b. Degradasi Lahan
Degradasi lahan merupakan bentuk kerusakan lingkungan akibat pemanfaatan lingkungan
oleh manusia yang tidak peduli dengan keseimbangan lingkungan. Bentuk degradasi lahan
seperti:
1) Lahan kritis
Terjadi karena praktik ladang berpindah ataupun karena eksploitasi penambangan yang
besar-besaran.
2) Kerusakan ekosistem laut
Terjadi karena eksploitasi hasil-hasil laut secara besar-besaran, misalnya menangkap ikan
dengan menggunakan jala pukat, penggunaan bom, atau menggunakan racun untuk
menangkap ikan atau terumbu karang. Rusaknya terumbu karang berarti rusaknya habitat
ikan, sehingga kekayaan ikan dan hewan laut lain di suatu daerah dapat berkurang bahkan
punah.
3) Kerusakan hutan
Terjadi umumnya karena ulah manusia seperti penebangan liar, kebakaran hutan, dan
praktik peladangan berpindah. Kerugian yang ditimbulkannya misalnya punahnya habitat
hewan dan tumbuhan, keringnya mata air, serta dapat menimbulkan bahaya tanah longsor
dan banjir.
C. Upaya Penanggulangan Masalah Lingkungan Hidup
1. Gempa Bumi
a. Berbagai upaya menghadapi gempa bumi sebagai berikut:
b. Menyiapkan bangunan tempat tinggal dengan konstruksi anti gempa.
c. Mewaspadai tanda-tanda adanya gempa bumi.
d. Menjauh dari tempat-tempat yang kemungkinan dapa roboh ke tempat lapang.
e. Menggunakan pelindung, seperti helm atau berlindung di bawah meja.
f. Mencari tempat yang tinggi bagi warga yang di pinggir pantai.
2. Tsunami
Penanggulangan yang dilakukan adalah:
a. Membuat kode atau tanda tertentu masyarakat sekitar untuk menandakan
evakuasi.
b. Mengetahui berbagai tanda-tanda akan datangnya tsunami.
c. Memasang sistem peringatan dini di wilayah-wilayah yang berpotensi tsunami.
d. Sosialisasi peristiwa bencana tsunami kepada masyarakat.
e. Menetukan jalur-jalur dan tempat evakuasi bagi penduduk yang tinggal di daerah
rawan tsunami.
f. Mengerahkan tim penyelamat.
g. Menyiapkan tenda-tenda darurat bagi korban.
h. Mengidentifikasi kerusakan yang terjadi.
i. Memperbaiki sarana prasarana yang rusak. (Sri Hartati, 2008: 37)
3. Tanah Longsor
a. Tahap Pencegahan
1) Penyuluhan dan penanggulangan bencana tanah longsor kepada masyarakat.
2) Pemetaan dan pemantauan daerah rawan longsor.
3) Menghindari mendirikan bangunan di tepi tebing yang terjal.
4) Penebangan pohon dilakukan dengan sistem tebang pilih.
b. Tahap Bencana
1) Menyelamatkan korban ke tempat yang lebih aman.
2) Mendirikan dapur umum, pos-pos kesehatan, dan penyediaan air bersih.
3) Mencegah terjangkitnya wabah penyakit.
c. Tahap Pascabencana
1) Mengembalikan fungsi hutan lindung seperti semula dengan reboisasi.
2) Normalisasi area penyebab tanah longsor.
3) Rehabilitasi sarana prasarana yang rusak. (Sri Hartati, 2008: 36)
4. Letusan Gunung Berapi
Dalam menanggulangi letusan gunung berapi terdapat 3 tahap:
a. Sebelum tejadi letusan
1) Pemantauan dan pengamatan kegiatan pada gunung aktif.
2) Melakukan pembimbingan dan pemberian informasi gunung berapi.
3) Melakukan peningkatan sumber daya manusia dan pendukungnya seperti sarana
dan prasarana.
b. Saat terjadi letusan
1) Membentuk tim gerak cepat
2) Meningkatkan pemantauan dan pengamatan.
c. Pasca letusan
1) Mengidentifikasi daerah yang terancam bahaya.
2) Melanjutkan pemantauan rutin. (Sri Hartati, 37)
5. Banjir
Mempertahankan daerah resapan air, seperti hutan lindung dan jalur hijau di
perkotaan.
a. Tidak membuang sampah ke sungai untuk menghindari pendangkalan sungai.
b. Membersihkan saluran air dari sampah dan kotoran yang mengendap agar tidak
menyumbat air.
c. Menyiapkan perahu karet untuk evakuasi.
d. Mengarahkan tim penyelamat beserta bahan dan peralatan mendukung, seperti
perahu karet, tambang, pelampung, dan obat-obatan.
e. Membawa korban ke tempat yang aman atau pengungsian.
f. Memantau perkembangan keadaan banjir dan menyebarluaskan informasinya
kepada masyarakat.
g. Memperbaiki sarana prasarana yang rusak.
h. memberikan pertolongan medis bagi yang memerlukan.
Selain itu, usaha-usaha pelestarian lingkungan hidup dapat dilakukan dengan cara-
cara berikut ini.
1. Melakukan pengolahan tanah sesuai kondisi dan kemampuan lahan, serta mengatur
sistem irigasi atau drainase sehingga aliran air tidak tergenang.
2. Memberikan perlakuan khusus kepada limbah, seperti diolah terlebih dahulu sebelum
dibuang, agar tidak mencemari lingkungan.
3. Melakukan reboisasi pada lahan-lahan yang kritis, tandus dan gundul, serta
melakukan sistem tebang pilih atau tebang tanam agar kelestarian hutan, sumber air
kawasan pesisir/pantai, dan fauna yang ada di dalamnya dapat terjaga.
4. Menciptakan dan menggunakan barang-barang hasil industri yang ramah lingkungan.
5. Melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap perilaku para pemegang Hak
Pengusahaan Hutan (HPH) agar tidak mengeksploitasi hutan secara besar-besaran.
Sebagai seorang pelajar beberapa hal yang dapat di lakukan sebagai bentuk upaya
pelestarian lingkungan hidup, antara lain sebagai berikut:
1. Menghemat penggunaan kertas dan pensil,
2. Membuang sampah pada tempatnya,
3. Memanfaatkan barang-barang hasil daur ulang,
4. Menghemat penggunaan listrik, air, dan BBM, serta
5. Menanam dan merawat pohon di sekitar lingkungan rumah tinggal.
KEPENDUDUKAN DAN PERMASALAHANNYA
Dari solusi tersebut, diharapakan Pertumbuhan Penduduk di negara Indonesia bisa lebih
stabil dan hidup masyarakat Indonesia menjadi lebih baik lagi dari yang sebelumnya.
Indonesia dengan jumlah penduduknya kira-kira 185 juta, termasuk negara-negara
yang paling banyak jumlah penduduknya. Karena itu, hal-hal yang berkaitan dengan
jumlah penduduk ini penting sekali di Indonesia. Kalau di masa depan jumlah ini mau
jadi lebih banyak lagi, pasti ada lebih banyak masalah sosial lagi. Pemerintah Indonesia
sudah mengambil dua macam tindakan untuk mencegah masalah sosial ini. Yang pertama
adalah program KB atau Keluarga Berencana dan yang kedua adalah program
transmigrasi.
Kedua program ini sudah lama dapat banyak kritik, dari dalam negeri dan dari luar
negeri.
Berikut kekurangan dan kelebihan dari masing-masing program :
1. Program Transmigrasi
Program transmigrasi adalah program nasional untuk memindahkan kelompok penduduk
dari satu tempat ke tempat yang lain. Misalnya, kalau ada tempat di mana ada terlalu
banyak penduduk, di sana pasti ada banyak masalah, seperti masalah kesehatan, masalah
tanah, dan masalah sosial yan lain. Untuk mencegah masalah itu, pemerintah coba
memindahkan penduduk dari tempat-tempat seperti itu ke tempat yang lain di mana
jumlah penduduknya sedikit. Jadi dulu, penduduk Jawa, Madura dan Bali sudah
dipindahkan ke Irian Jaya,Sumatra, dan Kalimantan.
Program transmigrasi ini sudah banyak menolong penduduk Indonesia. Peserta program
transmigrasi diberi sebuah rumah, alat-alat untuk bertani dan sedikit uang. Ada sekolah
dan puskesmas. Setelah dipindahkan, kehidupan mereka lebih baik daripada dulu.
Program ini dapat banyak kritik. Kritik yang pertama adalah mengenai hutan yang
menghilang karena transmigran. Mereka menebang pohon-pohon untuk mempersiapkan
ladang mereka. Kemudian, dulu ada kelompok transmigran di Kalimantan yang tidak
diberi fasilitas untuk bertani. Jadi, mereka tidak bisa berdikari (yaitu: “BERDIri di atas
KAkinya sendiRI”). Juga ada masalah kehilangan tempat tinggal orang setempat seperti
orang Kubu di Sumatra dan orang Dayak di Kalimantan. Tanah mereka diambil orang
transmigran yang baru. Menurut saya, masalah-masalah ini dibesarkan dengan sengaja.
Program transmigrasi memang berhasil. Sudah 3.6 juta orang dipindahkan dalam
program ini, dan kehidupan mereka sekarang jauh lebih baik daripada dulu.
2. Program Keluarga Berencana
Dalam program Keluarga Berencana (“Dua Anak Cukup!”), suami-istri diberi informasi
dan alat/obat kontrasepsi. Dengan ini, pemerintah mencoba untuk mencegah kelahiran
terlalu banyak anak. Kritik atas program ini adalah kritik mengenai obat kontrasepsi
yang bernama “Norplant”. Perempuan yang pakai Norplant itu tidak bisa beranak lagi
untuk selamanya. Dan ada juga orang yang bilang bahwa perempuan dipaksa untuk pakai
Norplant ini (Norplant ada sebuah obat yang disuntikkan di bawah kulit). Kami
berpendapat bahwa kedua program ini, yaitu transmigrasi dan Keluarga Berencana,
memang sudah berhasil. Sekarang di Indonesia, jumlah anak yang lahir setiap tahun
sudah menurun. Kalau Indonesia mau mencegah masalah yang berkaitan dengan jumlah
penduduk, saya rasa pemerintah harus meneruskan kedua program ini.Selain itu, terdapat
beberapa upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk mengatasi masalah-masalah
tersebut adalah:
1. Jumlah penduduk dan pertumbuhannya diatasi dengan program Keluarga Berencana
(KB)
2. Persebaran dan Kepadatan penduduk diatasi dengan:
a. Program Transmigrasi
b. Pembangunan lebih intensif di Kawasan Indonesia Timur.
3. Tingkat kesehatan yang rendah diatasi dengan:
a. Pembangunan fasilitas kesehatan seperti Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dan
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
b. Pelayanan kesehatan gratis bagi penduduk miskin
4. Tingkat pendidikan yang rendah diatasi dengan:
a. Penyediaan fasilitas pendidikan yang lebih lengkap dan merata di semua daerah di
Indonesia.
b. Penciptaan kurikulum pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja
c. Peningkatan kualitas tenaga pengajar (guru dan dosen) di lembaga pendidikan milik
pemerintah
d. Penyediaan program pelatihan bagi para pengajar dan pencari kerja
e. Mempelopori riset dan penemuan baru dalam bidang IPTEK di lembaga-lembaga
pemerintah
5. Tingkat pendapatan yang rendah diatasi dengan:
a. Penciptaan perangkat hukum yang menjamin tumbuh dan berkembang- nya
usaha/investasi, baik PMDN ataupun PMA.
b. Optimalisasi peranan BUMN dalam kegiatan perekonomian, sehingga dapat lebih
banyak menyerap tenaga kerja.
c. Penyederhanaan birokrasi dalam perizinan usaha.
Pembangunan/menyediakan fasilitasd umum (jalan, telepon) sehingga dapat mendorong
kegiatan ekonomi.
EKOLOGI SEBAGAI DASAR ILMU LINGKUNGAN
A. PengertianEkologi
Ekologiadalahilmu yang mempelajariinteraksi antara organisme dengan lingkungannya
dan lainnya .Berasal dari kata Yunani oikos yang berarti habitat dan logos yang berarti ilmu.
Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun
interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya.
Sekitar tahun 1900, ekologi diakui sebagai ilmu dan berkembang terus dengan cepat,
apalagi saat dunia sangat peka dengan masalah lingkungan dalam mengadakan dan
memelihara mutu peradaban dunia.Ekologi merupakan cabang ilmu yang mendasari dan
selalu berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.Hal tersebut dikarenakan prinsip-prinsip
ekologi dapat menerangkan dan memberikan ilham dalam mencari jalan untuk mencapai
kehidupan yang lebih layak.Tidak ada satu cabang ilmu pun yang dapat mengabaikan
ekologi. Sebagai contohnya adalah masalah globalisasi lingkungan, pastinya tidak akan
pernah luput dengan yang namanya ekologi.
Istilah ekologi pertama kali dikemukakan oleh Ernst Haeckel (1834 – 1914). Dalam
ekologi, makhluk hidup dipelajari sebagai kesatuan atau sistem dengan lingkungannya.
Secara harfiyah Ekologi adalah pengkajian hubungan organisme-organisme atau kelompok
organisme terhadap lingkungannya. Ada juga yang mengatakan bahwa ekologi adalah suatu
ilmu yang mencoba mempelajari hubungan antara tumbuhan, binatang, dan manusia dengan
lingkungannya di mana mereka hidup, bagaimana kehidupannya, dan mengapa berada di
tempat tersebut.
Ekologi merupakan salah satu cabang Biologi yang hanya mempelajari apa yang ada
dan apa yang terjadi di alam dengan tidak melakukan percobaan. Tetapi biasanya ekologi
didefinisikan sebagi pengkajian hubungan organisme-organisme atau kelompok-kelompok
organisme terhadap lingkungannya, atau ilmu hubungan timbal-balik antara organisme-
organisme hidup dan lingkungannya. Sebab ekologi memperhatikan terutama biologi
“golongan-golongan” organisme dan dengan proses-proses fungsional di daratan dan air
adalah lebih tetap berhubungan dengan upaya mutakhir untuk mendefinisikan ekologi sebagai
pengkajian struktur dan fungsi alam, telah dipahami bahwa manusia merupakan bagian dari
pada alam.
Menurut Odum (1971) ekologi mutakhir adalah suatu studi yang mempelajari struktur
dan fungsi ekosistem atau alam di mana manusia adalah bagian dari alam. Struktur di sini
menunjukan suatu keadaan dari sistem ekologi pada waktu dan tempat tertentu termasuk
kerapatan atau kepadatan, biomas, penyebaran potensi unsur-unsur hara (materi), energi,
faktor-faktor fisik dan kimia lainnya yang mencirikan sistem tersebut. Sedangkan fungsinya
menggambarkan sebab-akibat yang terjadi dalam sistem. Jadi pokok utama ekologi adalah
mencari pengertian bagaimana fungsi organisme di alam.
B. RuangLingkupKajianEkologi
Kajian mengenai ekologi tidak terlepas dari kajian mengenai sistem makhluk-hidup atau
biosistem. Biosistem tersusun atas komponen biotik dan komponen abiotik, Setiap
Komponen biotik membutuhkan semua komponen abiotik yang meliputi materi,
energi, ruang, waktu dan keanekaan untuk membentuk biosistem secara utuh.
Secara hirarkis komponen biotik dan komponen abiotik yang membentuk biosistein
tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini
L.L. Bernard (dalam Siahaan, 1987:12) membagi lingkungan atas empat macam, yaitu :
1. Lingkungan fisik (anorganik), lingkungan yang terdiri dari gaya kosmik dan
fisigeografis :tanah, udara, air, radiasi, gaya tarik, ombak dan sebagainya
2. Lingkungan biologi (organik),segala sesuatu yang bersifat biotis
3. Lingkungan Sosial , terdiri dari :
a. Fisiososial, yaitu yang meliputi kebudayaan materiil : peralatan, senjata, mesin,
gedung dan sebagainya
b. Biososial manusia dan bukan manusia, yaitu manusia dan interaksi terhadap
sesamanya dan hewan beserta tumbuhan domestik dan semua bahan yang digunakan manusia
yang berasal dari sumber organik
c. Psikososial, yaitu yang berhubungan dengan tabiat bathin manusia, seperti sikap,
pandangan, keinginan, keyakinan. Hal ini terlihat dari kebiasaan, agama, ideologi, bahasa dan
lain-lain.
E. Pokok- Pokok Ilmu Lingkungan Dan Ekologi
Mahluk hidup lain bukan sekedar kawan hidup bersama manusiasecara pasif atau netral,
melainkan sangat terkait dengan mereka,tanpa mereka, manusia tidak dapat hidup sebagai
contoh, bagaimana bila di bumi ini tidak ada oksigen dan makanan? dari tumbuhan dan
hewan manusia memperoleh materi dan energi sebaiknya disadari, bahwa manusia
membutuhkan mahluk hiduplain untuk kelangsungan hidupnya (manusia, tumbuhan, hewan,
jasadrenik) yang menempati ruang tertentu, di mana dalam ruang tersebutterdapat benda tidak
hidup (abiotik) berupa tanah, air dan udara Sifat lingkungan ditentukan oleh berbagai hal,
diantaranya :
1. Jenis dan jumlah masing-masing unsur lingkungan tersebut
2. hubungan atau interaksi antara unsur dalam dalam lingkungan tersebut
3. faktor kelakuan (kondisi) unsur lingkungan hidup
4. non material
lingkungan panas, silau, dan bising akan berbeda dengan lingkungan sejuk yang dengan ca-
haya cukup tapi tenang.
Dalam ekologi hubungan antara mahluk hidup dengan lingkungannya (ekosistem) bersifat
objektif, manusia dipandang sama dengan mahluk hidup lain, pandangan hubungan antara
manusia dengan lingkungan bersifat subyektif. Dalam ilmu lingkungan manusia mempunyai
hak khusus, semuanya dipandang dari kepentingan manusia, tetapimanusia juga harus mem-
punya tanggung jawab yang paling besar terhadap lingkunanya dimana tanggung jawab ini
tidak mungkin diserahkan kepada mahluk hidup lain.
Soemarwoto dalam Darsono (1995:16) “Ekologi adalah ilmu tentang hubungan timbal
balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya”.
Resosoedarmo dkk, (1985:1) “ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal
balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya”.
Subagja dkk, (2001:1.3). “Ekologi merupakan bagian ilmu dasar”Dalam ilmu lingkungan
manusia mempunyai hak khusus, semuanya dipandang dari kepentingan manusia, tetapi
manusia juga harus mempunyai tanggung jawab yang paling besar terhadap lingkungannya
dimana tanggung jawab ini tidk mungkin diserahkan kepada makhluk hidup lain.Manusia
memandang alam dari sudut pandang manusia, yaitu antroposentrik. Manusia menganggap
alam diciptakan untuk kepentingan dirinya. Secara implicit bahwa sudah sejak lama telah
dibutuhkan bangun alam agar tercipta lingkungan yang sesuai dengan kehidupan manusia.
Ilmu dan tekhnologi diciptakan untuk menguasai alam.Dengan pandangan antroposentrik
yang disertai dengan keinginan taraf hidup yang maki tinggi dan perkembangan ilmu dan
teknologi yang amat pesat, eksploitasi lingkungan semakin meningkat. Kecenderungan
peningkatan itu ditambah pula oleh anggapan adanya sumber daya umum yang dimiliki
bersama atau boleh dikatakan tidak ada yang memiliki.Oleh karena itu perlunya mempelajari
ilmu lingkungan hidup agar dapat menempatkan diri sesuai dengan porsinya di dalam
lingkungan yang harus kita jaga.
G. Ekologi dalam Ilmu Lingkungan
Ekologi merupakan salah satu ilmu dasar bagi ilmu lingkungan. Berbicara ekologi
pasti berbicara mengenai semua makhluk hidup dan benda-benda mati yang ada di dalamnya
termasuk tanah, air, udara dll. Dimana lingkungan yang ditempati berbagai jenis makhluk
hidup tersebut saling mempengaruhi dan dipengaruhi.
Makhluk hidup dalam memenuhi kebutuhannya tidak terlepas dari bantuan makhluk
hidup lain, contohnya makhluk hidup membutuhkan pelepas dahaga yaitu air, manusia
membutuhkan energy yaitu makanan baik sumber makanannya dari tumbuhan-tumbuhan
maupun hewan, dsb.
Adanya interaksi dan hubungan antara manusia dengan lingkungannya disebut
ekologi. Ilmu lingkungan dapat juga dianggap sebagai titik pertemuan “ilmu murni” dan
“ilmu terapan”. Ilmu lingkungan sebenarnya ialah ekologi (ilmu murni yang mempelajari
pengaruh faktor lingkungan terhadap jasad hidup), yang menerapkan berbagai asas dan
konsepnya kepada masalah yang lebih luas, yang menyangkut pula hubungan manusia
dengan lingkungannya.
Dalam ilmu lingkungan, seperti dalam halnya ekologi, jasad hidup pada dasarnya dipelajari
dalam unit populasi. Populasi dapat dikatakan sebagai kumpulan individu spesies organism
hidup yang sama. Menentukan populasi memang sukar, kalau anggotanya terpisah-pisah
dalam sebuah wilayah, dimana jarak menjadi sebagi penghalang antar individu, seperti
halnya gajah atau harimau di Asia, pohon cemara di Eropa, bahkan manusia di dunia.
Cara menentukan batasan populasi yang lebih baik didasarkan kepada pengaruh satu
individu terhadap individu yang lain dalam suatu populasi. Populasi dipandang sebagai suatu
system yang dinamis daripada segala individu yang selalu melakukan hubungan. Maka
populasi adalah kumpulan individu sebuah spesies, yang mempunya potensi untuk berbiak
silang antara satu individu dengan individu yang lain.
Kalau jumlah individu populasi per unit luas bertambah dalam perjalanan waktu,
dikatakan kepadatan populasi itu naik. Kalau kepadatan populasi itu naik, sehingga
kebutuhan populasi itu akan bahan makanan, tempat tinggal, dan kebutuhan hidup lain-lain
menjadi di luar kemampuan alam lingkungan untuk menyediakan atau menyokong
secukupnya, sehingga timbullah persaingan (kompetisi).
Kalau jumlah individu populasi per unit luas bertambah dalam perjalanan waktu,
dikatakan kepadatan populasi itu naik. Kalau kepadatan populasi itu naik, sehingga
kebutuhan populasi itu akan bahan makanan, tempat tinggal, dan kebutuhan hidup lain-lain
menjadi di luar kemampuan alam lingkungan untuk menyediakan atau menyokong
secukupnya, sehingga timbullah persaingan (kompetisi).
Menurut Soeriaatmadja (1989:4), “Persaingan menimbulkan 2 akibat. Dalam jangka
waktu yang singkat, menimbulkan akibat ekologi dan dalam jangka waktu yang panjang
menimbulkan akibat evolusi”.
H. Populasi
Planet bumi pada saat ini kurang lebih ditemui 5 juta species vegetasi, 10 juta spesies
vegetasi, 10 juta spesies binatang dan mungkin sebanyak 2-3 juta spesies mikroorganisme
yang kira-kira baru baru 10 % dari semua organisme itu baru berhasil didentifikasi dan diberi
nama.Populasi merupakan bagian dari ekologi, dimana Populasi adalah sebagai kumpulan
individu organisme disuatu tempat yang memiliki sifat serupa, mempunyai asal usul yang
sama, dan tidak ada yang menghalangi individu anggotanya untuk berhubungan satu sama
lain dan mengembangkan keturunannya secara bebas karena individu itu merupakan
kumpulan heteroseksual. Wirakusumah (2003:1).Populasi dibagi 2, pertama, adalah
organisme yang sama-sama memiliki organisme biologic pada jenjang yang lebih bawah dan
kedua, yang memiliki sifat yang unik. Sifat individu organsme yang inherendengan sifat
populasi, yang watak diagnostiknya adalah tumbuh, reaksi terhadap lingkungan, dan
reproduksi.
Dalam lingkungan kondisi ideal apabila tidak ada hambatan fisik dan biologic,
populasi dapat dipandang memiliki kadar pertambahan intrinsic maksimal (potensi abiotik).
Contoh: ikan paus yang menonjol potensi biotiknya rendah, akan tetapi secara alami paus
itupun menunjukkan kadar mortalitas yang rendah pula sebanding dengan jumlah populasi
secara alami yang rata-ratanya tetap dipantau.
Hal ini terjadi juga bagi makhluk lain hingga pada kenyataannya teori pertumbuhan populasi
eksponensial itu senantiasa mendapat perlawanan lingkungan (environtmental resistance)
yang menurunkan natalitas dan meningkatkan mortalitas.Pada dasarnya konsep pertumbuhan
populasi yang ditelusuri bagi makhluk bukan manusia harus berlaku juga bagi manusia yang
disebut oleh para pakar sebagai dinamika populasi, atau demografi. Patokan-patokan khusus
bagi manusia diantaranya laju pertumbuhan dan populasi stabil.
Soeriaatmadja (1989:5),, “ada 2 faktor lingkungan yang dapat menurunkan daya biak
populasi yaitu density dependent factor dan density independent factor”. Faktor yang
bergantung kepada kepadatan populasi itu sendiri (density dependent factor), misalnya
kekurangan bahan makanan, kekurangan ruang untuk hidup karena populasi terlampau padat.
Sedang factor yang tak bergantung kepada kepadatan populasi (density independent factor),
umpamanya terdapat penurunan suhu lingkungan secara drastic dan mendadak, atau angin
rebut yang melanda siuatu daerah pada suatu musim, sehingga banyak membunuh banyak
individu dalam sebuah populasi.
Ada empat bentuk populasi oleh manusia:
– Biomasa, ialah berat total populasi. Jumlah individu dalam populasi x berat rata-rata
individu tersebut. Hasil bawaan/standing crop, ialah jumlah individu atau biomasa
suatu populasi pada suatu waktu tertentu.
– Produktivitas, ialah jumlah jaringan hidup yang dihasilkan oleh suatu populasi
dalam suatu jangka waktu tertentu.
- Kepadatan individu dalam suatupopulasi, langsung dapat dikaitkan dengan
keanekaragaman.
-
I. Komunitas
Margalef dalam Soeriaatmadja (1989:6) mengemukakan bahwa “untuk menentukan
keanekaragaman komunitas perlu dipelajari aspek keanekaragaman itu dalam organisasi
komunitasnya, misalnya: mengalokasikan individu populasinya ke dalam spesiesnya,
menempatkan spesies tersebut ke dalam habitat atau nicianya, menentukan kepadatan
relatifnya dalam habitat tersebut, menempatkn tiap individu ke dalam tiap individu ke dalam
tiap habitatnya, dan menentukan fungsinya”.Komunitas merupakan kesatuan dinamik dari
hubungan fungsional diantara populasi anggotanya berperan pada posisinya masing-masing
menyebar dalam ruang dan tipe habitatnya, keanekaragaman spesies komunitas dan spectrum
interaksi sesamanya serta pola-pola aliran energy dan nutrisi dalam komunitas menuju suatu
keseimbangan.Makin beranekaragam suatu komunitas, makin tinggi organisasi di dalam
komunitas tersebut. Komunitas seperti halnya tingkat organisasi jasad hidup lain, mengalami
serta menjalani siklus hidup juga, artinya komunitas itu lahir, meningkat dewasa, dan
kemudian bertambah tua. Komunitas secara alami tidak perbah mati.Komunitas yang lahir di
atas bongkahan batu lava sebuah gunung berapi yang belum lama meletus, permulaan sekali
komunitas itu hanya berupa tumbuhan ‘pelopor’. Seperti ganggang lumut, lumut kerak, dan
paku-pakuan.Tumbuhan pelopor ini akan mengubah keadaan lingkungan sedemikian rupa,
sehingga tumbuhan dan hewan lain kemudian dapat pindah dan hidup disitu. Lama-kelamaan
komunitas komunitas itu akan dikuasai oleh spesies yang dapat hidup unggul, stabil, dan
mandiri di dalamnya. Proses semacam ini seluruhnya disebut aksesi, sedangkan komunitas
yang sudah mencapai kemantapan disebut komunitas yang sudah mencapai puncak atau
klimaks.
J. Daya dukung Lingkungan dan Rantai Makanan
Lingkungan tidak dapat mendukung jumlah kehidupan yang tanpa batas. Kemampuan
lingkungan untuk mendukung kehidupan yang ada di dalamnya disebut daya dukung
lingkungan.Dunia tidak akan mampu menyangga jumlah manusia yang tanpa batas. Apabila
daya dukung lingkungan itu terlampaui maka manusia akan mengalami berbagai
kesulitan.Ekosistem berfungsi karena adanya aliran energy dan materi. Saling pengaruh dan
mempengaruhi antara energy dan daur materi di dalam ekosistem akan menghasilkan
homeostatis yang mantap.Dialam terjadi aliran energi dalam bentuk rantai makanan, jaring
makanan dan produktifitas energy. Aliran energy itu berlangsung dari satu organism ke
organisme lain atau dari satu tingkat makanan ke tingkat makanan yang lain yang membentuk
rantai energy atau rantai makanan.
Pada rantai makanan, organism dalam ekosistem dikumpulkan menjadi beberapa
kelompok, yang masing-masing mempunyai jarak transfer makanan tertentu dari sumber dari
sumber energy yang masuk ekosistem. Tumbuhan yang dapat membentuk bahan organic dari
mineral dan energy matahari dengan proses fotosintesa, merupakan komponen produsen
dalam ekosistem.Organisme yang menggunakan bahan orgaik yang telah dibentuk oleh
produsen merupakan komponen konsumen dalam ekosistem.
K. Ekosistem dan Lingkungan Hidup
Manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa adanya tumbuhan dan binatang di sekitarnya.
Selain itu manusia memerlukan ruang, waktu, cahaya, air, udara, tanah serta kondisi
iklim tertentu yang dipengaruhi suhu, kelembaban, curah hujan untukdapat hidup secara
wajar. Kumpulan organisme hidup dan benda mati tersebut yang berada bersama-sama
pada suatu tempat akan saling mempengaruhi satu dengan lainnya, membentuk suatu
kesatuan sistem yang disebut sebagai sistem ekologi (ecological system) atau
ekosistem. istilah ekosistem ini pertama kali dikemukakan oleh Tinsley (1935). la
menyebutkan bahwa ekosistem merupakan sistem hubungan timbal balik antara
komponen biotik (komunitas dan populasi) dengan komponen abiotiknya. Oleh karena
itu ekosistem seringkali disebut sebagai satuan fungsional dasar di dalam ekologi.
Di dalam Undang-undang No. 23 tahun 1997 tentang Pokok-pokok Penge lolaan
Lingkungan Hidup, Pasal I disebutkan bahwa ekosistem adalah tatanan kesatuan
antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Dijelaskan pula
bahwa lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan
makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi
kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.
Ruang merupakan tempat bagi komponen lingkungan hidup melakukan suatu proses. Daya
merupakan sesuatu yang memberikan kemampuan dalam melakukan kerja. Keadaan
merupakan suatu kondisi atau situasi. Kondisi ini ada yang dapat mendukung
berlangsungnya interaksi di antara komponen penyusun ekosistem adapula yang menghambat
berlangsungnya interaksi secara harmonis.
Emil Salim (1990 dalam Darsono, 1992) mengartikan lingkungan
hidup sebaga segala benda, kondisi, keadaan dan pengaruh yang terdapat dalam ruangan
yang kita tempati dan mempengaruhi hal yang hidup, termasuk kehidupan
manusia.Pengertian ruang lingkungan menurut pengertian ini sangat luas, oleh karena
itu pembahasan mengenai ruang lingkungan dapat dibatasi oleh faktor-faktor yang
dapat dijangkau oleh manusia seperti faktor alam, faktor politik, faktor ekonomi dan faktor
social.
Secara umum sangat sulit untuk menentukan batas-batas suatu ekosistem. Batas-
batas ekosistem sering ditentukan secara abstrak untuk memudahkan pengkajian.
Berdasarkan karakteristik habitatnya dikenal ekosistem sawah, danau, hutan, taman, padang
rumput, kelautan dan sebagainya.
L. Ekosistem Alami dan Ekosistem Binaan
Sehubungan dengan ada tidaknya campur tangan manusia di dalam
ekosistem, dikenal dua macam ekosistem yaitu ekosistem alami yang belum terjamah
oleh manusia dan ekosistem binaan yang ada karena adanya campur tangan manusia. Pulau
yang tidak dihuni oleh manusia karena tidak layak dihuni atau tidak boleh dihuni karena
dilindungi oleh undang-undang merupakan contoh ekosistem alami. Demikian pula hutan
belantara dan sungai-sungai. Ekosistem binaan yang kini makin bertambah banyak
karena memiliki keuntungan langsung secara ekonomis adalah ekosistem yang
kompomponennya didominasi oleh tanaman-tanaman pertania/hortikultura seperti
persawahan dan perkebunan. Selain itu akuarium atau kolam ikan juga merupakan suatu
contoh ekosistem binaan.
Ekosistem alami berupa hutan atau semak belukar dapat berubah menjadi ekosistem
binaan dalam bentuk persawahan atau pemukiman. Demikian pula ekisistem binaan seperti
hutan kota dan hutan lindung beransu-ansur dapat menjadi ekosistem alami apabila tidak
terpelihara dengan baik. Beberapa perbedaan antara lain ekosistem alami dan ekosistem
binaan dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 Perbedaan Ekosistem Alami dan Ekosistem Binaan
Ekosistem Alami Ekosistem Binaan
Dapat memenuhi kebutuhan sendiri Tidak dapat
Dapat memenuhi energinya sendiri Perlu mendapat energy dari luar
Tidak menimbulkan pencemaran Menimbulkan pencemaran
Membentuk keseimbangan sendiri Keseimbangannya mudah terganggu
Dapat memulihkan tubuhnya sendiri Tidak dapat memulihkan dirinya sendiri
Tidak membutuhkan perawatan Membutuhkan Perawatan
M. Komponen Ekosistem
Secara umum ekosistem terdiri dari komponen-komponen penyusunan yang bersifat
hidup (biotik) dan tak hidup (abiotik) yang saling berhungan satu sama lain. Ini berarti dalam
struktur maupun dalam fungsi komponen-komponen tersebut merupakan suatu kesatuan yang
tidak terpisahkan. Apabilah salah satu komponen terganggu maka komponen yang lain cepat
atau lambat akan terpengaruh pula.
Komponen abiotik meliputi semua faktor yang bersifat tidak hidup seperti cahaya,
tanah, air dan udara. Komponen air meliputi suhu air, gerakan air. Konsebtrasi garam dalam
air (salinitas), dan keasaman air (pH) sedangkan komponen udara meliputi suhu udara,
kelembaban dan angin sebagai udara yang bergerak. Komponen tanah meliputi tekstur tanah
(komposisi partikel tanah seperti liat, pasir dan debu), kandungan unsur hara (oksigen,
kalsium, garam-garam nitrogen, bahan organik dan anorganik di dalam tanah) dan nilai
keasaman tanah (pH). Faktor-faktor tersebut dapat terjadi tempat mengalirnya energi dan
menjadi faktor penentu bagi berlangsungnya proses-proses biologis di dalam tubuh makhluk
hidup.
Komponen biotik suatu ekosistem terdiri atas hewan, tumbuhan serta
mikroorganisme. Tumbuhan merupakan komponen biotik satu-satunya yang memiliki zat
hijau daun (klorofil) sehingga mampu melakukan proses fotosintesis, mengubah bahan
organik di lingkungannya menjadi bahan organik yang dapat di manfaatkan oleh makhluk
lainnya. Karbondioksida dari udara, air dari dalam tanah dengan bantuan energimatahari
dapat diubah menjadi karbohidrat. Karbohidrat inilah yang dapat menjadi sumber energi bagi
makhluk hidup lainnya. Oleh karena itu tumbuhan disebut sebagai produsen, sedangkan
hewan herbivora, hewan karnivora yang memakan hewan herbivora dan hewan-hewan lain
disebut sebagi konsumen.
Mengingat tumbuhan juga merupakan mahluk hidup yang dapat mensintesis
makanannya sendiri maka tumbuhan disebut juga sebagai organisme ototrofik, sedangkan
makhluk hidup yang hanya mampu memanfaatkan bahan organik yang diproduksi oleh
organisme ototrof sebagai bahan makanannya disebut organisme heterotrof. Yang termasuk di
dalam kelompok ini adalah hewan, sebagian besar mikro-organisme serta manusia.
Tumbuhan juga disebut sebagai makhluk hidup fotoototrof karena dapat mensintesis
makanannya sendiri dengan menggunakan energi cahanya.
Matahari merupakan sumber energi utama di muka bumi ini. Tumbuhan dapat
langsung memanfaatkan energi matahari untuk melangsungkan proses fotosintesis, sedangkan
hewan memanfaatkan energi matahari secara tidak langsung dengan terlebih dahulu
memakan tumbuhan. Pengiriman energi matahari dari matahari ke tumbuhan, kemudian dari
tumbuhan ke konsumen I, dan seterusnyadisebut jarak transfer energi. Oleh karena itu
berdasarkan jarak transfer energinya, tumbuhan disebut sebagai tingkatan trofik I, konsumen
I disebut tingkatan trofik II, konsumen II disebut tingkatan trofik III dan konsumen III
disebut tingkatan trofik IV
Secara ringkas, penamaan komponen biotik di dalam ekosistem adalah seperti tampak
pada Tabel 3.2. berikut ini.
Tabel 3.2 : Berbagai macam penamaan komponen biotik suatu ekosistem
Dasar penamaan Komponen Biotik di dalam Ekosistem
1. Jenis makhluk hidup Tumbuhan Herbivora Karnivora I Karnivora II
2. Fungsi di dalam Produsen Konsumen I Konsumen II Konsumen III
ekosistem
3. Jarak transfer energy Ting.Trofik I Ting.Trofik II Ting.Trofik III Ting.Trofik IV
Selain komponen yang telh disebutkan di atas, ekosistem juga tersusun oleh
sekelompok pengurai, berupa mikroorganisme ototrof seperti bakteri dan jamur yang mampu
menguraikan produsen dan konsumen yang telah mati. Pengurai memiliki peranan yang
cukup penting dalam suatu ekosistem serta tanpa kehadiran pengurai senyawa-senyawa
organik yang kompleks sukar untuk diserap atau dimanfaatkan kembali oleh makhluk hidup
lain. Dalam proses penguraian ini, materi organik yang kompleks akan diuraikan menjadi
materi yang lebih sederhana sehingga menjadi mineral-mineral yang dapat dimanfaatkan
kembali oleh produsen. Karena menggunakan energi kimia untuk menguraikan materi
organik tersebut maka mikroorganisme disebut sebagai makhluk hidup kemoototrof.
Manusia merupakan komponen biotik ekosistem yang memiliki perbedaan yang
sangat mendasar dibandingkan dengan komponen ekosistem lainnya karena manusia
dianugrahi pikiran dan akal budi oleh Yang Maka Kuasa. Oleh karena itu manusia
mempunyai peran yang sangat dominan di dalam ekosistem bumi.
N. Habitat dan Relung
Ekosistem dan penyebaran polulasi suatu spesies sangat ditentukan oleh habitat dan
relung ekologisnya. Untuk itu perlu kita bahas lebih lanjut mengenai apakah habitat dan
relung itu.
Habitat adalah tempat hidup yang khas dari suatu organisme atau "alamat”
organisme. Dalam biosfer terdapat 4 macam habitat utama yaitu daratan, perairan
air samudera dan estuaria. Semua organisme mempunyai tempat hidup. Habitat air tawar
adalah danau dan sungai, padi di tanah dataran rendah, teratai hidup dipermukaan perairan.
Istilah habitat dapat disebut biotop untuk menunjukkan tempat tumbuh sekelompok
organisme dari berbagai jenis yang membentuk suatu komunitas. contohnyaadalah biotop
hutan mangrove, biotop padang rumput dan sebagainya.
Kadang kala istilah mikrohabitat dapat dipergunakan untuk menunjukkan habitat yang
lebih intimdan bersifat spesifik bagi populasi spesises tertentu, misalnya habitat cacing tanah
adalah daratan dan mikrohabitatnya adalah di bawah permukaan tanah, teratai hidup di
permukaan air, sedangkan burung bangau sering mencari makanan di tepi danau.
Habitat dapat bervariasi berdasarkan waktu dan ruang. Menurut southwood (1965
dalam Odum, 1971), ditinjau dari organisme yang mendiaminya, maka klasifikasi habitat
berdasarkan waktu dapat :
a. Konstan, yaitu kondisi-kondisi lingkungan yang baik dan tidak baik bagi organisme
berlangsung bersama-sama secara terus menerus
b. Memusim, yaitu priode kondisi lingkungan yang baik secara teratur dan priodik akan
berganti dengan kondisi-kindisi tidak baik.
c. Tidak dapat diprediksi, yaitu priode kondisi lingkungan yang baik lamanya bervariasi
dan tidak dapat ditentukan berganti dengan priode kondisi lingkungan yang tidak baik yang
lamanya juga bervariasi dan tidak dapat ditentukan.
d. Efemeral, yaitu priode kondisi lingkungan yang baik berlangsung sangat singkat diikuti
dengan priode kondisi lingkungan yang tidak baik yang sangan lama.
PENGETAHUAN LINGKUNGAN
Asas ini adalah sebenarnya serupa dengan hokum Thermodinamika I, yang sangat
fundamental dalam fisika. Asas ini dikenal sebagai hukum konservasi energi dalam
persamaan matematika.
Contoh:
Banyaknya kalori, energi yang terbuang dalam bentuk makanan diubah oleh jasad hidup
menjadi energi untuk tumbuh, berbiak, menjalankan proses metabolisme, dan yang terbuang
sebagai panas.
ASAS 2
Tak ada system pengubahan energi yang betul- betul efisien.
Pengertian:
Asas ini tak lain adalah hokum Thermodinamika II, Ini berarti energi yang tak pernah
hilang dari alam raya, tetapi energi tersebut akan terus diubah dalam bentuk yang kurang
bermanfaat.
Asas ini sama dengan hukum termodinamika kedua dalam ilmu fisika. Hal ini berarti
meskipun energi itu tidak pernah hilang, namun demikian energi tersebut akan diubah dalam
bentuk yang kurang bermanfaat. Secara keseluruhan energi di planet kita ini terdegradasi
dalam bentuk panas tanpa balik, yang kemudian beradiasi ke angkasa.
Dalam sistem biologi, energi yang dimanfaatkan baik oleh jasad hidup, populasi
maupun ekosistem kurang efisien, karena masukan energi dapat dipindahkan dan digunakan
oleh organisme hidup yang lain. Contohnya pada piramida makanan, tingkatan konsumen
yang paling bawah mendapatkan asupan energi yang banyak, sebaliknya konsumen paling
atas hanya mendapatkan sedikit, disamping itu pada setiap tingkatanpun energi tidak
dimanfaatkan secara efisien (banyak terbuang).
Energi yang dapat dimanfaatkan oleh kita seperti tumbuhan, hewan, ikan dsb., itu
termasuk kategori sumber alam, namun demikian apakah sumber alam ini dapat diukur
manfaatnya dan apa batasan sumber alam tersebut?.
Sumber alam adalah segala sesuatu yang diperlukan oleh organisme hidup, populasi, atau
ekosistem yang pengadaannya hingga ke tingkat optimum atau mencukupi, sehingga akan
meningkatkan daya pengubahan energi.
ASAS 3
Materi, energi, ruang, waktu, dan keanekaragaman, termasuk kategori sumberdaya alam.
Pengertian:
Pengubahan energi oleh system biologi harus Berlangsung pada kecepatan yang
sebanding dengan adanya materi dan energi di lingkungannya. Pengaruh ruang secara asas
adalah beranalogi dengan materi dan energi sebagai sumber alam.
Contoh:
Ruang yang sempit: dpt mengganggu proses pembiakan organisme dg kepadatan tinggi.
Ruang yang terlalu luas: jarak antar individu dalam populasi semakin jauh,
kesempatan bertemu antara jantan dan betina semakin kecil sehingga pembiakan akan
terganggu.Jauh dekatnya jarak sumber makanan akan berpengaruh terhadap perkembangan
populasi.
Waktu sebagai sumber alam tidak merupakan besaran yang berdiri sendiri. Misal
hewan mamalia dipadang pasir, pada musim kering tiba persediaan air habis di
lingkungannya, maka harus berpindah kelokasi yang ada sumber airnya. Berhasil atau
tidaknya hewan bermigrasi tergantung pada adanya cukup waktu dan energi untuk menempuh
jarak lokasi sumber air.
Keaneka-ragaman juga merupakan sumberdaya alam. Semakin beragam jenis
makanan suatu spesies semakin kurang bahayanya apabila menghadapi perubahan
lingkungan yang dapat memusnahkan sumber makanannya.
Materi dan energi sudah jelas termasuk kedalam sumber alam. Ruang yang
dimanfaatkan oleh organisme hidup untuk hidup, berkembang biak dsb. dapat dianalogkan
dengan materi dan energi, karena dibutuhkan, sehingga secara asas termasuk katagori sumber
alam. Begitu pula dengan waktu, meskipun tidak dapat berdiri sendiri, namun termasuk
kategori sumber alam, karena berapa waktu yang dibutuhkan oleh mahluk hidup untuk
mendapatkan makanan. Keanekaragaman juga termasuk ke dalam kategori sumber alam,
karena apabila suatu spesies hanya memakan satu spesies saja akan mudah terancam punah,
namun apabila makanannya beranekaragam dia akan mampu “survive”.
Asas 3 ini mempunyai implikasi yang penting bagi kehidupan manusia untuk
mencapai kesejahteraannya
ASAS 4
Untuk semua kategori sumber daya alam, kalau pengadaannya sudah mencapai
optimum, pengaruh unit kenaikannya sering menurun dengan penambahan sumberalam itu
sampai ke suatu tingkat maksimum. Melampaui batas maksimum ini tak akan ada pengaruh
yang menguntungkan lagi.
Untuk semua kategori sumber alam (kecuali keanekaragaman dan waktu) kenaikan
pengadaannya yang melampui batas maksimum, bahkan akan berpengaruh merusak karena
kesan peracunan. Ini adalah asas penjenuhan. Untuk banyak gejala sering berlaku
kemungkinan penghancuran yang disebabkan oleh pengadaan sumberalam yang sudah
mendekati batas maksimum.
Asas 4 tersebut terkandung arti bahwa pengadaan sumberalam mempunyai batas
optimum, yang berarti pula batas maksimum, maupun batas minimum pengadaan
sumberalam akan mengurangi daya kegiatan sistem biologi.
Contoh:
Pada keadaan lingkungan yang sudah stabil, populasi hewan atau tumbuhannya cenderung
naik-turun (bukan naik terus atau turun terus). Maksudnya adalah akan terjadi pengintensifan
perjuangan hidup,bila persediaan sumberalam berkurang.
Tetapi sebaliknya, akan terdapat ketenangan kalau sumberalam bertambah,
untuk semua kategori sumberdaya alam (kecuali keanekaragaman dan waktu) kenaikan
pengadaannya yang melampaui batas maksimum, bahkan akan berpengaruh merusak karena
kesan peracunan. Ini adalah asas penjenuhan. Untuk banyak gejala sering berlaku
kemungkinan penghancuran yang disebabkan oleh pengadaan sumber alam yang sudah
mendekati batas maksimum.
Pada asas ini mempunyai arti bahwa pengadaan sumber alam mempunyai batas
optimum, yang berarti bahwa batas maksimum maupun minimum sumber alam akan
mengurangi daya kegiatan sistem biologi. Dari sini dapat ditarik suatu arti yang penting, yaitu
karena adanya ukuran optimum pengadaan sumber alam untuk populasi, maka naik turunnya
jumlah individu populasi itu tergantung pada pengadaan sumber alam pada jumlah tertentu.
ASAS 5
Pada asas 5 ini ada dua hal penting, pertama jenis sumber alam yang tidak dapat
menimbulkan rangsangan untuk penggunaan lebih lanjut, sedangkan kedua sumber alam
yang dapat menimbulkan rangsangan untuk dapat digunakan lebih lanjut.
Contoh:
Suatu jenis hewan sedang mencari berbagai sumber makanan. Kemudian didapatkan suatu
jenis tanaman yang melimpah di alam, maka hewan tersebut akan memusatkan perhatiannya
kepada penggunaan jenis makanan tersebut. Dengan demikian, kenaikan sumberalam
(makanan) merangsang kenaikan pendayagunaan.
ASAS 6
Individu dan spesies yang mempunyai lebih banyak keturunan daripada saingannya,
cenderung berhasil mengalahkan saingannya.
Pengertian:
Asas ini adalah pernyataan teori Darwin dan Wallace. Pada jasad hidup terdapat
perbedaan sifat keturunan Dalam hal tingkat adaptasi terhadap faktor lingkungan fisik atau
biologi. Kemudian timbul kenaikan kepadatan populasinya sehingga timbul persaingan. Jasad
hidup yang kurang mampu beradaptasi akan kalah dalam persaingan. Dapat diartikan pula
bahwa jasad hidup yang adaptif akan mampu menghasilkan banyak keturunan daripada yang
non-adaptif.
Pada asas ini berlaku “seleksi alam”, artinya bagi spesies-spesies yang mampu
beradaptasi baik dengan faktor biotik maupun abiotik, dia akan berhasil daripada yang tidak
dapat menyesuaikan diri. Dapat diartikan pula, spesies yang adaptif akan mampu
menghasilkan keturunan lebih banyak daripada yang non adaptif, Sehingga individu-individu
yang adaptif ini mempunyai kesan lebih banyak merusak.
ASAS 7
Kemantapan keanekaragaman suatu komunitas lebihtinggi di alam yang “mudah diramal”.
Pengertian :
“Mudah diramal” : : adanya keteraturan yang pasti pada pola faktor lingkungan pada
suatu periode yang relative lama. Terdapat fluktuasi turun-naiknya kondisi lingkungan di
semua habitat, tetapi mudah dan sukarnya untuk diramal berbeda dari satu habitat ke habitat
lain.
Dengan mengetahui keadaan optimum pada faktor lingkungan bagi kehidupan suatu
spesies, maka perlu diketahui berapa lama keadaan tersebut dapat bertahan.
Pada asas ini arti kata “mudah diramal” ialah adanya keteraturan yang pasti pada pola
faktor lingkungan dalam suatu periode yang relatif lama. Adanya fluktuasi turun-naiknya
kondisi lingkungan, besar-kecilnya fluktuasi, dan dan sukar-mudahnya untuk diramal berbeda
untuk semua habitat. Sehingga diharapkan pada setiap lingkungan adanya penyebaran spesies
yang berbeda-beda kepadatannya. Apabila terjadi perubahan lingkungan sedemikian rupa,
maka akan terjadi perubahan pengurangan individu yang sedemikian rupa sampai pada batas
yang membahayakan individu-individu spesies tersebut. Lingkungan yang stabil secara fisik
merupakan lingkungan yang mempunyai jumlah spesies yang banyak, dan mereka dapat
melakukan penyesuaian terhadap lingkungannya tersebut (secara evolusi).
Sedangkan lingkungan yang tidak stabil adalah lingkungan yang dihuni oleh spesies
yang jumlahnya relatif sedikit. Menurut Sanders (1969) bahwa komunitas fauna dasar laut
mempunyai keanekaragaman spesies terbesar, hal ini dijumpai pada habitat yang sudah stabil
sepanjang masa dan lama. Kemudian diinterpretasikan oleh Slobodkin dan Sanders (!969)
sebagai pengaruh lingkungan yang mudah diramal (stabil). Maksudnya ialah semakin lama
keadaan lingkungan dalam kondisi yang stabil, maka semakin banyak keanekaragaman
spesies yang muncul disitu sebagai akibat berlangsungnya proses evolusi.
Menurut Pilelou (1969) keadaan iklim yang stabil sepanjang waktu yang lama, tidak
saja melahirkan keanekaragaman spesies yang tinggi, tetap juga akan menimbulkan
keanekaragaman pola penyebaran kesatuan populasi.
ASAS 8
Sebuah habitat dapat jenuh atau tidak oleh keanekaragaman takson, bergantung kepada
bagaimana niche dalam lingkungan hidup itu dapat memisahkan takson tersebut.
Pengertian:
Kelompok taksonomi tertentu dari suatu jasad hidup ditandai oleh keadaan
lingkungannya yang khas (niche), tiap spesies mempunyai niche tertentu. Spesies dapat hidup
berdampingan dengan spesies lain tanpa persaiangan, karena masing-masing mempunyai
keperluan dan fungsi yang berbeda di alam.
Pada asas ini menyatakan bahwa setiap spesies mempunyai nicia tertentu, sehingga
spesies-spesies tersebut dapat berdampingan satu sama lain tanpa berkompetisi, karena satu
sama lain mempunyai kepentingan dan fungsi yang berbeda di alam. Tetapi apabila ada
kelompok taksonomi yang terdiri atas spesies dengan cara makan serupa, dan toleran
terhadap lingkungan yang bermacam-macam serta luas, maka jelas bahwa lingkungan
tersebut hanya akan ditempati oleh spesies yang keanekaragamannya kecil.
ASAS 9
Keanekaragaman komunitas sebanding dengan biomassa dibagi produktivitas.
T = K x (B/P) ; D ≈ T
T = waktu rata-rata penggunaan energi
K = koefisien tetapan
B = biomassa
P = produktivitas
D = keanekaragaman
Pengertian:
Asas ini mengandung arti, bahwa efisiensi penggunaan aliran energidalam sistem
biologi akan meningkat dengan meningkatnya kompleksitas organisasi sistem biologi dalam
suatu komunitas.
Pada asas ini menurut Morowitz (1968) bahwa adanya hubungan antara biomassa,
aliran energi dan keanekaragaman dalam suatu sistem biologi.
ASAS 10
Pada lingkungan yang stabil perbandingan antara biomasa dengan produktivitas (B/P) dalam
perjalanan waktu naik mencapai sebuah asimtot.
Pengertian:
Sistem biologi menjalani evolusi yang Mengarah kepada peningkatan efisiensi
penggunaan energi dalam lingkungan fisik yang stabil, dan memungkinkan berkembangnya
keaneka-ragaman.
Dalam asas ini dapat disimpulkan bahwa sistem biologi mengalami evolusi yang
mengarah kepada peningkatan efisiensi penggunaan energi dalam lingkungan fisik yang
stabil, yang memungkinkan berkembangnya keanekaragaman. Dengan kata lain kalau
kemungkinan produktivitas maksimum sudah ditetapkan oleh energi matahari yang masuk
kedalam ekosistem, sedangkan keanekaragaman dan biomassa masih dapat meningkat dalam
perjalanan waktu, maka jumlah energi yang tersedia dalam sistem biologi itu dapat digunakan
untuk menyokong biomassa yang lebih besar.
Apabila asas ini benar, maka dapat diharapkan bahwa dalam komunitas yang sudah
berkembang lanjut pada proses suksesi, rasio biomassa produktivitas akan lebih tinggi bila
dibandingkan dengan komunitas yang masih muda. Pada kenyataan di alam memang
demikian, sebab spesies bertambah, dan ditemukan pula tumbuhan berkayu sehingga
diperoleh stratifikasi.
Implikasi dari asas ini bahwa sebuah komunitas dapat dibuat tetap muda dengan jalan
memperlakukan fluktuasi iklim yang teratur. Atau pada komunitas buatan lahan pertanian
dengan jalan mengambil daun-daunannya untuk makanan hewan.
ASAS 11
Sistem yang sudah mantap (dewasa) akan mengekploitasi yang belum mantap (belum
dewasa).
Pengertian:
Ekosistem, populasi atau tingkat makanan yang sudah dewasa memindahkan energi,
biomasa, dan keanekaragaman dari tingkat organisasi yang belum dewasa. Dengan kata lain,
energi, materi, dan keanekaragaman mengalir melalui suatu kisaran yang menuju ke arah
organisasi yang lebih kompleks. (Dari subsistem yang rendah keanekara-gamannya subsistem
yang tinggi keanekaragamannya).
Arti dari asas ini adalah pada ekosistem, populasi yang sudah dewasa memindahkan
energi, biomassa, dan keanekaragaman tingkat organisasi ke arah yang belum dewasa.
Dengan kata lain, energi, materi dan keanekaragaman mengalir melalui suatu kisaran yang
menuju ke arah organisasi yang lebih kompleks, atau dari subsistem yang lebih rendah
keanekaragamannya ke subsistem yang lebih tinggi keanekaragamannya.
ASAS 12
Kesempurnaan adaptasi suatu sifat atau tabiat bergantung pada kepentingan relatifnya dalam
keadaan suatu lingkungan.
Pengertian:
Populasi dalam ekosistem yang belum mantap, kurang bereaksi terhadap perubahan
lingkungan fisikokimia dibandingkan dengan populasi dalam ekosistem yang sudah mantap.
Populasi dalam lingkungan dengan kemantapan fisiko kimia yang cukup lama, tak perlu
berevolusi untuk meningkatkan kemampuannya beradaptasi dengan keadaan yang tidak
stabil.
Asas ini merupakan kelanjutan dari asas 6 dan 7. Apabila pemilihan (seleksi) berlaku,
tetapi keanekaragaman terus meningkat di lingkungan yang sudah stabil, maka dalam
perjalanan waktu dapat diharapkan adanya perbaikan terus-menerus dalam sifat adaptasi
terhadap lingkungan. Jadi, dalam ekosistem yang sudah mantap dalam habitat (lingkungan )
yang sudah stabil, sifat responsive terhadap fluktuasi faktor alam yang tak terduga ternyata
tidak diperlukan.
Yang berkembang justru adaptasi peka dari perilaku dan biokimia lingkungan sosial
dan biologi dalam habitat itu. Evolusi pada lingkungan yang sukar ditebak perubahan faktor
alamnya cenderung memelihara daya plastis anggota populasi.
Sedangkan evolusi pada lingkungan yang mantap, beranekaragam secara biologi
cenderung menggunakan kompleksitas itu untuk bereaksi terhadap kemungkinan beraneka-
macam perubahan.
Implikasi dari asas ini bahwa sesungguhnya tidak ada sebuah strategi evolusi yang
terbaik dan mandiri, semua tergantung pada kondisi lingkungan fisik. Kesimpulannya bahwa
populasi pada ekosistem yang belum mantap, kurang bereaksi terhadap perubahan
lingkungan fisikokimia dibandingkan dengan populasi pada ekosistem yang sudah mantap.
ASAS 13
Lingkungan yang secara fisik mantap memungkinkan terjadinya penimbunan
keanekaragaman biologi dalam ekosistem yang mantap, yang kemudian dapat menggalakkan
kemantapan populasi lebih jauh lagi.
Pengertian:
Asas ini merupakan penjabaran dari asas 7, 9 dan 12. Pada komunitas yang mantap,
jumlah jalur energi yang masuk melalui ekosistem meningkat, sehingga apabila terjadi suatu
goncangan pada salah satu jalur, maka jalur yang lain akan mengambil alih, dengan demikian
komunitas masih tetap terjaga kemantapannya.
Apabila kemantapan lingkungan fisik merupakan suatu syarat bagi keanekaragaman
biologi, maka kemantapan faktor fisik itu akan mendukung kemantapan populasi dalam
ekosistem yang mantap dan komunitas yang mantap mempunyai umpan-balik yang sangat
kompleks.
Disini ada hubungan antara kemantapan ekosistem dengan efisiensi penggunaan energi.
ASAS 14
Derajat pola keteraturan naik-turunnya populasi tergantung pada jumlah keturunan dalam
sejarah populasi sebelumnya yang nanti akan mempengaruhi populasi itu.
Pengertian:
Asas ini merupakan kebalikan dari asas ke 13, tidak adanya keanekaragaman yang
tinggi pada rantai makanan dalam ekosistem yang belum mantap, menimbulkan derajat
ketidakstabilan populasi yang tinggi.
Ciri-Ciri Lingkungan/ Komunitas yang Mantap:
• Jumlah jalur energi yang masuk melalui ekosistem meningkat (banyak)
• Lingkungan fisik mantap (mudah“diramal”)
• Sistem control umpan balik (feedback) komunitas sangat kompleks
• Efisiensi penggunaan energi
• Tingkat keanekaragaman tinggi.
SUMBER DAYA LAHAN
Indonesia memiliki potensi ketersediaan lahan yang cukup besar dan belum
dimanfaatkan secara optimal. Data dari kajian akademis yang dilaksanakan oleh Direktorat
Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air, Kementerian Pertanian pada tahun 2006
memperlihatkan bahwa total luas daratan Indonesia adalah sebesar 192 juta ha, terbagi atas
123 juta ha (64,6 persen) merupakan kawasan budidaya dan 67 juta ha sisanya (35,4 %)
merupakan kawasan lindung. Dari total luas kawasan budidaya, yang berpotensi untuk areal
pertanian seluas 101 juta ha, meliputi lahan basah seluas 25,6 juta ha, lahan kering tanaman
semusim 25,3 juta ha, dan lahan kering tanaman tahunan 50,9 juta ha. Sampai saat ini, dari
areal yang berpotensi untuk pertanian tersebut, yang sudah dibudidayakan menjadi areal
pertanian sebesar 47 juta ha, sehingga masih tersisa 54 juta ha yang berpotensi untuk
perluasan areal pertanian.
2. Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan di pedesaan bergantung pada kehidupan sosial dan ekonomi di desa
tersebut. Penggunaan lahan untuk kehidupan sosial penduduk pedesaan dicerminkan oleh
aktivitas pengelolaan lahan untuk menunjang :
(1) Desa pertanian : sebagian besar lahannya digunakan sebagai lahan pertanian,
sedangkan sebagian kecil lahannya digunakan untuk perikanan, peternakan, dan aktivitas
perdagangan.
(2) Desa perkebunan : sebagian besar lahannya digunakan sebagai lahan perkebunan,
sedangkan sebagian kecil lahannya digunakan untuk perikanan, peternakan, dan
perdagangan.
(3) Desa nelayan : sebagian besar penduduknya menggunakan laut sebagai sumber
mata pencahariannya. Adapun aktivitas penunjang di darat untuk pengolahan hasil
tangkapan seperti tempat menjemur ikan, peternakan, dan perdagangan.
(2) Pusat perdagangan : lahan digunakan untuk bangunan pasar-pasar, mulai dari
pasar tradisional sampai pusat-pusat pertokoan dan mal.
(4) Pusat pendidikan : lahan digunakan untuk bangunan sekolah, mulai dari TK
sampai perguruan tinggi, lengkap dengan sarana olahraga, dll.
(5) Pusat kesehatan : lahan digunakan untuk bangunan rumah sakit, puskesmas,
laboratorium, dll.
(7) Pusat pertahanan dan keamanan negara : lahan digunakan untuk markas tentara dan
polisi dan semua yang terkait dengan aktivitasnya.
3. Keadaan Lahan
Hasil sensus 1983, misalnya, petani Indonesia rata-rata masih memiliki lahan
0,98 ha. Namun, pada sensus 2003, petani Indonesia tingga memiliki 0,7 ha. Bahkan di
Pulau Jawa hanya memiliki 0,3 ha. Menurut Guru Besar IPB Anton Apriyantono, luas
lahan yang kurang dari 1 ha akan sulit untuk menyangga kehidupan keluarga
petani.Data BPS mencatat laju konversi lahan pertanian sawah ke non sawah sebesar
187.720 ha per tahun. Sementara alih fungsi lahan kering pertanian ke nonpertanian
sebesar 9.152 ha per tahun. Di sisi lain, kualitas lahan pertanian Indonesia juga telah
mengalami degradasi yang begitu luar biasa. Fakta ini terlihat dari penurunan produksi
komoditi sepanjang 2011. Produksi padi, misalnya, turun jadi 65,76 juta ton atau turun
1,07 persen, Jagung sekitar 17,64 juta ton atau turun 5,99 persen, dan kedelai sebesar
851,29 ribu ton atau 4,08 persen dibandingkan 2010. Turunnya kualitas produktifitas
pertanian karena faktor intensifikasi berlebihan dan penggunaan pupuk kimia secara
terus menerus.
Daya dukung lahan pertanian semakin menyempit. Pada periode 1992-2002 laju
tahunan koversi lahan baru 110.000 ha, melonjak menjadi 145.000 ha per tahun pada
periode 2002-2006 (Kompas, 24/5/2011). Dengan demikian, selama 15 tahun laju
penyusutan lahan pertanian mencapai 1,935 juta ha atau 120.000 ha per tahun. Konversi
lahan pertanian tersebut dua kali lebih luas daripada target pencetakan sawah baru
sekitar 60.000 ha per tahun. Sementara di Jawa, laju konversi lahan bahkan mencapai
200.000 ha per tahun pada periode 2007-2010. Padahal, meskipun luasnya hanya 6%
dari luas Indonesia, Jawa menyumbang antara 50-70% produksi berbagai komoditas
pangan nasional. Alih fungsi lahan pertanian menjadi nonpertanian dinilai sudah tak
terkendali, menyusul pesatnya perkembangan sektor industri dan pemukiman di
Indoneisia.
Sumberdaya lahan sejak zaman pra sejarah hingga sekarang telah diketahui
daya manfaatnya bagi kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan. Pada zaman
sekarang penggunaan sumberdaya lahan tidak hanya berfungsi sebagai permukiman
dan pertanian, akan tetapi pemanfaatannya lebih bervariasi dan tidak terbatas untuk
berbagai kepentingan seperti industri, peternakan, perikanan, perkebunan, kehutanan,
perkotaan, bangunan, pariwisata, dan perdagangan. Sejalandengan meningkatnya
aktivitas pembangunan dan meningkatnya pertambahanpenduduk, kebutuhan akan
lahan juga meningkat dengan pesat sedangkan ketersediaan dan luas lahan pada
dasarnya relatif tetap. Penguasaan terhadap sumberdaya lahan pun mulai sulit
dikendalikan status penggunaan lahan dan status kepemilikannya. Rekayasa
pengelolaan lahan dengan teknologi modern mulai semarak diterapkan seperti
pemotongan lereng bukit, penimbunan rawa, pembuatan dinding tanggul sungai,
penambangan dengan alat-lalat berat, dan penebangan hutan dengan cepat.
Pengelolaan sumberdaya lahan seperti ini semata-mata mengarah pada kepentingan
ekonomi, namun bila tidak dikendalikan dengan baik tentu saja dapat berdampak pada
kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan hidup di Indonesia.Selain itu,
permasalahan lahan yang semakin kompleks dengan adanya penurunan kualitas pada
lahan yang menyebabkan penurunan produktivitas pada lahan.
1. Pengalihan fungsi lahan
Sumberdaya lahan di muka bumi sebagian besar telah dikuasai oleh manusia. Luas
lahan di bumi kurang lebih 148 juta Km2 atau sekitar 14800 ha (29%) berupa daratan
dan 71% berupa perairan terutama laut. FAO (1975) menjelaskan hanya lahan seluas
3400 juta ha yang dapat optimal dimanfaatkan untuk pertanian. Perkembangan jumlah
penduduk dunia dari 6,3 milyar saat ini diperkirakan mencapai 8,21 milyar pada tahun
2025, merupakan indikasi tekanan lahan oleh manusia yang semakin tinggi dan
berpengaruh pada tingkat kepemilikan lahan, alih fungsi lahan, dan kerusakan lahan.
Luas kepemilikan lahan rata-rata perkapita di dunia pada tahun 2000 tercatat 2,15
ha/kapita dan diperkirakan pada tahun 2025 berubah menjadi 1,63 ha/kapita. Dampak
dari tekanan lahan dan menurunnya tingkat kepemilikan lahan akan dirasakan oleh
manusia seperti kesulitan bahan makanan dan untuk tempat tinggal serta penurunan
kualitas lingkungan hidup.
Lahan potensial untuk pertanian di Indonesia sekitar 100,7 juta hektar. Lahan
pertanian terluas terdapat di Sumatera yaitu 19.738.192 ha (0,41%), Kalimantan
17.234.968 hektar (0,30%), di Jawa lahanpertanian mencapai 6.779.346 ha (0,53%),
Bali dan Nusatenggara 3.360.922 ha (0,46%), dan di Sulawesi 6.269.736 ha (0,32%).
Lahan untuk tempat tinggal/bangunan di Pulau Jawa sekitar 1.768.205 ha (0,13%) dan
lahan untuk tempat tinggal di Pulau Sumatera dan Bali/Nusatenggara mencapai 0,04 %,
sedangkan di Kalimantan dan Sulawesi relatif masih kecil persentase lahan untuk
tempat tinggal (0,01% dan 0,03%).Gambaran tekanan lahan oleh aktivitas manusia
dalam bidang pertanian dan non pertanian di Pulau Jawa sangat tinggi seiring dengan
jumlah penduduk yang terus meningkat dari tahun 1961 sebanyak 63.059.575 orang
dan tahun 2002 menjadi 124.332.000 orang (hampir menyamai jumlah penduduk di
Indonesia tahun 1980). Gejala tekanan lahan mulai terlihat di Pulau Sumatera dan
Bali/Nusatenggara yang ditunjukkan oleh perubahan penggunaan lahan seiring dengan
pertambahan jumlah penduduk di pulau tersebut. Perubahan penggunaan lahan oleh
aktivitas manusia dan pembangunan di bidang kehutanan, pertambangan, industri dan
permukiman juga terjadi pula di Pulau Kalimantan dan Sulawesi. Indonesia merupakan
negara tercepat di dunia dalam hal terjadinya lahan kritis (Kompas 24 Mei 05). Pada
tahun 2005 degradasi lahan hutan seluas 2,6 juta ha, oleh akibat penebangan hutan legal
maupun ilegal. Ini berarti kawasan hutan seluas lapangan sepak bola (± 0,7 – 1 ha)
musnah hanya dalam beberapa menit. Kerusakan lahan di Indonesia juga terjadi akibat
penambangan baik yang berijin maupun tak berijin, demikian juga kerusakan lahan
oleh aktivitas industri, permukiman, perikanan, peternakan, pariwisata. Sebaran
kerusakan lahan secara ekologis mencakup lahan pantai, dataran rendah, pegunungan,
dan perbukitan dan sekitar sungai dan danau serta bendungan. Lahan kritis yang terjadi
di wilayah Daerah Aliran Sungai berakibat pada terjadinya DAS kritis yang mencapai
39 buah, pada tahun 1992 dan menjadi 62 DAS kritis pada tahun 2000. Kerusakan
lahan oleh pertambangan di Indonesia semakin sulit dikendalikan sebagai contoh
kerusakan lahan sungai Progo oleh penambang liar yang mengakibatkan rusaknya
jembatan Srandakan, terkuburnya lahan subur dan pemukiman oleh lumpur Lapindo
Selain beberapa faktor yang telah disebutkan di atas, berikut ini merupakan penjelas dari
faktor-faktor penyebab menurunnya kualitas lahan yang berpengaruh terhadap pembangunan
pertanian di Indonesia.
Penggunaan lahan diatas daya dukungnya tanpa diimbangi dengan upaya konservasi dan
perbaikan kondisi lahan akan menyebabkan degradasi lahan. Lahan di daerah hulu dengan
lereng curam yang hanya sesuai untuk hutan, apabila mengalami alih fungsi menjadi lahan
pertanian tanaman semusim akan rentan terhadap bencana erosi dan atau tanah longsor.
Perubahan penggunaan lahan miring dari vegetasi permanen (hutan) menjadi lahan pertanian
intensif menyebabkan tanah menjadi lebih mudah terdegradasi oleh erosi tanah. Praktek
penebangan dan perusakan hutan (deforesterisasi) merupakan penyebab utama terjadinya
erosi di kawasan daerah aliran sungai (DAS). Jadi, pengalih fungsian lahan menjadi lahan
pertanianpun harus diperhatikan efek yang akan timbul.Penurunan produktivitas usaha tani
secara langsung akan diikuti oleh penurunan pendapatan petani dan kesejahteraan petani.
Disamping menyebabkan ketidak-berlanjutan usaha tani di wilayah hulu, kegiatan usaha tani
tersebut juga menyebabkan kerusakan sumber daya lahan dan lingkungan di wilayah hilir,
yang akan menyebabkan ketidak-berlanjutan beberapa kegiatan usaha ekonomi produktif di
wilayah hilir akibat terjadinya pengendapan sedimen, kerusakan sarana irigasi, bahaya banjir
dimusim penghujan dan kekeringan dimusim kemarau.
3. Pencemaran Industri
Pencemaran dan kerusakan lingkungan di lingkungan pertanian dapat juga disebabkan karena
kegiatan industri. Pengembangan sektor industri akan berpotensi menimbulkan dampak
negatif terhadap lingkungan pertanian kita, dikarenakan adanya limbah cair, gas dan padatan
yang asing bagi lingkungan pertanian. Dampak yang ditimbulkan dapat berupa gas buang
seperti belerang dioksida (SO2) akan menyebabkan terjadinya hujan asam dan akan merusak
lahan pertanian. Disamping itu, adanya limbah cair dengan kandungan logam berat beracun
(Pb, Ni, Cd, Hg) akan menyebabkan degradasi lahan pertanian dan terjadinya pencemaran.
Limbah cair ini apa bila masuk ke badan air pengairan, dampak negatifnya akan meluas
sebarannya. Penggalakan terhadap program kali bersih dan langit biru perlu dilakukan, dan
penerapan sangsi bagi pengusaha yang mengotori tanah, air dan udara.
Usaha pertambangan besar sering dilakukan diatas lahan yang subur atau hutan yang
permanen. Dampak negatif pertambangan dapat berupa rusaknya permukaan bekas
penambangan yang tidak teratur, hilangnya lapisan tanah yang subur, dan sisa ekstraksi
(tailing) yang akan berpengaruh pada reaksi tanah dan komposisi tanah. Sisa ektraksi ini bisa
bereaksi sangat asam atau sangat basa, sehingga akan berpengaruh pada degradasi kesuburan
tanah. Semakin meningkatnya kebutuhan akan bahan bangunan terutama batu bata dan
genteng, akan menyebabkan kebutuhan tanah galian juga semakin banyak (galian C). Tanah
untuk pembuatan batu bata dan genteng lebih cocok pada tanah tanah yang subur yang
produktif. Dengan dipicu dari rendahnya tingkat keuntungan berusaha tani dan besarnya
resiko kegagalan, menyebabkan lahan-lahan pertanian banyak digunakan untuk pembuatan
batu bata, genteng dan tembikar. Penggalian tanah sawah untuk galian C disamping akan
merusak tata air pengairan (irigasi dan drainase) juga akan terjadi kehilangan lapisan tanah
bagian atas (top soil) yang relatif lebih subur, dan meninggalkan lapisan tanah bawahan (sub
soil) yang kurang subur, sehingga lahan sawah akan menjadi tidak produktif.
Konversi lahan pertanian yang semakin meningkat akhir-akhir ini merupakan salah satu
ancaman terhadap keberlanjutan pembangunan pertanian. Salah satu pemicu alih fungsi lahan
pertanian ke penggunaan lain adalah rendahnya isentif bagi petani dalam berusaha tani dan
tingkat keuntungan berusahatani relatif rendah. Selain itu, usaha pertanian dihadapkan pada
berbagai masalah yang sulit diprediksi dan mahalnya biaya pengendalian seperti cuaca, hama
dan penyakit, tidak tersedianya sarana produksi dan pemasaran. Alih fungsi lahan banyak
terjadi justru pada lahan pertanian yang mempunyai produktivitas tinggi menjadi lahan non-
pertanian. Alih guna lahan sawah ke areal pemukiman dan industri sangat berpengaruh pada
ketersedian lahan pertanian, dan ketersediaan pangan serta fungsi lainnya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
HUTAN
Fungsi Ekonomis
Sebagai fungsi ekonomis, manusia telah memanfaatkan hutan dari generasi ke
generasi. Pemanfaatan yang dikenal manusia dari hutan adalah pengambilan hasil hutan,
terutama kayu. Pengambilan mulai dari kayu ramin, meranti, ulin sampai dengan kayu bakar
dimanfaatkan manusia baik untuk keperluan sendiri ataupun sebagai penghasil devisa negara.
Bahkan bagi masyarakat tertentu hutan adalah seluruh kehidupannya sebagai tempat tinggal
dan tempat mencari nafkah.
Klasifikasi Hutan
Saat ini pemerintah telah memberikan klasifikasi hutan dibagi berdasarkan fungsinya,
yaitu :
1. Hutan Wisata adalah hutan yang digunakan untuk rekreasi oleh masyarakat umum.
2. Hutan Cadangan adalah hutan yang menyediakan berbagai plasma nutfah berupa flora dan
fauna yang merupakan kekayaan alam indonesia untuk menjadi kelestarian beberapa
spesies yang tergolong langka agar habitatnya tetap tersedia di dunia.
3. Hutan Lindung adalah hutan yang difungsikan sebagai penjaga ketaraturan air dalam tanah
(fungsi hidrolisis), menjaga tanah agar tidak terjadi erosi serta untuk mengatur iklim
(fungsi klimatologis) sebagai penanggulang pencematan udara seperti CO 2 (karbon
dioksida) dan CO (karbon monoksida). Hutan lindung sangat dilindungi dari perusakan
penebangan hutan membabibuta yang umumnya terdapat di sekitar lereng dan bibir pantai.
4. Hutan Produksi / Hutan Industri yaitu adalah hutan yang dapat dikelola untuk
menghasilkan sesuatu yang bernilai ekonomi. Hutan produksi dapat dikategorikan menjadi
dua golongan yakni hutan rimba dan hutan budidaya. Hutan rimba adalah hutan yang
alami sedangkan hutan budidaya adalah hutan yang sengaja dikelola manusia yang
biasanya terdiri dari satu jenis tanaman saja. Hutan rimba yang diusahakan manusia harus
menebang pohon denga sistem tebang pilih dengan memilih pohon yang cukup umur dan
ukuran saja agar yang masih kecil tidak ikut rusak.
Sumber daya laut merupakan sumber daya yang meliputi, ruang lingkup yang luas
yang mencankup kehidupan laut ( flora dan fauna, mulai dari organisme mikroskopis hingga
paus pembunuh dan habitat laut ) mulai dari perairan dalam sampai ke daerah pasang surut
dipantai dataran tinggi dan daerah muara yang luas. Berbagai orang memanfaatkan dan
berinteraksi dengan lingkungan laut mulai dari pelaut, nelayan komersial, pemanen kerang,
ilmuwan dan lain-lain. Dan digunakan untuk berbagai kegiatan baik rekreasi, penelitian,
industri dan kegiatan lain yang bersifat komersial.
Pemanfaatan Sumber Daya Alam pesisir dan laut saat ini dalam waktu dasawarsa
terakhir ini sangat buruk banyak berbagai macam kerusakan yang dialami seperti contohnya
pengelolaan sumberdaya di darat telah menimbulkan degradasi lahan, hutan, dan air serta
kerusakan lingkungan yang mengancam kelesetarian laut ataupun darat. Wilayah pesisir
(coastal zone) belum didefinisikan secara bakum namun terdapat kesepakatan umum di dunia
bahwa wilayah pesisir adalah suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan (Dahuri et
al.2001). Sebagai kawasan daratan, wilayah pesisir yang masih dipengaruhi oleh proses dan
dinamika laut seperti halnya pasang surut, intrusi air laut, dan kawasan laut yang masih
mendapat pengaruh dari proses dan dinamika daratan seperti sedimentasi dan pencemaran
lingkungan sekitar. Secara administrasi dalam hal ini membatasi wilayah pesisir sebagai
wilayah pesisir sebagai wilayah administrasi pemerintahan yang memiliki batas terluar
sebelah hulu dari kecamatan atau kabupaten/kota yang mempunyai laut dank e arah laut
sejauh 12 mil laut dari garis pantai untuk provinsi dan sepertiganya untuk kabupaten/kota.
Zona litoral adalah wilayah laut yang pada saat terjadinya pasang naik tertutup oleh
air laut dan ketika air laut surut wilayah ini menjadi kering. Zona ini sering disebut se-
bagai wiayah pasang surut.
Zona neritic adalah wilayah laut mulai zona pasang surut sampai kedalaman 200m.
Zona ini merupakan tempat terkonsentrasinya biota laut, terutama berbagai jenis ikan
yang ada di laut. Zona neritic sering disebut wilayah laut dangkal.
Zona batial adalah wilayah laut yang merupakan lereng benua yang tenggelam di
dasar samudra. Kedalaman zona ini berkisar di atas 200m-200m.
Zona abisial adalah wilayah laut yang merupakan wilayah dasar samudra. Kedala-
mannya di atas 200m dan jenis biota yang ada pada zona ini terbatas.
Dalam hal ini laut sangat penting karena laut dapat memberikan banyak manfaat bagi
kehidupan manusia diantaranya sebagai sumber bahan makanan dan mineral. Ekosistem
pantai memiliki arti penting sebagai tempat berkembang biaknya berbagai jenis biota laut,
tanaman baku (mangrove) dan juga sebagai sarana pelesetarian pantai dari ancaman abrasi air
laut.
Daerah pesisir dan laut merupakan salah satu dari lingkungan perairan yang mudah
terpengaruh dengan adanya buangan limbah dari darat. Pada umumnya ekosisitem kompleks
dan peka terhadap gangguan. Dapat dikatakan bahwa setiap kegiatan pemanfaatan dan
pengembangannya di manapun juga di wilayah pesisir secara potensial dapat merupakan
sumber kerusakan bagi ekosistem di wilayah tersebut.
Padahal dapat kita ketahui bahwa potensi laut Indonesia sangat lah banyak dengan berbagai
keanekaragaman hayati atau non hayati seperti:
Di dalam hal ini cara memanfaatkan dan mengelola sumber daya kelautan dan
perikanan masyrakat kurang memperhatikan aspek berkelanjutan sumber daya perikanan dan
kelautan dikarenakan masyarakat banyak yang menggunakan bom, potassium sianida dan
illegal fishing untuk memenuhi permintaan pasar. Pada akhirnya terjadilah kerusakan
lingkungan dan menurunnya sumber daya kelautan dan perikanan misalnya seperti rusaknya
terumbu karang dan terjadinya overfishing untuk berbagai jenis sumber daya kelautan dan
perikanan di dalam wilayah perairan Indonesia.
Dalam hal ini seiring kerusakan sumberdaya hayati atau non hayati yang berada di
wilayah pesisir dan laut perlu adanya penanggulangan secara cepat agar pembangunan
berkelanjutan wilayah pesisir dan laut di Indonsia tetap terjaga. Penanggulangan kerusakan
lingkungan peisisr dan laut harus dilakukan secara bertahap dan memperhatikan alam
sekitarnya agar tujuan dari upaya ini dapat tercapai dengan maksimal.
Bahwa dapat kita ketahui subjek dan objek penanggulangan ini terkait erat dengan
keberadaan masyarakat karena masyarakat dalam hal ini mempunyai ketergantungan cukup
tinggi terhadap ketersediaan sumber daya yang berada di sekitarnya. Penanggulangan
kerusakan lingkungan di wilayah pesisir dan laut berbasis masyarakat dapat mampu
menjawab berbagai persoalan masalah yang terjadi di suatu wilayah berdasarkan karakteristik
sumber daya alam dan sumber daya manusia di wilayah tersebut. Dan juga dari pihak
pemerintah sendiri membuat Undang-Undang mengenai pemanfaatan wilayah pesisir dan laut
UU No. 1 Tahun 2004 harus lebih diperketat regulasinya dan mengontrol setiap kegiatan
manusia lakukan setiap sebualan sekali. Dikarenakan hal ini pemerintah juga pun harus
terlibat dalam menjaga ekosistem laut di Indonesia, agar masyarakat mengetahui bahwa
pemanfaat sumber daya laut sangat di butuhkan dan harus dipertahankan agar pembangunan
berkelanjutan terus tetap terjaga.
Sebagaimana hal ini keterlibatan masyarakat lah yang sangat besar dengan
membangunan pola perencanaan pengelolaan meliputi pola pendekatan perencanaan dari
bawah yang disinkronkan dengan pola pendekatan perencanaan dari atas menjadi sinergi
diimplementasikan. Prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat harus dijadikan sebagai dasar
implementasi sebuah pengelolaan berbasis masyarakat. Dalam hal ini tujuan khusus
penganggulangan yang berbasis masyarakat dalam hal ini dilakukan untuk:
Semakin besar skala kegiatan pertambangan, makin besar pula areal dampak yang
ditimbulkan. Perubahan lingkungan akibat kegiatan pertambangan dapat bersifat permanen,
atau tidak dapat dikembalikan kepada keadaan semula (Dyahwanti, 2007).Secara umum
kerusakan lahan yang terjadi akibat aktivitas pertambangan antara lain:
Proses land clearing pada saat operasi pertambangan dimulai menghasilkan dampak
lingkungan yang sangat signifikan yaitu hilangnya vegetasi alami. Apalagi kegiatan
pertambangan yang dilakukan di dalam kawasan hutan lindung. Hilangnya vegetasi akan
berdampak pada perubahan iklim mikro, keanekaragaman hayati (biodiversity) dan habitat
satwa menjadi berkurang. Tanpa vegetasi lahan menjadi terbuka dan akan memperbesar erosi
dan sedimentasi pada saat musim hujan.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pencemaran lingkungan
1.1. Pengertian Pencemaran
Pencemaran, menurut SK Menteri Kependudukan Lingkungan Hidup No
02/MENKLH/1988, adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi,
dan/atau komponen lain ke dalam air/udara, dan/atau berubahnya tatanan (kom -
posisi) air/udara oleh kegiatan manusia dan proses alam, sehingga kualitas
air/udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukkannya.
Untuk mencegah terjadinya pencemaran terhadap lingkungan oleh berba-
gai aktivitas industri dan aktivitas manusia, maka diperlukan pengendalian ter -
hadap pencemaran lingkungan dengan menetapkan baku mutu lingkungan. Baku
mutu lingkungan adalah batas kadar yang diperkenankan bagi zat atau bahan
pencemar terdapat di lingkungan dengan tidak menimbulkan gangguan terhadap
makhluk hidup, tumbuhan atau benda lainnya.
Pada saat ini, pencemaran terhadap lingkungan berlangsung di mana-
mana dengan laju yang sangat cepat. Sekarang ini beban pencemaran dalam
lingkungan sudah semakin berat dengan masuknya limbah industri dari berbagai
bahan kimia termasuk logam berat.
Pencemaran lingkungan dapat dikategorikan menjadi:
Pencemaran air
Pencemaran udara
Pencemaran tanah
1.2 Pengertian Pencemaran Lingkungan
Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya
makluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lngkungan atau
berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam
sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menye-
babkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfingsi lagi sesuai
dengan peruntukannya (UU Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 Tahun
1982).
Pencemaran dapat timbul sebagai akibat kegiatan manusia ataupun dise-
babkan oleh alam (misal gunung meletus, gas beracun). Ilmu lingkungan bi -
asanya membahas pencemaran yang disebabkan oleh aktivitas manusia, yang da-
pat dicegah dan dikendalikan. Karena kegiatan manusia, pencermaran lingkun-
gan pasti terjadi. Pencemaran lingkungan tersebut tidak dapat dihindari. Yang
dapat dilakukan adalah mengurangi pencemaran, mengendalikan pencemaran, dan
meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap lingkungannya
agar tidak mencemari lingkngan.
Zat atau bahan yang dapat mengakibatkan pencemaran di sebut polutan.
Syaratsyarat suatu zat disebut polutan bila keberadaannya dapat menye-
babkan kerugian terhadap makluk hidup. Contohnya, karbon dioksida dengan
kadar 0,033% di udara berfaedah bagi tumbuhan, tetapi bila lebih tinggi dari
0,033% dapat memberikan efek merusak.
Suatu zat dapat disebut polutan apabila :
1. Jumlahnya melebihi jumlah normal.
2. Berada pada waktu yang tidak tepat.
3. Berada di tempat yang tidak tepat.
impan cadangan oksigen (O2) dalam lapisan troposfer sebelum berubahmenjadi ozon.
Sejumlah kecil ozon yang terbentuk dalam lapisan troposfer merupakan hasilbuangan
gas dari aktivitas manusia. Gas ozon dalam troposfer merusak tanaman, sistem salu-
ran pernapasan manusia dan hewan serta bahan-bahan yang terbuat dari karet. Se-
hingga dalam kehidupan makhluk hidup sangat bergantung terhadap “ozon yang baik”
yang berada di lapisan stratosfer dan sedikit “ozon yang buruk” dalam lapisan tropos-
fer. Sayang sekali aktivitas manusia dapat menurunkan kadar ozon dari stratosfer dan
menaikkan kadar ozon dalam troposfer
Gambar 1Komposisi lapisan atmosfer bumi
Pada waktu planet bumi terbentuk pertama kali, komposisi, temperatur, dan ke-
mampuan untuk membersihkan diri oleh atmosfer bumi berjalan dengan wajar. Tetapi
selama dua abad belakangan ini, terutama sejak sekitar lima puluh tahun yang silam
komposisi atmosfer menjadi berubah sangat nyata akibat aktivitas manusia. Aktivitas
tersebut berapa proses pembakaran minyak, kebakaran hutan, penggundulan hutan,
dan aktivitas industri serta pertanian.Bahan kimia di udara yang berpengaruh negatif
pada manusia, hewan, tanaman, barang dari logam, batuan dan material lain dapat
dikategorikan sebagai pencemar udara. Banyak bahan pencemar udara yaitu :
CO2
Pencemaran udara yang paling menonjol adalah semakin meningkatnya
kadar CO2 di udara. Karbon dioksida itu berasal dari pabrik, mesin-mesin yang
menggunakan bahan bakar fosil (batubara, minyak bumi), juga dari mobil, kapal,
pesawat terbang, dan pembakaran kayu. Meningkatnya kadar CO2 di udara tidak
segera diubah menjadi oksigen oleh tumbuhan karena banyak hutan diseluruh
dunia yang ditebang. Sebagaimana diuraikan diatas, hal demikian dapat mengaki-
batkan efek rumah kaca.
CO
Di lingkungan rumah dapat pula terjadi pencemaran. Misalnya, menghidup-
kan mesin mobil di dalam garasi tertutup. Jika proses pembakaran di mesin
tidak sempurna, maka proses pembakaran itu menghasilkan gas CO (karbon
monoksida) yang keluar memenuhi ruangan. Hal ini dapat membahayakan orang
yang ada di garasi tersebut. Selain itu, menghidupkan AC ketika tidur di dalam
mobil dalam keadaan tertutup juga berbahaya. Bocoran gas CO dari knalpot akan ma-
suk ke dalam mobil, sehingga dapat menyebabkan kamatian.
CFC
Pencemara dara yang berbahaya lainnya adalah gas khloro fluoro karbon
(disingkat CFC). Gas CFC digunakan sebagai gas pengembang, karena tidak be -
raksi, tidak berbau, tidak berasa, dantidak berbahaya. Gas ini dapat digunakan
misalnya untuk mengembangkan busa (busa kursi), untuk AC (freon), pendingin
pada almari es, dan penyemprot rambut (hair spray).Gas CFC yang membum-
bung tinggi dapat mencapai stratosfer terdapat lapisan gas ozon (O3). Lapisan
ozon ini merupakan pelindung bumi dari pengaruh cahaya ultraviolet. Kalau
tidakl ada lapisan ozon, radiasi cahaya ultraviolet mencapai permukaan bumi,
menyebabkan kematian organisme, tumbuhan menjadi kerdil, menimbulkan mutasi
genetik, menyebebkan kanker kulit atau kanker retina mata. Jika gas CFC mencapai
ozon, akan terjadi reaksi antara CFC dan ozon, sehingga lapisan ozon tersebut
“berlubang” yang disebut sebagai “lubang” ozon. Menurut pengamatan melalui pe-
sawat luar angkasa, lubang ozon di kutub Selatan semakin lebar. Saat ini luas-
nya telah melebihi tiga kali luas benua Eropa. Karena itu penggunaan AC harus
dibatasi.
2 SO, SO2
Gas belerang oksida (SO, SO2) di udara juga dihasilkan oleh pem-
bakaran fosil (minyak, batubara). Gas tersebut dapat beraksi dengan gas nitrogen
oksida dan air hujan, yang menyebabkan air hujan menjadi asam. Maka terjadilah
hujan asam.Hujan asam mengakibatkan tumbuhan dan hewan-hewan tanah mati. Pro-
duksi pertanian merosot. Besi dan logam mudah berkarat. Bangunan-bangunan
kuno, seperti candi, menjadi cepat aus dan rusak. Demikian pula bangunan gedung
dan jembatan.
Asap Rokok
Polutan udara yang lain yang berbahaya bagi kesehatan adalah asap rokok.
Asap rokok mengandung berbagai bahan pencemar yang dapat menyababkan batuk
kronis, kanker patu-paru, mempengaruhi janin dalam kandungan dan berbagai
gangguan kesehatan lainnya.Perokok dapat di bedakan menjadi dua yaitu perokok
aktif dan perokok pasif. Perokok aktif adalah mereka yang merokok. Perokok pasif
adalah orang yang tidak merokok tetapi menghirupasap rokok di suatu
ruangan.Menurut penelitian, perokok pasif memiliki risiko yang lebih besar di
bandingkan perokok aktif. Jadi, merokok di dalam ruangan bersama orang lain yang
tidak merokok dapat mengganggukesehatan orang lain.
Akibat yang ditimbulkan oleh pencemaran udara antara lain :
Terganggunya kesehatan manusia, seperti batuk dan penyakit pernapasan
(bronkhitis, emfisema), dan kemungkinan kanker paruparu.
Rusaknya bangunan karena pelapukan, korosi pada logam, dan memu-
darnya warna cat.
Terganggunya pertumbuhan tananam, seperti menguningnya daun atau
kerdilnya tanaman akibat konsentrasi SO2 yang tinggi atau gas yang
bersifat asam.
Adanya peristiwa efek rumah kaca (green house effect) yang dapat
menaikkan suhu udara secara global serta dapatmengubah pola iklim
bumi dan mencairkan es di kutub. Bila es meleleh maka permukaan laut
akan naik sehingga mempengaruhi keseimbangan ekologi.
Terjadinya hujan asam yang disebabkan oleh pencemaran oksida nitro-
gen.
2.1 Asap dan Hujan Asam
Campuran antara polutan primer dengan polutan sekunder dalam lapisan tro-
posfer bagianbawah akan mengakibatkan interaksi di antara kedua jenis polutan terse-
but. Interaksi kedua jenispolutan dipengaruhi oleh sinar matahari, sehingga asap terse-
but dinamakan asap fotokimia. Padaumumnya asap foto-kimia (photochemical smog)
selalu ditemukan di kota besar, tetapi jugabanyak ditemukan di kota yang beriklim
panas, banyak sinar matahari, dan kering. Kota yangbanyak mengandung asap fo-
tokimia, misalnya Los Angeles di Amerika Serikat, Sydney diAustralia, Mexico City
di Meksiko, 'Buenos Aires di Brazil, dan Jakarta, Bandung sertaSurabaya di Indone-
sia. Kadar asap fotokimia tersebut menjadi tinggi pada musim kemarau (didaerah
tropis) atau musim panas (di daerah subtropis).Sebagian besar gas polutan yang
menghasilkan gas fotokimia tersebut adalah reaksi dari ozon yang dapat mengaki-
batkan iritasi pada mata, mengganggu fungsi paru-paru, serta mematikan pohon dan
tanaman pangan. Gas yang berbahaya tersebut biasanya erat hubungannya dengan
konsentrasi ozon di lapisan bawah atmosfer. Komponen gas lain penyebab kerusakan
adalah aldehid, peroksasil nitrat, dan asam nitrat. Kandungan komponen gas sekunder
dalam asap fotokimia tersebut biasanya mencapai maksimal pada sore hari yang
panas, sehingga menjadi penyebab utama gangguan mata dan pernapasan. Orang yang
menderita biasanyaberpenyakit asma atau gangguan pernapasan lainnya. Orang yang
sehat akan menderitagangguan mata dan pernapasan bila berolah raga di ruangan ter-
buka sejak pukul 11.00 pagisampai 16.00 sore. Semakin panas udara, semakin tinggi
pula kadar ozon dan komponen gas yang tergolong dalam asap fotokimia ini.
Sekitar tahun 1960-an kota besar seperti London, Chicago, dan Pittsburg
membakar batubara dan minyak dalam jumlah besar untuk tenaga listrik yang diper-
gunakan dalamperindustrian, yang mengandung sulfur (S). Oleh karena itu, pada
musim dingin kota tersebutdipenuhi oleh asap industri yang banyak mengandung sul-
fur dioksida, embun asam sulfat dariSO2, dan partikel ter-suspensi. Dewasa ini pem-
bakaran batubara dan minyak tersebut hanyadilakukan dalam tempat yang besar dan
dengan pengontrolan yang baik serta dilengkapi dengansarana filter yang memadai se-
hingga asap industri tidak menjadi masalah lagi. Di negara lainyang mulai melak-
sanakan proses industrialisasi seperti negara Eropa Timur, Asia, dan negara yang
sedang berkembang, hal tersebut masih merupakan masalah.
2.2 Pengaruh Pencemaran udara terhadap Iklim danTopografi
Berat atau ringannya suatu pencemaran udara di suatu daerah sangat bergan-
tung pada iklim lokal, topografi, kepadatan penduduk, banyaknya industri yang
berlokasi di daerah tersebut, penggunaan bahan bakar dalam industri, suhu udara
panas di lokasi, dan kesibukan transportasi.
Dalam suatu daerah yangtinggi lokasinya dari permukaan laut (pegunungan),
curah hujan akan sangat membantu proses pembersihan udara. Di samping itu angin
yang kencang dapat pula menyapu polutan udara ke daerah lain yang lebih jauh. Tem-
pat yang tinggi seperti pegunungan, gedung bertingkat tinggi di perkotaan, dapat
menghambat tiupan angin dan mencegah terjadinya pengenceran kandungan udara
polutan, sehingga udara yang kotor masih dapat mencemari udara kota. Pada waktu
siang hari, sinar matahari menghangatkan udara di permukaan bumi. Udara panas
tersebut akan merambat ke atas sehingga udara yang mengandung polutan di per-
mukaan bumi akan terbawa ke atas, ke dalam troposfer. Udara bertekanan tinggi akan
bergerak ke udara yang bertekanan rendah sambil membawa udara polutan tersebut,
sehingga pencemaran udara dari lokasi tersebut akan berkurang. Kadang-kadang ter-
dapat perubahan cuaca, yaitu udara berawan menutupi matahari, tetapi tidak terjadi
hujan sehingga udara dekat permukaan bumi menjadi lebih dingin daripadaudara di
atasnya. Dalam kondisi tersebut, pada daerah yang dilingkungi bukit, udara polutan
tidak dapat bergerak ke atas sehingga terjadi pencemaran udara di lokasi tersebut.
Keadaan di mana udara di atas lebih hangat daripada udara di bawah disebut
temperatur inversi, atau termal inversi, yang terjadi pada suatu kota yang dilingkungi
oleh bukit atau gunung.
2.3 Hujan Asam
Bila pembangkit tenaga listrik beroperasi, maka dari pembakaran batubara dan
minyak akan keluar emisi dalam jumlah besar bahan seperti SO2, partikel, dan nitro-
gen oksida. Pabrikdan pembangkit tenaga listrik biasanya mengeluarkan SO, sampai
90-95% dan NO2 57%,sedangkan 60% dari emisi SO2 dibebaskan dari cerobong asap
yang tinggi dan dibuang ke udara,dan terbawa angin ke mana-mana.
Bahan kimia seperti SO2 dan NO akan bereaksi di udara membentuk polutan
sekunder seperti NO2, asam nitrat, butiran asam sulfat dan garam nitrat serta garam
sulfat. Bahan kimiatersebut kemudian jatuh ke bumi dalam bentuk hujan asam, embun
asam, dan partikel asam.Bahan kimia yang berbentuk gas akan diabsorpsi oleh daun
tanaman. Kombinasi depositkering,basah atau bentuk asam yang diserap tanaman
tersebut disebut deposit asam dan air yang jatuhdari udara disebut hujan asam. De-
posit asam juga dapat terbentuk dari emisi NO dan SO dariasap kendaraan di daerah
perkotaan. Karena titik air dan partikel lainnya didapat dari atmosferpada lokasi ter-
tentu, maka deposit asam ini menjadi permasalahan regional.
Presipitasi (hujan) secara alamiah mempunyai derajat ke-asaman yang bervari-
asi dan rata-rata pH sekitar 5,6. Deposit asam yang kurang dari 5,6 dapat menye-
babkan pengaruh negatifterhadap makhluk hidup, terutama pH di bawah 5,1 akan
menyebabkan berbagai kerusakansebagai berikut.
Merusak monumen,patung,bangunan,bahan logam dan mobil.
Membunuh ikan, tanaman air, dan mikroorganisme yang hidup dalam sungai
dan danau.
Mengurangi daya reproduksi beberapa jenis ikan,seperti ikan salmon pada pH
dibawah5,5.
Membunuh dan menghambat daya reproduksi beberapa jenis plankton dibawah
pHoptimum6.
Mengganggu sirkulasi nitrogen dalam danau pada pH5,4-5,7.
Membunuh pohon,terutama jenis pohon cemar karena mengakibatkan berku-
rangnya unsurhara tanah seperti Ca, Na,dan K.
Merusak akar pohon dan kematian beberapa jenis ikan karena terbebasnya ion
logam beracunseperti Al, Pb, Hg, dan Cd dari tanah dan sedimen.
Makin lemahnya daya tahan pohon sehingga peka terhadap serangan penyakit,
serangga,kekeringan, dan jamur.
Menghambat pertumbuhan tanaman pangan, sayuran seperti tomat, kedelai, ka-
cang, bayam, wortel, brokoli, dan tanaman kapas.
Meningkatkan populasi mikroorganisme seperti giardia, protozoa yang menye-
babkan penyakit diare yang menyerang
Terjadinya erosi logam beracun seperti tembaga dan timbal di kota dan peruma-
han melaluipipa air ke dalam air minum.
Menyebabkan penyakit pernapasan pada orang atau ibu hamil sehingga banyak
bayilahir prematur dan meninggal
2.4 Pengaruh Pencemaran Udara Terhadap Lapisan Ozon
Dengan berkurangnya lapisan ozon dalam stratosfer, maka radiasi sinar ultraviolet
lebih banyak sampai ke permukaan bumi. Badan proteksi lingkungan (EPA) memperkirakan
5% ozonyang berkurang akan dapat menyebabkan gangguan pada makhluk hidup sebagai
berikut.
Lebih banyak kanker sel basal dan sel squamous, tetapi akan segera sembuh bila cepat
diobati.
Lebih banyak kasus kanker kulit melanoma yang sering berakibat fataldan menye-
babkan
Karena penyebab utama rusaknya lapisan ozon adalah klorofluorokarbon (CFC), maka
perlu dilakukan pembatasan peng-gunaan CFC/freon dalam kehidupan sehari-hari, yaitu
sebagai berikut.
a. Penghentian penggunaan CFC dalam penyemprotan aerosol dan untuk pendingin
ruangan.
b. Penghentian produksi busa plastik yang menggunakan CFC dan perlu diganti
dengan bahanlain.
c. Bengkel mobil untuk pengisian freon harus dapat mendaur-ulangfreondarimo-
bilyangber-AC.
d. Mobil yang menggunakan Freon untuk AC yang mudah bocor harus diganti atau
dihentikan.
e. Langkah berikutnya ialah menghentikan semua penggunaan CFC, halon, metil
kloroform dankarbon tetraklorid.
2.6 Upaya Mencegah Terjadinya Pemanasan Global
Pada dasarnya ada dua pilihan dalam memperlambat terjadinya pemanasan global ini,
yaitu: a) pengurangan pembangunan rumah kaca, dan b) penggantian bahan bakar
minyakdengan bahan alternatif lainnya. Beberapa cara yang harus dilakukan untuk
menghambat pemanasan global ialah:
a. Penghentian emisi CFC dan halon;
b. Pengurangan penggunaan bahan baka rminyak sedikitnya 20% sampai tahun
2000dan50%sampai tahun2015, dengan jalan pemberian pajak yang tinggi terhadap
minyak bumi denganmengganti bahan alternatif pengganti lainnya serta penggunaan
bahan yang lebih efisien danirit;
c. Pengurangan penggunaan energy batubara,yang dapat menyumbangkan polusi CO2
sampai60% per unit produksi dengan cara mengganti penggunaan batubara dengan
gas alam dalampembangkit tenaga listrik;
d. Penggunaan filter atau scrubber untuk menyaring CO2 dari asap buangan pabrik
ataupunpembangkit tenaga listrik yang menggunakan bahan bakar batubara
e. produksi mobil yang irit bahan bakar ditingkatkan sehingga emisi CO2 yang ter-
buang jugasedikit;
f. Peningkatan penggunaan energy matahari,angin,dan panas bumi;
g. Peningkatan penggunaan gas alam sebagai pengganti minyak bumi untuk energy
dalammasatransisi;
h. Penebangan hutan harus dikurangi dan penanaman pohon sebagai pengganti(re-
boisasi)ditingkatkan;
i. Penurunan jumlah kelahiran dalam keluarga berencana.
3. PENCEMARAN AIR
3.1 Pengertian pencemaran air
Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air
seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia. Danau, sungai, lautan dan
air tanah adalah bagian penting dalam siklus kehidupan manusia dan merupakan salah satu
bagian dari siklus hidrologi. Selain mengalirkan air juga mengalirkan sedimen dan polutan.
Berbagai macam fungsinya sangat membantu kehidupan manusia. Pemanfaatan terbesar
danau, sungai, lautan dan air tanah adalah untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum,
sebagai saluran pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya berpotensi sebagai
objek wisata. Air biasanya disebut tercemar ketika terganggu oleh kontaminan antropogenik
dan ketika tidak bisa mendukung kehidupan manusia, seperti air minum, dan mengalami
pergeseran ditandai dalam kemampuannya untuk mendukung komunitas penyusun biotik,
seperti ikan. Fenomena alam seperti gunung berapi, algae blooms, badai, dan gempa bumi
juga menyebabkan perubahan besar dalam kualitas air dan status ekologi air.
3.2 Penyebab
Pencemaran air terjadi pada sumber-sumber air seperti danau, sungai, laut dan air
tanah yang disebabkan olek aktivitas manusia. Air dikatakan tercemar jika tidak dapat
digunakan sesuai dengan fungsinya. Walaupun fenomena alam, seperti gunungmeletus,
pertumbuhan ganggang, gulma yang sangat cepat, badai dan gempa bumi merupakan
penyebab utama perubahan kualitas air, namun fenomena tersebut tidak dapat disalahkan
sebagai penyebab pencemaran air. Pencemaran ini dapat disebabkan oleh limbah industri,
perumahan, pertanian, rumah tangga, industri, dan penangkapan ikan dengan menggunakan
racun. Polutan industri antara lain polutan organik (limbah cair), polutan anorganik (padatan,
logam berat), sisa bahan bakar, tumpaham minyak tanah dan oli merupakan sumber utama
pencemaran air, terutama air tanah. Disamping itu penggundulan hutan, baik untuk
pembukaan lahan pertanian, perumahan dan konstruksi bangunan lainnya mengakibatkan
pencemaran air tanah. Limbah rumah tangga seperti sampah organik (sisa-sisa makanan),
sampah anorganik (plastik, gelas, kaleng) serta bahan kimia (detergen, batu batere) juga
berperan besar dalam pencemaran air, baik air di permukaan maupun air tanah. Polutan dalam
air mencakup unsur-unsur kimia, pathogen/bakteri dan perubahan sifat Fisika dan kimia dari
air. Banyak unsur-unsur kimia merupakan racun yang mencemari air. Patogen/bakteri
mengakibatkan pencemaran air sehingga menimbulkan penyakit pada manusia dan binatang.
Adapuan sifat fisika dan kimia air meliputi derajat keasaman, konduktivitas listrik, suhu dan
pertilisasi permukaan air. Di negara-negara berkembang, seperti Indonesia, pencemaran air
(air permukaan dan air tanah) merupakan penyebab utama gangguan kesehatan
manusia/penyakit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di seluruh dunia, lebih dari 14.000
orang meninggal dunia setiap hari akibat penyakit yang ditimbulkan oleh pencemaran air.
Secara umum, sumber-sumber pencemaran air adalah sebagai berikut :
1. Limbah industri (bahan kimia baik cair ataupun padatan, sisa-sisa bahan bakar, tumpahan
minyak dan oli, kebocoran pipa-pipa minyak tanah yang ditimbun dalam tanah)
2. Pengungangan lahan hijau/hutan akibat perumahan, bangunan
3. Limbah pertanian (pembakaran lahan, pestisida)
4. Limbah pengolahan kayu
5. Penggunakan bom oleh nelayan dalam mencari ikan di laut
6. Rumah tangga (limbah cair, seperti sisa mandi, MCK, sampah padatan seperti
plastik, gelas, kaleng, batu batere, sampah cair seperti detergen dan sampah
organik, seperti sisa-sisa makanan dan sayuran).
3.3 Dampak
Terganggunya kehidupan organisme air , Pendangkalan dasar air , Air jadi tidak sehat
untuk dikonsumsi Kematian biota kuno seperti plankton dan ikan , Kualitas air menjadi
menurun Dengan dampak yang ada akibat pencemaran air,kita harus menjaga kualitas air
itu,agaar tidak tercemar,untuk tidak terjadi pencemaran air dalam aktivitas kita dalam
memenuhi kebutuhan hidup,hendaknya tidak menambah terjadinya bahan pencemar antara
lain tidak mebuang sampah sembarangan di sungai ataupun dikali,tidak menggunakan pupuk
atau petisida secara berlebihan,dan hendaknya melukan pengelolaan limbah industri sebelum
dibuang ke aliran air.
3.4 Penanggulangan
Untuk mencegah agar tidak terjadi pencemaran air, dalam aktivitas kita dalam
memenuhi kebutuhan hidup hendaknya tidak menambah terjadinya bahan pencemar antara
lain tidak membuang sampah rumah tangga, sampah rumah sakit, sampah/limbah industri
secara sembarangan, tidak membuang ke dalam air sungai, danau ataupun ke dalam selokan.
Tidak menggunakan pupuk dan pestisida secara berlebihan, karena sisa pupuk dan pestisida
akan mencemari air di lingkungan tanah pertanian. Tidak menggunakan deterjen fosfat,
karena senyawa fosfat merupakan makanan bagi tanaman air seperti enceng gondok yang
dapat menyebabkan terjadinya pencemaran air.
3.5 Pengolahan limbah Limbah
4. PENCEMARAN TANAH
1.1 Pengertian pencemaran tanah
Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia masuk dan
merubahlingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi karena: kebocoran limbah
cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial, penggunaan pestisida, masuknya air
permukaantanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan, zat kimia, atau limbah. air
limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung dibuang ke
tanah secara tidak memenuhi syarat.Jika suatu zat berbahaya telah mencemari permukaan
tanah, maka ia dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran
yang masuk ke dalam tanah kemudianterendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat
beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau
dapat mencemari air tanah dan udara diatasnya.
1.2 Penyebab
Penyebab pencemaran tanah adalah akibat sampah yang tidak dapat membusuk,
seperti plastic,kaca, kaleng, serta pemakaian zat kimia yang berlebihan. Semua itu akan
mencemarkan tanahyang mengakibatkan hal-hal sebagai berikut :
1. kesuburan tanah berkurang dan bias menjadi tandus
2. tanaman sulit tumbuh
3. Binatang yang hidup dalam tanah mati
4. Mineral dalam tanah rusak
1.3 Dampak pencemaran tanah
Dampak dari adanya pencemaran tanah terutama sangat dirasakan pada kesehatan. Dan
dampak ini akan tergantung pada seberapa kuat bahan kimia yang ada di dalam tanah sebagai
penyebab pencemaran tanah. Contoh bahan kimia yang mampu menganggu kesehatan antara
lain adalah berikut ini:
timbale sangat tidak baik dan sangat berbahaya bagi kesehatan otak bagi manusia dan juga
masalah pada ginjal.
Selain timbale ada juga bahan kuri yang juga sangat tidak baik bagi ksehetan tubuh serta
bahan lainnya yang bahkan tidak bisa diobati. Jadi pencemaran dalam tanah ini sangatlah
berbahaya.
Kromium, merupakan salah satu zat kimia yang sangat berbahaya bagi semua populasi
makhluk hidup bukan hanya berbahaya bagi manusia saja.
Siklodenia dan PCB, mampu memicu terjadinya kerusakan pada organ hati
Organofostfat, zat ini mampu menyebabkan kerusakan pada saraf otot
Klroin, mampu menyebabkan gangguan pada hati, ginjal serta saraf pusat di dalam otak
Itulah beberapa bahan kimia yang mampu merusak berbagai fungsi organ di dalam
tubuh baik bagian luar maupun dalam tubuh. namun gangguan ini akan tergantung pada
seberapa besar jumlah paparan zat kimia dan seberapa lama paparan tersebut terjadi di dalam
tubuh. semakin lama dan semakin besar jumlah paparannya maka resiko untuk mendapatkan
berbagai gangguan penyakit akan semakin banyak dan sebaliknya.
Bahkan jika di dalam rantai makanan pada golongan piramida bawah sudah mengalami
pencemaran di dalam tubuhnya maka akan bisa menular pada golongan rantai makanan yang
berada di atas sehingga keseluruhan rantai makanan dapat rusak. Pada kasus ini sebagai
contoh adalah cangkang telur yang mudah retak serta terjadinya kematian masal pada anakan
sehingga tidak muncul bibit pengganti lagi.
Pasal 1 butir (1) Peraturan Pemerintah Nomor 150 Tahun 2000 tentang Pengendalian
Kerusakan Tanah Untuk Produksi Biomassa, menyatakan “Tanah adalah salah satu
komponen lahan, berupa lapisan teratas kerak bumi yang terdiri dari bahan mineral dan bahan
organik serta mempunyai sifat fisik, kimia, biologi, dan mempunyai kemampuan menunjang
kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya”.
Pasal 1 butir (4) Peraturan Pemerintah Nomor 150 Tahun 2000 tentang Pengendalian
Pencemaran Tanah ini dirancang dan digunakan untuk mengurangi kerusakan tanah akibat
produksi biomassa. “Biomassa adalah tumbuhan atau bagian-bagiannya, yaitu bunga, biji,
buah, daun, ranting, batang dan akar termasuk 52 tanaman yang dihasilkan oleh kegiatan
petanian, perkebunan dan hutan tanaman.”
Pencemaran mengakibatkan penurunan mutu serta fungsi tanah yang pada akhirnya
mengancam kehidupan manusia. Tanah merupakan tempat hidup berbagai jenis tumbuhan
dan makhluk hidup lainnya termasuk manusia, kualitas tanah dapat berkurang karena proses
erosi oleh air yang mengalir sehingga kesuburannya akan berkurang, selain itu menurunnya
kualitas tanah juga dapat disebabkan oleh limbah padat yang mencemari tanah. Limbah padat
dapat berasal dari sampah rumah tangga (domestik), industri, dan alam (tumbuhan).
5. PENCEMARAN SAMPAH
Sampah sampai saat ini selalu menjadi masalah. Sampah dianggap sebagai sesuatu
yang kotor dan harus dibuang. Bila dibuang sembarangan akan menjadi sumber pencemaran
lingkungan dan sumber penyakit bagi manusia, bahkan bila dibuang pada tempatnya pun
bukan berarti masalah terselesaikan, karena timbul permasalahan baru berupa tempat
pembuangan akhir. Oleh karena itu, persepsi tentang sampah harus berubah; dari yang harus
dibuang menjadi sesuatu yang dapat dimanfaatkan. Sampah an-organik telah dimanfaatkan
dan didaur ulang; tetapi sampah organik masih tetap tersingkirkan. Padahal sampah organik
juga dapat dimanfaatkan kembali seperti sebagai bahan baku kompos, bokashi dan batako.
Bila ini dilakukan, maka masalah sampah bukan hanya dapat teratasi, tetapi juga dapat
menjadi alternatif peningkatan perekonomian masyarakat.
Lingkungan yang sehat, bersih dan indah merupakan dambaan setiap orang, tetapi
untuk mewujudkannya diperlukan pemahaman dan komitmen dalam bertindak. Keinginan
untuk mencapainya sangat sering dikumandangkan; baik oleh kelompok masyarakat maupun
oleh lembaga pemerintah; tetapi seringkali hanya sebatas slogan belaka tanpa diiringi oleh
upaya serius. Berbagai langkah telah diupayakan oleh pemerintah, tetapi tanpa dukungan
secara sadar oleh anggota masyarakat, lingkungan yang sehat tidak akan pernah dapat
terwujud; karena upaya ini harus dilakukan secara bersama-sama. Kesan bahwa masyarakat
tidak perduli terhadap lingkungan, tercermin dari keadaan lingkungan yang dari waktu ke
waktu memperlihatkan penurunan kualitas. Kondisi seperti ini terjadi karena lingkungan
dicemari oleh berbagai bahan buangan (sampah/limbah), baik limbah rumah tangga maupun
limbah industri. Pencegahan dan pengelolaan limbah, terutama limbah industri, sebenarnya
telah diatur oleh pemerintah (Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah) dengan
mengeluarkan berbagai Surat Keputusan sebagai acuan/patokan yang harus dilaksanakan oleh
para pelaku yang berpotensi untuk mencemari lingkungan. Pencegahan pencemaran oleh
limbah rumah tangga (sampah), walaupun sudah dilakukan tetapi masih tetap belum dapat
diselesaikan dan masih selalu menjadi permasalahan, terutama di daerah pemukiman.
Pembuangan sampah (limbah) yang dilakukan secara sembarangan akan mencemari
lingkungan; bahkan bila dibuang di tempat yang telah disediakan (tempat sampah) juga masih
tetap merupakan masalah, baik dari segi lingkungan anthropogenik maupun dari segi sosial.
Sampah selalu dianggap sebagai masalah yang sangat mengganggu; dengan dampak yang
beranekaragam, baik terhadap kesehatan maupun estetika dan keindahan kota (pemukiman).
Peningkatan trend pencemaran berdasarkan waktu, dipicu oleh berbagai hal, seperti
pertambahan populasi manusia sehingga jumlah sampah yang dibuang juga bertambah,
kurang memadainya tempat dan lokasi pembuangan sampah, masih kurangnya kesadaran dan
kemauan masyarakat dalam mengelola dan membuang sampah, dan kurangnya pemahaman
masyarakat tentang manfaat sampah serta keengganan masyarakat memanfaatkan sampah
karena sampah dianggap sebagai sesuatu yang kotor dan harus dibuang, atau karena gengsi.
Berbagai penyebab tersebut telah menjadikan menurunnya kualitas lingkungan yang
berdampak negatif bagi masyarakat; sehingga sangat perlu untuk dikelola. Penanganan dan
pengelolaan sampah di Jakarta, merupakan permasalahan yang terus meningkat seiring
perjalanan waktu; yang terutama disebabkan oleh terus meningkatnya populasi manusia
dengan kebutuhan yang juga semakin meningkat. Meningkatnya populasi dan kebutuhan
manusia, secara langsung maupun tak langsung tentunya juga akan menyebabkan semakin
meningkatkan limbah (sampah), sehingga menjadi beban bagi lingkungan. Sehingga,
walaupun lingkungan mempunyai kemampuan untuk memperbaiki diri (mekanisme
homeostatis ekosistem); tetapi dengan terus meningkatnya bahan pencemar (juga bahan
pencemar yang berasal dari aktivitas manusia) telah melampaui batas kapasitas yang
mengakibatkan terjadinya ketidak seimbangan alam.
Salah satu faktor yang menyebabkan rusaknya lingkungan hidup yang sampai saat ini
masih tetap menjadi masalah besar bagi bangsa Indonesia adalah pembuangan sampah.
Sampah-sampah itu diangkut oleh truk-truk khusus dan dibuang atau ditumpuk begitu saja di
tempat yang sudah disediakan tanpa di apa-apakan lagi. Hal tersebut tentunya sangat
berpengaruh terhadap lingkungan sekitar dimana lingkungan menjadi kotor dan sampah yang
membusuk akan menjadi bibit penyakit di kemudian hari. Walaupun terbukti sampah itu
dapat merugikan bila tidak dikelola dengan baik, tetapi ada sisi manfaatnya. Hal ini karena
selain dapat mendatangkan bencana bagi masyarakat, sampah juga dapat diubah menjadi
barang yang bermanfaat. Kemanfaatan sampah ini tidak terlepas dari penggunaan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam menanganinya dan juga kesadaran dari masyarakat untuk
mengelolanya.
Pengertian sampah secara umum adalah material sisa yang dibuang sebagai hasil
dari proses produksi, baik itu industri maupun rumah tangga. Definisi lain dari sampah adalah
sesuatu yang tidak diinginkan oleh manusia setelah proses/penggunaannya berakhir.
Adapun material sisa yang dimaksud adalah sesuatu yang berasal dari manusia, hewan,
ataupun dari tumbuhan yang sudah tidak terpakai. Wujud dari sampah tersebut bisa dalam
bentuk padat, cair, ataupun gas.
Untuk lebih memahami apa arti sampah, maka kita bisa merujuk kepada pendapat
beberapa ahli tentang definisi sampah. Di bawah ini adalah pengertian sampah menurut para
ahli:
1. Juli Soemirat
Pengertian sampah menurut Juli Soemirat adalah barang padat yang dihasilkan dari kegiatan
manusia yang tidak lagi dikehendaki.
2. Azwar
Pengertian sampah menurut Azwar adalah sebagian dari sesuatu yang tidak
digunakan, tidak disenangi, atau sesuatu yang harus dibuang yang umumnya berasal dari
kegiatan yang dilakukan manusia (termasuk kegiatan industri) tetapi bukan biologis karena
kotoran manusia (human waste) tidak termasuk kedalamnya.
3. Bahar
Definisi sampah menurut Bahar adalah suatu barang yang harus bersifat padat yang
tidak lagi dipergunakan dan dibuang, sehingga barang tersebut tidak bisa diuraikan dengan
sempurna oleh alam yang akhirnya mengakibatkan kerusakan.
4. Basriyanta
Menurut Basriyanta, sampah adalah suatu material yang tidak lagi dipakai sehingga
dibuang oleh pemiliknya, akan tetapi sampah masih dapat digunakan jika didaur ulang
menjadi sesuatu yang baru.
5. Tanjung
Menurut Tanjung, definisi sampah adalah barang yang tidak berguna lagi sehingga dibuang
oleh pemiliknya.
6. Wijaya Jati
Menurut Wijaya Jati, pengertian sampah secara sederhana adalah konsekuensi sisa
dari selurih kegiatan (aktivitas) manusia.
Pengertian sampah menurut WHO adalah barang yang berasal dari kegiatan manusia
yang tidak lagi digunakan, baik tidak dipakai, tidak disenangi, ataupun yang dibuang.
Definisi sampah menurut KBBI adalah barang yang dibuang oleh pemiliknya karena
tidak terpakai lagi atau tidak dinginkan lagi, misalnya kotoran, kaleng minuman, daun-
daunan, kertas, dan lain-lain.
Sampah Padat; Sampah pada merupakan material yang dibuang oleh manusia
(kecuali kotoran manusia). Jenis sampah ini diantaranya plastik bekas, pecahan
gelas, kaleng bekas, sampah dapur, dan lain-lain.
Sampah Cair; Sampah cair merupakan bahan cair yang tidak dibutuhkan dan
dibuang ke tempah sampah. Misalnya, sampah cair dari toilet, sampai cair dari da-
pur dan tempat cucian.
Penanganan sampah yang tidak baik akan memberikan dampak buruk bagi kesehatan
masyarakat di sekitarnya. Sampah tersebut akan berpotensi menimbulkan bahaya bagi
kesehatan, seperti:
Selain berdampak buruk terhadap kesehatan manusia, penanganan sampah yang tidak
baik juga mengakibatkan dampak buruk bagi lingkungan.
Seringkali sampah yang menumpuk di saluran air mengakibatkan aliran air menjadi
tidak lancar dan berpotensi mengakibatkan banjir. Selain itu, sampah cair yang berada di
sekitar saluran air akan menimbulkan bau tak sedap.
Penanganan sampah yang tidak baik juga berdampak pada keadaan sosial dan
ekonomi. Beberapa diantaranya adalah:
Ini adalah metode penanganan sampah dengan cara menggunakan kembali sampah
tersebut secara langsung, baik untuk fungsi yang sama atau fungsi lain.
2. Reduce (Mengurangi)
Ini adalah metode pengelolaan sampah dengan cara mengurangi segalah hal yang
dapat menyebabkan timbulnya sampah.
Ini merupakan metode pengelolaan sampah dengan cara mendaur ulang sampah
menjadi sesuatu yang baru dan dapat digunakan
6. PENCEMARAH Limbah B3
Untuk mencapai sasaran dalam pengelolaan limbah perlu di buat dan diterapkan suatu
sistem pengelolaan yang baik, terutama pada sektor-sektor kegiatan yang sangat berpotensi
menghasilkan limbah B3. Salah satu sektor kegiatan yang sangat berpotensi menghasilkan
limbah B3 adalah sektor industri. Sampai saat ini sektor industri merupakan salah satu
penyumbang bahan pencemar yang terbesar di kota-kota besar di Indonesia yang mengan-
dalkan kegiatan perekonomiannya dari industri. Untuk menghindari terjadinya pencemaran
yang ditimbulkan dari sektor industri, maka diperlukan suatu sistem yang baik untuk
melakukan pengawasan dan pengelolaan limbah industri, terutama limbah B3-nya.
Sesuai dengan UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan Keputusan
Kepala BAPEDAL Nomor KEP-02/BAPEDAL/01/1998 tentang Tata Laksana Pengawasan
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun di Daerah, maka pengawasan dalam
pelaksanaan pengelolaan limbah B3 dapat dikelompokkan kedalam tiga kewenangan, yaitu
kewenangan Pemerintah Daerah Tingkat II, kewenangan Pemerintah Daerah Tingkaat I dan
kewenangan Bapedal.
B. Pengertian lingkungan
Masuknya limbah ke dalam air yang mengakibatkan fungsi air turun sehingga tidak
mampu lagi mendukung aktifitas manusia dan menyebabkan timbulnya masalah penyediaan
air bersih. Bagian terbesar yang menyebabkan pencemaran air adalah limbah cair dari
industri,di samping limbah padat berupa sampah domestik.
4. Pengendalian Vektor
Vektor adalah Arthropoda yang dapat memindahkan atau menularkan suatu
“infectious agent” dari sumber infeksi kepada induk semang yang rentang (susceptible host).
Pengendalian vektor adalah semua usaha yang dilakukan untuk mengurangi atau
menurunkan populasi vektor dengan maksud mencegah atau pemberantas penyakit yang
ditularkan vektor atau gangguan yang diakibatkan oleh vektor. Tujuan pengendalian vector
adalah untuk menurunkan kepadatan populasi vektor pada tingkat yang tidak membahayakan
bagi kesehatan masyarakat.
A. Modifikasi lingkungan adalah suatu bentuk pengelolaan lingkungan terdiri dari sesu-
atu transformasi fisik yang farmanen atau berjangka panjang terhadap tanah, air dan
tumbuh-tumbuhan, dengan tujuan untuk mencegah, menghilangkan atau menurunkan
habitat larva tampa menyebabkan pengaruh merugikan yang tidak perlu terhadap
kualitas lingkugan manusia. Misalnya drainage perpipaaan untuk mengurangi se-
banyak mungkin stadium air dari perkembangan vektor.
B. Manipulasi lingkungan adalah suatu bentuk pengolaan lingkungan yamng terdiri atas
kegiatan berulang yang terencana yang bertujuan untuk menghasilkan kondisi semen-
tara yang tidak cocok untuk berkembang biakan vektor pada habitatnya. Misalnya pe-
rubahan kadar garam dari air, penyentoran saluran air secara periodik, menghilangkan
vegetasi dll.
Pengendalian Cara Kimia
Syarat-syarat insektisida yang baik adalah :
1. Sangat toksik terhadap vektor sasaran
2. Kurang berbahaya untuk manusia, binatang dan tanaman yang berguna
3. Menarik bagi vector
4. Tidak mahal, mudah diproduksi, dan mudah disediakan
5. Secara kimia stabil pada aplikasi residu
6. Tidak stabil pada aplikasi udara agar tidak mencemari lingkungan, tetapi membunuh
vektor dengan cepat lalu mengalami dekomposisi menjadi senyawa yang kurang
berbahaya
7. Tidak mudah terbakar
8. Tidak korosit
9. Tidak meninggalkan warma
10. Mudah disiapkan menjadi formulasi yang diinginkan
8. Pengendalian Radiasi
Dalam ilmu fisika, radiasi dideskripsikan sebagai proses dimana energi bergerak
melalui media atau melalui ruang, dan akhirnya diserap oleh benda lain. Orang awam sering
menghubungkan kata radiasi ionisasi (misalnya, sebagaimana terjadi pada senjata nuklir,
reaktor nuklir, dan zat radioaktif), tetapi juga dapat merujuk kepada radiasi elektromagnetik
(yaitu, gelombang radio, cahaya inframerah, cahaya tampak, sinar ultra violet, dan X-ray),
radiasi akustik, atau untuk proses lain yang lebih jelas. Apa yang membuat radiasi adalah
bahwa energi memancarkan (yaitu, bergerak ke luar dalam garis lurus ke segala arah) dari
suatu sumber. geometri ini secara alami mengarah pada sistem pengukuran dan unit fisik
yang sama berlaku untuk semua jenis radiasi. Beberapa radiasi dapat berbahaya.
Medan elektromagnetik adalah medan listrik dan medan magnet yang dihasilkan oleh
alam maupun peralatan elektronik yang bermuatan listrik. Manusia sebagai satu sistem
biologi di antara system biologi lainnya, selalu terpajan oleh medan elektromagnetik. Radiasi
elektromagnetik mempunyai spektrum sangat luas, namun yang terpenting berasal dan listrik,
yaitu frekuensi 60 Hz . Berbagai penelitian epidemiologi telah dilakukan untuk mengetahui
efek medan elektromagnetik terhadap kesehatan. Medan elektromagnetik berpotensi
menimbulkan berbagai gangguan, antara lain terhadap sistem darah, sistem kardiovaskular,
sistem saraf maupun sistem reproduksi serta bersifat karsinogenik. Tetapi hasil penelitian
tersebut masih kontroversial, karena pemilihan populasi dan metodologi penelitian yang tidak
konsisten. Upaya pengendalian radiasi medan elektromagnetik dapat dilakukan dengan cara
pengendalian kuat medan listrik dan kuat medan magnet maupun pengaturan jarak dan lama
pemaparan dan peralatan yang bermuatan listrik.
9. Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja adalah hal yang sangat penting didalam dunia kerja khusus nya dunia
industri yang bergerak dibidang produksi, kesehatan kerja hendaknya dapat dipahami betapa
penting nya kesehatan kerja tersebut di dalam bekerja kesehariannya. Hal ini memiliki
kepentingan yang besar, baik untuk kepentingan diri sendiri maupun dikarenakan aturan
perusahaan yang meminta untuk menjaga hal-hal tersebut dalam rangka meningkatkan
kinerja dan mencegah potensi kerugian bagi perusahaan. Namun, seberapa penting kah
perusahaan wajib menjalankan prinsip kesehatan kerja dilingkungan perusahaannya? Patut
diketahui pula bahwa ide tentang kesehatan telah ada sejak dua puluh tahun yang lalu, namun
hingga saat ini, masih ada pekerja dan perusahaan yang belum memahami korelasi antara
kesehatan dengan peningkatan kinerja perusahaan, bahkan tidak mengetahui eksistensi aturan
tersebut. Sehingga para pengusaha tidak mementingkan kesehatan para pekerja an
menjadikan hal tersebut menjadi hal yang mahal dan dapat mengganggu proses para pekerja.
Untuk menjalani semua itu maka pemerintah telah menerbitkan undang-undang no 1
tahun 1970 tentang keselamatan kerja, yaitu :
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
2. Mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran.
3. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.
4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-
kejadian lain yang berbahaya.
5. Memberikan pertolongan pada kecelakaan.
6. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.
7. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluaskan suhu, kelembaban, debu,
kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran.
8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik maupun psikis,
peracunan, infeksi dan penularan.
9. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
10. Menyelenggarakan suhu dan kelembaban udara yang baik.
11. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
12. Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban.
13. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses
kerjanya.
14. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau barang.
15. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
16. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan
barang.
17. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
18. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang berbahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
Dari undang-undang yang dibuat tersebut, maka para pekerja dapat bekerja dengan
tenang dan dapat menaikkan pendapatan perusahaan tempatnya bekerja tanpa harus
memikirkan bagaimana membayar biaya pengobatan apabila pekerja tersebut sakit karena
kesehatan mereka sudah dijamin oleh undang-undang.
Rumah sehat
Berdasarkan pada pengertian sebelumnya maka rumah sehat :
Sebagai tempat untuk berlindung atau bernaung dan tempat untuk beristirahat sehingga
menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik fisik, sosial maupun mental.
Pemukiman
Menurut WHO
Suatu struktur fisik dimana orang menggunakannya unt t4 berlindung, dimana lingk dari
struktur tersebut termaksud juga semua fasilitas dan pelayanan yg diperluhkan, perlengkapan
yg berguna untuk kes jasmani dan rohani dan keadaan sosialnya yang baik untuk kel dan
individu
Aspek-aspek Lingkungan Pemukiman yangg perlu mendapat perhatian :
1. Fasilitas Lingkungan :
Fasilitas pendidikan, Fasilitas kesehatan, Perbelanjaan, Rekreasi dan kebudayaan,
Olah raga, Lap terbuka.
2. Prasarana lingkungan :
Jalan, Saluran air minum,Saluran air hujan, Pembuangan sampah, Jaringan listrik,
Masalah Pemukiman di Indonesia.
Land Use : cerminan hubungan dan keterkaitan antara sirkulasi dan kepadatan aktivitas pada
suatu kawasan
Building Form and Massing : bentuk dan massa bangunan dapat menunjukan ciri kawasan
yang mencakup ketinggian, rasio luas lantai, coverage, skala, dan lain-lain
Activity support : Pendukung kegiatan terdiri dari semua kegiatan yang memperkuat
penggunaan ruang publik
Open space : Lahan kosong di kota untuk dijadikan taman sehingga harus dilakukan
secara integral dengan perencanaan bangunan dan saling menunjang
Pedestrian ways : Jalur pejalan kaki, untuk mendukung aktivitas kawasan, juga untuk estetika
terutama pada pusat kota
Circulation and parking : Sistem pergerakan dan elemen utama yang dapat memberi bentuk
lingkungan kota
Signage : Menunjukan arah dan fungsi bangunan serta kawasan tertentu, penandaan tidak
hanya dilakukan dengan pemberian papan nama tetapi dpaat dilakukan dengan berntuk atau
ciri visual lainnya
Preservation : upaya pelestarian harus mampu melindungi kelestarian lingkungan yang telah
ada dan ruang-ruang kawasan yang sudah terbentuk seperti kawasan bersejarah.
b. Menurut Pasal 22 ayat (3) UU No 23 tahun 1992 ruang lingkup kesling ada 8 :
1) Penyehatan Air dan Udara
2) Pengamanan Limbah padat/sampah
3) Pengamanan Limbah cair
4) Pengamanan limbah gas
5) Pengamanan radiasi
6) Pengamanan kebisingan
7) Pengamanan vektor penyakit
8) Penyehatan dan pengamanan lainnya : Misal Pasca bencana.
Kontribusi lingkungan dalam mewujudkan derajat kesehatan merupakan hal yang
essensial di samping masalah perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan dan faktor
keturunan. Lingkungan memberikan kontribusi terbesar terhadap timbulnya masalah
kesehatan masyarakat.
Tujuan dan ruang lingkup kesehatan lingkungan hidup dapat dibagi menjadi 2,secara umum
dan secara khusus.
Tujuan dan ruang lingkup kesehatan lingkungan hidup secara umum, antara lain :
a. Melakukan koreksi atau perbaikan terhadap segala bahaya dan ancaman pada kese-
hatan dan kesejahteraan hidup manusia.
b. Melakukan usaha pencegahan dengan cara mengatur sumber-sumber lingkungan
dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan hidup manusia.
c. Melakukan kerja sama dan menerapkan program terpadu di antara masyarakat dan in-
stitusi pemerintah serta lembaga non pemerintah dalam menghadapi bencana alam
atau wabah penyakit menular.
Tujuan dan ruang lingkup kesehatan lingkungan hidup secara khusus, antara lain:
a. Menyediakan air bersih yang cukup dan memenuhi persyaratan kesehatan.
b. Makanan dan minuman yang di produksi dalam skala besar dan di konsumsi secara
luas oleh masyarakat.
c. Pencemaran udara akibat sisa pembakaran BBM, batu bara, kebakaran hutan, dan gas
beracun yang berbahaya bagi kesehatan dan makhluk hidup lain dan menjadi penye-
bab terjadinya perubahan ekosistem.
d. Limbah cair dan padat yang berasal dari rumah tangga, pertanian, peternakan, indus-
tri, rumah sakit, dan lain-lain.
e. Perumahan dan bangunan yang layak huni dan memenuhi syarat kesehatan.
f. Kebisingan, radiasi, dan kesehatan kerja.
g. Survei sanitasi untuk perencanaan, pemantauan, dan evaluasi program kesehatan
lingkungan.
2. Urbanisasi penduduk
Di Indonesia, terjadi perpindahan penduduk dalam jumlah besar dari desa ke kota.
Lahan pertanian yang semakin berkurang terutama di pulau Jawa dan terbatasnya lapangan
pekerjaan mengakibatkan penduduk desa berbondong-bondong datang ke kota besar mencari
pekerjaan sebagai pekerja kasar seperti pembantu rumah tangga, kuli bangunan dan
pelabuhan, pemulung bahkan menjadi pengemis dan pengamen jalanan yang secara tidak
langsung membawa dampak sosial dan dampak kesehatan lingkungan, seperti munculnya
permukiman kumuh dimana-mana.
Secara umum rumah atau pemukiman dapat dikatakan sehat apabila memenuhi
kriteria sebagai berikut :
a. Memenuhi kebutuhan fisiologis, yaitu : pencahayaan, penghawaan dan ruang gerak
yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu.
b. Memenuhi kebutuhan psikologis, yaitu : privacy yang cukup, komunikasi yang sehat
antar anggota keluarga dan penghuni rumah
c. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antarpenghuni rumah dengan
penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor
penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari pagi,
terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan
penghawaan yang cukup.
d. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena
keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis sempadan jalan,
konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung
membuat penghuninya jatuh tergelincir.
3. Pembuangan Sampah
Di hampir setiap tempat di Indonesia, sistem pembuangan sampah dilakukan secara
dumping tanpa ada pengelolaan lebih lanjut. Sistem pembuangan semacam itu selain memer-
lukan lahan yang cukup luas juga menyebabkan pencemaran pada udara, tanah, dan air selain
lahannya juga dapat menjadi tempat berkembangbiaknya agens dan Glossary Link vektor
penyakit menular.
Adapun teknik pengelolaan sampah yang baik harus memperhatikan
faktor-faktor/unsur :
a. Penimbulan sampah. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi sampah
adalahjumlah penduduk dan kepadatanya, tingkat aktivitas, pola kehidupan/tingkat
sosial ekonomi, letak geografis, iklim, musim, dan kemajuan teknologi.
b. Penyimpanan sampah.
c. Pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan kembali.
d. Pengangkutan
e. Pembuangan
Dengan mengetahui unsur-unsur pengelolaan sampah, kita dapat mengetahui
hubungan dan urgensinya masing-masing unsur tersebut agar kita dapat memecahkan
masalah-masalah ini secara efisien.
Kebijakan oleh Thomas R. Dye didefinisikan sebagai apapun yang dipilih oleh
pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan.Selanjutnya, Dye mengatakan bahwa bila
pemerintah memilih untuk melakukan sesuatu, maka harus ada tujuannya
(obyektivitasnya) dan kebijakan itu harus meliputi semua tindakan pemerintah.Jadi, bukan
semata-mata keinginan pemerintah atau pejabat negara saja. Di samping itu, “sesuatu yang
tidak dilakukan” oleh pemerintah akan memiliki pengaruh (dampak) yang sama besarnya
dengan “sesuatu yang dilakukan” oleh pemerintah (Islamy,1988). Selain Thomas R .Dye,
Amara Raksasataya mengemukakan bahwa kebijakan sebagai suatu taktik dan strategi
yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Oleh karena itu, kebijakan memuat
tiga elemen, yakni:
1. Identifikasi dari tujuan yang ingin dicapai.
2. Taktik atau strategi dari berbagai langkah untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Sedangkan yang dimaksud dengan lingkungan di sini adalah lingkungan hidup karena
dalam realitasnya istilah lingkungan, lingkungan hidup, atau lingkungan hidup manusia,
seringkali digunakan silih berganti dalam pengertian yang sama. Sehingga dalam hal
ini, lingkungan hidup itu didefinisikan sebagai:
1. Daerah di mana sesuatu mahluk hidup berada.
2. Keadaan atau kondisi yang melingkupi suatu mahluk hidup.
3. Keseluruhan keadaan yang meliputi suatu mahluk hidup atau sekumpulan mahluk
hidup, terutama:
Kombinasi dari berbagai kondisi fisik di luar mahluk hidup yang mempengaruhi
pertumbuhan, perkembangan dan kemampuan mahluk hidup untuk bertahan hidup.
Gabungan dari kondisi sosial and budaya yang berpengaruh pada keadaan suatu
individu mahluk hidup atau suatu perkumpulan/komunitas mahluk hidup.
Menurut Undang Undang No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah kesatuan
ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan
perilakunya, yang memengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia
serta makhluk hidup lain. Sedangkan ruang lingkup lingkungan hidup Indonesia meliputi
ruang, tempat Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berwawasan nusantara dalam
melaksanakan kedaulatan, hak berdaulat, dan yurisdiksinya. Dalam lingkungan hidup
terdapat ekosistem, yaitu tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh
menyeluruh dan saling memengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan
produktivitas lingkungan hidup.
Kebijakan lingkungan adalah setiap tindakan sengaja diambil [atau tidak diambil]
untuk mengelola kegiatan manusia dengan maksud untuk mencegah, mengurangi, atau
mengurangi efek yang merugikan pada sumber daya alam dan alam, dan memastikan
bahwa buatan manusia perubahan lingkungan tidak memiliki efek berbahaya pada
manusia. Kebijakan Lingkungan adalah terkait masih berlangsung [Perjalanan] tindakan
sengaja diambil [atau regular tidak diambil] untuk mengelola kegiatan artikel baru
manusia untuk maksud mencegah, mengurangi, atau mengurangi efek ekuitas yang
merugikan pada alam dan sumber daya alam, dan memastikan bahwa buatan manusia
perubahan lingkungan regular tidak memiliki efek berbahaya padamanusia.
Kebijakan lingkungan adalah sebuah pernyataan sikap yang disepakati
didokumentasikan dari sebuah perusahaan terhadap lingkungan di mana ia beroperasi.
Suatu kebijakan adalah pernyataan lingkungan yang didokumentasikan anak pajak
tangguhan terhadap suatu sikap disepakati lingkungan di mana besarbesaran beroperasi.
Hal ini berguna untuk mempertimbangkan bahwa kebijakan lingkungan terdiri dari
dua hal utama: lingkungan dan kebijakan. Suami hal berguna untuk mempertimbangkan
bahwa kebijakan lingkungan terdiri dari doa hal utama: Lingkungan dan kebijakan.
Lingkungan terutama mengacu pada dimensi ekologis (ekosistem), tetapi juga bisa
memperhitungkan dimensi sosial (kualitas hidup) dan dimensi ekonomi (manajemen
sumber daya). Kebijakan dapat didefinisikan sebagai "tindakan atau prinsip yang
ditetapkan atau diusulkan oleh, pihak bisnis pemerintah, atau individu" . Lingkungan
terutama mengacu pada dimensi ekologis (ekosistem), tetapi Juga Bisa memperhitungkan
dimensi sosial (kualitas hidup) dan dimensi Ekonomi. Dapat didefinisikan sebagai
program Kebijakan "Prinsip atau tindakan yang diusulkan pemerintah dibuat atau
diadopsi, bisnis Partai individu atau". Dengan demikian, kebijakan lingkungan berfokus
pada masalah yang timbul dari dampak manusia terhadap lingkungan, yang retroacts ke
masyarakat manusia dengan memiliki dampak (negatif) terhadap nilai-nilai kemanusiaan
seperti kesehatan yang baik atau lingkungan 'bersih dan hijau'. Artikel Baru demikian,
kebijakan Lingkungan berfokus padamasalah yang timbul dari dampak terhadap
lingkungan manusia, yang retroacts ke artikel baru masyarakat manusia memiliki dampak
(negatif) terhadap nilai-nilai kemanusiaan pembongkaran kesehatan yang baik atau
lingkungan 'bersih dan hijau.
Isu lingkungan umumnya ditangani oleh kebijakan lingkungan termasuk (namun tidak
terbatas pada) udara dan pencemaran air, pengelolaan limbah, pengelolaan ekosistem,
perlindungan keanekaragaman hayati, dan perlindungan sumber daya alam, satwa liar dan
spesies yang terancam punah. SPI Lingkungan umumnya ditangani kebijakan Dibuat
Lingkungan termasuk pencemaran udara, pengelolaan limbah,kebijakan ekosistem,
keanekaragaman hayati perlindungan, perlindungan sumber daya alam dan, satwa dan
pembohong spesies terancam punah yang. Relatif baru-baru ini, kebijakan lingkungan juga
telah mengikuti untuk komunikasi isu lingkungan. Lingkungan Juga telah mengikuti
kebijakan kepada komunikasi masalah lingkungan.
Jadi, berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kebijakan
lingkungan adalah apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan atau tidak
dilakukan demi menciptakan suatu perubahan yang lebih baik terhadap kondisi yang
melingkupi suatu makhluk hidup dalam mencapai kesejahteraannya. Pengaruh ini dapat
dirasakan dalam jangka waktu yang cepat ataupun lama, dan kondisi yang melingkupi
makhuk hidup ini tentunya meliputi kondisi fisik dan sosial.
1. Visi
“Terwujudnya Kementerian Lingkungan Hidup yang handal dan proaktif, serta
berperan dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan, dengan menekankan pada
ekonomi hijau”.
2. Misi
Mewujudkan kebijakan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup
terintegrasi, guna mendukung tercapainya pembangunan berkelanjutan, dengan
menekankan pada ekonomi hijau;
1. Melakukan koordinasi dan kemitraan dalam rantai nilai proses pembangunan untuk
mewujudkan integrasi, sinkronisasi antara ekonomi dan ekologi dalam pembangunan
berkelanjutan;
2. Mewujudkan pencegahan kerusakan dan pengendalian pencemaran sumber daya alam
dan lingkungan hidup dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup;
3. Melaksanakan tatakelola pemerintahan yang baik serta mengembangkan kapasitas
kelembagaan dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup secara
terintegrasi.
C. TUJUAN, SASARAN DAN RUANG LINGKUP KEBIJAKAN
1. Tujuan dan Sasaran
Tujuan yang ingin dicapai Kementerian Lingkungan Hidup Tahun 2010-2014 sesuai
Visi dan Misi tersebut di atas adalah: “Terwujudnya pembangunan Indonesia
berdasarkan pembangunan berkelanjutan dengan penekanan pada ekonomi hijau (green
economy) untuk “menahan laju kemerosotan daya tampung, daya dukung, dan
kelangkaan sumberdaya alam, serta mengatasi bencana lingkungan”.
2. Sasaran dan Lokus Prioritas
Secara umum, sasaran pembangunan yang ingin dicapai adalah mewujudkan
perbaikan fungsi lingkungan hidup dan pengelolaan sumberdaya alam yang mengarah
pada pengarusutamaan prinsip pembangunan berkelanjutan. Sasaran khusus yang hendak
dicapai adalah:
a. Terkendalinya pencemaran dan kerusakan lingkungan sungai, danau, pesisir dan laut,
serta air tanah;
b. Terlindunginya kelestarian fungsi lahan, keanekaragaman hayati dan ekosistem hutan;
c. Membaiknya kualitas udara dan pengelolaan sampah serta limbah bahan berbahaya
dan beracun (B3);
d. Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup terintegrasi.
Sasaran strategis yang ingin dicapai pada tahun 2010-2014, diarahkan pada lokus
prioritas sebagai berikut:
a. Daerah Aliran Sungai (DAS), dengan lokus kegiatan utama yaitu Sungai Ciliwung
dan Bengawan Solo;
b. Perkotaan, dengan lokus kegiatan mewakili karakteristik Kota Metropolitan, Kota Be-
sar, Kota Sedang, dan Kota Kecil;
c. Ekosistem Pulau, dengan lokus kegiatan utama yaitu Teluk Tomini dan pulau-pulau
kecil terluar.
Banyaknya permasalahan lingkungan hidup yang terjadi akhir-akhir ini seperti; banjir,
kerusakan hutan, pencermaran air laut/darat, erosi tanah/lahan, dan abrasi pantai, tidak
terlepas dari adanya anggapan bahwa sumber daya (air, udara, laut, hutan beserta kekayaan
di dalamnya, dan lain-lain) adalah milik bersama. Tidak ada satu pun aturan yang
membatasi pemanfaatan sumber milik bersama itu, sehingga terjadilah eksploitasi yang
berlebihan. Setiap pemanfaat menggunakannya semaksimal mungkin dengan asumsi
bahwa orang lain akan memanfaatkan sumber tersebut bila tidak dimanfaatkan
semaksimal mungkin. Dari kaca mata ekonomi, penyalahgunaan pemanfaatan sumber
milik bersama timbul karena tidak adanya mekanisme keseimbangan yang muncul dengan
sendirinya guna dapat membatasi eksploitasi.
Undang-Undang Lingkungan Hidup merupakan landasan bagi kebijakan-kebijakan
yang diambil, adalah sebagai berikut:
Pada 11 Maret 1982, diundangkan sebuah produk hukum mengenai pengelolaan
lingkungan, dengan nama Undang-Undang No 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan
Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, sering disingkat dengan UUPLH. Dengan
hadirnya UU Lingkungan ini, terbukalah lembaran baru bagi kebijaksanaan lingkungan
hidup di Indonesia, guna terciptanya pengendalian kondisi lingkungan yang memiliki
harmoni yang baik dengan dimensi-dimensi pembangunan.
UU No 4 Tahun 1982, mengandung ketentuan-ketentuan pokok sebagai dasar bagi
peraturan pelaksanaannya. Dengan demikian, UU ini berfungsi sebagai ketentuan payung
(umbrella provision) bagi peraturan perundangan lingkungan hidup lainnya, termasuk pula
menjadi dasar dan landasan bagi pembaruan hukum dan penyesuaian peraturan-peraturan
perundangan yang sudah lama.
Kemudian, dengan banyaknya pekembangan mengenai konsep dan pemikiran
mengenai masalah lingkungan, dengan mengingat hasil-hasil yang dicapai masyarakat
dunia melalui KTT Rio tahun 1992, dirasakan UU No 4 Tahun 1982 sudah tidak banyak
iagi menjangkau perkembangan-perkembangan yang ada, sehingga perlu ditinjau dengan
membuat penggantinya. Untuk itulah lima tahun kemudian setelah berlangsungnya KTT
Rio, dibuat UUPLH yang baru sebagai pengganti UU No 4 Tahun 1982, yakni UU No 23
Tahun 1997 tentang pengelolaan Lingkungan Hidup, diundangkan tanggal 19 September
1997 melalui Lembaran Negara No 68 Tahun 1997.
UUPLH baru atau UU No 23 Tahun 1997 memuat berbagai pengaturan sebagai
respons terhadap berbagai kebutuhan yang berkembang yang tidak mampu diatasi melalui
UU No 4 Tahun 1982. Demikian juga UU baru ini dimaksudkan untuk menyerap nilai-
nilai yang bersifat keterbukaan, paradigma pengawasan masyarakat asas pengelolaan dan
kekuasaan Negara berbasis kepentingan publik (bottom-up), akses publik terhadap
manfaat sumber daya alam, dan keadilan lingkungan (environmental justice).
UUPLH menjadi dasar bagi semua pengelolaan lingkungan.Dengan demikian
berbagai pengaturan mengenai pengelolaan lingkungan, mengacu kepada
UUPLH.Permasalahannya, bagaimana dengan peraturan perundang-undangan yang
bersifat teknis yang telah ada UU-nya tersendiri.Misalnya di bidang pertanahan ada UUPA
No. 5 Tahun 1960, di bidang air ada UU No. 7 Tahun 2004, di bidang penataan ruang ada
UU No. 26 Tahun 2007, di bidang kehutanan, ada UU No. 41 Tahun 1999, dan lain-lain.
Semua peraturan perundang-undangan tersebut harus memiliki sinkronisasi dan tidak
tumpang tindih.Pada legislasi nasional telah mencegah keadaan tumpang tindih
berdasarkan UU No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan. Namun apabila masih tetap terjadi keadaan-keadaan seperti kesenjangan
peraturan, tumpang tindih, penafsiran ganda, dan lain-lain, dapat diatasi dengan
berpedoman kepada asas-asas:
1. Lex specialis derogat legi generalis, yakni mengutamakan undang undang khusus
2. Lex superiors derogat legi inferiors, dengan mengutamakan UU/ Peraturan yang lebih
tinggi;
3. Lex posteriori derogat legi priori, yakni menggunakan UU/Ketentuan yang lebih baru
dan mengenyampingkan UU/Ketentuan yang terdahulu.
UU No 23 Tabun 1997, memang belum berperan maksimal sebagai dasar menangani
masalah lingkungan dalam hubungannya dengan pembangunan. Demikian pula dengan
konsep-konsep yang dicapai dalam Deklarasi Rio, belum banyak yang diserap sebagai
instrumen hukum dan kebijakan menata lingkungan.Namun dari segi landasan hukum, UU
ini dapat dikatakan sudah cukup lebih baik dari UU sebelumnya.
Berbagai aspek penanganan lingkungan di Indonesia masih terus dilakukan.
Penanganannya terutama dengan pelaksanaan prinsip-prinsip UUPLH, di samping
mengimplementasikan perkembangan-perkembangan yang bersifat global, seperti hasil-
hasil KTT Rio 1992, KTT Johannesburg 2002, dan berbagai konvensi internasional
mengenai aspek lingkungan. Ratifikasi telah dilakukan atas berbagai konvensi
internasional, baik yang dihasilkan oleh KTT Rio maupun konvensi lain, sebagai langkah
untuk memudahkan pelaksanaan kebijakan lingkungan di Indonesia.
Agenda 21 KTT Rio sudah diimplementasikan dalam Agenda 21 Indonesia atau
Agenda 21 Nasional sebagai sarana inspirasi pada rencana pembangunan. Agenda 21
Nasional kemudian diimplementasi pada Agenda 21 Propinsi dan Agenda 21
Kabupaten/Kota yang mencakup semua bidang untuk dikerangkakan kepada perencanaan
daerah masing-masing.