan memiliki kepekaan budaya yang

berkaitan erat dengan kemampuan menunjukkan empati budaya.

Taft meringkas berbagai reaksi psikologis, sosial, dan fisik yang menandai

gegar budaya, meliputi :

 Kelelahan fisik, seperti diwujudkan oleh kedongkolan, insomnia (sulit

tidur), dan gangguan psikosomatik lainnya.

 Perasaan kehilangan karena tercerabut dari lingkungan yang dikenal.

 Penolakan individu terhadap anggota-anggota lingkungan baru.

 Perasaan tak berdaya karena tidak mampu menghadapi lingkungan asing.

Gegar budaya ini dalam berbagai bentuknya adalah fenomena yang

alamiah saja. Intensitasnya dipengaruhi oleh berbagai faktor, yang pada dasarnya

terbagi dua, yakni faktor internal (ciri-ciri kepribadian orang yang bersangkutan)

dan faktor eksternal (kerumitan budaya atau lingkungan baru yang dimasuki).

Tidak ada kepastian kapan gegar budaya ini akan muncul dihitung sejak individu

memasuki budaya lain. Itu bergantung pada sejauh mana perbedaan budaya yang

ada dan apakah individu memiliki ciri-ciri kepribadian yang kondusif untuk

mengatasi gegar budaya tersebut. Bila perbedaan budaya tidak terlalu besar dan

kita mempunyai kepribadian yang positif, seperti tegar dan toleran, kita mungkin

tidak akan mengalamai gegar budaya yang berarti. Sebaliknya, bila perbedaan

budaya bersifat ekstrem, sementara kita lembek, penakut, dan kurang percaya diri,

kemungkinan besar kita akan mengalami gegar budaya. Berbagai penelitian


30

empiris menunjukkan bahwa gegar budaya sebenarnya merupakan titik pangkal

untuk mengembangkan kepribadian dan wawasan budaya kita, sehingga kita dapat

menjadi orang-orang yang luwes dan terampil dalam bergaul dengan orang-orang

dari berbagai budaya, tanpa harus mengorbankan nilai-nilai budaya kita sendiri.

Ketika kita masuk dan mengalami kontak dengan budaya lain, dan

merasakan ketidaknyamanan psikis dan fisik karena kontak tersebut, kita telah

mengalami gegar budaya atau culture shock.16 Banyak pengalaman dari orang-

orang yang menginjakkan kaki pertama kali di lingkungan baru, walaupun sudah

siap, tetap merasa terkejut begitu sadar bahwa di sekelilingnya begitu berbeda

dengan lingkungan lamanya. Orang biasanya akan merasa terkejut atau kaget

begitu mengetahui bahwa lingkungan di sekitarnya telah berubah. Orang terbiasa

dengan hal-hal yang ada di sekelilingnya, dan orang cenderung suka dengan

familiaritas tersebut. Familiaritas membantu seseorang mengurangi tekanan

karena dalam familiaritas, orang tahu apa yang dapat diharapkan dari lingkungan

dan orang-orang di sekitarnya. Maka, ketika seseorang meninggalkan

lingkungannya yang nyaman dan masuk dalam suatu lingkungan baru, masalah

komunikasi akan dapat terjadi.17

Reaksi terhadap culture shock bervariasi antara satu individu dengan

individu lainnya, dan dapat muncul pada waktu yang berbeda. Reaksi-reaksi yang

mungkin terjadi, antara lain antagonis/memusuhi terhadap lingkungan baru. Rasa

kehilangan arah, rasa penolakan, gangguan lambung dan sakit kepala, homesick

pada lingkungan lama, rindu pada teman dan keluarga, merasa kehilangan status

16
Deddy Mulyana. 2006. Komunikasi Antarbudaya. hal 174
17
Ibid. hal 174
31

dan pengaruh, menarik diri menganggap orang-orang dalam budaya tuan rumah

tidak peka.18

Deddy Mulyana menyebut culture shock sebagai suatu penyakit yang

mempunyai gejala dan pengobatan tersendiri. Beberapa gejala culture shock

adalah buang air kecil, minum, makan dan tidur yang berlebihan, takut kontak

fisik dengan orang-orang lain, tatapan mata yang kosong, perasaan tidak berdaya

dan keinginan untuk terus bergantung pada penduduk sebangsanya, marah karena

hal-hal sepele, reaksi yang berlebihan terhadap penyakit yang sepele, dan

akhirnya, keinginan yang memuncak untuk pulang ke kampung halaman.

Dalam penelitian ini, peneliti hanya akan melakukan analisis terhadap

culture shock berupa hambatan – hambatan komunikasi Menurut Hafied Cangara

dalam Pengantar Ilmu komunikasi, mengatakan bahwa hambatan komunikasi

ialah adanya hambatan yang membuat proses komunikasi tidak berlangsung

sebagaimana harapan komunikator pada penerima.19 Hambatan tersebut

menurutnya yaitu hambatan tekhnis, semantic, psikologis, fisik, kerangka

berpikir, status sosial dan hambatan budaya. Pada penelitian ini, peneliti akan

menganalisis hambatan-hambatan tersebut pada masyarakat Desa Tanjung Jaya,

salah satu desa yang terkena dampak langsung dari dijadikannya kawasan

Tanjung Lesung sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).

2.4. Kawasan Ekonomi Khusus

Kawasan strategis berdasarkan kerangka acuan kerja (KAK) Badan

Perencanaan Daerah Kabupaten Pandeglang adalah wilayah yang penataan


18
Deddy Mulyana & Jalaludin Rakhmat. 2006.Komunikasi Antarbudaya. hal 175
19
Hafied Cangara. 1998. Pengantar Ilmu Komunikasi. hal 153
32

ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam

lingkup kabupaten terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan 20.

Kawasan ini merupakan kawasan yang di dalamnya berlangsung kegiatan yang

mempunyai pengaruh besar terhadap :

a. Tata ruang di wilayah sekitarnya;

b. Kegiatan lain di bidang yang sejenis dan kegiatan di bidang lainnya;

dan/atau

c. Peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Berdasarkan definisi tersebut, ada kata kunci dalam kawasan strategis pada

tiap lingkupnya, yaitu kawasan yang diprioritaskan karena memiliki pengaruh

sangat penting. Dengan demikian, peranan kawasan strategis diharapkan dapat

secara signifikan untuk memberi pengaruh positif bagi wilayah pengaruhnya.

Misalnya, kawasan strategis ekonomi memberikan pengaruh peningkatan

ekonomi bagi wilayah hinterland-nya. Nilai strategis tersebut diukur berdasarkan

aspek eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi penanganan kawasan sebagaimana

dimaksud dalam penerapan desentralisasi dan otonomi daerah sebagaimana yang

ditetapkan dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004. Menurut Undang-

undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, salah satu jenis kawasan

strategis Kabupaten, adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan

karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten terhadap

ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan. Yang termasuk kawasan strategis

dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi, antara lain kawasan metropolitan,

20
Bappeda Kab. Pandeglang, KAK Tanjung Lesung, dokumentasi arsip pemerintah Pandeglang,
2015.
33

ekonomi khusus, pengembangan ekonomi terpadu, kawasan tertinggal, serta

kawasan perdagangan dan pelabuhan bebas. Penataan ruang kawasan strategis

dilakukan untuk mengembangkan, melestarikan, melindungi dan/atau

mengoordinasikan keterpaduan pembangunan nilai strategis kawasan dalam

mendukung penataan ruang wilayah.

Saat ini ada delapan KEK (Kawasan Ekonomi Khusus) yang ditetapkan

oleh pemerintah yaitu Tanjung Lesung – Banten, Sei Mangkei – Sumatra Utara,

Palu – Sulawesi Tengah, Bitung – Sulawesi Utara, Mandalika – NTB, Morotai –

Maluku Utara, Tanjung Api Api – Sumatra Selatan, dan yang terakhir Maloi

Batura – Trans Kalimantan/MBTK – Kalimantan Timur. Dari 8 ( delapan ) KEK

tersebut, yang sudah mulai beroprasi yaitu KEK Sei Mangkei dan KEK Tanjung

Lesung.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang No. 3 Tahun 2011

tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pandeglang Tahun 2011 – 2031,

pada pasal 47 ayat (1) point b menyebutkan bahwa Kawasan Wisata Tanjung

Lesung – Panimbang merupakan kawasan strategis dari sudut kepentingan

pertumbuhan ekonomi sebagaimana dimaksud dalam pasal 46 ayat (1) huruf a

berdasarkan Kawasan Strategis Provinsi (KSP). Konsekuensi penetapan kawasan

strategis ini adalah perhatian yang lebih pada penanganan kawasan Tanjung

Lesung. Sebenarnya penetapan Tanjung Lesung sebagai kawasan strategis

merupakan penguatan dari strategi pembangunan yang diambil sebelumnya,

sehingga telah banyak upaya yang dilakukan untuk pengembangan Tanjung

Lesung. Namun, dalam perkembangannya ternyata saat ini dilihat tidak


34

mengalami kemajuan dan malah mengalami kemunduran. Saat ini, permasalahan

yang terdapat pada Daerah Penyangga Kawasan Strategis Tanjung Lesung,

diantaranya :

 Pada kawasan yang belum dilakukan penataan / pengaturan dengan baik,

 Penurunan vitalitas kawasan,

 Kegiatan perdagangan, seperti warung, kios dan pedagang kaki lima

(PKL) yang semrawut,

 Perkembangan kawasan yang tidak terkendali,

 RTH (Ruang terbuka Hijau) belum terpenuhi,

 Akses/infrastrktur koridor jalan/pedestrian pada Kawasan belum tertata

dengan baik,

 Dan lain sebagainya.

Fungsi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) adalah melakukan dan

mengembangkan usaha dibidang perdagangan, jasa, industri, pertambangan dan

energi, transportasi, maritim dan perikanan, pos dan telekomunikasi, pariwisata

dan bidang lain. Sesuai dengan hal tersebut, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)

terdiri atas satu atau beberapa Zona, antara lain Zona pengolahan ekspor, logistik,

industri, pengembangan teknologi, pariwisata dan energi yang kegiatannya dapat

ditujukan untuk ekspor dan untuk dalam negeri.

Kawasan pariwisata Tanjung Lesung merupakan kawasan khusus dan

telah didukung melalui Perda Nomor 2 Tahun 2002 tentang Pariwisata Tanjung

Lesung, kawasan pariwisata terpadu dengan beberapa investor yang mengelola


35

kawasan wisata Tanjung Lesung. Kawasan pariwisata Tanjung Lesung memiliki

potensi menarik yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan daerah.

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) bidang pariwisata di wilayah Banten

Selatan (Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang) Provinsi Banten secara

konseptual merupakan kawasan yang dipisahkan dari kawasan dengan peruntukan

(zoning) lainnya, seperti kawasan perumahan dan sebagainya. Tujuan spesifik

pembentukan kawasan ekonomi khusus (KEK) bidang pariwisata ini adalah untuk

menciptakan keunggulan kawasan (spatial competitiveness) terhadap kawasan-

kawasan lain baik didalam negeri maupun diluar negeri sebagai sebuah kawasan

ekonomi yang dapat menarik minat bagi para investor (PMA / PMDN).

Semenjak ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata

Tanjung Lesung melalui Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2012 tentang

Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung, progres pengembangan kawasan ini

sampai dengan saat ini dapat berjalan dengan baik meskipun harus diakui bahwa

dalam beberapa hal dirasakan masih belum optimal.

Pada kegiatan sosialisasi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung

Lesung yang diselenggarakan di hotel Sofyan Inn Pandeglang pada 09 Februari

2014 lalu, ketua panitia kegiatan sosialisasi menyebutkan siapa saja unsur peserta

pada kegiatan sosialisasi tersebut.

“Peserta kegiatan sosialisasi kawasan ekonomi khusus (kek)


pariwisata Tanjung Lesung Kabupaten Pandeglang tahun 2014 ini
sebanyak 150 orang, terdiri dari : tenaga penyuluh pegawai negeri sipil
dan tenaga bantu (thl-tb) penyuluh pertanian pada badan pelaksana
36

penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan (bp4k) kabupaten


pandeglang21”

Dari isi sambutan tersebut, Nampak dengan jelas bahwa peserta sosialisasi

tersebut tidak melibatkan masyarakat sekitar kawasan yang terkena dampak

Tanjung Lesung. Sehingga wajar saja jika masyarakat tidak mengetahui dan

mengalami geger budaya (culture shock) karena tidak mengetahui apapun tentang

KEK ini.

2.5 Elite Masyarakat

Dalam pengertian yang umum elite itu menunjuk sekelompok orang yang

dalam masyarakat menempati kedudukan tinggi. Dalam arti lebih yang khusus

dapat diartikan sekelompok orang terkemuka di bidang-bidang tertentu dan

khususnya golongan kecil yang memegang kekuasaan. Dalam cara pemakaiannya

yang lebih umum elite dimaksudkan: “posisi di dalam masyarakat di puncak

struktur-struktur sosial yang terpenting, yaitu posisi tinggi di dalam ekonomi,

pemerintahan aparat kemiliteran, politik, agama, pengajaran, dan pekerjaan-

pekerjaan dinas”.

Dalam suatu kehidupan sosial yang teratur, baik dalam konteks luas

maupun yang lebih sempit, dalam kelompok heterogen maupun homogen selalu

ada kecenderungan untuk menyisihkan satu golongan tersendiri sebagai satu

golongan yang penting, memiliki kekuasaan dan mendapatkan kedudukan yang

terkemuka jika dibandingkan dengan massa.

21
Dikutip dari laporan ketua pelaksana sosialisasi KEK Tanjung Lesung dokumentasi Pemkab
Pandeglang
37

Penentuan golongan minoritas ini didasarkan pada penghargaan

masyarakat terhadap peranan yang dilancarkan dalam kehidupan masa kini serta

andilnya dalam meletakkan,dasar-dasar kehidupan yang akan dating. Golongan

minoritas yang berada pada posisi atas yang secara fungsional dapat berkuasa

adan menentukan dalam studi sosial dikenal dengan elite. Elite adalah suatu

minoritas pribadi-pribadi yang diangkat untuk melayani suatu kolektivitas dengan

cara yang bernilai sosial.

Golongan elite sebagai minoritas sering ditampakkan dengan beberapa

bentuk penampilan antara lain :

 Elite menduduki posisi yang penting dan cenderung merupakan poros

kehidupan masyarakat secara keseluruhan.

 Faktor utama yang menentukan kedudukan mereka adalah keunggulan dan

keberhasilan yang dilandasi oleh kemampuan baik yanag bersifat fisik

maupun psikhis, material maupun immaterial, merupakan heriditer

maupun pencapaian.

Dalam hal tanggung jawab, mereka memiliki tanggung jawab yang lebih

besar jika dibandingkan dengan masyarakat lain. Ciri-Ciri lain yang merupakan

konsekuensi logis dari ketiga hal di atas adalah imbalan yang lebih besar yang

diperoleh atas pekerjaan dan usahanya.

2.6 Kerangka Berpikir

Dalam penelitian ini, peneliti melihat terdapat hambatan-hambatan

komunikasi yang terjadi antara masyarakat sekitar Kawasan Ekonomi Khusus

(KEK) Tanjung Lesung, Pemerintah Kabupaten Pandeglang sebagai regulator dan


38

pemangku kebijakan serta pihak Banten West Java (BWJ) sebagai pihak yang

ditunjuk untuk mengelola Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) tersebut. Terdapat 7

hambatan yang peneliti analisis dalam penelitian ini. Nantinya, masing-masing

hambatan dapat menentukan bentuk-bentuk geger budaya (culture shock) yang

terjadi di masyarakat yang terkena dampak langsung atas dijadikannya Tanjung

Lesung sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Gambaran besar penelitian

tersebut peneliti gambarkan sebagai berikut:

Tanjung Lesung ditetapkan sebagai


Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)

Kecemasan geger budaya pada elite


masyarakat Tanjung Lesung

Hambatan
Tekhnis
Kecemasan
Hambatan Rasional
Psikologis
Kecemasan
Hambatan Irrasional
Fisik
Kecemasan
Hambatan Fundamental
Budaya

Kecemasan Budaya Pada Elite


Masyarakat sekitar KEK Tanjung
Lesung
39

2.7. Penelitian Sebelumnya

Tabel 2.1

Penelitian Sebelumnya

Iman Mukhroman,
Riska Monica
Peneliti Rangga Galura Andrianis Januar
Puteri
Gumelar

Kecemasan adanya
Proses Adaptasi
Perencanaan strategi geger budaya pada
Komunikasi Sosial
Humas Pemprov Elite yang
Mahasiswa Perantau
Banten pasca ditetapkannya
Judul Asal Papua Dalam
ditetapkannya KEK Tanjung Lesung
Menghadapi Culture
Pariwisata Tanjung sebagai Kawasan
Shock di Universitas
Lesung, Pandeglang Ekonomi Khusus
Trisakti
(KEK)

Bagaimana

perencanaan strategi Bagaimana proses Bagaimana proses

Humas Pemprov adaptasi komunikasi adaptasi masyarakat

Banten pasca sosial mahasiswa atas ditetapkannya

Masalah ditetapkannya perantau asal Papua kawasan Tanjung

Tanjung Lesung dalam menghadapi Lesung sebagai

sebagai Kawasan culture shock di Kawasan Ekonomi

Ekonomi Khusus Universitas Trisakti Khusus (KEK)

(KEK)
40

Penelitian kualitatif Penelitian kualitatif

penelitian kualitatif dengan metode dengan metode

dengan deskriptif. deskriptif.

menggunakan Menggunakan teori Menggunakan teori

metode analisis akomodasi akomodasi

seperti observasi, komunikasi. Teknik komunikasi. Teknik

studi dokumentasi pengumpulan pengumpulan


Metodelogi
dan wawancara informan dengan informan dengan

mendalam. menggunakan menggunakan

Menggunakan teori purposive sampling. purposive sampling.

perencanaan strategi Data diperoleh Data diperoleh

Humas Ronald D melalui wawancara melalui wawancara

Smith mendalam dan mendalam dan

observasi. observasi.

Masing-masing Masing-masing

Peran Humas individu memiliki pihak yang terkait

Pemprov Banten cara yang beragam ditetapkannya

sangat kecil dan dalam melakukan Tanjung Lesung


Pembahasan
belum memberikan proses adaptasi sebagai Kawasan

kontribusi apapun komunikasi sosial di Ekonomi Khusus

terkait KEK ini. lingkungan barunya. (KEK) melakukan

adaptasi atas 7
41

hambatan

komunikasi yang

terjadi

Memiliki Memiliki Memiliki

Persamaan metodologi yang metodologi yang metodologi dan teori

sama. sama. yang sama

Perbedaan Objek penelitian Objek penelitian Objek penelitian


42

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Dalam penelitian mengenai kecemasan adanya geger budaya pada

masyarakat paska ditetapkannya Tanjung Lesung menjadi Kawasan Ekonomi

Khusus (KEK), peneliti menggunakan metode kualitatif deskriptif. Metode ini

peneliti anggap sebagai metode yang paling tepat dalam meneliti tentang

kecemasan adanya geger budaya pada masyarakat paska ditetapkannya Tanjung

Lesung menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)

Menurut Strauss dan Corbin22, qualitative research adalah jenis penelitian

yang menghasilkan penemuan – penemuan yang tidak dapat dicapai dengan

menggunakan prosedur – prosedur statistik atau dengan cara kuantitatif lainnya.

Penelitian kualitatif dapat digunakan untuk meneliti kehidupan masyarakat,

sejarah, tingkah laku, fungsionalisasi organisasi, gerakan social, atau hubungan

kekerabatan.

Sedangkan menurut Lexy J Moleong dalam bukunya metode penelitian

kualitatif23 mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang

bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek

penelitian seperti misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain lain

secara holistic, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata – kata dan bahasa,

22
Dr. Basrowi dan Dr. Suwandi, memahami penelitian kualitatif, Rineka Cipta, Jakarta, 2008 Hlm
23
Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Reamaja Rosdakarya, Jakarta, 2007, Hlm 6

42
43

pada suatu konsep yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode

alamiah.

Dalam metode kualitatif, realitas di pandang sebagai suatu yang berada di

dalam dimensi banyak. Suatu kesatuan utuh, serta berubah-rubah, sehingga

biasanya rancangan penelitian tersebut tidak disusun secara rinci dan pasti

sebelum penelitiannya dimulai. Untuk alasan itu pula pengertian kualitatif sering

di asosiasikan dengan tehnik analisa dari penulisan laporan penelitian24.

3.2 Paradigma Penelitian

Paradigma menurut Bogdan dan Biklen25 adalah kumpulan longgar dari

sejumlah asumsi yang dipegang bersama, konsep atau proposisi yang

mengarahkan cara berpikir penelitian. Sedangkan Capra26 mendefinisikan

paradigma sebagai konstelasi konsep, nilai – nilai persepsi dan praktek yang

dialami bersama oleh masyarakat, yang membentuk visi khusus tentang realitas

sebagai dasar tentang cara mengorganisasikan dirinya.

Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma post

positivistik dengan metode pendekatan fenomenologis. Pendekatan

fenomenologis menurut Rini Sudarmanti27 berhubungan dengan pemahaman

tentang bagaimana keseharian dunia intersubyektif (dunia kehidupan).

Fenomenologi bertujuan untuk menginterpretasikan tindakan sosial kita dan orang

lain sebagai sesuatu yang bermakna serta dapat merekonstruksi kembali turunan

24
A. Chaedar Alwasilah, pokoknya kualitatif, Dunia pustaka jaya, Jakarta, 2006, hlm 84
25
Moleong, Op Cit, Hlm 49
26
Ibid
27
Rini Sudarmanti, Fenomenologi Dalam Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung,
2005 hlm 35
44

makna dari tindakan yang bermakna pada komunikasi intersubyektif individu

dalam kehidupan sosial. Fenomenologi dilakukan dalam situasi yang alami,

sehingga tidak ada batasan dalam memaknai atau memahami fenomena yang

dikaji dan peneliti bebas untuk menganalisis data yang diperoleh.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

3.3.1 Studi Pustaka

Studi kepustakaan adalah segala usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk

menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang akan atau

sedang diteliti. Informasi itu dapat diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan

penelitian, karangan-karangan ilmiah, tesis dan disertasi, peraturan-peraturan,

ketetapan-ketetapan, buku tahunan, ensiklopedia, dan sumber-sumber tertulis baik

tercetak maupun elektronik. Studi kepustakaan merupakan suatu kegiatan yang

tidak dapat dipisahkan dari suatu penelitian. Teori-teori yang mendasari masalah

dan bidang yang akan diteliti dapat ditemukan dengan melakukan studi

kepustakaan.

Selain itu peneliti dapat memperoleh informasi tentang penelitian-penelitian

sejenis atau yang ada kaitannya dengan penelitiannya, dan penelitian-penelitian

yang telah dilakukan sebelumnya. Dengan melakukan studi kepustakaan, peneliti

dapat memanfaatkan semua informasi dan pemikiran-pemikiran yang relevan

dengan penelitiannya.
45

3.3.2 Wawancara

Wawancara dalam penelitian ini menjadi titik penting dalam pengumpulan

data. Wawancara dengan tujuan mendapatkan data primer dalam penelitian ini

adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua

pihak, yaitu pewancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang

memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Maksud dari mengadakan wawancara

itu sendiri, seperti yang ditegaskan oleh Lincoln dan Guba, dikutip dalam Basrowi

dan Suwandi28 yakni, “untuk mengkonstruksikan mengenai orang, kejadian,

organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian, merekonstruksi kebulatan –

kebulatan harapan pada masa yang akan datang, memverifikasi, mengubah dan

memperluas informasi dari orang lain baik manusia ataupun bukan manusia, dan

memverifikasi, mengubah, dan memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh

penulis sebagai pengecekan anggota”.

Pada penulisan ini, untuk memperdalam lagi data yang diperoleh maka

dalam penulisan ini akan menggunakan wawancara mendalam (Indepth

Interview). Jenis wawancara ini dimaksudkan untuk kepentingan wawancara yang

lebih mendalam dengan lebih memfokuskan pada persoalan yang menjadi pokok

dari minat penulisan.

3.2.3 Observasi

Observasi menurut Lexy J Moleong29 merupakan pengamatan langsung

oleh penulis dengan melihat secara seksama proses pembuatan tayangan Sport 7

28
Basrowi dan Suwandi, Op Cit, hlm 127
29
Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Reamaja Rosdakarya, Jakarta, 2007, Hlm 175
46

tersebut. Pengamatan dilakukan untuk mengoptimalkan kemampuan peneliti dari

segi motif, kepercayaan, perhatian, prilaku tak sadar dan sebagainya. Pengamatan

memungkinkan peneliti merasakan apa yang dirasakan dan dihayati oleh subjek

sehingga memungkinkan pula peneliti menjadi sumber data.

3.4 Narasumber

Teknik yang penulis digunakan dalam penulisan kualitatif ini adalah

purposive sampling (teknik sempel bertujuan), karena sempel yang diambil

relative kecil dan dengan pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penulisan

ini. Oleh karena itu penulis menentukan kriteria dasar dari orang-orang yang akan

penulis pilih untuk menjadi narasumber dalam penulisan ini.

Narasumber tersebut ialah KH. Yusuf Mubarok selaku juru bicara dewan

ulama se-Banten dan juga Tedy Fauzi Rahmat selaku Ka. Sie Perijinan

administrator KEK dan juga satu pihak lagi dari pengelola Banten west Java.

Dibawah ini adalah tabel data narasumber, berikut adalah identitasnya :

Nama
No. Instansi Jabatan
Informan

Juru bicara dewan ulama se-


KH. Yusuf Al Dewan ulama se-
1. Banten (pihak yang menolak
Mubarok Banten
KEK Tanjung Lesung)

Tedy Fauzi
2. Ka. Sie Perijinan Administrator KEK
Rahmat
47

Bappeda Kasubid. Sumber Daya


3. Abdul Aziz
Pandeglang Buatan

Pengasuh (Pihak yang


Yayasan PP
4. KH. Odon menerima KEK Tanjung
Assyifa
Lesung)

Tokoh masyarakat Desa


5. Dzulkarnaen -
Cikadu

3.5 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian diperlukan tahap-tahap penelitian yang memungkinkan

peneliti untuk tetap berada dijalur yang benar dan memiliki langkah-langkah yang

akan diambil dalam penelitian. Teknik analisis data dilakukan dengan langkah :

1. Penyeleksian data, pemeriksaan kelengkapan dan kesempurnaan data dan

serta kejelasan data. Memilah data yang didapatkan untuk dijadikan sebagai

bahan laporan penelitian. Hal ini dilakukan agar data yang didapatkan

sesuai dengan kebutuhan penelitian dan dianggap relevan untuk dijadikan

sebagai hasil laporan penelitian. Data yang diperoleh kemungkinan tidak

sejalan dengan tujuan penelitian sebelumnya, oleh karena itu penyeleksian

data yang dianggap layak sangat dibutuhkan. Penyeleksian data ini juga

berfungsi sebagai cara untuk dapat memfokuskan pembahasan penelitian

tertentu yang dianggap menunjang.

2. Klasifikasi data yaitu mengelompokan data dan dipilih-pilih sesuai dengan

jenisnya. Klasifikasi data ini dilakukan untuk memberikan batasan


48

pembahasan dan berusaha untuk menyusun laporannya secara tersistematis

menurut klasifikasinya. Klasifikasi ini juga membantu penulis dalam

memberikan penjelaan secara lebih detail dan jelas.

3. Merumuskan hasil penelitian, Semua data yang diperoleh kemudian

dirumuskan menurut pengklasifikasian data yang telah ditentukan.

Rumusan hasil penelitian ini memaparkan beragam hasil yang didapat

dilapangan dan berusaha untuk menjelaskan dalam bentuk laporan

penelitian yang terarah dan sistematis.

4. Menganalisa hasil penelitian, tahap akhir yang diperoleh dan berusaha

membandingkannya dengan berbagai teori atau penelitian sejenis lainnya

dengan data yang diperoleh secara nyata dilapangan. Menganalisa jawaban

atas penelitian yang dilakukan dan berusaha menguatkan yang ada.

5. Penarikan kesimpulan dan saran, tahap ini mengambil satu intisari yang

diperoleh selama penelitian dilakukan. Dengan penarikan kesimpulan

diharapkan seluruh penelitian dapat tercakup secara menyeluruh pada

bagian ini. Agar mudah di mengerti dan dipahami.

3.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.6.1 Lokasi Penelitian

Lokasi yang peneliti lakukan dalam penelitian ini adalah di Kawasan

Tanjung Lesung Desa Tanjung Jaya, Kecamatan Panimbang Kabupaten

Pandeglang Banten.
49

3.6.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan selama enam bulan. Terhitung dari awal

bulan Mei sampai akhir bulan Oktober, mulai dari persiapan, pelaksanaan, hingga

penyelesaian dengan perincian waktu yang telah direncanakan yaitu dari awal Mei

hingga pertengahan Agustus untuk langkah observasi. Lalu dari Agustus hingga

Oktober 2016 untuk langkah Penyusunan laporan penelitian.

Bulan Mei Juni July Agustus September Oktober

Persiapan

Observasi

Penyusunan data
50

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

Pandeglang merupakan kabupaten yang memiliki potensi sangat baik

dalam hal obyek wisata alam, religi, sejarah, serta seni budayanya. Potensi wisata

tersebut harus dikembangkan dan dilestarikan sesuai perkembangan zaman pada

saat ini serta mengikuti selera wisatawannya. Upaya dipromosikannya potensi

wisata ini agar bisa membangkitkan dan menggerakan masyarakat umum untuk

datang berkunjung menikmati keindahan panorama alam, pegunungan, maupun

wisata alam lainnya yang tersedia di Kabupaten Pandeglang.

Disinilah perkembangan wisata Pandeglang harus ditingkatkan,

diwujudkan dan dilaksanakan melalui beberapa program dan kegiatan pariwisata

secara berkelanjutan agar terencana dan terarah tujuannya untuk mencapai sesuai

dengan yang diharapkan. Pembangunan dan pengembangan kepariwisataan juga

mempunyai peranan penting dalam meningkatkan penyerapan tenaga kerja.

Kawasan pariwisata Tanjung Lesung merupakan kawasan khusus dan

telah didukung melalui Perda Nomor 2 Tahun 2002 tentang Pariwisata Tanjung

Lesung, kawasan pariwisata terpadu dengan beberapa investor yang mengelola

kawasan wisata Tanjung Lesung. Kawasan pariwisata Tanjung Lesung memiliki

potensi menarik yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan daerah.

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) bidang pariwisata di wilayah Banten

Selatan (Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang) Provinsi Banten secara

50
51

konseptual merupakan kawasan yang dipisahkan dari kawasan dengan peruntukan

(zoning) lainnya, seperti kawasan perumahan dan sebagainya. Tujuan spesifik

pembentukan kawasan ekonomi khusus (KEK) bidang pariwisata ini adalah untuk

menciptakan keunggulan kawasan (spatial competitiveness) terhadap kawasan-

kawasan lain baik didalam negeri maupun diluar negeri sebagai sebuah kawasan

ekonomi yang dapat menarik minat bagi para investor (PMA / PMDN).

Tanjung Lesung sendiri berjarak sekitar 120 KM dari ibukota Jakarta atau

dengan jarak tempuh sekitar 5 jam dengan kendaraan pribadi. Sedangkan dari

pusat kota Pandeglang, jarak tempuh ke Paintai Tanjung lesung sekitar 3 jam.

Setelah peresmian Tanjung lesung sebagai Kawasan EKonomi Khusus (KEK)

oleh Presiden Joko Widodo pada tahun 2015 lalu, percepatan pembangunan dan

infrastruktur terus dilakukan diantaranya pembangunan jalan tol Serang-

Panimbang sepanjang 80 KM, reaktivasi rel kereta api Rangkas-Labuan dan juga

pembangunan bandara Banten selatan.

4.2 Deskripsi hasil penelitian

Penulis sudah mengumpulkan data dari informan yatiu administrator

KEK, BAPPEDA Pandeglang, tokoh masyarakat, tokoh ulama yang menerima

dan menolak KEK, masyarakat awam dan juga pihak pengelola KEK. Data

dari beberapa informan tersebut penulis sinkronkan dengan 4 hambatan

komunikasi yang akan dianalisis pada penelitian ini. Adapun 4 hambatan

komunikasi tersebut yaitu hambatan teknis, hambatan psikologis, hambatan

fisik dan hambatan budaya. Hasil dari analisis tersebut nantinya akan penulis
52

coba uraikan dan simpulkan sehingga menjadi hasil penelitian yang objektif

dan tervalidasi.

4.2.1 Hambatan teknis pada masyarakat yang terkena dampak kawasan

ekonomi khusus (KEK) Tanjung Lesung

Menurut Hafied Cangara dalam Pengantar Ilmu komunikasi,

mengatakan bahwa hambatan komunikasi ialah adanya hambatan yang

membuat proses komunikasi tidak berlangsung sebagaimana harapan

komunikator pada penerima.

Hambatan teknis terjadi jika salah satu alat digunakan dalam

berkomunikasi mengalami gangguan, sehingga informasi pengajaran yang

ditransmisi melalui saluran mengalami kerusakan (chanel noise). Yang

menjadi indicator dari hambatan teknis pada penelitian ini adalah sarana

dan prasarana untuk melakukan komunikasi seperti tempat berkumpul, alat

komunikasi dan juga media untuk berkomunikasi. Penulis akan uraikan

jawaban masing-masing informan pada indicator dari hambatan teknis

dengan table sebagai berikut :

Indkator
Ruang Untuk Alat Untuk Media Untuk
Hambatan
Berkomunikasi Berkomunikasi Berkomunikasi
Teknis
Administrator Kita dari Di kawasan Biasanya informasi
administrator Tanjung yang tersebar itu dari
KEK menyiapkan Lesungnya itu, mulut ke mulut,
beberapa wadah para tokoh namun kita juga
(Teddy untuk masyrakat. masyarakat dan sering bertatap muka
Dari komunitas took agama kita dengan masyarakat
Subagja) penggerak fasilitasi karena biasanya
ekonomi nya, kendaraan untuk banyak info yang
penggerak memudahkan tidak jelas sumbernya
53

kegiatan sosialnya mereka agar bias langsung kita


juga ada. mobilisasi klarifikasi.
informasi ke
masyarakat
BAPPEDA Untuk sosialisasi Di Desa Cikadu itu Sosialisai di tingkat
kita biasanya di lengkap, ada kecamatan itu kan
Pandeglang kantor kecamatan ruangan seperti dihadiri oleh
bukan di Desa aula sudah ada perangkat desa dari
(Abdul Aziz) Cikadu nya microphonenya, RT, RW, Lurah jadi
ada proyektornya biasanya pasca rapat
jadi tidak perlu mereka yang
repot bawa dari langsung komunikasi
kantor kabupaten. ke masyarakatnya
Ulama Tidak ada itu, Biasanya kita para Karena para ulama
sebelum ulama hanya lewat ini sibuk dan banyak
(menolak pembentukan KEK ceramah di masjid- kegiatan, jadi jarang
ini tidak ada masjid saja baru untuk bisa bertatap
KEK) sosialisasi yang bisa menyadarkan muka langsung
melibatkan ulama kepada masyarakat dengan masyarakat.
(KH. Yusuf Banten. akan bahaya KEK Tapi laporan-laporan
ini seperti apa bahwa masyarakat
Mubarok) tidak setuju dengan
KEK ini banyak
masuk ke kita
Ulama Banyak kok ruang- Selama ini paling Santri-santri saya
ruang untuk penyebaran juga sering
(menerima komunikasi dengan informasi dari membantu
masyarakat. Ada mulut ke mulut, menyebarkan
KEK) wadah organisasi tapi jika ada informasi dengan
yang dibuat oleh informasi penting mendatangi
(KH. Odon) Pemda, ada yang baru masyarakat masyarakat dari pintu
dibuat oleh BWJ dikumpulkan. ke pintu. Paling ya
dan ada juga kaya gitu aja sih.
tanah saya yang Soalnya kita pernah
saya infakkan coba menyebarkan
untuk dibuat info lewat selebaran
tempat agar kalau kertas yang ditempel
ada kegiatan yang tapi keliatannya
mengumpulkan kurang efektif juga.
masyarakat bisa di
tempat saya
Tokoh Masyarakat disini Biasanya sih Cuma Gapake sarana apa-
sih ya mau-mau dikumpulin apa sih, paling ya
masyarakat aja kalo diajak beberapa tokoh dari Pemda atau BWJ
ngumpul. Biasanya masyarakatnya aja, nya bawa kertas
di kantor baru dari situ fotocopy-an. Trus
54

(Dzulkarnaen) kelurahan atau penyebaran dikasih satu-satu buat


ditempat abah yai informasinya dari yang hadir
(kyai Odon-Red) mulut ke mulut musyawarah disitu.
masyarakat.

4.2.2 Hambatan psikologis pada masyarakat yang terkena dampak

kawasan ekonomi khusus (KEK) Tanjung Lesung

Hambatan psikologis terjadi karena adanya hambatan yang

disebabkan oleh persoalan-persoalan dalam diri individu. Misalnya rasa

curiga penerima pada sumber, situasi berduka atau karena gangguan

kejiwaan sehingga dalam penerimaan dan pemberian informasi tidak

sempurna

Indkator Penerimaan
Respon
Hambatan Informasi di Sikap Masyarakat
Masyarakat
Psikologis Masyarakat
Administrator Selama ini belum Respon awalnya Selama ini tidak ada
ada protes. Dari memang ada pro masalah. Tapi
KEK kemarin sosialisasi dan kontra. Tapi memang ada yang
yang dilakukan selama ini tidak datang ke kita mau
(Teddy sejauh ini sudah ada masalah mengajukan perijinan
cukup. selama bisa sepengetahuan tapi terhambat
Subagja) komunikasi dengan saya. Kalau perlakuan. Dan kita
baik. Kan masy masyarakat butuh bukannya tidak mau
juga tetap informasi atau membantu. Tapi itu
diberdayakan, bisa sesuatu bisa tupoksi nya pengelola
sebagai karyawan langsung dating ke yaitu BWJ.
dll. Kalau tempat kita untuk tanya-
untuk umkm sudah tanya. Daripada
disapkan untuk turun ke jalan kan
masy sekitar kurang etis juga.
BAPPEDA Ke masyarakat di Pro dan kontra, Responnya positif sih,
kampong CIkadu, ada semacam terlihat dari adanya
Pandeglang kemudian pemahaman yaitu gerai 2 buah yang
sosialisasi di jika wisata dijadikan kampong
(Abdul Aziz) tingkat kecamatan. berkembang maka wisata. Gerainya
Tokoh masy, tokoh kemaksiatan difasilitasi Pemda
agama, aparatur berkembang. tapi diatas lahan
desa. Lalu ada Padahal tidak masyarakat. 2 gerai
55

juga sosialisasi di seperti itu semua itu ntuk salak pirus


tingkat kab. nya tergantung dan kerajinan tangan
Tempatnya di aula pemda. Makanya termasuk kerajinan
sekda. Di tahun di kita ada membatik dengan
2014 dibuat RAD kerjasama antara nama motif Cikadu
(rencana aksi pemda dengan dengan 20 motif yang
daerah) untuk BWJ. Disitu kita juga difasilitasi oleh
mendukung masukan regulasi BWJ. Sebenarnya
Tanjung Lesung. apa yang boleh bukan hanya
dan apa yg tidak wisatanya saja tapi
boleh dibuat di juga unsur
Tanjung lesung ini. pendidikan dan
Termasuk ijin kesehatannya. Nanti
minuman rencananya ada
beralkohol. Di kita 1.000 homestay, ada
ijin itu tidak rumah sakit juga, ada
keluar. hotel, apartemen,
Rencananya juga cottage dan
akan ada sebagainya. Ada yang
universitas di dikembangkan juga
dalam Tanjung masyarakatnya.
Lesung.
Ulama Yang kami tahu Masyarakat Masyarakat yang
para ulama, menolak, tapi ya menolak menunggu
(menolak penyampaian tetap saja yang intruksi dari ulama.
informasi nya kebagian jatah Kalo kata ulama kita
KEK) (KH. tidak menyeluruh. mah nerima- demo ya mereka siap.
Dari laporan nerima aja. Coba Tapi kita tidak mau
Yusuf masyarakat ke kita silahkan di cek begitu lah. Kita mau
banyak sama mahasiswa. menggunakan cara-
Mubarok) masyarakat yang Yang menerima cara konstitusi. Saya
tidak paham apa keberadaan KEK sudah mengumumkan
itu KEK. Siapa Cuma segelintir di hadapan pers
investornya, apa orang. Paling bahwa kami para
yang diinginkan pemilik tanah, ulama menolak KEK.
investor luar orang kaya nya, Lalu kita juga
negeri di KEK ini calo-calo nya. memberikan surat
dan sebagainya. Masyarakat awam kepada Presiden
nya yang tidak Jokowi sebanyak 3
tahu apa-apa kali sebagai bentuk
hanya jadi penolakan ulama
penonton. Paling terhadap
mentok jadi pembentukan KEK.
pekerja kasar.
Ulama Penerimaan Respon masyarakat Ya itu tadi, banyak
informasinya sebagian besar yang ekonominya
56

(menerima bagus sih, meski positif. Ada yang tergerak. Awalnya


awalnya banyak merantau ke homestay Cuma 2 lho
KEK) yang tidak tahu Jakarta akhirnya sekarang kan sudah
dan karena di banyak. Perantau
(KH. Odon) menanyakannya ke kampungnya ada pada pulang dan
saya. ya buktinya potensi wisata dia membuka usaha itu
kan masyarakat kembali ke CIkadu kan hal yang bagus
langsung tergerak. sini dan memulai juga. Ya kalau tidak
Ada yang buka usaha karena ada KEK belum tentu
warung, ada yang melihat peluang. seperti ini. Anggap
rumahnya di Banyak sih, selain saja ini barokah,
renovasi dan homestay tadi juga jangan dianggap
dijadikan kan masyarakat mudharat terus nanti
homestay, dan mau membuat kapan maju nya.
banyak lagi lah. kerajinan batik
Artinya dari sisi yang difasilitasi
ekonomi BWJ. Ya pokoknya
masyarakat seperti yang abah
tergerak untuk sudah jelaskan ya
berubah. selebihnya bisa
dilihat sendiri lah.
Tokoh Awalnya banyak Respon awalnya ya Untuk sikap
yang tidak setuju. itu tadi, beragam masyarakat tentu
masyarakat Alasnnya macam- ya. Tapi kan beragam. Tapi untuk
macam lah ada karena pihak yang menerima
(Dzulkarnaen) yang takut banyak pengelola dan peresmian KEK ini
maksiat, ada yang Pemda Pandeglang kan mereka berusaha.
takut tidak juga dating kesini Ada yang buka
mendapat dengan baik-baik warung, buka
pekerjaan karena dan musyawarah homestay dan lain-
KEK, ada yang dengan masyarakat lain banyak lah. Tapi
takut masalah disini lalu sudah yang kita urus ini kan
kehidupan nelayan ada perjanjian yang tidak setuju.
ada juga yang antara BWJ Kalau hanya tidak
tidak setuju karena dengan Pemda setuju dan tidak
tidak mendapatkan barulah berbuat apa-apa sih
peran apa-apa di masyarakat setuju. tidak masalah. Ini
KEK ini. Tapi ya ada yang tidak setuju
lama kelamaan tapi provokasi yang
kan ada lain dan terkadang
sosialisasi, ada ada prilaku
banyak informasi premanisme ke mobil
yang masuk dan proyek BWJ yang
sebagian besar lewat.
sudah setuju
sekarang.
57

4.2.3 Hambatan fisik pada masyarakat yang terkena dampak kawasan

ekonomi khusus (KEK) Tanjung Lesung

Hambatan fisik ialah hambatan yang disebabkan karena kondisi

geografis. Misalnya jarak jauh sehingga sulit dicapai, tidak adanya sarana

kantor pos, kantor telepon, jalur transportasi dan sebagainya

Indkator
Hambatan Jarak Infrastruktur Sarana
Fisik
Administrator
Jarak memang Sedang kita kejarAda 2 pantai terbuka
menjadi kendala, untuk infrastruktur.
yang dibuka, yaitu
KEK (Teddy oleh karena itu Seperti betonisasi
pantai Bodur dan
kami mengadakan jalan dari PLTU Beach club. Di beach
Subagja) beberapa promosi Labuan sampai ke club banyak game
dengan Tanjung Lesung, nya dari snorkling,
mengadakan terus juga lampu donnut jup, banana
beberapa kegiatan penerangan jalan boat. Terus untuk
seperti festival. Di kita perbanyak,
feature
tahun ini akan ada ada pembuatan
pengembangan yang
festival, seperti jalan tol Serang-berkaitan dengan
bagan race. Dan Panimbang, pantai umum sudah
ada wacana Seal reaktivasi rel
diisapkan namanya
Tanjung Lesung kereta dan juga Lada Beach. Selain
dan akhir tahun ini wacana pantai juga aka nada
ada festival lagi. pembangunan President University
bandara Banten
disana, ada rumah
Selatan. sakit, homestay,
hotel, dan sarana
lain. Tapi ya memang
belum berjalan
karena banyak
investor ini baru
MoU saja dengan
pengelola. Dan baru
akan action ketika
jalan tol sudah
beroperasi
BAPPEDA Sebenarnya Bagi pemda, kek Rencananya juga
hambatannya tanjung lesung ini akan ada universitas
Pandeglang salah satunya sebenarnya di dalam Tanjung
adalah akses jalan, hanyalah Lesung. Sebenarnya
dari Jakarta saja bagaimana kita bukan hanya
58

(Abdul Aziz) butuh 5 jam ke membuat sebuah wisatanya saja tapi


Tanjung Lesung. isu nasional di juga unsur
Sehingga yang Pandeglang. pendidikan dan
dipercepat saat ini Sehingga nanti kesehatannya. Nanti
adalah pembuatan lirikannya nanti rencananya ada
jalan tol. Nantinya kesini. Untuk 1.000 homestay, ada
banyak investor mempercepat rumah sakit juga, ada
yang hadir jika pembangunan hotel, apartemen,
jalan tol sudah terutama di selatan cottage dan
selesai. Karena pandeglang. Saat sebagainya. Itu
bisnis pariwisata ini sedang proses sarana yang akan
bukan bisnis pembebabsan dibangun oleh
barang dan lahan untuk pengelola. Sedangkan
peminatan, pembuatan jalan dari Pemda hanya air
sehingga yang tol Serang- bersihnya saja yang
harus didahulukan panimbang menggunakan jasa
adalah promosi sepanjang 80KM. PDAM Pandeglang.
daerah dan juga targetnya di 2018
infrastrukturnya. sudah selesai.
Nanti akan lebih Selain jalan tol,
pesat lagi Ada bandara
perkembangannya Banten Selatan
jika jalan tol sudah dengan progresnya
ada. Termasuk yang cukup lama
kesiapan dan reaktivasi rel
masyarakatnya kereta Rangkas-
juga. Makanya kita labuan dan rel
membuat Saketi-bayah.
kompepar disana. Fungsinya selain
Kelompok yang kereta wisata, juga
bias menjadi jalur
memberdayakan kereta barang
masy. Disana pabrik semen di
termasuk ada Bayah. Setelah
kelompok nelayan, penetapan, seluruh
dan kemarin ada infrastruktur
bantuan dari diperbaiki
disbudpar berupa termasuk jalan
alat menyelam. sudah di beton dan
diperlebar menjadi
7 meter dan juga
penerangan sudah
ditambah.
Sebenarnya bukan
hanya Tanjung
Lesungnya, tetapi
59

juga dampaknya
bagi seluruh masy
Pandeglang.
Ulama Iya kalo tentang Seperti yang tadi Nantinya katanya di
itu saya tahu, saya katakan, pada sana akan dibangun
(menolak kenapa coba dasarnya ini pasti hotel, cottage,
memilih Tanjung akan membawa homestay dan lain-
KEK) (KH. Lesung sebagai mudaharat. lain. Kalo
daerah ekonomi Termasuk urusan masyarakat sekitar
Yusuf khusus? Kenapa infrastukturnya, tidak diuntungkan ya
tidak Anyer saja keinginan buat apa ? saya
Mubarok) yang wisatanya masyarakatnya, dengan tegas atas
sudah maju. social budaya nya. nama ulama Banten
Analisis saya, Itu semua sudah ini menolak karena
Tanjung Lesung terpenuhi belum. kami tahu bahwa
dipilih karena Jika belum dan masyarakat ini tidak
tanahnya murah pemerintah akan menjadi apa-
dan terburu-buru apa. Tanahnya dibeli,
masyarakatnya meresmikan KEK, mereka terpinggirkan
menengah apa sebabnya ? di daerah mereka
kebawah. Kalo berarti kana da sendiri. Ini kan miris.
dari sisi jarak kan hal-hal yang
jauh sekali dengan masyarakat tidak
ibukota. tahu. Padahal
masyarakat
sebagai warga
Negara berhak
tahu, investor ini
siapa, dari Negara
mana, apa
tujuannya, lalu
masyarakat akan
dikemanakan dan
lain-lain lah.
Ulama Iya jaraknya Maksiat itu kan Ya kalo sarana, dan
memang jauh, dimana-mana pasti sifatnya dari
(menerima makanya ada. Tinggal kita masyarakat yang
pemerintah juga saja para ulama langsung tergerak
KEK) (KH. kan berupaya harus bisa kan banyak ya. Sudah
membuat jaln tol, mengontrol itu. saya ceritakan tadi.
Odon) reaktivasi rel Disini juga kana Selain itu di
kereta dan da masjid, santri- pesantren saya juga,
bandara juga. Itu santri nya banyak. saya datangkan
kan manfaatnya Ya orang juga pengajar yang
untuk orang mikir masa di langsung
banyak. Tidak tempat yang mengajarkan santri-
60

hanya masyarakat banyak santri nya santri sini untuk


Tanjung Lesung, berbuat maksiat. mengelola tempat
tapi juga Di pesantren saya pariwisata. Ya ilmu-
masyarakat juga ini kita ilmu pariwisata lah.
Pandeglang dan buatkan pos untuk Dari manajemennya,
Banten. Masa ada masyarakat promosinya,
kemajuan seprti itu menjaga pengelolaannya dan
kita tolak sih. Kan keamanan. Dan di juga ke bagian
kalau tidak ada pos itu kita selalu perawatan tempat
KEK belum tentu koordinasi dengan wisata juga
ada jalan tol. Kamtibmas polsek diajarkan. Jadi nanti
Panimbang. warga sekitar tidak
kalah dengan orang
Jakarta yang sudah
berpengalaman.
Tokoh Kita kan Disini sinyal Sarana mah banyak.
diberitahu nya handphone sudah Keliatan lah kalau
masyarakat kalau KEK ini bagus sih. Cuma yang dulu pernah
diajukan oleh memang belum kesini sama yang
(Dzulkarnaen) pengelola, jadi ya semua operator. sekarang kesini pasti
untuk urusan jarak Baru Indosat. beda banget.
dan sebagainya Telkomsel sama XL Sekarang yang
biarkan saja aja yang sudah terbaru ada
pengelola yang bagus. Jadi tetep masyarakat yang
memutar otak untuk komunikasi anaknya lulus akbid
bagaimana jarak jauh mah dan langsung buka
caranya meskipun bisa kok. Tidak praktek kebidanan
jaraknya jauh tapi terlalu sulit banget disini. Jadi kalau
tetap banyak gitu. sakit ringan masih
wisatawan yang bisa diatasi disini.
hadir

4.2.4 Hambatan budaya pada masyarakat yang terkena dampak kawasan

ekonomi khusus (KEK) Tanjung Lesung

Hambatan budaya ialah hambatan yang terjadi disebabkan karena

adanya perbedaan norma, kebiasaan dan nilai-nilai yang dianut oleh pihak-

pihak yang terlibat dalam berkomunikasi. Hambatan budaya menjadi hal

yang dicermati oleh beberapa pihak sebagai hal yang paling mendasar dari

pro dan kontra terkait KEK Tanjung Lesung ini.


61

Indkator
Budaya Penerimaan
Hambatan Akulturasi
Masyarakat Budaya Baru
Budaya
Administrator
Dari kita dan para Intiya jangan Administrator paling
stake holder yang sampai hanya bisa
KEK (Teddy lain hal itu akan dikesampingkan. mensupport. Karena
menjadi warning Kita menjamin itu tidak hanya
Subagja) agar apa yang dengan keharusan kewenangan kami
dikahwaitrkan ini di regulasi itu. Jadi tapi semua SKPD.
tidak terjadi. masyarakat tidak Termasuk di Bappeda
Aturan-aturan perlu takut ada pendampingan
seperti ketakutan seharusnya. masyarakat. Karena
banyak yang Sebenarnya kami tidak
memakai bikini kekhawatiran pasti diharuskan terjun
dan lain-lain itu ada, Cuma langsung.
saya 2 tahun mungkin bentuknya
disana belum kecil dan lebih
pernah lihat. Yang besar rasa
penting kan penasarannya
wisatawan nyaman menunggu ini
dan masyarakat berjalan. Dan
juga tidak resah. sampai saat ini
responnya masih
positif.
BAPPEDA Sebenarnya Sebenarnya Makanya di kita ada
tergantung kitanya kehkawatiran itu kerjasama antara
Pandeglang bagaimana kita sudah kita pikirkan pemda dengan BWJ.
bisa membatasi dan sudah kita Disitu kita masukan
(Abdul Aziz) agar hal-hal yang tuangkan dalam regulasi apa yang
dikhawatirkan bentuk hokum boleh dan apa yg
atau dianggap berupa perjanjian tidak boleh dibuat di
maksiat itu bisa antara BWJ Tanjung lesung ini.
kita tahan dan dengan Pemda. Termasuk ijin
tidak muncul di Semuanya tertuang minuman beralkohol.
daerah wisata. disitu. Di Di kita ijin itu tidak
Dari tahun 2013 perjanjian itu keluar. Karena tentu
itu sudah kita buat tertera, pasal bertentangan dengan
TPM (tenaga berapanya saya adat dan budaya
pengerak lupa bahwa serta kearifan local
masyarakat) yang kewajiban pihak masyarakatnya.
seluruhnya lulusan BWJ : menjaga dan
STKS (s.T Kes.sos) melestarikan adat
itu yang kita istiadat serta
amanahkan untuk budaya dan agama
mengembangkan dan juga kearifan
masyarakat local.
62

sekitar Tanjung
Lesung.
Ulama Saya ingin orang- Itu tadi, Yang saya
orang investor mudharatnya khawatirkan adalah
(menolak asing itu mengikuti adalah akan ada anak cucu kita, lalu
kearifan local, perjudian, masyarakat Tanjung
KEK) (KH. jangan perzinahan, Lesung itu sendiri
memaksakan trafficking wanita, secara moral dan
Yusuf kehendak. Jangan pembuatan gereja akidah. Siap atau
sampai ketika ada illegal, pornografi. tidak menyaksikan
Mubarok) perusakan kearifan Kan tidak menutup kemaksiatan.
local, jangan kemungkinan ada Bagaimana jika
sampai bule jalan-jalan masyarakat malah
masyarakat tidak keliling Tanjung diam saja bahkan
dilindungi. Saya Lesung pake bikini. mendukung
ini bergerak atas Apa mau warga kemaksiatan. Akan
dasar laporan dari Banten yang rusak moral orang
masyarakat. Dan katanya kota Banten ini jadinya.
banyak itu santri, seribu kyai
laporannya, dari sejuta santri ada
nelayan, yang begitu di
masyarakat biasa Banten.
banyak itu. Jangan
sampai
masyarakat tidak
tahu apa itu KEK
sebenarnya.
Ulama Iya yang saya KEK ini kan hanya Selama tamu nya baik
tahu, semua masuk ke dan mengikuti aturan,
(menerima kekhawatiran itu masyarakat dari ya kita ikuti saja.
sudah ada di unsur ekonomi, Tidak perlu harus
KEK) (KH. perjanjian antara bukan unsur ekstrim lah. Yang
Pemda dengan budaya. Jadi wisata juga kan
Odon) BWJ. Karena isi masyarakat niatnya berlibur. Jadi
perjanjian itu kan menurut saya tetap tidak perlu dipaksa
kalau tidak salah bisa beribadah, untuk mengikuti
adalah hasil dari bisa bekerja dan kegiatan-kegiatan
musyawarah tokoh berkehidupan masyarakat.
masyarakat saat seperti biasanya
sosialisasi KEK di tanpa perlu merasa
tingkat kecamatan resah ada
dan Kabupaten. gangguan atau
jadi tidak perlu ancaman dari
khawatir itu, wisatawan.
tenang saja.
Berjalan saja
63

belum sudah
banyak keraguan.
Biar nanti kalau
sudah berjalan
kita evaluasi.
Tokoh Ya budaya Tidak akan ada itu, Nanti kana da
Indonesia kan apalagi yang festival-festival. Dan
masyarakat karena mayoritas namanya gereja festival itu kan
islam tidak jauh illegal. Alcohol munculnya dari
(Dzulkarnaen) beda lah menurut saja tidak dijual budaya masyarakat.
saya. Wisatawan disini. Dan jika Jadi tidak perlu
juga kan yang tertangkap khawatir kalau
solat mah solat, membawa akan budayanya akan
yang tidak mah dipolisikan. Jadi hilang karena KEK
tidak. Yang tidak perlu ini. Justru malah
penting kan kita khawatir lah. KEK ini adalah
sudah Masyarakat disini momentum untuk
mengingatkan. juga tidak mau mengembangkan
Untuk peredaran daerahnya menjadi budaya dengan
narkoba dan lain- daerah maksiat. kegiatan-kegiatan
lainnya saya rasa promosi wisata
tidak akan terjadi seperti festival atau
karena daerah sini perayaan lainnya.
kan dijaga polisi.
Jadi jika ada yang
mencurigakan,
bisa langsung
lapor Polsek
Panimbang

4.3 Analisis Data

Dalam tahap ini, penulis akan menjabarkan penelitian dari hasil wawancara

dan observasi dengan Informan sesuai dengan identifikasi masalah penelitian.

Berdasarkan pengamatan di lapangan, ditemukan data bahwa proses komunikasi

antara masyarakat dan pihak pendukung KEK Tanjung Lesung adalah sebagai

berikut:
64

4.3.1 Proses Komunikasi Pihak Yang Terlibat Dalam KEK Tanjung

Lesung Dalam Menghadapi Hambatan Teknis

Komunikasi antar budaya, Sebagaimana dijelaskan dalam buku Dasar-

dasar Komunikasi Antar Budaya karya Alo Liliweri 30 Memiliki fungsi sebagai

sosialisasi nilai. Fungsi sosialisasi merupakan fungsi untuk mengajarkan dan

memperkenalkan nilai-nilai kebudayaan suatu masyarakat kepada masyarakat

lain. Dalam komunikasi antarbudaya seringkali tampil perilaku non verbal yang

kurang dipahami namun lebih penting daripadanya adalah bagaimana menagkap

nilai-nilai yang terkandung dalam gerakan tubuh, gerakan imajiner dan symbol

tertentu dalam kebudayaan tersebut. Hambatan yang paling banyak terjadi pada

proses sosialisasi salah satunya adalah hambatan teknis.

Hambatan teknis terjadi jika salah satu alat digunakan dalam

berkomunikasi mengalami gangguan, sehingga informasi pengajaran yang

ditransmisi melalui saluran mengalami kerusakan (chanel noise). Yang menjadi

indicator dari hambatan teknis pada penelitian ini adalah sarana dan prasarana

untuk melakukan komunikasi seperti tempat berkumpul, alat komunikasi dan juga

media untuk berkomunikasi. Dalam hal ini, hambatan teknis yaitu berupa ruang

untuk berkomunikasi, alat untuk berkomunikasi dan juga media untuk

berkomunikasi.

Administrator Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung menjelaskan,

untuk ruang berkomunikasi pihak mereka sudah menyiapkan beberapa wadah

organisasi yang menunjang kinerja masyarakat dalam rangka mendukung

30
Ibid hlm 36-44.
65

pelaksanaan KEK Tanjung Lesung. Organisasi tersebut meliputi beragam aspek

seperti organisasi yang bergerak di bidang ekonomi dan juga yang bergerak di

bidang social.

“Kita dari administrator menyiapkan beberapa wadah untuk


masyarakat. Dari komunitas penggerak ekonomi nya, penggerak kegiatan
sosialnya juga ada31”.

Menurutnya juga, tidak hanya administrator KEK saja yang punya

wewenang untuk membuat wadah organisasi masyarakat di Tanjung Lesung.

Tetapi juga seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten

Pandeglang memiliki fungsi yang sama yaitu mendukung pelaksanaan KEK

Tanjung Lesung dengan cara membuat program pro masyarakat.

Untuk alat dan media yang digunakan untuk berkomunikasi dengan

masyarakat, pihak administrator KEK Tanjung Lesung juga memfasilitasi para

tokoh masyarakat setempat dengan kendaraan. Hal itu menurutnya untuk

mempermudah jika ada informasi terkait perkembangan KEK Tanjung Lesung ini

kepada masyarakat.

“Di kawasan Tanjung Lesungnya itu, para tokoh masyarakat dan


tokoh agama kita fasilitasi kendaraan untuk memudahkan mereka agar
bias mobilisasi informasi ke masyarakat32”

Selain memfasilitasi tokoh masyarakat dengan kendaraan, pihak

administrator juga sering berkunjung ke kawasan KEK Tanjung Lesung guna

mengklarifikasi isu-isu yang tidak benar sumbernya.

“Biasanya informasi yang tersebar itu dari mulut ke mulut, namun


kita juga sering bertatap muka dengan masyarakat karena biasanya
banyak info yang tidak jelas sumbernya langsung kita klarifikasi33”
31
Wawancara Teddy, sekretaris Administrator KEK, 28 Juli 2016
32
Wawancara Teddy, sekretaris Administrator KEK, 28 Juli 2016
33
Wawancara Teddy, sekretaris Administrator KEK, 28 Juli 2016
66

Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten

Pandeglang melalui Kasubid Sumber Daya Buatan juga mengatakan, ruang untuk

komunikasi dan sosialisasi KEK sebenarnya sudah disiapkan di kantor kecamatan

Panimbang.

“Untuk sosialisasi kita biasanya di kantor kecamatan bukan di


Desa Cikadu nya34”

Untuk alat komunikasi, BAPPEDA Pandeglang mengaku lebih senang

berkomunikasi di Kantor Kecamatan Cikadu. Menurutnya, ruang pertemuan di

kantor kecamatan Cikadu sudah lengkap.

“Di Desa Cikadu itu lengkap, ada ruangan seperti aula sudah ada
microphonenya, ada proyektornya jadi tidak perlu repot bawa dari Kantor
Kabupaten35”

Perbedaan pendapat muncul dari Forum Ulama Se-Banten. Ulama se-

Banten mengungkapkan pernyataan yang bertolak belakang dengan pernyataan

BAPPEDA dan Administrator KEK. Menurut KH. Yusuf Al-Mubarok selaku

ketua Forum Ulama Se-Banten, tidak ada yang namanya sosialisasi ditengah

masyarakat Tanjung Lesung. Sosialisasi yang dimaksud disini adalah sosialisasi

yang juga melibatkan ulama di Banten.

“Tidak ada itu, sebelum pembentukan KEK ini tidak ada sosialisasi
yang melibatkan ulama Banten36”

Perbedaan pendapat yang kontradiktif antara ulama dengan pihak

pemerintah Kabupaten Pandeglang (Administrator KEK dan BAPPEDA) tentu

merupakan sebuah geger budaya yang terjadi. Ketakutan-ketakutan yang

34
Wawancara Abdul Aziz, Kasie Sumberdaya Buatan BAPPEDA Pandeglang, 26 Juli 2016
35
Wawancara Abdul Aziz, Kasie Sumberdaya Buatan BAPPEDA Pandeglang, 26 Juli 2016
36
Wawancara KH. Yusuf Mubarok, ketua forum ulama se-Banten, 4 Agustus 2016
67

dikhawatirkan akan terjadi pada masyarakat muncul dari ulama, tokoh agama dan

bukan dari masyarakat itu sendiri.

Pernyataan dari ulama Banten tersebut penulis konfirmasi kepada

BAPPEDA Kabupaten Pandeglang. Menurut BAPPEDA, sosialisasi sudah

dilakukan dengan maksimal dengan menghadirkan para lapisan masyarakat.

“Sosialisai di tingkat kecamatan itu kan dihadiri oleh perangkat


desa dari RT, RW, Lurah jadi biasanya pasca rapat mereka yang langsung
komunikasi ke masyarakatnya37”
Berdasarkan analisa penulis, ulama Banten mengalami geger budaya

(geger budaya) pada pelaksanaan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung

tersebut. Lundstedt mengatakan bahwa gegar budaya adalah suatu bentuk

ketidakmampuan menyesuaikan diri (personality mal-adjustment) yang

merupakan reaksi terhadap upaya sementara yang gagal untuk menyesuaikan diri

dengan lingkungan dan orang-orang baru. Pada dasarnya gegar budaya adalah

berbenturan persepsi, yang diakibatkan penggunaan persepsi berdasarkan faktor-

faktor internal (nilai-nilai budaya) yang telah dipelajari orang yang bersangkutan

dalam lingkungan baru yang nilai budayanya berbeda dan belum dia pahami.

Para ulama ini juga berkomunikasi dengan masyarakat Tanjung Lesung.

Hanya saja pola komunikasinya dilakukan dengan cara ceramah di masjid-masjid

sekitar kawasan Tanjung Lesung. Isi ceramahnya menurut KH. Yusuf Mubarok

yaitu berusaha mengingatkan masyarakat Tanjung Lesung tentang kemaksiatan

yang akan terjadi jika Tanjung Lesung sudah menjadi Kawasan Ekonomi Khusus

(KEK).

37
Wawancara Abdul Aziz, Kasie Sumberdaya Buatan BAPPEDA Pandeglang, 26 Juli 2016
68

“Biasanya kita para ulama hanya lewat ceramah di masjid-masjid


saja baru bisa menyadarkan kepada masyarakat akan bahaya KEK ini
seperti apa38”

Untuk intensitas komunikasi kepada masyarakat, KH. Yusf Mubarok

mengakui bahwa para ulama memiliki kesibukan masing-masing sehingga belum

bisa maksimal dalam berkomunikasi dengan masyarakat Tanjung Lesung. Namun,

para ulama ini tetap menerima laporan dari masyarakat yang tidak setuju dengan

KEK.

“Karena para ulama ini sibuk dan banyak kegiatan, jadi jarang
untuk bisa bertatap muka langsung dengan masyarakat. Tapi laporan-
laporan bahwa masyarakat tidak setuju dengan KEK ini banyak masuk ke
kita39”

Pernyataan lain diungkapkan oleh KH. Odon Pengasuh Pondok Pesantren

AS-Syifa yang berada di buffer zone Tanjung Lesung yaitu Desa Cikadu.

Menurutnya, ruang-ruang untk bersosialisasi kepada masyarakat sudah

diupayakan baik oleh Pemda Kabupaten Pandeglang ataupun oleh pihak pengelola

KEK Tanjung Lesung yaitu Banten West Java.

“Banyak kok ruang-ruang untuk komunikasi dengan masyarakat.


Ada wadah organisasi yang dibuat oleh Pemda, ada yang dibuat oleh
BWJ dan ada juga tanah saya yang saya infakkan untuk dibuat tempat
agar kalau ada kegiatan yang mengumpulkan masyarakat bisa di tempat
saya40”.

Pria yang akrab disapa Abah Odon ini juga menjelaskan bahwa proses

komunikasi yang terjalin diantara masyarakat saat ini hanya sekedar komunikasi

dari mulut ke mulut mengenai informasi seputar KEK Tanjung Lesung. Abah

38
Wawancara KH. Yusuf Mubarok, ketua forum ulama se-Banten, 4 Agustus 2016
39
Wawancara KH. Yusuf Mubarok, ketua forum ulama se-Banten, 4 Agustus 2016
40
Wawancara KH. Odon Firdaus, Pengasuh PP. As-Syifa, 7 Agustus 2016
69

Odon juga sering mengajak santrinya untuk membantu bersosialisai kepada

masyarakat dalam membahas KEK Tanjung Lesung.

“Santri-santri saya juga sering membantu menyebarkan informasi


dengan mendatangi masyarakat dari pintu ke pintu. Paling ya kaya gitu
aja sih. Soalnya kita pernah coba menyebarkan info lewat selebaran
kertas yang ditempel tapi keliatannya kurang efektif juga41”

Dzulkarnaen selaku tokoh masyarakat Desa Cikadu juga mengatakan hal

serupa dengan KH. Odon. Menurutnya, masyarakat Tanjung Lesung terutama

yang berada di kawasan buffer zone tidak keberatan dan mau saja jika diajak

bermusyawarah terkait KEK Tanjung Lesung. Dirinya juga membenarkan jika

penyebaran informasi yang dilakukan hanya sebatas dari mulut ke mulut.

“Masyarakat disini sih ya mau-mau aja kalo diajak ngumpul.


Biasanya di kantor kelurahan atau ditempat abah yai (kyai Odon-Red).
Biasanya sih Cuma dikumpulin beberapa tokoh masyarakatnya aja, baru
dari situ penyebaran informasinya dari mulut ke mulut masyarakat.
Gapake sarana apa-apa sih, paling ya dari Pemda atau BWJ nya bawa
kertas fotocopy-an. Trus dikasih satu-satu buat yang hadir musyawarah
disitu42”

Menurut analisa penulis, jika penyebaran informasi seputar Kawasan

Ekonomi Khusus Tanjung Lesung hanya sebatas dari mulut ke mulut, akan

menyebabkan banyak sekali gangguan (noise) yang terjadi selama proses

komunikasi berlangsung. Karena perbedaan persepsi si penerima pesan membuat

informasi tersebut memiliki kecenderungan untuk ditambahkan atau dikurangi

shingga penyampaiannya menjadi tidak utuh.

41
Wawancara KH. Odon Firdaus, Pengasuh PP. As-Syifa, 7 Agustus 2016
42
Wawancara Dzulkarnaen, tokoh masyarakat Cikadu, 7 Agustus 2016
70

4.3.2 Proses Komunikasi Pihak Yang Terlibat Dalam KEK Tanjung

Lesung Dalam Menghadapi Hambatan Psikologis

Secara psikologis, dampak dari akulturasi adalah stress pada individu-

invidu yang berinteraksi dalam pertemuan budaya tersebut. Fenomena ini

diistilahkan dengan kejutan budaya (culture shock). Pengalaman-pengalaman

komunikasi dengan kontak antarpersona secara langsung seringkali menimbulkan

frustasi. Istilah culture shock diperkenalkan oleh seorang antropolog yang

bernama Kalvero Oberg pada tahun 1960. Kalvero Oberg memberikan definisi

yang detail mengenai fenomena ini dalam paragraf berikut :

Kejutan budaya ditimbulkan oleh rasa gelisah sebagai akibat dari


hilangnya semua tanda dan simbol yang biasa kita hadapi dalam
hubungan sosial. Tanda dan petunjuk ini terdiri atas ribuan cara di mana
kita mengorientasikan diri kita sendiri dalam kehidupan sehari-hari;
bagaimana memberikan petunjuk, bagaimana membeli sesuatu, kapan dan
di mana untuk tidak berespons. Petunjuk ini dapat berupa kata-kata,
gerakan, ekspresi wajah, kebiasaan atau norma, diperlukan oleh kita
semua dalam proses pertumbuhan dan menjadi bagian dari budaya kita
sama halnya dengan bahasa yang kita ucapkan dan kepercayaan yang kita
terima. Kita semua menginginkan ketenangan pikiran dan efisiensi ribuan
petunjuk tersebut yang kebanyakan tidak kita sadari.

Dari defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa kejutan budaya adalah rasa

cemas dan kaget ketika individu memasuki budaya baru yang berbeda dengan

budaya yang sudah melekat pada dirinya. Budaya yang sudah melekat pada diri

individu ketika memasuki budaya baru akan tidak efektif karena setiap budaya

mempunyai caranya tersendiri.

Hambatan psikologis itu sendiri terjadi karena adanya hambatan yang

disebabkan oleh persoalan-persoalan dalam diri individu. Misalnya rasa curiga

penerima pada sumber, situasi berduka atau karena gangguan kejiwaan sehingga
71

dalam penerimaan dan pemberian informasi tidak sempurna. Indicator penelitian

dalam menganalisis hambatan psikologis adalah penerimaan informasi di

masyarakat, respon masyarakat dan sikap masyarakat.

Forum ulama se-Banten yang dipimpin oleh KH. Yusuf Mubarok menolak

keberadaan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Tanjung Lesung. Menurutnya,

kawasan Tanjung Lesung dipilih karena tanahnya murah, pekerjanya juga murah

dan juga karena masyarakatnya berpendidikan rendah sehingga tidak akan

menimbulkan protes jika ada kawasan pariwisata di daerahnya. Menurut KH.

Yusuf, banyak masyarakat yang belum paham apa itu KEK, fungsi dan tujuan

dibuatnya KEK dan hal lain seputar KEK.

“Yang kami tahu para ulama, penyampaian informasi nya tidak


menyeluruh. Dari laporan masyarakat ke kita banyak masyarakat yang
tidak paham apa itu KEK. Siapa investornya, apa yang diinginkan
investor luar negeri di KEK ini dan sebagainya43”

Selain itu menurut KH. Yusuf, masyarakat banyak yang menolak namun

laporan dari masyarakat tersebut diredam oleh pihak-pihak yang diuntungkan atas

keberadaannya KEK. Bentuk penolakan dari masyarakat yaitu berupa surat aduan

dan laporan yang dihimpun oleh beberapa LSM yang mengadukan hal ini ke

forum ulama se-Banten.

“Masyarakat menolak, tapi ya tetap saja yang kebagian jatah mah


nerima-nerima aja. Coba silahkan di cek sama mahasiswa. Yang
menerima keberadaan KEK Cuma segelintir orang. Paling pemilik tanah,
orang kaya nya, calo-calo nya. Masyarakat awam nya yang tidak tahu
apa-apa hanya jadi penonton. Paling mentok jadi pekerja kasar44”

43
Wawancara KH. Yusuf Mubarok, ketua forum ulama se-Banten, 4 Agustus 2016
44
Wawancara KH. Yusuf Mubarok, ketua forum ulama se-Banten, 4 Agustus 2016
72

Sebagai masyarakat yang religious, keberadaan ulama di lungkungan

masyarakat di Banten menjadi pokok. Ulama tidak hanya menjadi sosok yang

memimpin ibadah kerohanian tetapi juga hal-hal yang sifatnya social dan

kemasyarakatan. Termasuk pada kasus KEK ini, menurut penulis keberadaan

ulama menjadi hal yang diperhitungkan oleh masyarakat yang tidak setuju dengan

keberadaannya KEK tersebut. KH. Yusuf membenarkan hal itu dan menurutnya

masyarakat masih menunggu instruksi ulama untuk sikap dan bentuk

penolakannya seperti apa.

“Masyarakat yang menolak menunggu intruksi dari ulama. Kalo


kata ulama kita demo ya mereka siap. Tapi kita tidak mau begitu lah. Kita
mau menggunakan cara-cara konstitusi. Saya sudah mengumumkan di
hadapan pers bahwa kami para ulama menolak KEK. Lalu kita juga
memberikan surat kepada Presiden Jokowi sebanyak 3 kali sebagai bentuk
penolakan ulama terhadap pembentukan KEK45”

Menurut analisa penulis, hal yang terjadi pada forum ulama se-Banten

adalah karena adanya kecemasan. Kecemasan merupakan suatu perasaan subjektif

mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari

ketidakmampuan mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa aman. Perasaan

yang tidak menentu tersebut pada umumnya tidak menyenangkan yang nantinya

akan menimbulkan atau disertai perubahan fisiologis dan psikologis.

Dalam analisa penulis, kecemasan yang muncul dari ulama se-banten

merupakan kecemasan fundamental. Kecemasan fundamental merupakan suatu

pertanyaan tentang siapa dirinya, untuk apa hidupnya, dan akan kemanakah kelak

hidupnya berlanjut. Kecemasan ini disebut sebagai kecemasan eksistensial yang

mempunyai peran fundamental bagi kehidupan manusia.

45
Wawancara KH. Yusuf Mubarok, ketua forum ulama se-Banten, 4 Agustus 2016
73

Namora Lumongga Lubis46 menjelaskan bahwa kecemasan adalah

tanggapan dari sebuah ancaman nyata ataupun khayal. Individu mengalami

kecemasan karena adanya ketidakpastian dimasa mendatang. Kecemasan dialami

ketika berfikir tentang sesuatu tidak menyenangkan yang akan terjadi. Nevid

Jeffrey S, Rathus Spencer A, & Greene Beverly memberikan pengertian tentang

kecemasan sebagai suatu keadaan emosional yang mempunyai ciri

keterangsangan fisiologis, perasaan tegang yang tidak menyenangkan, dan

kekhawatiran bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Kecemasan adalah rasa

khawatir, takut yang tidak jelas sebabnya.

Kecemasan yang dialami oleh forum ulama se-Banten atas dasar

pengaduan dari masyarakat juga diakui oleh Badan Perencanaan dan

Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Pandeglang. BAPPEDA selaku

pihak pertama yang datang ke masyarakat sebelum peresmian KEK ini juga

mengaku ada pro dan kontra di masyarakat.

“Pro dan kontra ada di awal proses sosialisasi, ada semacam


pemahaman yaitu jika wisata berkembang maka kemaksiatan berkembang.
Padahal tidak seperti itu semua nya tergantung Pemda. Makanya di kita
ada kerjasama antara Pemda dengan BWJ. Disitu kita masukan regulasi
apa yang boleh dan apa yg tidak boleh dibuat di Tanjung lesung ini.
Termasuk ijin minuman beralkohol. Di kita ijin itu tidak keluar47”

Namun menurut BAPPEDA, pro dan kontra tersebut dapat diselesaikan

dengan cara bersosialisasi di masyarakat. Dimulai dari sosialisasi dengan

masyarakat desa, lintas kecamatan dan juga sosialisasi dengan Satuan Kerja

Perangkat Daerah (SKPD) yang lain.

46
Namora L Lubis, Pengantar Psikologi untuk kedokteran, 2009 hal 14
47
Wawancara Abdul Aziz, Kasie Sumberdaya Buatan BAPPEDA Pandeglang, 26 Juli 2016
74

“Sosialisai pertama kita ke masyarakat di kampong CIkadu,


kemudian sosialisasi di tingkat kecamatan. Tokoh masyarakat, tokoh
agama, aparatur desa. Lalu ada juga sosialisasi di tingkat kabupaten.
Tempatnya di aula sekda. Di tahun 2014 dibuat RAD (rencana aksi
daerah) untuk mendukung Tanjung Lesung48”

Dari sosialisasi yang dilaksanakan beberapa kali tersebut, BAPPEDA

menilai sudah terlihat hasil yang memuaskan dan juga dukungan nyata dari

masyarakat kawasan Tanjung Lesung itu sendiri.

“Responnya positif sih, terlihat dari adanya gerai 2 buah yang


dijadikan kampong wisata. Gerainya difasilitasi Pemda tapi diatas lahan
masyarakat. 2 gerai itu untuk salak pirus dan kerajinan tangan termasuk
kerajinan membatik dengan nama motif Cikadu dengan 20 motif yang juga
difasilitasi oleh BWJ. Sebenarnya bukan hanya wisatanya saja tapi juga
unsur pendidikan dan kesehatannya. Nanti rencananya ada 1.000
homestay, ada rumah sakit juga, ada hotel, apartemen, cottage dan
sebagainya. Ada yang dikembangkan juga masyarakatnya49”

Administrator KEK sendiri yang langsung turun ke masyarakat untuk

sosialisasi juga mengatakan hal yang sama dengan BAPPEDA. Mereka juga

mengakui bahwa pro dan kontra juga ada di masyarakat saat awal-awal mereka

sosialisasi seputar Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung.

“Respon awalnya memang ada pro dan kontra. Tapi selama ini
tidak ada masalah sepengetahuan saya. Kalau masyarakat butuh
informasi atau sesuatu bisa langsung datang ke kita untuk tanya-tanya.
Daripada turun ke jalan kan kurang etis juga50”

Teddy selaku sekretaris administrator KEK Tanjung Lesung juga mengaku

bahwa hingga saat ini tidak ada protes yang datang ke administrator KEK sendiri

dari masyarakat. Menurutnya sosialisasi yang saat ini dilakukan sudah maksimal.

“Selama ini belum ada protes. Dari kemarin sosialisasi yang


dilakukan sejauh ini sudah cukup. selama bisa komunikasi dengan baik.
Kan masyarakat juga tetap diberdayakan, bisa sebagai karyawan dan
48
Wawancara Abdul Aziz, Kasie Sumberdaya Buatan BAPPEDA Pandeglang, 26 Juli 2016
49
Wawancara Abdul Aziz, Kasie Sumberdaya Buatan BAPPEDA Pandeglang, 26 Juli 2016
50
Wawancara Teddy, sekretaris Administrator KEK, 28 Juli 2016
75

lain-lain. Kalau tempat untuk umkm sudah disiapkan untuk masyarakat


sekitar51”

Teddy juga menjelaskan bahwa pernah terjadi sebuah kasus di Tanjung

Lesung ketika ada pihak yang mengajukan ijin pendirian lahan bangunan namun

di kawasan Tanjung Lesung tersebut dihambat oeh masyarakat sekitar dan

mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan oleh masyarakat. Menurut Teddy,

hal seperti itu sebenarnya menjadi tugas dari pengelola yaitu Banten West Java.

“Selama ini tidak ada masalah. Tapi memang ada yang datang ke
kita mau mengajukan perijinan tapi terhambat perlakuan. Dan kita
bukannya tidak mau membantu. Tapi itu tupoksi nya pengelola yaitu
BWJ52”

KH. Odon selaku ulama yang menerima keberadaan KEK Tanjung Lesung

menganggap bahwa tidak ada hambatan psikologis yang terjadi di masyarakat.

Menurutnya, pro dan kontra merupakan hal biasa yang terjadi ketika akan muncul

hal yang baru. Selain itu, menurutnya juga pro dan kontra di masyarakat terjadi

karena kesimpangsiuran informasi yang terjadi. Namun setelah pihak Pemerintah

Daerah Kabupaten Pandeglang dan pihak Banten West Java langsung

berkomunikasi dengan masyarakat maka pro dan kontra tersebut dapat

diselesaikan.

“Penerimaan informasinya bagus sih, meski awalnya banyak yang


tidak tahu dan menanyakannya ke saya. ya buktinya kan masyarakat
langsung tergerak. Ada yang buka warung, ada yang rumahnya di
renovasi dan dijadikan homestay, dan banyak lagi lah. Artinya dari sisi
ekonomi masyarakat tergerak untuk berubah53”

Menurut Kyai Odon, hambatan psikologis tidak terjadi di masyarakat.

Yang terjadi adalah dorongan psikologis. Dimana masyarakat tergerak secara


51
Wawancara Teddy, sekretaris Administrator KEK, 28 Juli 2016
52
Wawancara Teddy, sekretaris Administrator KEK, 28 Juli 2016
53
Wawancara KH. Odon Firdaus, Pengasuh PP. As-Syifa, 7 Agustus 2016
76

psikologis untuk merubah hidup menjadi lebih baik lagi. Hal tersebut

menunjukkan bahwa respon masyarakat dan sikap masyarakat Tanjung Lesung

terhadap keberadaan KEK Tanjung Lesung ini begitu tinggi.

“Respon masyarakat sebagian besar positif. Ada yang merantau ke


Jakarta akhirnya karena di kampungnya ada potensi wisata dia kembali
ke Cikadu sini dan memulai usaha karena melihat peluang. Banyak sih,
selain homestay tadi juga kan masyarakat mau membuat kerajinan batik
yang difasilitasi BWJ. Ya pokoknya seperti yang abah sudah jelaskan ya
selebihnya bisa dilihat sendiri lah. Ya itu tadi, banyak yang ekonominya
tergerak. Awalnya homestay Cuma 2 lho sekarang kan sudah banyak.
Perantau pada pulang dan membuka usaha itu kan hal yang bagus juga.
Ya kalau tidak ada KEK belum tentu seperti ini. Anggap saja ini barokah,
jangan dianggap mudharat terus nanti kapan maju nya54”

Dzaenuddin, Tokoh masyarakat Desa Cikadu juga mengatakan hal yang

sama, menurutnya ketakutan yang muncul di masyarakat pada awal wacana KEK

adalah seputar kemaksiatan, ketakutan tidak mendapatkan pekerjaan hingga

ketakutan mengenai ekosistem alam.

“Awalnya banyak yang tidak setuju. Alasnnya macam-macam lah


ada yang takut banyak maksiat, ada yang takut tidak mendapat pekerjaan
karena KEK, ada yang takut masalah kehidupan nelayan ada juga yang
tidak setuju karena tidak mendapatkan peran apa-apa di KEK ini. Tapi ya
lama kelamaan kan ada sosialisasi, ada banyak informasi yang masuk dan
sebagian besar sudah setuju sekarang55”

Respon masyarakat yang beragam tersebut menurutnya dapat diatasi oleh

pihak Pemda Pandeglang dan pihak pengelola yaitu BWJ. Sehingga respon

masyarakat tersebut dapat menjadi dasar aturan dalam perjanjian antara

Pemerintah daerah yang menjadi perwakilan masyarakat dengan pihak pengelola

KEK Tanjung Lesung yaitu PT. Banten West Java.

54
Wawancara KH. Odon Firdaus, Pengasuh PP. As-Syifa, 7 Agustus 2016
55
Wawancara Dzulkarnaen, tokoh masyarakat Cikadu, 7 Agustus 2016
77

“Respon awalnya ya itu tadi, beragam ya. Tapi kan karena pihak
pengelola dan Pemda Pandeglang juga dating kesini dengan baik-baik
dan musyawarah dengan masyarakat disini lalu sudah ada perjanjian
antara BWJ dengan Pemda barulah masyarakat setuju56”

Dzaenuddin juga menjelaskan seputar sikap masyarakat baik yang

menerima Tanjung Lesung sebagai Kawasan EKonomi Khusus (KEK) ataupun

juga yang menolak Tanjung Lesung sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).

“Untuk sikap masyarakat tentu beragam. Tapi untuk yang


menerima peresmian KEK ini kan mereka berusaha. Ada yang buka
warung, buka homestay dan lain-lain banyak lah. Tapi yang kita urus ini
kan yang tidak setuju. Kalau hanya tidak setuju dan tidak berbuat apa-apa
sih tidak masalah. Ini ada yang tidak setuju tapi provokasi yang lain dan
terkadang ada prilaku premanisme ke mobil proyek BWJ yang lewat57”

Dari kelima informan diatas dan berdasarkan indicator dari hambatan

psikologis yaitu penerimaan informasi di masyarakat, respon masyarakat dan

sikap masyarakat penulis dapat menyimpulkan bahwa hambatan psikologis terjadi

di awal wacana pembentukan KEK Tanjung Lesung. Namun dengan komunikasi

yang intens dari Pemerintah Daerah Kabupaten Pandeglang melalui administrator

KEK dan BAPPEDA Pandeglang serta dari pihak pengelola yaitu Banten West

Java kepada masyarakat buffer zone yaitu masyarakat di Kampung Tanjung Jaya

Desa Cikadu membuat masyarakat sedikit demi sedikit dapat menerima

keberadaan KEK di Tanjung Lesung.

4.3.3 Proses Komunikasi Pihak Yang Terlibat Dalam KEK Tanjung


Lesung Dalam Menghadapi Hambatan Fisik
Fungsi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) adalah melakukan dan

mengembangkan usaha dibidang perdagangan, jasa, industri, pertambangan dan

56
Wawancara Dzulkarnaen, tokoh masyarakat Cikadu, 7 Agustus 2016
57
Wawancara Dzulkarnaen, tokoh masyarakat Cikadu, 7 Agustus 2016
78

energi, transportasi, maritim dan perikanan, pos dan telekomunikasi, pariwisata

dan bidang lain. Sesuai dengan hal tersebut, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)

terdiri atas satu atau beberapa Zona, antara lain Zona pengolahan ekspor, logistik,

industri, pengembangan teknologi, pariwisata dan energi yang kegiatannya dapat

ditujukan untuk ekspor dan untuk dalam negeri.

Hambatan fisik ialah hambatan yang disebabkan karena kondisi geografis.

Misalnya jarak jauh sehingga sulit dicapai, tidak adanya sarana kantor pos, kantor

telepon, Jalur transportasi dan sebagainya. Oleh karena itu hambatan fisik tentu

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pembentukan Kawasan Ekonomi

Khusus karena jika hambatannya besar maka fungsi Kawasan Ekonomi Khusus

(KEK) tidak dapat terwujud. Dalam hal ini, penulis menganalisis hambatan fisik

dengan 3 indikator yaitu jarak, infrastuktur dan sarana.

Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten

Pandeglang menyatakan bahwa saat ini Pemerintah Daerah sedang berusaha

menunjang sarana dan prasarana menuju kawasan Tanjung Lesung. Beberapa

sarana penunjang tersebut diantaranya jalan tol Serang-Panimbang, reaktivasi rel

kereta Rangkas-Labuan dan Saketi-Bayah, betonisasi jalan kabupaten dan

pengadaan penerangan jalan serta pembangunan Bandar Udara Banten Selatan.

“Sebenarnya hambatannya salah satunya adalah akses jalan, dari


Jakarta saja butuh 5 jam ke Tanjung Lesung. Sehingga yang dipercepat
saat ini adalah pembuatan jalan tol. Nantinya banyak investor yang hadir
jika jalan tol sudah selesai. Karena bisnis pariwisata bukan bisnis barang
dan peminatan, sehingga yang harus didahulukan adalah promosi daerah
dan juga infrastrukturnya. Nanti akan lebih pesat lagi perkembangannya
jika jalan tol sudah ada. Termasuk kesiapan masyarakatnya juga.
Makanya kita membuat kompepar (komunitas pemberdayaan pariwisata)
disana. Kelompok yang bias memberdayakan masy. Disana termasuk ada
79

kelompok nelayan, dan kemarin ada bantuan dari disbudpar berupa alat
menyelam58”

Abdul Aziz yang menjadi informan penelitian mengungkapkan bahwa

sebenarnya isu Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) ini hanyalah sebuah isu

nasional yang dibangun di Pandeglang. Tujuannya adalah agar perhatian nasional

tertuju ke Pandeglang. Sehingga sarana dan prasarana tersebut nantinya

bermanfaat bagi seluruh masyarakat Pandeglang, tidak hanya masyarakat Tanjung

Lesung saja.

“Bagi pemda, KEK tanjung lesung ini sebenarnya hanyalah


bagaimana kita membuat sebuah isu nasional di Pandeglang. Sehingga
nanti lirikannya nanti kesini. Untuk mempercepat pembangunan terutama
di selatan Pandeglang. Saat ini sedang proses pembebasan lahan untuk
pembuatan jalan tol Serang-Panimbang sepanjang 80KM. targetnya di
2018 sudah selesai. Selain jalan tol, Ada bandara Banten Selatan dengan
progresnya yang cukup lama dan reaktivasi rel kereta Rangkas-Labuan
dan rel Saketi-Bayah. Fungsinya selain kereta wisata, juga menjadi jalur
kereta barang pabrik semen di Bayah. Setelah penetapan, seluruh
infrastruktur diperbaiki termasuk jalan sudah di beton dan diperlebar
menjadi 7 meter dan juga penerangan sudah ditambah. Sebenarnya bukan
hanya Tanjung Lesungnya, tetapi juga dampaknya bagi seluruh
masyarakat Pandeglang59”

Sedangkan untuk sarana di dalam kawasan Tanjung Lesung, Abdul Aziz

mengatakan bahwa hal tersebut sepenuhnya sudah menjadi tanggung jawab dari

pihak pengelola. Nantinya, Pemda hanya mengurus seputar administrasi dan juga

biaya retribusi saja.

“Rencananya juga akan ada universitas di dalam Tanjung Lesung.


Sebenarnya bukan hanya wisatanya saja tapi juga unsur pendidikan dan
kesehatannya. Nanti rencananya ada 1.000 homestay, ada rumah sakit
juga, ada hotel, apartemen, cottage dan sebagainya. Itu sarana yang akan
dibangun oleh pengelola. Sedangkan dari Pemda hanya air bersihnya saja
yang menggunakan jasa PDAM Pandeglang60”
58
Wawancara Abdul Aziz, Kasie Sumberdaya Buatan BAPPEDA Pandeglang, 26 Juli 2016
59
Wawancara Abdul Aziz, Kasie Sumberdaya Buatan BAPPEDA Pandeglang, 26 Juli 2016
60
Wawancara Abdul Aziz, Kasie Sumberdaya Buatan BAPPEDA Pandeglang, 26 Juli 2016
80

Teddy aelaku administrator KEK Tanjung Lesung mengungkapkan, akan

banyak festival-festival yang diselenggarakan di Tanjung Lesung dengan tujuan

sebagai promosi wisata dan juga promosi kegiatan festival itu sendiri.

“Jarak memang menjadi kendala, oleh karena itu kami


mengadakan beberapa promosi dengan mengadakan beberapa kegiatan
seperti festival. Di tahun ini akan ada festival, seperti bagan race. Dan
ada wacana Seal Tanjung Lesung dan akhir tahun ini ada festival lagi61”
Sementara, untuk mengatasi hambatan fisik berupa infrastruktur Teddy

mengatakan hal yang sama dengan Abdul Aziz yaitu proses-proses pembanguan

jalan tol, reaktivasi rel dan sebagainya.

“Sedang kita kejar untuk infrastruktur. Seperti betonisasi jalan


dari PLTU Labuan sampai ke Tanjung Lesung, terus juga lampu
penerangan jalan kita perbanyak, ada pembuatan jalan tol Serang-
Panimbang, reaktivasi rel kereta dan juga wacana pembangunan bandara
Banten Selatan62”

Untuk mengatasi hambatan fisk yaitu sarana di area Tanjung Lesung,

Teddy mengatakan saat ini sudah ada 2 pantai yang dibuka untuk umum. Yaitu

Pantai Bodur dan Beach Club.

“Ada 2 pantai terbuka yang dibuka, yaitu pantai Bodur dan Beach
club. Di beach club banyak game nya dari snorkling, donnut jup, banana
boat. Terus untuk feature pengembangan yang berkaitan dengan pantai
umum sudah diisapkan namanya Lada Beach. Selain pantai juga aka nada
President University disana, ada rumah sakit, homestay, hotel, dan sarana
lain. Tapi ya memang belum berjalan karena banyak investor ini baru
MoU saja dengan pengelola. Dan baru akan action ketika jalan tol sudah
beroperasi63”

Sementara KH. Yusuf Mubarok yang menolak keberadaan KEK Tanjung

Lesung menyampaikan analisisnya yaitu Tanjung Lesung dipilih karena tanahnya

murah, masyarakatnya menengah kebawah dan harga tenaga kerja nya yang juga
61
Wawancara Teddy, sekretaris Administrator KEK, 28 Juli 2016
62
Wawancara Teddy, sekretaris Administrator KEK, 28 Juli 2016
63
Wawancara Teddy, sekretaris Administrator KEK, 28 Juli 2016
81

murah. Menurutnya, yang cocok menjadi kawasan ekonomi khusus adalah daerah

wisata Anyer karena potensi wisatanya sudah maju daripada wilayah Tanjung

Lesung.

“Iya kalo tentang itu saya tahu, kenapa coba memilih Tanjung
Lesung sebagai daerah ekonomi khusus? Kenapa tidak Anyer saja yang
wisatanya sudah maju. Analisis saya, Tanjung Lesung dipilih karena
tanahnya murah dan masyarakatnya menengah kebawah. Kalo dari sisi
jarak kan jauh sekali dengan ibukota”64

Untuk urusan infrastruktur, KH. Yusuf mengatakan bahwa peresmian

KEK ini terlalu terburu-buru. Menurutnya, masyarakat perlu tahu bahwa KEK ini

siapa investornya, apa tujuannya dan apa sebabnya memilih Tanjung Lesung.

“Seperti yang tadi saya katakan, pada dasarnya ini pasti akan
membawa mudaharat. Termasuk urusan infrastukturnya, keinginan
masyarakatnya, social budaya nya. Itu semua sudah terpenuhi belum. Jika
belum dan pemerintah terburu-buru meresmikan KEK, apa sebabnya ?
berarti kan ada hal-hal yang masyarakat tidak tahu. Padahal masyarakat
sebagai warga Negara berhak tahu, investor ini siapa, dari Negara mana,
apa tujuannya, lalu masyarakat akan dikemanakan dan lain-lain lah65”

Kyai Yusuf juga sangat tidak setuju dengan pembangunan hotel, cottage,

homestay dan sebagainya jika tidak menguntungkan masyarakat sekitar Tanjung

Lesung.

“Nantinya katanya di sana akan dibangun hotel, cottage, homestay


dan lain-lain. Kalo masyarakat sekitar tidak diuntungkan ya buat apa ?
saya dengan tegas atas nama ulama Banten ini menolak karena kami tahu
bahwa masyarakat ini tidak akan menjadi apa-apa. Tanahnya dibeli,
mereka terpinggirkan di daerah mereka sendiri. Ini kan miris66”
Kyai Odon, pandangannya bertolak belakang dengan Kyai Yusuf,

menurutnya perkembangan KEK ini nantinya tidak hanya untuk masyarakat

64
Wawancara KH. Yusuf Mubarok, ketua forum ulama se-Banten, 4 Agustus 2016
65
Wawancara KH. Yusuf Mubarok, ketua forum ulama se-Banten, 4 Agustus 2016
66
Wawancara KH. Yusuf Mubarok, ketua forum ulama se-Banten, 4 Agustus 2016
82

Tanjung Lesung tapi juga untuk masyarakat Pandeglang sehingga harus didukung

oleh seluruh lapisan masyarakat.

“Iya jaraknya memang jauh, makanya pemerintah juga kan


berupaya membuat jaln tol, reaktivasi rel kereta dan bandara juga. Itu
kan manfaatnya untuk orang banyak. Tidak hanya masyarakat Tanjung
Lesung, tapi juga masyarakat Pandeglang dan Banten. Masa ada
kemajuan seprti itu kita tolak sih. Kan kalau tidak ada KEK belum tentu
ada jalan tol67”

Untuk urusan prasana pendukung KEK, kyai Odon mengatakan bahwa

prasarana pendukung KEK di kawasan Tanjung Lesung sudah mulai membaik.

Sudah ada masjid, pos keamanan dan lain-lain. Sehingga untuk urusan

kemaksiatan bisa dihindari menurutnya.

“Maksiat itu kan dimana-mana pasti ada. Tinggal kita saja para
ulama harus bisa mengontrol itu. Disini juga kana da masjid, santri-santri
nya banyak. Ya orang juga mikir masa di tempat yang banyak santri nya
berbuat maksiat. Di pesantren saya juga ini kita buatkan pos untuk
masyarakat menjaga keamanan. Dan di pos itu kita selalu koordinasi
dengan Kamtibmas polsek Panimbang68”

Selain mengelola tempat pariwisata dan juga mengajak masyarakat sekitar

untuk membuka usaha, Kyai Odon juga mendatangkan guru di bidang pariwisata

untuk mengajarkan santri-santri nya agar bisa mengelola tempat wisata.

“Ya kalo sarana, dan sifatnya dari masyarakat yang langsung


tergerak kan banyak ya. Sudah saya ceritakan tadi. Selain itu di pesantren
saya juga, saya datangkan pengajar yang langsung mengajarkan santri-
santri sini untuk mengelola tempat pariwisata. Ya ilmu-ilmu pariwisata
lah. Dari manajemennya, promosinya, pengelolaannya dan juga ke bagian
perawatan tempat wisata juga diajarkan. Jadi nanti warga sekitar tidak
kalah dengan orang Jakarta yang sudah berpengalaman69”

Dzaenuddin Tanjung Jaya, Desai Cikadu mengatakan bahwa untuk urusan

jarak dan promosi wisata itu sudah menjadi tanggung jawab dari pengelola.
67
Wawancara KH. Odon Firdaus, Pengasuh PP. As-Syifa, 7 Agustus 2016
68
Wawancara KH. Odon Firdaus, Pengasuh PP. As-Syifa, 7 Agustus 2016
69
Wawancara KH. Odon Firdaus, Pengasuh PP. As-Syifa, 7 Agustus 2016
83

“Kita kan diberitahu nya kalau KEK ini diajukan oleh pengelola,
jadi ya untuk urusan jarak dan sebagainya biarkan saja pengelola yang
memutar otak bagaimana caranya meskipun jaraknya jauh tapi tetap
banyak wisatawan yang hadir70”
Beliau juga mengatakan untuk urusan komunikasi dan jaringan internet,

sinyal komunikasi sudah bagus. Hanya saja belum semua operator.

“Disini sinyal handphone sudah bagus sih. Cuma memang belum


semua operator. Baru Indosat. Telkomsel sama XL aja yang sudah bagus.
Jadi tetep untuk komunikasi jarak jauh mah bisa kok. Tidak terlalu sulit
banget gitu71”

Selain itu, menurutnya perkembangan yang terbaru adalah sudah adanya

warga yang membuka praktek kebidanan. Sehingga jika sakit ringan masih bisa

diobati di Tanjung Lesung.

“Sarana mah banyak. Keliatan lah kalau yang dulu pernah kesini
sama yang sekarang kesini pasti beda banget. Sekarang yang terbaru ada
masyarakat yang anaknya lulus akbid dan langsung buka praktek
kebidanan disini. Jadi kalau sakit ringan masih bisa diatasi disini72”

Menurut analisa penulis, pemerintah daerah melalui BAPPEDA dan

Administrator KEK sedang mengupayakan beberapa hal agar hambatan fisik

dapat teratasi. Selain itu, masyarakat sekitar juga mengupayakan hal yang sama.

Dari semua data, penulis dapat merangkum beberapa hal terkait antisipasi

hambatan fisik yaitu: jalan tol Serang-Panimbang, reaktivasi rel kereta Rangkas-

Labuan dan Saketi-Bayah, pembangunan Bandar Udara Banten Selatan,

Betonisasi jalan, pembuatan homestay dari masyarakat, praktek bidan asli

masyarakat sekitar dan pembuatan desa wisata serta kerajinan batik khas Cikadu.

70
Wawancara Dzulkarnaen, tokoh masyarakat Cikadu, 7 Agustus 2016
71
Wawancara Dzulkarnaen, tokoh masyarakat Cikadu, 7 Agustus 2016
72
Wawancara Dzulkarnaen, tokoh masyarakat Cikadu, 7 Agustus 2016
84

4.3.4 Proses Komunikasi Pihak Yang Terlibat Dalam KEK Tanjung

Lesung Dalam Menghadapi Hambatan Budaya

Hambatan budaya ialah hambatan yang terjadi disebabkan karena adanya

perbedaan norma, kebiasaan dan nilai-nilai yang dianut oleh pihak-pihak yang

terlibat dalam berkomunikasi.

Selain sebagai identitas sosial, komunikasi antarbudaya berfungsi sebagai

integrasi sosial. Dalam kasus komunikasi antarbudaya yang melibatkan perbedaan

budaya antara komunikator dengan komunikan maka integrasi sosial merupakan

tujuan utama komunikasi.

Pada kasus Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung, hambatan budaya

menjadi hal yang sangat diperhatikan oleh semua pihak baik dari pengelola,

Pemerintah Kabupaten Pandeglang dan juga para ulama. Semuanya terfokus pada

perhatian terhadap kearifan local masyarakat Cikadu. Pada hambatan budaya,

indicator analisisnya adalah budaya masyarakat, penerimaan budaya baru dan juga

akulturasi. Akulturasi menjadi sebuah tujuan jika masyarakat dengan budaya lama

nya dapat menerima budaya baru yang muncul.

Kekhawatiran muncul dari forum ulama se-Banten. Kekhawatiran tersebut

adalah jika masyarakat Tanjung Lesung terbawa dengan budaya baru dan

kemudian melupakan budaya dan kearifan lokalnya.

“Saya ingin orang-orang investor asing itu mengikuti kearifan


local, jangan memaksakan kehendak. Jangan sampai ketika ada
perusakan kearifan local, jangan sampai masyarakat tidak dilindungi.
Saya ini bergerak atas dasar laporan dari masyarakat. Dan banyak itu
laporannya, dari nelayan, masyarakat biasa banyak itu. Jangan sampai
masyarakat tidak tahu apa itu KEK sebenarnya73”

73
Wawancara KH. Yusuf Mubarok, ketua forum ulama se-Banten, 4 Agustus 2016
85

Budaya baru yang dimaksud oleh Kyai Yusuf adalah maraknya

kemaksiatan yang dibawa oleh wisatawan dengan beragam bentuk. Seperti

terbukanya aurat, minuman keras, perjudian dan lain sebagainya.

“Itu tadi, mudharatnya adalah akan ada perjudian, perzinahan,


trafficking wanita, pembuatan gereja illegal, pornografi. Kan tidak
menutup kemungkinan ada bule jalan-jalan keliling Tanjung Lesung pake
bikini. Apa mau warga Banten yang katanya kota santri, seribu kyai sejuta
santri ada yang begitu di Banten74”

Menurut Kyai Yusuf, kekhawatiran tersebut bukanlah tanpa alasan.

Menurutnya, dia tidak memiliki kepentingan apapun jika KEK Tanjung Lesung

tetap berjalan. Tetapi yang dikahwatirkannya adalah anak cucu masyarakat

Tanjung Lesung dan moral masyarakatnya itu sendiri.

“Yang saya khawatirkan adalah anak cucu kita, lalu masyarakat


Tanjung Lesung itu sendiri secara moral dan akidah. Siap atau tidak
menyaksikan kemaksiatan. Bagaimana jika masyarakat malah diam saja
bahkan mendukung kemaksiatan. Akan rusak moral orang Banten ini
jadinya75”

Teddy selaku administrator KEK menganggap bahwa ketakutan-ketakutan

yang dilontarkan oleh ulama Banten sudah menjadi kerangka acuan perjanjian

antara Pemerintah Daerah dengan pihak pengelola yaitu Banten West Java.

“Dari kita dan para stake holder yang lain hal itu akan menjadi
warning agar apa yang dikahwaitrkan ini tidak terjadi. Aturan-aturan
seperti ketakutan banyak yang memakai bikini dan lain-lain itu saya 2
tahun disana belum pernah lihat. Yang penting kan wisatawan nyaman
dan masyarakat juga tidak resah76”

Termasuk untuk urusan masyarakatnya, menurutnya masyarakat tidak

perlu khawatir karena sudah dalam perjanjiannya bahwa masyarakat tidak akan

dikesampingkan dan akan tetap dipekerjakan sesuai dengan kebutuhan.


74
Wawancara KH. Yusuf Mubarok, ketua forum ulama se-Banten, 4 Agustus 2016
75
Wawancara KH. Yusuf Mubarok, ketua forum ulama se-Banten, 4 Agustus 2016
76
Wawancara Teddy, sekretaris Administrator KEK, 28 Juli 2016
86

“Intiya jangan sampai dikesampingkan. Kita menjamin dengan


keharusan di regulasi itu. Jadi masyarakat tidak perlu takut seharusnya.
Sebenarnya kekhawatiran pasti ada, Cuma mungkin bentuknya kecil dan
lebih besar rasa penasarannya menunggu ini berjalan. Dan sampai saat
ini responnya masih positif77”

Namun Teddy juga mengakui keterbatasan tugas dan fungsi administrator

KEK. Menurutnya administrator hanya bisa menjamin agar regulasi berjalan

dengan baik dan membuat ijin bagi investor yang ingin membuka usaha di

wilayah Tanjung Lesung.

“Administrator paling hanya bisa mensupport. Karena itu tidak


hanya kewenangan kami tapi semua SKPD. Termasuk di Bappeda ada
pendampingan masyarakat. Karena kami tidak diharuskan terjun
langsung78”

BAPPEDA Pandeglang juga mengatakan hal yang sama dengan

administrator KEK. Menurutnya semua kekhawatiran itu tergantung dari

regulasinya. Dan di Pandeglang sendiri regulasinya dibuat sangat ketat oleh

BAPPEDA Pandeglang.

“Sebenarnya tergantung kitanya bagaimana kita bisa membatasi


agar hal-hal yang dikhawatirkan atau dianggap maksiat itu bisa kita
tahan dan tidak muncul di daerah wisata. Dari tahun 2013 itu sudah kita
buat TPM (tenaga pengerak masyarakat) yang seluruhnya lulusan STKS
(s.T Kes.sos) itu yang kita amanahkan untuk mengembangkan masyarakat
sekitar Tanjung Lesung79”

Kekhawatiran tersebut menurutnya, sudah teratasi dan juga sudah

dituangkan dalam bentuk badan hukum berupa perjanjian antara Pemda dengan

BWJ.

“Sebenarnya kehkawatiran itu sudah kita pikirkan dan sudah kita


tuangkan dalam bentuk hukum berupa perjanjian antara BWJ dengan
Pemda. Semuanya tertuang disitu. Di perjanjian itu tertera, pasal
77
Wawancara Teddy, sekretaris Administrator KEK, 28 Juli 2016
78
Wawancara Teddy, sekretaris Administrator KEK, 28 Juli 2016
79
Wawancara Abdul Aziz, Kasie Sumberdaya Buatan BAPPEDA Pandeglang, 26 Juli 2016
87

berapanya saya lupa bahwa kewajiban pihak BWJ : menjaga dan


melestarikan adat istiadat serta budaya dan agama dan juga kearifan
local80”

Salah satu upaya nyata yang dilakukan oleh BAPPEDA menurut Abdul

Aziz adalah tidak mengeluarkan ijin minuman beralkohol di surat perjanjian

antara Pemda dengan BWJ.

“Makanya di kita ada kerjasama antara pemda dengan BWJ.


Disitu kita masukan regulasi apa yang boleh dan apa yg tidak boleh
dibuat di Tanjung lesung ini. Termasuk ijin minuman beralkohol. Di kita
ijin itu tidak keluar. Karena tentu bertentangan dengan adat dan budaya
serta kearifan local masyarakatnya81”

Kyai Odon membenarkan pendapat Abdul Aziz dan juga Teddy,

menurutnya segala kekhawatiran akan adanya perjudian, perdagangan minuman

keras dan sebagainya sudah diantisipasi oleh Pemerintah Kabupaten Pandeglang

dalam surat perjanjian dengan pengelola.

“Iya yang saya tahu, semua kekhawatiran itu sudah ada di


perjanjian antara Pemda dengan BWJ. Karena isi perjanjian itu kan kalau
tidak salah adalah hasil dari musyawarah tokoh masyarakat saat
sosialisasi KEK di tingkat kecamatan dan Kabupaten. jadi tidak perlu
khawatir itu, tenang saja. Berjalan saja belum sudah banyak keraguan.
Biar nanti kalau sudah berjalan kita evaluasi82”

Kyai Odon juga beranggapan bahwa Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) ini

hanya mempengaruhi masyarakat dari unsur ekonomi bukan dari unsur budaya.

sehingga masyarakat bisa tetap melakukan kebiasaan mereka sehari-hari dan bisa

mempertahankan kearifan local.

“KEK ini kan hanya masuk ke masyarakat dari unsur ekonomi,


bukan unsur budaya. Jadi masyarakat menurut saya tetap bisa beribadah,

80
Wawancara Abdul Aziz, Kasie Sumberdaya Buatan BAPPEDA Pandeglang, 26 Juli 2016
81
Wawancara Abdul Aziz, Kasie Sumberdaya Buatan BAPPEDA Pandeglang, 26 Juli 2016
82
Wawancara KH. Odon Firdaus, Pengasuh PP. As-Syifa, 7 Agustus 2016
88

bisa bekerja dan berkehidupan seperti biasanya tanpa perlu merasa resah
ada gangguan atau ancaman dari wisatawan83”
Kyai odon juga berpendapat bahwa para wisatawan Tanjung Lesung

berkunjung untuk menikmati suasana pantai nya bukan untuk merusak budaya

masyarakat sekitar. Menurutnya, selama para wisatawan itu bersikap baik ke

masyarakat maka masyarakat harus bersikap baik juga kepada pengunjung.

“Selama tamu nya baik dan mengikuti aturan, ya kita ikuti saja.
Tidak perlu harus ekstrim lah. Yang wisata juga kan niatnya berlibur. Jadi
tidak perlu dipaksa untuk mengikuti kegiatan-kegiatan masyarakat84”

Dzulkarnaen selaku tokoh masyarakat menganggap bahwa nilai budaya

masyarakat tidak akan hilang karena mayoritas pengunjung merupakan warga

Negara Indonesia dan mayoritasnya adalah umat muslim yang juga sama dengan

penduduk asli Tanjung Lesung. Sehingga menurutnya perbedaan budaya nya tidak

terlalu jauh.

“Ya budaya Indonesia kan karena mayoritas islam tidak jauh beda
lah menurut saya. Wisatawan juga kan yang solat mah solat, yang tidak
mah tidak. Yang penting kan kita sudah mengingatkan. Untuk peredaran
narkoba dan lain-lainnya saya rasa tidak akan terjadi karena daerah sini
kan dijaga polisi. Jadi jika ada yang mencurigakan, bisa langsung lapor
Polsek Panimbang85”

Tokoh masyarakat juga menganggap, pandangan bahwa jika KEK ini

berjalan maka akan mengundang perjualan alcohol dan apalagi gereja illegal

merupakan pemikiran yang terlalu ekstrim. karena jika terjadi sesuatu hal yang

tidak diinginkan akan langsung diproses oleh pihak yang berwenang.

“Tidak akan ada itu, apalagi yang namanya gereja illegal. Alcohol
saja tidak dijual disini. Dan jika tertangkap membawa akan dipolisikan.

83
Wawancara KH. Odon Firdaus, Pengasuh PP. As-Syifa, 7 Agustus 2016
84
Wawancara KH. Odon Firdaus, Pengasuh PP. As-Syifa, 7 Agustus 2016
85
Wawancara Dzulkarnaen, tokoh masyarakat Cikadu, 7 Agustus 2016
89

Jadi tidak perlu khawatir lah. Masyarakat disini juga tidak mau
daerahnya menjadi daerah maksiat86”
Menurut tokoh masyarakat juga, budaya masyarakat tidak akan hilang dan

justru akan semakin berkembang karena nantinya akan banyak diadakan festival-

festival dalam rangka promosi Tanjung Lesung. Festival tersebut menurutnya

merupakan hasil dari budaya masyarakat sehingga wisatawan akan tertarik dan

melihat budaya masyarakat sekitar Tanjung Lesung.

“Nanti akan ada festival-festival. Dan festival itu kan munculnya


dari budaya masyarakat. Jadi tidak perlu khawatir kalau budayanya akan
hilang karena KEK ini. Justru malah KEK ini adalah momentum untuk
mengembangkan budaya dengan kegiatan-kegiatan promosi wisata seperti
festival atau perayaan lainnya87”

Menurut analisa penulis dari semua data diatas, hambatan budaya dan juga

kekhawatiran menghilangnya budaya dan kearifan masyarakat sekitar sudah

diantisipasi oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Pandeglang dengan cara membuat

sebuah paying hokum berupa perjanjian-perjanjian yang mengatur jalannya

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung ini. Dalam perjanjian tersebut

juga diatur bahwa pengelola harus mengedepankan kearifan local masyarakat dan

juga memberdayakan masyarakat sekitar dalam hal promosi wisata dan juga

sebagai petugas pengelola Tanjung Lesung. Selain itu juga akandiadakan festival-

festival yang bertujuan mengangkat promosi wisata Tanjung Lesung dan juga

promosi budaya masyarakat sekitar.

86
Wawancara Dzulkarnaen, tokoh masyarakat Cikadu, 7 Agustus 2016
87
Wawancara Dzulkarnaen, tokoh masyarakat Cikadu, 7 Agustus 2016
90

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan tentang kecemasan adanya

geger budaya pada masyarakat Tanjung Lesung paska ditetapkannya sebagai

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) maka penulis dapat mengambil kesimpulan

dari analisis 4 hambatan komunikasi yaitu hambatan teknis, hambatan psikologis,

hambatan fisk dan hambatan budaya bahwa masyarakat tidak terkena geger

budaya atau yang biasa disebut geger budaya.

Hal tersebut terbukti secara hambatan teknis bahwa masyarakat disana

selalu diajak dalam kegiatan sosialisasi tentang KEK. Selain itu juga karena

Pemerintah Pandeglang memfasilitasi para tokoh masyarakat dengan kendaraan

untuk memudahkan mereka bersosialisasi tentang KEK ke masyarakat. Dan pihak

pengelola juga menyediakan ruang pengaduan bagi masyarakat yang ingin

bertanya atau melaporkan hal-hal terkait pembangunan KEK tanjung Lesung ini.

Dari segi hambatan psikologis, masyarakat sekitar Tanjung Lesung pada

awalnya pro dan konra ketika akan dilangsungkan peresmian KEK ini. Namun,

setelah dilaksanakan sosialisasi masyarakat sebagian besar setuju karena dapat

mendorong perekonomian masyarakat dari sector pariwisata. Bentuk dukungan

masyarakat adalah dengan didirikannya 2 gerai di kampong Cikadu sebagai desa

wisata. Dan juga fasilitas dari BWJ untuk melaksanakan pelatihan kerajinan

90
91

tangan khas CIkadu serta pembuatan batik dengan 20 motif yang diberi nama

Batik Cikadu.

Dari sisi hambatan teknis, jarak menjadi hambatan yang paling utama.

Oleh karena itu pemerintah Pandeglang sedang melakukan proses pembebeasan

lahan untuk proses pembangunan jalan tol Serang-Panimbang sejauh 80KM.

selain itu juga sedang proses reaktivasi rel kereta api Rangkas-Labuan dan juga

bandara Banten Selatan. Selain itu sudah dilaksanakan proses betonisasi dan juga

pengadaan lampu penerangan jalan sepanjang jalan Pandeglang.

Dan dari sisi hambatan budaya, masyarakat tidak perlu khawatir budaya

dan kearifan local akan hilang karena Pemrintah Pandeglang sudah membuat

perjanjian kerjasama dengan pengelola yaitu BWJ bahwa pihak pengelola harus

mengedepankan kearifan local masyarakat dan juga tidak melakukan hal-hal yang

bertentangan dengan ajaran agama. Termasuk penjualan minuman beralkohol pun

sudah dipastikan dilarang oleh Pemerintah Pandeglang. Selain itu, masyarakat

juga akan dipekerjakan sesuai dengan bidangnya masing-masing.

Dalam hal menindaklanjuti masalah penolakan yang dilakukan oleh ulama

Banten, para instansi melakukan proses pendekatan dan juga pertemuan terkait

hal-hal apa saja yang seharusnya dilakukan agar Tanjung Lesung tetap menjaga

kebudayaannya dan juga kearifan lokalnya. Dari hasil tersebut kemudian dibuat

draft perjanjian antara pihak Pemerintah Pandeglang dengan pengelola yaitu

Banten West Java.

Untuk menanggapi geger budaya di masyarakat, para instansi melakukan

program-program pendekatan dan pembuatan kelompok-kelompok masyarakat


92

dalam hal pariwisata seperti tenaga penggerak masyarakat (TPM) dan juga

pembentuka UMKM Batik Cikadu.

5.2 Saran

1. Pada Pengelola

Sebagai sebuah sarana pengelola tempat wisata, seharusnya pengelola lebih

memperhatikan lagi segala unsur masyarakat. Tidak hanya melakukan

sosialisasi sebagai formalitas aja. Namun juga harus mendengarkan keinginan

dari ulama, masyarakat, pedagang, petani dan sebagainya. Dan juga yang

paling penting harus memperhatikan kearifan local. Jangan sampai budaya

local hilang karena budaya baru yang dibawa para wisatawan dan pengelola

itu sendiri.

2. Pada Masyarakat

Seharusnya masyarakat dapat lebih memiliki kekuatan. Karena tanah yang

akan dijadikan KEK ini adalah tanah masyarakat. Selain itu juga masyarakat

jangan mau jika hanya menjadi pekerja kasar. Tetapi harus menjadi unsur

penting dalam pembangunan dan pengelolaan KEK itu sendiri.

3. Pada Pemerintah

Pemerintah terutama Pemda Kabupaten Pandeglang sebagai jembatan antara

pengelola dengan masyarakat juga harus memfasilitasi bidang akses baik

akses informasi, pengetahuan seputar kepariwisataan maupun akses

perhubungan menuju kawasan KEK Tanjung Lesung. Agar masyarakat sekitar

dapat mengembangkan pengetahuan dan juga pelayanan di bidang pariwisata

agar tidak menjadi penonton saja di kawasan KEK Tanjung Lesung.


93

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A. Chaedar. 2011. pokoknya kualitatif. Jakarta : Dunia pustaka jaya

Cangara, Hafied. 2015. Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta, Rajawali Pers

Kartini Kartono, 2006, Sosiologi 2: Pengantar Metodologi Riset Sosial, Bandung,


Mandar Maju

Liliweri, Alo. 2004. Dasar-Dasar Komunikasi Antar Budaya, Yogyakarta,


Pustaka Pelajar

Lubis, Lumongga Namora. 2009. Pengantar Psikologi untuk kedokteran,


Yogyakarta, Delta Buku

Moleong, Lexy J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung. Remaja


Rosdakarya

Mulyana, Deddy & Jalaluddin Rakhmat. 2006. Komunikasi Antarbudaya.


Bandung, Remaja Rosdakarya

Mustamir Pedak, 2009, Metode Supernol menaklukan stress, Jakarta, Hikmah

Rini Sudarmanti, Fenomenologi Dalam Penelitian Kualitatif, Remaja


Rosdakarya, Bandung, 2005

Dr. Suwandi, Dr. Basrowi. 2008. memahami penelitian kualitatif, Jakarta. Rineka
Cipta

Sumber Internet :
Skripsi, Singgih D Gunarsa, pengaruh prilaku anak terhadap motivasi belajar,
diakses dari repository.usu.ac.id

Fitri dan Julianti, kecemasan; gejala dan penyebabnya, diakses dari


jurnalperempuan.org pada 16 April 2016 pkl. 11.16

fesbukbantennews.com dengan judul Kyai, jawara dan kenadziran Banten lama


tolak Jokowi resmikan KEK Tanjung Lesung, diakses pada 23 April 2016
pkl. 08.04

Perencanaan strategi Humas Pemprov Banten pasca ditetapkannya KEK


Pariwisata Tanjung Lesung, Pandeglang” karya Iman Mukhroman dan
Rangga Galura Gumelar Diunduh dari jurnal.kominfo.org pada tanggal 18
Mei 2016 pkl. 19.35

93
94

Sumber Arsip
Bappeda Kab. Pandeglang, KAK Tanjung Lesung, dokumentasi arsip Pemerintah
Pandeglang, 2015.
Nama : abdul aziz
Pekerjaan Bappeda Padeglang kasubid sumber aya buatan umur 35 tahun

Fungsi : pengkordinasian perencanaan pembangunan. Termasuk KEK

Proses komunikasi ke masy di awal pembentukan KEK ?


KEK ada 3 prosedur, diusulkan provinsi, pemerintah daerah dan swasta. Karena
diusulkan swasta sehingga proyek dan persyaratannya adalah swasta. Bappeda
membentuk tim namanya tim percepatan pembangunan KEK. Tim ini yg menjadi
verifikator KEK.

Ke masyarakat di kampong CIkadu, kemudian sosialisasi di tingkat kecamatan.


Tokoh masy, tokoh agama, aparatur desa. Sosialisasi di tingkat kab. Di aula
sekda. Di tahun 2014 dibuat RAD untuk mendukung Tanjung Lesung. Ingin pola
pengajarannya ada informasi terkait kepariwisataan. Ada yang dikembangkan juga
masyarakatnya. Ada gerai 2 buah yang dijadikan kampong wisata. Untuk salak
pirus dan kerajinan tangan termasuk kerajinan membatik dengan nama motif
Cikadu dengan 20 motif. Tugas pemda adalah agar setiap kecamatan memiliki
kampong wisata.

Tangapan masy seperti apa ?


Pro dan kontra, ada semacam pemahaman yaitu jika wisata berkembang maka
kemaksiatan berkembang. Padahal tidak seperti itu semua nya tergantung pemda.
Makanya di kita ada kerjasama antara pemda dengan BWJ. Disitu kita masukan
regulasi apa yang boleh dan apa yg tidak boleh dibuat di Tanjung lesung ini.
Termasuk ijin minuman beralkohol. Di kita ijin itu tidak keluar. Rencananya juga
aka nada univ. di dalam Tanjung Lesung. Sebenarnya bukan hanya wisatanya saja
tapi juga unsur pendidikan dan kesehatannya. Nanti rencananya ada 1.000
homestay, ada rumah sakit juga, ada hotel, apartemen, cottage dan sebagainya.

Sebenarnya hambatannya salah satunya adalah akses jalan, dari Jakarta saja butuh
5 jam ke Tanjung Lesung. Sehingga yang dipercepat saat ini adalah pembuatan
jalan tol. Nantinya banyak investor yang hadir jika jalan tol sudah selesai. Karena
bisnis pariwisata bukan bisnis barang dan peminatan, sehingga yang harus
didahulukan adalah promosi daerah dan juga infrastrukturnya. Nanti akan lebih
pesat lagi perkembangannya jika jalan tol sudah ada. Termasuk kesiapan masy.
Nya juga. Makanya kita membuat kompepar disana. Kelompok yang bias
memberdayakan masy. Disana termasuk ada kelompok nelayan, dan kemarin ada
bantuan dari disbudpar berupa alat menyelam.
Bagi pemda, kek tanjung lesung ini sebenarnya hanyalah bagaimana kita membuat
sebuah isu nasional di Pandeglang. Sehingga nanti lirikannya nanti kesini. Untuk
mempercepat pembangunan terutama di selatan pandeglang. Saat ini sedang
proses pembebabsan lahan untuk pembuatan jalan tol Serang-panimbang
sepanjang 80KM. targetnya di 2018 sudah selesai. Selain jalan tol, Ada bandara
Banten Selatan dengan progresnya yang cukup lama dan reaktivasi rel kereta
Rangkas-labuan dan rel Saketi-bayah. Fungsinya selain kereta wisata, juga
menjadi jalur kereta barang pabrik semen di Bayah. Setelah penetapan, seluruh
infrastruktur diperbaiki termasuk jalan sudah di beton dan diperlebar menjadi 7
meter dan juga penerangan sudah ditambah. Sebenarnya bukan hanya Tanjung
Lesungnya, tetapi juga dampaknya bagi seluruh masy Pandeglang.

Untuk masy seperti apa ?


Di perjanjian itu, tenaga kerja harus dari tenaga local yang sesuai spesifikasinya.
Termasuk bagian perhotelan, pariwisata, promosi dan sebagainya. Selain itu kan
tentunya pajak juga pasti lebih banyak yang masuk ke kas daerah untuk
pembangunan masy. Dan juga air bersih nya dari PDAM kab. Pandeglang.
Kewajiban pihak BWJ : menjaga dan melestarikan adat istiadat serta budaya dan
agama dan juga kearifan local. Tugas Pemda termasuk salah satunya menyediakan
tenaga kerja bagi para pelaku usaha. Oleh arena itu, tahun depan kita dorong dinas
pariwisata bekerjasama dengan STP Sahid. Nanti tujuannya agar disapkan
kurikulum local tentang kepariwistaan dis eluruh SMA/SMK di Pandeglang.

Pengesahan KEK
Saya yang meusulkan, dulu kasubid di fisik. Sekarang kegiatan KEK pindah ke
ekonomi saya juga pindah.

Pada saat ulama tidak setuju, cara antisipasinya bagaimana ?


Sebenarnya kehkawatiran itu sudah kita pikirkan dan sudah kita tuangkan dalam
bentuk hokum berupa perjanjian antara BWJ dengan Pemda. Semuanya tertuang
disitu. Sebenarnya tergantung kitanya bagaimana kita bias membatasi agar hal-hal
yang dikhawatirkan atau dianggap maksiat itu bias kita tahan dan tidak muncul di
daerah wisata. Dari tahun 2013 itu sudah kita buat tpm (tenaga pengerak masy)
yang seluruhnya lulusan STKS (s.T Kes.sos)itu yang kita amanahkan untuk
mengembangkan masy sekitar TJ.
Nama : Teddy Fauzi Rahmat

Umur : 36 tahun

Jabatan: Kasie. Perijinan di kantor administrator KEK

Tupoksi KEK :

1. Menyelenggarakan pelayanan terpadu 1 pintu di KEK. Perijinan dan non


perijinan. Perijinannya berbeda karena dibentuk khsusu didalam kawasan
KEK. Berdasarkan PP no 2012 tentang KEK bahwa administrator dapat
diberikan pelipajan dari kementerian, non, Gub, Bupati
2. Selain sebagai penyelggara PTSP, tugas lainnya yaitu memantau
operasisasi KEK yang dilakukan oleh badan usaha yaitu PT. BWJ.

Perkembangan setelah peresmian :

Dari 2 tupoksi diatas, sudah pelayan perijinan yang bersifat sectoral yaitu
kewenangan kab dan prov. Kami masih melihat bagaimanapun juga pelayanan
akan dating setelah permohonan masuk. Saat ini baru sebatas mou. Belum ada
yang action. Terus, pelaporan per semester sudah dilakukan secara rutin kepada
gub selaku dewan kawasan dan ketua dewan nasional. Kemudian, perbedaan
sebelum dan sesudah peresmian tgl 23 februari 2015 kemarin dapat dilihat dari
jumlah wisatawan terlihat semakin banyak. Terlihat dari arus lalu lintas yang
padat. Wisatawan domestic limayan banyak yang hadir kesana, baik wisatawan
Banten ataupun luar Banten. Ada pantai terbuka yang dibuka, yaitu pantai bodur
dan beach club. Di beach club banyak game nya dari snorkling, donnut jup,
banana boat. Terus untuk feature pengembangan yang berkaitan dengan pantai
umum sudah disapkan namanya Lada Beach. Selain itu infrastruktur juga terlihat.
Jalan sekarang sudah dibeton, sudah terlihat dari PLTU Labuan sampai ke
Panimbang, lalu enetapan lokasi jalan told an akan siap di akhir 2018. Itu factor
pendukung KEK. Dari BAPPEDA ada program pendampingan, dari priwisata
sudah menyiapkan lahan untuk rest area, dari perindustrian juga ada program.
Setiap SKPD ada programnya untuk menunjang KEK itu tadi. Dan tujuan
ditetapkannya KEK sebetulnya untuk meningkatkan perekonomian masy
Pandeglang. Apabila KEK ini sukses, multiple efek dari KEK ini otomatis akan
menyebar keluar. Misalnya begini, wisatawan dating, pasti destinasi nya tidak
hanya ke Tanjung Lesung, bias ke pulau-pulau yang sekitar Tanjung Lesung, bisa
ke Ujung kulon. Kekhawatiran sudah dijawab di UU 39 tentang KEK ada pasal
yang menjelaskan bahwa kultur masyarakat harus diutamakan.

Bagaimana sikap admin KEK pada ulama yang menolak KEK

Dari stake holder yang lain hal itu akan menjadi warning agar apa yang
dikahwaitrkan ini tidak terjadi. Aturan-aturan seperti ketakutan banyak yang
memakai bikini dan lain-lain itu saya 2 tahun disana belum pernah lihat. yang
penting kan wisatawan nyaman dan masyarakat juga tidak resah. semisal
persoalan tanah, kita cek benar tidak dia pemilik tanah. Dan kalo memang benar
dan harus relokasi, relokasi yang adil bagi masyarakat dan bagi pengelola nya.

Ada tidak protes dari warlock ?

Selama ini belum ada. Dari kemarin sosialisasi yang dilakukan sejauh ini sudah
cukup. Kalau masyarakat butuh informasi atau sesuatu bisa langsung dating ke
kita untuk tanya-tanya. Daripada turun ke jalan kan kurang etis juga selama bisa
komunikasi dengan baik. Kan masy juga tetap diberdayakan, bisa sebagai
karyawan dll. Kalau tempat untuk umkm sudah disapkan untuk masy sekitar

Respon masy seperti apa ?

Selama ini tidak ada masalah. Tapi memang ada yang dating ke kita mau
mengajukan perijinan tapi terhambat perlakuan. Bukan kami tidak mau melayani,
tapi jika ada masalah antara badan usaha dengan masy itu boleh dibangun atau
mengajukan ijin dengan badan usaha pengelola. Missal ada si A mau membangun
villa di kawasn KEK. Itu harus mengajukan ijin pengelolaan lahannya ke BWJ,
baru ijin usaha dan sebagainya tetap ke kita. Kenapa ke BWJ, karena mereka lah
badan usaha yang ditunjuk oleh pemerintah dan bertanggung jawab terhadap
infrastuktur di dalam kawasan.

Langkah langkah jika ada masalah ?

Ke Pusat, mencari cantolan regulasi. Karena kan kita ini pengelola regulasi.
Selama ini jika ada kasus begini kami persilahkan agar diselesaikan dengan
pengelola badan usaha terlebih dahulu dan jika sudah selesai ijin lain-lain dari kita
akan kita keluarkan.

Sikap dukungan masy terhadap KEK ?

Bisa dilihat dari berkembangnya homestay. Itu dari masyarakat. Ada yang
membuka warung, ada yang menjadi penggarap lahan yang belum dibangun.
Mereka diijinkan untuk menggarap lahan.
Ada ketakutan dari masy ?

Kalo ke kami belum ada, Cuma mengenai rekrutmen tenaga kerja diprioritaskan
tenaga kerja local yang disesuaikan dengan kompetensi dan kemampuan.
Masyarakat disana akan dipekerjakan. Dari pelayan, kasir, hingga pekerja
kasarnya juga warga local. Sebenarnya kekhawatiran pasti ada, Cuma mungkin
bentuknya kecil dan lebih besar rasa penasarannya menunggu ini berjalan. Dan
sampai saat ini responnya masih positif.

Hasil dari sosialisai ?

Intiya jangan sampai dikesampingkan. Kita menjamin dengan keharusan di


regulasi itu. Jadi masy tidak perlu takut seharusnya

Posisi KEK jauh dari kota, langkah apalagi untuk mengundang wisatawan ?

Akan ada festival, seperti bagan race. Dan ada wacana Seal Tanjung Lesung dan
akhir tahun ini ada festival lagi.

Perbedaan budaya, apa yang dilakukan ?

Administrator paling hanya bisa mensupport. Karena itu tidak hanya kewenangan
kami tapi semua SKPD. Termasuk di Bappeda ada pendampingan masyarakat.
Karena kami tidak diharuskan terjun langsung.

Agar masy mendukung kek ?

Sosialisasi yang lebih intens.


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi:

 Nama Lengkap : Riska Monica Putri


 Tempat/ Tanggal Lahir : Pandeglang/ 19 Maret 1993
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Agama : Islam
 Kewarganegaraan : Indonesia
 Alamat : Jl. Gunung Karang no. 08b rt/rw 01/06
cihaseum pandeglang Banten.
 No.Tlp : 087771542566
 Email : monicaputri26@yahoo.co.id

Pendidikan Formal:

 SDN 1 PANDEGLANG
 SMPN 1 PANDEGLANG
 SMAN 1PANDEGLANG
 UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA, FAKULTAS ILMU
SOSIAL DAN ILMU POLITIK JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
KONSENTRASI JURNALISTIK, PROGRAM STRATA-1 (S1)

Pengalaman Kerja:

 3 Bulan magang di trans7

Anda mungkin juga menyukai