Disusun Oleh :
LENY NURLIANI
( 20221043 )
2023
KATA PENGANTAR
Demikian makalah ini kami susun, apabila ada kata-kata yang kurang
berkenan dan banyak terdapat kekurangan, penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Leny Nurliani
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Kewirausahaan........................................................................................2
A. Kesimpulan..............................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................7
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
a. Jelaskan pengertian kewirausahaan?
b. Bagaimana cara menumbuhkan keinginan untuk mengembangkan
kewirausahaan Daerah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kewirausahaan
Konsep Kewirausahaan
Sifat Kewirausahaan
Mampu bekerja sama adalah salah satu sifat kewirausahaan yang harus
dimiliki oleh pengusaha. Sifat kewirausahaan adalah sejumlah sifat yang
mencerminkan konsep kewirausahaan. Sifat-sifat atau karakteristik
kewirausahaan yang wajib dimiliki oleh seorang wirausahawan agar dapat
menjalankan bisnisnya dengan baik.
Jadi, sifat apa saja yang harus dimiliki oleh seorang pebisnis? Berikut
jawabannya.
1. Berani Mengambil Risiko
Berbeda dengan seorang penjudi, berani mengambil risiko dalam konsep
kewirausahaan merupakan perilaku yang berkaitan keyakinan diri dalam
mengambil keputusan.
Pengambilan risiko didasarkan pada pemikiran dan hasil analisis yang kuat serta
dengan kreativitas dan inovasi yang membuat seorang wirausahawan menjadi
semakin mantap dalam mengambil keputusan.
2. Berkomitmen dan Berkemauan Keras
Komitmen terhadap usaha dan kemauan yang keras untuk mencapai sasaran
merupakan aspek yang paling pokok dari seorang wirausaha. Dengan memiliki
karakteristik tersebut seorang wirausaha akan mengabdikan dirinya secara total
terhadap usaha yang ditanganinya.
3. Berintegritas dan Dapat Dipercaya
Integritas adalah hal penting yang wajib dimiliki oleh seorang wirausaha karena
hal ini merupakan modal penting dalam rangka membangun dan
mempertahankan kepercayaan semua klien.
Sifat berintegritas dan dapat dipercaya dapat dibangun dengan perilaku yang
bertanggung jawab serta jujur dalam melaksanakan tugasnya.
4. Percaya Diri
Percaya diri adalah sikap yang mengenal diri sendiri, meyakini potensi yang
dimiliki, dan mengetahui jelas tujuan-tujuan serta kebutuhannya dan bagaimana
cara untuk mencapainya.
5. Mampu Bekerja Sama
Keberhasilan seorang wirausaha dalam berwirausaha tidak terlepas dari
kesediaannya untuk bekerja sama dengan tim yang tangguh serta kemauan
untuk mengenali kelebihan dan kelemahan orang lain dan berupaya
mengarahkan orientasinya pada pencapaian tujuan kelompok dalam
menyelesaikan suatu masalah.
2. Sociopreneurship
Sociopreneurship adalah jenis kewirausahaan yang bukan hanya memikirkan
laba dan keuntungan sebagai tujuan akhir, melainkan juga mementingkan aspek
sosial masyarakat yang ada.
Jenis kewirausahaan ini diterapkan dengan bertujuan untuk hadir dalam
menjawab masalah sosial yang ada, menyejahterakan masyarakat, serta
membantu masyarakat dalam kegiatan ekonomi.
3. Technopreneurship
Technopreneurship adalah suatu jenis kewirausahaan yang menggabungkan
konsep bisnis dan penggunaan teknologi yang mutakhir dalam menjalankan
bisnisnya.
Penggunaan teknologi biasanya didasarkan pada keuntungan yang diperoleh,
yaitu lebih efisien dan menghemat biaya. Jenis kewirausahaan banyak
ditemukan pada zaman sekarang .
4. Intrapreneurship
Intrapreneurship adalah jenis kewirausahaan dengan sistem dan proses yang
menstimulus para karyawan dalam mengembangkan kemampuan yang
dimilikinya sehingga bertindak seperti seorang pebisnis. Contoh perusahaan
yang menerapkan hal ini adalah Google.
2
9
BAB III
KESIMPULAN
Kewirausahaan saat ini tidak bisa lagi menghindar dari situasi dan kondisi
perdagangan bebas dunia, wirausaha perlu akses pasar sebesar-besarnya ke
pasar dunia, dan sebaliknya juga dituntut oleh pelaku uasaha global untuk
membuka pasar domestik. Untuk menghadapi tantangan dalam menghadapi
perekonomian di masa yang akan datang, dibutuhkan wirausaha-wirausaha yang
tahan banting, punya daya saing global dan memegang nilai-nilai luhur dan cinta
pada negerinya. Kewirausahaan dirasakan semakin penting peranannya dalam
pengembangan perekonomian nasional, kewirausahaan efektif untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui kontribusinya pada peningkatan
pertumbuhan perekonomian sekaligus pemerataan pertumbuhan ekonomi. 4.
Dengan memperhatikan karakter dan kebiasaan warga Indonesia serta
memahami kewirausahaan sebagai implementasi kemandirian, pola pendekatan
kewirusahaan yang sesuai dikembangkan di Indonesia adalah mendorong
peningkatan kegairahan berwirausaha dengan arahan kebijakan yang
memberikan kemudahan yang harus didukung oleh pemerintah. Intervensi
pemerintah yang bersifat top – down tetap diperlukan tetapi sebaliknya tidak
terlalu jauh agar tidak kontra produktif dan pada situasi seperti ini peran serta
pemerinta sangat dibutuhkan tetapi diarahkan untuk yang sifatnya mendukung
dan mengapresiasi kewirausahaan. Dalam rangka pengembangan
kewirausahaan nasional yang lebih efektif perlu dipertimbangkan untuk
membentuk lembaga koordinasi pengembangan kewirausahaan nasional yang 3
0
tetap menjaga aspek sinergi dan kebersamaan dari segenap komponen bangsa
dengan memberikan akses koordinasi yang lebih terstruktur.Potensi
pengembangan kewirausahaan yang sudah tersedia di banyak kementerian,
lembaga, dunia usaha, BUMN, perguruan tinggi, sekolah dan masyarakat pada
umumnya akan menghasilkan jutaan wirausaha baru yang kreatif, inovatif dan
berdaya saing global bila dikoordinasikan dengan baik.
semaksimal mungkin untuk memberikan hal terbaik dalam aspek ini adalah
pelayanan kepada masyarakat. Guna mendorong peningkatan daya saing
dengan daerah lain, maka sebagai bagian dari daerah yang akan menjadi
petugas pelayanan seyogyanya untuk mempersiapkan diri.
(3) Peningkatan kualitas hidup dan daya saing SDM dalam rangka mendukung
bonus demografi;
(4) Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup serta penanggulangan
bencana;
3
3
DAFTAR PUSTAKA
2. Fachrurazi, H., Ag Delia Meldra, S. M., Budi Harto, Ms., Veni Reza, M.,
& Soc Sc, M. (n.d.). PEDOMAN DASAR DAN KONSEP
KEWIRAUSAHAAN Oleh :
Percetakan Yayasan Cendikia Mulia Mandiri.
3
5
MAKALAH
Disusun Oleh :
SAEFUL ALAM
( 20221047 )
2023
3
6
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang “Pengembangan Kewirausahaan dalam
Era Revolusi Industri 4.0 dan 5.0 di Indonesia,Dalam Upaya Peningkatan Daya
Saing Daerah Yang Pada Akhirnya Akan Meningkatkan Daya Saing
Daerah”.Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.Terlepas dari semua itu,
Saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ilmiah ini.Akhir kata, saya berharap semoga makalah
ilmiah tentang “Pengembangan Kewirausahaan dalam Era Revolusi Industri 4.0
dan 5.0 di Indonesia,Dalam Upaya Peningkatan Daya Saing Daerah Yang Pada
Akhirnya Akan Meningkatkan Daya Saing Daerah” ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.
SAEFUL ALAM
3
7
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
C. Latar Belakang........................................................................................1
D. Rumusan Masalah..................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
C. Wirausaha................................................................................................2
A. Kesimpulan..............................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................7
BAB 1
PENDAHULUAN
4
0
rakyat harus didukung oleh politik hukum pemerintah, baik pemerintah pusat,
maupun pemerintah daerah, untuk menyusun rencana strategis dalam
menggagas kewirausahaan dan kemitraan berdasarkan manajemen integratif.
Dalam pembangunan kewirausahaan, Indonesia memiliki modal dasar untuk
mengembangkan kewirausahaan sebagai pondasi ekonomi sejalan dengan Visi
Pembangunan Nasional Tahun 2005-2025 yaitu: “Indonesia Yang Mandiri, Maju,
Adil, dan Makmur”5.
Visi pembangunan nasional tahun 2005–2025 itu mengarah pada pencapaian
tujuan nasional, seperti tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam mewujudkan visi pembangunan
nasional tersebut ditempuh melalui 8 (delapan) misi pembangunan nasional
sebagai berikut:
(1) Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan
beradab berdasarkan falsafah Pancasila;
(2) Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing;
(3) Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum;
(4) Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu;
(5) Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan;
(6) Mewujudkan Indonesia asri dan lestari;
(7) Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan
berbasiskan kepentingan nasional;
(8) Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia internasional6.
Pentahapan pembangunan RPJPN 2005-2025 meliputi: (1) RPJM 1 (2005-2009)
Menata kembali NKRI, membangun Indonesia yang aman, damai, yang adil dan
demokratis, dengan tingkat kesejahteraan yang lebih baik; (2) RPJM 2 (2010-
2014) Memantapkan penataan kembali NKRI, meningkatkan kualitas SDM,
membangun kemampuan IPTEK, memperkuat daya saing perekonomian; (3)
RPJM 3 (2015-2019) Memantapkan pembangunan secara menyeluruh dengan
menekankan pembangunan keunggulan kompetiutif perekonomian yang
berbasis SDA yang tersedia, SDM yang berkualitas, serta kemampuan IPTEK;
4
1
(4) RPJM 4 (2020-2025) Mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju,
adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan di segala bidang dengan
struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif7.
4
2
Sebagai lembaga ekonomi, kewirausahaan berperan strategis untuk menurunkan
kemiskinan dengan menciptakan peluang-peluang kerja yang diinisiasi
masyarakat berdasarkan potensi dan keunggulannya masing-masing. Salah satu
agenda untuk mengurangi pengangguran dan mengentaskan kemiskinan adalah
melalui pengembangan kewirausahaan. Pengembangan kewirausahaan
berkaitan dengan upaya pemerintah untuk mewujudkan pembangunan yang
lebih merata dan berkeadilan sebagaimana tergambar dalam visi dan misi
pemerintah di atas. Kewirausahaan didorong untuk berkembang luas sesuai
kebutuhan sehingga menjadi wahana yang efektif untuk meningkatkan posisi
tawar dan efisiensi kolektif masyarakat di berbagai sektor kegiatan ekonomi
sehingga menjadi gerakan ekonomi yang berperan nyata dalam upaya
peningkatan kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat. Sementara itu,
pemberdayaan usaha mikro menjadi pilihan strategis untuk meningkatkan
pendapatan kelompok masyarakat berpendapatan rendah dalam rangka
mengurangi kesenjangan pendapatan dan kemiskinan melalui peningkatan
kapasitas usaha dan ketrampilan pengelolaan usaha serta sekaligus mendorong
adanya kepastian, perlindungan, dan pembinaan usaha. Untuk merealisasikan
gagasan tersebut, diperlukan revitalisasi fungsi kewirausahaan yang didasarkan
pada manajemen sumber daya berbasis masyarakat dengan melibatkan peran
pemerintah dan masyarakat secara partisipatif.
Terkait dengan kebijakan di bidang kewirausahaan nasional, di tahun 1950,
Pemerintah RI pernah mengeluarkan sebuah kebijakan ekonomi yang bernama
Program Ekonomi Gerakan Benteng. Penggagas Program ini adalah Prof.
Soemitro Djoyohadikusumo. Gagasan utama program ini bertujuan mengubah
struktur ekonomi kolonial menjadi struktur ekonomi nasional. Pemerintah
menginginkan struktur ekonomi bangsa Indonesia harus lebih mandiri dan
mengedapankan kepentingan nasional. Di samping itu, program ini juga
bertujuan menumbuhkan kelas wirausaha pribumi sebagai elemen penting dalam
membentuk struktur ekonomi nasional tersebut. Strategi untuk mencapai tujuan
tersebut ialah dengan memberikan bantuan kredit dan fasilitas lainnya yang
4
3
memudahkan bagi wirausaha pribumi untuk tumbuh dan berkembang8.
4
5
atau paradigma berfikir tentang kewirausahaan nasional. Hal ini
sekaligus menggambarkan regulasi yang ada belum mampu memberikan
dukungan secara optimal kegiatan pengembangan kewirausahaan nasional.
Oleh karena itu diperlukan sebuah regulasi kebijakan yang mengatur secara
sistematis, komprehensif, dan massif kewirausahaan nasional. Faktor edukasi
menjadi elemen yang sangat penting dalam rangka mengubah paradigma (cara
pandang) masyarakat terhadap kewirausahaan nasional. Dalam edukasi,
sistem kurikulum kewirausahaan yang terpadu menjadi unsur penting sebagai
salah satu upaya membentuk generasi yang berjiwa entrepreneurship.
4
6
1.2 Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN 4
7
5
3
6. Pemerintahan berorientasi pada pelanggan.
Pemerintahan berorientasi pelanggan memperlakukan masyarakat yang dilayani sebagi
pelanggan, menetapkan standar pelayanan, memberii jaminan. Dengan masukan dan
insentif ini, mereka meredesain organisasinya untuk menyampaikan nilai maksimum
kepada pelanggan. Banyak cara yang dapat dilakukan diantaranya mendengarkan suara
dan keluhan masyarakat serta memberikan kebebasan pada masyarakat untuk memilih
penyedia jasa. Selama ini pemerintah tidak responsif terhadap masyarakatnya karena
nasib pemerintah tidak ditentukan oleh rakyat tetapi ditentukan oleh lembaga wakil rakyat
yang terbentuk atas dasar distorsi representasi.
7. Pemerintahan Wirausaha.
Pemerintah wirausaha menfokuskan energinya bukan sekadar untuk menghabiskan
anggaran, tetapi juga menghasilkan uang. Mereka meminta masyarakat yang dilayani
untuk membayar, menuntut return of investmen. Mereka memanfaatkan insentif seperti
dana usaha dan dana inovasi untuk mendorong para pimpinan badan pemerintah berpikir
mendapatkan dana operasional. Pemikiran ini menolak asumsi bahwa pemerintah itu
seharusnya tidak mencari profit dari kegiatannya. Sebaliknya pemerintah harus didorong
untuk bisa memperluas sumber-sumber pendapatannya, termasuk dari kegiatan-kegiatan
pelayanan publik.
8. Pemerintah Yang Antisipatif
Pemerintahan yang antisipatif adalah pemerintahan yang berpikir kedepan, mencoba
mencegah timbulnya masalah daripada memberikan jalan untuk menyelesaikan masalah.
Mengadopsi pemikiran Bryson (2001) bahwa salah satu cara mengantisipasi masa depan
dengan menggunakan perencanaan strategis, penetapan visi dan misi masa depan dan
berbagai metode lain untuk menetapkan masa depan.
9. Pemerintahan Desentralisasi.
5
4
Untuk mewujudkan pemerintahan yang desentralisasi perlu dikembangkan manajemen
partisipatif. Kewenangan pembuatan keputusan harus didesentralisasikan kepada unit-
unit lokal yang lebih menguasi masalah dan memahami aspirasi masyarakat. Birokrasi
yang hirarkhis harus diganti dengan tim kerja. Birokrasi pemerintah pada umumnya
sangat hirarkhis dan sentralistik, hal ini menyebabkannya menjadi tidak adaptif dan
inovatif.
Model birokrasi semacam ini tidak dapat lagi dipertahankan dalam menghadapi
perubahan dan dinamika serta kompleksnya kebutuhan masyarakat saat ini.
10. Pemerintah Berorientasi Pasar
Penyelenggaraan pelayanan publik pada umumnya lebih sering menggunakan
mekanisme administratif daripada mekanisme pasar. Mekanisme administratif seringkali
memiliki banyak kelemahan seperti mahal, lamban dan tidak berkualitas. Sebaliknya
mekanisme pasar karena sifatnya yang terbuka dan kompetitif cenderung lebih berhasil
dalam menyediakan pelayanan yang murah, responsive dan inovatif. Namun mekanisme
pasar juga memiliki kelemahan, yang utama adalah kecenderungannya menghasilkan
ketimpangan dalam akses terhadap pelayanan. Karena itu orientasi terhadap pasar harus
diikuti dengan perhatian yang lebih besar terhadap pengembangan alternatif sumber
pelayanan dari masyarakat terutama
kegiatan voluntir. Idenya disini membangun keseimbangan antara birokrasi, pasar dan
masyarakat (Dwiyanto,1996).
5
6
dipertanggungjawabkan organisasi pemerintah? Strategi inti akan mendefenisikan yang
harus dipertanggungjawabkan, strategi konsekuensi menjaga agar organisasi dapat
bertanggungjawab, strategi pengendalian mempengaruhi orang yang akan
bertanggungjawab dan strategi budaya akan membantu pegawai menginternalisasikan
pertanggungjawaban. Strategi pelanggan memecah pola pertanggung-jawaban sebagian
pada pelanggan (masyarakat) yang selama ini pada pejabat terpilih. Pendekatan yang
digunakan dalam strategi ini adalah, pertama memberi pilihan kepada pelanggan dengan
melakukan sistem pilihan publik dan sistem informasi pelanggan. Kedua pilihan kompetisi,
mengkombinasikan strategi pelanggan dengan konsekuensi, dengan memberi
kesempatan kepada pelanggan untuk mengontrol sumberdaya dan membawanya sesuai
pilihan untuk memaksa kompetisi. Ketiga pemastian mutu pelanggan yang dilakukan
dengan citizen’s charter. Alat yang digunakan dalam pendekatan ini adalah; standar
pelayanan pelanggan, pengembalian pelanggan, jaminan mutu, inspeksi mutu, sistem
keluhan pelanggan dan ombudsmen.
4. Strategi Pengendalian
Pendekatan yang digunakan adalah pertama, pemberdayaan organisasi dengan
menghapus banyak peraturan dan berbagai kontrol serta menerapkan strategi kontrol
pada level organisasi, proses dan orang. Alat yang digunakan adalah desentralisasi
kontrol administratif, deregulasi organisasional, manajemen berdasarkan tempat,
pengecualian dan laboratorium pembaharuan, kebijakan pembebasan, beta sites,
pembatasan waktu peraturan dan deregulasi intra pemerintahan. Kedua pendekatan
pemberdayaan pegawai dengan mengurangi atau menghapus kontrol manajemen
hirarkhis dalam organisasi dan mendorong wewenang turun kepegawai lini pertama.
Dengan kata lain mengganti kontrol otoriter dengan pengendalian diri dan komitmen
pegawai terhadap arah dan tujuan organisasi. Alat yang digunakan untuk pemberdayaan
pegawai adalah pengurangan lapisan manajemen, desentralisasi organisasi, memecah
5
7
kelompok fungsional, tim kerja, kemitraan pegawai-manajemen dan program saran
pegawai. Pendekatan yang ketiga adalah pemberdayaan masyarakat dengan
menggunakan beberapa alat yaitu; badan pemerintah-masyarakat, perencanaan
koloboratif, dana investasi masyarakat, organisasi dikelola masyarakat, kemitraan
pemerintah dan pembuatan peraturan serta penegakan ketertiban berbasis masyarakat.
5. Strategi Budaya
Pendekatan yang digunakan dalam strategi ini adalah untuk membentuk kembali budaya
baru dengan membentuk kebiasaan, perasaan dan pikiran organisasi yang baru.
Beberapa pedoman dan petunjuk dalam menyikapi transisi budaya diantaranya pegawai
jangan dikontrol tetapi dilibatkan, membuat model perilaku yang diinginkan, membuat diri
anda agar visible, buat batasan yang jelas antara yang baru dan lama, beri kebebasan,
masukkan darah segar, hilangkan rasa takut, juallah keberhasilan, komunikasikan, ubah
sistem administrasi dan berkomitmen untuk tujuan jangka panjang.
5
8
prosedur dari pada hasil (out put). Dalam melayani masyarakat, PDAM kurang
meletakkan posisi pelanggan sebagai raja ataupun mitra.
Dari aspek politik desentralisasi, rendahnya semangat kewirausahaan disebabkan
intervensi Bupati yang demikian kuat terhadap intern organisasi PDAM. Empat fungsi
sekaligus (Four in one) melekatkan pada sosok Bupati, yakni: (1) sebagai pemilik, (2)
sebagai ketua badan pengawas, (3) sebagai wakil pemerintah pusat,
(4) unsur pemerintah daerah bersama DPRD.
Kurang berkembangnya semangat kewirausahaan juga disebabkan oleh :
1. Masih berkembangnya budaya patrimonial yang sentralistik, penilaian yang tinggi
terhadap keseragaman, struktur birokrasi dan pendelegasian wewenang yang kabur
dan budaya ewuh pekewuh yang berkembang menjadi prinsip asal Bapak senang
(ABS).
2. Konsepsi “model kinerja” yang diterapkan oleh PDAM masih pada tataran model
rasional yang menekankan produktivitas dan efisiensi intern, dengan menetapkan
berbagai target, kurang memperhatikan lingkungan eksternal yang selalu berubah
dengan cepat.Pemahaman dan pengetahuan pejabat pemda terhadap konsep
pemerintahan yang bergaya wirausaha (Entrepreneurial Government) masih sangat rendah,
sebagaimana ditunjukkan dengan rendahnya pemahaman dan pengetahuan tentang prinsip
costumer oriented (pemerintah yang berorientasi pada masyarakat). Adanya penolakan
terhadap ide citizen carter (piagam warganegara) dan konsep customer choise (pilihan
pelanggan) dalam hal pelayanan publik. Selanjutnya pejabat pemda Kabupaten Bengkalis
masih menginginkan pemerintah yang mengambil alih semua kegiatan-kegiatan pemenuhan
kebutuhan publik dan tidak adanya kepercayaan pada pihak swasta dan masyarakat dalam
mengelolanya. Kendati ada sebagian yang mempunyai pemahaman dan pengetahuan
terhadap pemerintahan yang bergaya wirausaha (Entrepreneurial Government), jumlahnya
kecil dan cenderung tidak berarti. Untuk konsep pemberdayaan pada masyarakat sebagian
besar pejabat setuju dan cukup memahami konsep tersebut.
Selanjutnya untuk konsep efisiensi anggaran pemerintah dengan adanya
anggaran yang didasarkan pada kinerja hanya sebagian pejabat yang memahaminya,
dan sebagian lagi tidak memahaminya. Terhadap sistem insentif dalam anggaran
pemerintah sebagian besar pejabat tidak memahaminya. Pemahaman pejabat terhadap
5
9
nilai-nilai akuntabilitas dalam anggaran berbasis kinerja juga rendah. Penelitian ini juga
menunjukkan bahwa sebagian besar pejabat meyakini bahwa penerapan anggaran yang
berbasis kinerja dapat meningkatkan efisiensi dan mengurangi kemungkinan KKN tetapi
sangat sulit untuk dilaksanakan pada saat sekarang.
Perlu sosialisasi pada semua unsur yang terlibat dalam anggaran pemerintah.
Beberapa pemikiran yang inovatif dan kreatif dalam pemerintahan yang wirausaha
seperti pola kemitraan dengan swasta, ide sunset law (pembatasan berlakuknya sebuah
peraturan), adanya komisi peninjau peraturan (review commissions) tidak dipahami
secara mendalam oleh pejabat pemerintah. Kemudian konsep renstra dalam kebijakan
pemerintah sebagian besar pejabat memahaminya dengan baik. Untuk ide penyusunan
SOT (struktur organisasi dan tatalaksana) dalam organisasi pemda banyak terjadi
penolakan oleh mereka yang dirugikan dengan penataan tersebut, dan diterima oleh
mereka yang diuntungkan. Untuk konsep perlunya pemerintah mengembangkan usaha
dalam rangka profit oriented (mencari keuntungan)sebagai sumber pendapatan
mendapat penolakan yang cukup besar karena adanya pemahaman bahwa hal itu
merupakan sesuatu yang diharamkan bagi pemerintah, itu artinya pemerintah sama saja
dengan swasta.
Menurut Indarti & Kristiansen14, intensi wirausaha seseorang terbentuk melalui tiga
tahap yaitu motivasi (motivation), kepercayaan diri (belief) serta ketrampilan dan
kompetensi (Skill & Competence). Setiap individu mempunyai keinginan (motivasi) untuk
sukses. Individu yang memiliki need for achievement yang tinggi akan mempunyai usaha
yang lebih untuk mewujudkan apa yang diinginkannya. Kebutuhan akan pencapaian
membentuk kepercayaan diri (belief) dan pengendalian diri yang tinggi (locus of control).
Pengendalian diri yang tinggi terhadap lingkungan memberikan individu keberanian
dalam mengambil keputusan dan risiko yang ada.
Dalam penelitian yang lain, Indarti dan Rortiani 15, secara garis besar penelitian
6
1
mengenai faktor-faktor penentu intensi kewirausahaan dengan menggabungkan tiga
pendekatan yaitu faktor kepribadian, faktor lingkungan dan faktor demografi.
6
3
Dari ketiga strategi tersebut, ada ima cakupan pengembangan kewirausahaan di
Indonesia, diantaranya adalah:
6. Perbaikan kurikulum, dan modul pendidikan dan pelatihan kewirausahaan.
6
5
Sumber Daya Alam (SDA) bagi generasi mendatang. Oleh karena itu, pengelolaan
kewirausahaan dilakukan sejalan dengan prinsip pembangunan sosial dan karakter
manusia Indonesia yang berwatak sosial.
Kewirausahaan sosial dinilai sebagai solusi dalam upaya mempercepat penurunan
angka pengangguran dan kemiskinan. Hal ini tak lain karena kewirausahaan sosial
menawarkan
6
6
kelebihan manfaat dari sekedar menciptakan lapangan kerja. Kewirausahaan
sosial memiliki kebermanfaatan yang luas karena wirausahawan bukan hanya
berhadapan kepada karyawan yang menjadi mitra kerja tetapi juga masyarakat
luas. Pola yang terjadi dalam kewirausahaan sosial adalah antara pengusaha –
pekerja – masyarakat. Ketiganya bersinergi dalam membentuk simbiosis
mutualisme. Dampaknya adalah kesejahteraan, keadilan sosial dan
pemerataan pendapatan.
Kewirausahaan sosial menitikberatkan keterlibatan masyarakat dengan
memberdayakan masyarakat kurang mampu secara finansial maupun
keterampilan untuk secara bersama-sama menggerakkan usahanya agar
menghasilkan keuntungan, dan kemudian hasil usaha atau keuntungannya
dikembalikan kembali ke masyarakat untuk meningkatkan pendapatannya.
Melalui metode tersebut, kewirausahaan sosial bukan hanya mampu
menciptakan banyak lapangan kerja, tetapi juga menciptakan multiplier effect
untuk menggerakkan roda perekonomian, dan menciptakan kesejahteraan
sosial. Berikut ini, disajikan kewirausahaan sosial berdasarkan dua aspek
yaitu:
(1) Kewirausahaan untuk meningkatkan taraf kesejahteraan komunitas
yang rentan kemiskinan dengan skala prioritas yang tepat sasaran, di
antaranya program pemberdayaan kewirausahaan bagi perempuan, petani,
buruh, nelayan, ibu rumah tangga, dan lain sebagainya;
(2) Program swadaya masyarakat dengan mengonversikan program
bantuan langsung tunai menjadi insentif dana dari pemerintah untuk
menggerakkan kegiatan kewirausahaan sehingga dana dari pemerintah
tersebut tidak menjadi sumber daya yang sekali habis, tetapi menjadi sumber
daya tak terbatas karena dikulminasikan dalam bentuk program pemberdayaan
ekonomi.
Sebagai contoh di Indonesia, kewirausahaan sosial dimotori oleh
Bambang Ismawan, pendiri Yayasan Bina Swadaya. Bambang Ismawan
mendirikan sebuah yayasan yang semula bernama Yayasan Sosial Tani
6
Membangun bersama I Sayogo dan Ir Suradiman tahun 1967. Upaya yang 7
dilakukannya melalui pemberdayaan masyarakat miskin melalui kegiatan micro
finance (keuangan mikro) dan micro enterprise (usaha mikro) dengan
mengutamakan pendidikan anggota, memupuk kemampuan diri dan sosial.
Kiprah Yayasan Bina Swadaya yang sudah berdiri lebih dari 40 tahun tidak
Praktek Kewirausahaan di Indonesia
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
DALAM era global, pembangunan perlu lebih mengedepankan aspek
pemanfaatan Iptek dan inovasi sebagai faktor pembentuk daya saing atau
disebut dengan innovation-driven development. Pertumbuhan pembangunan
perlu digerakkan oleh strategi yang tidak saja semakin efisien, namun
mengedepankan inovasi dengan mendayagunakan Iptekin (innovation driven).
Hal tersebut senada dengan semangat Undang Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 (Amandemen IV) pada pasal 31 ayat 5 yang menyatakan
bahwa “Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk
kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia”.
Karena dengan adanya daya saing antar daerah, tiap daerah akan
berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan hal terbaik dalam aspek ini
adalah pelayanan kepada masyarakat. Guna mendorong peningkatan daya
saing dengan daerah lain, maka sebagai bagian dari daerah yang akan menjadi
petugas pelayanan seyogyanya untuk mempersiapkan diri.
(3) Peningkatan kualitas hidup dan daya saing SDM dalam rangka
mendukung bonus demografi;
7
1
7
2