Anda di halaman 1dari 23

STRATEGI MENINGKATKAN KEPUASAN WIRAUSAHA MELALUI

KREATIVITAS DAN RESONANSI KETANGKASAN INTELEKTUAL

OLEH

MUHAMMAD FADIL
Nim. B2B123052

PROGRAM STUDI MANAJEMEN (S2)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2023
ABSTRAK
Kewirausahaan merupakan suatu atribut kepribadian yang memungkinkan
seseorang untuk menemukan sesuatu sumber daya dengan penuh semangat
melalui kombinasi strategi baru untuk menghasilkan sumber daya yang
signifikan nilai pasar. Oleh karena itu, kajian ini bertujuan untuk mengkaji
pentingnya intelektual agility-resonansi bisnis di seluruh sektor industri di
Indonesia. Data kuantitatif dikumpulkan dari usaha mikro kecil dan menengah
dan dianalisis menggunakan Analisis garis SEM-PLS. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa resonansi intelektual agility kreativitas wirausaha
meningkatkan kepuasan. Selanjutnya penelitian empiris pada aspek seperti
kesejahteraan psikologis, optimisme finansial, risiko pekerjaan, dan hasil
menunjukkan hal-hal yang bisa dicapai dicapai melalui resonansi ketangkasan
intelektual. Secara teoritis, kreativitas kewirausahaan merupakan suatu
intelektualitas yang bersumber dari dimensi sumber keunggulan kompetitif.

Kata Kunci: kreativitas wirausaha, kepuasan wirausaha, kecerdasan


intelektual

ii
DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
BAB II KAJIAN TEORITIS .................................................................................... 5
2.1 Konsep Berbasis Sumber Daya (RBV) dalam Konteks Kewirausahaan ............... 5
1.2. Konsep Kreativitas Wirausaha........................................................................... 6
1.3. Konsep Kepuasan Wirausaha ............................................................................ 7
1.4. Konsep Resonansi Ketangkasan Intelektual ..................................................... 9
1.5. Pengaruh Kreativitas Wirausaha Terhadap Kepuasan Berwirausaha ........... 10
1.6. Pengaruh Kreativitas Wirausaha Terhadap
Kelincahan Resonansi Intelektual ................................................................... 11
1.7. Pengaruh Resonansi Ketangkasan Intelektual terhadap
Kepuasan Wirausaha ........................................................................................ 12
1.8. Pengaruh Kreativitas Wirausaha Terhadap Kepuasan Wirausaha Melalui
Resonansi Ketangkasan Intelektual ................................................................. 13
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................... 14
3.1. Variabel dan indakator Pengukuran .................................................................... 15
3.2. Kerangka Konsep ................................................................................................. 17
3.3. Pembahasan Teoritis ........................................................................................... 17
BAB IV PENUTUP ................................................................................................ 19
4.1. Kesimpulan ........................................................................................................... 19
4.2. Saran...................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 20

iii
BAB I
PENDAHULUAN
Kepuasan wirausaha menjadi ukuran pertumbuhan bisnis multisektor yang
diwujudkan melalui semangat kreativitas. Sementara itu, sumber daya dinamis
semakin menonjolkan kemampuan inovatif (Cheng & Yang, 2019; Ferreira &
Coelho, 2020; Lukovszki et al., 2020). Kreativitas berdampak negatif terhadap
keunggulan kompetitif (Elidemir et al., 2020). Salah satu kelemahan kreativitas
seni adalah heterogenitas pasar yang memicu kepuasan wirausaha. Oleh karena
itu, penelitian ini berfokus pada pengembangan model konseptual kreatif untuk
meningkatkan kepuasan wirausaha (Miao et al., 2020)
Penelitian sebelumnya telah dilakukan mengenai kreativitas
kewirausahaan. Bukti pertumbuhan kinerja bisnis didasarkan pada peningkatan
inovasi kreatif (Chang & Chen, 2020; Hong et al., 2018; Silva et al., 2009).
Selain itu, peningkatan inovasi kreatif juga dipicu oleh manajemen
pengetahuan (Wendra & Alhadar, 2020; Zahedi & Naghdi Khanachah, 2020),
pemasaran intelijen bisnis (Cacciolatti & Fearne, 2013; Khalil Al-Hyari et al.,
2012; Neubert & van der Krogt, 2018), kesiapan sumber daya manusia
(Tjahjadi et al., 2020) dan kesiapan teknologi (Rivera et al., 2020; Tortora et
al., 2021). Oleh karena itu, diasumsikan bahwa ketangkasan intelektual
meningkatkan kepuasan wirausaha.
Konstruksi kreatif mengarah pada kesuksesan karir yang mendukung
kepuasan kewirausahaan (Chen et al., 2018; Ramawati & Sandroto, 2020).
Penelitian yang berbeda dan inovatif melemahkan situasi ekonomi seseorang.
Sebaliknya, kepuasan pribadi dipengaruhi secara positif oleh pendapatan
(Höllen et al., 2020). Kreativitas kolaboratif dan motivasi pekerja saling
melengkapi dalam meningkatkan kepuasan (Sacchetti & Tortia, 2013). Namun
Lee dan Kim (2019) menyatakan bahwa kreativitas kewirausahaan yang
diwujudkan melalui bisnis start-up yang berkualitas berpotensi meningkatkan

1
2

kepuasan. Menurut Jensen dkk. (2017), studi pendahuluan di Tiongkok


melaporkan bahwa inovasi kreatif membantu wirausaha memenuhi kebutuhan
rumah tangga mereka. Sebaliknya, terdapat kemungkinan adanya hubungan
negatif antara inisiatif pribadi dan kepuasan wirausaha (Lee & Kim, 2019).
Dawson (2017) menyatakan bahwa kekecewaan berdampak negatif
terhadap optimisme finansial. Sebaliknya, faktor-faktor seperti pendapatan,
kepuasan fisik, optimisme, kepuasan bisnis, inovasi, persepsi karyawan, dan
kepercayaan mempunyai arti dalam analisis kepuasan kewirausahaan di
kalangan pebisnis digital perempuan (Chakraborty et al., 2019). Perlu adanya
upaya untuk menggemakan ketangkasan intelektual sumber daya wirausaha
sejalan dengan kreativitasnya.
Penyelidikan dalam penelitian ini merupakan respon terhadap
munculnya kesenjangan atau keterbatasan pada bagian tertentu dari literatur
akademis. Beberapa bukti menunjukkan bahwa kreativitas bukanlah ukuran
kepuasan wirausaha. Sedangkan penelitian yang dilakukan tentang kelincahan
intelektual oleh Cai et al. (2018) dan Dabiÿ dkk. (2021) memiliki beberapa
keterbatasan mengenai fokus pada keterampilan akademik karyawan yang
dikaitkan dengan kepemimpinan kewirausahaan. Ini menyebabkan munculnya
dua pertanyaan kritis yang perlu dieksplorasi lebih lanjut. Pertama, bagaimana
sumber daya kreatif dan kewirausahaan meningkatkan kepuasan wirausaha?
Kedua, apakah kreativitas cukup untuk meningkatkan kepuasan mereka? Oleh
karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengisi kesenjangan ini dengan
mengembangkan model konseptual baru dari intelektual agility-resonance
(IAR). Ini adalah konsep pertama yang secara khusus membahas perusahaan
mikro dan kecil dalam literatur yang ada.
Konsep IAR berasal dari sintesis kemampuan yang menggemakan nilai inovasi.
Hiong dkk. (2020) dan Dabiÿ dkk. (2021) menyatakan bahwa sumber daya dan
kelincahan intelektual diduga dapat menjembatani inkonsistensi penelitian-
penelitian sebelumnya. Konsep resonansi kelincahan intelektual berakar pada
3

teori RBT, dimana kreativitas memiliki nilai yang tidak berwujud (Barney,
1991). Namun, sumber daya ini menentukan keberlanjutan strategi bisnis. IAR
dibangun berdasarkan konsep yang menggemakan kelincahan intelektual yang
berasal dari bagaimana kreativitas membantu pencapaian kepuasan wirausaha.
Intellectual agility-resonance merupakan komponen terkait keterampilan yang
memungkinkan seseorang untuk selalu mengeksplorasi sumber daya untuk
memperoleh lebih banyak pengetahuan. Dengan kata lain, peningkatan
ketangkasan mencerminkan intelektualitas yang bersumber dari sumber daya
kreatif, yang tidak diragukan lagi memberikan kepuasan bagi wirausahawan.
Kepuasan wirausaha dikaitkan dengan kebutuhan untuk mencapai rasa percaya
diri dan inovasi yang tinggi tanpa terbebani secara psikologis untuk
memperoleh pendapatan setinggi-tingginya. Ini adalah konsep pertama yang
secara khusus membahas perusahaan mikro dan kecil dalam literatur yang ada.
Tingginya tingkat kepuasan wirausaha didukung oleh kemampuan dan sumber
daya manusia yang kreatif yang dapat terus menerus bersumber dari
pengetahuan dan keterampilan manusia. Menurut Barney (1991), dalam teori
pandangan berbasis sumber daya, perusahaan biasanya menekankan
kemampuan tertentu yang konsisten dengan strategi yang berfokus pada
pengembangan produk baru. Konsep model eksternal menyoroti pentingnya
resonansi kelincahan intelektual yang diperoleh dari sumber daya internal dan
perusahaan yang mampu meningkatkan kepuasan wirausaha. Oleh karena itu,
semakin tinggi peran ketangkasan intelektual yang bergema dalam persaingan
bisnis dalam menghadapi tuntutan yang heterogen, maka semakin besar
kebutuhan kreativitas wirausaha untuk menggali potensi sumber daya yang
layak dan tidak dapat ditiru oleh pesaing, sehingga meningkatkan kepuasan
wirausaha.
Berdasarkan penelitan Terdahulu, Seluruh sektor UMKM di Jawa
Tengah diteliti dan ada dua alasan penting yang menentukan pemilihan sektor
tersebut sebagai konteks penelitian ini. Yang pertama adalah usaha mikro
4

industri kreatif yang berbasis pada usaha nenek moyang dan ahli waris. Kedua,
faktor demografi menyebabkan orang-orang memikirkan diri mereka sendiri
untuk terus terlibat dalam bisnis tertentu daripada mencoba pekerjaan baru
dengan risiko yang mereka tanggung sendiri. Oleh karena itu, penelitian
empiris ini bertujuan untuk mengembangkan model konseptual dari sudut
pandang teoritis. Ini mengeksplorasi cara untuk menjembatani kesenjangan
atau keterbatasan pengetahuan yang terkait dengan kreativitas dan kepuasan
kewirausahaan melalui resonansi ketangkasan intelektual. Relevansi praktis
dari kontribusi konseptual ini menekankan pada potensi kolaboratif dan
tantangan antusiasme yang dihadapi bersama sebagai keunggulan komparatif
kreativitas wirausaha dalam menghadapi tuntutan yang semakin heterogen.
BAB II
KAJIAN TEORITIS

2.1 Konsep Berbasis Sumber Daya (RBV) dalam Konteks Kewirausahaan


Beberapa studi pendahuluan menggunakan Resource-Based View
(RBV) untuk membedakan suatu industri dari sumber dayanya (Wernerfelt,
1984; Barney, 1991; Rumelt, 1991). Dalam studi manajemen strategis, teori
kritis ini digunakan untuk menyelidiki keunggulan kompetitif perusahaan
(D'Oria et al., 2021).

Kinerja suatu perusahaan ditentukan oleh sumber daya internalnya


dibandingkan dengan lingkungan eksternal sehingga menciptakan keunggulan
kompetitif (Lee & Yoo, 2021). Kajian implementasi RBV dalam
kewirausahaan pertama kali dipelopori oleh Mosakowski (1998) yang lebih
lanjut melaporkan bahwa kecenderungan seseorang untuk terlibat dalam proses
kreatif mempengaruhi keputusannya dalam memanfaatkan sumber daya. Hal
ini memerlukan kemampuan wirausaha untuk mengerahkan keterampilan
kreatifnya untuk menghadapi berbagai permasalahan terkait bisnis (Cho &
Linderman, 2020). Beberapa penelitian telah meneliti hubungan antara RBV
dan sumber daya kewirausahaan serta menekankan peran kreativitas dalam
proses perolehannya (Lin & Nabergoj, 2014; Lindblom et al., 2020; Chen &
Tseng, 2021), ketangkasan resonansi intelektual ( Dabi´, M., 2021), dan
kepuasan kewirausahaan (Song & Guo, 2020; Maaodhah et al., 2021).

Beberapa penelitian ini berasumsi bahwa proses kewirausahaan


dijalankan dengan menggunakan sumber daya yang berada di bawah kendali
wirausahawan melalui kreativitas dan ketangkasan resonansi intelektual. Hal
ini menunjukkan bahwa keseluruhan prosedur melibatkan beberapa konteks
konstruksi sumber daya, termasuk kreativitas dan ketangkasan resonansi

5
6

intelektual, yang sangat penting dalam menghadapi situasi yang berkontribusi


terhadap kepuasan wirausaha.

1.2. Konsep Kreativitas Wirausaha


Kreativitas digambarkan secara unik sesuai dengan berbagai aspek
teoretis, berbeda dari norma dan keadaan biasanya (Keshishyan & Boghosian,
2020; Zhou et al., 2020). Menurut Amabile (1997), kreativitas adalah
perwujudan ide-ide yang berguna untuk membangun dan mengembangkan
suatu bisnis. Selain itu, kreativitas kewirausahaan berhasil
mengimplementasikan ide atau inisiatif bisnis baru dari ide atau inisiatif bisnis
sebelumnya. Oleh karena itu, berdasarkan definisi tersebut disimpulkan bahwa
kreativitas adalah pengawasan efektif terhadap kesempatan-kesempatan tetap
untuk menciptakan nilai-nilai bisnis dan kemasyarakatan. Ini adalah proses
berkelanjutan yang mengharuskan wirausahawan bekerja keras dalam
meningkatkan ide dan solusinya (Lebuda et al., 2016; Anjum et al., 2021). Chen
dkk. (2014) dan Lee & Wang (2017) menyatakan bahwa orang-orang kreatif

Amabile (1997) secara eksplisit menyatakan bahwa kebaruan


penelitiannya tidak hanya ditemukan pada suatu produk, melainkan terlihat
dalam mengidentifikasi pasar, jasa, produksi, publisitas, dan cara memperoleh
dan mengelola sumber daya. Amabile (1997) menemukan tiga komponen
penting kreativitas kewirausahaan, yaitu domain pengetahuan, keterampilan
kreatif, dan motivasi. Domain pengetahuan menyangkut keahlian kerja,
keterampilan kreatif yang berkaitan dengan berpikir kritis, dan inspirasi
berkaitan dengan keinginan seseorang untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.

Beberapa penelitian mengembangkan lebih lanjut ketiga komponen


utama tersebut untuk mengkaji dan menetapkan berbagai analisis terkait
kreativitas wirausaha. Ko dan Butler (2007) melakukan studi empiris dan
7

melaporkan bahwa wirausahawan harus mampu memanfaatkan informasi yang


diperoleh untuk mengidentifikasi peluang guna meningkatkan kapasitas
mereka. Kreativitas wirausaha bukanlah suatu sifat bawaan melainkan suatu
kemampuan yang berkembang dari pengalaman berwirausaha dan hubungan
sosial. Lebih lanjut Raine dan Pandya (2019) menemukan faktor yang mereka
sebut dengan tiga C yang menentukan keberhasilan dalam berwirausaha, yaitu
rasa ingin tahu, kreativitas, dan komitmen. Selain itu, temuan mereka
menunjukkan bahwa aspek yang paling dominan dan esensial dalam
mempelajari kreativitas adalah optimisme terhadap keterbukaan, imajinasi, dan
kegigihan.

Penelitian yang dilakukan oleh Amabile (1997), Ko dan Butler (2007),


serta Raine dan Pandya (2019), menjadi landasan dan pijakan untuk
menentukan enam dimensi utama variabel kreativitas wirausaha, yang meliputi
hubungan sosial, kewaspadaan. terhadap peluang, pengetahuan dan
pengalaman sebelumnya, optimisme tentang keterbukaan, imajinasi, dan
semangat ketekunan.

1.3. Konsep Kepuasan Wirausaha


Kajian mengenai kepuasan berwirausaha merupakan salah satu
indikator krusial dalam mengukur keberhasilan dan peran berbagai tahapan
proses kewirausahaan karena mempengaruhi keputusan individu. Selain itu,
kebahagiaan juga menjelaskan aspek terkait sikap dan temuan kewirausahaan,
seperti kecenderungan mengambil risiko, kemauan untuk melakukan investasi,
komitmen terhadap perubahan, dan niat untuk melanjutkan bisnis (Akehurst et
al., 2009; Álvarez & Sinde-Cantorna, 2014). Kepuasan wirausaha digambarkan
sebagai perilaku yang ditunjukkan seorang wirausaha dalam menikmati
manfaat atau prestasi yang diperoleh dari kegiatan wirausaha (Mahto & Khanin,
2014; Jensen et al., 2017; Sin-gh & Onahring, 2019; Lauto et al., 2019), yang
8

mengarah pada kepuasan materi (Dawson, 2017), dan non materi (Carree &
Verheul, 2011; Chakraborty et al., 2019).

Carree dan Verheul (2011) menyatakan bahwa beberapa dimensi


digunakan untuk mengukur kepuasan kewirausahaan, yaitu sumber daya
manusia, motivasi awal, faktor kontrol individu dan spesifik usaha.
Selanjutnya, Carree dan Verheul (2011) membagi wirausaha kepuasan
praneurial menjadi tiga jenis, yaitu (1) pendapatan, (2) kesejahteraan
psikologis, dan (3) waktu luang. Faktor pertama, yaitu sumber daya manusia,
dikaitkan dengan ekspektasi yang lebih realistis. Berdasarkan hal tersebut,
kepuasan wirausaha kemungkinan besar akan mengarah pada kinerja keuangan
atau utilitas non-moneter yang diperoleh dari bisnis, seperti kesejahteraan
psikologis dan waktu luang. Faktor kedua adalah motivasi memulai usaha, yang
menentukan motif awal seorang wirausahawan ditinjau dari tingkat
kepuasannya karena diharapkan melakukan evaluasi kinerja dengan
menghubungkan hasil yang dicapai dengan tujuan dan harapan awal. Yang
ketiga adalah faktor pengendalian individu dan usaha tertentu yang
mempengaruhi kepuasan melalui kinerja bisnis. Faktor spesifik individu
mengarah pada faktor sosiodemografis seperti usia, status keluarga, jenis
kelamin, dan kepuasan hidup. Sebaliknya, faktor spesifik usaha menghasilkan
karakteristik bisnis, yaitu ukuran, kompleksitas, dan keterlibatan bisnis (Carree
& Verheul, 2011)

Setiap pengusaha menghadapi berbagai macam kendala dan tidak serta


merta berkecil hati; malahan mereka meneruskan usahanya karena masing-
masing mempunyai faktor kepuasan. Chakraborty dkk. (2019) melaporkan
bahwa dimensi non-finansial seperti tingkat optimisme, inovasi, pengakuan,
dan kepercayaan diri mengarah pada kepuasan wirausaha. Perspektif tersebut
tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Dawson (2017) yang
9

menyatakan bahwa optimisme finansial merupakan dimensi yang signifikan


dalam menganalisis kebahagiaan wirausaha.

1.4. Konsep Resonansi Ketangkasan Intelektual


Kemampuan membangun suasana dengan teknik alternatif dikaitkan
dengan resonansi intelektual (Cegarra-Navarro & Martelo-Landroguez, 2020).
Meskipun merupakan aspek penting dari strategi kreatif, hanya sedikit
penelitian yang fokus pada IAR, termasuk analisis hubungannya dengan proses
kewirausahaan.

Di organisasi mana pun IAR berkaitan dengan sumber daya manusia


dan perusahaan (Dabi´, M., 2021). Ide yang relatif baru ini dibandingkan
dengan ketangkasan organisasi, yang tidak memiliki definisi konkrit dalam
literatur akademis (Dabi´, M., 2021). Istilah tersebut berkaitan dengan
pengelolaan pengetahuan organisasi yang dimiliki baik oleh individu maupun
kelompok (Crossan et al., 1999). Terciptanya proses pembelajaran personal
dalam hal perubahan struktur, sistem, produk, strategi, prosedur, budaya, dan
umpan balik merupakan resonansi intelektual-agility dalam konteks penelitian
ini (Ravichandran, 2018).

Sementara itu, perusahaan perlu memberikan insentif yang diperlukan


bagi stafnya agar mereka dapat menyesuaikan diri dengan pengaturan yang ada
dan memperbaiki rencana organisasi baru Menjadi penting untuk
memaksimalkan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh setiap
karyawan di perusahaan. Persepsi individu terhadap sumber daya manusia
dalam suatu organisasi merupakan faktor kunci dalam meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan, membangun emosi tertentu seperti rasa percaya
diri. ketekunan dan kompetensi, serta memotivasi orang untuk mengatasi
hambatan dan memajukan perusahaan. Studi empiris membuktikan bahwa
10

perolehan dan pemanfaatan pengetahuan memiliki manfaat nyata yang


berhubungan dengan kemajuan organisasi (Caseiro & Coelho, 2019)

Dalam studi ini, IAR lebih dari sekedar menciptakan lingkungan


inovatif yang kondusif karena kemampuan individu untuk mengubah pikiran,
mencari informasi dan merancang solusi baru untuk mengatasi tantangan saat
ini dan masa depan disebut ketangkasan resonansi intelektual Akibatnya, IAR
berkaitan dengan kemampuan individu untuk belajar tentang masalah-masalah
organisasi, menghadapi dan menerapkan pengetahuan secara praktis, sehingga
mengembangkan kemampuan sebagai respons terhadap tuntutan lingkungan
yang berubah (Hiong et al., 2020).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dabi´, M., (2021), dan


Hiong et al. (2020), IAR dianalisis dari dua perspektif. Pertama, hal ini
berkaitan dengan fleksibilitas dan kecepatan sumber daya manusia organisasi
dalam mengembangkan kemampuan untuk memecahkan kesulitan yang
dihadapi baru-baru ini. Kedua, IAR berkaitan dengan kemampuan perusahaan
untuk membangun suasana yang mendorong ketangkasan intelektual sumber
daya manusia. Berdasarkan hal tersebut, dimensi ketangkasan resonansi
intelektual yang diadopsi dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi secara
kritis peluang, kolaborasi dan semangat menghadapi tantangan, ujian skeptis,
perolehan pengetahuan dan pengalaman baru serta menganalisisnya dari
berbagai perspektif (Dabi´, M., 2021; Hiong dkk., 2020)

1.5. Pengaruh Kreativitas Wirausaha Terhadap Kepuasan Berwirausaha


Schein (1978) memisahkan orientasi karir individu untuk sukses
berwirausaha ke dalam lima kategori, yaitu keamanan, otonomi, teknis,
kompetensi manajerial, dan kreativitas kewirausahaan. Menurut hal ini,
wirausahawan yang berorientasi kreatif selalu berkeinginan untuk merumuskan
ide-ide baru (Schein, 1978). Andringa dkk. (2016) menyatakan bahwa
11

pengusaha cenderung memuaskan pelanggannya demi pertumbuhan bisnisnya.


Orang dengan sikap positif terhadap kewirausahaan biasanya menunjukkan
bakat kreatifnya dan merasa puas dengan karyanya (Krueger Jr et al., 2000).

Zahra (1991), dan Bakhtiari & Jalilian (2018), melaporkan bahwa


kewirausahaan yang ditentukan melalui inovasi, proaktif, pengambilan risiko,
dan kreativitas, mempunyai pengaruh signifikan terhadap profitabilitas dan
pertumbuhan yang ditunjukkan oleh kepuasan wirausaha. Lee dan Kim (2019)
juga menggambarkannya sebagai ukuran kreativitas dan kepuasan
kewirausahaan. Soomro dan Shah (2019) lebih lanjut melaporkan bahwa salah
satu dimensi kewirausahaan yaitu kreativitas kewirausahaan berpengaruh
positif terhadap kepuasannya. Beberapa penelitian sebelumnya (Covin &
Slevin, 1991; Zahra, 1993; Bhansing et al., 2018; Lee & Kim, 2019) juga
mengakui adanya pengaruh positif antara kreativitas kewirausahaan dan
kepuasan.

1.6. Pengaruh Kreativitas Wirausaha Terhadap Kelincahan Resonansi


Intelektual
Kemampuan beradaptasi terhadap perubahan lingkungan bisnis
didorong oleh aspek pengetahuan yang mengandalkan kemampuan perusahaan
untuk terlibat dalam penemuan, eksperimen, dan pengembangan teknologi
inovatif, komponen, proses produksi, kapasitas serapan, dan struktur organisasi
(Dabi´, M ., 2021). Hal ini sering disebut sebagai kreativitas dalam
kewirausahaan (Santos-RH et al., 2010) dan dianggap sebagai sumber daya
strategis yang menghubungkan potensi inovatif dengan keluaran organisasi.
Penemuan tersebut terletak pada pengetahuan sumber daya manusia
perusahaan, yang diubah menjadi kreativitas dengan menghasilkan produk,
layanan, atau proses baru yang dibutuhkan pasar (Demartini & Beretta, 2020).
12

Sebaliknya, kreativitas juga ada dalam bentuk sumber daya manusia,


eksperimen faktualnya terletak pada kemampuan organisasi menyebarkan
pemahaman pribadi dan mengeksploitasinya dalam proses penciptaan nilai
(Bontis et al., 2002), yang selanjutnya mempengaruhi resonansi intelektual
(Hiong et al., 2002). al., 2020; Dabi´, M., 2021).

1.7. Pengaruh Resonansi Ketangkasan Intelektual terhadap Kepuasan


Wirausaha
Modal manusia memegang peranan penting dalam keberhasilan
wirausaha, oleh karena itu beberapa aspek perlu dikaji, antara lain tingkat
pendidikan dan pengalaman (Becker, 1995; Castanias & Helfat, 2001;
Schjoedt, 2009; Lee & Kim, 2019; Lauto et al., 2019 ;Ndofirepi, 2020). Bradley
dan Roberts (2004) melaporkan bahwa pendidikan mempunyai dampak negatif
terhadap kepuasan wirausaha. Pengusaha yang memiliki rasa percaya diri yang
tinggi karena mereka terdidik dengan baik akan kesulitan mewujudkan harapan
mereka dan mengikuti pilihan mereka dalam melakukan pekerjaan. Ferrante
(2009) menemukan bahwa orang yang berpendidikan tinggi cenderung
menyesali peluang yang terlewatkan dalam memilih pekerjaan selain menjadi
wirausaha. Selain itu, masyarakat yang berpendidikan cenderung
melebihlebihkan kemampuannya sehingga menjadi kecewa dalam menjalankan
usaha dibandingkan dengan masyarakat yang berpendidikan rendah.

Penting untuk membedakan antara pendidikan formal dan sumber daya


manusia yang diperoleh melalui pengalaman, misalnya tugas manajerial dan
industri (Bhandari & Deaves,

Studi terbaru tentang hubungan antara sumber daya manusia dan


kepuasan kewirausahaan menyatakan bahwa menggabungkan pengetahuan dan
pengalaman membentuk variabel baru yang disebut ketangkasan resonansi
intelektual. Hasil survei yang dilakukan Dabi´, M. (2021) menunjukkan bahwa
13

IAR berdampak pada kepuasan berwirausaha yang ditunjukkan dengan proses


inovatif yang dilakukan wirausaha karena merasa puas dengan prestasi dan
keinginannya yang bertahan lama. untuk jangka waktu yang lama. Demikian
pula hasil penelitian menunjukkan bahwa IAR berdampak pada kepuasan
wirausaha yang diwujudkan melalui proses inovasi dan kinerja pemasaran yang
dilakukan wirausaha. Perpaduan antara pendidikan dan pengalaman terlihat
dalam kelincahan resonansi intelektual dan terlihat jelas dalam identifikasi
kritis terhadap peluang, kolaborasi dan semangat terhadap tantangan, uji
skeptis, mengkonfigurasi dan menganalisis pengetahuan dan ide baru dari
berbagai perspektif.

1.8. Pengaruh Kreativitas Wirausaha Terhadap Kepuasan Wirausaha Melalui


Resonansi Ketangkasan Intelektual
Menurut RBV, kelangkaan, sulit untuk ditiru, dan sumber daya berharga
dalam sebuah perusahaan, seperti pengetahuan dan kemampuan sumber daya
manusia, membedakan bisnis yang sukses dari bisnis yang gagal (Barney,
1991). Dalam konteks RBV salah satunya ditentukan oleh kontribusi kreativitas
kewirausahaan terhadap kepuasan melalui IAR (Hiong et al., 2020; Dabi ´, M.,
2021).

Kajian ini tidak melibatkan penciptaan lingkungan yang kondusif


melalui inovasi. Kelincahan intelektual berfungsi sebagai mediator antara
kreativitas kewirausahaan dan kepuasan terkait dengan kemampuan individu
dalam mengubah cara berpikir, mencari informasi baru, dan menghasilkan
solusi terhadap permasalahan saat ini dan masa depan. Oleh karena itu, IAR
berkaitan dengan pemahaman kesulitan organisasi yang dihadapi dan
kemampuan untuk menerapkan informasi tersebut dalam praktik, sehingga
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan modal sesuai dengan
perubahan persyaratan lingkungan (Hiong et al., 2020; Dabi´, M., 2021 ).
BAB III
METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif


yang bertujuan untuk mengetahui sebab akibat pengaruh antar variabel yang
diteliti. Populasi penelitian ini adalah usaha kecil dan menengah aktor di
Indonesia, Bandung Jawa Barat. Sampel ditentukan dengan menggunakan
purposive sampling teknik, dengan kriteria UKM telah menjalankan usahanya
minimal 1 tahun. Ini untuk memastikan bahwa para pelaku UKM telah
mengalami perubahan yang dinamis baik secara internal maupun eksternal
mereka juga dapat mengetahui bagaimana organisasi memandang perubahan
dalam lingkungan bisnis perkembangan perubahan lingkungan dan mengukur
bagaimana kemampuan intuitif mereka meningkat penampilan organisasi.
Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner melalui online
platform kepada responden, kemudian kuesioner diukur menggunakan skala
Likert 5 poin, dengan skala 1 menunjukkan responden sangat tidak setuju, dan
skala 5 menunjukkan responden sangat tidak setuju responden sangat setuju.
Jumlah kuesioner yang dapat diolah adalah 280 kuesioner. Selanjutnya proses
analisis data dilakukan dengan menggunakan metode Struktural Metode
Pemodelan Persamaan dengan Smart PLS.

14
15

3.1. Variabel dan indakator Pengukuran


Variabel Indikator Deskripsi referensi
Kreativitas  Jejaring Sosial (X.1)  Memperluas (Amabile,
Wirausaha  Kewaspadaan jaringan sosial 1997; Ko &
(X) Terhadap Peluang  Memantau dan Butler, 2007;
(X.2) menganalisis A. L. Raine &
 Pengetahuan dan peluang Pandya, 2019)
Pengalaman  Fokus pada
sebelumnya (x.3) pengetahuan dan
 Optimisme (X.4) pengalaman
 Daya cipta imajinasi  Mencapai tingkat
(X.5) yang tepat
 Ketekunan (X.6) Optimisme
 Membuat desain
dari negara-negara
imajinasi
 Berusaha untuk
selalu memiliki
 semangat
ketekunan dalam
mencapai tujuan
KEPUASAN  Kesejahteraan  Merasa tenang (Abbas et al.,
WIRAUSAHA fisiologis (Y.1) secara psikologis 2015; M.A
(Y)  Waktu Senggang ketika memilih Carree &
untuk mencari kewirausahaan Verheul,
Perbaikan (Y.2) daripada menerima 2011;
 Penghasil dengan upah Chakraborty
kemandiriannya  Waktu luang untuk et al., 2019;
(Y.3) berimprovisasi diri Dawson, 2017
 Kebutuhan akan intelektual
Prestasi (Y.4) seseorang
 Evaluasi  Untuk menentukan
pengambilan risiko kebenaran
(Y.5) seseorang identitas
 Optimasi Finansial dari kemandirian
Sebelumnya (Y.6) bisnis
 Berusaha untuk
unggul, sukses dan
mendapatkan
16

pengakuan dari
orang lain
 Memiliki sikap
mengantisipasi
setiap risiko kecil
yang ada
mengakibatkan
munculnya risiko
besar.
 Keyakinan bahwa
kewirausahaan
jauh lebih baik
pendapatan
dibandingkan
sebelumnya
Resonansi  Kritis melihat masa  Sensitif dalam (Dabić et al.,
Ketangkasan depan peluang (Z.1) menentukan 2021; Hiong
Intelektual  Kolaboratif & peluang bisnis baru et al., 2020)
(Z) semangat dalam  Terbuka untuk
menghadapi bekerja sama untuk
tantangan (Z.2) menghadapi
 Skeptis terhadap tantangan pasar
yang belum teruji  Ketidakmampuan
(Z.3) menerima
 Konfigurasikan perubahan tanpa
pengetahuan dan melalui proses
pengalaman baru pengecekan
(Z.4)  Berusaha untuk
 Analisis memperbarui dan
pengetahuan dari mengkonfigurasi
berbagai perspektif pengetahuan dari
(Z.5) pengalaman untuk
menghadapi
tantangan di masa
depan
 Melakukan analisis
berulang-ulang dari
pengetahuan terkini
17

3.2. Kerangka Konsep

Resonansi
Ketangkasan
Intelektual
H2 (Z)
H3

H4

Kreativitas KEPUASAN
Wirausaha WIRAUSAHA
(X) (Y)
H1

3.3. Pembahasan Teoritis


penelitian sebelumnya (Bakhtiari & Jalilian, 2018; Bhansing et al.,
2018; Covin & Slevin, 1991; Lee & Kim, 2019; Soomro & Shah, 2019; Zahra,
1991, 1993). Bahwa Hipotesis pertama (H1) diterima sehingga disimpulkan
bahwa kreativitas wirausaha mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
kepuasan wirausaha. Pengusaha kreatif selalu berkeinginan untuk
menghasilkan ide-ide baru, dan keinginan ini memotivasi mereka untuk
memulai bisnis dan merasa puas. Individu yang menunjukkan pendekatan
positif terhadap kewirausahaan biasanya percaya diri dan cenderung
menunjukkan bakat kreatifnya. 187 Lebih lanjut, IAR yang ditunjukkan
pengusaha melalui proses inovatif berdampak positif terhadap kepuasan
mereka. Hal ini merupakan rutinitas yang berkesinambungan karena mereka
merasa puas dan gembira dengan pencapaiannya yang bertahan lama.
18

Ketangkasan-resonansi intelektual adalah atribut di mana setiap individu


memahami perlunya menggabungkan pendidikan Pengukuran kreativitas
kewirausahaan menunjukkan pengetahuan dan pengalaman, optimisme,
kemampuan imajinatif, dan semangat ketekunan. Dalam penelitian ini terbukti
bahwa sikap berpengaruh terhadap kepuasan berwirausaha.

Selanjutnya hipotesis kedua (H2) dengan studi pendahuluan yang


dilakukan oleh Dabiÿ et al. (2021) dan Hiong dkk. (2020). diterima. Kreativitas
kewirausahaan secara signifikan mempengaruhi resonansi ketangkasan
intelektual, Pernyataan ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Bontis
dkk. (2002) yang menyatakan bahwa pengetahuan dalam bentuk kreativitas
merupakan modal manusia yang dimanfaatkan dalam penciptaan nilai.
Kreativitas kewirausahaan adalah sumber daya strategis yang menghubungkan
potensi inovatif dengan hasil bisnis. Selain itu, kreativitas dan kemampuan
intelektual individu mengarah pada produksi komoditas, keterampilan, atau
praktik baru yang dibutuhkan di pasar. Berdasarkan hasil tersebut terbukti
bahwa kreativitas wirausaha merupakan variabel yang mempengaruhi
intelektual agility-resonance

Diketahui lebih lanjut bahwa intelektual agility-resonance


berpengaruh signifikan terhadap kepuasan berwirausaha, berdasarkan
penelitian yang dilakukan Dabiÿ et al. (2021) dan Hiong dkk. (2020). sehingga
hipotesis ketiga (H3) diterima.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Kajian ini mempunyai implikasi teoritis; pertama, pilihan karier
wirausaha bergantung pada kemauan yang dipengaruhi oleh faktor
antarpribadi, bukan pada kendala ekonomi dan lingkungan (Meoli dkk., 2020;
Nyock Ilouga dkk., 2014; Osorio Tinoco dkk., 2020; Razak dkk. ., 2018).
Kreativitas individu yang dimiliki oleh efikasi diri wirausaha merupakan
modal intelektual yang merangsang keteguhan logika. Secara teoritis,
implikasi yang menguntungkan adalah bahwa faktor-faktor penentu proses
inovatif dibentuk oleh sumber daya kreatif dan keinginan untuk mendapatkan
pengakuan sosial. Kadang-kadang, hal ini memberikan kepuasan yang lebih
rendah karena tingkat ketangkasan intelektual individu. Temuan tersebut
merupakan perspektif baru terhadap teori RBV dimana nilai kreativitas
wirausaha yang diperoleh dari keberadaan sumber daya berharga tidak
tergantikan karena sulitnya menemukan pesaing. Hasil pengujian
membuktikan bahwa semakin tinggi kolaborasi dan semangat dalam
menghadapi tantangan, maka semakin besar pula potensi peningkatan prestasi
dan optimisme kinerja keuangan wirausaha. Namun penelitian ini dirancang
untuk menggaungkan agility atau penyebaran sumber-sumber intelektual diri
yang cenderung lebih optimal dalam keunggulan kompetitif yang
berkelanjutan.

4.2. Saran
Dari ketiga hasil hipotesis yang dirumuskan dengan berdasar pada
penelitian terdahulu, maka kajian ini perlu di lanjutkan pada tahap penelitian
untuk mengetahui pengaruh simultan dari ketiga variabel. Sehingga hipotesis
Keempat bisa di ketahui pengaruhnya

19
DAFTAR PUSTAKA

Wendra, W., & Alhadar, F. M. (2020). The Influence of Knowledge Management


Processes on Intellectual Capital and Innovation Performance. GATR Journal of
Management and Marketing Review, 5(3).
https://doi.org/10.35609/jmmr.2020.5.3(6)

Ramawati, Y., & Sandroto, C. W. (2020). Entrepreneurial Intention: A Case of


Entrepreneurs in Creative Economy. https://doi.org/10.5220/0008430803190328

20

Anda mungkin juga menyukai