Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Malige Arsitektur, Vol. 1, No. 1, Juni 2019, hal.

64-72 ISSN 2656-8160

TIPOLOGI TERITORI PADA PEMANFAATAN


RUANG TERBUKA HIJAU DI TAMAN KOTA KENDARI
(Studi Kasus: Taman Walikota Kendari)
1
Arief Saleh Sjamsu, 2*Imade Krisna Adhi Dahrma
1,2*
Jurusan Arsitektur, FakultasTeknik, Universitas Halu Oleo
1
ariefslhsjamsu@yahoo.com, 2*krz.vista@gmail.com

ABSTRAK
Ruang Terbuka Hijau merupakan salah satu elemen yang penting dibutuhkan dalam sebuah kota. Ruang
terbuka hijau merupakan suatu wadah yang dapat menampung aktivitas masyarakat baik berkelompok maupun
individu (Hakim,1987). Taman WaliKota Kendari adalah salah satu ruang publik yang menyediakan berbagai
fasilitas untuk mewadahi aktivitas bagi para pengunjungnya. Suatu seting lingkungan dapat berkembang bila
mempunyai daya tarik, yang membuat orang (secara individu maupun kelompok) akan mendatangi seting
tersebut. Mereka akan beraktifitas didalamnya, dan dapat menimbulkan dampak positif maupun negatif yang
dikaitkan dengan seting lingkungan, waktu maupun perilaku. Apabila aktifitas tersebut dilakukan secara rutin
dan berulang – ulang, maka terbentuklah suatu teritori, yaitu suatu penguasaan terhadap bagian dari seting
lingkungan tersebut. Teritori adalah, ruang yang dikuasai dan dikendalikan oleh individu atau kelompok, dimana
seseorang atau kelompok tersebut ingin menjadi diri sendiri atau menyatakan diri, memiliki dan melakukan
pertahanan. Apabila batas fisik tersebut diganggu dan dilanggar oleh orang atau kelompok lain, maka mereka
akan melakukan perlawanan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tipologi teritori pada
pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kota Kendari yaitu di Taman Kota Kendari.

Kata kunci: Ruang Terbuka Hijau, Aktivitas, Teritori.

ABSTRACT
Green Open Space is one of the important elements needed in a city. Green open space is a container that
can accommodate community activities both in groups and individuals (Hakim, 1987). Kendari City Wali Park is
one of the public spaces that provides various facilities to accommodate activities for its visitors. An
environmental setting can develop if it has an attraction, which makes people (individually or in groups) come to
that setting. They will indulge in it, and can cause positive or negative impacts associated with setting the
environment, time and behavior. If the activity is carried out routinely and repeatedly, then a territory is formed,
which is a mastery of part of the setting of the environment. Territories are, spaces that are controlled and
controlled by individuals or groups, where a person or group wants to be themselves or express themselves,
possess and do defense. If the physical limit is disturbed and violated by another person or group, then they will
fight. The purpose of this study was to find out the territorial typology on the utilization of Green Open Space in
Kendari City, namely in Kendari City Park.

Keywords: Green Open Space, Activities, Territories.

PENDAHULUAN

Taman WaliKota Kendari adalah salah satu ruang publik yang menyediakan berbagai fasilitas untuk
mewadahi aktivitas bagi para pengunjungnya. Terdapat berbagai macam aktivitas yang terjadi dan pemanfaatan
tehadap ruangnya. Tidak jarang aktivitas pemanfaatan ruang yang terjadi tidak sesuai dengan fungsi ruang yang
seharusnya maupun kurang optimalnya beberapa ruang pada Tamna Kota dalam mewadahi fungsi dan aktivitas
sesuai dengan tujuan dan tema yang telah dicanangkan. Suatu seting lingkungan dapat berkembang bila
mempunyai daya tarik, yang membuat orang (secara individu maupun kelompok) akan mendatangi seting
tersebut. Mereka akan beraktifitas didalamnya, dan dapat menimbulkan dampak positif maupun negatif yang
dikaitkan dengan seting lingkungan, waktu maupun perilaku. Apabila aktifitas tersebut dilakukan secara rutin
dan berulang – ulang, maka terbentuklah suatu teritori, yaitu suatu penguasaan terhadap bagian dari seting
lingkungan tersebut. Mereka akan membentuk batas – batas (berupa fisik maupun non fisik) terhadap seting
yang menjadi wilayah teritorinya, menguasai atau merasa sebagai pemiliknya, akan beraktifitas didalamnya
dengan rasa aman dan nyaman. Apabila wilayah (yang diyakini sebagai miliknya) dan batas teritori tersebut
diganggu, maka mereka akan kehilangan rasa aman dan nyaman, berusaha mempertahankan dan melakukan
perlawanan sehingga dapat terjadi suatu konflik. Teritori adalah, ruang yang dikuasai dan dikendalikan oleh
individu atau kelompok, dimana seseorang atau kelompok tersebut ingin menjadi diri sendiri atau menyatakan
diri, memiliki dan melakukan pertahanan. Apabila batas fisik tersebut diganggu dan dilanggar oleh orang atau
kelompok lain, maka mereka akan melakukan perlawanan. Hal inilah yang kemudian akan menjadikan suatu
konflik diantara individu atau kelompok tersebut.

Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik – Universitas Halu Oleo 64


Jurnal Malige Arsitektur, Vol. 1, No. 1, Juni 2019, hal. 64-72 ISSN 2656-8160

Menurut Haryadi & Setiawan (2010), yang dimaksud dengan teritori publik adalah suatu area yang dapat
digunakan atau dimasuki oleh seseorang atau kelompok, tetapi ia harus mematuhi norma – norma serta aturan
yang berlaku di area tersebut. Teritori publik adalah tempat – tempat yang terbuka untuk umum. Pada
prinsipnya, setiap orang diperkenankan untuk berada ditempat tersebut. Secara fisik, teritori publik dapat berupa
ruangan tertutup atau yang bersifat terbuka. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, tujuan
dari penelitian ini adalah mengetahui tipologi teritori pada pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kota Kendari.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Teritori
Arti dari kata teritori adalah wilayah atau daerah, sedangkan teritorial adalah wilayah yang dianggap sudah
menjadi hak. Menurut Robert Sommer (dalam Halim, 2005), teritori merupakan sesuatu yang terlihat, relative
menetap, berpusat pada tempat dan mengatur orang yang akan berinteraksi. Menurut Altman (1975) dalam Tylor
dan Stough (1978) Perilaku teritorial adalah mekanisme pengaturan batas diri yang melibatkan personalisasi atau
menandai sebuah tempat atau objek dan komunikasi yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok. Teritori di
dalam kajian arsitektur lingkungan menurut Haryadi dan B. Setiawan, diartikan sebagai batas dimana organisme
hidup menentukan tuntutannya, menandai, mempertahankan terutama dari kemungkinan intervensi pihak lain.
Menurut Haryadi dan B. Setiawan (1995), konsep teritori lebih dari sekedar tuntutan atas suatu daerah untuk
memenuhi kebutuhan fisiknya saja, tetapi juga kebutuhan emosional dan kultural dimana kelompok individu
dengan kultur yang berbeda wujud dan dan cakupan teritorinya juga akan berbeda. Definisi yang dikemukakan
oleh Pastalan dan Altman menurut Lang (1987) menunjukkan empat karakter dasar teritori, yaitu :
1. Kepemilikan atau hak dari suatu tempat
2. Personalisasi atau penandaan suatu area
3. Hak mempertahankan diri dari gangguan luar
4. Pengatur beberapa fungsi, mulai dari bertemunya kebutuhan dasar psikologis sampai pada kepuasan kognitif
dan kebutuhan-kebutuhan estetika
B. Jenis-Jenis Teritori Ruang Terbuka Hijau
Altman (1975) dalam Porteous (1977) mengklasifikasikan teritori berdasarkan personal, keterlibatan,
kedekatan dan frekuensi penggunaan menjadi tiga kategori yaitu :
1. Primary Territory ( Teritori Primer )
Primary territory atau teritori primer merupakan suatu area yang dimiliki dan digunakan secara ekslusif oleh
individu atau kelompok biasanya digunakan dalam jangka panjang. Hal yang paling sederhana untuk
menggambarkan kasus ini yaitu sebuah rumah yang dimiliki seseorang atau keluarga dapat dimasuki oleh orang
terdekat atau sudah mendapat ijin terlebih dahulu oleh pemiliknya.
2. Secondary Territory ( Teritori Sekunder)
Secondary territory atau teritori sekunder merupakan suatu area yang dimiliki dan digunakan secara teratur
oleh seseorang atau kelompok bersama dengan yang lain. Contoh kasus dari teritori ini, sebuah kursi di
perpustakaan yang menjadi favorit seseorang, lingkungan tertentu yang dikuasai oleh gang -gang remaja.
3. Public Territory ( Teritori Publik )
Public Territory atau teritori Publik merupakan area atau ruang bersama dimana setiap orang memiliki akses
keluar masuk akan tetapi harus mematuhi aturan - aturan atau norma - norma yang berlaku di area tersebut.
Contoh publik teritori yaitu taman tempat perbelanjaan dimana setiap orang dapat keluar masuk tetapi harus
mengikuti peraturan - peraturan yang berlaku di taman.
C. Ruang Terbuka Hijau.
Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih
bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.
Ruang terbuka hijau public merupakan ruang terbuka yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah kota
yang digunakan unutk kepentingan masyarakat secara umum. Yang termasuk ruang terbuka hijau public antara
lain adalah taman kota, taman pemakaman umum, dan jalur hijau sepanjang jalan, sungai, dan pantai. Yang
termasuk ruang terbuka hijau privat antara lain adalah kebun halaman rumah/gedung milik mastarakat atau
swasta yang ditanami tumbuhan.
D. Jenis-Jenis Ruang Terbuka Hijau
Jenis ruang terbuka hijau terdiri dari jenis ruang terbuka hijau public dan ruang terbuka hijau privat (UU
No.26, 2007 Tentang Penataan Ruang). Pada intinya UU penataan ruang menjelaskan nahwa yang dimaksud
dengan ruang terbuka hijau (RTH) terdiri dari ruang terbuka hijau public dan ruang terbuka hijau privat, adalah
sebagai berikut:
1. RTH Publik merupakan ruang terbuka hijau yang dimili dan dikelola oleh pemerintah daerah yang digunakan
untuk kepentingan masyarakat secara umum. Yang termasuk ruang terbuka hijau public antara lain adalah:
Taman kota, Taman pemakaman umum, Jalur hijau sepanjang sungai, jalan, dan pantai.
2. RTH Privat Yang termasuk ruang terbuka hijau privat antara lain berupa kebun atau halaman rumah/gedung
milik masyarakat/swasta yang ditanami tumbuhan.

Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik – Universitas Halu Oleo 65


Jurnal Malige Arsitektur, Vol. 1, No. 1, Juni 2019, hal. 64-72 ISSN 2656-8160

Menurut (Grey, 1996:10-20) secara spesifik, bentuk ruang terbuka hijau terdiri dari beberapa bentuk, antara lain:
1.Taman Kota
Taman kota adalah ruang di dalam kota yang strukturnya bersifat alami dengan sedikit bagian yang terbangun.
Taman ini berisi beraneka pepohonan dan sering juga terdapat lahan terbuka yang luas sebagai tempat aktivitas
olah raga dan aktivitas lainnya. Taman ini berfungsi sebagai tempat bereduh, perlindungan terhadap
angina,penyerapan cahaya matahari dan sebagai penunjang kepuasan dan kesenangan melalui fasilitas yang
ada didalamnya.
2. Taman Rekreasi
Ruang terbuka hijau sebagai taman rekreasi dapat dibangun secara unik dan dapat dipakai untuk lainnya.
3. Lapangan Terbuka Umum
Lapangan terbuka dapat berfungsi sebagai wadah kegiatan olahraga, tempat pertemuan terbuka dan menjadi
penunjang kualitas lingkungan. Lapangan terbuka ini dapat dikaitkan dengan pengembangan ruang terbuka
hijau kota agar di dalam penyediaan lahannya tidak tumpang tindih.
4.Pemakaman dan Monumen
Lahan terbangun pemakaman dan monument biasanya tidak terlalu luas dan lahan sisanya di tanami oleh
berbagai jenis pohon baik untuk lasan sejarah, pendidikan maupun keindahan.
5.Jalur Hijau dan Median
Jalan Jalur hijau biasanya diartikan sebagai pepohonan yang ditanam disamping kiri kanan sepanjang jalan
atau jalur pergerakan. Selain di kiri kanan jalan, pepohonan juga biasa ditanam pada median jalan. Jalur hijau
berfungsi sebagai penyegar udara kota.
6.Halaman Gedung atau Pekarangan Halaman
Halaman gedung merupakan lahan dari persil yang tidak terbangun, biasanya terdapat pada bangunan-
bangunan seperti sekolah, kantor polisi, mall dan lain-lain.Kadang-kadang halaman gedung dapat digunakan
sebagai taman pasif.
7.Sempadan
Sempadan berfungsi ganda yaitu selain melindungi manusia dan habitat disekitarnya tetapi juga melindungi
keberadaan sungai dan danau, jalur rel kereta api atau kawasan limitasi. Sempadan sebagai ruang terbuka hijau
berfungsi sebagai batas dari sungai, danau dan jalur rel kereta api atau bahkan kawasan limitasi terhadap
penggnaan lahan disekitar.
8.Kawasan Khusus
Kawasan khusus adalah kawasan lainnya yang berupa ruang terbuka hijau tetapi tidak diklasifikasikan sebagai
taman ataupun jenis ruang terbuka lainnya.
E. Manfaat Ruang Terbuka Hijau
Menurut Permen PU No.5/PRT/M, 2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatn ruang terbuka hijau
di kawasan perkotaan, manfaat RTH berdasarkan fungsinya dibagi atas manfaat langsung (dalam pengertian
cepat dan bersifat tangible) seperti mendapatkan bahan-bahan untuk dijual (kayu, daun, bunga), kenyaman fisik
(teduh, segar), keinginan dan manfaat tidak langsung (berjangka panjang dan bersifat tangible) seperti
perlindungan tata air dan konservasi hayati atau keanekaragaman hayati. Manfaat ruang terbuka hijau adalah
untuk menunjang kesehatan, kesejahteraan dan kemanan bagi penghuni kota (Rapuono, 1964:13). Ruang terbuka
hijau juga dapat memberikan hasil produksi sumber daya alam memeberikan perlindungan terhadap 25 bencana
alam, melestarikan lingkungan hidup, menunjang kesehatan dan keselamatan, memfasilitasi kegiatan rekreasi
serta dapat mengendalikan pembangunan (Seymour, 1980:10).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang
humanistik, serta dapat menjelaskan perspektif naturalistik dan perspektif interpretif pengalaman
manusia. Penelitian kualitatif berusaha mengungkap berbagai keunikan yang terdapat di dalam individu,
kelompok, masyarakat, dan/atau organisasi dalam kehidupan sehari-hari secara menyeluruh, rinci, dalam, dan
dapat dipertanggungjawabkan.
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini bertempat di Taman Kota Kendari sebagai wilayah studi dan pemanfaatan ruang
terbuka hijau publik yang telah ada. Sehingga dapat diketahui sejauh mana pemanfaatan yang dilakukan
oleh pengunjung dalam ruang terbuka hijau publik ini (lihat Gambar 1).

Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik – Universitas Halu Oleo 66


Jurnal Malige Arsitektur, Vol. 1, No. 1, Juni 2019, hal. 64-72 ISSN 2656-8160

Gambar 1. Lokasi Taman Kota Kendari


(Sumber : google earth,2019)

B. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif, yaitu data yang disajikan dalam bentuk kata
verbal bukan dalam bentuk angka. Menurut Sukmadinata (2009:53-60), penelitian kualitatif adalah penelitian
yang digunakan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas omput, sikap,
kepercayaan, presepsi, dan orang secara individual maupun kelompok
C. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini yaitu data utama/primer. Data primer adalah data dimana diperoleh secara
langsung dari obyek penelitian (Sumarsono, 2004:69). Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan
wawancara dan observasi langsung dengan para pelaku yang beraktivitas dalam ruang lingkup lokasi penelitian
yaitu Taman Walikota Kendari.
D. Teknik Pengumpulan Data
Berdasarkan pada jenis penelitian ini yaitu penelitian kualitatif, maka teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah dengan observasi dan wawancara.
1. Observasi
Pengamat berperan serta melakukan dua peranan sekaligus, yaitu sebagai pengamat dan sekaligus menjadi
pelaku secara langsung dalam ruang lingkup yang diamatinya.
2. Wawancara
Teknik wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data
telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan
wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrument penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis.
E. Metode Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis interaktif. Model ini ada 4
komponen analisis yaitu: pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Menurut
Moleong (2004:280-281), “Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola,
kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan tempat dirumuskan hipotesis kerja seperti
yang disarankan oleh data”.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pola Teritori Pengunjung Taman Kota Kendari


Pola-pola yang terbentuk dari aktivitas-aktivitas pengunjung Taman Kota Kendari masing-masing memiliki
wilayah teritori nya masing-masing. Pola-pola teritori yang dibentuk dari aktivitas masyarakat terletak di,
warung pedagang kaki lima, Pedestrian dan bangku-bangku Taman. Taman kota Kendari sebagai ruang public
yang banyak dikunjungi oleh masyarakat. Oleh sebab itu, terjadi banyak aktivitas di dalam Taman kota Kendari.
Hasil penelitian yang ditemukan berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti, wawancara terhadap
beberapa informan, dan dilengkapi dengan dokumentasi. Taman kota adalah ruang di dalam kota yang
strukturnya bersifat alami dengan sedikit bagian yang terbangun. Taman ini berisi beraneka pepohonan dan
sering juga terdapat lahan terbuka yang luas sebagai tempat aktivitas olah raga dan aktivitas lainnya. Taman ini

Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik – Universitas Halu Oleo 67


Jurnal Malige Arsitektur, Vol. 1, No. 1, Juni 2019, hal. 64-72 ISSN 2656-8160

berfungsi sebagai tempat berteduh, perlindungan terhadap angina,penyerapan cahaya matahari dan sebagai
penunjang kepuasan dan kesenangan melalui fasilitas yang ada didalamnya.
B. Teritori Primer

Gambar 2. Pola Teritori Primer


(Sumber: google earth,2019)

Pada teritori primer ini rasa kepemilikan individu atau suatu kelompok sangat tinggi, cenderung dimiliki
secara permanen (lihat Gambar 2). Pemiliknya memiliki kontrol secara penuh pada area tersebut, gangguan
merupakan suatu hal yang serius menjadi perhatian. (Altman (1975) dan Hall (1969)). Teritori primer pada
kawasan Taman Kota Kendari dapat dilihat pada area bangku taman, dimana terdapat individu atau kelompok
orang duduk dan tidak dapat diganggu oleh orang lain karena sifatnya yang privasi. Konsep privasi
menempatkan manusia sebagai subyeknya bukan tempat /place yang menjadi subyeknya. Primary territory atau
teritori primer merupakan suatu area yang dimiliki dan digunakan secara ekslusif oleh individu atau kelompok
biasanya digunakan dalam jangka panjang. Seperti terlihat pada gambar 3 terlihat aktifitas mengobrol bersama
dengan media meja dalam raung terbuka hijau di Taman Kota Kendari. Hal yang paling sederhana untuk
menggambarkan kasus ini yaitu sebuah rumah yang dimiliki seseorang atau keluarga dapat dimasuki oleh orang
terdekat atau sudah mendapat ijin terlebih dahulu oleh pemiliknya.

Gambar 3. Aktivitas bercengkrama di bangku taman.


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik – Universitas Halu Oleo 68


Jurnal Malige Arsitektur, Vol. 1, No. 1, Juni 2019, hal. 64-72 ISSN 2656-8160

A. Teritori Sekunder

Gambar 4. Pola Teritori Sekumder


(Sumber: google earth, 2019)

Teritori sekunder ini tidak dimilki oleh individu atau suatu kelompok, tetapi sering digunakan dan orang lain
pun diperbolehkan menggunakan area tersebut (Altman (1975) dan Hall (1969)). Teritori sekunder dibentuk
oleh aktifitas pengunjung taman kota kendari seperti berolahraga, dan juga dapat dilihat pada area pedestrian
dimana terdapat pedagang kaki lima yang memajang dagangannya di area pedestrian, ruang-ruang bercengkrama
pada area pedestrian mencerminkan teritori sekunder karena beberapa pengunjung menguasai area-area tersebut .
Seperti terlihat pada gambar 4 lokasi area teritori sekunder didominasi oleh aktifitas olah raga. (lihat Gambar 4).
Secondary territory atau teritori sekunder merupakan suatu area yang dimiliki dan digunakan secara teratur oleh
seseorang atau kelompok bersama dengan yang lain. Contoh kasus dari teritori ini, sebuah kursi di perpustakaan
yang menjadi favorit seseorang, lingkungan tertentu yang dikuasai oleh gang -gang remaja. Aktifitas teritori
sekunder di Taman Kota Kendari disominasi aktifitas olah raga dalam bentuk olahraga volly(lihat Gambar 5).

Gambar 5. Aktifitas Olahraga


(Sumber: Dokumentasi pribadi,2019)

Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik – Universitas Halu Oleo 69


Jurnal Malige Arsitektur, Vol. 1, No. 1, Juni 2019, hal. 64-72 ISSN 2656-8160

C. Teritori Publik

Gambar 6. Pola Teritori Publik


(Sumber: google earth, 2019)

Teritori publik dalam ruang publik di Taman Kota Kendari mencakup area teritori primer dan juga teritori
sekunder, serta mencakup hampir sebagian besar wilayah Taman Kota Kendari. Hal ini sesuai dengan teori
klasifikasi yang dikemukakan oleh Altman (1975) dan Hall (1969) bahwa, Area teritori publik tidak dimiliki
oleh individu ataupun suatu kelompok. digunakan oleh sejumlah orang yang sangat banyak, setiap individu
memiliki hak yang sama pada area ini. Teritori public Taman Kota Kendari dapat dilihat pada area pedagang
kaki lima, pedestrian, area parkir dan jalan, karena semua area ini dapat di akses oleh siapa saja. Pada area
teritori public pengunjung harus mematuhi aturan yang berlaku, misalnya pada pedestrian telah disediakan
tempat sampah berarti harus membuang sampah pada tempatnya, pada area rumah makan atau rumah kopi
tersedia asbak berarti tidak membuang puntung dan abu rokok di sembarang tempat, juga area pedestrian
merupakan area pejalan kaki jadi sebaiknya tidak memarkirkan kendaraan di atasnya sehingga tidak terhalang
dalam berjalan kaki (lihat Gambar 6). Public Territory atau teritori Publik merupakan area atau ruang bersama
dimana setiap orang memiliki akses keluar masuk akan tetapi harus mematuhi aturan - aturan atau norma -
norma yang berlaku di area tersebut. Contoh publik teritori yaitu taman tempat perbelanjaan dimana setiap orang
dapat keluar masuk tetapi harus mengikuti peraturan - peraturan yang berlaku di taman. Area teritori publik di
Taman Kota Kendari terlihat di jalur pedestrian yang sering digunakan untuk aktifitas jogging masyarakat
bersama-sama (lihat Gambar 7).

Gambar 7. Teritori Publik di Taman Kota Kendari


(sumber: dokumentasi pribadi, 2019)

Perilaku teritori yang terjadi dalam ruang publik taman kota kendari meninggalkan beberapa tanda sebagai
wujud aktivitas yang dilakukan oleh pengunjung taman kota kendari. Wujud aktivitas dapat dilihat pada area
pedagang kaki lima, area pedestrian, area bangku taman, dimana setiap wujud teritori memiliki fungsinya
masing-masing.

Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik – Universitas Halu Oleo 70


Jurnal Malige Arsitektur, Vol. 1, No. 1, Juni 2019, hal. 64-72 ISSN 2656-8160

1. Fungsi Kesehatan
Taman kota Kendari memiliki fungsi kesehatan yaitu sebagai tempat berolahraga bagi pengunjung. Fungsi ini
terlihat dengan banyaknya pengunjung yang datang untuk Jogging, Senam, dan olahraga lainnya.
2. Fungsi Ekonomi
Taman kota Kendari memiliki fungsi ekonomi yaitu sebagai tempat untuk mencari keuntungan. Fungsi ini
terlihat dengan banyaknya para penjual barang maupun jasa yang biasa disebut dengan PKL. Salah satu
kebutuhan pokok sebagai manusia adalah kebutuhan pangan. Peluang ini yang dilihat oleh para pedagang yang
ada di Taman Kota Kendari, yaitu menjual makanan. Adanya penjual makanan sangat membantu bagi para
pengunjung yang tidak membawa bekal makan. Bahkan pengunjung juga bisa saja sengaja ke Taman Kota
Kendari untuk memenuhi kebutuhan pangannya. Kegiatan yang dilakukan para pedagang yang ada di Taman
Kota Kendari termasuk Secondary territory atau teritori sekunder merupakan suatu area yang dimiliki dan
digunakan secara teratur oleh seseorang atau kelompok bersama dengan yang lain. Karena area pedagang yang
mereka sudah tempati secara teratur tidak bisa diambil lagi oleh pedagang yang lainnya.
3. Fungsi Wahana Interaksi
Ruang publik yang digunakan oleh banyak masyarakat membuat ruang public menjadi tempat untuk
berlangsungnya interaksi sosial. Aktivitas masyarakat yang ada di dalam ruang publik pun beragam. Begitu juga
dengan di Taman Kota Kendari, interaksi pun akan terjadi baik sesama pengunjung atau sesama pedagang
barang dan jasa dan juga antara pengunjung dan pedagang.
4. Fungsi Lingkungan
Taman Kota Kendari merupakan salah satu ruang terbuka hijau yang ada di Kota Kendari. Selayaknya ruang
terbuka hijau maka area taman tentu memiliki tanaman hijau yang bisa menjadi penyerap polusi udara dan
penghasil oksigen bagi manusia. Lokasi taman yang ada di tengah kota menjadikan taman dikelilingi bangunan-
bangunan tinggi dan jalan raya yang padat lalu lintasnya. Keberadaan taman yang hijau bisa menjadi penyejuk di
tengah lingkungan yang serba keras –bangunan beton dan jalan raya dengan polusinya. Pohon-pohon rindang
yang ada di taman membuat nyaman pengunjung yang tengah duduk di bangku-bangku taman. Cuaca yang
panas di siang hari akan menjadi sejuk jika berada di bawah pohon-pohon rindang yang ada di taman. Kemudian
selain pohon yang rindang, di taman juga terdapat bunga-bunga yang di tanam di dalam pot-pot yang semakin
mempercantik wajah Taman Kota Kendari, seperti Bougenville. Warnanya yang menarik membuat indah
pemandangan taman kota ini.
5. Fungsi Rekreasi
Rutinitas yang dilakukan setiap hari, tentu akan menimbulkan rasa jenuh dan bosan. Hal ini terjadi karena
setiap harinya kita melakukan kegiatan yang sama, sehingga kita butuh adanya penyegaran dengan cara
berekreasi.Rekreasi bisa tercipta jika ada rasa nyaman. Rasa nyaman secara fisik, sosial, dan psikologis.
Aktivitas duduk di bangku taman sendirian, melihat dan mengamati orang-orang yang sedang beraktivitas juga
merupakan salah satu cara untuk rekreasi.

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan berupa hasil dari pembahasan data dan informasi yang telah
diperoleh, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : Pertama, pada teritori primer rasa kepemilikan
individu atau suatu kelompok sangat tinggi, cenderung dimiliki secara permanen. Pemiliknya memiliki control
secara penuh pada area tersebut, gangguan merupakan suatu hal yang serius menjadi perhatian; Kedua, teritori
primer pada kawasan Taman Kota Kendari dapat dilihat pada area Bangku taman, dimana terdapat individu atau
kelompok orang duduk dan tidak dapat diganggu oleh orang lain karena sifatnya yang privacy. Konsep privacy
menempatkan manusia sebagai subyeknya bukan tempat /place yang menjadi subyeknya; Ketiga, teritori
sekunder tidak dimilki oleh individu atau suatu kelompok, tetapi sering digunakan dan orang lain pun
diperbolehkan menggunakan area tersebut; Keempat, teritori sekunder dibentuk oleh aktifitas pengunjung taman
kota kendari seperti berolahraga, dam juga dapat dilihat pada area pedestrian dimana terdapat pedagang kaki
lima yang memajang dagangannya di area pedestrian, ruang-ruang bercengkrama pada area pedestrian
mencerminkan teritori sekunder karena beberapa pengunjung menguasai area-area tersebut; Kelima, teritori
public Taman Kota Kendari dapat dilihat pada area pedagang kaki lima, pedestrian, area parkir dan jalan, karena
semua area ini dapat di akses oleh siapa saja. pada area teritori public pengunjung harus mematuhi aturan yang
berlaku, misalnya pada pedestrian telah disediakan tempat sampah berarti harus membuang sampah pada
tempatnya.

DAFTAR PUSTAKA

Altman, Irwin, 1975, The Environment and Social Behaviour : Privacy, Personal, Space, Teritory and
Crowding, Monterey, Brooks/ Cole, California.
Hakim, Rustam, 1987, Unsur perancangan dalam arsitektur lansekap, Bina Aksara, Jakarta.
Halim, D. (2005). Psikologi Arsitektur: Pengantar Kajian Lintas Disiplin. Jakarta: PT. Grasindo

Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik – Universitas Halu Oleo 71


Jurnal Malige Arsitektur, Vol. 1, No. 1, Juni 2019, hal. 64-72 ISSN 2656-8160

Haryadi dan B. Setiawan. 1995. Arsitektur Lingkungan dan Perilaku; Suatu Pengantar ke Teori,
Metodologi dan Aplikasi. Proyek Pengembangan Pusat Studi Lingkungan Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. Jakarta.
Lang, Jon. 1987. Creating Architechtural Theory. Van Nostrad Reinhold Company. New York. 1987
Permen PU No.5/PRT/M. 2008. Tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatn Ruang Terbuka Hijau Di
Kawasan Perkotaan.
Porteous, J. D. 1977. Environment and Behavior :Planning and Everyday Urban Life. Addison-
Wesley, British Columbia.
Rapuano, Michael, P.P. Pirone, and Brooks E. Wigginton, 1964 Open Space In Urban Design, The Cleveland
Development Foundation, Cleveland, Ohio.
Hilman Firmanyah Tugas Akhir, Tahun 2008. “Kajian Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Guna Menanggulangi
Pencemaran Udara Di Pusat Kota Cianjur”. Jurusan Teknik Planologi, Universitas Pasundan.
Stough, R., Brower, S., &Fisher, J. 1976. The effect of metropolitan open space on community life (Second
annual report submitted to the National Institute Of Mental Health). Baltimore, Md.:The Johns Hopkins
University Center for Metropolitan Planning and Research.
Taylor, R. B. 1977. Territorial cognition and the structure of centrality. Paper presented at th meeting of the
Eastern Psychological Association, Boston.

Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik – Universitas Halu Oleo 72

Anda mungkin juga menyukai