Anda di halaman 1dari 1

Dalam ilmu tasawuf penjelasan ini disebutkan syari’at itu merupakan peraturan, tarekat itu

merupakan pelaksanaan, hakekat itu merupakan keadaan dan ma’rifat itu adalah tujuan
yang akhir. Dengan kata lain Sunnah harus dilakukan dengan tarekat, tidak cukup hanya
keterangan dari nabi saja, jika tidak dilihat pekerjaan dan cara melakukannya, yang melihat
itu adalah sahabat-sahabat, yang menceritakan kembali kepada murid-muridnya, yaitu
tabi’in, yang menceritakan pula kepada pengikutnya, yaitu tabi’in-tabi’in dan selanjutnya,
sebagaimana yang dituliskan dalam hadist , dalam Asar dan dalam kitab-kitab ulama. Jadi
dengan demikian itu dapatlah kita katakan bahwa bukanlah Qur’an itu tidak lengkap atau
Sunnah dan Ilmu Fiqh itu tidak sempurna, tetapi masih ada penjelasan lebih lanjut dan
bimbingan lebih teratur, agar pelaksanaan dari pada peraturan-peraturan Tuhan dan Nabi
itu dapat dilakukan menurut semestinya, tidak menurut penangkapan otak orang yang
hanya membacanya saja dan melakukan sesukanya. Naqsabandi berkata bahwa syari’at itu
segala apa yang diwajibkan, dan hakekat itu tidak bisa terlepas dari syari’at. Seperti yang
dimaksudkan Imam Malik bahwa barang siapa mempelajari fiqh saja tidak mempelajari
tasawuf , maka dia fasik, barang siapa mempelajari tasawuf saja dengan tidak mengenal
fiqh, maka dia itu zindiq, dan barang siapa mempelajari serta mengamalkan keduanya, maka
itulah mutahaqqiq yaitu ahli hakekat yang sebenarnya. H. 43-44

Lutfhi Kaifahmi, Pemikiran Tasawuf dan Tarekat Perspektif Aboebakar Atjeh Tahun 1948-
1977, Skripsi, Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam, Fakultas Ushuluddin, Adab dan
Humaniora, IAIN Salatiga, 2017,

Anda mungkin juga menyukai