Anda di halaman 1dari 136

MASALAH-MASALAH LINGKUNGAN

A. Definisi Masalah Lingkungan Hidup


Masalah lingkungan hidup adalah segala permasalahan / kerusakan yang terjadi di
dalam lingkungan hidup.
Menurut UU No. 32 Tahun 2009 tentang Pelindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang yang meliputi seluruh benda, daya, dan
keadaan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang memengaruhi lingkungan
hidup, kelangsungan kehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk lainnya.
Latar Belakang Timbulnya Masalah Lingkungan
Masyarakat Sederhana
1. Masyarakat Pemburu Pengumpul
- Primitif
- Pengguna alat bantu
- Adaptasi sepenuhnya dengan lingkungan
2. Masyarakat Bertani dan Beternak
- Manusia melakukan domestikasi hewan dan menanam tumbuhan
Ruang Lingkup Masalah
a. Tingkat global
Lapisan ozon menipis, Lapisan CO2 meningkat, Bumi makin panas
b. Tingkat benua /samudera
Pembuangan limbah B3, Perusakan hutan tropis, Hujan asam
c. Tingkat fluvial (DAS)
Kekeringan dan banjir, Pelestarian kawasan lindung, Lahan kritis
d. Tingkat antar daerah
Urbanisasi, Pencemaran lingkungan, Ekotoksikologi
e. Tingkat lokal
Sampah kota, Kebisingan, Hutan kota
a. Masalah Lingkungan Global
Pertemuan Ratvich (Swedia, 1982) diidentifikasi 10 masalah lingkungan:
1. Krisis air bersih menjelang tahun 2000: pengelolaan DAS
2. Meluasnya tanah krisis, Menurunnya stabilitas tanah, Overgrazing menyebabkan
kesuburan menurun, lahan pertanian berubah menjadi non pertanian
3. Kemunduran luas lahan tropis: tahun 2000 menipis 200 juta
4. Punahnya keanekaragaman plasma nutfah
5. Makin rusaknya ekosistem air laut sebagai akibat penangkapan, kerusakan habitat,
pencemaran
6. Menghangatnya iklim bumi karena menipisnya lapisan ozon, dan meningkatnya CO2
7. Meningkatnya ancaman limbah B3
8. Meningkatnya ancaman hujan asam
9. Ancaman patogen dalam limbah domestik dan vektor akuatik
10. Pertumbuhan penduduk dan urbanisasi
b. Masalah Lingkungan Tingkat ASEAN (AEGE: Asean Expert Group on the
environment):
1. Konservasi alam dan ekosistem,
2. Lingkungan laut,
3. Pendidikan dan latihan,
4. Pengelolaan lingkungan
5. Industri dan pencemaran,
6. Informasi.
c. Masalah Lingkungan Tingkat Nasional
Hanya berbeda dalam corak, bobot, dan besaran masalah, Ciri masalah
kependudukan:
1. Laju pertumbuhan yang tinggi
2. Persebaran tidak seimbang
3. Mutu kehidupan perlu ditingkatkan:
- Pola makan bergizi masih rendah
- Kondisi fisik/kebugaran rendah
- Kesehatan balita rendah
- Tingkat kematian bayi tinggi
- Kekerapan melahirkan
Unsur-unsur lingkungan hidup terbagi tiga, yaitu:
1. Unsur Biotik; yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari makhluk hidup, seperti
manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan jasad renik.
2. Unsur Abiotik; yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari benda-benda tidak
hidup, seperti tanah, air, udara, iklim, dan lain-lain.
3. Unsur Sosial Budaya; yakni lingkungan sosial dan budaya yang dibuat manusia yang
merupakan sistem nilai, gagasan, dan keyakinan dalam perilaku sebagai makhluk
sosial. Kehidupan masyarakat dapat mencapai keteraturan berkat adanya sistem nilai
dan norma yang diakui dan ditaati oleh segenap anggota masyarakat.
B. Bentuk-bentuk Masalah Lingkungan Hidup dan Penyebabnya
Menurut penyebabnya masalah/kerusakan lingkungan hidup dapat dibagi dua anatara
lain:
1. Masalah Lingkungan Hidup Akibat Gejala Alam
Gejala adalah hal (keadaan atau peristiwa) yang tidak biasa dan harus diperhatikan. Gejala
alam menyangkut berbagai aktivitas alam yang memunculkan peristiwa alam. Masalah
lingkungan hidup yang diakibatkan karena gejala alam diantaranya:
a. Gunung meletus
Gunung meletus terjadi pada gunung yang masih aktif. Gunung berapi terbentuk karena
adanya magma yang bergerak mencapai permukaan bumi. Apabila magma berhasil
menerobos lapisan permukaan kulit bumi, maka akan menimbulkan letusan dan lelehan.
Letusan gunung menyemburkan lava, lahar, material-material padat berbagai bentuk dan
ukuran, uap panas, serta debu-debu vulkanis disertai dengan adanya gempa bumi lokal
yang disebut dengan gempa vulkanik. Aliran lava dan uap panas dapat mematikan semua
bentuk kehidupan yang dilaluinya, sedangkan aliran lahar dingin dapat menghanyutkan
lapisan permukaan tanah dan menimbulkan longsor lahan. Uap belerang yang keluar dari
pori-pori tanah dapat mencemari tanah dan air karena dapat meningkatkan kadar asam air
dan tanah. Debu-debu vulkanis sangat berbahaya bila terhirup oleh makhluk hidup
(khususnya manusia dan hewan), karena mengandung kadar silika (Si) yang sangat tinggi,
sedangkan yang menempel di dedaunan tidak dapat hilang dengan sendirinya. Tumbuhan
pada kondisi ini tidak bisa berfotosintesis dan lambat laun akan mati. Perlu waktu
bertahun-tahun untuk dapat kembali normal. Namun demikian, setelah kembali normal,
daerah tersebut akan menjadi daerah yang subur karena mengalami proses peremajaan
tanah.
b. Gempa Bumi
Gempa bumi adalah bergetar atau berguncangnya permukaan bumi karena gerakan bumi
yang tiba-tiba. Gempa bumi dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
1) Gempa Tektonik, yaitu gempa bumi yang terjadi karena adanya pergeseran bagian lapisan
kulit bumi.
2) Gempa Vulkanik, yaitu gempa bumi yang diakibatkan oleh letusan gunung berapi.
3) Gempa terban atau reruntuhan, yaitu gempa yang terjadi akibat tanah runtuh. Misalnya dia
daerah penambangan dan gua-gua.
Gempa bumi merupakan gejala alam yang cukup sulit untuk diramalkan kejadiannya.
Diantara semua jenis gempa, gempa tektonik sangat membahayakan. Gempa tektonik
dapat mematahkan lapisan kulit bumi sehingga, gedung-gedung dan rumah roboh, jalan
raya retak, jembatan putus dan bendungan hancur.
Besarnya getaran-getaran gempa dan gelombang gempa bumi bumi dapat diukur. Alat
pengukur gempa adalah seismograf. Pada alat itu terdapat kertas yang melilit di sekeliling
tabung. Kertas pada tabung itu terus berputar dan bergerak dibawah pencatat yang
menggambarkan suatu garis yang tidak terputus-putus. Besarnya kekuatan gempa diukur
dengan skala richter. Skala richter menggunakan angka yang berkisar antara 0-9. Semakin
besar angka skala richter maka semakin besar pula kekuatan gempa. Titik pusat gempa
disebut episentrum. (Sudjatmoko, 2006:4)
c. Tsunami
Tsunami adalah gelombang laut yang ditimbulkan oleh gempa bumi. Tsunami bisa juga
ditimbulkan oleh kegiatan gunung berapi di bawah permukaan laut. Tsunami berasal dari
bahasa jepang yang berarti “gelombang ombak lautan”. Tsunami dapat mengakibatkan
kerusakan besar di daerah-daerah pantai. Tsunami diawali dengan terjadinya gempa, air
laut surut. Setelah air surut, air laut kembali ke arah daratan dalam bentuk gelombang
besar. Gelombang besar inilah yang mengakibatkan kehancuran, korban jiwa, dan
kerugian harta benda. Gempa yang terjadi disertai tsunami sudah beberapa terjadi di
indonesia. Tsunami pernah terjadi di Pulau Flores pada tahun 1992, Gempa bumi
berkekuatan 7,5 skala richter disertai tsunami. Gempa bumi yang paling dahsyat terjadi
pada tanggal 26 Desember 2004. Peristiwa ini terjadi di Nanggroe Aceh Darussalam
(NAD) dan Sumatra Utara. Kekuatan gempa mencapai angka 9,0 skala richter. Korban
jiwa yang meninggal dunia diperkirakan lebih dari 40.000 orang. Selain Nanggroe Aceh
Darussalam, gempa dan tsunami terjadi pula di negara-negara Asia Selatan.
d. Banjir
Banjir merupakan salah satu bentuk fenomena alam yang unik. Dikatakan unik karena
banjir dapat terjadi karena murni gejala alam dan dapat juga karena dampak dari ulah
manusia sendiri. Banjir dikatakan sebagai gejala alam murni jika kondisi alam memang
memengaruhi terjadinya banjir, misalnya hujan yang turun terus menerus, terjadi di daerah
basin, dataran rendah, atau di lembah-lembah sungai. Selain itu, banjir dapat juga
disebabkan karena ulah manusia, misalnya karena penggundulan hutan di kawasan
resapan, timbunan sampah yang menyumbat aliran air, ataupun karena rusaknya dam atau
pintu pengendali aliran air.
Kerugian yang ditimbulkan akibat banjir, antara lain, hilangnya lapisan permukaan tanah
yang subur karena tererosi aliran air, rusaknya tanaman, dan rusaknya berbagai bangunan
hasil budidaya manusia. Bencana banjir merupakan salah satu bencana alam yang hampir
setiap musim penghujan melanda di beberapa wilayah di Indonesia. Contoh daerah di
Indonesia yang sering dilanda banjir adalah Jakarta. Selain itu beberapa daerah di Jawa
Tengah dan Jawa Timur pada awal tahun 2008 juga dilanda banjir akibat meluapnya DAS
Bengawan Solo.
e. Tanah Longsor
Karakteristik tanah longsor hampir sama dengan karakteristik banjir. Bencana alam ini
dapat terjadi karena proses alam ataupun karena dampak kecerobohan manusia. Bencana
alam ini dapat merusak struktur tanah, merusak lahan pertanian, pemukiman, sarana dan
prasarana penduduk serta berbagai bangunan lainnya. Peristiwa tanah longsor pada
umumnya melanda beberapa wilayah Indonesia yang memiliki topografi agak miring atau
berlereng curam. Sebagai contoh, peristiwa tanah longsor pernah melanda daerah
Karanganyar (Jawa Tengah) pada bulan Desember 2007
2. Masalah Lingkungan Hidup Karena Aktivitas Manusia
a. Pencemaran Lingkungan
Pencemaran disebut juga dengan polusi, terjadi karena masuknya bahan-bahan pencemar
(polutan) yang dapat mengganggu keseimbangan lingkungan. Bahan-bahan pencemar
tersebut pada umumnya merupakan efek samping dari aktivitas manusia dalam
pembangunan. Berdasarkan jenisnya, pencemaran dapat dibagi menjadi empat, yaitu :
1) Pencemaran Udara
Pencemaran udara yang ditimbulkan oleh ulah manusia antara lain, disebabkan oleh asap
sisa hasil pembakaran, khususnya bahan bakar fosil (minyak dan batu bara) yang
ditimbulkan oleh kendaraan bermotor, mesin-mesin pabrik, dan mesin-mesin pesawat
terbang atau roket. Dampak yang ditimbulkan dari pencemaran udara, antara lain,
berkurangnya kadar oksigen (O2) di udara, menipisnya lapisan ozon (O3), dan bila
bersenyawa dengan air hujan akan menimbulkan hujan asam yang dapat merusak dan
mencemari air, tanah, atau tumbuhan. Akibat yang ditimbulkan oleh pencemaran udara,
antara lain: Terganggunya kesehatan manusia, misalnya batuk, bronkhitis, emfisema, dan
penyakit pernapasan lainnya, rusaknya bangunan karena pelapukan, korosi pada logam,
dan memudarnya warna cat, terganggunya pertumbuhan tanaman, misalnya menguningnya
daun atau kerdilnya tanaman akibat konsentrasi gas SO2 yang tinggi di udara, adanya
peristiwa efek rumah kaca yang dapat menaikkan suhu udara secara global serta dapat
mengubah pola iklim bumi dan mencairkan es di kutub dan terjadinya hujan asam yang
disebabkan oleh pencemaran oksida nitrogen.
2) Pencemaran Tanah
Pencemaran tanah disebabkan karena sampah plastik ataupun sampah anorganik lain yang
tidak dapat diuraikan di dalam tanah. Pencemaran tanah juga dapat disebabkan oleh
penggunaan pupuk atau obat-obatan kimia yang digunakan secara berlebihan dalam
pertanian, sehingga tanah kelebihan zat-zat tertentu yang justru dapat menjadi racun bagi
tanaman. Dampak rusaknya ekosistem tanah adalah semakin berkurangnya tingkat
kesuburan tanah sehingga lambat laun tanah tersebut akan menjadi tanah kritis yang tidak
dapat diolah atau dimanfaatkan.
3) Pencemaran Air
Pencemaran air terjadi karena masuknya zat-zat polutan yang tidak dapat diuraikan dalam
air, seperti deterjen, pestisida, minyak, dan berbagai bahan kimia lainnya, selain itu,
tersumbatnya aliran sungai oleh tumpukan sampah juga dapat menimbulkan polusi atau
pencemaran. Dampak yang ditimbulkan dari pencemaran air adalah rusaknya ekosistem
perairan, seperti sungai, danau atau waduk, tercemarnya air tanah, air permukaan, dan air
laut. Akibat yang ditimbulkan oleh pencemaran air antara lain : Terganggunya kehidupan
organisme air karena berkurangnya kandungan oksigen, Terjadinya ledakan populasi
ganggang dan tumbuhan air (eutrofikasi), Pendangkalan dasar perairan, Punahnya biota
air, misal ikan, yuyu, udang, dan serangga air, Munculnya banjir akibat got tersumbat
sampah, dan menjalarnya wabah muntaber.

b. Degradasi Lahan
Degradasi lahan merupakan bentuk kerusakan lingkungan akibat pemanfaatan lingkungan
oleh manusia yang tidak peduli dengan keseimbangan lingkungan. Bentuk degradasi lahan
seperti:
1) Lahan kritis
Terjadi karena praktik ladang berpindah ataupun karena eksploitasi penambangan yang
besar-besaran.
2) Kerusakan ekosistem laut
Terjadi karena eksploitasi hasil-hasil laut secara besar-besaran, misalnya menangkap ikan
dengan menggunakan jala pukat, penggunaan bom, atau menggunakan racun untuk
menangkap ikan atau terumbu karang. Rusaknya terumbu karang berarti rusaknya habitat
ikan, sehingga kekayaan ikan dan hewan laut lain di suatu daerah dapat berkurang bahkan
punah.
3) Kerusakan hutan
Terjadi umumnya karena ulah manusia seperti penebangan liar, kebakaran hutan, dan
praktik peladangan berpindah. Kerugian yang ditimbulkannya misalnya punahnya habitat
hewan dan tumbuhan, keringnya mata air, serta dapat menimbulkan bahaya tanah longsor
dan banjir.
C. Upaya Penanggulangan Masalah Lingkungan Hidup
1. Gempa Bumi
a. Berbagai upaya menghadapi gempa bumi sebagai berikut:
b. Menyiapkan bangunan tempat tinggal dengan konstruksi anti gempa.
c. Mewaspadai tanda-tanda adanya gempa bumi.
d. Menjauh dari tempat-tempat yang kemungkinan dapa roboh ke tempat lapang.
e. Menggunakan pelindung, seperti helm atau berlindung di bawah meja.
f. Mencari tempat yang tinggi bagi warga yang di pinggir pantai.
2. Tsunami
Penanggulangan yang dilakukan adalah:
a. Membuat kode atau tanda tertentu masyarakat sekitar untuk menandakan
evakuasi.
b. Mengetahui berbagai tanda-tanda akan datangnya tsunami.
c. Memasang sistem peringatan dini di wilayah-wilayah yang berpotensi tsunami.
d. Sosialisasi peristiwa bencana tsunami kepada masyarakat.
e. Menetukan jalur-jalur dan tempat evakuasi bagi penduduk yang tinggal di daerah
rawan tsunami.
f. Mengerahkan tim penyelamat.
g. Menyiapkan tenda-tenda darurat bagi korban.
h. Mengidentifikasi kerusakan yang terjadi.
i. Memperbaiki sarana prasarana yang rusak. (Sri Hartati, 2008: 37)
3. Tanah Longsor
a. Tahap Pencegahan
1) Penyuluhan dan penanggulangan bencana tanah longsor kepada masyarakat.
2) Pemetaan dan pemantauan daerah rawan longsor.
3) Menghindari mendirikan bangunan di tepi tebing yang terjal.
4) Penebangan pohon dilakukan dengan sistem tebang pilih.
b. Tahap Bencana
1) Menyelamatkan korban ke tempat yang lebih aman.
2) Mendirikan dapur umum, pos-pos kesehatan, dan penyediaan air bersih.
3) Mencegah terjangkitnya wabah penyakit.
c. Tahap Pascabencana
1) Mengembalikan fungsi hutan lindung seperti semula dengan reboisasi.
2) Normalisasi area penyebab tanah longsor.
3) Rehabilitasi sarana prasarana yang rusak. (Sri Hartati, 2008: 36)
4. Letusan Gunung Berapi
Dalam menanggulangi letusan gunung berapi terdapat 3 tahap:
a. Sebelum tejadi letusan
1) Pemantauan dan pengamatan kegiatan pada gunung aktif.
2) Melakukan pembimbingan dan pemberian informasi gunung berapi.
3) Melakukan peningkatan sumber daya manusia dan pendukungnya seperti sarana
dan prasarana.
b. Saat terjadi letusan
1) Membentuk tim gerak cepat
2) Meningkatkan pemantauan dan pengamatan.
c. Pasca letusan
1) Mengidentifikasi daerah yang terancam bahaya.
2) Melanjutkan pemantauan rutin. (Sri Hartati, 37)
5. Banjir
Mempertahankan daerah resapan air, seperti hutan lindung dan jalur hijau di
perkotaan.
a. Tidak membuang sampah ke sungai untuk menghindari pendangkalan sungai.
b. Membersihkan saluran air dari sampah dan kotoran yang mengendap agar tidak
menyumbat air.
c. Menyiapkan perahu karet untuk evakuasi.
d. Mengarahkan tim penyelamat beserta bahan dan peralatan mendukung, seperti
perahu karet, tambang, pelampung, dan obat-obatan.
e. Membawa korban ke tempat yang aman atau pengungsian.
f. Memantau perkembangan keadaan banjir dan menyebarluaskan informasinya
kepada masyarakat.
g. Memperbaiki sarana prasarana yang rusak.
h. memberikan pertolongan medis bagi yang memerlukan.
Selain itu, usaha-usaha pelestarian lingkungan hidup dapat dilakukan dengan cara-
cara berikut ini.
1. Melakukan pengolahan tanah sesuai kondisi dan kemampuan lahan, serta mengatur
sistem irigasi atau drainase sehingga aliran air tidak tergenang.
2. Memberikan perlakuan khusus kepada limbah, seperti diolah terlebih dahulu sebelum
dibuang, agar tidak mencemari lingkungan.
3. Melakukan reboisasi pada lahan-lahan yang kritis, tandus dan gundul, serta
melakukan sistem tebang pilih atau tebang tanam agar kelestarian hutan, sumber air
kawasan pesisir/pantai, dan fauna yang ada di dalamnya dapat terjaga.
4. Menciptakan dan menggunakan barang-barang hasil industri yang ramah lingkungan.
5. Melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap perilaku para pemegang Hak
Pengusahaan Hutan (HPH) agar tidak mengeksploitasi hutan secara besar-besaran.
Sebagai seorang pelajar beberapa hal yang dapat di lakukan sebagai bentuk upaya
pelestarian lingkungan hidup, antara lain sebagai berikut:
1. Menghemat penggunaan kertas dan pensil,
2. Membuang sampah pada tempatnya,
3. Memanfaatkan barang-barang hasil daur ulang,
4. Menghemat penggunaan listrik, air, dan BBM, serta
5. Menanam dan merawat pohon di sekitar lingkungan rumah tinggal.
KEPENDUDUKAN DAN PERMASALAHANNYA

2.1 KEPENDUDUKAN SECARA GLOBAL


Ilmu kependudukan atau lebih dikenal sebagai ilmu demografi telah berkembang
sejak tiga abad yang lalu. John Graunt, seorang pedagang pakaian yang hidup pada abad ke-
17 di London. Dalam buku karya peneliti Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia (2000: 2) menuliskan Graunt pertamakali melakukan analisis data kelahiran dan
kematian, dan dari hasil analisisnya dikemukakan batasan-batasan umum tentang kematian
(mortality), kelahiran (fertility), migrasi dan perkawinan dalam hubungannya dengan proses
penduduk.
Kependudukan mempunyai peran penting dalam perencanaan pembangunan suatu
negara. Biasanya istilah kependudukan tidak hanya dilihat dari sisi kuantitas saja karena
kualitas merupakan pendukung penting menunjang kuatnya proses pembangunan. Untuk
dapat memahami keadaan kependudukan di suatu daerah perlu didalami kajian demografi.
Philip M. Hauser dan Duddley Duncan (1959) menyatakan definisi demografi adalah ilmu
yang mempelajari jumlah, persebaran, teritorial, dan komposisi penduduk serta perubahan-
perubahannya dan sebab-sebab perubahan itu, yang biasanya timbul karena natalitas
(fertilitas), mortalitas, gerak teritorial (migrasi), dan mobilitas sosial (perubahan status)
(Mantra, 2000: 2-3).
Pertumbuhan penduduk yang terus melaju cepat juga turut melahirkan beberapa
ilmuwan beserta teorinya. Umumnya mereka dibagi menjadi tiga kelompok. Kelompok
pertama terdiri dari penganut aliran Malthusian yang dipelopori oleh Thomas Robert Malthus
dan aliran Neo Malthusian dipelopori oleh Garreth Hardin dan Paul Ehrlich. Kelompok kedua
adalah penganut aliran Marxist yang dipelopori oleh Karl Marx dan Friedrich Engels.
Kelompok ketiga terdiri dari pakar teori kependudukan mutakhir pelopornya seperti John
Stuart Mill, Arsene Domont, dan Emile Durkheim. (Mantra, 2000: 60).
Perkembangan penduduk dunia mula-mula berjalan lambat hingga zaman modern dan
kemudian berjalan dengan semakin cepat sepanjang sejarah manusia hingga tahun 2000.
Sehingga pertumbuhan penduduk sulit dikendalikan dan akan berakibat pada ledakan
penduduk.
Penduduk Indonesia Abad ke-20
Dalam zaman sebelum Indonesia merdeka, pengumpulan data jumlah penduduk yang
lebih seksama mencakup seluruh wilayah Indonesia dilaksanakan untuk pertama kali pada
tahun 1920 yang dikenal sebagai Sensus Penduduk 1920. Sesudah itu berlangsung lima kali
pengumpulan data penduduk melalui sensus yaitu satu kali sebelum Indonesia merdeka pada
tahun 1930, dan empat kali setelah Indonesia merdeka masing-masing pada tahun 1961,
1971, 1980, dan 1990. Data jumlah penduduk dari keempat sumber ini cukup dapat
dipercaya.
Dalam masa 60 tahun terakhir antara 1930-1990 jumlah penduduk Indonesia hampir
menjadi tiga (3) kali lipat. Suatu percepatan perkembangan penduduk telah terjadi di
Indonesia dalam jangka waktu lima (5) dekade terakhir hingga tahun 1980. Namun pada
periode 1980-1990 perkembangan penduduk Indonesia secara keseluruhan telah menurun
menjadi sekitar 2,0 persen per tahun. Perkembangan penduduk tahunan yang sedang
berlangsung dewasa ini lebih rendah di Jawa dibandingkan dengan kebanyakan pulau-pulau
lain di luar Jawa.
2.2 Pengaruh kependudukan terhadap lingkungan
Kondisi Demografi yang Tidak Baik
Masalah ini meliputi penyebaran penduduk yang tidak merata, ketidakseimbangan angka
natalitas dan mortalitas yang berujung pada peledakan penduduk. Penyebaran penduduk yang
tidak merata dikarenakan oleh factorfaktor histories yang didukung oleh berbagai motif
ekonomi sehingga mendorong masyarakat untuk melakukan urbanisasi secara besar-besaran
ke “tanah yang dijanjikan”. Ketika tingkat interaksi manusia semakin meningkat maka salah
satu implikasinya adalah munculnya banyak keluarga yang memberikan sumbangsihnya
terhadap angka natalitas dan peledakan penduduk. Di samping itu, besarnya angka natalitas
sering dikaitkan oleh kultur budaya, misalnya budaya jawa menciptakan pola pikir bagi
masyarakatnya bahwa “banyak anak banyak rejeki”. Jika pepatah ini tidak diiringi dengan
rasionalisasi ekonomi maka ini akan menjadi masalah yang ruwet. Permasalahan-
permasalahan yang berkaitan dengan demografi ini biasanya juga terkait dengan tingkat
kemajuan masyarakat yang ada. Artinya semakin rendah tingkat pemahaman masyarakat
akan pentingnya penataan ruang demografi maka kondisi demografi yang baik sulit untuk
direalisasikan.
Lingkungan Sosial dan Ekonomi yang Tidak Sehat
Masalah ini meliputi persaingan yang kejam antar manusia dalam memenuhi kebutuhan
hidup sehingga tak jarang menimbulkan angka pengangguran yang besar akibat kalah dalam
persaingan dan seringkali berujung pada timbulnya berbagai tindak criminal akibat besarnya
kesenjangan sosial. Selain itu, kemiskinan merajalela di mana-mana. Berbagai paham
ekonomi yang sekarang tengah subur di muka bumi saling bersaing mencari pendukung dan
simpatisannya. Tak jarang hasil persaingan tersebut meminta tumbal jutaan orang di muka
bumi hidup tanpa pekerajaan. Kondisi ini kerap kali dialami oleh kaum urban yang mengadu
nasib di kota. Mereka yang hanya bersetatus sebagai “kuli” sering dipermainkan layaknya
komoditi yang bias diperas dan dieksploitasi. Dampak negative dari kondisi tersebut adalah
munculnya sejumlah orang “revolusionis” yang memberontak terhadap jalur persaingan yang
ada. Mereka menimbulkan aksi baru yang dikenal dengan kriminalitas sebagai jawaban atas
kejamnya pertarungan hidup. Terkadang permasalahan ini tidak ditelaah dari segi
penyebabnya untuk merumuskan tindakan preventifnya, namun lebih sering ditekankan
bagaimana tindakan kuratifnya.
Kualitas SDM Menurun dan Tingkat Pengetahuan Masyarakat Rendah
Masalah ini mencakup rendahnya kualitas manusia dari segi akademik dan non akademik.
Rendahnya pemahaman moral dan pengamalan serta penghayatan religius. Contohnya adalah
Indonesia yang penduduk muslinya adalah terbesar di dunia justru tidak memegang erat
ajaran-ajaran yang diyakininya. Moral rata-rata masyarakat bisa dikatakan sudah bobrok,
meskipun selalu ada sebagaian kecil yang merintis sebuah jalan menuju “Renaissance
Indonesia”. Rendahnya pengetahuan social masyarakat memicu timbulnya berbagai
kesalahpahaman yang seringkali dimanfaatkan oleh para provokator untuk mendendangkan
melodi konflik antar etnis dalam rangka mencari keuntungan yang sebesar-besarnya. Model
masyarakat yang sudah seperti ini akhirnya juga menjadi masyarakat yang sulit di atur.
Mereka kemudian menjadi masyarakat fanatic dan eksklusif. Kondisi semacam ini akan
menjadi “formula Darwin” dalam rangka mewujudkan salah satu seleksi alam.
Rendahnya Tingkat Kesehatan Masyarakat
Kelompok permasalahan ini merupakan implikasi dari permasalahanpermasalahan
sebelumnya. Permasalahan-permasalahannya meliputi kekurangan gizi, tidak terpenuhinya
kebutuhan pangan yang layak secara merata, perkembangan anak-anak yang terhambat dan
rendahnya angka umur panjang bagi penduduk lansia. Permasalahan-permasalahan mengenai
kesehatan merupakan implikasi terbesar dari masalah ekonomi. Ketika ekonomi masyarakat
hancur maka mustahil kebutuhan masyarakat akan kesehatan dapat terpenuhi. Karena
pelayanan kesehatan hanya dapat berlangsung jika pengetahuan dan kesadaran masyarakat
mumpuni didukung oleh stabilitas ekonomk yang kuat sebagai sumber pembiyayaanya.
Singkatnya, stabilitas ekonomi adalah kunci terselenggaranya pemenuhan kesehatan bagi
masyarakat. Hal itu terwujud ketika angka pengangguran semakin mengerucut sehingga
masyarakat dapat menyisihkan koceknya untuk memperdalam wawasannya dan terus
berinteraksi dengan zaman modern ini. Harapannya, status “orang pinggiran” yang sering di
dendangkan oleh Iwan Fals dapat tergantikan oleh idiom “orang berada”.
Rusaknya Lingkungan Alam Sekitar dan Eksploitasi SDM
Masalah ini meliputi kerusakan hutan akibat pengalihfungsian lahan menjadi pemukiman dan
persawahan atau bahkan sekedar illegal logging. Lahan produktif semakin berkurang, limbah
mulai menumpuk dan muncul lingkunganlingkungan kumuh akibat peledakan penduduk.
Masalah-masalah tersebut merupakan komplikasi dari seluruh permasalahan sebelumnya.
Perusakan-perusakan alam yang ada lebih banyak disebabkan oleh motif dan kepentingan
ekonomi manusia yang berada pada posisi puncak untuk dapat melanggengkan strata
sosialnya sebagai “Pangeran”. Aspek yang disoroti di sini tidak hanya pada eksploitasi SDM
yang kualitasnya di bawah rata-rata. Itulah sebabnya kemudian limbah mulai menumpuk
akibat industri-industri terpusat dan rumah tangga yang aktif beroperasi tanpa membuat
AMDAL. Mereka seenaknya melepas asap-asap beracun lewat cerobong-cerobong asap yang
lebar. Mereka bebas mengalirkan limbah-limbah busuk dan kotor ke sungai, laut dan akhirnya
membunuh biota yang ada. Dan yang lebih mengerikan, banyak manusia yang dipekerjakan
mirip seekor gajah atau kuda yang selalu dipukul sesuai kehendak penunggannya. Sebuah
kejahatan kemanusiaan yang sering diselubungi oleh alasan kedisiplinan. Demikianlah,
sekelumit permasalahan lingkungan yang berkaitan dengan kependudukan. Sebenarnya masih
banyak lagi permasalahan yang sanggup untuk membuat kita menangis. Namun semuanya itu
masih bias kita kendalikan bahkan kita ubah menjadi lebih baik selama kita mau menyadari
pentingnya menjaga keseimbangan lingkungan ini dan mengajak orang-orang terdekat kita
untuk cinta pada lingkungan sekitar. Lingkungan bukan hanya rimba dan laut, namun
orangorang yang ada di sekeliling kita juga. Mereka adalah bagian dari lingkungan.
Manusia memegang peran sebagai lakon utama dalam setiap tindakan yang
dilakukannya. Ledakan populasi dunia merupakan salah satu akibat yang ditimbulkan oleh
perilaku manusia sendiri. Kurangnya kontrol dan tanggung jawab terhadap kuantitas
keturunan menjadikan percepatan laju pertumbuhan penduduk semakin meningkat dalam
jangka waktu lima dasawarsa terakhir. Hal ini semakin memprihatinkan ketika jumlah
populasi yang kian meningkat tanpa dibarengi dengan peningkatan sarana dan prasarana yang
memadai dalam menunjang kehidupan yang manusiawi.
Fenomena masalah kependudukan yang terjadi secara global sekarang, seperti
peristiwa yang terjadi karena efek domino. Permasalahan kependudukan awalnya terjadi
karena kuantitas populasi global yang tak dapat terbendung. Keadaan tersebut menimbulkan
rentetan masalah baru, yang kesemua korbannya menjadi beban manusia juga. Masalah yang
timbul akibat ledakan populasi global antaralain kemiskinan, kerusakan lingkungan,
ketahanan pangan terancam, pengangguran, tingginya angka kematian ibu dan bayi,
kriminalitas, dan kualitas kesehatan dan pendidikan yang buruk. 33 Setiap peristiwa yang
buruk tentunya membutuhkan solusi yang positif membenahi itu semua.
Masalah kependudukan tidak hanya sebatas yang disebut di atas. Pesoalan migrasi
atau perpindahan penduduk juga akan menimbulkan masalah baru dalam rentetan persoalan
demografi. Misalnya arus urbanisasi yang semakin intens menambah kepadatan di pusat kota,
sehingga pemberdayaan pembangunan hanya terfokus pada satu titik. Prediksi mengenai
semua masalah kependudukan yang terjadi sekarang sebenarnya sudah diramalkan sejak era
Malthus dan kembali menguat pada pertengahan abad ke-19.
Sebelumnya, dalam Konferensi PBB tentang Kependudukan di Roma tahun 1954, Sir
Julian Huxley juga meramalkan jika pertumbuhan penduduk tidak terkendali, maka 50 tahun
mendatang, dunia akan penuh dengan persoalan, kemiskinan yang menghancurkan saraf,
melahirkan agresivitas, frustrasi yang lebih eksplosif, dan berbagai anomi atau patologi sosial
lainnya (Wilonoyudho, www.suaramerdeka.com, Juni 2011).
Paul Ehrlich dalam bukunya “The Population Bomb” pada tahun 1971,
menggambarkan penduduk dan lingkungan yang ada di dunia dalam tiga pandangan.
Pertama, dunia sudah terlalu banyak manusia. Kedua, keadaan bahan makanan sangat
terbatas; Ketiga, banyaknya manusia di dunia menyebabkan lingkungan menjadi rusak dan
tercemar. Perjalanan panjang persoalan demografi semakin menguat, Meadow Donella H
pada tahun 1972 menerbitkan buku dengan judul “The Limit to Growth”. 34 Meadow
merupakan penganut aliran Malthus dan hasil tulisannya tersebut dianggap sebagai karya
terbaik.
Tulisan Meadow menuliskan pertumbuhan eksponensial dari lima faktor kehidupan
manusia yang saling berhubungan, yaitu pertumbuhan penduduk, produksi pangan,
pertumbuhan industri, penggunaan sumber daya alam, dan pencemaran (polusi) (Neolaka,
2008: 8-9). Meadow menuliskan pada waktu persediaan sumber daya alam masih melimpah,
maka pasokan bahan makanan, hasil industri, dan jumlah penduduk akan bertambah dengan
cepat. Pertumbuhan tersebut akan turun sejalan dengan menurunnya persediaan sumber daya
alam, menurut prediksi model Meadow akan habis pada tahun 2100. Walaupun dibuat asumsi
yang bervariasi lima variabel tersebut, malapetaka seperti kelaparan, polusi, dan habisnya
sumber daya alam tidak dapat dihindari, hanya waktu yang dapat ditunda. Ada dua hal yang
dapat dilakukan menurut Meadow, yaitu membiarkan malapetaka itu terjadi, atau manusia
membatasi pertumbuhannya dan mengelola lingkungan alam dengan baik (Mantra, 2000: 70-
71).
Permasalahan kependudukan lahir karena ledakan pertumbuhan manusia yang tidak
teratasi berakibat pada persoalan berbagai bidang seperti masalah sosial, ekonomi, dan
politik. Hal ini yang membuat masalah kependudukan menjadi sesuatu yang menarik untuk
selalu dipelajari dalam ilmu demografi seperti yang ditulis oleh L R.Brown, P. L McGrath,
dan B Stoke. Mereka mengidentifikasi dimensi masalah 35 kependudukan yang terjadi di
dunia. Dimensi masalah demografi tersebut, antaralain:
Kelaparan, terjadi akibat tidak tersedianya sumber daya untuk mengembangkan
bahan pangan seperti terbatasnya pasokan air, tanah, energi, dan pupuk. Keadaan seperti ini
hampir terjadi di seluruh penjuru dunia.
Polusi, keberadaan populasi manusia yang terus meningkat berpotensi menganggu
ekosistem di bumi. Sebagai contoh Laut Mediterania menjadi hilir saluran pembuangan
sampah 400 juta manusia. Hal ini seiring terjadinya kepadatan penduduk, meningkatnya
bisinis pariwisata, perkembangan industri, dan kehidupan maritim yang tidak bertanggung
jawab. Dan akibatnya Laut Mediterania terancam menjadi laut mati.
Inflasi, terjadi karena tingginya permintaan akan suatu sumber daya, tetapi
keterbatasan suplai tidak dapat memenuhi beragam permintaan tersebut. Hal ini biasa terjadi
dalam bidang perekonomian yang nantinya suatu negara akan mengalami krisis.
Perumahan, semakin tingginya minat masyarakat untuk memenuhi kebutuhan primer
yaitu papan. Bisnis perumahan semakin meningkat sehingga tanah, semen, pasir, kayu, dan
bakar keberadaannya semakin menipis untuk memenuhi kebutuhan milyaran penduduk.
Pendapatan, yang dimaksud adalah jumlah upah/ gaji yang diterima tiap penduduk.
Di beberapa wilayah upah/ gaji yang diterima seseorang sangat minim dan berada di bawah
standar pendapatan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Energi, Setiap penduduk yang baru lahir di dunia membutuhkan banyak energi untuk
menyambung kehidupannya mulai dari kebutuhan makanan, pakaian, tempat tinggal, hingga
bahan bakar. Setiap bertambahnya satu penduduk di dunia berarti cadangan energi juga ikut
berkurang.
Pengangguran, perkembangan teknologi yang semakin maju tidak membuat
persoalan besar ini berakhir. Para ekonom memperkirakan tiap negara yang mengalami
pertumbuhan penduduk sebanyak tiga persen memerlukan peningkatan ekonomi sebanyak
sembilan persen. Hal ini untuk menjaga lapangan pekerjaan untuk penduduk tetap tersedia.
Banyak negara di dunia yang mengalami peningkatan populasi secara cepat, namun tidak
diimbangi dengan laju perekonomian yang menunjang. Fenomena tersebut menjadikan
perekonomian stagnan dan pengangguran semakin merajalela.
Buta Huruf, Salah satu yang terjadi adalah buta huruf, hal ini terjadi di beberapa
belahan dunia seperti di Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Pendidikan menjadi suram seiring
pertambahan penduduk yang kian mendesak, namun infrastruktur dan pengelolaan
pendidikan belum dijalankan secara optimal.
Kebebasan Individu, semakin banyak populasi dunia tentunya membutuhkan ruang
yang besar untuk melangsungkan hidup. Dan perlu adanya peraturan untuk menjaga
penggunaan sumber daya agar kelestariannya tetap terjaga (Weeks, 1986: 5)
Dampakdariledakanpenduduk
1.Terhadap udara dan air bersih
Di kota-kota besar yang padat penduduknya maka padat pula aktivitas nya, misalnya makin
banyak kendaraan bermotor yang membuang sisa pembakaran ke udara,padahal makin padat
penduduk,makin banyak udara bersih yang dibutuhkan,untuk mengatasinya maka perlu
dibuat taman kota sebagai paru-paru kota. Berkurang nya luas areal hutan yang banyak
dijadikan pemukiman oleh manusia, padahal hutan adalah paru-paru dunia,tempat untuk
udara bersih.Di beberapa kota air sungai merupakan bahan baku PAM,berkurang nya luas
areal hutan yang merupakan tempat cadangan air bersih makin mengurangiketersediaan air
bersih.
2.Terhadap kebutuhan pangan dan ketersediaan lahan
Makanan adalah kebutuhan primer manusia,tanpa makanan manusia tidak bisa hidup,masalah
pangan mulai muncul setelah pertumbuhan penduduk bertambah sangat cepat.Makin banyak
manusia makin banyak juga makanan yang harus dihasilkan.Apila produksi pangan tidak
dapat mengimbangi laju pertumbuhan penduduk,bahaya kelaparan dapat mengancam
manusia.
Manusia memerlukan lahan untuk pemukiman dan pertanian.Makin banyak penduduk,makin
luas lahan pemukiman yang dibutuhkan.Untuk memenuhi kebutuhan pangan,manusia
membuka hutan untuk lahan pertanian.Di beberapa daerah,lahan pertanian telah berubah
menjadi lahan pemukiman karena rumah juga merupakan suatu kebutuhan pokok manusia.
3.Terhadap kerusakan lingkungan
Manusia adalah faktor utama penyebab kerusakan lingkungan, banjir dan tanah longsor yang
merupakan faktor alam sebagian juga diesebabkan oleh manusia Untuk membuka lahan
manusia membuka hutan,hutan hujan tropis di dunia semakan berkurang, misalnya Brazil dan
Indonesia, penebangan hutan yang tidak terkendali berdampak negatif terhadap lingkungan,
berkurangnya luas areal hutan maka makin sedikit akar tumbuhan yang menahan air hujan,
akibatnya banjir bandang,erosi dan tanah longsor terjadi dan membawa lapisan tanah yang
subur,dan berkurangnya keanekaragaman hayati.
Kerusakan hutan tidak hanya disebabkan oleh penduduk yang berpindah-pindah.melainkan
perusahaan pemilik hutan,yang menebang hutan tidak sesuai aturan.
2.3 Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Masalah Kependudukan
Terdapat beberapa solusi yang bisa digunakan sebagai upaya pencegahan atas masalah
kependudukan, diantaranya:
1. Melaksanakan program KB (2 anak lebih baik)
2. Menunda pernikahan dini
3. Meratakan pertumbuhan penduduk

Dari solusi tersebut, diharapakan Pertumbuhan Penduduk di negara Indonesia bisa lebih
stabil dan hidup masyarakat Indonesia menjadi lebih baik lagi dari yang sebelumnya.
Indonesia dengan jumlah penduduknya kira-kira 185 juta, termasuk negara-negara
yang paling banyak jumlah penduduknya. Karena itu, hal-hal yang berkaitan dengan
jumlah penduduk ini penting sekali di Indonesia. Kalau di masa depan jumlah ini mau
jadi lebih banyak lagi, pasti ada lebih banyak masalah sosial lagi. Pemerintah Indonesia
sudah mengambil dua macam tindakan untuk mencegah masalah sosial ini. Yang pertama
adalah program KB atau Keluarga Berencana dan yang kedua adalah program
transmigrasi.
Kedua program ini sudah lama dapat banyak kritik, dari dalam negeri dan dari luar
negeri.
Berikut kekurangan dan kelebihan dari masing-masing program :
1. Program Transmigrasi
Program transmigrasi adalah program nasional untuk memindahkan kelompok penduduk
dari satu tempat ke tempat yang lain. Misalnya, kalau ada tempat di mana ada terlalu
banyak penduduk, di sana pasti ada banyak masalah, seperti masalah kesehatan, masalah
tanah, dan masalah sosial yan lain. Untuk mencegah masalah itu, pemerintah coba
memindahkan penduduk dari tempat-tempat seperti itu ke tempat yang lain di mana
jumlah penduduknya sedikit. Jadi dulu, penduduk Jawa, Madura dan Bali sudah
dipindahkan ke Irian Jaya,Sumatra, dan Kalimantan.
Program transmigrasi ini sudah banyak menolong penduduk Indonesia. Peserta program
transmigrasi diberi sebuah rumah, alat-alat untuk bertani dan sedikit uang. Ada sekolah
dan puskesmas. Setelah dipindahkan, kehidupan mereka lebih baik daripada dulu.

Program ini dapat banyak kritik. Kritik yang pertama adalah mengenai hutan yang
menghilang karena transmigran. Mereka menebang pohon-pohon untuk mempersiapkan
ladang mereka. Kemudian, dulu ada kelompok transmigran di Kalimantan yang tidak
diberi fasilitas untuk bertani. Jadi, mereka tidak bisa berdikari (yaitu: “BERDIri di atas
KAkinya sendiRI”). Juga ada masalah kehilangan tempat tinggal orang setempat seperti
orang Kubu di Sumatra dan orang Dayak di Kalimantan. Tanah mereka diambil orang
transmigran yang baru. Menurut saya, masalah-masalah ini dibesarkan dengan sengaja.
Program transmigrasi memang berhasil. Sudah 3.6 juta orang dipindahkan dalam
program ini, dan kehidupan mereka sekarang jauh lebih baik daripada dulu.
2. Program Keluarga Berencana
Dalam program Keluarga Berencana (“Dua Anak Cukup!”), suami-istri diberi informasi
dan alat/obat kontrasepsi. Dengan ini, pemerintah mencoba untuk mencegah kelahiran
terlalu banyak anak. Kritik atas program ini adalah kritik mengenai obat kontrasepsi
yang bernama “Norplant”. Perempuan yang pakai Norplant itu tidak bisa beranak lagi
untuk selamanya. Dan ada juga orang yang bilang bahwa perempuan dipaksa untuk pakai
Norplant ini (Norplant ada sebuah obat yang disuntikkan di bawah kulit). Kami
berpendapat bahwa kedua program ini, yaitu transmigrasi dan Keluarga Berencana,
memang sudah berhasil. Sekarang di Indonesia, jumlah anak yang lahir setiap tahun
sudah menurun. Kalau Indonesia mau mencegah masalah yang berkaitan dengan jumlah
penduduk, saya rasa pemerintah harus meneruskan kedua program ini.Selain itu, terdapat
beberapa upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk mengatasi masalah-masalah
tersebut adalah:
1. Jumlah penduduk dan pertumbuhannya diatasi dengan program Keluarga Berencana
(KB)
2. Persebaran dan Kepadatan penduduk diatasi dengan:
a. Program Transmigrasi
b. Pembangunan lebih intensif di Kawasan Indonesia Timur.
3. Tingkat kesehatan yang rendah diatasi dengan:
a. Pembangunan fasilitas kesehatan seperti Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dan
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
b. Pelayanan kesehatan gratis bagi penduduk miskin
4. Tingkat pendidikan yang rendah diatasi dengan:
a. Penyediaan fasilitas pendidikan yang lebih lengkap dan merata di semua daerah di
Indonesia.
b. Penciptaan kurikulum pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja
c. Peningkatan kualitas tenaga pengajar (guru dan dosen) di lembaga pendidikan milik
pemerintah
d. Penyediaan program pelatihan bagi para pengajar dan pencari kerja
e. Mempelopori riset dan penemuan baru dalam bidang IPTEK di lembaga-lembaga
pemerintah
5. Tingkat pendapatan yang rendah diatasi dengan:
a. Penciptaan perangkat hukum yang menjamin tumbuh dan berkembang- nya
usaha/investasi, baik PMDN ataupun PMA.
b. Optimalisasi peranan BUMN dalam kegiatan perekonomian, sehingga dapat lebih
banyak menyerap tenaga kerja.
c. Penyederhanaan birokrasi dalam perizinan usaha.
Pembangunan/menyediakan fasilitasd umum (jalan, telepon) sehingga dapat mendorong
kegiatan ekonomi.
EKOLOGI SEBAGAI DASAR ILMU LINGKUNGAN

A. PengertianEkologi
Ekologiadalahilmu yang mempelajariinteraksi antara organisme dengan lingkungannya
dan lainnya .Berasal dari kata Yunani oikos yang berarti habitat dan logos yang berarti ilmu.
Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun
interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya.
Sekitar tahun 1900, ekologi diakui sebagai ilmu dan berkembang terus dengan cepat,
apalagi saat dunia sangat peka dengan masalah lingkungan dalam mengadakan dan
memelihara mutu peradaban dunia.Ekologi merupakan cabang ilmu yang mendasari dan
selalu berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.Hal tersebut dikarenakan prinsip-prinsip
ekologi dapat menerangkan dan memberikan ilham dalam mencari jalan untuk mencapai
kehidupan yang lebih layak.Tidak ada satu cabang ilmu pun yang dapat mengabaikan
ekologi. Sebagai contohnya adalah masalah globalisasi lingkungan, pastinya tidak akan
pernah luput dengan yang namanya ekologi.
Istilah ekologi pertama kali dikemukakan oleh Ernst Haeckel (1834 – 1914). Dalam
ekologi, makhluk hidup dipelajari sebagai kesatuan atau sistem dengan lingkungannya.
Secara harfiyah Ekologi adalah pengkajian hubungan organisme-organisme atau kelompok
organisme terhadap lingkungannya. Ada juga yang mengatakan bahwa ekologi adalah suatu
ilmu yang mencoba mempelajari hubungan antara tumbuhan, binatang, dan manusia dengan
lingkungannya di mana mereka hidup, bagaimana kehidupannya, dan mengapa berada di
tempat tersebut.
Ekologi merupakan salah satu cabang Biologi yang hanya mempelajari apa yang ada
dan apa yang terjadi di alam dengan tidak melakukan percobaan. Tetapi biasanya ekologi
didefinisikan sebagi pengkajian hubungan organisme-organisme atau kelompok-kelompok
organisme terhadap lingkungannya, atau ilmu hubungan timbal-balik antara organisme-
organisme hidup dan lingkungannya. Sebab ekologi memperhatikan terutama biologi
“golongan-golongan” organisme dan dengan proses-proses fungsional di daratan dan air
adalah lebih tetap berhubungan dengan upaya mutakhir untuk mendefinisikan ekologi sebagai
pengkajian struktur dan fungsi alam, telah dipahami bahwa manusia merupakan bagian dari
pada alam.
Menurut Odum (1971) ekologi mutakhir adalah suatu studi yang mempelajari struktur
dan fungsi ekosistem atau alam di mana manusia adalah bagian dari alam. Struktur di sini
menunjukan suatu keadaan dari sistem ekologi pada waktu dan tempat tertentu termasuk
kerapatan atau kepadatan, biomas, penyebaran potensi unsur-unsur hara (materi), energi,
faktor-faktor fisik dan kimia lainnya yang mencirikan sistem tersebut. Sedangkan fungsinya
menggambarkan sebab-akibat yang terjadi dalam sistem. Jadi pokok utama ekologi adalah
mencari pengertian bagaimana fungsi organisme di alam.
B. RuangLingkupKajianEkologi
Kajian mengenai ekologi tidak terlepas dari kajian mengenai sistem makhluk-hidup atau
biosistem. Biosistem tersusun atas komponen biotik dan komponen abiotik, Setiap
Komponen biotik membutuhkan semua komponen abiotik yang meliputi materi,
energi, ruang, waktu dan keanekaan untuk membentuk biosistem secara utuh.
Secara hirarkis komponen biotik dan komponen abiotik yang membentuk biosistein
tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini

Komponen Biotik Komponen Abiotik Biosistem


Gen Materi Sistem gen
Sel Energi Sistem sel
Organ Ruang Sistem organ
Individu Waktu Organisme
Populasi Keanekaan Sistempopulasi
Komunitas Ekosistem
Ekosistem Ekosfer

Gen sebagai komponen biotik dapat membentuk sistem gen apabila


memiliki materi, energi, ruang, waktu dan keanekaan.Demikian pula komponen biotik
yang lain. Berdasarkan hal tersebut di atas, ruang lingkup kajian ekologi dimulai
dari tingkat populasi sebagai komponen biotiknya dan sistem populasi pada
tingkat biosistemnya, karena yang ditekankan di sini adalah interaksi individu
dengan individu yang lain, baik yang sejenis maupun yang tidak sejenis.
C. Konsep Ekologi
Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen
penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik antara lain suhu, air,
kelembaban, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang
terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan
tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang
saling memengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan. Ekologi
mempelajari bagaimana makhluk hidup dapat mempertahankan kehidupannya dengan
mengadakan hubungan antar makhluk hidup dan dengan benda tak hidup di dalam tempat
hidupnya atau lingkungannya. Ekologi, biologi dan ilmu kehidupan lainnya saling
melengkapi dengan zoologi dan botani yang menggambarkan hal bahwa ekologi mencoba
memperkirakan, dan ekonomi energi yang menggambarkan kebanyakan rantai
makanan manusia dan tingkat tropik. Hubungan keterkaitan dan ketergantungan
antaraseluruh komponen ekosistem harus dipertahankan dalam kondisi
yang stabil dan seimbang (homeostatis). Perubahan terhadap salah satu komponen akan
memengaruhi komponen lainnya.Homeostatis adalah kecenderungan sistem biologi untuk
menahan perubahan dan selalu berada dalam keseimbangan. Ekosistem mampu memelihara
dan mengatur diri sendiri seperti halnya komponen penyusunnya
yaitu organisme dan populasi. Dengan demikian, ekosistem dapat dianggap
suatu cibernetik di alam.
D. PengertianLingkungan
Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya
alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah
maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti
keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut.Lingkungan terdiri dari
komponen abiotik dan biotik. Komponen abiotik adalah segala yang tidak bernyawa seperti
tanah, udara, air, iklim, kelembaban, cahaya, bunyi. Sedangkan komponen biotik adalah
segala sesuatu yang bernyawa seperti tumbuhan, hewan, manusia dan mikro-organisme (virus
dan bakteri).Ilmu yang mempelajari lingkungan adalah ilmu lingkungan atau ekologi. Ilmu
lingkungan adalah cabang dari ilmu biologi.
Menurut Otto Soemarwoto pengertian lingkungan hidup adalah jumlah semua benda
dan kondisi yang ada dalam ruang yang kita tempati yang mempengaruhi kehidupan kita.
Sedangkan Munadjat Danusaputro memberikan pengertian lingkungan hidup sebagai semua
benda dan kondisi termasuk di dalamnya manusia dan tingkah perbuatannya, yang terdapat
dalam ruang tempat manusia berada dan mempengaruhi hidup dan kesejahteraan manusia dan
jasad hidup lainnya (Siahaan, 1987:1). Menurut Ehrlich dan kawan-kawan merumuskan
tentang lingkungan sebagai berikut (Ehrlich, Holdren, 1973:38): “For our purpose, the
environment is the unique skin of soil, water, gaseous, atmosphere, mineral nutrients, and
organisms that covers this otherwise undistinguished planet”.

L.L. Bernard (dalam Siahaan, 1987:12) membagi lingkungan atas empat macam, yaitu :
1. Lingkungan fisik (anorganik), lingkungan yang terdiri dari gaya kosmik dan
fisigeografis :tanah, udara, air, radiasi, gaya tarik, ombak dan sebagainya
2. Lingkungan biologi (organik),segala sesuatu yang bersifat biotis
3. Lingkungan Sosial , terdiri dari :
a. Fisiososial, yaitu yang meliputi kebudayaan materiil : peralatan, senjata, mesin,
gedung dan sebagainya
b. Biososial manusia dan bukan manusia, yaitu manusia dan interaksi terhadap
sesamanya dan hewan beserta tumbuhan domestik dan semua bahan yang digunakan manusia
yang berasal dari sumber organik
c. Psikososial, yaitu yang berhubungan dengan tabiat bathin manusia, seperti sikap,
pandangan, keinginan, keyakinan. Hal ini terlihat dari kebiasaan, agama, ideologi, bahasa dan
lain-lain.
E. Pokok- Pokok Ilmu Lingkungan Dan Ekologi
Mahluk hidup lain bukan sekedar kawan hidup bersama manusiasecara pasif atau netral,
melainkan sangat terkait dengan mereka,tanpa mereka, manusia tidak dapat hidup sebagai
contoh, bagaimana bila di bumi ini tidak ada oksigen dan makanan? dari tumbuhan dan
hewan manusia memperoleh materi dan energi sebaiknya disadari, bahwa manusia
membutuhkan mahluk hiduplain untuk kelangsungan hidupnya (manusia, tumbuhan, hewan,
jasadrenik) yang menempati ruang tertentu, di mana dalam ruang tersebutterdapat benda tidak
hidup (abiotik) berupa tanah, air dan udara Sifat lingkungan ditentukan oleh berbagai hal,
diantaranya :
1. Jenis dan jumlah masing-masing unsur lingkungan tersebut
2. hubungan atau interaksi antara unsur dalam dalam lingkungan tersebut
3. faktor kelakuan (kondisi) unsur lingkungan hidup
4. non material
lingkungan panas, silau, dan bising akan berbeda dengan lingkungan sejuk yang dengan ca-
haya cukup tapi tenang.
Dalam ekologi hubungan antara mahluk hidup dengan lingkungannya (ekosistem) bersifat
objektif, manusia dipandang sama dengan mahluk hidup lain, pandangan hubungan antara
manusia dengan lingkungan bersifat subyektif. Dalam ilmu lingkungan manusia mempunyai
hak khusus, semuanya dipandang dari kepentingan manusia, tetapimanusia juga harus mem-
punya tanggung jawab yang paling besar terhadap lingkunanya dimana tanggung jawab ini
tidak mungkin diserahkan kepada mahluk hidup lain.

F. Pandangan Para AhliterhadapEkologidanilmuLingkungan

Soemarwoto dalam Darsono (1995:16) “Ekologi adalah ilmu tentang hubungan timbal
balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya”.
Resosoedarmo dkk, (1985:1) “ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal
balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya”.
Subagja dkk, (2001:1.3). “Ekologi merupakan bagian ilmu dasar”Dalam ilmu lingkungan
manusia mempunyai hak khusus, semuanya dipandang dari kepentingan manusia, tetapi
manusia juga harus mempunyai tanggung jawab yang paling besar terhadap lingkungannya
dimana tanggung jawab ini tidk mungkin diserahkan kepada makhluk hidup lain.Manusia
memandang alam dari sudut pandang manusia, yaitu antroposentrik. Manusia menganggap
alam diciptakan untuk kepentingan dirinya. Secara implicit bahwa sudah sejak lama telah
dibutuhkan bangun alam agar tercipta lingkungan yang sesuai dengan kehidupan manusia.
Ilmu dan tekhnologi diciptakan untuk menguasai alam.Dengan pandangan antroposentrik
yang disertai dengan keinginan taraf hidup yang maki tinggi dan perkembangan ilmu dan
teknologi yang amat pesat, eksploitasi lingkungan semakin meningkat. Kecenderungan
peningkatan itu ditambah pula oleh anggapan adanya sumber daya umum yang dimiliki
bersama atau boleh dikatakan tidak ada yang memiliki.Oleh karena itu perlunya mempelajari
ilmu lingkungan hidup agar dapat menempatkan diri sesuai dengan porsinya di dalam
lingkungan yang harus kita jaga.
G. Ekologi dalam Ilmu Lingkungan
Ekologi merupakan salah satu ilmu dasar bagi ilmu lingkungan. Berbicara ekologi
pasti berbicara mengenai semua makhluk hidup dan benda-benda mati yang ada di dalamnya
termasuk tanah, air, udara dll. Dimana lingkungan yang ditempati berbagai jenis makhluk
hidup tersebut saling mempengaruhi dan dipengaruhi.
Makhluk hidup dalam memenuhi kebutuhannya tidak terlepas dari bantuan makhluk
hidup lain, contohnya makhluk hidup membutuhkan pelepas dahaga yaitu air, manusia
membutuhkan energy yaitu makanan baik sumber makanannya dari tumbuhan-tumbuhan
maupun hewan, dsb.
Adanya interaksi dan hubungan antara manusia dengan lingkungannya disebut
ekologi. Ilmu lingkungan dapat juga dianggap sebagai titik pertemuan “ilmu murni” dan
“ilmu terapan”. Ilmu lingkungan sebenarnya ialah ekologi (ilmu murni yang mempelajari
pengaruh faktor lingkungan terhadap jasad hidup), yang menerapkan berbagai asas dan
konsepnya kepada masalah yang lebih luas, yang menyangkut pula hubungan manusia
dengan lingkungannya.
Dalam ilmu lingkungan, seperti dalam halnya ekologi, jasad hidup pada dasarnya dipelajari
dalam unit populasi. Populasi dapat dikatakan sebagai kumpulan individu spesies organism
hidup yang sama. Menentukan populasi memang sukar, kalau anggotanya terpisah-pisah
dalam sebuah wilayah, dimana jarak menjadi sebagi penghalang antar individu, seperti
halnya gajah atau harimau di Asia, pohon cemara di Eropa, bahkan manusia di dunia.
Cara menentukan batasan populasi yang lebih baik didasarkan kepada pengaruh satu
individu terhadap individu yang lain dalam suatu populasi. Populasi dipandang sebagai suatu
system yang dinamis daripada segala individu yang selalu melakukan hubungan. Maka
populasi adalah kumpulan individu sebuah spesies, yang mempunya potensi untuk berbiak
silang antara satu individu dengan individu yang lain.
Kalau jumlah individu populasi per unit luas bertambah dalam perjalanan waktu,
dikatakan kepadatan populasi itu naik. Kalau kepadatan populasi itu naik, sehingga
kebutuhan populasi itu akan bahan makanan, tempat tinggal, dan kebutuhan hidup lain-lain
menjadi di luar kemampuan alam lingkungan untuk menyediakan atau menyokong
secukupnya, sehingga timbullah persaingan (kompetisi).
Kalau jumlah individu populasi per unit luas bertambah dalam perjalanan waktu,
dikatakan kepadatan populasi itu naik. Kalau kepadatan populasi itu naik, sehingga
kebutuhan populasi itu akan bahan makanan, tempat tinggal, dan kebutuhan hidup lain-lain
menjadi di luar kemampuan alam lingkungan untuk menyediakan atau menyokong
secukupnya, sehingga timbullah persaingan (kompetisi).
Menurut Soeriaatmadja (1989:4), “Persaingan menimbulkan 2 akibat. Dalam jangka
waktu yang singkat, menimbulkan akibat ekologi dan dalam jangka waktu yang panjang
menimbulkan akibat evolusi”.
H. Populasi
Planet bumi pada saat ini kurang lebih ditemui 5 juta species vegetasi, 10 juta spesies
vegetasi, 10 juta spesies binatang dan mungkin sebanyak 2-3 juta spesies mikroorganisme
yang kira-kira baru baru 10 % dari semua organisme itu baru berhasil didentifikasi dan diberi
nama.Populasi merupakan bagian dari ekologi, dimana Populasi adalah sebagai kumpulan
individu organisme disuatu tempat yang memiliki sifat serupa, mempunyai asal usul yang
sama, dan tidak ada yang menghalangi individu anggotanya untuk berhubungan satu sama
lain dan mengembangkan keturunannya secara bebas karena individu itu merupakan
kumpulan heteroseksual. Wirakusumah (2003:1).Populasi dibagi 2, pertama, adalah
organisme yang sama-sama memiliki organisme biologic pada jenjang yang lebih bawah dan
kedua, yang memiliki sifat yang unik. Sifat individu organsme yang inherendengan sifat
populasi, yang watak diagnostiknya adalah tumbuh, reaksi terhadap lingkungan, dan
reproduksi.
Dalam lingkungan kondisi ideal apabila tidak ada hambatan fisik dan biologic,
populasi dapat dipandang memiliki kadar pertambahan intrinsic maksimal (potensi abiotik).
Contoh: ikan paus yang menonjol potensi biotiknya rendah, akan tetapi secara alami paus
itupun menunjukkan kadar mortalitas yang rendah pula sebanding dengan jumlah populasi
secara alami yang rata-ratanya tetap dipantau.
Hal ini terjadi juga bagi makhluk lain hingga pada kenyataannya teori pertumbuhan populasi
eksponensial itu senantiasa mendapat perlawanan lingkungan (environtmental resistance)
yang menurunkan natalitas dan meningkatkan mortalitas.Pada dasarnya konsep pertumbuhan
populasi yang ditelusuri bagi makhluk bukan manusia harus berlaku juga bagi manusia yang
disebut oleh para pakar sebagai dinamika populasi, atau demografi. Patokan-patokan khusus
bagi manusia diantaranya laju pertumbuhan dan populasi stabil.
Soeriaatmadja (1989:5),, “ada 2 faktor lingkungan yang dapat menurunkan daya biak
populasi yaitu density dependent factor dan density independent factor”. Faktor yang
bergantung kepada kepadatan populasi itu sendiri (density dependent factor), misalnya
kekurangan bahan makanan, kekurangan ruang untuk hidup karena populasi terlampau padat.
Sedang factor yang tak bergantung kepada kepadatan populasi (density independent factor),
umpamanya terdapat penurunan suhu lingkungan secara drastic dan mendadak, atau angin
rebut yang melanda siuatu daerah pada suatu musim, sehingga banyak membunuh banyak
individu dalam sebuah populasi.
Ada empat bentuk populasi oleh manusia:
– Biomasa, ialah berat total populasi. Jumlah individu dalam populasi x berat rata-rata
individu tersebut. Hasil bawaan/standing crop, ialah jumlah individu atau biomasa
suatu populasi pada suatu waktu tertentu.
– Produktivitas, ialah jumlah jaringan hidup yang dihasilkan oleh suatu populasi
dalam suatu jangka waktu tertentu.
- Kepadatan individu dalam suatupopulasi, langsung dapat dikaitkan dengan
keanekaragaman.
-
I. Komunitas
Margalef dalam Soeriaatmadja (1989:6) mengemukakan bahwa “untuk menentukan
keanekaragaman komunitas perlu dipelajari aspek keanekaragaman itu dalam organisasi
komunitasnya, misalnya: mengalokasikan individu populasinya ke dalam spesiesnya,
menempatkan spesies tersebut ke dalam habitat atau nicianya, menentukan kepadatan
relatifnya dalam habitat tersebut, menempatkn tiap individu ke dalam tiap individu ke dalam
tiap habitatnya, dan menentukan fungsinya”.Komunitas merupakan kesatuan dinamik dari
hubungan fungsional diantara populasi anggotanya berperan pada posisinya masing-masing
menyebar dalam ruang dan tipe habitatnya, keanekaragaman spesies komunitas dan spectrum
interaksi sesamanya serta pola-pola aliran energy dan nutrisi dalam komunitas menuju suatu
keseimbangan.Makin beranekaragam suatu komunitas, makin tinggi organisasi di dalam
komunitas tersebut. Komunitas seperti halnya tingkat organisasi jasad hidup lain, mengalami
serta menjalani siklus hidup juga, artinya komunitas itu lahir, meningkat dewasa, dan
kemudian bertambah tua. Komunitas secara alami tidak perbah mati.Komunitas yang lahir di
atas bongkahan batu lava sebuah gunung berapi yang belum lama meletus, permulaan sekali
komunitas itu hanya berupa tumbuhan ‘pelopor’. Seperti ganggang lumut, lumut kerak, dan
paku-pakuan.Tumbuhan pelopor ini akan mengubah keadaan lingkungan sedemikian rupa,
sehingga tumbuhan dan hewan lain kemudian dapat pindah dan hidup disitu. Lama-kelamaan
komunitas komunitas itu akan dikuasai oleh spesies yang dapat hidup unggul, stabil, dan
mandiri di dalamnya. Proses semacam ini seluruhnya disebut aksesi, sedangkan komunitas
yang sudah mencapai kemantapan disebut komunitas yang sudah mencapai puncak atau
klimaks.
J. Daya dukung Lingkungan dan Rantai Makanan
Lingkungan tidak dapat mendukung jumlah kehidupan yang tanpa batas. Kemampuan
lingkungan untuk mendukung kehidupan yang ada di dalamnya disebut daya dukung
lingkungan.Dunia tidak akan mampu menyangga jumlah manusia yang tanpa batas. Apabila
daya dukung lingkungan itu terlampaui maka manusia akan mengalami berbagai
kesulitan.Ekosistem berfungsi karena adanya aliran energy dan materi. Saling pengaruh dan
mempengaruhi antara energy dan daur materi di dalam ekosistem akan menghasilkan
homeostatis yang mantap.Dialam terjadi aliran energi dalam bentuk rantai makanan, jaring
makanan dan produktifitas energy. Aliran energy itu berlangsung dari satu organism ke
organisme lain atau dari satu tingkat makanan ke tingkat makanan yang lain yang membentuk
rantai energy atau rantai makanan.
Pada rantai makanan, organism dalam ekosistem dikumpulkan menjadi beberapa
kelompok, yang masing-masing mempunyai jarak transfer makanan tertentu dari sumber dari
sumber energy yang masuk ekosistem. Tumbuhan yang dapat membentuk bahan organic dari
mineral dan energy matahari dengan proses fotosintesa, merupakan komponen produsen
dalam ekosistem.Organisme yang menggunakan bahan orgaik yang telah dibentuk oleh
produsen merupakan komponen konsumen dalam ekosistem.
K. Ekosistem dan Lingkungan Hidup
Manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa adanya tumbuhan dan binatang di sekitarnya.
Selain itu manusia memerlukan ruang, waktu, cahaya, air, udara, tanah serta kondisi
iklim tertentu yang dipengaruhi suhu, kelembaban, curah hujan untukdapat hidup secara
wajar. Kumpulan organisme hidup dan benda mati tersebut yang berada bersama-sama
pada suatu tempat akan saling mempengaruhi satu dengan lainnya, membentuk suatu
kesatuan sistem yang disebut sebagai sistem ekologi (ecological system) atau
ekosistem. istilah ekosistem ini pertama kali dikemukakan oleh Tinsley (1935). la
menyebutkan bahwa ekosistem merupakan sistem hubungan timbal balik antara
komponen biotik (komunitas dan populasi) dengan komponen abiotiknya. Oleh karena
itu ekosistem seringkali disebut sebagai satuan fungsional dasar di dalam ekologi.
Di dalam Undang-undang No. 23 tahun 1997 tentang Pokok-pokok Penge lolaan
Lingkungan Hidup, Pasal I disebutkan bahwa ekosistem adalah tatanan kesatuan
antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Dijelaskan pula
bahwa lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan
makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi
kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.
Ruang merupakan tempat bagi komponen lingkungan hidup melakukan suatu proses. Daya
merupakan sesuatu yang memberikan kemampuan dalam melakukan kerja. Keadaan
merupakan suatu kondisi atau situasi. Kondisi ini ada yang dapat mendukung
berlangsungnya interaksi di antara komponen penyusun ekosistem adapula yang menghambat
berlangsungnya interaksi secara harmonis.
Emil Salim (1990 dalam Darsono, 1992) mengartikan lingkungan
hidup sebaga segala benda, kondisi, keadaan dan pengaruh yang terdapat dalam ruangan
yang kita tempati dan mempengaruhi hal yang hidup, termasuk kehidupan
manusia.Pengertian ruang lingkungan menurut pengertian ini sangat luas, oleh karena
itu pembahasan mengenai ruang lingkungan dapat dibatasi oleh faktor-faktor yang
dapat dijangkau oleh manusia seperti faktor alam, faktor politik, faktor ekonomi dan faktor
social.
Secara umum sangat sulit untuk menentukan batas-batas suatu ekosistem. Batas-
batas ekosistem sering ditentukan secara abstrak untuk memudahkan pengkajian.
Berdasarkan karakteristik habitatnya dikenal ekosistem sawah, danau, hutan, taman, padang
rumput, kelautan dan sebagainya.
L. Ekosistem Alami dan Ekosistem Binaan
Sehubungan dengan ada tidaknya campur tangan manusia di dalam
ekosistem, dikenal dua macam ekosistem yaitu ekosistem alami yang belum terjamah
oleh manusia dan ekosistem binaan yang ada karena adanya campur tangan manusia. Pulau
yang tidak dihuni oleh manusia karena tidak layak dihuni atau tidak boleh dihuni karena
dilindungi oleh undang-undang merupakan contoh ekosistem alami. Demikian pula hutan
belantara dan sungai-sungai. Ekosistem binaan yang kini makin bertambah banyak
karena memiliki keuntungan langsung secara ekonomis adalah ekosistem yang
kompomponennya didominasi oleh tanaman-tanaman pertania/hortikultura seperti
persawahan dan perkebunan. Selain itu akuarium atau kolam ikan juga merupakan suatu
contoh ekosistem binaan.
Ekosistem alami berupa hutan atau semak belukar dapat berubah menjadi ekosistem
binaan dalam bentuk persawahan atau pemukiman. Demikian pula ekisistem binaan seperti
hutan kota dan hutan lindung beransu-ansur dapat menjadi ekosistem alami apabila tidak
terpelihara dengan baik. Beberapa perbedaan antara lain ekosistem alami dan ekosistem
binaan dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 Perbedaan Ekosistem Alami dan Ekosistem Binaan
Ekosistem Alami Ekosistem Binaan
Dapat memenuhi kebutuhan sendiri Tidak dapat
Dapat memenuhi energinya sendiri Perlu mendapat energy dari luar
Tidak menimbulkan pencemaran Menimbulkan pencemaran
Membentuk keseimbangan sendiri Keseimbangannya mudah terganggu
Dapat memulihkan tubuhnya sendiri Tidak dapat memulihkan dirinya sendiri
Tidak membutuhkan perawatan Membutuhkan Perawatan
M. Komponen Ekosistem
Secara umum ekosistem terdiri dari komponen-komponen penyusunan yang bersifat
hidup (biotik) dan tak hidup (abiotik) yang saling berhungan satu sama lain. Ini berarti dalam
struktur maupun dalam fungsi komponen-komponen tersebut merupakan suatu kesatuan yang
tidak terpisahkan. Apabilah salah satu komponen terganggu maka komponen yang lain cepat
atau lambat akan terpengaruh pula.
Komponen abiotik meliputi semua faktor yang bersifat tidak hidup seperti cahaya,
tanah, air dan udara. Komponen air meliputi suhu air, gerakan air. Konsebtrasi garam dalam
air (salinitas), dan keasaman air (pH) sedangkan komponen udara meliputi suhu udara,
kelembaban dan angin sebagai udara yang bergerak. Komponen tanah meliputi tekstur tanah
(komposisi partikel tanah seperti liat, pasir dan debu), kandungan unsur hara (oksigen,
kalsium, garam-garam nitrogen, bahan organik dan anorganik di dalam tanah) dan nilai
keasaman tanah (pH). Faktor-faktor tersebut dapat terjadi tempat mengalirnya energi dan
menjadi faktor penentu bagi berlangsungnya proses-proses biologis di dalam tubuh makhluk
hidup.
Komponen biotik suatu ekosistem terdiri atas hewan, tumbuhan serta
mikroorganisme. Tumbuhan merupakan komponen biotik satu-satunya yang memiliki zat
hijau daun (klorofil) sehingga mampu melakukan proses fotosintesis, mengubah bahan
organik di lingkungannya menjadi bahan organik yang dapat di manfaatkan oleh makhluk
lainnya. Karbondioksida dari udara, air dari dalam tanah dengan bantuan energimatahari
dapat diubah menjadi karbohidrat. Karbohidrat inilah yang dapat menjadi sumber energi bagi
makhluk hidup lainnya. Oleh karena itu tumbuhan disebut sebagai produsen, sedangkan
hewan herbivora, hewan karnivora yang memakan hewan herbivora dan hewan-hewan lain
disebut sebagi konsumen.
Mengingat tumbuhan juga merupakan mahluk hidup yang dapat mensintesis
makanannya sendiri maka tumbuhan disebut juga sebagai organisme ototrofik, sedangkan
makhluk hidup yang hanya mampu memanfaatkan bahan organik yang diproduksi oleh
organisme ototrof sebagai bahan makanannya disebut organisme heterotrof. Yang termasuk di
dalam kelompok ini adalah hewan, sebagian besar mikro-organisme serta manusia.
Tumbuhan juga disebut sebagai makhluk hidup fotoototrof karena dapat mensintesis
makanannya sendiri dengan menggunakan energi cahanya.
Matahari merupakan sumber energi utama di muka bumi ini. Tumbuhan dapat
langsung memanfaatkan energi matahari untuk melangsungkan proses fotosintesis, sedangkan
hewan memanfaatkan energi matahari secara tidak langsung dengan terlebih dahulu
memakan tumbuhan. Pengiriman energi matahari dari matahari ke tumbuhan, kemudian dari
tumbuhan ke konsumen I, dan seterusnyadisebut jarak transfer energi. Oleh karena itu
berdasarkan jarak transfer energinya, tumbuhan disebut sebagai tingkatan trofik I, konsumen
I disebut tingkatan trofik II, konsumen II disebut tingkatan trofik III dan konsumen III
disebut tingkatan trofik IV
Secara ringkas, penamaan komponen biotik di dalam ekosistem adalah seperti tampak
pada Tabel 3.2. berikut ini.
Tabel 3.2 : Berbagai macam penamaan komponen biotik suatu ekosistem
Dasar penamaan Komponen Biotik di dalam Ekosistem
1. Jenis makhluk hidup Tumbuhan Herbivora Karnivora I Karnivora II
2. Fungsi di dalam Produsen Konsumen I Konsumen II Konsumen III
ekosistem
3. Jarak transfer energy Ting.Trofik I Ting.Trofik II Ting.Trofik III Ting.Trofik IV

Selain komponen yang telh disebutkan di atas, ekosistem juga tersusun oleh
sekelompok pengurai, berupa mikroorganisme ototrof seperti bakteri dan jamur yang mampu
menguraikan produsen dan konsumen yang telah mati. Pengurai memiliki peranan yang
cukup penting dalam suatu ekosistem serta tanpa kehadiran pengurai senyawa-senyawa
organik yang kompleks sukar untuk diserap atau dimanfaatkan kembali oleh makhluk hidup
lain. Dalam proses penguraian ini, materi organik yang kompleks akan diuraikan menjadi
materi yang lebih sederhana sehingga menjadi mineral-mineral yang dapat dimanfaatkan
kembali oleh produsen. Karena menggunakan energi kimia untuk menguraikan materi
organik tersebut maka mikroorganisme disebut sebagai makhluk hidup kemoototrof.
Manusia merupakan komponen biotik ekosistem yang memiliki perbedaan yang
sangat mendasar dibandingkan dengan komponen ekosistem lainnya karena manusia
dianugrahi pikiran dan akal budi oleh Yang Maka Kuasa. Oleh karena itu manusia
mempunyai peran yang sangat dominan di dalam ekosistem bumi.
N. Habitat dan Relung
Ekosistem dan penyebaran polulasi suatu spesies sangat ditentukan oleh habitat dan
relung ekologisnya. Untuk itu perlu kita bahas lebih lanjut mengenai apakah habitat dan
relung itu.
Habitat adalah tempat hidup yang khas dari suatu organisme atau "alamat”
organisme. Dalam biosfer terdapat 4 macam habitat utama yaitu daratan, perairan
air samudera dan estuaria. Semua organisme mempunyai tempat hidup. Habitat air tawar
adalah danau dan sungai, padi di tanah dataran rendah, teratai hidup dipermukaan perairan.
Istilah habitat dapat disebut biotop untuk menunjukkan tempat tumbuh sekelompok
organisme dari berbagai jenis yang membentuk suatu komunitas. contohnyaadalah biotop
hutan mangrove, biotop padang rumput dan sebagainya.
Kadang kala istilah mikrohabitat dapat dipergunakan untuk menunjukkan habitat yang
lebih intimdan bersifat spesifik bagi populasi spesises tertentu, misalnya habitat cacing tanah
adalah daratan dan mikrohabitatnya adalah di bawah permukaan tanah, teratai hidup di
permukaan air, sedangkan burung bangau sering mencari makanan di tepi danau.
Habitat dapat bervariasi berdasarkan waktu dan ruang. Menurut southwood (1965
dalam Odum, 1971), ditinjau dari organisme yang mendiaminya, maka klasifikasi habitat
berdasarkan waktu dapat :
a. Konstan, yaitu kondisi-kondisi lingkungan yang baik dan tidak baik bagi organisme
berlangsung bersama-sama secara terus menerus
b. Memusim, yaitu priode kondisi lingkungan yang baik secara teratur dan priodik akan
berganti dengan kondisi-kindisi tidak baik.
c. Tidak dapat diprediksi, yaitu priode kondisi lingkungan yang baik lamanya bervariasi
dan tidak dapat ditentukan berganti dengan priode kondisi lingkungan yang tidak baik yang
lamanya juga bervariasi dan tidak dapat ditentukan.
d. Efemeral, yaitu priode kondisi lingkungan yang baik berlangsung sangat singkat diikuti
dengan priode kondisi lingkungan yang tidak baik yang sangan lama.

Sedangkan berdasarkan ruang, habitat dapat dibedakan menjadi :


a. Berkesinambungan (kontiyu), yaitu wilayah yang berkondisi baik jauh lebih luas
daripada wilayah yang dapat dijangkau oleh oerganisme yang hidup di dalamnya.
b. Bercampur aduk, yaitu wilayah yang berkondisi baik dan tidak baik berselang-seling,
namun organisme mudah berpindah dari wilayah yang berkondisi baik yang satu ke wilayah
yang berkondisi yang baik.
c. Terisolasi, yaitu wilayah yang berkondisi baik letaknya terpencil dan letaknya berjauhan
dengan wilayah yang berkondisi baik lainnya, sehingga tidak mudah dijangkau oleh
oerganisme yang hidup di dalamnya.
Semua organisme mempunyai fungsi tertentu di dalam habitatnya. Fungsi ini dinamakan
relung (niche). Charles Elton (1972 dalam Odum, 1971) adalah seorang ilmuwan Inggris
yang pertama kali memperkenalkan istilah niche sebagai status fungsionalsuatu organisme di
dalam lingkungan tertentu.Pendapat lain menyebutkan bahwa relung ekologis merupakan
kedudukan (status fungsional) populasi suatu spesies di dalam habitat, komunitas dan
ekosistemnya sebagai hasil dari pengaturan fisiologis, adaptasi-adaptasi struktural dan pola
perilaku spesies tersebut. Spesies-spesies yang nichenya sama, komunitasnya serupa tetapi
memiliki daerah geografis yang berbeda disebut spesies yang berekivalen ekologis.
Relung ekologis dapat tersegregasi (terpisah) secara alami. Segregasi relung ekologi
ini sangat menguntungkan bagi spesies-spesies yang ber- kohabitasi (hidup bersama pada
habitat yang sama) karena akan terhindar dari persaingan yang terus menerus, sesuai dengan
asas koeksistensi yang dikemukakan oleh beberapa peneliti ekologi hewan. Asas ini
menyebutkan bahwa untuk dapat survive (layak hidup) atau memiliki eksitensi dalam
komunitas atau ekosistem yang sama secara langgeng, spesies-spesies harus menempati
relung ekologis yang berbeda. Di Australia banyak dijumpai beberapa jenis burung yang
hidup bersama pada satu jenis pohon (pada habitat yang sama), ternyata diketahui memiliki
relung ekologis yang berbeda-beda.
Perbedaan relung ekologis juga dapat menyebabkan keanekaragaman spesies dalam
ekosistem menjadi tinggi karena suatu wilayah dapat dihuni oleh berbagai jenis spesies sesuai
dengan asas divergensi. Asas divergensi menurut Darwin menyatakan bahwa makin besar
perbedaan yang terdapat diantara berbagai spesies, maka makin banyak pula jumlah spesies
yang dapat hidup bersama di suatu area karena makin besar perbedaan mengenai apa yang
dapat diperbuat dan dibutuhkan spesies tertentu dalam lingkungan hidupnya.
O. Lingkungan Hidup Indonesia
Lingkungan hidup Indonesia sebagai suatu ekosistem terdiri dari berbagai daerah, yang
masing-masing sebagai ekosistem terdiri dari berbagai daerah, yang masing-masing sebagi
subsistem yang meliputi aspek social budaya, ekonomi dan fisik dengan corak ragam yang
berbeda antara subsistem yang satu dengan subsiostem yang lain dan dengan daya dukung
yang berbeda. Sumber daya alam dan budaya merupakan modal dasar pembangunan menurut
GBHN bangsa Indonesia menghendaki hubungan yang selaras antara manusia dengan Tuhan,
dan antara manusia dengan lingkungan alam sekitarnya. Dengan demikian perlu adanya
usaha agar hubungan manusia Indonesia dengan lingkungan semakin serasi.Sebagai modal
dasar, sumber daya alam harus dimanfaatkan sebaik-baiknya, oleh karena itu harus
diupayakan agar kerusakan lingkungan sekecil mungkin.Pentingnya persolan lingkungan
hidup untuk segera ditangani secara khusus ditandai dengan adanya komitmen pemerintah
yaitu dengan dibentuknya lembaga kependudukan dan lingkungan hidup. Mengingat bahwa
bangsa Indonesia dewasa ini sedang melaksanakan pembangunan disegala bidang, maka yang
harus menjadi perhatian adalah bahwa pembangunan itu tidak boleh mengorbankan
lngkungan.

PENGETAHUAN LINGKUNGAN

2.1 Pengertian Secara Umum


Istilah ekologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu oikos dan logos. Oikos berarti rumah,
sedangkan logos berarti ilmu. Sedangkan ekologi merupakan ilmu yang mempelajari
hubungan interaksi yang terjadi diantara oragnisme terhadap lingkungannya.
Ilmu lingkungan adalah ekologi yang menerapkan berbagai azas dan konsepnya kepada
masalah yang lebih luas,yang menyangkut pula hubungan manusia dengan
lingkungannya. Ilmu Lingkungan adalah ekologi terapan.Ilmu lingkungan ini
mengintegrasikan berbagai ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik anatara jasad hidup
(termasuk manusia) dengan dengan lingkungannya.
Pemerintah Indonesia dalam UU Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 23 tahun 1997
memberikan pengertian Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda,
daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi
kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain
2.2 Pengertian Menurut Para Ahli
A. Pengertian Ekologi Menurut Para Ahli
 Pengertian Ekologi Menurut Miller (1975)
Menurut Miller tentang pengertian ekologi yang menggemukakan bahwa ekologi
adalah suatu ilmu mengenai hubungan timbal balik diantara organisme serta
sesamanya dan juga dengan lingkungannya.
 Pengertian Ekologi Menurut Otto Soemarwoto,
ekologi adalah suatu ilmu mengenaihubungan timbal balik diantara makhluk hidup
dengan lingkungan sekitarnya.
 Pengertian Ekologi Menurut C. Elton,
ekologi adalah suatu ilmu yang mengkaji sejarah alam atau juga perkehidupan alam
dengan secara ilmiah
 Pengertian Ekologi Menurut Resosoedarmo
pengertian ekologi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang hubungan timbal
balik antara makhluk hidup dengan lingkungan.
 Pengertian Ekologi Menurut Andrewartha
ekologi adalah suatu ilmu yang membahas penyebaran dan juga kemelimpahan
organisme
 Pengertian Ekologi Menurut Krebs
ekologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mengkaji suatu interaksi yang
menentukan adanya penyebaran dan juga kemelimpahan organisme
 Pengertian Ekologi Menurut Eugene P. Odum
ekologi adalah suatu kajian terstruktur serta fungsi alam, tentang suatu struktur dan
juga interaksi diantara sesama organisme dengan lingkungannya.
.B. Pengertian Ilmu Lingkugan Menurut Para Ahli
 Menurut Darsono (1995)
Pengertian lingkungan bahwa semua benda dan kondisi, termasuk manusia dan kegiatan
mereka, yang terkandung dalam ruang di mana manusia dan mempengaruhi kelangsungan
hidup dan kesejahteraan manusia dan badan-badan hidup lainnya.
 Menurut StMunajat Danusaputra
Lingkungan adalah Semua benda dan kondisi termasuk di dalamnya manusia dan
aktifitasnya, yang terdapat dalam ruang dimana manusia berada dan mempengaruhi
kelangsungan hidup serta kesejahteraan hidup dan jasad renik lainnya.
2.3 Perbedaan Ekologi dan Lingkungan
Ilmu lingkungan adalah ilmu yang mempelajari tentang kedudukan manusia yang
pantas di lingkungannya. Sedangkan ekologi adalah ilmu yg mempelajari tentang interaksi
antar makhluk hidup maupun interaksi antar makhluk hidup dengan lingkunganya.
Perbedaannya terletak pada misi untuk mencari pengetahuan menyeluruh tentang alam &
dampak perlakuan manusia terhadap lingkungannya, untuk menimbulkan kesadaran dan
tanggung jawab dalam pengelolaan lingkungan.
Ilmu lingkungan merupakan bidang ilmu interdisipliner yang merupakan integrasi ilmu
fisik dan biologi (termasuk tapi tidak dibatasi pada ekologi, fisika, kimia, biologi, ilmu tanah,
geologi, ilmu atmosfer dan geografi) untuk mempelajari tentang lingkungan dan solusi dari
masalah-masalah lingkungan. Ilmu lingkungan menyediakan pendekatan yang terintegrasi,
kuantitatif, dan interdisipliner untuk mempelajari sistem lingkungan.
Ekologi adalah studi ilmiah tentang distribusi kelimpahan hidup dan interaksi antara
organisme dan lingkungan alami mereka sedangkan ilmu lingkungan adalah filosofi
dangerakan sosial yang luas berpusat pada kepedulian terhadap konservasi dan perbaikan
lingkungan.
Ekologi dan ilmu lingkungan merupakan disiplin ilmu terkait erat dan berhubungan
dengan prinsip-prinsip yang satu dengan yang lain dan hal ini merupakan sesuatu yang
penting untuk sepenuhnya memahami satu dengan yang lain. Perbedaan utama antara ekologi
dan ilmu lingkungan yaitu ilmu lingkungan merupakan bidang yang lebih menyeluruh yang
menggabungkan banyak unsur ilmu bumi dan kehidupan untuk memahami berbagai proses
alam.
Perbedaan utama ilmu lingkungan dan ekologi adalah dengan adanya misi untuk
mencari pengetahuan yang arif, tepat (valid), baru, dan menyeluruh tentang alam sekitar, dan
dampak perlakuan manusia terhadap alam. Misi tersebut adalah untuk menimbulkan
kesadaran, penghargaan, tanggung jawab, dan keberpihakan terhadap manusia dan
lingkungan hidup secara menyeluruh. Timbulnya kesadaran lingkungan sudah dimulai sejak
lama, contohnya Plato pada 4 abad Sebelum Masehi telah mengamati kerusakan alam akibat
perilaku manusia. Pada zaman modern, terbitnya buku Silent Spring tahun 1962 mulai
menggugah kesadaran umat manusia.
2.4 Asas – Asas Ilmu Lingkungan
Pengetahuan lingkungn memeiliki beberapa asas dalam pengembangannya. Asas- asas
tersebut diantaranya yaitu:
ASAS 1 (HUKUM THERMODINAMIKA I)
Semua energi yang memasuki sebuah organisme hidup, populasi atau ekosistem dapat
dianggap sebagai energi yang tersimpan atau terlepaskan. Energi dapat diubah dari satu
bentuk ke bentuk yang lain tetapi tidak dapat hilang, dihancurkan atau diciptakan.

Asas ini adalah sebenarnya serupa dengan hokum Thermodinamika I, yang sangat
fundamental dalam fisika. Asas ini dikenal sebagai hukum konservasi energi dalam
persamaan matematika.
Contoh:
Banyaknya kalori, energi yang terbuang dalam bentuk makanan diubah oleh jasad hidup
menjadi energi untuk tumbuh, berbiak, menjalankan proses metabolisme, dan yang terbuang
sebagai panas.
ASAS 2
Tak ada system pengubahan energi yang betul- betul efisien.
Pengertian:
Asas ini tak lain adalah hokum Thermodinamika II, Ini berarti energi yang tak pernah
hilang dari alam raya, tetapi energi tersebut akan terus diubah dalam bentuk yang kurang
bermanfaat.
Asas ini sama dengan hukum termodinamika kedua dalam ilmu fisika. Hal ini berarti
meskipun energi itu tidak pernah hilang, namun demikian energi tersebut akan diubah dalam
bentuk yang kurang bermanfaat. Secara keseluruhan energi di planet kita ini terdegradasi
dalam bentuk panas tanpa balik, yang kemudian beradiasi ke angkasa.
Dalam sistem biologi, energi yang dimanfaatkan baik oleh jasad hidup, populasi
maupun ekosistem kurang efisien, karena masukan energi dapat dipindahkan dan digunakan
oleh organisme hidup yang lain. Contohnya pada piramida makanan, tingkatan konsumen
yang paling bawah mendapatkan asupan energi yang banyak, sebaliknya konsumen paling
atas hanya mendapatkan sedikit, disamping itu pada setiap tingkatanpun energi tidak
dimanfaatkan secara efisien (banyak terbuang).
Energi yang dapat dimanfaatkan oleh kita seperti tumbuhan, hewan, ikan dsb., itu
termasuk kategori sumber alam, namun demikian apakah sumber alam ini dapat diukur
manfaatnya dan apa batasan sumber alam tersebut?.
Sumber alam adalah segala sesuatu yang diperlukan oleh organisme hidup, populasi, atau
ekosistem yang pengadaannya hingga ke tingkat optimum atau mencukupi, sehingga akan
meningkatkan daya pengubahan energi.
ASAS 3
Materi, energi, ruang, waktu, dan keanekaragaman, termasuk kategori sumberdaya alam.
Pengertian:
Pengubahan energi oleh system biologi harus Berlangsung pada kecepatan yang
sebanding dengan adanya materi dan energi di lingkungannya. Pengaruh ruang secara asas
adalah beranalogi dengan materi dan energi sebagai sumber alam.
Contoh:
Ruang yang sempit: dpt mengganggu proses pembiakan organisme dg kepadatan tinggi.
Ruang yang terlalu luas: jarak antar individu dalam populasi semakin jauh,
kesempatan bertemu antara jantan dan betina semakin kecil sehingga pembiakan akan
terganggu.Jauh dekatnya jarak sumber makanan akan berpengaruh terhadap perkembangan
populasi.
Waktu sebagai sumber alam tidak merupakan besaran yang berdiri sendiri. Misal
hewan mamalia dipadang pasir, pada musim kering tiba persediaan air habis di
lingkungannya, maka harus berpindah kelokasi yang ada sumber airnya. Berhasil atau
tidaknya hewan bermigrasi tergantung pada adanya cukup waktu dan energi untuk menempuh
jarak lokasi sumber air.
Keaneka-ragaman juga merupakan sumberdaya alam. Semakin beragam jenis
makanan suatu spesies semakin kurang bahayanya apabila menghadapi perubahan
lingkungan yang dapat memusnahkan sumber makanannya.
Materi dan energi sudah jelas termasuk kedalam sumber alam. Ruang yang
dimanfaatkan oleh organisme hidup untuk hidup, berkembang biak dsb. dapat dianalogkan
dengan materi dan energi, karena dibutuhkan, sehingga secara asas termasuk katagori sumber
alam. Begitu pula dengan waktu, meskipun tidak dapat berdiri sendiri, namun termasuk
kategori sumber alam, karena berapa waktu yang dibutuhkan oleh mahluk hidup untuk
mendapatkan makanan. Keanekaragaman juga termasuk ke dalam kategori sumber alam,
karena apabila suatu spesies hanya memakan satu spesies saja akan mudah terancam punah,
namun apabila makanannya beranekaragam dia akan mampu “survive”.
Asas 3 ini mempunyai implikasi yang penting bagi kehidupan manusia untuk
mencapai kesejahteraannya
ASAS 4
Untuk semua kategori sumber daya alam, kalau pengadaannya sudah mencapai
optimum, pengaruh unit kenaikannya sering menurun dengan penambahan sumberalam itu
sampai ke suatu tingkat maksimum. Melampaui batas maksimum ini tak akan ada pengaruh
yang menguntungkan lagi.
Untuk semua kategori sumber alam (kecuali keanekaragaman dan waktu) kenaikan
pengadaannya yang melampui batas maksimum, bahkan akan berpengaruh merusak karena
kesan peracunan. Ini adalah asas penjenuhan. Untuk banyak gejala sering berlaku
kemungkinan penghancuran yang disebabkan oleh pengadaan sumberalam yang sudah
mendekati batas maksimum.
Asas 4 tersebut terkandung arti bahwa pengadaan sumberalam mempunyai batas
optimum, yang berarti pula batas maksimum, maupun batas minimum pengadaan
sumberalam akan mengurangi daya kegiatan sistem biologi.
Contoh:
Pada keadaan lingkungan yang sudah stabil, populasi hewan atau tumbuhannya cenderung
naik-turun (bukan naik terus atau turun terus). Maksudnya adalah akan terjadi pengintensifan
perjuangan hidup,bila persediaan sumberalam berkurang.
Tetapi sebaliknya, akan terdapat ketenangan kalau sumberalam bertambah,
untuk semua kategori sumberdaya alam (kecuali keanekaragaman dan waktu) kenaikan
pengadaannya yang melampaui batas maksimum, bahkan akan berpengaruh merusak karena
kesan peracunan. Ini adalah asas penjenuhan. Untuk banyak gejala sering berlaku
kemungkinan penghancuran yang disebabkan oleh pengadaan sumber alam yang sudah
mendekati batas maksimum.
Pada asas ini mempunyai arti bahwa pengadaan sumber alam mempunyai batas
optimum, yang berarti bahwa batas maksimum maupun minimum sumber alam akan
mengurangi daya kegiatan sistem biologi. Dari sini dapat ditarik suatu arti yang penting, yaitu
karena adanya ukuran optimum pengadaan sumber alam untuk populasi, maka naik turunnya
jumlah individu populasi itu tergantung pada pengadaan sumber alam pada jumlah tertentu.
ASAS 5
Pada asas 5 ini ada dua hal penting, pertama jenis sumber alam yang tidak dapat
menimbulkan rangsangan untuk penggunaan lebih lanjut, sedangkan kedua sumber alam
yang dapat menimbulkan rangsangan untuk dapat digunakan lebih lanjut.
Contoh:
Suatu jenis hewan sedang mencari berbagai sumber makanan. Kemudian didapatkan suatu
jenis tanaman yang melimpah di alam, maka hewan tersebut akan memusatkan perhatiannya
kepada penggunaan jenis makanan tersebut. Dengan demikian, kenaikan sumberalam
(makanan) merangsang kenaikan pendayagunaan.
ASAS 6
Individu dan spesies yang mempunyai lebih banyak keturunan daripada saingannya,
cenderung berhasil mengalahkan saingannya.
Pengertian:
Asas ini adalah pernyataan teori Darwin dan Wallace. Pada jasad hidup terdapat
perbedaan sifat keturunan Dalam hal tingkat adaptasi terhadap faktor lingkungan fisik atau
biologi. Kemudian timbul kenaikan kepadatan populasinya sehingga timbul persaingan. Jasad
hidup yang kurang mampu beradaptasi akan kalah dalam persaingan. Dapat diartikan pula
bahwa jasad hidup yang adaptif akan mampu menghasilkan banyak keturunan daripada yang
non-adaptif.
Pada asas ini berlaku “seleksi alam”, artinya bagi spesies-spesies yang mampu
beradaptasi baik dengan faktor biotik maupun abiotik, dia akan berhasil daripada yang tidak
dapat menyesuaikan diri. Dapat diartikan pula, spesies yang adaptif akan mampu
menghasilkan keturunan lebih banyak daripada yang non adaptif, Sehingga individu-individu
yang adaptif ini mempunyai kesan lebih banyak merusak.
ASAS 7
Kemantapan keanekaragaman suatu komunitas lebihtinggi di alam yang “mudah diramal”.
Pengertian :
“Mudah diramal” : : adanya keteraturan yang pasti pada pola faktor lingkungan pada
suatu periode yang relative lama. Terdapat fluktuasi turun-naiknya kondisi lingkungan di
semua habitat, tetapi mudah dan sukarnya untuk diramal berbeda dari satu habitat ke habitat
lain.
Dengan mengetahui keadaan optimum pada faktor lingkungan bagi kehidupan suatu
spesies, maka perlu diketahui berapa lama keadaan tersebut dapat bertahan.
Pada asas ini arti kata “mudah diramal” ialah adanya keteraturan yang pasti pada pola
faktor lingkungan dalam suatu periode yang relatif lama. Adanya fluktuasi turun-naiknya
kondisi lingkungan, besar-kecilnya fluktuasi, dan dan sukar-mudahnya untuk diramal berbeda
untuk semua habitat. Sehingga diharapkan pada setiap lingkungan adanya penyebaran spesies
yang berbeda-beda kepadatannya. Apabila terjadi perubahan lingkungan sedemikian rupa,
maka akan terjadi perubahan pengurangan individu yang sedemikian rupa sampai pada batas
yang membahayakan individu-individu spesies tersebut. Lingkungan yang stabil secara fisik
merupakan lingkungan yang mempunyai jumlah spesies yang banyak, dan mereka dapat
melakukan penyesuaian terhadap lingkungannya tersebut (secara evolusi).
Sedangkan lingkungan yang tidak stabil adalah lingkungan yang dihuni oleh spesies
yang jumlahnya relatif sedikit. Menurut Sanders (1969) bahwa komunitas fauna dasar laut
mempunyai keanekaragaman spesies terbesar, hal ini dijumpai pada habitat yang sudah stabil
sepanjang masa dan lama. Kemudian diinterpretasikan oleh Slobodkin dan Sanders (!969)
sebagai pengaruh lingkungan yang mudah diramal (stabil). Maksudnya ialah semakin lama
keadaan lingkungan dalam kondisi yang stabil, maka semakin banyak keanekaragaman
spesies yang muncul disitu sebagai akibat berlangsungnya proses evolusi.
Menurut Pilelou (1969) keadaan iklim yang stabil sepanjang waktu yang lama, tidak
saja melahirkan keanekaragaman spesies yang tinggi, tetap juga akan menimbulkan
keanekaragaman pola penyebaran kesatuan populasi.
ASAS 8
Sebuah habitat dapat jenuh atau tidak oleh keanekaragaman takson, bergantung kepada
bagaimana niche dalam lingkungan hidup itu dapat memisahkan takson tersebut.
Pengertian:
Kelompok taksonomi tertentu dari suatu jasad hidup ditandai oleh keadaan
lingkungannya yang khas (niche), tiap spesies mempunyai niche tertentu. Spesies dapat hidup
berdampingan dengan spesies lain tanpa persaiangan, karena masing-masing mempunyai
keperluan dan fungsi yang berbeda di alam.
Pada asas ini menyatakan bahwa setiap spesies mempunyai nicia tertentu, sehingga
spesies-spesies tersebut dapat berdampingan satu sama lain tanpa berkompetisi, karena satu
sama lain mempunyai kepentingan dan fungsi yang berbeda di alam. Tetapi apabila ada
kelompok taksonomi yang terdiri atas spesies dengan cara makan serupa, dan toleran
terhadap lingkungan yang bermacam-macam serta luas, maka jelas bahwa lingkungan
tersebut hanya akan ditempati oleh spesies yang keanekaragamannya kecil.
ASAS 9
Keanekaragaman komunitas sebanding dengan biomassa dibagi produktivitas.
T = K x (B/P) ; D ≈ T
T = waktu rata-rata penggunaan energi
K = koefisien tetapan
B = biomassa
P = produktivitas
D = keanekaragaman
Pengertian:
Asas ini mengandung arti, bahwa efisiensi penggunaan aliran energidalam sistem
biologi akan meningkat dengan meningkatnya kompleksitas organisasi sistem biologi dalam
suatu komunitas.
Pada asas ini menurut Morowitz (1968) bahwa adanya hubungan antara biomassa,
aliran energi dan keanekaragaman dalam suatu sistem biologi.
ASAS 10
Pada lingkungan yang stabil perbandingan antara biomasa dengan produktivitas (B/P) dalam
perjalanan waktu naik mencapai sebuah asimtot.
Pengertian:
Sistem biologi menjalani evolusi yang Mengarah kepada peningkatan efisiensi
penggunaan energi dalam lingkungan fisik yang stabil, dan memungkinkan berkembangnya
keaneka-ragaman.
Dalam asas ini dapat disimpulkan bahwa sistem biologi mengalami evolusi yang
mengarah kepada peningkatan efisiensi penggunaan energi dalam lingkungan fisik yang
stabil, yang memungkinkan berkembangnya keanekaragaman. Dengan kata lain kalau
kemungkinan produktivitas maksimum sudah ditetapkan oleh energi matahari yang masuk
kedalam ekosistem, sedangkan keanekaragaman dan biomassa masih dapat meningkat dalam
perjalanan waktu, maka jumlah energi yang tersedia dalam sistem biologi itu dapat digunakan
untuk menyokong biomassa yang lebih besar.
Apabila asas ini benar, maka dapat diharapkan bahwa dalam komunitas yang sudah
berkembang lanjut pada proses suksesi, rasio biomassa produktivitas akan lebih tinggi bila
dibandingkan dengan komunitas yang masih muda. Pada kenyataan di alam memang
demikian, sebab spesies bertambah, dan ditemukan pula tumbuhan berkayu sehingga
diperoleh stratifikasi.
Implikasi dari asas ini bahwa sebuah komunitas dapat dibuat tetap muda dengan jalan
memperlakukan fluktuasi iklim yang teratur. Atau pada komunitas buatan lahan pertanian
dengan jalan mengambil daun-daunannya untuk makanan hewan.
ASAS 11
Sistem yang sudah mantap (dewasa) akan mengekploitasi yang belum mantap (belum
dewasa).
Pengertian:
Ekosistem, populasi atau tingkat makanan yang sudah dewasa memindahkan energi,
biomasa, dan keanekaragaman dari tingkat organisasi yang belum dewasa. Dengan kata lain,
energi, materi, dan keanekaragaman mengalir melalui suatu kisaran yang menuju ke arah
organisasi yang lebih kompleks. (Dari subsistem yang rendah keanekara-gamannya subsistem
yang tinggi keanekaragamannya).
Arti dari asas ini adalah pada ekosistem, populasi yang sudah dewasa memindahkan
energi, biomassa, dan keanekaragaman tingkat organisasi ke arah yang belum dewasa.
Dengan kata lain, energi, materi dan keanekaragaman mengalir melalui suatu kisaran yang
menuju ke arah organisasi yang lebih kompleks, atau dari subsistem yang lebih rendah
keanekaragamannya ke subsistem yang lebih tinggi keanekaragamannya.
ASAS 12
Kesempurnaan adaptasi suatu sifat atau tabiat bergantung pada kepentingan relatifnya dalam
keadaan suatu lingkungan.
Pengertian:
Populasi dalam ekosistem yang belum mantap, kurang bereaksi terhadap perubahan
lingkungan fisikokimia dibandingkan dengan populasi dalam ekosistem yang sudah mantap.
Populasi dalam lingkungan dengan kemantapan fisiko kimia yang cukup lama, tak perlu
berevolusi untuk meningkatkan kemampuannya beradaptasi dengan keadaan yang tidak
stabil.
Asas ini merupakan kelanjutan dari asas 6 dan 7. Apabila pemilihan (seleksi) berlaku,
tetapi keanekaragaman terus meningkat di lingkungan yang sudah stabil, maka dalam
perjalanan waktu dapat diharapkan adanya perbaikan terus-menerus dalam sifat adaptasi
terhadap lingkungan. Jadi, dalam ekosistem yang sudah mantap dalam habitat (lingkungan )
yang sudah stabil, sifat responsive terhadap fluktuasi faktor alam yang tak terduga ternyata
tidak diperlukan.
Yang berkembang justru adaptasi peka dari perilaku dan biokimia lingkungan sosial
dan biologi dalam habitat itu. Evolusi pada lingkungan yang sukar ditebak perubahan faktor
alamnya cenderung memelihara daya plastis anggota populasi.
Sedangkan evolusi pada lingkungan yang mantap, beranekaragam secara biologi
cenderung menggunakan kompleksitas itu untuk bereaksi terhadap kemungkinan beraneka-
macam perubahan.
Implikasi dari asas ini bahwa sesungguhnya tidak ada sebuah strategi evolusi yang
terbaik dan mandiri, semua tergantung pada kondisi lingkungan fisik. Kesimpulannya bahwa
populasi pada ekosistem yang belum mantap, kurang bereaksi terhadap perubahan
lingkungan fisikokimia dibandingkan dengan populasi pada ekosistem yang sudah mantap.
ASAS 13
Lingkungan yang secara fisik mantap memungkinkan terjadinya penimbunan
keanekaragaman biologi dalam ekosistem yang mantap, yang kemudian dapat menggalakkan
kemantapan populasi lebih jauh lagi.
Pengertian:
Asas ini merupakan penjabaran dari asas 7, 9 dan 12. Pada komunitas yang mantap,
jumlah jalur energi yang masuk melalui ekosistem meningkat, sehingga apabila terjadi suatu
goncangan pada salah satu jalur, maka jalur yang lain akan mengambil alih, dengan demikian
komunitas masih tetap terjaga kemantapannya.
Apabila kemantapan lingkungan fisik merupakan suatu syarat bagi keanekaragaman
biologi, maka kemantapan faktor fisik itu akan mendukung kemantapan populasi dalam
ekosistem yang mantap dan komunitas yang mantap mempunyai umpan-balik yang sangat
kompleks.
Disini ada hubungan antara kemantapan ekosistem dengan efisiensi penggunaan energi.
ASAS 14
Derajat pola keteraturan naik-turunnya populasi tergantung pada jumlah keturunan dalam
sejarah populasi sebelumnya yang nanti akan mempengaruhi populasi itu.
Pengertian:
Asas ini merupakan kebalikan dari asas ke 13, tidak adanya keanekaragaman yang
tinggi pada rantai makanan dalam ekosistem yang belum mantap, menimbulkan derajat
ketidakstabilan populasi yang tinggi.
Ciri-Ciri Lingkungan/ Komunitas yang Mantap:
• Jumlah jalur energi yang masuk melalui ekosistem meningkat (banyak)
• Lingkungan fisik mantap (mudah“diramal”)
• Sistem control umpan balik (feedback) komunitas sangat kompleks
• Efisiensi penggunaan energi
• Tingkat keanekaragaman tinggi.
SUMBER DAYA LAHAN

A. Kondisi Lahan Pertanian Di Indonesia

1. Total Luas Lahan

Indonesia memiliki potensi ketersediaan lahan yang cukup besar dan belum
dimanfaatkan secara optimal. Data dari kajian akademis yang dilaksanakan oleh Direktorat
Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air, Kementerian Pertanian pada tahun 2006
memperlihatkan bahwa total luas daratan Indonesia adalah sebesar 192 juta ha, terbagi atas
123 juta ha (64,6 persen) merupakan kawasan budidaya dan 67 juta ha sisanya (35,4 %)
merupakan kawasan lindung. Dari total luas kawasan budidaya, yang berpotensi untuk areal
pertanian seluas 101 juta ha, meliputi lahan basah seluas 25,6 juta ha, lahan kering tanaman
semusim 25,3 juta ha, dan lahan kering tanaman tahunan 50,9 juta ha. Sampai saat ini, dari
areal yang berpotensi untuk pertanian tersebut, yang sudah dibudidayakan menjadi areal
pertanian sebesar 47 juta ha, sehingga masih tersisa 54 juta ha yang berpotensi untuk
perluasan areal pertanian.

2. Penggunaan Lahan

Dalam usaha memenuhi kebutuhannya, manusia berusaha beradaptasi dan


memanfaatkan lingkungannya. Manusia hidup di atas tanah. Dengan demikian, tanah sangat
penting bagi manusia. Lahan adalah tanah garapan. Artinya, lahan adalah tanah yang
memiliki nilai atau kegunaan. Penggunaan lahan antara satu tempat dan tempat lain berbeda.
Secara umum, dapat dibedakan penggunaan lahan di desa dan penggunaan lahan di kota

 Penggunaan Lahan di Pedesaan

Penggunaan lahan di pedesaan bergantung pada kehidupan sosial dan ekonomi di desa
tersebut. Penggunaan lahan untuk kehidupan sosial penduduk pedesaan dicerminkan oleh
aktivitas pengelolaan lahan untuk menunjang :

(1) kehidupan beribadah : adanya bangunan tempat ibadah.

(2) kehidupan berkeluarga : adanya rumah-rumah tempat tinggal dan halamannya.

(3) kehidupan bersekolah : adanya bangunan-bangunan sekolah, dan

(4) kehidupan bersosialisasi : adanya lapangan tempat berkumpul dengan penduduk


lainnya.Kehidupan ekonomi penduduk pedesaan dicerminkan oleh aktivitas dalam
menggunakan lahan untuk memenuhi kebutuhannya. Kehidupan ekonomi penduduk juga
bergantung pada potensi alam yang dimiliki desa tersebut. Berdasarkan mata
pencahariannya, desa dan penggunaan lahannya diklasifikasikan seperti berikut :

(1) Desa pertanian : sebagian besar lahannya digunakan sebagai lahan pertanian,
sedangkan sebagian kecil lahannya digunakan untuk perikanan, peternakan, dan aktivitas
perdagangan.

(2) Desa perkebunan : sebagian besar lahannya digunakan sebagai lahan perkebunan,
sedangkan sebagian kecil lahannya digunakan untuk perikanan, peternakan, dan
perdagangan.

(3) Desa nelayan : sebagian besar penduduknya menggunakan laut sebagai sumber
mata pencahariannya. Adapun aktivitas penunjang di darat untuk pengolahan hasil
tangkapan seperti tempat menjemur ikan, peternakan, dan perdagangan.

b. Penggunaan Lahan di Perkotaan


Kota merupakan tempat berkumpulnya masyarakat dengan berbagai aktivitas. Jumlah
penduduk di kota lebih padat. Akibatnya, lahan di kota bernilai ekonomis lebih tinggi.
Berdasarkan fungsinya, kota dan penggunaan lahannya diklasifikasikan seperti berikut.

(1) Pusat pemerintahan : lahan digunakan untuk bangunan kantor-kantor


pemerintahan mulai dari tingkat kelurahan sampai kantor presiden.

(2) Pusat perdagangan : lahan digunakan untuk bangunan pasar-pasar, mulai dari
pasar tradisional sampai pusat-pusat pertokoan dan mal.

(3) Pusat perindustrian : lahan digunakan untuk pabrik, gudang, dll.

(4) Pusat pendidikan : lahan digunakan untuk bangunan sekolah, mulai dari TK
sampai perguruan tinggi, lengkap dengan sarana olahraga, dll.

(5) Pusat kesehatan : lahan digunakan untuk bangunan rumah sakit, puskesmas,
laboratorium, dll.

(6) Pusat rekreasi : lahan digunakan untuk sarana rekreasi.

(7) Pusat pertahanan dan keamanan negara : lahan digunakan untuk markas tentara dan
polisi dan semua yang terkait dengan aktivitasnya.

3. Keadaan Lahan

Hasil sensus 1983, misalnya, petani Indonesia rata-rata masih memiliki lahan
0,98 ha. Namun, pada sensus 2003, petani Indonesia tingga memiliki 0,7 ha. Bahkan di
Pulau Jawa hanya memiliki 0,3 ha. Menurut Guru Besar IPB Anton Apriyantono, luas
lahan yang kurang dari 1 ha akan sulit untuk menyangga kehidupan keluarga
petani.Data BPS mencatat laju konversi lahan pertanian sawah ke non sawah sebesar
187.720 ha per tahun. Sementara alih fungsi lahan kering pertanian ke nonpertanian
sebesar 9.152 ha per tahun. Di sisi lain, kualitas lahan pertanian Indonesia juga telah
mengalami degradasi yang begitu luar biasa. Fakta ini terlihat dari penurunan produksi
komoditi sepanjang 2011. Produksi padi, misalnya, turun jadi 65,76 juta ton atau turun
1,07 persen, Jagung sekitar 17,64 juta ton atau turun 5,99 persen, dan kedelai sebesar
851,29 ribu ton atau 4,08 persen dibandingkan 2010. Turunnya kualitas produktifitas
pertanian karena faktor intensifikasi berlebihan dan penggunaan pupuk kimia secara
terus menerus.

Daya dukung lahan pertanian semakin menyempit. Pada periode 1992-2002 laju
tahunan koversi lahan baru 110.000 ha, melonjak menjadi 145.000 ha per tahun pada
periode 2002-2006 (Kompas, 24/5/2011). Dengan demikian, selama 15 tahun laju
penyusutan lahan pertanian mencapai 1,935 juta ha atau 120.000 ha per tahun. Konversi
lahan pertanian tersebut dua kali lebih luas daripada target pencetakan sawah baru
sekitar 60.000 ha per tahun. Sementara di Jawa, laju konversi lahan bahkan mencapai
200.000 ha per tahun pada periode 2007-2010. Padahal, meskipun luasnya hanya 6%
dari luas Indonesia, Jawa menyumbang antara 50-70% produksi berbagai komoditas
pangan nasional. Alih fungsi lahan pertanian menjadi nonpertanian dinilai sudah tak
terkendali, menyusul pesatnya perkembangan sektor industri dan pemukiman di
Indoneisia.

B. Permasalahan Lahan di Indonesia dan Solusinya

Sumberdaya lahan sejak zaman pra sejarah hingga sekarang telah diketahui
daya manfaatnya bagi kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan. Pada zaman
sekarang penggunaan sumberdaya lahan tidak hanya berfungsi sebagai permukiman
dan pertanian, akan tetapi pemanfaatannya lebih bervariasi dan tidak terbatas untuk
berbagai kepentingan seperti industri, peternakan, perikanan, perkebunan, kehutanan,
perkotaan, bangunan, pariwisata, dan perdagangan. Sejalandengan meningkatnya
aktivitas pembangunan dan meningkatnya pertambahanpenduduk, kebutuhan akan
lahan juga meningkat dengan pesat sedangkan ketersediaan dan luas lahan pada
dasarnya relatif tetap. Penguasaan terhadap sumberdaya lahan pun mulai sulit
dikendalikan status penggunaan lahan dan status kepemilikannya. Rekayasa
pengelolaan lahan dengan teknologi modern mulai semarak diterapkan seperti
pemotongan lereng bukit, penimbunan rawa, pembuatan dinding tanggul sungai,
penambangan dengan alat-lalat berat, dan penebangan hutan dengan cepat.
Pengelolaan sumberdaya lahan seperti ini semata-mata mengarah pada kepentingan
ekonomi, namun bila tidak dikendalikan dengan baik tentu saja dapat berdampak pada
kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan hidup di Indonesia.Selain itu,
permasalahan lahan yang semakin kompleks dengan adanya penurunan kualitas pada
lahan yang menyebabkan penurunan produktivitas pada lahan.
1. Pengalihan fungsi lahan

Banyak Alih fungsi lahan mengandung pengertian perubahanpenggunaan lahan oleh


manusia ( Muhajir.at.al.1992 ). Kasus yang terjadimelibatkan tingkah laku manusia
yang melakukan pengolah lahan secara tidakberimbang. Baik negara maju maupun
negara berkembang permasalahan alihfungsi lahan banyak terjadi.Kasus alih fungsi
lahan yang biasa disebut konversi lahan sering muncul kepermukaan dan menimbulkan
problematika. Dirubahnya fungsi lahan yang merupakan rawa dan hutan mangrove
yang berfungsi sebagai daerah resapan air menjadi lahan permanen mengakibatkan air
yang semula terhimpun di wilayah ini kemudian menjadi genangan genangan
disekitarnya yang meluap apabila musim penghujan tiba, kondisi air tanah sudah
mengalami penyusutan dan kerusakan baik dari segi kualitas maupun kuantitas.Lahan
dimanfaatkan untuk berbagai sektor yang bertolak belakang dan tidak saling
mendukung. Kawasan yang pada awalnya adalah suaka margasatwa dan ikatan mata
rantai ekosistem yang dinamis kini hanya menjadi asset ekonomi yang menghasikan
profit bagi pihak-pihak tertentu yang mencari keuntung dari proyek tersebut yang
bernilai ekonomis lebih diprioritaskan dibanding proyek pelestarian lingkungan dan
sumberdaya. Sebagai salah salah satu contoh adalah permasalahan konversi lahan pada
pantai Indah Kapuk.

2. Tekanan Lahan dan Kerusakan Lahan

Sumberdaya lahan di muka bumi sebagian besar telah dikuasai oleh manusia. Luas
lahan di bumi kurang lebih 148 juta Km2 atau sekitar 14800 ha (29%) berupa daratan
dan 71% berupa perairan terutama laut. FAO (1975) menjelaskan hanya lahan seluas
3400 juta ha yang dapat optimal dimanfaatkan untuk pertanian. Perkembangan jumlah
penduduk dunia dari 6,3 milyar saat ini diperkirakan mencapai 8,21 milyar pada tahun
2025, merupakan indikasi tekanan lahan oleh manusia yang semakin tinggi dan
berpengaruh pada tingkat kepemilikan lahan, alih fungsi lahan, dan kerusakan lahan.
Luas kepemilikan lahan rata-rata perkapita di dunia pada tahun 2000 tercatat 2,15
ha/kapita dan diperkirakan pada tahun 2025 berubah menjadi 1,63 ha/kapita. Dampak
dari tekanan lahan dan menurunnya tingkat kepemilikan lahan akan dirasakan oleh
manusia seperti kesulitan bahan makanan dan untuk tempat tinggal serta penurunan
kualitas lingkungan hidup.
Lahan potensial untuk pertanian di Indonesia sekitar 100,7 juta hektar. Lahan
pertanian terluas terdapat di Sumatera yaitu 19.738.192 ha (0,41%), Kalimantan
17.234.968 hektar (0,30%), di Jawa lahanpertanian mencapai 6.779.346 ha (0,53%),
Bali dan Nusatenggara 3.360.922 ha (0,46%), dan di Sulawesi 6.269.736 ha (0,32%).
Lahan untuk tempat tinggal/bangunan di Pulau Jawa sekitar 1.768.205 ha (0,13%) dan
lahan untuk tempat tinggal di Pulau Sumatera dan Bali/Nusatenggara mencapai 0,04 %,
sedangkan di Kalimantan dan Sulawesi relatif masih kecil persentase lahan untuk
tempat tinggal (0,01% dan 0,03%).Gambaran tekanan lahan oleh aktivitas manusia
dalam bidang pertanian dan non pertanian di Pulau Jawa sangat tinggi seiring dengan
jumlah penduduk yang terus meningkat dari tahun 1961 sebanyak 63.059.575 orang
dan tahun 2002 menjadi 124.332.000 orang (hampir menyamai jumlah penduduk di
Indonesia tahun 1980). Gejala tekanan lahan mulai terlihat di Pulau Sumatera dan
Bali/Nusatenggara yang ditunjukkan oleh perubahan penggunaan lahan seiring dengan
pertambahan jumlah penduduk di pulau tersebut. Perubahan penggunaan lahan oleh
aktivitas manusia dan pembangunan di bidang kehutanan, pertambangan, industri dan
permukiman juga terjadi pula di Pulau Kalimantan dan Sulawesi. Indonesia merupakan
negara tercepat di dunia dalam hal terjadinya lahan kritis (Kompas 24 Mei 05). Pada
tahun 2005 degradasi lahan hutan seluas 2,6 juta ha, oleh akibat penebangan hutan legal
maupun ilegal. Ini berarti kawasan hutan seluas lapangan sepak bola (± 0,7 – 1 ha)
musnah hanya dalam beberapa menit. Kerusakan lahan di Indonesia juga terjadi akibat
penambangan baik yang berijin maupun tak berijin, demikian juga kerusakan lahan
oleh aktivitas industri, permukiman, perikanan, peternakan, pariwisata. Sebaran
kerusakan lahan secara ekologis mencakup lahan pantai, dataran rendah, pegunungan,
dan perbukitan dan sekitar sungai dan danau serta bendungan. Lahan kritis yang terjadi
di wilayah Daerah Aliran Sungai berakibat pada terjadinya DAS kritis yang mencapai
39 buah, pada tahun 1992 dan menjadi 62 DAS kritis pada tahun 2000. Kerusakan
lahan oleh pertambangan di Indonesia semakin sulit dikendalikan sebagai contoh
kerusakan lahan sungai Progo oleh penambang liar yang mengakibatkan rusaknya
jembatan Srandakan, terkuburnya lahan subur dan pemukiman oleh lumpur Lapindo

3. Solusi tepat Permasalahan Lahan Yang ada Di Indonesia

Seiring semakin kompleks permasalahan pada sumberdaya lahan maka perlu


adanya sebuah strategi dan kebijakan untuk menangani masalah-masalah tersebut.
Tidak hanya butuh keterlibatan dari pihak-pihak terkait untuk menanganinya namun
juga diperlukan keseriusan dalam penanganannya.Pada permasalahan laju alih fungsi
lahan yang tidak dapat dikendalikan lagi berkenaan dengan semakin sempitnya tata
ruang yang dijadikan pemenuhan kebutuhan manusia. Pada daerah-daerah yang
kritis,maka kebikajan yang ada harus dapat memberikan arahan pada tindakan-
tindakannyata yang tertuang dalam program-program seperti pemindahan penduduk
diikuti dengan rehabilitasi ( Muhajir.at.al.1992 ).

Maka yang harus dilakukan adalah melakukan perencanaan ulang terhadap


pengembangan lahan dengan mempergunakan model-model dan tekhnik yang sesuai
selain itu untuk Pengembang diberbagai sector dibatasi atau dihentikan izin perluasan
pembangunan pemukiman guna mengurangi kerusakan terhadap system parkir air.
Rencana tata ruang yang pengembangannya harus melalui kesepakatan bersama rakyat,
adanya komitmen rasional mengenai pemanfaatan dan penggunaan lahan untuk
perkembangan sosial dan ekonomi dan harus adanya kriteria pengakomodasian
dinamika perkembangan masyarakat. Jadi diperlukan ketegasan kebijakan yang
disinergiskan dengan seluruh elemen terkait.Berbeda dengan sector lainnya, pada sector
pertanian diperlukan perhatian yang lebih khusus karena berkaitan langsung dengan
keseimbangan ekologi yang berdampak langsung pada sistem pertanian yang
dijalankan. Solusi yang ditawarkan dapat berupa penguatan kembali kebijakan-
kebijakan agrarian yang pro terhadap perlindungan lahan pertanian berupa pengawasan
yang tegas terhadap semua aktifitas yang mengancam keberadaan lahan-lahan yang
produktif di Indonesia agar tidak semakin berkurang. Selain itu juga dibutuhkan upaya
perbaikan kualitas lahan pertanian di Inonesia yang benar-benar serius untuk
memperbaiki kualitas lahan yang telah banyak menurun kualitasnya.

C. Peran dan Hubungan Lahan dengan Pembangunan Pertanian

Pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi pembangunan ekonomi


Indonesia. Pentingnya peranan ini menyebabkan bidang ekonomi diletakkan pada
pembangunan ekonomi dengan titik berat pada sektor pada pertanian. Pembangunan
pertanian diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan kebutuhan industri dalam
negeri, meningkatkan ekspor, meningkatkan pendapatan petani, memperluas
kesempatan kerja dan mendorong pemerataan kesempatan berusaha.Namun hal yang
paling mendasar adalah ketersediaan lahan sebagai salah satu faktor produksi
merupakan sesuatu yang bersifat limit dan harus dimanfaatkan dengan sebijaksana
mungkin. Lahan erat kaitannya dengan kegiatan pertanian. Tanpa adanya lahan,
kegiatan pertanian tidak akan bisa berlangsung. Proses-proses fisik, kimiawi, dan
biologis di dalam tanah sangat dipengaruhi oleh iklim kehidupan tanaman sehat dan
produktif. Petani harus menyadari bagaimana proses-proses ini dipengaruhi dan bisa
dimanipulasi guna membudidayakan tanaman sehat dan produktif. Petani harus
menciptakan dan mempertahankan kondisi-kondisi tanah sebagai berikut; ketersediaan
air, udara dan unsur hara tepat waktu dalam jumlah seimbang dan mencukupi, struktur
tanah yang meningkatkan pertumbuhan akar, pertukaran unsur-unsur gas , kapasitas
penyimpanan, suhu tanah yang meningkatkan kehidupan tanah dan pertumbuhan
tanaman serta tidak adanya unsur-unsur toksis.

Kondisi lahan yang baik dan memadahi akan mendukung suksesnya


pembangunan pertanian. Namun kondisi lahan di Indonesia justru mengalami
penurunan dari waktu ke waktu akibat dari berbagai hal yang menyababkan kondisi
pertanianpun menurun. Oleh karena itu pembangunan pertanian di Indonesia pun belum
mengalami perkembangan yang signifikan. Lahan pertanian menjadi perbincangan
dunia, karena terjadinya proses dehumanisasi dalam sistem produksi pertanian
feodalistik, karena terjadi ketika para petani tidak berlahan menjadi penggarap tanah
para tuan tanah ataupun pemilik tanah. Para petani yang menumpang itu lama kelamaan
berubah menjadi petani gurem yang selain bertani pada ladang terbatas, juga bekerja
pada tuan tanah. Ketika sistem kapitalisme diperkenalkan di dunia pertanian, hubungan
feodal berubah menjadi hubungan buruh-majikan dan lahirlah buruh tani yang
jumlahnya sangat banyak seperti di Indonesia. Tuntutan reformasi agraria terhenti
dengan adanya program revolusi hijau, tidak ada lagi sistem rembug desa atau gotong
royong untuk menentukan komoditas apa yang akan ditanam.

Masalah lingkungan dan ancaman degradasi lahan di negara-negara


berkembang sebagian besar disebabkan karena eksploitasi lahan yang berlebihan dan
penggundulan hutan sehingga akan terjadi erosi tanah, hilangnya lahan tadah hujan,
hilangnya kesuburan tanah, dan sebagainya. Penyebaran varietas-varietas modern,
irigasi, pupuk buatan dan mesin-mesin pertanian mengakibatkan pertumbuhan dinamis
dalam pertanian, namun juga menimbulkan banyak masalah pada lahan pertanian.
Pertumbuhan dinamis tersebut tidak mensukseksan pembangunan pertanian, akan tetapi
justru memperburuk kondisi pertanian di negara kita. Padahal pembangunan ekonomi
nasional dititik beratkan pada sektor pertanian.

Beberapa indikator yang memprihatinkan hasil evaluasi perkembangan kegiatan


pertanian hingga saat ini, yaitu :

1. Tingkat produktivitas lahan menurun,


2. Tingkat kesuburan lahan merosot,
3. Konversi lahan pertanian semakin meningkat,
4. Kualitas lahan kritis semakin meluas,
5. Tingkat pencemaran dan kerusakan lingkungan pertanian meningkat,
6. Daya dukung likungan merosot,
7. Tingkat pengangguran di pedesaan meningkat,
8. Daya tukar petani berkurang,
9. Penghasilan dan kesejahteraan keluarga petani menurun,
10. Kesenjangan antar kelompok masyarakat meningkat.

Selain beberapa faktor yang telah disebutkan di atas, berikut ini merupakan penjelas dari
faktor-faktor penyebab menurunnya kualitas lahan yang berpengaruh terhadap pembangunan
pertanian di Indonesia.

1. Kerusakan Lahan Pertanian Akibat Erosi

Penggunaan lahan diatas daya dukungnya tanpa diimbangi dengan upaya konservasi dan
perbaikan kondisi lahan akan menyebabkan degradasi lahan. Lahan di daerah hulu dengan
lereng curam yang hanya sesuai untuk hutan, apabila mengalami alih fungsi menjadi lahan
pertanian tanaman semusim akan rentan terhadap bencana erosi dan atau tanah longsor.
Perubahan penggunaan lahan miring dari vegetasi permanen (hutan) menjadi lahan pertanian
intensif menyebabkan tanah menjadi lebih mudah terdegradasi oleh erosi tanah. Praktek
penebangan dan perusakan hutan (deforesterisasi) merupakan penyebab utama terjadinya
erosi di kawasan daerah aliran sungai (DAS). Jadi, pengalih fungsian lahan menjadi lahan
pertanianpun harus diperhatikan efek yang akan timbul.Penurunan produktivitas usaha tani
secara langsung akan diikuti oleh penurunan pendapatan petani dan kesejahteraan petani.
Disamping menyebabkan ketidak-berlanjutan usaha tani di wilayah hulu, kegiatan usaha tani
tersebut juga menyebabkan kerusakan sumber daya lahan dan lingkungan di wilayah hilir,
yang akan menyebabkan ketidak-berlanjutan beberapa kegiatan usaha ekonomi produktif di
wilayah hilir akibat terjadinya pengendapan sedimen, kerusakan sarana irigasi, bahaya banjir
dimusim penghujan dan kekeringan dimusim kemarau.

2. Pencemaran Agrokimia pada Tanah Pertanian

Tingkat pencemaran dan kerusakan lingkungan di lingkungan pertanian dapat


disebabkan karena penggunaan agrokimia (pupuk dan pestisida) yang tidak proporsional.
Dampak negatif dari penggunaan agrokimia antara lain berupa pencemaran air, tanah, dan
hasil pertanian, gangguan kesehatan petani, menurunnya keanekaragaman hayati, ketidak
berdayaan petani dalam pengadaan bibit, pupuk kimia dan dalam menentukan komoditas
yang akan ditanam. Penggunaan pestisida yang berlebih dalam kurun yang panjang, akan
berdampak pada kehidupan dan keberadaan musuh alami hama dan penyakit, dan juga
berdampak pada kehidupan biota tanah. Hal ini menyebabkan terjadinya ledakan hama
penyakit dan degradasi biota tanah.Penggunaan pupuk kimia yang berkonsentrasi tinggi dan
dengan dosis yang tinggi dalam kurun waktu yang panjang menyebabkan terjadinya
kemerosotan kesuburan tanah karena terjadi ketimpangan hara atau kekurangan hara lain, dan
semakin merosotnya kandungan bahan organik tanah. Hal ini kalau dibiarkan terus menerus
tidak menutup kemungkinan terjadinya defisiensi atau kekurangan unsur hara tertentu dalam
tanah.Akibat dari ditinggalkannya penggunaan pupuk organik berdampak pada penyusutan
kandungan bahan organik tanah. Sistem pertanian bisa menjadi sustainable (berkelanjutan)
jika kandungan bahan organik tanah lebih dari 2%. Bahan organik tanah disamping
memberikan unsur hara tanaman yang lengkap juga akan memperbaiki struktur tanah,
sehingga tanah akan semakin remah. Namun jika penambahan bahan organik tidak diberikan
dalam jangka panjang kesuburan fisiknya akan semakin menurun.

3. Pencemaran Industri

Pencemaran dan kerusakan lingkungan di lingkungan pertanian dapat juga disebabkan karena
kegiatan industri. Pengembangan sektor industri akan berpotensi menimbulkan dampak
negatif terhadap lingkungan pertanian kita, dikarenakan adanya limbah cair, gas dan padatan
yang asing bagi lingkungan pertanian. Dampak yang ditimbulkan dapat berupa gas buang
seperti belerang dioksida (SO2) akan menyebabkan terjadinya hujan asam dan akan merusak
lahan pertanian. Disamping itu, adanya limbah cair dengan kandungan logam berat beracun
(Pb, Ni, Cd, Hg) akan menyebabkan degradasi lahan pertanian dan terjadinya pencemaran.
Limbah cair ini apa bila masuk ke badan air pengairan, dampak negatifnya akan meluas
sebarannya. Penggalakan terhadap program kali bersih dan langit biru perlu dilakukan, dan
penerapan sangsi bagi pengusaha yang mengotori tanah, air dan udara.

4. Pertambangan dan Galian C

Usaha pertambangan besar sering dilakukan diatas lahan yang subur atau hutan yang
permanen. Dampak negatif pertambangan dapat berupa rusaknya permukaan bekas
penambangan yang tidak teratur, hilangnya lapisan tanah yang subur, dan sisa ekstraksi
(tailing) yang akan berpengaruh pada reaksi tanah dan komposisi tanah. Sisa ektraksi ini bisa
bereaksi sangat asam atau sangat basa, sehingga akan berpengaruh pada degradasi kesuburan
tanah. Semakin meningkatnya kebutuhan akan bahan bangunan terutama batu bata dan
genteng, akan menyebabkan kebutuhan tanah galian juga semakin banyak (galian C). Tanah
untuk pembuatan batu bata dan genteng lebih cocok pada tanah tanah yang subur yang
produktif. Dengan dipicu dari rendahnya tingkat keuntungan berusaha tani dan besarnya
resiko kegagalan, menyebabkan lahan-lahan pertanian banyak digunakan untuk pembuatan
batu bata, genteng dan tembikar. Penggalian tanah sawah untuk galian C disamping akan
merusak tata air pengairan (irigasi dan drainase) juga akan terjadi kehilangan lapisan tanah
bagian atas (top soil) yang relatif lebih subur, dan meninggalkan lapisan tanah bawahan (sub
soil) yang kurang subur, sehingga lahan sawah akan menjadi tidak produktif.

5. Alih fungsi lahan

Konversi lahan pertanian yang semakin meningkat akhir-akhir ini merupakan salah satu
ancaman terhadap keberlanjutan pembangunan pertanian. Salah satu pemicu alih fungsi lahan
pertanian ke penggunaan lain adalah rendahnya isentif bagi petani dalam berusaha tani dan
tingkat keuntungan berusahatani relatif rendah. Selain itu, usaha pertanian dihadapkan pada
berbagai masalah yang sulit diprediksi dan mahalnya biaya pengendalian seperti cuaca, hama
dan penyakit, tidak tersedianya sarana produksi dan pemasaran. Alih fungsi lahan banyak
terjadi justru pada lahan pertanian yang mempunyai produktivitas tinggi menjadi lahan non-
pertanian. Alih guna lahan sawah ke areal pemukiman dan industri sangat berpengaruh pada
ketersedian lahan pertanian, dan ketersediaan pangan serta fungsi lainnya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
HUTAN

Pengertian Sumber Daya Hutan


Hutan bukan hanya sekumpulan individu pohon tetapi merupakan suatu masyarakat
tumbuhan yang kompleks, terdiri dari pohon juga tumbuhan bawah, jasad renik tanah, dan
hewan lainnya. Satu sama lainnya terjadi hubungan ketergantungan.
Hutan merupakan suatu ekosistem yang dibentuk atau tersusun oleh berbagai
komponen yang tidak bisa berdiri sendiri, tidak dapat dipisah-pisahkan, bahkan saling
mempengaruhi dan saling bergantung. Banyak yang memberi definisi dan pengertian tentang
hutan. Pada Undang - Undang RI No. 41 Tahun 1999 mencantumkan Hutan adalah kesatuan
ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi
pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat
dipisahkan. Pendapat lain mendefinisikan Hutan sebagai lapangan yang ditumbuhi
pepohonan yang secara keseluruhan merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta alam
lingkungannya atau ekosistem (Kadri dkk., 1992).
Hutan sebagai suatu ekosistem tidak hanya menyimpan sumberdaya alam berupa
kayu, tetapi masih banyak potensi non kayu yang dapat diambil manfaatnya oleh masyarakat
melalui budidaya tanaman pertanian pada lahan hutan. Sebagai fungsi ekosistem hutan sangat
berperan dalam berbagai hal seperti penyedia sumber air, penghasil oksigen, tempat hidup
berjuta flora dan fauna, dan peran penyeimbang lingkungan, serta mencegah timbulnya
pemanasan global. Sebagai fungsi penyedia air bagi kehidupan hutan merupakan salah satu
kawasan yang sangat penting, hal ini dikarenakan hutan adalah tempat bertumbuhnya berjuta
tanaman
 Pengertian Hutan Menurut para ahli :
Soerianegara dan Indrawan (1982) mengemukakan Hutan adalah masyarakat tumbuh-
tumbuhan yang dikuasai atau didominasi oleh pohon-pohon dan mempunyai keadaan
lingkungan yang berbeda dengan keadaan diluar hutan.
Arief (1994) menulis bahwa Hutan adalah masyarakat tumbuh-tumbuhan dan
binatang yang hidup dalam lapisan dan di permukaan tanah dan terletak pada suatu kawasan,
serta membentuk suatu kesatuan ekosistem yang berada dalam keseimbangan dinamis.
Walaupun berbagai pendapat dikemukakan namun semuanya itu mengadung pengertian yang
sama.
Untuk dapat dikategorikan hutan, sekelompok pohon-pohon harus mempunyai tajuk-
tajuk yang cukup rapat, sehingga merangsang pemangkasan secara alami, dengan cara
menaungi ranting dan dahan di bagian bawah, dan menghasilkan tumpukan bahan
organic/seresah yang sudah terurai maupun yang belum, di atas tanah mineral. Terdapat
unsur-unsur lain yang berasosiasi, antara lain tumbuhan yang lebih kecil dan berbagai bentuk
kehidupan fauna.
 Fungsi Dan Formasi Hutan Di Indonesia
Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki hutan yang luas di dunia, berikut di
bawah ini adalah pembagian macam-macam / jenis-jenis hutan yang ada di Negara Kesatuan
Republik Indonesia:
1. Hutan bakau
2. Hutan Sabana
3. Hutan Rawa
4. Hutan Hujan tropis
Hutan bagi manusia mempunyai dua fungsi pokok, yaitu fungsi ekologis dan fungsi
ekonomis. yaitu sebagai berikut :
 Fungsi Ekologis
Sebagai fungsi ekologis, hutan menghisap karbon dari udara dan mengembalikan oksigen
(O2) kepada manusia. Hutan melakukan penyaringan udara yang kotor akibat pencemaran
kendaraan bermotor, pabrik-pabrik, usaha-usaha pertambangan, aktivitas rumah tangga
masyarakat, maka hilangnya hutan berarti bumi tidak memiliki keseimbangan untuk
mempertahankan keseimbangan atas tersedianya oksigen yang sangat dibutuhkan oleh
mahluk hidup dalam melaksanakan proses respirasi (pernapasan).

 Fungsi Ekonomis
Sebagai fungsi ekonomis, manusia telah memanfaatkan hutan dari generasi ke
generasi. Pemanfaatan yang dikenal manusia dari hutan adalah pengambilan hasil hutan,
terutama kayu. Pengambilan mulai dari kayu ramin, meranti, ulin sampai dengan kayu bakar
dimanfaatkan manusia baik untuk keperluan sendiri ataupun sebagai penghasil devisa negara.
Bahkan bagi masyarakat tertentu hutan adalah seluruh kehidupannya sebagai tempat tinggal
dan tempat mencari nafkah.
 Klasifikasi Hutan
Saat ini pemerintah telah memberikan klasifikasi hutan dibagi berdasarkan fungsinya,
yaitu :
1. Hutan Wisata adalah hutan yang digunakan untuk rekreasi oleh masyarakat umum.
2. Hutan Cadangan adalah hutan yang menyediakan berbagai plasma nutfah berupa flora dan
fauna yang merupakan kekayaan alam indonesia untuk menjadi kelestarian beberapa
spesies yang tergolong langka agar habitatnya tetap tersedia di dunia.
3. Hutan Lindung adalah hutan yang difungsikan sebagai penjaga ketaraturan air dalam tanah
(fungsi hidrolisis), menjaga tanah agar tidak terjadi erosi serta untuk mengatur iklim
(fungsi klimatologis) sebagai penanggulang pencematan udara seperti CO 2 (karbon
dioksida) dan CO (karbon monoksida). Hutan lindung sangat dilindungi dari perusakan
penebangan hutan membabibuta yang umumnya terdapat di sekitar lereng dan bibir pantai.
4. Hutan Produksi / Hutan Industri yaitu adalah hutan yang dapat dikelola untuk
menghasilkan sesuatu yang bernilai ekonomi. Hutan produksi dapat dikategorikan menjadi
dua golongan yakni hutan rimba dan hutan budidaya. Hutan rimba adalah hutan yang
alami sedangkan hutan budidaya adalah hutan yang sengaja dikelola manusia yang
biasanya terdiri dari satu jenis tanaman saja. Hutan rimba yang diusahakan manusia harus
menebang pohon denga sistem tebang pilih dengan memilih pohon yang cukup umur dan
ukuran saja agar yang masih kecil tidak ikut rusak.

Kerusakan Hutan di Indonesia


Contoh Kerusakan Hutan:
1. Kebakaran hutan
2. Penebangan Liar
3. Pemeralihan fungsi hutan
Cara pengambilan kayu yang tidak benar sering menimbulkan masalah. Kayu-kayu
sering diperoleh dengan penebangan hutan secara liar. Penebangan tumbuhan di hutan tanpa
pilih tentu akan menimbulkan dampak buruk. Supaya hutan tidak rusak dapat dilakukan
penebangan hutan dengan cara-cara berikut :
 Tumbuhan yang hendak ditebang seharusnya dipilih yang sudah berumur tua.
 Penebangan hendaknya diiringi dengan penanaman hutan kembali atau reboisasi.
Penebangan hutan secara liar dapat berdampak hilangnya fungsi hutan. Terutama
fungsi hutan sebagai penyimpan atau penyerap air hujan. Saat hujan turun, kondisi tersebut
dapat mengakibatkan terjadinya banjir ataupun tanah longsor.
Selain kayu, sumber daya hutan yang sering diambil manusia berupa hewan-hewan.
Hewan hewan ini diambil manusia dengan cara diburu. Gajah diburu untuk diambil
gadingnya, harimau diambil kulitnya, ular diambil kulit dan minyaknya, serta badak diambil
culanya. Perburuan liar inilah yang akan berdampak pada punahnya hewan-hewan hutan. Hal
ini tentu akan membuat ekosistem hutan menjadi tidak seimbang.
Seiring dengan pertumbuhan penduduk, maka bertambah pula kebutuhan lahan.
Lahan digunakan untuk perumahan, pertanian, dan industri. Akibatnya, manusia membuka
lahan hutan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Akan tetapi, cara pembukaan lahan ini
sering menimbulkan masalah. Manusia membuka lahan hutan dengan cara membakar hutan.
Tindakan ini dapat menyebabkan kebakaran hutan. Kebakaran hutan dapat menyebabkan
tanah hutan menjadi tandus. Ekosistem hutan juga menjadi rusak karena sebagian besar
tumbuhan dan hewan di dalam hutan mati terbakar. Selain itu, kebakaran hutan dapat
mengganggu kesehatan manusia. Asap yang ditimbulkan dari kebakaran dapat menyebabkan
penyakit saluran pernapasan.
 Akibat Dari Kerusakan Hutan
1. Tanah Longsor
2. Banjir
3. Polusi Udara
4. Kurangnya cadangan air pada musim kemarau
5. Krisis air bersih
 Penanggulangan Kerusakan Hutan Secara Umum
Langkah pertama yang harus dilakukan oleh pemerintah sebagai penentu kebijakan
harus segera melakukan pemulihan terhadap kerusakan hutan untuk menjaga agar tidak
terjadi kerusakan yang lebih parah.
Langkah kedua, pemerintah harus menerapkan cara-cara baru dalam penanganan
kerusakan hutan. Pemerintah mengikutsertakan peran serta masyarakat terutama peningkatan
pelestarian dan pemanfaatan hutan alam berupa upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, pendidikan dan latihan serta rekayasa kehutanan.
Langkah ketiga adalah pencegahan dan peringanan. Pencegahan di sini dimaksud
kegiatan penyuluhan / penerangan kepada masyarakat lokal akan penting menjaga fungsi dan
manfaat hutan agar dapat membantu dalam menjaga kelestarian hutan dan penegakan hukum
yang tegas oleh aparat penegak hukum, POLRI yang dibantu oleh POL HUT dalam
melaksanakan penyelidikan terhadap para oknum pemerintahan daerah atau desa yang
menyalahgunakan wewenang untuk memperdagangkan kayu pada hutan lindung serta
menangkap dan melakukan penyidikan secara tuntas terhadap para cukong - cukong kayu
yang merugikan negara trilyunan rupiah setiap tahunnya.
Langkah terakhir adalah adanya kesiapsiagaan yang berlangsung selama 24 jam
terhadap penjagaan terhadap kelestarian hutan ini. Pemerintah harus melaksanakan
pengawasan dan pengendalian secara rutin dan situasional terhadap segala hal yang berkaitan
adanya informasi kerusakan hutan yang didapatkan melalui media massa cetak maupun
elektronik ataupun informasi yang berasal dari masyarakat sendiri.
LAUT

Pengertian Sumber Daya Laut

Sumber daya laut merupakan sumber daya yang meliputi, ruang lingkup yang luas
yang mencankup kehidupan laut ( flora dan fauna, mulai dari organisme mikroskopis hingga
paus pembunuh dan habitat laut ) mulai dari perairan dalam sampai ke daerah pasang surut
dipantai dataran tinggi dan daerah muara yang luas. Berbagai orang memanfaatkan dan
berinteraksi dengan lingkungan laut mulai dari pelaut, nelayan komersial, pemanen kerang,
ilmuwan dan lain-lain. Dan digunakan untuk berbagai kegiatan baik rekreasi, penelitian,
industri dan kegiatan lain yang bersifat komersial.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, selanjutnya disebut UUD


1945 Pasal 33 ayat (3) mengatur dengan tegas bahwa "Bumi dan air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat". Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago state) yang
memiliki garis pantai terpanjang di dunia yang sebesar 61.000 km. Indonesia pun juga
memiliki wilayah laut yang sangat luas di mana terdapat 3 macam wilayah perairan
berdasarkan Konvensi Hukum Laut Internasional, yaitu perairan laut territorial (0,3 juta
km2), zona ekonomi eklusif (ZEE) (2,55 juta km2), dan landas kontinen.

Pemanfaatan Sumber Daya Alam pesisir dan laut saat ini dalam waktu dasawarsa
terakhir ini sangat buruk banyak berbagai macam kerusakan yang dialami seperti contohnya
pengelolaan sumberdaya di darat telah menimbulkan degradasi lahan, hutan, dan air serta
kerusakan lingkungan yang mengancam kelesetarian laut ataupun darat. Wilayah pesisir
(coastal zone) belum didefinisikan secara bakum namun terdapat kesepakatan umum di dunia
bahwa wilayah pesisir adalah suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan (Dahuri et
al.2001). Sebagai kawasan daratan, wilayah pesisir yang masih dipengaruhi oleh proses dan
dinamika laut seperti halnya pasang surut, intrusi air laut, dan kawasan laut yang masih
mendapat pengaruh dari proses dan dinamika daratan seperti sedimentasi dan pencemaran
lingkungan sekitar. Secara administrasi dalam hal ini membatasi wilayah pesisir sebagai
wilayah pesisir sebagai wilayah administrasi pemerintahan yang memiliki batas terluar
sebelah hulu dari kecamatan atau kabupaten/kota yang mempunyai laut dank e arah laut
sejauh 12 mil laut dari garis pantai untuk provinsi dan sepertiganya untuk kabupaten/kota.

Laut dapat diklasifikasikan menurut karakteristiknya masing-masing, berdasarkan


kedalamannya laut dikelompokkan ke dalam empat zona, yaitu:

 Zona litoral adalah wilayah laut yang pada saat terjadinya pasang naik tertutup oleh
air laut dan ketika air laut surut wilayah ini menjadi kering. Zona ini sering disebut se-
bagai wiayah pasang surut.
 Zona neritic adalah wilayah laut mulai zona pasang surut sampai kedalaman 200m.
Zona ini merupakan tempat terkonsentrasinya biota laut, terutama berbagai jenis ikan
yang ada di laut. Zona neritic sering disebut wilayah laut dangkal.
 Zona batial adalah wilayah laut yang merupakan lereng benua yang tenggelam di
dasar samudra. Kedalaman zona ini berkisar di atas 200m-200m.
 Zona abisial adalah wilayah laut yang merupakan wilayah dasar samudra. Kedala-
mannya di atas 200m dan jenis biota yang ada pada zona ini terbatas.

Dalam hal ini laut sangat penting karena laut dapat memberikan banyak manfaat bagi
kehidupan manusia diantaranya sebagai sumber bahan makanan dan mineral. Ekosistem
pantai memiliki arti penting sebagai tempat berkembang biaknya berbagai jenis biota laut,
tanaman baku (mangrove) dan juga sebagai sarana pelesetarian pantai dari ancaman abrasi air
laut.

Daerah pesisir dan laut merupakan salah satu dari lingkungan perairan yang mudah
terpengaruh dengan adanya buangan limbah dari darat. Pada umumnya ekosisitem kompleks
dan peka terhadap gangguan. Dapat dikatakan bahwa setiap kegiatan pemanfaatan dan
pengembangannya di manapun juga di wilayah pesisir secara potensial dapat merupakan
sumber kerusakan bagi ekosistem di wilayah tersebut.

Kerusakan lingkungan bagi wilayah pesisir

 Degradasi fisik habitat


 Over eksploitasi sumber daya alam
 Abrasi pantai
 Konservasi kawasan lindung menjadi peruntukan pembangunan lainnya
 Bencana alam

Padahal dapat kita ketahui bahwa potensi laut Indonesia sangat lah banyak dengan berbagai
keanekaragaman hayati atau non hayati seperti:

 Potensi perikanan di Indonesia mencapai 32 miliar dolar AS


 Potensi kekayaan pesisir alam sebesar 56 miliar dolar AS
 Potensi kekayaan bioteknologi sebesar 40 miliar dolar AS
 Potensi kekayaan wisata bahari sebesar 2 miliar dolar AS
 Potensi pengembangan transportasi laut sebesar 20 miliar AS

Penangkapan ikan yang bertanggung jawab dan ramah lingkungan merupakan


tuntutan zaman, mengingat bahwa semakin tingginya kerusakan ekosistem laut dan
menurunnya sumberdaya kelautan dan perikanan. Pemanfaatan dan pengelolaan Sumber
Daya Kelautan dan Perikanan yang serampangan akan menganggu keseimbangan ekosistem
dan pada akhirnya dapat berdampak terhadap keselamatan umat manusia di muka bumi.

Di dalam hal ini cara memanfaatkan dan mengelola sumber daya kelautan dan
perikanan masyrakat kurang memperhatikan aspek berkelanjutan sumber daya perikanan dan
kelautan dikarenakan masyarakat banyak yang menggunakan bom, potassium sianida dan
illegal fishing untuk memenuhi permintaan pasar. Pada akhirnya terjadilah kerusakan
lingkungan dan menurunnya sumber daya kelautan dan perikanan misalnya seperti rusaknya
terumbu karang dan terjadinya overfishing untuk berbagai jenis sumber daya kelautan dan
perikanan di dalam wilayah perairan Indonesia.

Dalam hal ini seiring kerusakan sumberdaya hayati atau non hayati yang berada di
wilayah pesisir dan laut perlu adanya penanggulangan secara cepat agar pembangunan
berkelanjutan wilayah pesisir dan laut di Indonsia tetap terjaga. Penanggulangan kerusakan
lingkungan peisisr dan laut harus dilakukan secara bertahap dan memperhatikan alam
sekitarnya agar tujuan dari upaya ini dapat tercapai dengan maksimal.
Bahwa dapat kita ketahui subjek dan objek penanggulangan ini terkait erat dengan
keberadaan masyarakat karena masyarakat dalam hal ini mempunyai ketergantungan cukup
tinggi terhadap ketersediaan sumber daya yang berada di sekitarnya. Penanggulangan
kerusakan lingkungan di wilayah pesisir dan laut berbasis masyarakat dapat mampu
menjawab berbagai persoalan masalah yang terjadi di suatu wilayah berdasarkan karakteristik
sumber daya alam dan sumber daya manusia di wilayah tersebut. Dan juga dari pihak
pemerintah sendiri membuat Undang-Undang mengenai pemanfaatan wilayah pesisir dan laut
UU No. 1 Tahun 2004 harus lebih diperketat regulasinya dan mengontrol setiap kegiatan
manusia lakukan setiap sebualan sekali. Dikarenakan hal ini pemerintah juga pun harus
terlibat dalam menjaga ekosistem laut di Indonesia, agar masyarakat mengetahui bahwa
pemanfaat sumber daya laut sangat di butuhkan dan harus dipertahankan agar pembangunan
berkelanjutan terus tetap terjaga.

Sebagaimana hal ini keterlibatan masyarakat lah yang sangat besar dengan
membangunan pola perencanaan pengelolaan meliputi pola pendekatan perencanaan dari
bawah yang disinkronkan dengan pola pendekatan perencanaan dari atas menjadi sinergi
diimplementasikan. Prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat harus dijadikan sebagai dasar
implementasi sebuah pengelolaan berbasis masyarakat. Dalam hal ini tujuan khusus
penganggulangan yang berbasis masyarakat dalam hal ini dilakukan untuk:

 Meningkatakan kesadaran masyarakat.


 Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk berperan serta dalam pengembangan
rencana penanggulangan kerusakan lingkungan secara terpadu.
 Membantu masyarakat setempat memilih dan mengembangkan aktivitas ekonomi
yang baik dan ramah lingkungan.
 Memberikan pelatihan mengenai sistem pelaksanaan dan pengawasan upaya penang-
gulangan kerusakan lingkungan pesisir dan laut berbasis masyarakat.
MINERAL

Pengertian Sumber Daya Mineral


Sumber daya mineral (mineral resource) ada.lah endapan mineral yang diharapkan dapat
dimanfaatkan secara nyata. Sumber daya mineral dengan keyakinan geologi tertentu dapat
berubah menjadi cadangan setelah dilakukan pengkajian kelayakan tambang dan memenuhi
kriteria layak tambang.
Sumber daya mineral atau yang lebih dikenal dengan bahan galian mengandung arti bahan
yang dijumpaidi dalam baik berupa unsur kimia, mineral, bijih ataupun segala macam batuan.
Berdasarkan bentuknya bahan galian dibedakan menjadi tiga yaitu bahan galian berbentuk
padat (misalnya emas, perak dan gamping, lempung dll), bahan galian berbentuk cair
(misalnya minyak bumi, yodium dll), maupun bahan galian yang berbentuk gas (misalnya gas
alam).
Barang tambang di Indonesia terdapat di darat dan di laut. Untuk mengolah barang
tambang tersebut tentunya kita harus memiliki banyak modal, tenaga ahli dan penguasaan
tekhnologi yang cukup mumpuni. Kekayaan alam Indonesia dapat dikelola oleh perusahaan
swasta maupun asing dengan syarat bahwa mereka telah mendapatkan konsensi resmi dari
Pemerintah Indonesia. Konsensi ini merupakan surat izin yang dikeluarkan pemerintah
terhadap perusahaan yang berminat untuk mengolah barang tambang yang ada di Indonesia
dengan peraturan sistem bagi hasil.
Usaha pertambangan bahan galian merupakan semua usaha yang dilakukan oleh
seseorang atau badan hukum/ badan usaha untuk mengambil bahan galian dengan tujuan
untuk dimanfaatkan lebih lanjut bagi kepentingan manusia. Usaha pertambangan bahan
galian yang dimaksudkan dalam Undang-Undang meliputi kegiatan:
 Penyelidikan Umum
Penyelidikan umum ini bertujuan untuk mengetahui jumlah cadangan barang tambang
yang terkandung di dalamnya.
 Eksplorasi
Usaha penyelidikan geologi pertambangan untuk menetapkan lebihteliti adanya sifat dan
letak Bahan galian.
Eksploitasi pengolahan dan pemurnian
Usaha pertambangan dengan maksud untuk menghasilkan bahan Galian dan
memanfaatkannya.
 Pengangkutan
Usaha pemindahan bahan galian dari daerah eksplorasi, eksploitasiatau dari Tempat
pengolahan ke tempat lain.
 Penjualan
Usaha penjualan dari hasil pengolahan ataupun pemurnian bahan galian.

 Macam-macam sumber daya mineral :


1. sumber daya mineral hipotetik (hypothetical mineral resource)adalah sumber daya
mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan perkiraan pada tahap
survei tinjau.
2. sumber daya mineral tereka ( inferred mineral resource)adalah sumber daya mineral
yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan hasil tahap prospeksi.
3. sumber daya mineral terunjuk (indicated mineral resource)adalah sumber daya min-
eral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan hasil tahap eksplorasi
umum.
4. sumber daya mineral terukur (measured mineral resource)adalah sumber daya mineral
yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan hasil tahap eksplorasi rinci.
5. sumber daya mineral pra kelayakan (prefeasibility mineral resource) adalah sumber
daya mineral yang yang dinyatakan berpotensi ekonomis dari hasil studi pra ke-
layakan yang biasanya dilaksanakan di daerah eksplorasi rinci dan eksplorasi umum.
6. sumber daya mineral kelayakan (feasibility mineral resource)adalah sumber daya
mineral yang yang dinyatakan berpotensi ekonomis dari hasil studi kelayakan atau su-
atu kegiatan penambangan yang biasanya sebelumnya dilakukan di daerah esplorasi
rinci.
7. sumber daya alam berdasarkan jenis :
 sumber daya alam non hayati/ biotic adalah sumber daya alam yang berasal dari
makhluk hidup. contoh: tumbuhan, hewan, mikro organisme dll
 sumber daya alam non hayati/ aboitic adalah sumber daya alam yang berasal dari
benda. contoh : bahan tamabanag, air, udara, batuan dll.
8. sumber daya alam berdasarakan sifat pembaharuan:
 sumber daya alam yang dapat diperbaharui/ renewable ialah sumber daya alam yang
dapat digunakan brulang-ulanng kali dan dapat dilestarikan. contoh : air, tumbuhan,
hewan, hasil hutan dll
 sumber daya alam tidak dapat diperbaharui/ non renewable ialahsumber daya alam
yang tidak dapat di daur ulang atau bersifat hana dapat digunakan sekali saja atau
tidak dapat dilestarikan serta dapat punah.
 sumber daya alam tidak terbatas jumlanhya/ unlimited. Contoh sinar matahari, arus
laut, udara dll
9. sumber daya alam berdasarkan kegunaan dan penggunaannya:
 sumber daya alam penghasil bahan baku adalah sumber daya alam yan dapat
digunakan untuk menghasilkan benda atau barang lain sehingga nilai gunyanya akan
menjadi lebih tinggi. contoh : hasil hutan, barang tambang, hasil pertanian dll
 sumber daya alam penghasil energi adalah sumber daya alamyang dapat
menghasilkan atau memproduksi energi demi kepentingan umat manusia di muka
bumi. contoh : ombak, panas bumi, arus sungai, sinar matahari, minyak bumi, gas
bumi dll
 Jenis – Jenis Sumber Daya Mineral
Departemen pertambangan dan energi menggolongkan mineral ke dalam3 (tiga)
kelompok :

1. Kelompok A (mineral strategic),


Yang hanya dapat ditambang oleh pemerintah, tetapi perusahaan domestik dan asing
dapat menjalankan “join venture”(patungan) dengan perusahaan pemerintah
berdasarkan kontrak karya atau persetujuan kerja sama. Yang termasuk dalam
kelompok ini adalah minyak bumi, gas alam, bitumen cair, antransit, batubara, lignit,
uranium, radium, thorium dan mineral radioaktif lainnya, nikel, cobalt, dan timah.
2. Kelompok B (mineral vital)
Yang dapat ditambang oleh BUMN, badan usaha swasta, koperasi maupun pribadi-
pribadi warganegara. Badan swasta asing hanya sebagai kontraktor pemerintah atau
anggota minoritas pada perusahaan nasional. Namun perusahaan asing boleh
menjalankan eksplorasi melalui pemegang izin swasta Indonesia. Kelompok ini
meliputi besi, manggan, molybdenum, chromit, yodim dan belerang.
3. Kelompok C (mineral lainnya)
Hanya boleh ditambang oleh perusahaan swasta nasional. Perusahaan asing dapat
member dana dan mengadakan kontrak pembelian mineral ini. Kelompok ini meliputi
gamping, tanah liat, gips, fosfat, nitrat, asbestos, mika, granit, magnesit, jarosit, leusit,
dll.
 Peranan usaha pertambangan dalam pembangunan Indonesia

Pertambangan secara besar-besaran di Indonesia dengan menggunakan peralatan


modern, terutama untuk pertambangan energi dan mineral logam. Usaha pertambangan dan
bahan galian dalam pembangunan Indonsia mempunyai peranan diantaranya:
a. Menambah pendapatan negara/devisa negara.
b. Memperluas lapangan pekerjaan.
c. Memajukan bidang transfortasi dan komunikasi.
d. Memajukan industri dalam negeri.

Kerusakan Lahan Akibat Aktivitas Pertambangan

Kerusakan lahan akibat pertambangan dapat terjadi selama kegiatan pertambangan


maupun pasca pertambangan. Dampak yang ditimbulkan akan berbeda pada setiap jenis
pertambangan, tergantung pada metode dan teknologi yang digunakan (Direktorat Sumber
Daya Mineral dan Pertambangan, 2003). Kebanyakan kerusakan lahan yang terjadi
disebabkan oleh perusahaan tambang yang menyimpang dari ketentuan yang berlaku dan
adanya penambangan tanpa izin (PETI) yang melakukan proses penambangan secara liar dan
tidak ramah lingkungan (Kementerian Lingkungan Hidup, 2002).

Semakin besar skala kegiatan pertambangan, makin besar pula areal dampak yang
ditimbulkan. Perubahan lingkungan akibat kegiatan pertambangan dapat bersifat permanen,
atau tidak dapat dikembalikan kepada keadaan semula (Dyahwanti, 2007).Secara umum
kerusakan lahan yang terjadi akibat aktivitas pertambangan antara lain:

1. Perubahan vegetasi penutup

Proses land clearing pada saat operasi pertambangan dimulai menghasilkan dampak
lingkungan yang sangat signifikan yaitu hilangnya vegetasi alami. Apalagi kegiatan
pertambangan yang dilakukan di dalam kawasan hutan lindung. Hilangnya vegetasi akan
berdampak pada perubahan iklim mikro, keanekaragaman hayati (biodiversity) dan habitat
satwa menjadi berkurang. Tanpa vegetasi lahan menjadi terbuka dan akan memperbesar erosi
dan sedimentasi pada saat musim hujan.

Gambar 1. Proses land clearing yang mengakibatkan hilangnya vegetasi alami


2. Perubahan topografi
Pengupasan tanah pucuk mengakibatkan perubahan topografi pada daerah tam-
bang. Areal yang berubah umumnya lebih luas dari dari lubang tambang karena digu-
nakan untuk menumpuk hasil galian (tanah pucuk dan overburden) dan pembangunan
infrastruktur. Hal ini sering menjadi masalah pada perusahaan tambang kecil karena
keterbatasan lahan (Iskandar, 2010). Seperti halnya dampak hilangnya vegetasi, peruba-
han topografi yang tidak teratur atau membentuk lereng yang curam akan memperbesar
laju aliran permukaan dan meningkatkan erosi. Kondisi bentang alam/topografi yang
membutuhkan waktu lama untuk terbentuk, dalam sekejap dapat berubah akibat aktivi-
tas pertambangan dan akan sulit dikembalikan dalam keadaan yang semula.

Gambar 2. Perubahan topografi akibat aktivitas pertambangan


3. Perubahan pola hidrologi
Kondisi hidrologi daerah sekitar tambang terbuka mengalami perubahan aki-
batnya hilangnya vegetasi yang merupakan salah satu kunci dalam siklus hidrologi. Di-
tambah lagi pada sistem penambangan terbuka saat beroperasi, air dipompa lewat
sumur-sumur bor untuk mengeringkan areal yang dieksploitasi untuk memudahkan
pengambilan bahan tambang. Setelah tambang tidak beroperasi, aktivitas sumur pompa
dihentikan maka tinggi muka air tanah (ground water table) berubah yang
mengindikasikan pengurangan cadangan air tanah untuk keperluan lain dan berpotensi
tercemarnya badan air akibat tersingkapnya batuan yang mengandung sulfida sehingga
kualitasnya menurun (Ptacek, et.al, 2001).
4. Kerusakan tubuh tanah
Kerusakan tubuh tanah dapat terjadi pada saat pengupasan dan penimbunan
kembali tanah pucuk untuk proses reklamasi. Kerusakan terjadi diakibatkan tercam-
purnya tubuh tanah (top soil dan sub soil) secara tidak teratur sehingga akan meng-
ganggu kesuburan fisik, kimia, dan biolagi tanah (Iskandar, 2010). Hal ini tentunya
membuat tanah sebagai media tumbuh tak dapat berfungsi dengan baik bagi tanaman
nantinya dan tanpa adanya vegetasi penutup akan membuatnya rentan terhadap erosi
baik oleh hujan maupun angin. Pattimahu (2004) menambahkan bahwa terkikisnya
lapisan topsoil dan serasah sebagai sumber karbon untuk menyokong kelangsungan
hidup mikroba tanah potensial, merupakan salah satu penyebab utama menurunnya
populasi dan aktifitas mikroba tanah yang berfungsi penting dalam penyediaan unsur-
unsur hara dan secara tidak langsung mempengaruhi kehidupan tanaman. Selain itu
dengan mobilitas operasi alat berat di atas tanah mengakibatkan terjadinya pemadatan
tanah. Kondisi tanah yang kompak karena pemadatan menyebabkan buruknya sistem
tata air (water infiltration and percolation) dan peredaran udara (aerasi) yang secara
langsung dapat membawa dampak negatif terhadap fungsi dan perkembangan akar.
Proses pengupasan tanah dan batuan yang menutupi bahan tambang juga akan
berdampak pada kerusakan tubuh tanah dan lingkungan sekitarnya. Menurut Suprapto
(2008a) membongkar dan memindahkan batuan mengandung sulfida (overburden)
menyebabkan terbukanya mineral sulfida terhadap udara bebas. Pada kondisi terekspos
pada udara bebas mineral sulfida akan teroksidasi dan terlarutkan dalam air memben-
tuk Air Asam Tambang (AAT). AAT berpotensi melarutkan logam yang terlewati se-
hingga membentuk aliran mengandung bahan beracun berbahaya yang akan menu-
runkan kualitas lingkungan.
Sementara itu proses pengolahan bijih mineral dari hasil tambang yang meng-
hasilkan limbah tailing juga berpotensi mengandung bahan pembentuk asam
(Suprapto, 2008b), sehingga akan merusak lingkungan karena keberadaannya yang
bisa jauh ke luar arel tambang.

Gambar 4. (a) Pencemaran AAT dan pengendapan tailing ke sungai yang


mempengaruhi daerah di luar areal tambang, (b) Pengendapan tailing Grasberg
(Landsat 2003).

BAB II
PEMBAHASAN
1. Pencemaran lingkungan
1.1. Pengertian Pencemaran
Pencemaran, menurut SK Menteri Kependudukan Lingkungan Hidup No
02/MENKLH/1988, adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi,
dan/atau komponen lain ke dalam air/udara, dan/atau berubahnya tatanan (kom -
posisi) air/udara oleh kegiatan manusia dan proses alam, sehingga kualitas
air/udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukkannya.
Untuk mencegah terjadinya pencemaran terhadap lingkungan oleh berba-
gai aktivitas industri dan aktivitas manusia, maka diperlukan pengendalian ter -
hadap pencemaran lingkungan dengan menetapkan baku mutu lingkungan. Baku
mutu lingkungan adalah batas kadar yang diperkenankan bagi zat atau bahan
pencemar terdapat di lingkungan dengan tidak menimbulkan gangguan terhadap
makhluk hidup, tumbuhan atau benda lainnya.
Pada saat ini, pencemaran terhadap lingkungan berlangsung di mana-
mana dengan laju yang sangat cepat. Sekarang ini beban pencemaran dalam
lingkungan sudah semakin berat dengan masuknya limbah industri dari berbagai
bahan kimia termasuk logam berat.
Pencemaran lingkungan dapat dikategorikan menjadi:
 Pencemaran air
 Pencemaran udara
 Pencemaran tanah
1.2 Pengertian Pencemaran Lingkungan
Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya
makluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lngkungan atau
berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam
sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menye-
babkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfingsi lagi sesuai
dengan peruntukannya (UU Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 Tahun
1982).
Pencemaran dapat timbul sebagai akibat kegiatan manusia ataupun dise-
babkan oleh alam (misal gunung meletus, gas beracun). Ilmu lingkungan bi -
asanya membahas pencemaran yang disebabkan oleh aktivitas manusia, yang da-
pat dicegah dan dikendalikan. Karena kegiatan manusia, pencermaran lingkun-
gan pasti terjadi. Pencemaran lingkungan tersebut tidak dapat dihindari. Yang
dapat dilakukan adalah mengurangi pencemaran, mengendalikan pencemaran, dan
meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap lingkungannya
agar tidak mencemari lingkngan.
Zat atau bahan yang dapat mengakibatkan pencemaran di sebut polutan.
Syaratsyarat suatu zat disebut polutan bila keberadaannya dapat menye-
babkan kerugian terhadap makluk hidup. Contohnya, karbon dioksida dengan
kadar 0,033% di udara berfaedah bagi tumbuhan, tetapi bila lebih tinggi dari
0,033% dapat memberikan efek merusak.
Suatu zat dapat disebut polutan apabila :
1. Jumlahnya melebihi jumlah normal.
2. Berada pada waktu yang tidak tepat.
3. Berada di tempat yang tidak tepat.

Sifat polutan yaitu :


 Merusak untuk sementara, tetapi bila telah bereaksi dengan zat
lingkungan tidak merusak lagi.
 Merusak dalam waktu lama. Contohnya Pb tidak merusak bila
konsentrasinya rendah. Akan tetapi dalam jangka waktu yang lama, Pb
dapat terakumulasi dalam tubuh sampai tingkat yang merusak.
2. Pencemaran udara
Ada sekitar 99% dari udara yang kita isap ialah gas nitrogen dan oksigen. gas lain
dalamjumlah yang sangat sedikit. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa di antara
gas yang sangatsedikit tersebut diidentifikasi sebagai gas pencemar. Di daerah perko-
taan misalnya, gaspencemar berasal dari asap kendaraan, gas buangan pabrik, pem-
bangkit tenaga listrik, asap rokok,larutan pembersih, dan sebagainya yang berhubun-
gan dengan kegiatan manusia.
Komponen – komponen pencemar tersebut dalam tingkat tertentu dapat menye-
babkan kerusakan pada jaringan paru manusia atau hewan, tanaman, bangunan dan
bahan lainnya.Adanya kandungan bahan kimia dalam atmosfer bumi karena polusi
udara akan dapat jugamengubah iklim lokal, regional, dan global, sehingga bisa
meningkatkan jumlah radiasi sinarultraviolet dari matahari ke permukaan bumi.
Terbentukya bumi adalah gas yang melapisi bumi dan terbagi dalam beberapa
lapis. Lapisan yang paling dalam disebut juga troposfer yang tebalnya sekitar 17 km
di atas permukaanbumi. Sekitar 99% dari gas yang nonpolusi dalam udara kering
yang terdapat pada troposferyang kita isap, terdiri dari dua jenis gas, yaitu gas nitro-
gen (78%) dan oksigen (21%). Sisanyaadalah gas argon yang kurang dari 1%, dan
karbon dioksida sekitar 0,035%. Udara dalamtroposfer juga mengandung uap air yang
jumlahnya sekitar 0,01% di daerah subtropis, dansekitar 5% di daerah tropis yang
lembab.
Udara dalam lapisan troposfer selalu berputar-putar dan terus bergerak, menjadi
panas oleh sinar matahari,kemudian bergerak lagi diganti oleh udara dingin yang akan
menjadi panaskembali, begitu seterusnya. Proses fisik tersebut menyebabkan ter-
jadinya pergerakan udaradalam lapisan troposfer, dan merupakan faktor utama untuk
mendeteksi iklim dan cuaca dipermukaan bumi. Di samping itu pergerakan udara
tersebut juga dapat mendistribusikan bahan kimia pencemar dalam lapisan troposfer.
Bilamana udara yang bersih bergerak di atas permukaan bumi, udara tersebut
akansejumlah bahan kimia yang dihasilkan oleh proses alamiah dan aktivitas manusi-
a.Sekali bahan kimia pencemar masuk ke dalam lapisan troposfer, bahan pencemar
tersebutbercampur dengan udara dan terbawa secara vertikal dan horizontal serta
bereaksi secarakimiawi dengan bahan lainnya di dalam atmosfer. Dalam mengikuti
gerakan udara, polutantersebut menyebar, tetapi polutan yang dapat tahan lama akan
terbawa dalam jarak yang jauh dan akhirnya jatuh ke permukaan bumi menjadi par-
tikel-partikel padat dan larut dalam bu-tiran air serta mengembun jatuh ke permukaan
bumi.
Lapisan kedua dari atmosfer ialah stratosfer yang mempunyai ketebalan sekitar
30 km sehingga jarak dari permukaan bumi sekitar 17 km sampai dengan 48 km di
atas permukaanbumi. Dalam lapisan kedua ini ditemukan sejumlah kecil gas ozon
(O3) yang dapat menyaring99% sinar berbahaya dari matahari yaitu radiasi sinar ul-
traviolet. Fungsi dari filter gas O3 yangtipis dalam stratosfer ini ialah mencegah inten-
sitas sinar matahari merusak bumi dan isinya, yaitumencegah kanker kulit, kanker
mata, dan katarak. Selain itu, lapisan ozon juga mencegahtanaman dan hewan air.
Dengan menyaring radiasi energi tinggi dari sinar ultraviolet,lapisan ozon juga meny-

impan cadangan oksigen (O2) dalam lapisan troposfer sebelum berubahmenjadi ozon.
Sejumlah kecil ozon yang terbentuk dalam lapisan troposfer merupakan hasilbuangan
gas dari aktivitas manusia. Gas ozon dalam troposfer merusak tanaman, sistem salu-
ran pernapasan manusia dan hewan serta bahan-bahan yang terbuat dari karet. Se-
hingga dalam kehidupan makhluk hidup sangat bergantung terhadap “ozon yang baik”
yang berada di lapisan stratosfer dan sedikit “ozon yang buruk” dalam lapisan tropos-
fer. Sayang sekali aktivitas manusia dapat menurunkan kadar ozon dari stratosfer dan
menaikkan kadar ozon dalam troposfer
Gambar 1Komposisi lapisan atmosfer bumi
Pada waktu planet bumi terbentuk pertama kali, komposisi, temperatur, dan ke-
mampuan untuk membersihkan diri oleh atmosfer bumi berjalan dengan wajar. Tetapi
selama dua abad belakangan ini, terutama sejak sekitar lima puluh tahun yang silam
komposisi atmosfer menjadi berubah sangat nyata akibat aktivitas manusia. Aktivitas
tersebut berapa proses pembakaran minyak, kebakaran hutan, penggundulan hutan,
dan aktivitas industri serta pertanian.Bahan kimia di udara yang berpengaruh negatif
pada manusia, hewan, tanaman, barang dari logam, batuan dan material lain dapat
dikategorikan sebagai pencemar udara. Banyak bahan pencemar udara yaitu :
 CO2
Pencemaran udara yang paling menonjol adalah semakin meningkatnya
kadar CO2 di udara. Karbon dioksida itu berasal dari pabrik, mesin-mesin yang
menggunakan bahan bakar fosil (batubara, minyak bumi), juga dari mobil, kapal,
pesawat terbang, dan pembakaran kayu. Meningkatnya kadar CO2 di udara tidak
segera diubah menjadi oksigen oleh tumbuhan karena banyak hutan diseluruh
dunia yang ditebang. Sebagaimana diuraikan diatas, hal demikian dapat mengaki-
batkan efek rumah kaca.

 CO
Di lingkungan rumah dapat pula terjadi pencemaran. Misalnya, menghidup-
kan mesin mobil di dalam garasi tertutup. Jika proses pembakaran di mesin
tidak sempurna, maka proses pembakaran itu menghasilkan gas CO (karbon
monoksida) yang keluar memenuhi ruangan. Hal ini dapat membahayakan orang
yang ada di garasi tersebut. Selain itu, menghidupkan AC ketika tidur di dalam
mobil dalam keadaan tertutup juga berbahaya. Bocoran gas CO dari knalpot akan ma-
suk ke dalam mobil, sehingga dapat menyebabkan kamatian.
 CFC
Pencemara dara yang berbahaya lainnya adalah gas khloro fluoro karbon
(disingkat CFC). Gas CFC digunakan sebagai gas pengembang, karena tidak be -
raksi, tidak berbau, tidak berasa, dantidak berbahaya. Gas ini dapat digunakan
misalnya untuk mengembangkan busa (busa kursi), untuk AC (freon), pendingin
pada almari es, dan penyemprot rambut (hair spray).Gas CFC yang membum-
bung tinggi dapat mencapai stratosfer terdapat lapisan gas ozon (O3). Lapisan
ozon ini merupakan pelindung bumi dari pengaruh cahaya ultraviolet. Kalau
tidakl ada lapisan ozon, radiasi cahaya ultraviolet mencapai permukaan bumi,
menyebabkan kematian organisme, tumbuhan menjadi kerdil, menimbulkan mutasi
genetik, menyebebkan kanker kulit atau kanker retina mata. Jika gas CFC mencapai
ozon, akan terjadi reaksi antara CFC dan ozon, sehingga lapisan ozon tersebut
“berlubang” yang disebut sebagai “lubang” ozon. Menurut pengamatan melalui pe-
sawat luar angkasa, lubang ozon di kutub Selatan semakin lebar. Saat ini luas-
nya telah melebihi tiga kali luas benua Eropa. Karena itu penggunaan AC harus
dibatasi.
2 SO, SO2
Gas belerang oksida (SO, SO2) di udara juga dihasilkan oleh pem-
bakaran fosil (minyak, batubara). Gas tersebut dapat beraksi dengan gas nitrogen
oksida dan air hujan, yang menyebabkan air hujan menjadi asam. Maka terjadilah
hujan asam.Hujan asam mengakibatkan tumbuhan dan hewan-hewan tanah mati. Pro-
duksi pertanian merosot. Besi dan logam mudah berkarat. Bangunan-bangunan
kuno, seperti candi, menjadi cepat aus dan rusak. Demikian pula bangunan gedung
dan jembatan.
 Asap Rokok

Polutan udara yang lain yang berbahaya bagi kesehatan adalah asap rokok.
Asap rokok mengandung berbagai bahan pencemar yang dapat menyababkan batuk
kronis, kanker patu-paru, mempengaruhi janin dalam kandungan dan berbagai
gangguan kesehatan lainnya.Perokok dapat di bedakan menjadi dua yaitu perokok
aktif dan perokok pasif. Perokok aktif adalah mereka yang merokok. Perokok pasif
adalah orang yang tidak merokok tetapi menghirupasap rokok di suatu
ruangan.Menurut penelitian, perokok pasif memiliki risiko yang lebih besar di
bandingkan perokok aktif. Jadi, merokok di dalam ruangan bersama orang lain yang
tidak merokok dapat mengganggukesehatan orang lain.
Akibat yang ditimbulkan oleh pencemaran udara antara lain :
 Terganggunya kesehatan manusia, seperti batuk dan penyakit pernapasan
(bronkhitis, emfisema), dan kemungkinan kanker paruparu.
 Rusaknya bangunan karena pelapukan, korosi pada logam, dan memu-
darnya warna cat.
 Terganggunya pertumbuhan tananam, seperti menguningnya daun atau
kerdilnya tanaman akibat konsentrasi SO2 yang tinggi atau gas yang
bersifat asam.
 Adanya peristiwa efek rumah kaca (green house effect) yang dapat
menaikkan suhu udara secara global serta dapatmengubah pola iklim
bumi dan mencairkan es di kutub. Bila es meleleh maka permukaan laut
akan naik sehingga mempengaruhi keseimbangan ekologi.
 Terjadinya hujan asam yang disebabkan oleh pencemaran oksida nitro-
gen.
2.1 Asap dan Hujan Asam
Campuran antara polutan primer dengan polutan sekunder dalam lapisan tro-
posfer bagianbawah akan mengakibatkan interaksi di antara kedua jenis polutan terse-
but. Interaksi kedua jenispolutan dipengaruhi oleh sinar matahari, sehingga asap terse-
but dinamakan asap fotokimia. Padaumumnya asap foto-kimia (photochemical smog)
selalu ditemukan di kota besar, tetapi jugabanyak ditemukan di kota yang beriklim
panas, banyak sinar matahari, dan kering. Kota yangbanyak mengandung asap fo-
tokimia, misalnya Los Angeles di Amerika Serikat, Sydney diAustralia, Mexico City
di Meksiko, 'Buenos Aires di Brazil, dan Jakarta, Bandung sertaSurabaya di Indone-
sia. Kadar asap fotokimia tersebut menjadi tinggi pada musim kemarau (didaerah
tropis) atau musim panas (di daerah subtropis).Sebagian besar gas polutan yang
menghasilkan gas fotokimia tersebut adalah reaksi dari ozon yang dapat mengaki-
batkan iritasi pada mata, mengganggu fungsi paru-paru, serta mematikan pohon dan
tanaman pangan. Gas yang berbahaya tersebut biasanya erat hubungannya dengan
konsentrasi ozon di lapisan bawah atmosfer. Komponen gas lain penyebab kerusakan
adalah aldehid, peroksasil nitrat, dan asam nitrat. Kandungan komponen gas sekunder
dalam asap fotokimia tersebut biasanya mencapai maksimal pada sore hari yang
panas, sehingga menjadi penyebab utama gangguan mata dan pernapasan. Orang yang
menderita biasanyaberpenyakit asma atau gangguan pernapasan lainnya. Orang yang
sehat akan menderitagangguan mata dan pernapasan bila berolah raga di ruangan ter-
buka sejak pukul 11.00 pagisampai 16.00 sore. Semakin panas udara, semakin tinggi
pula kadar ozon dan komponen gas yang tergolong dalam asap fotokimia ini.
Sekitar tahun 1960-an kota besar seperti London, Chicago, dan Pittsburg
membakar batubara dan minyak dalam jumlah besar untuk tenaga listrik yang diper-
gunakan dalamperindustrian, yang mengandung sulfur (S). Oleh karena itu, pada
musim dingin kota tersebutdipenuhi oleh asap industri yang banyak mengandung sul-
fur dioksida, embun asam sulfat dariSO2, dan partikel ter-suspensi. Dewasa ini pem-
bakaran batubara dan minyak tersebut hanyadilakukan dalam tempat yang besar dan
dengan pengontrolan yang baik serta dilengkapi dengansarana filter yang memadai se-
hingga asap industri tidak menjadi masalah lagi. Di negara lainyang mulai melak-
sanakan proses industrialisasi seperti negara Eropa Timur, Asia, dan negara yang
sedang berkembang, hal tersebut masih merupakan masalah.
2.2 Pengaruh Pencemaran udara terhadap Iklim danTopografi
Berat atau ringannya suatu pencemaran udara di suatu daerah sangat bergan-
tung pada iklim lokal, topografi, kepadatan penduduk, banyaknya industri yang
berlokasi di daerah tersebut, penggunaan bahan bakar dalam industri, suhu udara
panas di lokasi, dan kesibukan transportasi.
Dalam suatu daerah yangtinggi lokasinya dari permukaan laut (pegunungan),
curah hujan akan sangat membantu proses pembersihan udara. Di samping itu angin
yang kencang dapat pula menyapu polutan udara ke daerah lain yang lebih jauh. Tem-
pat yang tinggi seperti pegunungan, gedung bertingkat tinggi di perkotaan, dapat
menghambat tiupan angin dan mencegah terjadinya pengenceran kandungan udara
polutan, sehingga udara yang kotor masih dapat mencemari udara kota. Pada waktu
siang hari, sinar matahari menghangatkan udara di permukaan bumi. Udara panas
tersebut akan merambat ke atas sehingga udara yang mengandung polutan di per-
mukaan bumi akan terbawa ke atas, ke dalam troposfer. Udara bertekanan tinggi akan
bergerak ke udara yang bertekanan rendah sambil membawa udara polutan tersebut,
sehingga pencemaran udara dari lokasi tersebut akan berkurang. Kadang-kadang ter-
dapat perubahan cuaca, yaitu udara berawan menutupi matahari, tetapi tidak terjadi
hujan sehingga udara dekat permukaan bumi menjadi lebih dingin daripadaudara di
atasnya. Dalam kondisi tersebut, pada daerah yang dilingkungi bukit, udara polutan
tidak dapat bergerak ke atas sehingga terjadi pencemaran udara di lokasi tersebut.
Keadaan di mana udara di atas lebih hangat daripada udara di bawah disebut
temperatur inversi, atau termal inversi, yang terjadi pada suatu kota yang dilingkungi
oleh bukit atau gunung.
2.3 Hujan Asam
Bila pembangkit tenaga listrik beroperasi, maka dari pembakaran batubara dan
minyak akan keluar emisi dalam jumlah besar bahan seperti SO2, partikel, dan nitro-
gen oksida. Pabrikdan pembangkit tenaga listrik biasanya mengeluarkan SO, sampai
90-95% dan NO2 57%,sedangkan 60% dari emisi SO2 dibebaskan dari cerobong asap
yang tinggi dan dibuang ke udara,dan terbawa angin ke mana-mana.
Bahan kimia seperti SO2 dan NO akan bereaksi di udara membentuk polutan
sekunder seperti NO2, asam nitrat, butiran asam sulfat dan garam nitrat serta garam
sulfat. Bahan kimiatersebut kemudian jatuh ke bumi dalam bentuk hujan asam, embun
asam, dan partikel asam.Bahan kimia yang berbentuk gas akan diabsorpsi oleh daun
tanaman. Kombinasi depositkering,basah atau bentuk asam yang diserap tanaman
tersebut disebut deposit asam dan air yang jatuhdari udara disebut hujan asam. De-
posit asam juga dapat terbentuk dari emisi NO dan SO dariasap kendaraan di daerah
perkotaan. Karena titik air dan partikel lainnya didapat dari atmosferpada lokasi ter-
tentu, maka deposit asam ini menjadi permasalahan regional.
Presipitasi (hujan) secara alamiah mempunyai derajat ke-asaman yang bervari-
asi dan rata-rata pH sekitar 5,6. Deposit asam yang kurang dari 5,6 dapat menye-
babkan pengaruh negatifterhadap makhluk hidup, terutama pH di bawah 5,1 akan
menyebabkan berbagai kerusakansebagai berikut.
 Merusak monumen,patung,bangunan,bahan logam dan mobil.
 Membunuh ikan, tanaman air, dan mikroorganisme yang hidup dalam sungai
dan danau.
 Mengurangi daya reproduksi beberapa jenis ikan,seperti ikan salmon pada pH
dibawah5,5.
 Membunuh dan menghambat daya reproduksi beberapa jenis plankton dibawah
pHoptimum6.
 Mengganggu sirkulasi nitrogen dalam danau pada pH5,4-5,7.
 Membunuh pohon,terutama jenis pohon cemar karena mengakibatkan berku-
rangnya unsurhara tanah seperti Ca, Na,dan K.
 Merusak akar pohon dan kematian beberapa jenis ikan karena terbebasnya ion
logam beracunseperti Al, Pb, Hg, dan Cd dari tanah dan sedimen.
 Makin lemahnya daya tahan pohon sehingga peka terhadap serangan penyakit,
serangga,kekeringan, dan jamur.
 Menghambat pertumbuhan tanaman pangan, sayuran seperti tomat, kedelai, ka-
cang, bayam, wortel, brokoli, dan tanaman kapas.
 Meningkatkan populasi mikroorganisme seperti giardia, protozoa yang menye-
babkan penyakit diare yang menyerang
 Terjadinya erosi logam beracun seperti tembaga dan timbal di kota dan peruma-
han melaluipipa air ke dalam air minum.
 Menyebabkan penyakit pernapasan pada orang atau ibu hamil sehingga banyak
bayilahir prematur dan meninggal
2.4 Pengaruh Pencemaran Udara Terhadap Lapisan Ozon

Bahan kimia untuk proses pendingin ruangan (air conditioner/AC) ialah


klorofluorokarbon (CFC), atau yang populer disebut freon yang telah dikembangkan sejak
penemuannya di tahun 1930. Bahan ini sangat stabil, tidak berbau, tidak mudah terbakar,
tidak beracun dan bahkan tidak korosif, sehingga sangat baik untuk pendingin ruangan dan
refrigerator (kulkas). Bahan kimia ini juga dipergunakan untuk sterilisasi sebagai aerosol di
rumah sakit, untuk membuat busa plastik sebagai penyekat, dansebagainya. Sejak selesai
perangdunia kedua (1945), penggunaan beberapa jenis CFC dipakai secara luas, sehingga
CFC diproduksi besar-besaran di Amerika Serikat.
Dengan digunakannya bahan kimia yang sangat menguntung-kan tersebut secara
besarbesaran maka CFC bocor ke udara sangat mungkin terjadi, misalnya penyemprotan
ruangan, kebocoran kulkas dan air conditioner, serta pembakaran busa plastik. Dengan
demikian, CFC terbebas ke udara dan bergerak ke lapisan stratosfer. Dalam lapisan stratosfer
di bawah pengaruh radiasi sinar ultraviolet berenergi tinggi, bahan tersebut terurai dan
membebaskan atom klor. Klor akan mempercepat pemecahan ozon menjadi gas oksigen
(O2). Diperkirakan satu atom klor akan dapat mengurai 100.000 molekul O3. Di samping itu,
gas dari rumah kaca dan beberapa atom lainnya seperti bahan yang mengandung bromium
(Br), yang disebut halon juga ikut memperbesar pemecahan ozon tersebut
2.5 Pengaruh Lubang Ozon Terhadap Kehidupan

Dengan berkurangnya lapisan ozon dalam stratosfer, maka radiasi sinar ultraviolet
lebih banyak sampai ke permukaan bumi. Badan proteksi lingkungan (EPA) memperkirakan
5% ozonyang berkurang akan dapat menyebabkan gangguan pada makhluk hidup sebagai
berikut.
 Lebih banyak kanker sel basal dan sel squamous, tetapi akan segera sembuh bila cepat

diobati.
 Lebih banyak kasus kanker kulit melanoma yang sering berakibat fataldan menye-
babkan

kematian tiap tahun.


 Menaikkan kasus katarak pada mata, kulit terbakar matahari dan kanker mata pada
sapi.
 Menghambat daya kebal (imunitas) pada manusia sehingga lebih mudah terinfeksi
penyakit.
 Peningkatan kasus kerusakan mata akibat asap fotokimia.
 Penurunan produksi tanaman pangan seperti beras, jagung
 Kerugian mencapai 2 miliar dolar per tahun karena pembakaran plastik dan material
polimer.
 Kenaikan suhu udara (pengaruh gas rumah kaca) karena terjadi perubahan iklim,
penurunanproduksi pertanian, dan kematian hewan liar yang dilindungi.

Karena penyebab utama rusaknya lapisan ozon adalah klorofluorokarbon (CFC), maka
perlu dilakukan pembatasan peng-gunaan CFC/freon dalam kehidupan sehari-hari, yaitu
sebagai berikut.
a. Penghentian penggunaan CFC dalam penyemprotan aerosol dan untuk pendingin
ruangan.
b. Penghentian produksi busa plastik yang menggunakan CFC dan perlu diganti
dengan bahanlain.
c. Bengkel mobil untuk pengisian freon harus dapat mendaur-ulangfreondarimo-
bilyangber-AC.
d. Mobil yang menggunakan Freon untuk AC yang mudah bocor harus diganti atau
dihentikan.
e. Langkah berikutnya ialah menghentikan semua penggunaan CFC, halon, metil
kloroform dankarbon tetraklorid.
2.6 Upaya Mencegah Terjadinya Pemanasan Global

Pada dasarnya ada dua pilihan dalam memperlambat terjadinya pemanasan global ini,
yaitu: a) pengurangan pembangunan rumah kaca, dan b) penggantian bahan bakar
minyakdengan bahan alternatif lainnya. Beberapa cara yang harus dilakukan untuk
menghambat pemanasan global ialah:
a. Penghentian emisi CFC dan halon;
b. Pengurangan penggunaan bahan baka rminyak sedikitnya 20% sampai tahun
2000dan50%sampai tahun2015, dengan jalan pemberian pajak yang tinggi terhadap
minyak bumi denganmengganti bahan alternatif pengganti lainnya serta penggunaan
bahan yang lebih efisien danirit;
c. Pengurangan penggunaan energy batubara,yang dapat menyumbangkan polusi CO2
sampai60% per unit produksi dengan cara mengganti penggunaan batubara dengan
gas alam dalampembangkit tenaga listrik;
d. Penggunaan filter atau scrubber untuk menyaring CO2 dari asap buangan pabrik
ataupunpembangkit tenaga listrik yang menggunakan bahan bakar batubara
e. produksi mobil yang irit bahan bakar ditingkatkan sehingga emisi CO2 yang ter-
buang jugasedikit;
f. Peningkatan penggunaan energy matahari,angin,dan panas bumi;
g. Peningkatan penggunaan gas alam sebagai pengganti minyak bumi untuk energy
dalammasatransisi;
h. Penebangan hutan harus dikurangi dan penanaman pohon sebagai pengganti(re-
boisasi)ditingkatkan;
i. Penurunan jumlah kelahiran dalam keluarga berencana.
3. PENCEMARAN AIR
3.1 Pengertian pencemaran air

Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air
seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia. Danau, sungai, lautan dan
air tanah adalah bagian penting dalam siklus kehidupan manusia dan merupakan salah satu
bagian dari siklus hidrologi. Selain mengalirkan air juga mengalirkan sedimen dan polutan.
Berbagai macam fungsinya sangat membantu kehidupan manusia. Pemanfaatan terbesar
danau, sungai, lautan dan air tanah adalah untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum,
sebagai saluran pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya berpotensi sebagai
objek wisata. Air biasanya disebut tercemar ketika terganggu oleh kontaminan antropogenik
dan ketika tidak bisa mendukung kehidupan manusia, seperti air minum, dan mengalami
pergeseran ditandai dalam kemampuannya untuk mendukung komunitas penyusun biotik,
seperti ikan. Fenomena alam seperti gunung berapi, algae blooms, badai, dan gempa bumi
juga menyebabkan perubahan besar dalam kualitas air dan status ekologi air.
3.2 Penyebab

Pencemaran air terjadi pada sumber-sumber air seperti danau, sungai, laut dan air
tanah yang disebabkan olek aktivitas manusia. Air dikatakan tercemar jika tidak dapat
digunakan sesuai dengan fungsinya. Walaupun fenomena alam, seperti gunungmeletus,
pertumbuhan ganggang, gulma yang sangat cepat, badai dan gempa bumi merupakan
penyebab utama perubahan kualitas air, namun fenomena tersebut tidak dapat disalahkan
sebagai penyebab pencemaran air. Pencemaran ini dapat disebabkan oleh limbah industri,
perumahan, pertanian, rumah tangga, industri, dan penangkapan ikan dengan menggunakan
racun. Polutan industri antara lain polutan organik (limbah cair), polutan anorganik (padatan,
logam berat), sisa bahan bakar, tumpaham minyak tanah dan oli merupakan sumber utama
pencemaran air, terutama air tanah. Disamping itu penggundulan hutan, baik untuk
pembukaan lahan pertanian, perumahan dan konstruksi bangunan lainnya mengakibatkan
pencemaran air tanah. Limbah rumah tangga seperti sampah organik (sisa-sisa makanan),
sampah anorganik (plastik, gelas, kaleng) serta bahan kimia (detergen, batu batere) juga
berperan besar dalam pencemaran air, baik air di permukaan maupun air tanah. Polutan dalam
air mencakup unsur-unsur kimia, pathogen/bakteri dan perubahan sifat Fisika dan kimia dari
air. Banyak unsur-unsur kimia merupakan racun yang mencemari air. Patogen/bakteri
mengakibatkan pencemaran air sehingga menimbulkan penyakit pada manusia dan binatang.
Adapuan sifat fisika dan kimia air meliputi derajat keasaman, konduktivitas listrik, suhu dan
pertilisasi permukaan air. Di negara-negara berkembang, seperti Indonesia, pencemaran air
(air permukaan dan air tanah) merupakan penyebab utama gangguan kesehatan
manusia/penyakit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di seluruh dunia, lebih dari 14.000
orang meninggal dunia setiap hari akibat penyakit yang ditimbulkan oleh pencemaran air.
Secara umum, sumber-sumber pencemaran air adalah sebagai berikut :
1. Limbah industri (bahan kimia baik cair ataupun padatan, sisa-sisa bahan bakar, tumpahan
minyak dan oli, kebocoran pipa-pipa minyak tanah yang ditimbun dalam tanah)
2. Pengungangan lahan hijau/hutan akibat perumahan, bangunan
3. Limbah pertanian (pembakaran lahan, pestisida)
4. Limbah pengolahan kayu
5. Penggunakan bom oleh nelayan dalam mencari ikan di laut
6. Rumah tangga (limbah cair, seperti sisa mandi, MCK, sampah padatan seperti
plastik, gelas, kaleng, batu batere, sampah cair seperti detergen dan sampah
organik, seperti sisa-sisa makanan dan sayuran).
3.3 Dampak

Terganggunya kehidupan organisme air , Pendangkalan dasar air , Air jadi tidak sehat
untuk dikonsumsi Kematian biota kuno seperti plankton dan ikan , Kualitas air menjadi
menurun Dengan dampak yang ada akibat pencemaran air,kita harus menjaga kualitas air
itu,agaar tidak tercemar,untuk tidak terjadi pencemaran air dalam aktivitas kita dalam
memenuhi kebutuhan hidup,hendaknya tidak menambah terjadinya bahan pencemar antara
lain tidak mebuang sampah sembarangan di sungai ataupun dikali,tidak menggunakan pupuk
atau petisida secara berlebihan,dan hendaknya melukan pengelolaan limbah industri sebelum
dibuang ke aliran air.
3.4 Penanggulangan

Untuk mencegah agar tidak terjadi pencemaran air, dalam aktivitas kita dalam
memenuhi kebutuhan hidup hendaknya tidak menambah terjadinya bahan pencemar antara
lain tidak membuang sampah rumah tangga, sampah rumah sakit, sampah/limbah industri
secara sembarangan, tidak membuang ke dalam air sungai, danau ataupun ke dalam selokan.
Tidak menggunakan pupuk dan pestisida secara berlebihan, karena sisa pupuk dan pestisida
akan mencemari air di lingkungan tanah pertanian. Tidak menggunakan deterjen fosfat,
karena senyawa fosfat merupakan makanan bagi tanaman air seperti enceng gondok yang
dapat menyebabkan terjadinya pencemaran air.
3.5 Pengolahan limbah Limbah

Industri sebelum dibuang ke tempat pembuangan, dialirkan ke sungai atau selokan


hendaknya dikumpulkan di suatu tempat yang disediakan, kemudian diolah, agar bila
terpaksa harus dibuang ke sungai tidak menyebabkan terjadinya pencemaran air. Bahkan
kalau dapat setelah diolah tidak dibuang ke sungai melainkan dapat digunakan lagi untuk
keperluan industri sendiri. Sampah padat dari rumah tangga berupa plastik atau serat sintetis
yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme dipisahkan, kemudian diolah menjadi bahan
lain yang berguna, misalnya dapat diolah menjadi keset. Sampah organik yang dapat
diuraikan oleh mikroorganisme dikubur dalam lubang tanah, kemudian kalau sudah
membusuk dapat digunakan sebagai pupuk.
Pasal 1 butir (11) Peraturan Pemeribtah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, menyatakan: “Pencemaran air adalah masuk
atu dimasukannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam air oleh
kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan
air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya”. Di dalam tata kehidupan manusia,air
banyak memegang peranan penting antara lain untuk minum, memasak, mencuci dan mandi,
disamping itu air juga banyak diperlukan untuk mengairi sawah, ladang, industri, dan masih
banyak lagi. Tindakan manusia dalam pemenuhan kegiatan sehari- hari, secara tidak sengaja
telah menambah jumlah bahan anorganik pada perairan dan mencemari air.
Walaupun air merupakan sumber daya alam yang dapat di-perbarui, tetapi air akan
dapat dengan mudah terkontaminasi oleh aktivitas manusia. Air banyak digunakan oleh
manusia untuk tujuan yang bermacam-macam sehingga dengan mudah dapat tercemar.
Menurut tujuan penggunaannya, kriterianya berbeda-beda. Air yang sangat kotor untuk
diminum mungkin cukup bersih untuk mencuci, untuk pembangkit tenaga listrik, untuk
pendingin mesin dan sebagainya. Air yang terlalu kotor untuk berenang ternyata cukup baik
untuk bersampan maupun memancing ikan dan sebagainya.Pencemaran air dapat merupakan
masalah, regional maupun lingkungan global, dan sangat berhubungan dengan pencemaran
udara serta penggunaan lahan tanah atau daratan. Pada saat udara yang tercemar jatuh ke
bumi bersama air hujan, maka air tersebut sudah tercemar. Beberapa jenis bahan kimia untuk
pupuk dan pestisida pada lahan pertanian akan terbawa air ke daerah sekitarnya sehingga
mencemari air pada permukaan lokasi yang bersangkutan. Pengolahan tanah yang kurang
baik akan dapat menyebabkan erosi sehingga air permukaan tercemar dengan tanah endapan.
Dengan demikian banyak sekali penyebab terjadinya pencemaran air ini, yang akhirnya akan
bermuara ke lautan, menyebabkan pencemaran pantai dan laut sekitarnya. Definisi
pencemaran air menurut Surat Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan
Hidup Nomor : KEP-02/MENKLH/I/1988 Tentang Penetapan Baku Mutu Lingkungan adalah
: masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air
dan atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga
kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air menjadi kurang alau
sudah tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya (pasal 1 ). Dalam pasal 2, air pada
sumber air menurut kegunaan/ peruntukkannya digolongkan menjadi :
1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa
pengolahan terlebih dahulu.
2. Golongan B, yaitu air yang dapat dipergunakan sebagai air baku untuk diolah sebagai air
minum dan keperluan rumah tangga.
3. Golongan C,yaitu air yang dapat dipergunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan.
4. Golongan D, yaitu air yang dapat dipergunakan untuk keperluan pertanian, dan dapat
dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri, dan listrik negara.
Menurut definisi pencemaran air tersebut di atas bila suatu sumber air yang termasuk dalam
kategori golongan A, misalnya sebuah sumur penduduk kemudian mengalami pencemaran
dalam bentuk rembesan limbah cair dari suatu industri maka kategori sumur tadi bukan
golongan A lagi, tapi sudah turun menjadi golongan B karena air tadi sudah tidak dapat
digunakan langsung sebagai air minum tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu. Dengan
demikian air sumur tersebut menjadi kurang / tidak berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukkannya.

F . Karakteristik Sumber Pencemaran Air


Pencemaran air terdiri dari bermacam-macam jenis, dan pengaruhnya terhadap
lingkungan serta makhluk hidup juga bermacam-macam. Jenis pencemaran air yang
walaupun air merupakan sumber daya alam yang dapat di-perbarui, tetapi air akan dapat
dengan mudah terkontaminasi oleh aktivitas manusia. Air banyak digunakan oleh manusia
untuk tujuan yang bermacam-macam sehingga dengan mudah dapat tercemar. Menurut tujuan
penggunaannya, kriterianya berbeda-beda. Air yang sangat kotor untuk diminum mungkin
cukup bersih untuk mencuci, untuk pembangkit tenaga listrik, untuk pendingin mesin dan
sebagainya. Air yang terlalu kotor untuk berenang ternyata cukup baik untuk bersampan
maupun memancing ikan dan sebagainya. Pencemaran air dapat merupakan masalah, regional
maupun lingkungan global, dan sangat berhubungan dengan pencemaran udara serta
penggunaan lahan tanah atau daratan. Pada saat udara yang tercemar jatuh ke bumi bersama
air hujan, maka air tersebut sudah tercemar. Beberapa jenis bahan kimia untuk pupuk dan
pestisida pada lahan pertanian akan terbawa air ke daerah sekitarnya sehingga mencemari air
pada permukaan lokasi yang bersangkutan. Pengolahan tanah yang kurang baik akan dapat
menyebabkan erosi sehingga air permukaan tercemar dengan tanah endapan. Dengan
demikian banyak sekali penyebab terjadinya 18 pencemaran air ini, yang akhirnya akan
bermuara ke lautan, menyebabkan pencemaran pantai dan laut sekitarnya.

4. PENCEMARAN TANAH
1.1 Pengertian pencemaran tanah
Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia masuk dan
merubahlingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi karena: kebocoran limbah
cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial, penggunaan pestisida, masuknya air
permukaantanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan, zat kimia, atau limbah. air
limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung dibuang ke
tanah secara tidak memenuhi syarat.Jika suatu zat berbahaya telah mencemari permukaan
tanah, maka ia dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran
yang masuk ke dalam tanah kemudianterendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat
beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau
dapat mencemari air tanah dan udara diatasnya.

1.2 Penyebab
Penyebab pencemaran tanah adalah akibat sampah yang tidak dapat membusuk,
seperti plastic,kaca, kaleng, serta pemakaian zat kimia yang berlebihan. Semua itu akan
mencemarkan tanahyang mengakibatkan hal-hal sebagai berikut :
1. kesuburan tanah berkurang dan bias menjadi tandus
2. tanaman sulit tumbuh
3. Binatang yang hidup dalam tanah mati
4. Mineral dalam tanah rusak
1.3 Dampak pencemaran tanah
Dampak dari adanya pencemaran tanah terutama sangat dirasakan pada kesehatan. Dan
dampak ini akan tergantung pada seberapa kuat bahan kimia yang ada di dalam tanah sebagai
penyebab pencemaran tanah. Contoh bahan kimia yang mampu menganggu kesehatan antara
lain adalah berikut ini:

 timbale sangat tidak baik dan sangat berbahaya bagi kesehatan otak bagi manusia dan juga
masalah pada ginjal.
 Selain timbale ada juga bahan kuri yang juga sangat tidak baik bagi ksehetan tubuh serta
bahan lainnya yang bahkan tidak bisa diobati. Jadi pencemaran dalam tanah ini sangatlah
berbahaya.
 Kromium, merupakan salah satu zat kimia yang sangat berbahaya bagi semua populasi
makhluk hidup bukan hanya berbahaya bagi manusia saja.
 Siklodenia dan PCB, mampu memicu terjadinya kerusakan pada organ hati
 Organofostfat, zat ini mampu menyebabkan kerusakan pada saraf otot
 Klroin, mampu menyebabkan gangguan pada hati, ginjal serta saraf pusat di dalam otak

Itulah beberapa bahan kimia yang mampu merusak berbagai fungsi organ di dalam
tubuh baik bagian luar maupun dalam tubuh. namun gangguan ini akan tergantung pada
seberapa besar jumlah paparan zat kimia dan seberapa lama paparan tersebut terjadi di dalam
tubuh. semakin lama dan semakin besar jumlah paparannya maka resiko untuk mendapatkan
berbagai gangguan penyakit akan semakin banyak dan sebaliknya.

 Dampak pada ekosistem


Pencemaran tanah juga dapat menyebabkan kerusakan pada ekosistem yang ada. Hal ini
disebabkan tanah sangat mudah mengalami perubahan zat kimiawai di dalamnya walaupun
hanya mengalami pencemaran yang sedikit saja dan ini membuat terjadinya perubahan
metabolisme di dalam makhluk hidup di dalam ekosistem tersebut sehingga secara otomatis
ekosistem juga akan mengalami perubahan di dalam ekosistem tersebut. Akibat adanya
perubahan dalam ekosistem ini juga bisa membuat beberapa rantai makanan punah sehingga
keberlangsungan ekosistem pun harus dipertanyakan.

Bahkan jika di dalam rantai makanan pada golongan piramida bawah sudah mengalami
pencemaran di dalam tubuhnya maka akan bisa menular pada golongan rantai makanan yang
berada di atas sehingga keseluruhan rantai makanan dapat rusak. Pada kasus ini sebagai
contoh adalah cangkang telur yang mudah retak serta terjadinya kematian masal pada anakan
sehingga tidak muncul bibit pengganti lagi.

 Dampak pada pertanian


Dampak pada pertanian mengenai pencemaran tanah ini biasanya akan langsung terlihat pada
kualitas tanaman. Biasanya metabolisme tanaman akan menurun dan menjadikan berbagai
gangguan di dalamnya sehingga menyebabkan gagal panen. Selain itu, di dalam tanaman juga
sangat mungkin terkena zat kimia sehingga tanaman tersebut sudah tidak layak konsumsi
lagi.

1.4 Penanganan Pencemaran Tanah

 Remidiasi – Remidiasi merupakan cara untuk membersihkan permukaan tanah yang


mengalami pencemaran tanah. Ada dua jenis dari remidiasi ini yaitu in situ dan ex-situ. Pem-
bersihan dengan cara in-situ dilakukan dengan membersihkan lokasi secara langsung sedan-
gkan untuk pembersihan ex-situ dilakukan dengan cara penggalian pada tanah yang terkena
cemaran dan memindahkannya ke tempat lain yang lebih aman.
 Bioremidiasi – Cara lain yang dilakukan untuk melakukan penanganan pencemaran
tanah adalah dengan bioremidiasi. Cara ini dilakukan dengan cara memberikan mikroorgan-
isme seperti jamur dan bakteri untuk mengurai zat kimia yang ada di dalam tanah. Cara ini
mungkin memang lebih lama namun cukup efektif selama ini.

Pasal 1 butir (1) Peraturan Pemerintah Nomor 150 Tahun 2000 tentang Pengendalian
Kerusakan Tanah Untuk Produksi Biomassa, menyatakan “Tanah adalah salah satu
komponen lahan, berupa lapisan teratas kerak bumi yang terdiri dari bahan mineral dan bahan
organik serta mempunyai sifat fisik, kimia, biologi, dan mempunyai kemampuan menunjang
kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya”.
Pasal 1 butir (4) Peraturan Pemerintah Nomor 150 Tahun 2000 tentang Pengendalian
Pencemaran Tanah ini dirancang dan digunakan untuk mengurangi kerusakan tanah akibat
produksi biomassa. “Biomassa adalah tumbuhan atau bagian-bagiannya, yaitu bunga, biji,
buah, daun, ranting, batang dan akar termasuk 52 tanaman yang dihasilkan oleh kegiatan
petanian, perkebunan dan hutan tanaman.”
Pencemaran mengakibatkan penurunan mutu serta fungsi tanah yang pada akhirnya
mengancam kehidupan manusia. Tanah merupakan tempat hidup berbagai jenis tumbuhan
dan makhluk hidup lainnya termasuk manusia, kualitas tanah dapat berkurang karena proses
erosi oleh air yang mengalir sehingga kesuburannya akan berkurang, selain itu menurunnya
kualitas tanah juga dapat disebabkan oleh limbah padat yang mencemari tanah. Limbah padat
dapat berasal dari sampah rumah tangga (domestik), industri, dan alam (tumbuhan).
5. PENCEMARAN SAMPAH

Sampah sampai saat ini selalu menjadi masalah. Sampah dianggap sebagai sesuatu
yang kotor dan harus dibuang. Bila dibuang sembarangan akan menjadi sumber pencemaran
lingkungan dan sumber penyakit bagi manusia, bahkan bila dibuang pada tempatnya pun
bukan berarti masalah terselesaikan, karena timbul permasalahan baru berupa tempat
pembuangan akhir. Oleh karena itu, persepsi tentang sampah harus berubah; dari yang harus
dibuang menjadi sesuatu yang dapat dimanfaatkan. Sampah an-organik telah dimanfaatkan
dan didaur ulang; tetapi sampah organik masih tetap tersingkirkan. Padahal sampah organik
juga dapat dimanfaatkan kembali seperti sebagai bahan baku kompos, bokashi dan batako.
Bila ini dilakukan, maka masalah sampah bukan hanya dapat teratasi, tetapi juga dapat
menjadi alternatif peningkatan perekonomian masyarakat.
Lingkungan yang sehat, bersih dan indah merupakan dambaan setiap orang, tetapi
untuk mewujudkannya diperlukan pemahaman dan komitmen dalam bertindak. Keinginan
untuk mencapainya sangat sering dikumandangkan; baik oleh kelompok masyarakat maupun
oleh lembaga pemerintah; tetapi seringkali hanya sebatas slogan belaka tanpa diiringi oleh
upaya serius. Berbagai langkah telah diupayakan oleh pemerintah, tetapi tanpa dukungan
secara sadar oleh anggota masyarakat, lingkungan yang sehat tidak akan pernah dapat
terwujud; karena upaya ini harus dilakukan secara bersama-sama. Kesan bahwa masyarakat
tidak perduli terhadap lingkungan, tercermin dari keadaan lingkungan yang dari waktu ke
waktu memperlihatkan penurunan kualitas. Kondisi seperti ini terjadi karena lingkungan
dicemari oleh berbagai bahan buangan (sampah/limbah), baik limbah rumah tangga maupun
limbah industri. Pencegahan dan pengelolaan limbah, terutama limbah industri, sebenarnya
telah diatur oleh pemerintah (Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah) dengan
mengeluarkan berbagai Surat Keputusan sebagai acuan/patokan yang harus dilaksanakan oleh
para pelaku yang berpotensi untuk mencemari lingkungan. Pencegahan pencemaran oleh
limbah rumah tangga (sampah), walaupun sudah dilakukan tetapi masih tetap belum dapat
diselesaikan dan masih selalu menjadi permasalahan, terutama di daerah pemukiman.
Pembuangan sampah (limbah) yang dilakukan secara sembarangan akan mencemari
lingkungan; bahkan bila dibuang di tempat yang telah disediakan (tempat sampah) juga masih
tetap merupakan masalah, baik dari segi lingkungan anthropogenik maupun dari segi sosial.
Sampah selalu dianggap sebagai masalah yang sangat mengganggu; dengan dampak yang
beranekaragam, baik terhadap kesehatan maupun estetika dan keindahan kota (pemukiman).
Peningkatan trend pencemaran berdasarkan waktu, dipicu oleh berbagai hal, seperti
pertambahan populasi manusia sehingga jumlah sampah yang dibuang juga bertambah,
kurang memadainya tempat dan lokasi pembuangan sampah, masih kurangnya kesadaran dan
kemauan masyarakat dalam mengelola dan membuang sampah, dan kurangnya pemahaman
masyarakat tentang manfaat sampah serta keengganan masyarakat memanfaatkan sampah
karena sampah dianggap sebagai sesuatu yang kotor dan harus dibuang, atau karena gengsi.
Berbagai penyebab tersebut telah menjadikan menurunnya kualitas lingkungan yang
berdampak negatif bagi masyarakat; sehingga sangat perlu untuk dikelola. Penanganan dan
pengelolaan sampah di Jakarta, merupakan permasalahan yang terus meningkat seiring
perjalanan waktu; yang terutama disebabkan oleh terus meningkatnya populasi manusia
dengan kebutuhan yang juga semakin meningkat. Meningkatnya populasi dan kebutuhan
manusia, secara langsung maupun tak langsung tentunya juga akan menyebabkan semakin
meningkatkan limbah (sampah), sehingga menjadi beban bagi lingkungan. Sehingga,
walaupun lingkungan mempunyai kemampuan untuk memperbaiki diri (mekanisme
homeostatis ekosistem); tetapi dengan terus meningkatnya bahan pencemar (juga bahan
pencemar yang berasal dari aktivitas manusia) telah melampaui batas kapasitas yang
mengakibatkan terjadinya ketidak seimbangan alam.
Salah satu faktor yang menyebabkan rusaknya lingkungan hidup yang sampai saat ini
masih tetap menjadi masalah besar bagi bangsa Indonesia adalah pembuangan sampah.
Sampah-sampah itu diangkut oleh truk-truk khusus dan dibuang atau ditumpuk begitu saja di
tempat yang sudah disediakan tanpa di apa-apakan lagi. Hal tersebut tentunya sangat
berpengaruh terhadap lingkungan sekitar dimana lingkungan menjadi kotor dan sampah yang
membusuk akan menjadi bibit penyakit di kemudian hari. Walaupun terbukti sampah itu
dapat merugikan bila tidak dikelola dengan baik, tetapi ada sisi manfaatnya. Hal ini karena
selain dapat mendatangkan bencana bagi masyarakat, sampah juga dapat diubah menjadi
barang yang bermanfaat. Kemanfaatan sampah ini tidak terlepas dari penggunaan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam menanganinya dan juga kesadaran dari masyarakat untuk
mengelolanya.

Pengertian sampah secara umum adalah material sisa yang dibuang sebagai hasil
dari proses produksi, baik itu industri maupun rumah tangga. Definisi lain dari sampah adalah
sesuatu yang tidak diinginkan oleh manusia setelah proses/penggunaannya berakhir.
Adapun material sisa yang dimaksud adalah sesuatu yang berasal dari manusia, hewan,
ataupun dari tumbuhan yang sudah tidak terpakai. Wujud dari sampah tersebut bisa dalam
bentuk padat, cair, ataupun gas.

5.1 Pengertian Sampah Menurut Para Ahli

Untuk lebih memahami apa arti sampah, maka kita bisa merujuk kepada pendapat
beberapa ahli tentang definisi sampah. Di bawah ini adalah pengertian sampah menurut para
ahli:

1. Juli Soemirat

Pengertian sampah menurut Juli Soemirat adalah barang padat yang dihasilkan dari kegiatan
manusia yang tidak lagi dikehendaki.

2. Azwar

Pengertian sampah menurut Azwar adalah sebagian dari sesuatu yang tidak
digunakan, tidak disenangi, atau sesuatu yang harus dibuang yang umumnya berasal dari
kegiatan yang dilakukan manusia (termasuk kegiatan industri) tetapi bukan biologis karena
kotoran manusia (human waste) tidak termasuk kedalamnya.

3. Bahar

Definisi sampah menurut Bahar adalah suatu barang yang harus bersifat padat yang
tidak lagi dipergunakan dan dibuang, sehingga barang tersebut tidak bisa diuraikan dengan
sempurna oleh alam yang akhirnya mengakibatkan kerusakan.

4. Basriyanta

Menurut Basriyanta, sampah adalah suatu material yang tidak lagi dipakai sehingga
dibuang oleh pemiliknya, akan tetapi sampah masih dapat digunakan jika didaur ulang
menjadi sesuatu yang baru.
5. Tanjung

Menurut Tanjung, definisi sampah adalah barang yang tidak berguna lagi sehingga dibuang
oleh pemiliknya.

6. Wijaya Jati

Menurut Wijaya Jati, pengertian sampah secara sederhana adalah konsekuensi sisa
dari selurih kegiatan (aktivitas) manusia.

7. World Health Organization (WHO)

Pengertian sampah menurut WHO adalah barang yang berasal dari kegiatan manusia
yang tidak lagi digunakan, baik tidak dipakai, tidak disenangi, ataupun yang dibuang.

8. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

Definisi sampah menurut KBBI adalah barang yang dibuang oleh pemiliknya karena
tidak terpakai lagi atau tidak dinginkan lagi, misalnya kotoran, kaleng minuman, daun-
daunan, kertas, dan lain-lain.

5.2 Jenis-Jenis Sampah

Setelah memahami pengertian sampah, kita juga perlu mengetahui jenis-jenisnya.


Beberapa jenis sampah dapat diklasifikasikan dalam beberapa kelompok. Berikut ini adalah
jenis-jenis sampah:

1. Jenis Sampah Berdasarkan Sumbernya

 Sampah yang berasal dari manusia


 Sampah dari alam
 Sampah konsumsi
 Sampah nuklir/ Limbah radioaktif
 Sampah industri
 Sampah pertambangan
2. Jenis Sampah Berdasarkan Sifatnya

 Sampah Organik (Degradable); Pengertian sampah organik adalah sampah yang


dapat membusuk dan terurai sehingga bisa diolah menjadi kompos. Misalnya, sisa
makanan, daun kering, sayuran, dan lain-lain.
 Sampah Anorganik (Undegradable); Pengertian sampah anorganik adalah sam-
pah yang sulit membusuk dan tidak dapat terurai. Namun, sampah anorganik dapat
didaur ulang menjadi sesuatu yang baru dan bermanfaat. Misalnya botol plastik,
kertas bekas, karton, kaleng bekas, dan lain-lain.

3. Jenis Sampah Berdasarkan Bentuknya

Berdasarkan bentuknya, sampah dapat dibagi menjadi beberapa kelompok, diantaranya:

 Sampah Padat; Sampah pada merupakan material yang dibuang oleh manusia
(kecuali kotoran manusia). Jenis sampah ini diantaranya plastik bekas, pecahan
gelas, kaleng bekas, sampah dapur, dan lain-lain.
 Sampah Cair; Sampah cair merupakan bahan cair yang tidak dibutuhkan dan
dibuang ke tempah sampah. Misalnya, sampah cair dari toilet, sampai cair dari da-
pur dan tempat cucian.

5.3 Dampak Sampah Pada Masyarakat

Pada umumnya sampah memberikan dampak buruk bagi masyarakat. Menurut


Gelbert dkk (1996), ada tiga dampak sampah terhadap manusia dan lingkungannya:

1. Dampak Sampah Terhadap Kesehatan

Penanganan sampah yang tidak baik akan memberikan dampak buruk bagi kesehatan
masyarakat di sekitarnya. Sampah tersebut akan berpotensi menimbulkan bahaya bagi
kesehatan, seperti:

 Penyakit diare, tifus, kolera


 Penyakit jamur
 Penyakit cacingan
2. Dampak Sampah Terhadap Lingkungan

Selain berdampak buruk terhadap kesehatan manusia, penanganan sampah yang tidak
baik juga mengakibatkan dampak buruk bagi lingkungan.

Seringkali sampah yang menumpuk di saluran air mengakibatkan aliran air menjadi
tidak lancar dan berpotensi mengakibatkan banjir. Selain itu, sampah cair yang berada di
sekitar saluran air akan menimbulkan bau tak sedap.

3. Dampak Sampah Terhadap Sosial dan Ekonomi

Penanganan sampah yang tidak baik juga berdampak pada keadaan sosial dan
ekonomi. Beberapa diantaranya adalah:

 Meningkatnya biaya kesehatan karena timbulnya penyakit


 Kondisi lingkungan tidak bersih akibat penanganan sampah yang tidak baik. Hal
ini pada akhirnya akan berdampak pada kehidupan sosial masyarakat secara ke-
seluruhan.

5.4 Cara Pengelolaan Sampah

Mengacu pada pengertian sampah dan jenis-jenisnya, diperlukan penanganan dan


pengelolaan sampah dengan cara yang baik. Merujuk informasi dari Departemen Pekerjaan
Umum kota Semarang (2008), penanganan sampah dapat dilakukan dengan pengelolaan
sampah 3R.

Berikut penjelasan pengelolaan sampah 3R tersebut:

1. Reuse (Menggunakan Kembali)

Ini adalah metode penanganan sampah dengan cara menggunakan kembali sampah
tersebut secara langsung, baik untuk fungsi yang sama atau fungsi lain.
2. Reduce (Mengurangi)

Ini adalah metode pengelolaan sampah dengan cara mengurangi segalah hal yang
dapat menyebabkan timbulnya sampah.

3. Recycle (Daur Ulang)

Ini merupakan metode pengelolaan sampah dengan cara mendaur ulang sampah
menjadi sesuatu yang baru dan dapat digunakan

6. PENCEMARAH Limbah B3

6.1 Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3)

Dalam PP 18/1999 Jo. PP 85/1999, pasal 1 (ayat 2) dijelaskan . limbah B3 adalah


“setiap limbah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun yang karena sifat dan
konsentrasinya dan jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung.dapat merusak
dan mencemarkan lingkungan hidup dan membahayakan.” Dampak yang ditimbulkan oleh
limbah B3 yang dibuang langsung ke lingkungan sangat besar dan dapat bersifat akumulatif,
sehingga dampak tersebut akan berantai mengikuti proses pengangkutan (sirkulasi) bahan dan
jaring-jaring rantai makanan. Mengingat besarnya resiko yang ditimbulkan tersebut maka
pemerintah telah berusaha untuk mengelola limbah B3 secara menyeluruh, terpadu dan
berkelanjutan. Limbah B3 dikarakteristikkan berdasarkan beberapa parameter, yaitu total
solids residue (TSR), kandungan fixed residue (VSR), kadar air (sludge moisture content),
volume padatan dan karakter atau sifat B3 (toksisitas, sifat korosif, sifat mudah terbakar, sifat
mudah meledak, beracun, dan sifat kimia serta kandungan senyawa kimia).
Contoh Limbah B3 adalah logam berat, seperti Al, Cr, Cd, Cu, Fe, Pb, Mn, Hg, dan Zn
serta zat kimia (Dua Jenis Reaksi Kimia), seperti pestisida, sianida, sulfida, dan fenol.
- Cd dihasilkan dari lumpur dan limbah industri kimia tertentu.
- Hg dihasilkan dari industri klor-alkali, Industri cat, kegiatan pertambangan, industri kertas,
dan pembakaran bahan bakar fosil.
- Pb dihasilkan dari peleburan timah hitam dan accu. logam – logam berat umumnnya bersifat
racun sekalipun dalam konsentrasi rendah.
Limbah B3 dapat diidentifikasikan menurut sumber, uji karakteristik dan uji tosikologi.
6.2 Misi Pengelolaan Limbah B3
Mengurangi dan mencegah semaksi-mal mungkin ditimbulkannya limbah B3 dan mengolah
limbah B3 dengan tepat sehingga tidak menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan dan
terganggunya kesehatan manusia.

6.3 Strategi Pengelolaan Limbah B3

1.Mempromosikan dan mengembangkan teknik minimisasi limbah melalui teknologi bersih,


penggunaankembali, perolehan kembali, dan daur ulang.
2. Meningkatkan kesadaran masyarakat.
3. Meningkatkan kerjasama antar instansi, baik di pusat, daerah maupun inter-nasional, dalam
pengelolaan limbah B3.
4. Melaksanakan dan mengembangkan peraturan perundang-undangan yang ada.
5. Membangun Pusat-pusat Pengolahan Limbah Industri B3 (PPLI-B3) di wilayah yang padat
industri.
Pengolahan limbah B3 harus dilakukan di lokasi yang bebas dari banjir, tidak rawan
bencana, bukan kawasan lindungan serta ditetapkan sebagai kawasan peruntukan industri
berdasarkan rencana tata ruang.
1. Kesadaran dan pengetahuan tentang pengelolaan limbah B3 masih rendah.
2. Dampak penting yang diakibatkan oleh limbah B3 terhadap lingkungan dan manusia.
3. Agar prinsip pengelolaan limbah B3 berjalan dengan baik dan terkoordinasi.

6.4 Peraturan Perundang-undangan Tentang Pengelolaan Limbah B3

(1) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan


Lingkungan Hidup.
(2) Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Berbahaya dan
Beracun
(3) Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Berbahaya dan Beracun
(4) Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor KEP-68/BAPEDAL/05/1994 tentang Tata Cara
Memperoleh Izin Penyimpanan, Pengumpulan, Pengoperasian Alat Pengolahan,
Pengolahan, dan Penimbunan Akhir Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
(5) Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor KEP-01/BAPEDAL/09/1995 tentang Tata Cara dan
Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun
(6) Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor KEP-02/BAPEDAL/09/1995 tentang Dokumen
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
(7) Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor KEP-03/BAPEDAL/09/1995 tentang Persyaratan
Teknis Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
(8) Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor KEP-04/BAPEDAL/09/1995 tentang Tata Cara
Persyaratan Penimbunan Hasil Pengolahan, Persyaratan Lokasi Bekas Pengolahan, dan
Lokasi Bekas Penimbunan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
(9) Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor KEP-05/BAPEDAL/09/1995 tentang Simbol dan
Label Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
(10) Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor KEP-02/BAPEDAL/01/1998 tentang Tata
Laksana Pengawasan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun di Daerah.
(11) Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor KEP-03/BAPEDAL/01/1998 tentang Program
Kemitraan Dalam Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
(12) Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor KEP-04/BAPEDAL/01/1998 tentang Penetapan
Prioritas Propinsi Daerah Tingkat I Program Kemitraan Dalam Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun.

6.5 PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI (B3) OLEH PEMERINTAH

Untuk mencapai sasaran dalam pengelolaan limbah perlu di buat dan diterapkan suatu
sistem pengelolaan yang baik, terutama pada sektor-sektor kegiatan yang sangat berpotensi
menghasilkan limbah B3. Salah satu sektor kegiatan yang sangat berpotensi menghasilkan
limbah B3 adalah sektor industri. Sampai saat ini sektor industri merupakan salah satu
penyumbang bahan pencemar yang terbesar di kota-kota besar di Indonesia yang mengan-
dalkan kegiatan perekonomiannya dari industri. Untuk menghindari terjadinya pencemaran
yang ditimbulkan dari sektor industri, maka diperlukan suatu sistem yang baik untuk
melakukan pengawasan dan pengelolaan limbah industri, terutama limbah B3-nya.
Sesuai dengan UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan Keputusan
Kepala BAPEDAL Nomor KEP-02/BAPEDAL/01/1998 tentang Tata Laksana Pengawasan
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun di Daerah, maka pengawasan dalam
pelaksanaan pengelolaan limbah B3 dapat dikelompokkan kedalam tiga kewenangan, yaitu
kewenangan Pemerintah Daerah Tingkat II, kewenangan Pemerintah Daerah Tingkaat I dan
kewenangan Bapedal.

6.6 Pengelolaan Limbah Industri (B3) Oleh Pemda Tingkat II

Pengawasan dalam pelaksanaan pengelolaan limbah B3 yang dilakukan oleh


Pemerintah Daerah Tingkat II meliputi:
a. Memasyarakatkan peraturan tentang pengelolaan limbah B3;
b. Melakukan inventarisasi Badan Usaha yang menghasilkan limbah B3;
c. Inventarisasi Badan Usaha yang memanfaatkan limbah B3;
d. Inventarisasi Badan Usaha yang melakukan pengolahan dan penimbunan limbah B3;
e. Membantu BAPEDAL dalam pemantauan terhadap Badan Usaha yang diberikan ijin
pengelolaan limbah B3 oleh BAPEDAL;
f. Memberikan teguran peringatan pertama terhadap kegiatan/usaha yang tidak mentaati
ketentuan dalam pengelolaan limbah B3 dan teguran berikutnya serta penerapan sanksi
oleh BAPEDAL;
g. Melaporkan kepada BAPEDAL cq. Direktorat Pengelolaan Limbah B3, mengenai lokasi
penimbunan dan pembuangan limbah B3 di daerah yang tidak memenuhi ketentuan

Kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan limbah B3 yang telah


dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah ini harus dilaporkan ke BAPEDAL cq. Direktorat
Pengelolaan Limbah B3, untuk tujuan pengelolaan limbah B3 secara terpadu di Indonesia.

B. Pengelolaan Limbah Industri (B3) Oleh Pemda Tingkat I

Pengawasan pelaksanaan pengelola-an limbah B3 yang dilakukan oleh Pemerintah


Daerah Tingkat I meliputi:
a. Penghasil limbah B3 yang berpotensi mengakibatkan pencemaran yang melintasi lintas
batas Tingkat II, pengawasannya menjadi tugas dan tanggung jawab Pemda Tingkat I.
b. Mengkoordinasikan pemasyarakatan peraturan tentang pengelolaan limbah B3 kepada
Dinas Lingkungan Hidup Tingkat II (Bapedalda Tingkat II) di wilayah yang bersangkutan.
c. Penghasil limbah B3 yang berpotensi mengakibatkan pencemaran yang melintasi lintas
batas Tingkat I, pengawasannya menjadi tugas dan tanggung jawab Bapedal Wilayah.
6.7 Pengelolaan Limbah Industri (B3) Oleh BAPEDAL
Pengawasan pelaksanaan pengelola-an limbah B3 yang dilakukan oleh BAPEDAL /
Bapedal Wilayah meliputi:
a. Mengkoordinasikan pemasyarakatan pera-turan tentang pengelolaan limbah B3;
b. Mengkoordinasikan pemberian bimbingan teknis, laboratorium dan penjelasan pedo-man-
pedoman pengelolaan limbah B3;
c. Mengkoordinasikan pemberian bimbingan teknis dan penjelasan pengisian formulir tata
cara permohonan ijin pengelolaan limbah B3 kepada Pemerintah Daerah;
d. Atas permintaan Direktorat Pengelolaan Limbah B3, membantu Direktorat Pengelolaan
Limbah B3 dalam upaya pemantauan pelaksanaan perizinan pengelolaan limbah B3
bersama-sama Direktorat Pengelolaan Limbah B3;
e. Membantu Direktorat Pengelolaan Limbah B3 dalam upaya pemantauan terhadap
masuknya limbah B3 di pelabuhan setempat atas permintaan Direktorat Bea dan Cukai.
Kesehatan lingkungan hidup
A. Pengertian kesehatan
1. Menurut WHO
Keadaan yg meliputi kesehatan fisik, mental, dan sosial yg tidak hanya berarti suatu
keadaan yg bebas dari penyakit dan kecacatan.

2. Menurut UU No 23 / 1992 tentang kesehatan


Keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara sosial dan ekonomis.

B. Pengertian lingkungan

1. Menurut Encyclopaedia of science & technology (1960)


Sejumlah kondisi di luar dan mempengaruhi kehidupan dan perkembangan organisme.

2. Menurut Encyclopaedia Americana (1974)


Pengaruh yang ada di atas/sekeliling organisme.

3. Menurut A.L. Slamet Riyadi (1976)


Tempat pemukiman dengan segala sesuatunya dimana organismenya hidup beserta segala
keadaan dan kondisi yang secara langsung maupun tidak dapat diduga ikut mempengaruhi
tingkat kehidupan maupun kesehatan dari organisme itu.

C. Pengertian Kesehatan Lingkungan Hidup

1. Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia)


Suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis
antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia
yang sehat dan bahagia.

2. Menurut WHO (World Health Organization)


WHO menyatakan Environment health refers to ecological balance that must exist
beetwen man and his environment in order to ensure his weel being. Kesehatan Lingkungan
merupakan terwujudnya keseimbangan ekologis antara manusia dan lingkungan harus ada,
agar masyarakat menjadi sehat dan sejahtera. Sehingga Kesehatan Lingkungan menurut
WHO adalah : Those aspects of human health and disease that are determined by factors in
the environment. It also refers to the theory and practice of assessing and controlling factors
in the environment that can potentially affect health. Atau bila disimpulkan "Suatu
keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin
keadaan sehat dari manusia.
3. Slamet Riyadi
Ilmu kesehatan lingkungan ialah bagian integral dari ilmu kesehatan masyarakat yang
khusus mempelajari dan menangani tentang hubungan manusia dengan lingkungannya untuk
mencapai keseimbangan ekologi dan bertujuan untuk membina dan meningkatkan derajat
maupun kehidupan sehat yang optimal.

D. Ruang lingkup kesehatan lingkungan


a. Menurut WHO ada 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan
1. Penyediaan Air Minum
Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang
diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir 71%
permukaan bumi. Terdapat 1,4 triliun kilometer kubik (330 juta mil³) tersedia di bumi. Air
sebagian besar terdapat di laut (air asin) dan pada lapisan-lapisan es (di kutub dan puncak-
puncak gunung), akan tetapi juga dapat hadir sebagai awan, hujan, sungai, muka air tawar,
danau, uap air, dan lautan es. Air dalam obyek-obyek tersebut bergerak mengikuti suatu
siklus air, yaitu: melalui penguapan, hujan, dan aliran air di atas permukaan tanah (runoff,
meliputi mata air, sungai, muara) menuju laut. Air bersih penting bagi kehidupan manusia.
Penyediaan air bersih untuk masyarakat mempunyai peranan yang sangat penting
dalam meningkatkan kesehatan lingkungan atau masyarakat, yakni mempunyai peranan
dalam menurunkan angka penderita penyakit, khususnya yang berhubungan dengan air, dan
berperan dalam meningkatkan standar atau taraf/kualitas hidup masyarakat.
Sistem Penyediaan Air Minum yang selanjutnya disebut SPAM merupakan satu
kesatuan sistem fisik (teknik) dan non fisik dari prasarana dan sarana air minum.
Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan membangun, memperluas dan/atau
meningkatkan sistemfisik (teknik) dan non fisik (kelembagaan, manajemen,keuangan, peran
masyarakat, dan hukum) dalam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air
minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik.
Penyelenggaraan pengembangan SPAM adalah kegiatan merencanakan,
melaksanakan konstruksi, mengelola, memelihara, merehabilitasi, memantau, dan/atau
mengevaluasi sistem fisik (teknik) dan non fisik penyediaan air minum.
Sumber-sumber air yang ada dapat dimanfaatkan untuk keperluan air minum :
A. Air hujan. Biasanya sebelum jatuh ke permukaan bumi akan mengalamipencemaran
sehingga tidak memenuhi syarat apabila langsung diminum.
B. Air permukaan tanah (surface water). Yaitu rawa, sungai, danau yang tidakdapat
diminum sebelum melalui pengolahan karena mudah tercemar.
C. Air dalam tanah (ground water). Yang terdiri dari air sumur dangkal dan airsumur
dalam. Air sumur dangkal dianggap belum memenuhi syarat untuk diminum karena
mudah tercemar. Sumber air tanah ini dapat dengan mudah dijumpai seperti yang ter-
dapat pada sumur gali penduduk, sebagai hasil budidaya manusia. Keterdapatan sum-
ber air tanah ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti topografi, batuan,
dan curah hujan yang jatuh di permukaan tanah. Kedudukan muka air tanah mengikuti
bentuk topografi, muka air tanah akan dalam di daerah yang bertopografi tinggi dan
dangkal di daerah yang bertopografi rendah.
Mengingat betapa pentingnya air bersih untuk kebutuhan manusia, maka kualitas air
tersebut harus memenuhi persyaratan, yaitu:
a. Syarat fisik, antara lain:
1. Air harus bersih dan tidak keruh.
2. Tidak berwarna
3. Tidak berasa
4. Tidak berbau

b. Syarat kimiawi, antara lain:


1. Tidak mengandung bahan kimiawi yang mengandung racun.
2. Tidak mengandung zat-zat kimiawi yang berlebihan.
3. Cukup yodium.
4. pH air antara 6,5 – 9,2.

c. Syarat bakteriologi, antara lain:


1. Tidak mengandung kuman-kuman penyakit seperti disentri, tipus, kolera, dan bakteri
patogen penyebab penyakit.
2. Pengelolaan Air Buangan dan Pengendalian Pencemaran

Masuknya limbah ke dalam air yang mengakibatkan fungsi air turun sehingga tidak
mampu lagi mendukung aktifitas manusia dan menyebabkan timbulnya masalah penyediaan
air bersih. Bagian terbesar yang menyebabkan pencemaran air adalah limbah cair dari
industri,di samping limbah padat berupa sampah domestik.

2. Pembuatan Kolam Pengolah Limbah Cair


Saat ini mulai digalakkan pembuatan WC umum yang dilengkapi septic tank di
daerah/lingkungan yang rata-rata penduduknya tidak memiliki WC. Setiap sepuluh rumah
disediakan satu WC umum. Upaya demikian sangat bersahabat dengan lingkungan, murah
dan sehat karena dapat menghindari pencemaran air sumur / air tanah. Selain itu, sudah
saatnya diupayakan pembuatan kolam pengolahan air buangan (air cucian, air kamar mandi,
dan lain-lain) secara kolektif, agar limbah tersebut tidak langsung dialirkan ke selokan atau
sungai.
Untuk limbah industri dilakukan dengan mengalirkan air yang tercemar ke dalam
beberapa kolam kemudian dibersihkan, baik secara mekanis (pengadukan), kimiawi (diberi
zat kimia tertentu) maupun biologis (diberi bakteri, ganggang atau tumbuhan air lainnya).
Pada kolam terakhir dipelihara ikan untuk menguji kebersihan air dari polutan yang
berbahaya. Reaksi ikan terhadap kemungkinan pengaruh polutan diteliti. Dengan demikian
air yang boleh dialirkan keluar (selokan, sungai dll.) hanyalah air yang tidak tercemar.

3. Pembuangan sampah padat


a. Penggolongan Sampah Menurut Sumbernya
Menurut bahannya sampah ini dikelompokkan menjadi sampah organik dan sampah
anorganik. Sampah organik Merupakan sampah yang berasal dari barang yang mengandung
bahan-bahan organik, seperti sisa-sisa sayuran, hewan, kertas, potongan-potongan kayu dari
peralatan rumah tangga, potongan-potongan ranting, rumput pada waktu pembersihan kebun
dan sebagainya.
Pengelolaan sampah adalah pengumpulan, pengangkutan,
pemrosesan,pendaurulangan, atau pembuangan dari material sampah. Kalimat ini biasanya
mengacu pada material sampah yang dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya dikelola
untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan, atau keindahan. Pengelolaan
sampah juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya alam. Pengelolaan sampah bisa
melibatkan zat padat, cair, gas, atau radioaktif dengan metode dan keahlian khusus untuk
masing-masing jenis zat.
b. Metode Pembuangan
Penimbunan darat
Pembuangan sampah pada penimbunan darat termasuk menguburnya untuk
membuang sampah, metode ini adalah metode paling populer di dunia. Penimbunan ini
biasanya dilakukan di tanah yang tidak terpakai, lubang bekas pertambangan, atau lubang-
lubang dalam. Sebuah lahan penimbunan darat yang dirancang dan dikelola dengan baik akan
menjadi tempat penimbunan sampah yang higienis dan murah. Sedangkan penimbunan darat
yang tidak dirancang dan tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan berbagai masalah
lingkungan, di antaranya angin berbau sampah, menarik berkumpulnya Hama, dan adanya
genangan air sampah. Efek samping lain dari sampah adalah gas methan dan karbon dioksida
yang juga sangat berbahaya. (di Bandung kandungan gas methan ini meledak dan
melongsorkan gunung sampah)
Karakteristik desain dari penimbunan darat yang modern di antaranya adalah metode
pengumpulan air sampah menggunakan bahan tanah liat atau pelapis plastik. Sampah
biasanya dipadatkan untuk menambah kepadatan dan kestabilannya, dan ditutup untuk tidak
menarik hama (biasanya tikus). Banyak penimbunan sampah mempunyai sistem pengekstrasi
gas yang dipasang untuk mengambil gas yang terjadi. Gas yang terkumpul akan dialirkan
keluar dari tempat penimbunan dan dibakar di menara pembakar atau dibakar di mesin
berbahan bakar gas untuk membangkitkan listrik.
c. Metode Daur Ulang
Proses pengambilan barang yang masih memiliki nilai dari sampah untuk digunakan
kembali disebut sebagai daur ulang. Ada beberapa cara daur ulang, pertama adalah
mengambil bahan sampahnya untuk diproses lagi atau mengambil kalori dari bahan yang bisa
dibakar untuk membangkitkan listrik. Metode-metode baru dari daur ulang terus ditemukan
dan akan dijelaskan di bawah.
d. Pengolahan kembali secara fisik
Metode ini adalah aktivitas paling populer dari daur ulang, yaitu mengumpulkan dan
menggunakan kembali sampah yang dibuang, contohnya botol bekas pakai yang
dikumpulkan untuk digunakan kembali. Pengumpulan bisa dilakukan dari sampah yang
sudah dipisahkan dari awal (kotak sampah/kendaraan sampah khusus), atau dari sampah yang
sudah tercampur.
Sampah yang biasa dikumpulkan adalah kaleng minum aluminium, kaleng baja
makanan/minuman, Botol HDPE dan PET, botol kaca, kertas karton,koran, majalah, dan
kardus. Jenis plastik lain seperti (PVC, LDPE, PP, dan PS) juga bisa didaur ulang. Daur ulang
dari produk yang kompleks seperti komputer atau mobil lebih susah, karena bagian-
bagiannya harus diurai dan dikelompokkan menurut jenis bahannya
e. Pengolahan biologis
Material sampah ((organik)), seperti zat tanaman, sisa makanan atau kertas, bisa
diolah dengan menggunakan proses biologis untuk kompos, atau dikenal dengan istilah
pengkomposan. Hasilnya adalah kompos yang bisa digunakan sebagai pupuk dan gas
methana yang bisa digunakan untuk membangkitkan listrik.
f. Pemulihan energi
Kandungan energi yang terkandung dalam sampah bisa diambil langsung dengan cara
menjadikannya bahan bakar, atau secara tidak langsung dengan cara mengolahnya menjadi
bahan bakar tipe lain. Daur ulang melalui cara "perlakuan panas" bervariasi mulai dari
menggunakannya sebagai bahan bakar memasak atau memanaskan sampai menggunakannya
untuk memanaskan boiler untuk menghasilkan uap dan listrik dari turbin-generator. Pirolisa
dan gasifikasi adalah dua bentuk perlakuan panas yang berhubungan, ketika sampah
dipanaskan pada suhu tinggi dengan keadaan miskin oksigen. Proses ini biasanya dilakukan
di wadah tertutup pada Tekanan tinggi. Pirolisa dari sampah padat mengubah sampah menjadi
produk berzat padat, gas, dan cair. Produk cair dan gas bisa dibakar untuk menghasilkan
energi atau dimurnikan menjadi produk lain. Padatan sisa selanjutnya bisa dimurnikan
menjadi produk seperti karbon aktif. Gasifikasi dan Gasifikasi busur plasma yang canggih
digunakan untuk mengkonversi material organik langsung menjadi Gas sintetis (campuran
antara karbon monoksida dan hidrogen). Gas ini kemudian dibakar untuk menghasilkan
listrik dan uap.
g. Metode penghindaran dan pengurangan
Sebuah metode yang penting dari pengelolaan sampah adalah pencegahan zat sampah
terbentuk, atau dikenal juga dengan "pengurangan sampah". Metode pencegahan termasuk
penggunaan kembali barang bekas pakai, memperbaiki barang yang rusak, mendesain produk
supaya bisa diisi ulang atau bisa digunakan kembali (seperti tas belanja katun menggantikan
tas plastik), mengajak konsumen untuk menghindari penggunaan barang sekali pakai
(contohnya kertas tisu), dan mendesain produk yang menggunakan bahan yang lebih sedikit
untuk fungsi yang sama (contoh, pengurangan bobot kaleng minuman).

4. Pengendalian Vektor
Vektor adalah Arthropoda yang dapat memindahkan atau menularkan suatu
“infectious agent” dari sumber infeksi kepada induk semang yang rentang (susceptible host).
Pengendalian vektor adalah semua usaha yang dilakukan untuk mengurangi atau
menurunkan populasi vektor dengan maksud mencegah atau pemberantas penyakit yang
ditularkan vektor atau gangguan yang diakibatkan oleh vektor. Tujuan pengendalian vector
adalah untuk menurunkan kepadatan populasi vektor pada tingkat yang tidak membahayakan
bagi kesehatan masyarakat.

Pengelolaan Lingkungan Untuk Pengendalian Vektor


Pengelolaan lingkungan untuk pengendalian vektor adalah meliputi usaha
perencanaan, organisasi, pelaksanaan dan monitoring dari kegiatan untuk mengadakan
modifikasi dan atau manipulasi faktor-faktor lingkungan atau interaksinya dengan manusia
dengan maksud untuk mencegah atau menurunkan perkembang biakan vektor dan
mengurangi kontak antara manusia dengan vektor.

A. Modifikasi lingkungan adalah suatu bentuk pengelolaan lingkungan terdiri dari sesu-
atu transformasi fisik yang farmanen atau berjangka panjang terhadap tanah, air dan
tumbuh-tumbuhan, dengan tujuan untuk mencegah, menghilangkan atau menurunkan
habitat larva tampa menyebabkan pengaruh merugikan yang tidak perlu terhadap
kualitas lingkugan manusia. Misalnya drainage perpipaaan untuk mengurangi se-
banyak mungkin stadium air dari perkembangan vektor.
B. Manipulasi lingkungan adalah suatu bentuk pengolaan lingkungan yamng terdiri atas
kegiatan berulang yang terencana yang bertujuan untuk menghasilkan kondisi semen-
tara yang tidak cocok untuk berkembang biakan vektor pada habitatnya. Misalnya pe-
rubahan kadar garam dari air, penyentoran saluran air secara periodik, menghilangkan
vegetasi dll.
Pengendalian Cara Kimia
Syarat-syarat insektisida yang baik adalah :
1. Sangat toksik terhadap vektor sasaran
2. Kurang berbahaya untuk manusia, binatang dan tanaman yang berguna
3. Menarik bagi vector
4. Tidak mahal, mudah diproduksi, dan mudah disediakan
5. Secara kimia stabil pada aplikasi residu
6. Tidak stabil pada aplikasi udara agar tidak mencemari lingkungan, tetapi membunuh
vektor dengan cepat lalu mengalami dekomposisi menjadi senyawa yang kurang
berbahaya
7. Tidak mudah terbakar
8. Tidak korosit
9. Tidak meninggalkan warma
10. Mudah disiapkan menjadi formulasi yang diinginkan

Pengendalian Cara Biologis


Makhluk biologi yang telah lama dikenal dan masih digunakan pada waktu ini untuk
pengendalian vektor adalah ikan pemakan larva. Diantara species ikan kecil yang baik
digunakan untuk pengendalian secra biologis terhadap larva nyamuk adalah ikan guppi
(paecilia reticulata) dan ikan kepala timah (aphloceilus panchax). Dosis yang disarankan oleh
WHO adalah 3 – 7 ekor/m2. Rata-rata untuk pengendalian di sawah atau perairan dangkal
lain mungkin cukup dengan 5 ekor/m2.

5. Pencegahan/ Pengendalian Pencemaran Tanah oleh Eksreta Manusia


Yang dimaksud kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi
oleh tubuh dan yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat yang harus dikeluarkan dari
dalam tubuhh ini berbentuk tinja (faeces), air seni (urine) dan CO2 sebagai hasil dari proses
pernafasan.
Pembuangan kotoran manusia dalam ilmu kesehatan lingkungan dimaksudkan hanya
tempat pembuangan tinja dan urine, pada umumnya disebut latrine, jamban atau kakus
(Notoatmodjo, 2003). Penyediaan sarana jamban merupakan bagian dari usaha sanitasi yang
cukup penting peranannya. Ditinjau dari sudut kesehatan lingkungan pembuangan kotoran
yang tidak saniter akan dapat mencemari lingkungan terutama tanah dan sumber air.
Pembuangan tinja yang tidak saniter akan menyebabkan berbagai macam penyakit seperti :
thypus, disentri, kolera, bermacam-macam cacing (gelang, kremi, tambang dan pita),
schistosomiasis dan sebagainya.
Kementerian Kesehatan telah menetapkan syarat dalam membuat jamban sehat. Ada
tujuh kriteria yang harus diperhatikan :

1. Tidak mencemari air .


2. Tidak mencemari tanah permukaan
3. Bebas dari serangga
4. Tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan
5. Aman digunakan oleh pemakainya
6. Mudah dibersihkan dan tak menimbulkan gangguan bagi pemakainya
7. Tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan

6. Higiene Makanan, Termasuk Higiene susu


Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan setiap saat dan
memerlukan pengelolaan yang baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh. Menurut WHO,
yang dimaksud makanan adalah : “Food include all substances, whether in a natural state or
in a manufactured or preparedform, wich are part of human diet.”
Batasan makanan tersebut tidak termasuk air, obat-obatan dan substansi-substansi
yang diperlukan untuk tujuan pengobatan.
Makanan yang dikonsumsi hendaknya memenuhi kriteria bahwa makanan tersebut
layak untuk dimakan dan tidak menimbulkan penyakit, diantaranya :
1. Berada dalam derajat kematangan yang dikehendaki
2. Bebas dari pencemaran di setiap tahap produksi dan penanganan selanjutnya.
3. Bebas dari perubahan fisik, kimia yang tidak dikehendaki, sebagai akibat dari
pengaruhenzym, aktifitas mikroba, hewan pengerat, serangga, parasit dan kerusakan-
kerusakan karena tekanan, pemasakan dan pengeringan.
4. Bebas dari mikroorganisme dan parasit yang menimbulkan penyakit yang dihantarkan oleh
makanan (food borne illness).
Higiene dan Sanitasi
Pengertian higiene menurut Depkes adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara
dan melindungi kebersihan individu subyeknya. Misalnya mencuci tangan untuk melindungi
kebersihan tangan, cuci piring untuk melindungi kebersihan piring, membuang bagian
makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan secara keseluruhan.
Sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang menitik beratkan kegiatan
dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan minuman dari segala bahaya yang
dapat menganggu atau memasak kesehatan, mulai dari sebelum makanan diproduksi, selama
dalam proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan, sampai pada saat dimana makanan
dan minuman tersebut siap untuk dikonsumsikan kepada masyarakat atau konsumen. Sanitasi
makanan ini bertujuan untuk menjamin keamanan dan kemurnian makanan, mencegah
konsumen dari penyakit, mencegah penjualan makanan yang akan merugikan pembeli.
mengurangi kerusakan / pemborosan makanan.

7. Pengendalian Pencemaran Udara


Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi
di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan mahkluk hidup, mengganggu
estetika dan kenyamanan, atau merusak properti. Pencemaran udara adalah masuknya, atau
tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam atmosfir yang dapat mengakibatkan terjadinya
kerusakan lingkungan, gangguan pada kesehatan manusia secara umum serta menurunkan
kualitas lingkungan. Pengertian pencemaran udara berdasarkan Undang-Undang Nomor 23
tahun 1997 pasal 1 ayat 12 mengenai Pencemaran Lingkungan yaitu pencemaran yang
disebabkan oleh aktivitas manusia seperti pencemaran yang berasal dari pabrik, kendaraan
bermotor, pembakaran sampah, sisa pertanian, dan peristiwa alam seperti kebakaran hutan,
letusan gunung api yang mengeluarkan debu, gas, dan awan panas. Menurut Peraturan
Pemerintah RI nomor 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, pencemaran
udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dari komponen lain ke dalam udara
ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya. Sedangkan berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1407 tahun 2002 tentang Pedoman Pengendalian
Dampak Pencemaran Udara, pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat,
energi, dan/atau komponen lain ke dalam udara oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara
turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan atau mempengaruhi kesehatan manusia.

Klasifikasi Pencemar Udara :


1. Pencemar primer : pencemar yang di timbulkan langsung dari sumber pencemaran udara
2. Pencemar sekunder : pencemar yang terbentuk dari reaksi pencemar-pencemar primer di
atmosfer. Contoh: Sulfur dioksida, Sulfur monoksida dan uap air akan menghasilkan
asam sulfurik.
3. Jenis-jenis Bahan Pencemar:
Karbon monoksida (CO), Nitrogen dioksida (N02), Sulfur Dioksida (S02), CFC, Karbon
dioksida (CO2), Ozon (03 ), Benda Partikulat (PM), Timah (Pb) HydroCarbon (HC).

8. Pengendalian Radiasi
Dalam ilmu fisika, radiasi dideskripsikan sebagai proses dimana energi bergerak
melalui media atau melalui ruang, dan akhirnya diserap oleh benda lain. Orang awam sering
menghubungkan kata radiasi ionisasi (misalnya, sebagaimana terjadi pada senjata nuklir,
reaktor nuklir, dan zat radioaktif), tetapi juga dapat merujuk kepada radiasi elektromagnetik
(yaitu, gelombang radio, cahaya inframerah, cahaya tampak, sinar ultra violet, dan X-ray),
radiasi akustik, atau untuk proses lain yang lebih jelas. Apa yang membuat radiasi adalah
bahwa energi memancarkan (yaitu, bergerak ke luar dalam garis lurus ke segala arah) dari
suatu sumber. geometri ini secara alami mengarah pada sistem pengukuran dan unit fisik
yang sama berlaku untuk semua jenis radiasi. Beberapa radiasi dapat berbahaya.
Medan elektromagnetik adalah medan listrik dan medan magnet yang dihasilkan oleh
alam maupun peralatan elektronik yang bermuatan listrik. Manusia sebagai satu sistem
biologi di antara system biologi lainnya, selalu terpajan oleh medan elektromagnetik. Radiasi
elektromagnetik mempunyai spektrum sangat luas, namun yang terpenting berasal dan listrik,
yaitu frekuensi 60 Hz . Berbagai penelitian epidemiologi telah dilakukan untuk mengetahui
efek medan elektromagnetik terhadap kesehatan. Medan elektromagnetik berpotensi
menimbulkan berbagai gangguan, antara lain terhadap sistem darah, sistem kardiovaskular,
sistem saraf maupun sistem reproduksi serta bersifat karsinogenik. Tetapi hasil penelitian
tersebut masih kontroversial, karena pemilihan populasi dan metodologi penelitian yang tidak
konsisten. Upaya pengendalian radiasi medan elektromagnetik dapat dilakukan dengan cara
pengendalian kuat medan listrik dan kuat medan magnet maupun pengaturan jarak dan lama
pemaparan dan peralatan yang bermuatan listrik.

9. Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja adalah hal yang sangat penting didalam dunia kerja khusus nya dunia
industri yang bergerak dibidang produksi, kesehatan kerja hendaknya dapat dipahami betapa
penting nya kesehatan kerja tersebut di dalam bekerja kesehariannya. Hal ini memiliki
kepentingan yang besar, baik untuk kepentingan diri sendiri maupun dikarenakan aturan
perusahaan yang meminta untuk menjaga hal-hal tersebut dalam rangka meningkatkan
kinerja dan mencegah potensi kerugian bagi perusahaan. Namun, seberapa penting kah
perusahaan wajib menjalankan prinsip kesehatan kerja dilingkungan perusahaannya? Patut
diketahui pula bahwa ide tentang kesehatan telah ada sejak dua puluh tahun yang lalu, namun
hingga saat ini, masih ada pekerja dan perusahaan yang belum memahami korelasi antara
kesehatan dengan peningkatan kinerja perusahaan, bahkan tidak mengetahui eksistensi aturan
tersebut. Sehingga para pengusaha tidak mementingkan kesehatan para pekerja an
menjadikan hal tersebut menjadi hal yang mahal dan dapat mengganggu proses para pekerja.
Untuk menjalani semua itu maka pemerintah telah menerbitkan undang-undang no 1
tahun 1970 tentang keselamatan kerja, yaitu :
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
2. Mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran.
3. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.
4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-
kejadian lain yang berbahaya.
5. Memberikan pertolongan pada kecelakaan.
6. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.
7. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluaskan suhu, kelembaban, debu,
kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran.
8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik maupun psikis,
peracunan, infeksi dan penularan.
9. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
10. Menyelenggarakan suhu dan kelembaban udara yang baik.
11. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
12. Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban.
13. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses
kerjanya.
14. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau barang.
15. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
16. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan
barang.
17. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
18. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang berbahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
Dari undang-undang yang dibuat tersebut, maka para pekerja dapat bekerja dengan
tenang dan dapat menaikkan pendapatan perusahaan tempatnya bekerja tanpa harus
memikirkan bagaimana membayar biaya pengobatan apabila pekerja tersebut sakit karena
kesehatan mereka sudah dijamin oleh undang-undang.

10. Pengendalian Kebisingan


Kebisingan sampai pada tingkat tertentu bisa menimbulkan gangguan pada fungsi
pendengaran manusia. Risiko terbesar adalah hilangnya pendengaran (hearing loss) secara
permanen. Dan jika risiko ini terjadi (biasanya secara medis sudah tidak dapat
diatasi/"diobati"). Sudah barang tentu akan mengurangi efisiensi pekerjaan si penderita secara
signifikan.
Secara umum dampak kebisingan bisa dikelompokkan dalam dua kelompok besar,
yaitu:
1. Dampak auditorial (Auditory effects)
Dampak ini berhubungan langsung dengan fungsi (perangkat keras) pendengaran,
seperti hilangnya/berkurangnya fungsi pendengaran, suara dering/ berfrekuensi tinggi dalam
telinga.
2. Dampak nonauditorial (Nonauditory effects)
Dampak ini bersifat psikologis, seperti gangguan cara berkomunikasi, kebingungan,
stres, dan berkurangnya kepekaan terhadap masalah keamanan kerja.
Berikut ini adalah beberapa tingkat kebisingan beberapa sumber suara yang bisa
dijadikan sebagai acuan untuk menilai tingkat keamanan kerja :
1. Percakapan biasa (45-60 dB)
2. Bor listrik (88-98 dB)
3. Suara anak ayam (di peternakan) (105 dB)
4. Gergaji mesin (110-115 dB)
5. Musik rock (metal) (115 dB)
6. Sirene ambulans (120 dB)
7. Teriakan awal seseorang yang menjerit kesakitan (140 dB)
8. Pesawat terbang jet (140 dB).
Sedangkan jenis industri, tempat kebisingan bisa menjadi sumber bahaya yang
potensial bagi pekerja antara lain :
1. Industri perkayuan (wood working & wood processing)
2. Pekerjaan pemipaan (plumbing)
3. Pertambangan batu bara dan berbagai jenis pertambangan logam

11. Perumahan dan Pemukiman


Rumah ,Menurut Azrul Azwar, rumah bagi manusia mempunyai arti :
1. Sebagai tempat untuk melepaskan lelah, beristirahat setelah penat melaksanakan kewajiban
sehari-hari
2. Sebagai tempat untuk melindungi diri dari bahaya yang datang mengancam
3. Sebagai tempat untuk bergaul dengan keluarga
4. Sebagai lambang status sosial yang dimiliki, yang masih dirasakan hingga saat ini
5. Sebagai tempat untuk meletakkan barang2 berharga yang dimiliki

Sehat ,Kesehatan menurut UU N0 23 thn 1992 :


Keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara sosial ekonomis
A. Kesehatan badan : Bebas dari penyakit, semua organ tubuh berfungsi sempurna
B. Kesehatan Jiwa, dibagi menjadi tiga :
1. Pikiran : Berpikir positif dan dapat diterima oleh akal sehat
2. Emosi : bisa mengeksperisikan emosinya
3. Spiritual : bisa mengekspresikan rasa syukurnya terhadap Tuhan

C. Kesehatan sosial : bisa berinteraksi dengan orang lain


D. Kesehatan ekonomi : dapat mencukupi kebutuhan hidupnya

Rumah sehat
Berdasarkan pada pengertian sebelumnya maka rumah sehat :
Sebagai tempat untuk berlindung atau bernaung dan tempat untuk beristirahat sehingga
menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik fisik, sosial maupun mental.

Pemukiman

Menurut WHO
Suatu struktur fisik dimana orang menggunakannya unt t4 berlindung, dimana lingk dari
struktur tersebut termaksud juga semua fasilitas dan pelayanan yg diperluhkan, perlengkapan
yg berguna untuk kes jasmani dan rohani dan keadaan sosialnya yang baik untuk kel dan
individu
Aspek-aspek Lingkungan Pemukiman yangg perlu mendapat perhatian :
1. Fasilitas Lingkungan :
Fasilitas pendidikan, Fasilitas kesehatan, Perbelanjaan, Rekreasi dan kebudayaan,
Olah raga, Lap terbuka.
2. Prasarana lingkungan :
Jalan, Saluran air minum,Saluran air hujan, Pembuangan sampah, Jaringan listrik,
Masalah Pemukiman di Indonesia.

12. Aspek Kesehatan Lingkungann dan Transportasi udara


Sebenarnya bukan hanya pencemaran lingkungan yang terlihat secara kasat mata saja
yang dapat membahayakan dan menimbulkan penyakit, pencemaran suara juga dapat
menimbulkan dampak yang sangat berbahaya bagi kesehatan. Apabila tidak segera
ditanggulangi, mungkin pencemaran suara ini dapat sangat menggangu kehidupan. Masih
jarang orang yang mengetahui bahwa pencemaran suara sangat berbahaya karena kebanyakan
orang tidak mengetahui tentang dampak dari pencemaran suara tersebut sehingga orang
menganggap pencemaran suara tidak berbahaya.
Pencemaran suara ini sebenarnya dapat ditanggulangi apabila setiap manusia yang
hidup di dunia sadar akan pentingnya kesehatan dan kelestarian lingkungan. Mungkin
pencemaran suara dampaknya tidak terlihat secara kasat mata, namun dampaknya dapat di
rasakan langsung oleh organ tubuh. Untuk menanggulangi pencemaran suara tersebut dapat
dilakukan dengan beberapa cara, yaitu misalnya apabila ingin membangun suatu bandara di
dalam suatu negara, pemerintah harus dapat memperhitungkan dampak dari pembangunan
bandara tersebut. Pembangunan bandara dapat di dilakukan di daerah yang jarang
pemukiman penduduk agar tidak mengganggu penduduk yang tinggal disekitar bandara dan

13. Perencanaan daerah dan perkotaan


Pengertian Perencanaan
Perencanaan memiliki banyak definisi. Menurut Dror (1963), perencanaan merupaka
suatu proses yang mempersiapkan seperangkat keputusan unutk melakukan tindakan dimasa
depan. Dalam bukunya yang berjudul Pengantar Perencanaan Kota, Gallion dan Eisner
menuliskan bahwa perencanaan adalah suatu upaya untuk menciptakan perkembangan yang
teratur di daerah perkotaan dan mengurangi konflik-konflik sosial dan ekonomi yang akan
membahayakan kehidupan dan hak milik.
Pola Perencanaan Kota
Sebuah kota harus dibangun berdasarkan empat dasar. Dasar fisik sebuah kota adalah
wujud yang kelihatan berupa bangunan-bangunan, jalan, taman, dan benda-benda lain yang
menciptakan bentuk kota tersebut. Dasar ekonomi sebuah kota memberikan alasan bagi
eksistensinya. Dasar politik sebuah kota sangat penting bagi ketertiban. Dasar sosial sangat
penting supaya kota ada artinya.

Elemen perancangan kota :

Land Use : cerminan hubungan dan keterkaitan antara sirkulasi dan kepadatan aktivitas pada
suatu kawasan
Building Form and Massing : bentuk dan massa bangunan dapat menunjukan ciri kawasan
yang mencakup ketinggian, rasio luas lantai, coverage, skala, dan lain-lain
Activity support : Pendukung kegiatan terdiri dari semua kegiatan yang memperkuat
penggunaan ruang publik
Open space : Lahan kosong di kota untuk dijadikan taman sehingga harus dilakukan
secara integral dengan perencanaan bangunan dan saling menunjang
Pedestrian ways : Jalur pejalan kaki, untuk mendukung aktivitas kawasan, juga untuk estetika
terutama pada pusat kota
Circulation and parking : Sistem pergerakan dan elemen utama yang dapat memberi bentuk
lingkungan kota
Signage : Menunjukan arah dan fungsi bangunan serta kawasan tertentu, penandaan tidak
hanya dilakukan dengan pemberian papan nama tetapi dpaat dilakukan dengan berntuk atau
ciri visual lainnya
Preservation : upaya pelestarian harus mampu melindungi kelestarian lingkungan yang telah
ada dan ruang-ruang kawasan yang sudah terbentuk seperti kawasan bersejarah.

14. Pencegahan Kecelakaan


Upaya pengendalian lingkungan kerja yang ditujukan terhadap faktor lingkungan
adalah pemikiran standart persyaratan kualitas lingkungan dan pemeliharaan rumah tangga
industri yang aman, yang dilakukan melalui :
Melaksanakan program pengelolaan lingkungan perusahaan dengan mengacu pada standar
pemeliharaan rumah tangga perusahaan / industri yang aman
Melaksanakan program keselamatan kerja di industri / perusahaan dengan menerapkan model
manajemen keselamatan kerja yang sesuai
Melaksanakan program pengendalian lingkungan dengan mengacu pada model manajemen
pengendalian factor fisisk tempat kerja yang sesuai.
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian dari
sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan,
tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses, dan sumber daya yang dibutuhkan bagi
pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan keselamatan
dan kesehatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif. (Lientje
Setyawati, 2000). Sasaran Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
adalah Manusia atau pekerja, Mesin mekanik dan Lingkungan pekerja.
Tujuan dilaksanakannya Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah
menciptakan suatu sistem Keselamatan dan kesehatan di tempat kerja dengan melibatkan
unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka
mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
Dalam penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja ini
diharapkan adanya penempatan tenaga kerja sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai
manusia, meningkatnya komitment pimpinan perusahaan dalam melindungi tenaga kerja,
meningkatnya efisiensi dan produktivitas kerja untuk menghadapi kompetisi perdagangan
global, proteksi terhadap industri dalam negeri, meningkatnya daya saing dalam perdagangan
internasional, mengeliminir boikot LSM internasional terhadap produk ekspor nasional,
meningkatnya pelaksanaan pencegahan kecelakaan melalui pendekatan sistem, perlunya
upaya pencegahan terhadap problem sosial dan ekonomi yang terkait dengan penerapan K3.

15. Rekreasi Umum dan pariwisata


Potensi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya tersebut, perlu dikembangkan dan
dimanfaatkan untuk kepentingan dan kesejahteraan masyarakat tanpa melupakan upaya
konservasi sehingga tetap tercapai keseimbangan antara perlindungan, pengawetan dan
pemanfaatan yang lestari.
Pemanfaatan potensi sumberdaya alam Flora dan fauna serta jasa lingkungannya di
kawasan Pelestarian Alam dan Hutan Lindung mengacu kepada prinsip-prinsip social forest
management yang dalam pemanfaatannya berazaskan kelestarian ekologi, social dan
ekonomi.
Potensi jasa lingkungan hutan baik langsung ataupun tidak langsung dapat
dimanfaatkan secara terukur dan tidak terukur oleh manusia antara lain untuk : wisata alam,
pemanfaatan sumberdaya air, supply oksigen, perlindungan system hidrologis dan carbon
offset (Pedoman Inventarisasi Jasa Lingkungan, Ditjen PHKA, 2003.)
Sejalan dengan perkembangan kebutuhan pariwisata alam, maka kawasan Pelestarian
alam seperti Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan taman Wisata Alam yang memiliki
gejala keunikan alam, keindahan alam, keanekaragaman flora dan faunanya sangat potensial
untuk dikembangkan sebagai objek dan daya tarik wisata alam, disamping sebagai wahana
penelitian, pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan.

16. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemic/wabah, ben-


cana alam dan perpindahan penduduk.
Sanitasi adalah upaya pegendalian semua faktor lingkungan fsik manusia,yang
mungkin menimbulkan atau dapat menimbulkan hal-hal yang merugikan,bagi perkembangan
fisik,kesehatan,dan daya tahan hidup manusia.
Sasaran utama kegiatan sanitasi pada keadaan bencana adalah untuk mengurangi
penyakit tinja kemulut dan mengurangi penjangkitan oleh vektr dengan melkasanakan
penyuluhan raktek kebersiha yang baik,penyediaan air minum yang aman dan pengurangan
kesehtan linkungan dengan mengusahakan suatu kondisi yang memungkinkan orang-orang
untuk hidup dengan kesehatan,martabat, kenyamanan,dan keamanan yang memadai.
Adapun untuk mengurangi resiko dari bencana yang ditimbulkan hal yang dilakukan
dalam kegiatan sanitasi adalah sebagai berikut:
1. Pasokan/penyediaan air bersih
2. Pembuangan Tinja
3. Pengendalian Vektor
4. Manajemen Sampah
5. Pemeliharaan Drainase
6. Penyuluhan Kesehatan

17. Tindakan Pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan


Kemampuan daya dukung lingkungan hidup sangat terbatas baik secara kuantitas
maupun kualitasnya sehingga pemerintah dalam pengelolaan lingkungan hidup membuat
aturan yang dituangkan dalam UU No. 23 tahun 1997 pengertian lingkungan hidup yang
tercantum dalam UU No. 4 tahun 1982 atau No. 23 tahun 1997 adalah sebagai suatu kesatuan
ruang yang terdiri dari benda, daya, keadaan, makhluk hidup, termasuk didalamnya manusia
dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan hidup dan kesejahteraan manusia dan
makhluk hidup lainnya. Komponen lingkungan terdiri dari tiga komponen utama yaitu fisik,
biotis, dan sosekbudkesmas. Dalam pengelolaan lingkungan hidup, perlu dilakukan berbagai
upaya pengembangan yang berwawasan lingkungan dengan meningkatkan dampak positif
dan meminimalkan dampak negatif yang ditimbulkan.
Pengelolaan Lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi
lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan seperti penataan, pemanfaatan,
pengembangan, pemeliharaan dan pengendalian lingkungan hidup (UU No. 23 tahun 1997
pasal 1 dan 2) upaya dalam melestarikan lingkungan biasanya dikaitkan dengan upaya
pencegahan atau penanggulangan dampak yabng ditimbulkan oleh kegiatan pembangunan.
Asas yang menjadi pedoman pelaksanaan adalah pengelolaan lingkungan hidup untuk
menunjang pembangunan yang berkesinambungan (berkelanjutan) sehingga tercapai tujuan
yang diharapkan dalam pengelolaan lingkungan hidup yang menjamin terciptanya
keselarasan hubungan antar manusia dan lingkungan hidup.
1) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
2) Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL)
3) Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL)

b. Menurut Pasal 22 ayat (3) UU No 23 tahun 1992 ruang lingkup kesling ada 8 :
1) Penyehatan Air dan Udara
2) Pengamanan Limbah padat/sampah
3) Pengamanan Limbah cair
4) Pengamanan limbah gas
5) Pengamanan radiasi
6) Pengamanan kebisingan
7) Pengamanan vektor penyakit
8) Penyehatan dan pengamanan lainnya : Misal Pasca bencana.
Kontribusi lingkungan dalam mewujudkan derajat kesehatan merupakan hal yang
essensial di samping masalah perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan dan faktor
keturunan. Lingkungan memberikan kontribusi terbesar terhadap timbulnya masalah
kesehatan masyarakat.

C. Sasaran Kesehatan Lingkungan Hidup


Menurut Pasal 22 ayat (2) UU 23/1992, Sasaran dari pelaksanaan kesehatan
lingkungan hidup adalah sebagai berikut :
1. Tempat umum : hotel, terminal, pasar, pertokoan, dan usaha-usaha yang
sejenis
2. Lingkungan pemukiman : rumah tinggal, asrama/yang sejenis
3. Lingkungan kerja : perkantoran, kawasan industri/yang sejenis
4. Angkutan umum : kendaraan darat, laut dan udara yang digunakan untuk
umum
5. Lingkungan lainnya : misalnya yang bersifat khusus seperti lingkungan yang
berada dalam keadaan darurat, bencana perpindahan penduduk secara besar2an,
reaktor/tempat yang bersifat khusus.

D. Syarat-syarat Lingkungan Yang Sehat


1. Keadaan Air
Air yang sehat adalah air yang tidak berbau, tidak tercemar dan dapat dilihat
kejernihan air tersebut, kalau sudah pasti kebersihannya dimasak dengan suhu 1000C,
sehingga bakteri yang di dalam air tersebut mati.
2. Keadaan Udara
Udara yang sehat adalah udara yangdidalamnya terdapat yang diperlukan, contohnya
oksigen dan di dalamnya tidak tercemar oleh zat-zat yang merusak tubuh, contohnya zat CO2
(zat carbondioksida).
3. Keadaan tanah
Tanah yang sehat adalah tanah yamh baik untuk penanaman suatu tumbuhan, dan
tidak tercemar oleh zat-zat logam berat.
4. Suara/kebisingan
Yaitu keadaan dimana suatu lingkungan yang kondisinya tidak bising yang dapat
mengganggu aktifitas/alat pendengaran manusia.
E. Cara-cara Pemeliharaan Kesehatan Lingkungan Hidup
1. Tidak mencemari air dengan membuang sampah disungai.
2. Mengurangi penggunaan kendaraan bermotor.
3. Mengolah tanah sebagaimana mestinya.
4. Menanam tumbuhan pada lahan-lahan kosong.

F. Tujuan Pemeliharaan Kesehatan Lingkungan Hidup


1. Mengurangi Pemanasan Global.
Dengan menanam tumbuhan sebanyak-banyaknya pada lahan kosong, maka kita juga
ikut serta mengurangi pemanasan global, karbon, zat O2 (okseigen) yang dihasilkan tumbuh-
tumbuhan dan zat tidak langsung zat CO2 (carbon) yang menyebabkan atmosfer bumi
berlubang ini terhisap oleh tumbuhan dan secara langsung zat O2 yang dihasilkan tersebut
dapat dinikmati oleh manusia tersebut untuk bernafas.

2. Menjaga Kebersihan Lingkungan Hidup


Dengan lingkungan hidup yang sehat maka kita harus menjaga kebersihannya, karena
lingkungan yang sehat adalah lingkungan yang bersih dari segala penyakit dan
sampah.Sampah adalah mush kebersihan yang paling utama. Sampah dapat dibersihkan
dengan cara-cara sebagai berikut ;
a) Membersihkan Sampah Organik
Sampah organik adalah sampah yang dapat dimakan oleh zat-zat organik di
dalam tanah, maka sampah organik dapat dibersihkan dengan mengubur
dalam-dalam sampah organik tersebut, contoh sampah organik :

1). Daun-daun tumbuhan


2). Ranting-ranting tumbuhan
3). Akar-akar tumbuhan
b) Membersihkan Sampah Non Organik.
Sampah non organik adalah sampah yang tidak dapat hancur (dimakan oleh
zat organik) dengan sendirinya, maka sampah non organik dapat dibersihkan
dengan membakar sampah tersebut dan lalu menguburnya.

Tujuan dan ruang lingkup kesehatan lingkungan hidup dapat dibagi menjadi 2,secara umum
dan secara khusus.
 Tujuan dan ruang lingkup kesehatan lingkungan hidup secara umum, antara lain :
a. Melakukan koreksi atau perbaikan terhadap segala bahaya dan ancaman pada kese-
hatan dan kesejahteraan hidup manusia.
b. Melakukan usaha pencegahan dengan cara mengatur sumber-sumber lingkungan
dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan hidup manusia.
c. Melakukan kerja sama dan menerapkan program terpadu di antara masyarakat dan in-
stitusi pemerintah serta lembaga non pemerintah dalam menghadapi bencana alam
atau wabah penyakit menular.

 Tujuan dan ruang lingkup kesehatan lingkungan hidup secara khusus, antara lain:
a. Menyediakan air bersih yang cukup dan memenuhi persyaratan kesehatan.
b. Makanan dan minuman yang di produksi dalam skala besar dan di konsumsi secara
luas oleh masyarakat.
c. Pencemaran udara akibat sisa pembakaran BBM, batu bara, kebakaran hutan, dan gas
beracun yang berbahaya bagi kesehatan dan makhluk hidup lain dan menjadi penye-
bab terjadinya perubahan ekosistem.
d. Limbah cair dan padat yang berasal dari rumah tangga, pertanian, peternakan, indus-
tri, rumah sakit, dan lain-lain.
e. Perumahan dan bangunan yang layak huni dan memenuhi syarat kesehatan.
f. Kebisingan, radiasi, dan kesehatan kerja.
g. Survei sanitasi untuk perencanaan, pemantauan, dan evaluasi program kesehatan
lingkungan.

G. Pemeliharaan Kesehatan Lingkungan Hidup


1. Tidak mencemari air dengan tidak membuang sampah disungai
2. Mengurangi penggunaan kendaraan bermotor
3. Mengolah tanah sebagaimana mestinya
4. Menanam tumbuhan pada lahan-lahan kosong

H. Masalah-masalah Kesehatan Lingkungan Hidup di Indonesia


1. Penyediaan sarana air bersih
Berdasarkan survei yang pernah dilakukan, hanya sekitar 60% penduduk Indonesia
mendapatkan air bersih dari PDAM, terutama untuk penduduk perkotaan, selebihnya mem-
pergunakan sumur atau sumber air lain. Bila datang musim kemarau, krisis air dapat terjadi
dan penyakit gastroenteritis mulai muncul di mana-mana.Air bersih adalah air yang digu-
nakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat
diminum apabila telah dimasak. Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat
kesehatan dan dapat langsung diminum.
Adapun syarat-syarat kualitas air bersih diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna
b. Syarat Kimia : Kadar Besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l, Kesadahan
(maks 500 mg/l)
c. Syarat Mikrobiologis : Koliform tinja/total koliform (maks 0 per 100 ml air)

2. Urbanisasi penduduk
Di Indonesia, terjadi perpindahan penduduk dalam jumlah besar dari desa ke kota.
Lahan pertanian yang semakin berkurang terutama di pulau Jawa dan terbatasnya lapangan
pekerjaan mengakibatkan penduduk desa berbondong-bondong datang ke kota besar mencari
pekerjaan sebagai pekerja kasar seperti pembantu rumah tangga, kuli bangunan dan
pelabuhan, pemulung bahkan menjadi pengemis dan pengamen jalanan yang secara tidak
langsung membawa dampak sosial dan dampak kesehatan lingkungan, seperti munculnya
permukiman kumuh dimana-mana.
Secara umum rumah atau pemukiman dapat dikatakan sehat apabila memenuhi
kriteria sebagai berikut :
a. Memenuhi kebutuhan fisiologis, yaitu : pencahayaan, penghawaan dan ruang gerak
yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu.
b. Memenuhi kebutuhan psikologis, yaitu : privacy yang cukup, komunikasi yang sehat
antar anggota keluarga dan penghuni rumah
c. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antarpenghuni rumah dengan
penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor
penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari pagi,
terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan
penghawaan yang cukup.
d. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena
keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis sempadan jalan,
konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung
membuat penghuninya jatuh tergelincir.
3. Pembuangan Sampah
Di hampir setiap tempat di Indonesia, sistem pembuangan sampah dilakukan secara
dumping tanpa ada pengelolaan lebih lanjut. Sistem pembuangan semacam itu selain memer-
lukan lahan yang cukup luas juga menyebabkan pencemaran pada udara, tanah, dan air selain
lahannya juga dapat menjadi tempat berkembangbiaknya agens dan Glossary Link vektor
penyakit menular.
Adapun teknik pengelolaan sampah yang baik harus memperhatikan
faktor-faktor/unsur :
a. Penimbulan sampah. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi sampah
adalahjumlah penduduk dan kepadatanya, tingkat aktivitas, pola kehidupan/tingkat
sosial ekonomi, letak geografis, iklim, musim, dan kemajuan teknologi.
b. Penyimpanan sampah.
c. Pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan kembali.
d. Pengangkutan
e. Pembuangan
Dengan mengetahui unsur-unsur pengelolaan sampah, kita dapat mengetahui
hubungan dan urgensinya masing-masing unsur tersebut agar kita dapat memecahkan
masalah-masalah ini secara efisien.

4. Perencanaan tata kota dan kebijakan pemerintah


Perencanaan tata kota dan kebijakan pemerintah seringkali menimbulkan masalah
baru bagi kesehatan lingkungan. Contoh, pemberian izin tempat permukinan, gedung atau
tempat industri baru tanpa didahului dengan studi kelayakan yang berwawasan lingkungan
dapat menyebabkan terjadinya banjir, pencemaran udara, air, dan tanah serta masalah sosial
lain yang akan berakibat terhadap kesehatan mayarakat.
5. Pencemaran Udara
Pencemaran udara dapat dibagi lagi menjadi indoor air pollution dan out door air
pollution. Indoor air pollution merupakan problem perumahan/pemukiman serta gedung
umum, bis kereta api, dll. Masalah ini lebih berpotensi menjadi masalah kesehatan yang
sesungguhnya, mengingat manusia cenderung berada di dalam ruangan ketimbang berada di
jalanan. Diduga akibat pembakaran kayu bakar, bahan bakar rumah tangga lainnya
merupakan salah satu faktor resiko timbulnya infeksi saluran pernafasan bagi anak balita.
Sedangkan mengenai masalah out door pollution atau pencemaran udara di luar
rumah, berbagai analisis data menunjukkan bahwa ada kecenderungan peningkatan. Beberapa
penelitian menunjukkan adanya perbedaan resiko dampak pencemaran pada beberapa
kelompok resiko tinggi penduduk kota dibanding pedesaan. Besar resiko relatif tersebut
adalah 12,5 kali lebih besar. Keadaan ini, bagi jenis pencemar yang akumulatif, tentu akan
lebih buruk di masa mendatang. Pembakaran hutan untuk dibuat lahan pertanian atau sekedar
diambil kayunya ternyata membawa dampak serius, misalnya infeksi saluran pernafasan akut,
iritasi pada mata, terganggunya jadwal penerbangan, terganggunya ekologi hutan.
Dan tingkat pencemaran udara di Indonesia sudah melebihi nilai ambang batas normal
terutama di kota-kota besar akibat gas buangan kendaraan bermotor. Selain itu, hampir setiap
tahun asap tebal meliputi wilayah nusantara bahkan sampai ke negara tetangga akibat
pembakaran hutan untuk lahan pertanian dan perkebunan.

6. Pembuangan limbah industri dan rumah tangga


Hampir semua limbah cair baik yang berasal dari rumah tangga dan industri dibuang
langsung dan bercampur menjadi satu ke badan sungai atau laut, ditambah lagi dengan
kebiasaan penduduk melakukan kegiatan MCK (Mandi , Cuci dan Kakus) di bantaran sungai.
Akibatnyaakan menyebabkan kualitas air sungai menurun dan tidak sehat apabila digunakan
untuk keperluan manusia dan bahkan dapat menimbulkan berbagai penyakit apabila
digunakan oleh manusia.

7. Bencana alam atau pengungsian


Gempa bumi, tanah longsor, gunung meletus, atau banjir yang sering terjadi di
Indonesia Dengan bencana alam yang melanda Indonesia tersebut semakin banyak jumlah
orang dewasa, lansia, anak – anak yang berkumpul di suatu tempat penampungan yang tidak
bersih.
Dan akan banyak sekali penyakit menular yang dengan mudah menyebar di antara
para pengungsi yang muncul karena ketiadaan air bersih, makanan bersih, dan udara bersih.
Air dan makanan yang tidak bersih beresiko terjadinya masalah dalam kesehatan pengungsi
khususnya pencernaan, dan udara yang terkontaminasi menghadirkan bahaya denganpenyakit
pada saluran pernapasan seperti tuberkulosis dan flu.

I. Penyebab masalah kesehatan lingkungan di Indonesia


Penyebab terjadinya msalah kesehatan lingkungan di Indonesia, diantaranya :
a) Pertambahan dan kepadatan penduduk.
b) Keanekaragaman sosial budaya dan adat istiadat dari sebagian besar penduduk.
c) Belum memadainya pelaksanaan fungsi manajemen.
d) Proses industrialisasi
e) Urbanisasi
f) Dampak pembukaan hutan untuk permukiman dan pertanian
g) Masalah kesehatan masyarakat terkait dengan kondisi lingkungan geografis, iklim
tropis dan perilaku budaya setempat

J. Pengaruh kondisi lingkungan hidup terhadap kesehatan masyarakat


Contoh hubungan dan pengaruh kondisi lingkungan hidup terhadap kesehatan
masyarakat sebagai berikut :

1. Urbanisasi >>>kepadatan kota >>> keterbatasan lahan >>>daerah


slum/kumuh>>>sanitasi kesehatan lingkungan buruk

2. Kegiatan di kota (industrialisasi) >>> menghasilkan limbah cair >>>dibuang tanpa


pengolahan (ke sungai) >>>sungai dimanfaatkan untuk mandi, cuci,
kakus>>>penyakit menular.

3. Kegiatan di kota (lalu lintas alat transportasi)>>>emisi gas buang (asap)


>>>mencemari udara kota>>>udara tidak layak dihirup>>>penyakit ISPA
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KEBIJAKAN LINGKUNGAN

Kebijakan oleh Thomas R. Dye didefinisikan sebagai apapun yang dipilih oleh
pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan.Selanjutnya, Dye mengatakan bahwa bila
pemerintah memilih untuk melakukan sesuatu, maka harus ada tujuannya
(obyektivitasnya) dan kebijakan itu harus meliputi semua tindakan pemerintah.Jadi, bukan
semata-mata keinginan pemerintah atau pejabat negara saja. Di samping itu, “sesuatu yang
tidak dilakukan” oleh pemerintah akan memiliki pengaruh (dampak) yang sama besarnya
dengan “sesuatu yang dilakukan” oleh pemerintah (Islamy,1988). Selain Thomas R .Dye,
Amara Raksasataya mengemukakan bahwa kebijakan sebagai suatu taktik dan strategi
yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Oleh karena itu, kebijakan memuat
tiga elemen, yakni:
1. Identifikasi dari tujuan yang ingin dicapai.

2. Taktik atau strategi dari berbagai langkah untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

3. Penyediaan berbagai input untuk memungkinkan pelaksanaan secara nyata dari


taktik atau strategi.

Sedangkan yang dimaksud dengan lingkungan di sini adalah lingkungan hidup karena
dalam realitasnya istilah lingkungan, lingkungan hidup, atau lingkungan hidup manusia,
seringkali digunakan silih berganti dalam pengertian yang sama. Sehingga dalam hal
ini, lingkungan hidup itu didefinisikan sebagai:
1. Daerah di mana sesuatu mahluk hidup berada.
2. Keadaan atau kondisi yang melingkupi suatu mahluk hidup.
3. Keseluruhan keadaan yang meliputi suatu mahluk hidup atau sekumpulan mahluk
hidup, terutama:
 Kombinasi dari berbagai kondisi fisik di luar mahluk hidup yang mempengaruhi
pertumbuhan, perkembangan dan kemampuan mahluk hidup untuk bertahan hidup.
 Gabungan dari kondisi sosial and budaya yang berpengaruh pada keadaan suatu
individu mahluk hidup atau suatu perkumpulan/komunitas mahluk hidup.
Menurut Undang Undang No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah kesatuan
ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan
perilakunya, yang memengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia
serta makhluk hidup lain. Sedangkan ruang lingkup lingkungan hidup Indonesia meliputi
ruang, tempat Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berwawasan nusantara dalam
melaksanakan kedaulatan, hak berdaulat, dan yurisdiksinya. Dalam lingkungan hidup
terdapat ekosistem, yaitu tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh
menyeluruh dan saling memengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan
produktivitas lingkungan hidup.
Kebijakan lingkungan adalah setiap tindakan sengaja diambil [atau tidak diambil]
untuk mengelola kegiatan manusia dengan maksud untuk mencegah, mengurangi, atau
mengurangi efek yang merugikan pada sumber daya alam dan alam, dan memastikan
bahwa buatan manusia perubahan lingkungan tidak memiliki efek berbahaya pada
manusia. Kebijakan Lingkungan adalah terkait masih berlangsung [Perjalanan] tindakan
sengaja diambil [atau regular tidak diambil] untuk mengelola kegiatan artikel baru
manusia untuk maksud mencegah, mengurangi, atau mengurangi efek ekuitas yang
merugikan pada alam dan sumber daya alam, dan memastikan bahwa buatan manusia
perubahan lingkungan regular tidak memiliki efek berbahaya padamanusia.
Kebijakan lingkungan adalah sebuah pernyataan sikap yang disepakati
didokumentasikan dari sebuah perusahaan terhadap lingkungan di mana ia beroperasi.
Suatu kebijakan adalah pernyataan lingkungan yang didokumentasikan anak pajak
tangguhan terhadap suatu sikap disepakati lingkungan di mana besarbesaran beroperasi.
Hal ini berguna untuk mempertimbangkan bahwa kebijakan lingkungan terdiri dari
dua hal utama: lingkungan dan kebijakan. Suami hal berguna untuk mempertimbangkan
bahwa kebijakan lingkungan terdiri dari doa hal utama: Lingkungan dan kebijakan.
Lingkungan terutama mengacu pada dimensi ekologis (ekosistem), tetapi juga bisa
memperhitungkan dimensi sosial (kualitas hidup) dan dimensi ekonomi (manajemen
sumber daya). Kebijakan dapat didefinisikan sebagai "tindakan atau prinsip yang
ditetapkan atau diusulkan oleh, pihak bisnis pemerintah, atau individu" . Lingkungan
terutama mengacu pada dimensi ekologis (ekosistem), tetapi Juga Bisa memperhitungkan
dimensi sosial (kualitas hidup) dan dimensi Ekonomi. Dapat didefinisikan sebagai
program Kebijakan "Prinsip atau tindakan yang diusulkan pemerintah dibuat atau
diadopsi, bisnis Partai individu atau". Dengan demikian, kebijakan lingkungan berfokus
pada masalah yang timbul dari dampak manusia terhadap lingkungan, yang retroacts ke
masyarakat manusia dengan memiliki dampak (negatif) terhadap nilai-nilai kemanusiaan
seperti kesehatan yang baik atau lingkungan 'bersih dan hijau'. Artikel Baru demikian,
kebijakan Lingkungan berfokus padamasalah yang timbul dari dampak terhadap
lingkungan manusia, yang retroacts ke artikel baru masyarakat manusia memiliki dampak
(negatif) terhadap nilai-nilai kemanusiaan pembongkaran kesehatan yang baik atau
lingkungan 'bersih dan hijau.
Isu lingkungan umumnya ditangani oleh kebijakan lingkungan termasuk (namun tidak
terbatas pada) udara dan pencemaran air, pengelolaan limbah, pengelolaan ekosistem,
perlindungan keanekaragaman hayati, dan perlindungan sumber daya alam, satwa liar dan
spesies yang terancam punah. SPI Lingkungan umumnya ditangani kebijakan Dibuat
Lingkungan termasuk pencemaran udara, pengelolaan limbah,kebijakan ekosistem,
keanekaragaman hayati perlindungan, perlindungan sumber daya alam dan, satwa dan
pembohong spesies terancam punah yang. Relatif baru-baru ini, kebijakan lingkungan juga
telah mengikuti untuk komunikasi isu lingkungan. Lingkungan Juga telah mengikuti
kebijakan kepada komunikasi masalah lingkungan.
Jadi, berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kebijakan
lingkungan adalah apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan atau tidak
dilakukan demi menciptakan suatu perubahan yang lebih baik terhadap kondisi yang
melingkupi suatu makhluk hidup dalam mencapai kesejahteraannya. Pengaruh ini dapat
dirasakan dalam jangka waktu yang cepat ataupun lama, dan kondisi yang melingkupi
makhuk hidup ini tentunya meliputi kondisi fisik dan sosial.

B. VISI DAN MISI KEBIJAKAN LINGKUNGAN


Kebijakan tentang lingkungan hidup di Indonesia secara umum berada di bawah
naungan kementrian Lingkungan hidup.Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor : 11 Tahun 2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Lingkungan HidupTahun
2010 – 2014.

1. Visi
“Terwujudnya Kementerian Lingkungan Hidup yang handal dan proaktif, serta
berperan dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan, dengan menekankan pada
ekonomi hijau”.
2. Misi
Mewujudkan kebijakan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup
terintegrasi, guna mendukung tercapainya pembangunan berkelanjutan, dengan
menekankan pada ekonomi hijau;
1. Melakukan koordinasi dan kemitraan dalam rantai nilai proses pembangunan untuk
mewujudkan integrasi, sinkronisasi antara ekonomi dan ekologi dalam pembangunan
berkelanjutan;
2. Mewujudkan pencegahan kerusakan dan pengendalian pencemaran sumber daya alam
dan lingkungan hidup dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup;
3. Melaksanakan tatakelola pemerintahan yang baik serta mengembangkan kapasitas
kelembagaan dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup secara
terintegrasi.
C. TUJUAN, SASARAN DAN RUANG LINGKUP KEBIJAKAN
1. Tujuan dan Sasaran
Tujuan yang ingin dicapai Kementerian Lingkungan Hidup Tahun 2010-2014 sesuai
Visi dan Misi tersebut di atas adalah: “Terwujudnya pembangunan Indonesia
berdasarkan pembangunan berkelanjutan dengan penekanan pada ekonomi hijau (green
economy) untuk “menahan laju kemerosotan daya tampung, daya dukung, dan
kelangkaan sumberdaya alam, serta mengatasi bencana lingkungan”.
2. Sasaran dan Lokus Prioritas
Secara umum, sasaran pembangunan yang ingin dicapai adalah mewujudkan
perbaikan fungsi lingkungan hidup dan pengelolaan sumberdaya alam yang mengarah
pada pengarusutamaan prinsip pembangunan berkelanjutan. Sasaran khusus yang hendak
dicapai adalah:
a. Terkendalinya pencemaran dan kerusakan lingkungan sungai, danau, pesisir dan laut,
serta air tanah;
b. Terlindunginya kelestarian fungsi lahan, keanekaragaman hayati dan ekosistem hutan;
c. Membaiknya kualitas udara dan pengelolaan sampah serta limbah bahan berbahaya
dan beracun (B3);
d. Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup terintegrasi.

Sasaran strategis yang ingin dicapai pada tahun 2010-2014, diarahkan pada lokus
prioritas sebagai berikut:
a. Daerah Aliran Sungai (DAS), dengan lokus kegiatan utama yaitu Sungai Ciliwung
dan Bengawan Solo;
b. Perkotaan, dengan lokus kegiatan mewakili karakteristik Kota Metropolitan, Kota Be-
sar, Kota Sedang, dan Kota Kecil;
c. Ekosistem Pulau, dengan lokus kegiatan utama yaitu Teluk Tomini dan pulau-pulau
kecil terluar.

D. LANDASAN KEBIJAKAN LINGKUNGAN

Banyaknya permasalahan lingkungan hidup yang terjadi akhir-akhir ini seperti; banjir,
kerusakan hutan, pencermaran air laut/darat, erosi tanah/lahan, dan abrasi pantai, tidak
terlepas dari adanya anggapan bahwa sumber daya (air, udara, laut, hutan beserta kekayaan
di dalamnya, dan lain-lain) adalah milik bersama. Tidak ada satu pun aturan yang
membatasi pemanfaatan sumber milik bersama itu, sehingga terjadilah eksploitasi yang
berlebihan. Setiap pemanfaat menggunakannya semaksimal mungkin dengan asumsi
bahwa orang lain akan memanfaatkan sumber tersebut bila tidak dimanfaatkan
semaksimal mungkin. Dari kaca mata ekonomi, penyalahgunaan pemanfaatan sumber
milik bersama timbul karena tidak adanya mekanisme keseimbangan yang muncul dengan
sendirinya guna dapat membatasi eksploitasi.
Undang-Undang Lingkungan Hidup merupakan landasan bagi kebijakan-kebijakan
yang diambil, adalah sebagai berikut:
Pada 11 Maret 1982, diundangkan sebuah produk hukum mengenai pengelolaan
lingkungan, dengan nama Undang-Undang No 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan
Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, sering disingkat dengan UUPLH. Dengan
hadirnya UU Lingkungan ini, terbukalah lembaran baru bagi kebijaksanaan lingkungan
hidup di Indonesia, guna terciptanya pengendalian kondisi lingkungan yang memiliki
harmoni yang baik dengan dimensi-dimensi pembangunan.
UU No 4 Tahun 1982, mengandung ketentuan-ketentuan pokok sebagai dasar bagi
peraturan pelaksanaannya. Dengan demikian, UU ini berfungsi sebagai ketentuan payung
(umbrella provision) bagi peraturan perundangan lingkungan hidup lainnya, termasuk pula
menjadi dasar dan landasan bagi pembaruan hukum dan penyesuaian peraturan-peraturan
perundangan yang sudah lama.
Kemudian, dengan banyaknya pekembangan mengenai konsep dan pemikiran
mengenai masalah lingkungan, dengan mengingat hasil-hasil yang dicapai masyarakat
dunia melalui KTT Rio tahun 1992, dirasakan UU No 4 Tahun 1982 sudah tidak banyak
iagi menjangkau perkembangan-perkembangan yang ada, sehingga perlu ditinjau dengan
membuat penggantinya. Untuk itulah lima tahun kemudian setelah berlangsungnya KTT
Rio, dibuat UUPLH yang baru sebagai pengganti UU No 4 Tahun 1982, yakni UU No 23
Tahun 1997 tentang pengelolaan Lingkungan Hidup, diundangkan tanggal 19 September
1997 melalui Lembaran Negara No 68 Tahun 1997.
UUPLH baru atau UU No 23 Tahun 1997 memuat berbagai pengaturan sebagai
respons terhadap berbagai kebutuhan yang berkembang yang tidak mampu diatasi melalui
UU No 4 Tahun 1982. Demikian juga UU baru ini dimaksudkan untuk menyerap nilai-
nilai yang bersifat keterbukaan, paradigma pengawasan masyarakat asas pengelolaan dan
kekuasaan Negara berbasis kepentingan publik (bottom-up), akses publik terhadap
manfaat sumber daya alam, dan keadilan lingkungan (environmental justice).
UUPLH menjadi dasar bagi semua pengelolaan lingkungan.Dengan demikian
berbagai pengaturan mengenai pengelolaan lingkungan, mengacu kepada
UUPLH.Permasalahannya, bagaimana dengan peraturan perundang-undangan yang
bersifat teknis yang telah ada UU-nya tersendiri.Misalnya di bidang pertanahan ada UUPA
No. 5 Tahun 1960, di bidang air ada UU No. 7 Tahun 2004, di bidang penataan ruang ada
UU No. 26 Tahun 2007, di bidang kehutanan, ada UU No. 41 Tahun 1999, dan lain-lain.
Semua peraturan perundang-undangan tersebut harus memiliki sinkronisasi dan tidak
tumpang tindih.Pada legislasi nasional telah mencegah keadaan tumpang tindih
berdasarkan UU No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan. Namun apabila masih tetap terjadi keadaan-keadaan seperti kesenjangan
peraturan, tumpang tindih, penafsiran ganda, dan lain-lain, dapat diatasi dengan
berpedoman kepada asas-asas:
1. Lex specialis derogat legi generalis, yakni mengutamakan undang undang khusus
2. Lex superiors derogat legi inferiors, dengan mengutamakan UU/ Peraturan yang lebih
tinggi;
3. Lex posteriori derogat legi priori, yakni menggunakan UU/Ketentuan yang lebih baru
dan mengenyampingkan UU/Ketentuan yang terdahulu.
UU No 23 Tabun 1997, memang belum berperan maksimal sebagai dasar menangani
masalah lingkungan dalam hubungannya dengan pembangunan. Demikian pula dengan
konsep-konsep yang dicapai dalam Deklarasi Rio, belum banyak yang diserap sebagai
instrumen hukum dan kebijakan menata lingkungan.Namun dari segi landasan hukum, UU
ini dapat dikatakan sudah cukup lebih baik dari UU sebelumnya.
Berbagai aspek penanganan lingkungan di Indonesia masih terus dilakukan.
Penanganannya terutama dengan pelaksanaan prinsip-prinsip UUPLH, di samping
mengimplementasikan perkembangan-perkembangan yang bersifat global, seperti hasil-
hasil KTT Rio 1992, KTT Johannesburg 2002, dan berbagai konvensi internasional
mengenai aspek lingkungan. Ratifikasi telah dilakukan atas berbagai konvensi
internasional, baik yang dihasilkan oleh KTT Rio maupun konvensi lain, sebagai langkah
untuk memudahkan pelaksanaan kebijakan lingkungan di Indonesia.
Agenda 21 KTT Rio sudah diimplementasikan dalam Agenda 21 Indonesia atau
Agenda 21 Nasional sebagai sarana inspirasi pada rencana pembangunan. Agenda 21
Nasional kemudian diimplementasi pada Agenda 21 Propinsi dan Agenda 21
Kabupaten/Kota yang mencakup semua bidang untuk dikerangkakan kepada perencanaan
daerah masing-masing.

E. KEBIJAKAN LINGKUNGAN SECARA UMUM

Kebijakan Nasional dan Daerah dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup: Sesuai


dengan Undang-Undang 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan PP No. 25
Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah
Otonom, dalam bidang lingkungan hidup memberikan pengakuan politis melalui transfer
otoritas dari pemerintah pusat kepada daerah:
 Meletakkan daerah pada posisi penting dalam pengelolaan lingkungan hidup.
 Memerlukan prakarsa lokal dalam mendesain kebijakan.
 Membangun hubungan interdependensi antar daerah.
 Menetapkan pendekatan kewilayahan.
Dapat dikatakan bahwa konsekuensi pelaksanaan UU No. 32 Tahun 2004 dengan PP
No. 25 Tahun 2000, Pengelolaan Lingkungan Hidup titik tekannya ada di Daerah, maka
kebijakan nasional dalam bidang lingkungan hidup secara eksplisit PROPENAS
merumuskan program yang disebut sebagai pembangunan sumberdaya alam dan
lingkungan hidup. Program itu mencakup :
1. Program Pengembangaan dan Peningkatan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan
Lingkungan Hidup.
Program ini bertujuan untuk memperoleh dan menyebarluaskan informasi yang
lengkap mengenai potensi dan produktivitas sumberdaya alam dan lingkungan hidup
melalui inventarisasi dan evaluasi, serta penguatan sistem informasi.Sasaran yang
ingin dicapai melalui program ini adalah tersedia dan teraksesnya informasi
sumberdaya alam dan lingkungan hidup, baik berupa infrastruktur data spasial, nilai
dan neraca sumberdaya alam dan lingkungan hidup oleh masyarakat luas di setiap
daerah.
2. Program Peningkatan Efektifitas Pengelolaan, Konservasi dan Rehabilitasi Sumber
Daya Alam.
Tujuan dari program ini adalah menjaga keseimbangan pemanfaatan dan pelestarian
sumberdaya alam dan lingkungan hidup hutan, laut, air udara dan mineral. Sasaran
yang akan dicapai dalam program ini adalah termanfaatkannya, sumber daya alam
untuk mendukung kebutuhan bahan baku industri secara efisien dan berkelanjutan.
Sasaran lain di program adalah terlindunginya kawasan-kawasan konservasi dari
kerusakan akibat pemanfaatan sumberdaya alam yang tidak terkendali dan
eksploitatif
3. Program Pencegahan dan Pengendalian Kerusakan dan Pencemaran Lingkungan
Hidup.
Tujuan program ini adalah meningkatkan kualitas lingkungan hidup dalam upaya
mencegah kerusakan dan/atau pencemaran lingkungan dan pemulihan kualitas
lingkungan yang rusak akibat pemanfaatan sumberdaya alam yang berlebihan, serta
kegiatan industri dan transportasi. Sasaran program ini adalah tercapainya kualitas
lingkungan hidup yang bersih dan sehat adalah tercapainya kualitas lingkungan
hidup yang bersih dan sehat sesuai dengan baku mutu lingkungan yang ditetapkan.
4. Program Penataan Kelembagaan dan Penegakan Hukum, Pengelolaan Sumber Daya
Alam dan Pelestarian Lingkungan Hidup.
Program ini bertujuan untuk mengembangkan kelembagaan, menata sistem hukum,
perangkat hukum dan kebijakan, serta menegakkan hukum untuk mewujudkan
pengelolaan sumberdaya alam dan pelestarian lingkungan hidup yang efektif dan
berkeadilan.Sasaran program ini adalah tersedianya kelembagaan bidang sumber
daya alam dan lingkungan hidup yang kuat dengan didukung oleh perangkat hukum
dan perundangan serta terlaksannya upaya penegakan hukum secara adil dan
konsisten.
5. Progam Peningkatan Peranan Masyarakat dalam Pengelolaan Sumber Daya alam dan
Pelestarian fungsi Lingkungan Hidup.
Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan peranan dan kepedulian pihak-
pihak yang berkepentingan dalam pengelolaan sumberdaya alam dan pelestarian
fungsi lingkungan hidup. Sasaran program ini adalah tersediaanya sarana bagi
masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya alam dan pelestarian fungsi lingkungan
hidup sejak proses perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan, perencanaan,
pelaksanaan sampai pengawasan.

F. STRATEGI PELAKSANAAN KEBIJAKAN

Strategi dalam pelaksanaan kebijakan dilakukan dengan berbagai cara, dengan


mengeluarkan kebijakan secara resmi, dan merespon keterlaksanaan kebijakan tersebut.
Salah satu cara dalam merespon semua permasalahan itu adalah dengan melakukan
evaluasi terhadap kebijakan-kebijakan pengelolaan lingkungan hidup yang telah dan
sedang dilaksanakan oleh kantor Kementerian Lingkungan Hidup. Evaluasi ini bertujuan
sebagai koreksi, umpan balik dan perbaikan bagi kantor Kementerian Lingkungan Hidup
dalam proses penyempurnaan kebijakan pengelolaan lingkungan hidup.
Evaluasi PLH bertujuan untuk:
1. Mengevaluasi implementasi kebijakan pengelolaan lingkungan hidup (PLH)
2. Merumuskan masukan untuk kebijakan PLH yang akan datang
Adapun sasaran Evaluasi Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah:
1. Informasi pelaksanaan kebijakan PLH
2. Rekomendasi bagi rumusan kedepan kebijakan PLH
3. Ketepatan program PLH dalam menjawab permasalahan lingkungan yang ada
dimasyarakat.
Evaluasi Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang dilakukan saat ini
didasarkan atas hasil-hasil analisa implementasi program pengelolaan lingkungan hidup
(PLH) yang dituangkan dalam :
1). Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah ;
2). Dokumen-dokumen Kebijakan KLH ;
3). Matriks Evaluasi KLH atas Kinerja Sektor dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
Lingkungan ; serta
4). Evaluasi Anggaran Sektor Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup/Tata Ruang.

Hasil Evaluasi Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup menunjukkan bahwa


perspektif baik pada tataran individu/masyarakat maupun dunia usaha pengelolaan
lingkungan hidup selalu menunjukkan nilai benefit yang lebihkecil jika dibandingkan
dengan perspektif lainnya. Oleh karena itu kebijakan publik yang seharusnya dibuat dalam
pengelolaan lingkungan hidup adalah merubah perspektif yang selama ini menganggap
pengelolaan lingkungan hidup merugikan menjadi perspektif pengelolaan lingkungan
hidup yang mendatangkan benefit.Program-program yang dibuat oleh Kementrian
Lingkungan Hidup dimaksudkan untuk mengurangi isue lingkungan yang dirasakan, baik
dari segi jenis maupun kuantitasnya.

Anda mungkin juga menyukai