Anda di halaman 1dari 8

Jurnal “ ruang “ VOLUME 2 NOMOR 1 Maret 2010

TERITOREALITASKARAKTERISTIK
TERITORIALITAS RUANG PADA
PERMUKIMAN PADAT DI PERKOTAAN

Burhanuddin
Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur Universitas Tadulako
bur_arch07@yahoo.co.id

Abstrak
Perkembangan kota yang begitu cepat telah menimbulkan permasalahan yang berkaitan dengan
pertambahan jumlah penduduk yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Pertumbuhan jumlah
penduduk di permukiman menuntut tersedianya fasilitas bagi masyarakat, tidak tersedianya ruang
terbuka di kawasan permukiman, cenderung menciptakan ‘ruang’ sebagai tempat untuk beraktifitas yang
dilakukan oleh setiap penghuni masing-masing rumah. Dengan kondisi tersebut setiap penghuni secara
tidak sadar telah membentuk/mensetting ruang luar sebagai area yang dimilikinya (teritori).
Fasilitas yang disediakan atau yang direncanakan ternyata juga menimbulkan persoalan seperti tidak
berfungsinya fasilita s tersebut sebagaimana mestinya. Selain itu terbatasnya jumlah lahan merupakan
masalah tersendiri yang menyebabkan terkonsentrasinya penduduk dalam satu area, s ehingga
menimbulkan kawasan permukiman yang padat penghuni dan padat bangunan dengan fasilitas
lingkungan yang kurang memadai. Padatnya bangunan rumah tinggal dalam kawasan permukiman
tentunya sulit menyediakan fasilitas ruang terbuka sebagai ruang bersama.
Keterbatasan ruang dan tekanan lingkungan (environment press) akibat kepadatan manusia dan
bangunan, cenderung “menguasai” ruang-ruang yang direncanakan ataupun tidak direncanakan baik
secara publik maupun privat, seperti lapangan, taman-taman, dan jalan-jalan lingkungan sebagai ruang
untuk berinteraksi dengan komunitasnya.
Dalam teritorialitas akan terjadi interaksi/hubungan beberapa unsur yaitu unsur pengguna yang
berkegiatan dan ruang yang mewadahi. Dalam melihat teritorialitas maka yang dapat dilihat adalah
hubungan yang terjadi antar unsur yang ada di dalam teritorialitas. Untuk melihat konsep hubungan maka
dapat menggunakan tolok ukur hubungan berupa kualitas dan hubungan pengguna dan ruang/lingkungan.
Kata Kunci : characteristics, space territoriality

PENDAHULUAN Dampak pertumbuhan penduduk yang


1. Latar Belakang semakin meningkat sangat berkaitan erat
Pertumbuhan penduduk di kota dari waktu dengan masalah keruangan pada lokasi
ke waktu semakin menunjukkan peningkatan permukiman, dalam hal ini pemanfaatan
yang signifikan, selain disebabkan oleh ruang disekitar rumah sangat bermanfaat
pertumbuhan penduduk alami, faktor untuk berbagai aktivitas yang dilakukan oleh
urbanisasi juga semakin membuat wajah kota- setiap penghuni masing-masing rumah.
kota kita saat ini semakin padat dan sesak. Dengan kondisi tersebut setiap penghuni
Perbandingan yang tidak seimbang antara secara tidak sadar telah membentuk/
ketersediaan ruang perkotaan dengan jumlah mengsetting ruang luar sebagai area yang
penghuninya yang semakin bertambah, secara dimilikinya (teritori). Fenomena ini cenderung
sosial berdampak pada munculnya fenomena terlihat jelas di permukiman padat di
kepadatan (density), dan akan menimbulkan perkotaan, yaitu masyarakat sebagai individu
fenomena kesesakan (crowding). Keduanya atau kelompok individu menggunakan
merupakan ancaman serius yang dapat lingkungan permukimannya, menciptakan
menggerogoti kesejahteraan hidup warga ruang-ruang bersama sendiri dengan
perkotaan. memanfaatkan tempat-tempat tertentu.
Walaupun disediakan fasilitas berupa open
space sebagai ruang publik, kadang kala
39
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tadulako
Jurnal “ ruang “ VOLUME 2 NOMOR 1 Maret 2010

mereka kurang memanfaatkannya. Seperti sangat berkaitan erat dengan masalah


yang dikatakan Setiadi (2000), bahwa teritori.
kehidupan sosial banyak terjadi di seting ruang- Lingkup penelitian ini adalah memfokuskan
ruang terbuka publik (publik open- space pada permukiman padat yang ada di
settings) yang semula dirancang untuk fungsi- perkotaan. Hal yang menarik dari
fungsi lain. pemanfaatan ruang pada permukiman padat
Dampak pertumbuhan penduduk yang berdasarkan hasil amatan (grand tour) adalah
semakin meningkat sangat berkaitan erat Ketika ruang yang digunakan untuk
dengan masalah keruangan pada lokasi kepentingan pribadi, seperti halnya
permukiman, dalam hal ini pemanfaatan menjemur, parkir gerobak dan kendaraan,
ruang disekitar rumah sangat bermanfaat pilihan lokasinya adalah yang terdekat dengan
untuk berbagai aktivitas yang dilakukan oleh tempat tinggal baik di depan, samping atau
setiap penghuni masing-masing rumah. belakang, hal ini tampaknya membentuk
Dengan kondisi tersebut setiap penghuni suatu teritori ruang pribadi dengan ruang
secara tidak sadar telah membentuk/ bersama.
mengsetting ruang luar sebagai area yang
dimilikinya (teritori). Fenomena ini cenderung 2. Permasalahan
terlihat jelas di permukiman padat di Kompleksnya permasalahan yang ada
perkotaan, yaitu masyarakat sebagai individu pada ruang publik utamanya daerah-daerah
atau kelompok individu menggunakan yang memiliki tingkat kepadatan yang cukup
lingkungan permukimannya, menciptakan tinggi, di mana ruang-ruang tersebut
ruang-ruang bersama sendiri dengan dimanfaatkan masyarakatnya sebagai sarana
memanfaatkan tempat-tempat tertentu. untuk beraktivitas/interaksi, seperti dijelaskan
Walaupun disediakan fasilitas berupa open oleh Sutedjo (1992), bahwa interaksi adalah
space sebagai ruang publik, kadang kala kunci dari semua kehidupan sosial tanpa
mereka kurang memanfaatkannya. Seperti adanya interaksi tidak mungkin ada
yang dikatakan Setiadi (2000), bahwa kehidupan bersama. Hal ini memperlihatkan
kehidupan sosial banyak terjadi di seting ruang- peran ruang bersama sangat penting,
ruang terbuka publik (publik open- space keberadaannya tidak dapat dihilangkan begitu
settings) yang semula dirancang untuk fungsi- saja.
fungsi lain. Bertolak dari latar belakang sebelumnya,
yang kemudian menjadi fenomena menarik
pada lokus penelitian ini adalah terbentuknya
teritorialitas ruang-ruang bersama pada
permukiman padat, sehingga menimbulkan
permasalahan bagaimana teritorialitas ruang
pada permukiman padat di perkotaan
Gambar 1. Kondisi lingkungan dan aktivitas di tersebut.
daerah permukiman padat
Sumber : Dokumentasi Lapangan 2009
3. Tujuan
Dalam pemanfaatan ruang-ruang untuk
Tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam
menjalankan aktivitas seperti yang disebutkan
penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor
pada bagian atas, di mana masyarakat
pembentuk teritorialitas ruang di
membentuk wilayah atau daerah-daerah yang
permukiman padat yang ada di perkotaan
dianggap masuk dalam kekuasaanya. Hal ini

40
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tadulako
Jurnal “ ruang “ VOLUME 2 NOMOR 1 Maret 2010

TINJAUAN TEORI Tabel 1. Definisi Teritorialitas


Porteous, (1977), dalam menyatakan,
No. Penulis Defenisi Mekanisme
teritorialitas adalah sebagai batas di mana
1. Altman Mekanisme Personalisasi
organisme hidup menentukan teritori dan (1975) mengatur batas
mempertahankannya, terutama dari 2. Brower Rasa memiliki Mekanisme
(1976) dan kontrol defensif,
kemungkinan intervensi atau agresi pihak lain. ruang personalisasi
Konsep ini pada awalnya dikembangkan untuk 3. Porteus Kontrol ruang Personalisasi,
(1977) mekanisme
organisme hidup bukan manusia. defensif
Brower, (1976) dalam buku Altman et. Al, Sumber : Altman (1975), Brower (1976), Porteus (1977)

1980), memaparkan bahwa teritorialitas Teritorialitas adalah kondisi kualitas


merupakan hubungan Individu atau kelompok teritori yang ada/terjadi yang terbentuk oleh
dengan seting fisiknya, yang dicirikan oleh interaksi / kompromi antara kualitas teritori
yang diinginkan masing-masing Individu
rasa memiliki, dan upaya kontrol terhadap
penggunaan dari interaksi yang tidak (dengan tujuan kegiatan), dan masing-masing
diinginkan melalui kegiatan penempatan, organisasi (dengan tujuan kebijaksanaan)
dengan karakteristik seting fisik yang
mekanisme defensif dan keterikatan.
mewadahi suatu kegiatan.
Pengertian kontrol oleh Altman (1975)
diartikan dengan mekanisme mengatur batas Teritorialitas sebagai salah satu atribut
antara orang yang satu dengan lainnya arsitektur lingkungan dan perilaku, maka
didalamnya terjadi interaksi antara Individu
melalui penandaan atau personalisasi untuk
menyatakan bahwa tempat tersebut ada yang dengan tujuan kegiatan dan institusi dengan
memilikinya. Personalisasi menurut Altman tujuan kebijaksanaan dengan ruang,
lingkungan yang mewadahi kegiatan.
(1975) adalah pernyataan kepemilikan
individu, atau kelompok terhadap suatu Keterkaitan hubungan yang terjadi antar
unsur teritorialitas ini yang dapat melihat
tempat, melalui tanda-tanda inisial diri.
Pernyataan kepemilikan tersebut bisa secara teritorialitas sebagai atribut perilaku yang
konkrit (wujud fisik) atau simbolik (non fisik). dapat diukur kualitasnya. Dengan adanya
Secara konkrit menurut Brower (1976) interaksi antar unsur teritorialitas, maka
ditandai dengan adanya penempatan kualitas teritori juga bisa diukur dimana yang
(occupancy),dan secara simbolik dengan terjadi antara pelaku dan seting fisiknya.
keterikatan tempat (place attachment).
METODE PENELITIAN
Uraian-uraian di atas memberikan
Untuk menemukan jawaban dari
pengertian yang lebih terinci lagi mengenai
permasalahan dan pertanyaan penelitian,
teritorialitas, yaitu upaya-upaya individu atau
kelompok dalam melakukan kontrol terhadap maka digunakan pendekatan rasionalistik.
ruang kegiatannya melalui mekanisme Pendekatan yang melihat kebenaran bukan
semata-mata dari empiri tetapi juga dari
defensif. Mekanisme defensif tersebut
tercermin dari adanya kegiatan penempatan, argumentasi sebagai suatu bagian konstruksi
dan keterikatan mereka terhadap ruang. berpikir. Menurut filsafat ilmu rasionalisme,
bahwa semua ilmu berasal dari pemahaman
intelektual yang dibangun atas kemampuan
argumentasi secara logik (Muhadjir, 1996).
Tujuan penelitian rasionalistik adalah
untuk membangun hukum-hukum dan
generalisasi dari pemaknaan empiri. Untuk

41
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tadulako
Jurnal “ ruang “ VOLUME 2 NOMOR 1 Maret 2010

membatasi penelitian ini, maka tujuan Berdasarkan hasil kategorisasi faktor


penelitian adalah bersifat eksploratif, yaitu lingkungan fisik dan faktor latar belakang
untuk menemukan sesuatu dan bukan untuk masyarakat, ternyata aktivitas yang terjadi
menguji suatu teori (Djunaedi, 2000), pada kasus penelitian memiliki tingkat
sehingga dalam penelitian tidak diperlukan keramaian dan penggunaan yang berbeda,
hipotesis. Jadi penelitian ini ingin sehigga dari aktivitas yang terjadi setiap
mengeksplorasi karakteristik ‘teritorialitas pengguna ruang tersebut membentuk
ruang’ kegiatan interaksi di masyarakat pada teritorialitas ruang bersama.
permukiman padat di perkotaan.
Pengamatan di lapangan menggunakan  Karakteristik Teritorialitas Ruang
pemaknaan empiri dalam arti sensual, logik Gifford (1987) berpendapat, territory
dan etik. Selanjutnya dalam mengolah data adalah ruang (space) yang pemanfaatannya
dilakukan secara kualitatif (rasionalistik dikontrol oleh individu/ kelompok melalui
kualitatif), sebagai prosedur penelitian yang penggunaan ruang fisik. Di mana
menghasilkan data deskriptif berupa kata- pemanfaatan serta penggunaan ruang
kata tertulis atau lisan yang disimpulkan dari berdasarkan kesepakatan dan pengawasan,
hasil wawancara dan perilaku yang diamati Karakteristik teritorialitas ruang pada
(Moleong, 1993). permukiman padat di Kampung Klitren Lor
menyangkut pemanfaatan dan penggunaan
HASIL DAN PEMBAHASAN ruang luar antar pengguna teritori yang
Selama pengamatan di lapangan ditemui memiliki aktivitas yang berbeda-beda, adapun
beberapa tempat yang digunakan oleh yang menyangkut mengenai teritorialitas
masyarakat untuk kegiatan berkumpul atau pada permukiman padat adalah sebagai
bentuk kegiatan interaksi. Untuk berikut :
memudahkan dalam menetapkan kasus-kasus Batas teritori
penelitian, digunakan kriteria pemilihan kasus Batas teritori yang terjadi di kampung
sebagai berikut : (1) Penggunaan ruang Klitren Lor berdasarkan jenis dan bentuk
dilakukan secara bersama-sama dan sering ruang, Bentuk ruang pada kasus kasus
digunakan oleh warga untuk berkumpul dan penelitian terdiri dari 2 bentuk, yaitu bentuk
berinteraksi. (2) Aktivitas yang terjadi di persegi (square) dan menanjang (linier).
dalam ruang terdiri dari beberapa kegiatan, Kedua bentuk yang ada sama-sama dapat
serta berlangsung secara berulang-ulang. (3) menimbulkan aktivitas warga di dalam ruang.
Digunakan oleh berbagai kelompok Bentuk ruang hanya cenderung
masyarakat. mempengaruhi bagaimana ruang digunakan
dan pola kegiatan yang terjadi di dalam ruang
(Zeisel, 1981). Bentuk ruang yang persegi
(square) aktivitas cenderung terbentuk secara
memusat atau terfokus di dalam ruang.
Sementara bentuk ruang yang memanjang
(linier) aktivitas cenderung memencar.

Gambar 2. Pemanfaatan ruang-ruang pada


permukiman padat (Aktifitas Warga)
Sumber : Dokumentasi Lapangan 2009

42
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tadulako
Jurnal “ ruang “ VOLUME 2 NOMOR 1 Maret 2010

 Karakteristik Teritorialitas Ruang


Berbentuk Memanjang (Linier)
Dinding
Bangunan Kasus teritorialitas ruang yang berbentuk
Sebagai memanjang (linier) adalah kasus yang
Pembatas memanfaatkan jalan sebagai ruang untuk
Pagar dan
Tanaman beraktivitas/interaksi, Hal ini dikarenakan
Sebagai
keterbatasan lahan, sehingga warga
Pembatas
menggunakan jalan untuk melakukan
Gambar 3. Bangunan dan Tanaman berfungsi aktivitas/interaksi. Karakteristik dari 12 kasus
sebagai pembatas ruang (teritori) jalan ini dibagi menjadi 2 jenis, hal ini
Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2009 dilakukan karena memiliki karakteristik yang
berbeda dari segi lebar badan jalan yaitu :
 Karakteristik Teritorialitas Ruang  Jalan lingkungan lebar 5 meter :
Berbentuk Persegi (Square) a) Luasan cukup memadai untuk menampung
Kasus teritorialitas ruang yang berbentuk aktivitas warga dan memiliki keterbuka
persegi (square) adalah kasus lapangan dan ruang, sehingga dapat digunakan untuk
ruang terbuka, yaitu Ruang memiliki ukuran aktivitas yang bersifat aktif. Selain cukup
yang cukup luas dan kondisi yang terbuka, mendukung jarak dan aspek pandang bagi
sehingga warga atau pengguna memiliki jarak pengguna ruang (view).
pandang (view) yang cukup jauh dan lebih Rumah warga sebagai pelingkup ruang
leluasa memandang kesekitarnya. 2) Warga yang membatasi ruang, sehingga jarak
dapat mengontrol dan mengawasi ke segala pencapai ke ruang relative lebih dekat dan
sisi ‘ruang’ interaksi karena bentuk ruang mudah.
yang persegi (square), sehingga menimbulkan
rasa aman dalam melakukan aktivitas. 3)
Pembatas ruang (enclosure) lebih jelas karena
adanya pagar, perbedaan tinggi permukaan
lantai dan material serta dikelilingi bangunan
rumah warga.

Gambar 5. Karakteristik Teritorialitas Ruang


Bentuk Memanjang (Linier) 5 meter
Sumber: Analisis Data , (2009
 Jalan lingkungan lebar 1 – 1,5 meter
Kasus ini adalah jalan lingkungan antar
RT, yang menghubungkan ruang-ruang yang
ada di kampung Klitren Lor RT. 03/lokasi
penelitian, Karakteristik ruang adalah sebagai
berikut :
a) Kesan ruang terasa sempit dan tertutup
Gambar 4. Karakteristik Teritorialitas Ruang karena dibatasi oleh rumah warga. Hal ini
Bentuk Persegi (Square)
mengurangi tingkat kenyamanan dari
Sumber: Analisis (2009)
aspek view dan aspek gerak dalam
melakukan aktivitas.

43
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tadulako
Jurnal “ ruang “ VOLUME 2 NOMOR 1 Maret 2010

b) Rumah warga saling berhadap-hadapan Kegiatan/aktifitas dalam ruang


dan ruang dijadikan ruang bersama, berdasarkan waktu cenderung terpusat
sehingga tercipta rasa saling memiliki dan (berkumpul) sehingga teritorialitas ruang
kedekatan antar warga disekitarnya yang berdasarkan waktu kegiatan cenderung
umumnya pada tingkat sosial yang sama. terbentuk sesuai dengan kegiatan yang
c) Komponen ruang ada yaitu warung jajanan berlangsung dalam ruang dan penempatan
yang berada di teras depan rumah warga prabot sebagai pembatas ruang.
digunakan untuk berdagang.
 Karakteristik Teritorialitas Ruang
Berdasarkan Latar Belakang Masyarakat.
a) Status sosial dan budaya,
Karena pertimbangan aspek norma,
budaya, dan psikologis dari masyakarat
dapat mempengaruhi pembentukan
‘ruang’ (Rapoport, 1969), maka latar
belakang masyarakat tidak dapat
diabaikan begitu saja. Masyarakat di lokasi
Gambar 6. Karakteristik Teritorialitas Ruang
penelitian terdiri dari beraneka ragam
Bentuk Memanjang (Linier) Lebar Jalan 1-1,5
Sumber: Analisis Data (2009) budaya dari beberapa daerah di Indonesia.
Keragaman budaya ini telah menimbulkan
 Karakteristik Teritorialitas Ruang rasa tolerasi bagi masyarakatnya.
Berdasarkan Waktu Aktifitas Walaupun ada aktivitas yang dilakukan
Aktifitas di dalam ruang lebih banyak berdasarkan kelompok yang sama, tetapi
dilakukan pada sore dan malam hari. Hal ini di dalam ‘ruang’ mereka dapat menyatu
karena pada sore dan malam hari merupakan dan tidak terlihat adanya konplik yang
waktu yang ‘senggang’ bagi seluruh warga, cukup berarti.
dimana warga telah selesai melakukan Faktor sosial dan budaya yang
aktifitas sehari-hari, seperti anak-anak telah mempengaruhi terbentuknya ‘ruang’
pulang dari sekolah dan ibu-ibu telah selesai adalah pola aktivitas yang cenderung
melakukan pekerjaan rumah, serta bapak- mengelompok atau berdasarkan
bapak dan pemuda telah pulang dari bekerja. pertimbangan faktor kedekatan dengan
Disamping itu cuaca atau sinar matahari pada warga yang ada di dalam ruang. Baik
sore hari tidak terlalu panas, sehingga lebih kedekatan berdasarkan budaya atau status
nyaman untuk melakukan aktifitas dan dapat sosial yang sama, seperti asal daerah atau
terhindar dari teriknya sinar matahari. etnis, pekerjaan, dan pendidikan. Selain itu
faktor umur pengguna juga mempengaruhi
aktivitas dan penggunaan ruang.
b) Kondisi rumah tinggal,
Pengaruh lain dari faktor latar belakang
masyakat adalah kondisi rumah yang
ditempati. Secara umum luas rumah tidak
sebanding dengan jumlah penghuni.
Gambar 7. Perubahan aktivitas Berdasarkan Sementara halaman rumah terlalu sempit
Waktu (sore/ malam) dan bahkan tidak ada sama sekali. Rumah
Sumber: Analisis (2009) yang terlalu sempit akan menimbulkan
44
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tadulako
Jurnal “ ruang “ VOLUME 2 NOMOR 1 Maret 2010

suasana sesak dan kurang nyaman atau membentuk kelompok-kelompok


(Haryadi dan Setiawan ,1995). Ketidak- tersendiri dalam satu ruang. Dan pada
nyamanan ini mengakibatkan warga setiap kasus-kasus di lokasi penelitian
membuat keluar rumah atau duduk-duduk tidak ada perbedaan baik dalam hal status
di teras depan. tanah/kepemilikan dan latar belakang
masyarakat. Aktivitas warga dapat
berlangsung setiap waktu terutama pada
saat waktu “senggang” dimana warga
telah selesai melakukan aktivitas baik anak-
anak, dewasa maupun orang tua.

Saran-Saran
a) Bagi penelitian lainnya dapat melakukan
penelitian lanjutan, karena selain terdapat
persamaan juga terdapat perbedaan-
Gambar 8. Pengaruh Kondisi Rumah dalam perbedaan dalam setiap kasus yang
Pembentukan Ruang. memerlukan penelitian lebih lanjut,
Sumber: Analisis (2009) mengapa perbedaan tersebut dapat
Orientasi rumah umumnya ke arah
terjadi, dan adakah kemungkinan
rumah warga, sehingga penghuni sering
perbedaan itu juga merupakan
bertemu. Karena adanya faktor kedekatan
karakteristik teritorialitas ruang di
sosial dan budaya warga lainpun turut
permukiman padat pada daerah lain?
meramaikan aktivitas pada seting ‘ruang’
b) Bagi pemerintah kota diharapkan dapat
untuk saling bersosialisasi, seperti ditemui
memberikan bantuan lebih menyentuh,
pada kasus-kasus penelitian.
bukan hanya dalam bentuk perbaikan
tempat tinggalnya saja, tetapi pada
KESIMPULAN
ketersedian akan ruang-ruang yang bisa
a) Karakteristik teritorialitas ruang dapat
menampung aktivitas masyarakat seperti
dilihat dari pengaruh komponen fix di
pada saat acara tahunan, baik itu acara
dalam ruang, dimana fungsinya memiliki
keagamaan dan hari-hari besar nasional.
peran tersendiri untuk menjadi magnet
Kelengkapan ruang dan sarana pendukung
timbulnya aktifitas di dalam ruang seperti
lainnya yang bisa dijadikan atribut-atribut
warung, sehingga menimbulkan reaksi dari
perilaku dalam membahas masalah
warga untuk menyediakan tempat-tempat
arsitektur perilaku dan lingkungan yang
duduk (komponen semi fix). Batas fisik
didalamnya terjadi interaksi/kompromi
berupa bangunan-bangunan rumah
antara pengguna teritori yang di inginkan
disekelilingnya.
masing-masing individu dengan seting fisik
b) Karakteristik teritorialitas ruang-ruang
yang mewadahi suatu kegiatan/aktivitas.
yang dibentuk oleh kesepakatan
masyarakat dengan elemen-elemen
pendukung untuk beraktivitas, baik berupa
DAFTAR PUSTAKA
fasilitas tempat-tempat duduk yang dibuat
1) Altman, I. 1975, The Environment and
atau disediakan oleh warga seperti Social Behavior. Monterey, CA:
baturan, amben, rincak dan lain-lain, hal Wadsworth.
tersebut tidak menimbulkan perbedaan 2) Anggaruti. D, Sihombing. A, 2006,

45
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tadulako
Jurnal “ ruang “ VOLUME 2 NOMOR 1 Maret 2010

Teritorialitas dalam Komunitas Kampung


Kota, Jurnal Sains dan Teknologi EMAS Vol
16 No. 1, 2006
3) Brower, S.N., 1976, Territory in Urban
Settings. Dalam Altman, (1980),
HumanBehavior and Enviroment. Plenary
Press, NY and London
4) Haryadi,Setiawan.B , 1995, Arsitektur
Lingkungan dan Perilaku, Proyek
Pengembangan Pusat studi Dirjen Dekbud.
Yogyakarta.
5) Laurens,J.M, 2004, Arsitektur dan Perilaku
Manusia, Grasindo, Surabaya.
6. Zeisel, J., 1981, Inquiry by Design: Tools for
Environment-Behavior Research.
Cambridge University Press, Cambridge.

46
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tadulako

Anda mungkin juga menyukai