Dalam buku Seni Kaligrafi (1985) oleh Abdul Karim Husain: Kata "kaligrafi" berasal dari bahasa Latin,
gabungan dari "kalios" yang berarti indah dan "graf" yang berarti gambar atau tulisan. Dalam bahasa Inggris, istilah yang
dikenal adalah Calligraphy, merujuk pada seni menulis indah. Sedangkan dalam bahasa Arab, istilahnya adalah
Khat yang berarti garis atau tulisan indah. Definisi kaligrafi mencakup ilmu
mengenai bentuk huruf, penempatan, dan penyusunan tulisan yang indah.
Sejarah Kaligrafi
Tsuluts
Seperti halnya gaya Kufi, kaligrafi gaya Tsuluts kali pertama diperkenalkan
oleh Ibnu Muqlah yang merupakan seorang menteri (wazir) di masa
Kekhalifahan Abbasiyah. Tulisan kaligrafi gaya Tsulus sangat ornamental dengan
banyak hiasan tambahan dan mudah dibentuk dalam
komposisi tertentu untuk memenuhi ruang tulisan yang tersedia. Karya kaligrafi yang
menggunakan gaya Tsuluts bisa ditulis dalam bentuk kurva dengan kepala meruncing dan
terkadang ditulis dengan gaya sambung dan interseksi yang kuat. Karena keindahan dan
keluwesannya ini, gaya Tsuluts banyak digunakan sebagai ornamen arsitektur
masjid, sampul buku, dan dekorasi interior.
Naskhi
Kaligrafi gaya Naskhi paling umum digunakan dalam penulisan naskah keagamaan
dan sehari-hari oleh umat Islam. Gaya ini termasuk salah satu yang tertua, dengan
kaidah penulisannya dirumuskan oleh Ibnu Muqlah pada abad ke-10. Naskhi memiliki
karakter huruf sederhana dan mudah dibaca karena kurangnya hiasan tambahan.
Riq’ah
Kaligrafi gaya Riq'ah merupakan hasil pengembangan kaligrafi gaya Naskhi dan Tsuluts.
Sebagaimana halnya dengan tulisan gaya Naskhi yang dipakai dalam tulisan sehari-hari,
model tulisan lainnya, yakni Riq'ah yang dikembangkan oleh kaligrafer Daulah Usmaniyah,
lazim pula digunakan untuk tulisan tangan biasa atau untuk kepentingan praktis lainnya.
Karakter hurufnya sangat sederhana, tanpa harakat, sehingga memungkinkan untuk
ditulis cepat.
Ijazah/Raihani
Tulisan kaligrafi gaya Ijazah (Raihani) merupakan perpaduan antara gaya
Tsuluts dan Naskhi yang dikembangkan oleh para kaligrafer Daulah Usmani.
Sesuai dengan namanya, gaya ini semula lazim digunakan untuk penulisan
ijazah dari seorang guru kaligrafi kepada muridnya. Karakter hurufnya
seperti Tsuluts, tetapi lebih sederhana, sedikit hiasan tambahan, dan tidak
lazim ditulis secara bertumpuk (murakkab)..
Diwani
Model kaligrafi Diwani dikembangkan oleh kaligrafer Ibrahim Munif, dan kemudian
disempurnakan oleh Syaikh Hamdullah serta kaligrafer Daulah Usmani di Turki pada
akhir abad ke-15 dan awal abad ke-16. Awalnya, gaya ini digunakan untuk menulis
kepala surat resmi kerajaan. Karakternya bulat dan tanpa harakat, dengan
keindahan yang tergantung pada permainan garis yang kadang-kadang
meninggi atau menurun jauh melebihi garis horizontal. Saat ini, Diwani sering
digunakan untuk ornamen arsitektur dan sampul buku.
Diwani Jali
Fungsi
Tulisan kaligrafi gaya Ijazah (Raihani) merupakan perpaduan antara gaya
Tsuluts dan Naskhi yang dikembangkan oleh para kaligrafer Daulah Usmani.
Sesuai dengan namanya, gaya ini semula lazim digunakan untuk penulisan
ijazah dari seorang guru kaligrafi kepada muridnya. Karakter hurufnya
seperti Tsuluts, tetapi lebih sederhana, sedikit hiasan tambahan, dan tidak
lazim ditulis secara bertumpuk (murakkab)..
Kaligrafi Farisi
Kaligrafi gaya Farisi dikembangkan oleh orang Persia dan menjadi huruf
resmi bangsa ini sejak masa Dinasti Safawi hingga kini. Gaya Farisi menekankan
unsur garis, ditulis tanpa harakat, dan kepiawaian penulisnya tergantung pada
kelincahannya dalam memainkan tebal-tipis huruf dalam "takaran" yang tepat.
Gaya ini sering digunakan sebagai dekorasi eksterior masjid di Iran, sering
dipadukan dengan warna-warni arabes dan untuk tujuan praktis lainnya.
Diwani Jali
Fungsi
Tulisan kaligrafi gaya Ijazah (Raihani) merupakan perpaduan antara gaya
Tsuluts dan Naskhi yang dikembangkan oleh para kaligrafer Daulah Usmani.
Sesuai dengan namanya, gaya ini semula lazim digunakan untuk penulisan
ijazah dari seorang guru kaligrafi kepada muridnya. Karakter hurufnya
seperti Tsuluts, tetapi lebih sederhana, sedikit hiasan tambahan, dan tidak
lazim ditulis secara bertumpuk (murakkab)..
Kaligrafi Farisi
Kaligrafi gaya Farisi dikembangkan oleh orang Persia dan menjadi huruf
resmi bangsa ini sejak masa Dinasti Safawi hingga kini. Gaya Farisi menekankan
unsur garis, ditulis tanpa harakat, dan kepiawaian penulisnya tergantung pada
kelincahannya dalam memainkan tebal-tipis huruf dalam "takaran" yang tepat.
Gaya ini sering digunakan sebagai dekorasi eksterior masjid di Iran, sering
dipadukan dengan warna-warni arabes dan untuk tujuan praktis lainnya.
Fungsi kaligrafi Ali Akbar dalam buku Kaidah
Menulis dan Karya-Karya
Master Kaligrafi Islam (1994)
Alat-alat yang dibutuhkan: Alat tulis berujung runcing (spidol dan pensil),
Tinta (jika menggunakan kuas) dan Kertas yang cocok