Teritorialitas Ruang Pada Permukiman Kampung Melayu
Teritorialitas Ruang Pada Permukiman Kampung Melayu
ABSTRAK
Pemanfaatan ruang permukiman di Kampung Melayu Kota Makassar khususnya pada hunian dengan
tingkat kepadatan tinggi, secara tidak sadar mengarahkan penghuni mensetting ruang luar sebagai area
yang dimilikinya (teritori). Latar belakang utama pembentuk teritori tersebut diantaranya legalitas, lama
menghuni, aktivitas dan persepsi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui batas teritori yang diterapkan
dan karakteristiknya pada Kampung Melayu Kota Makassar. Metode penelitian yang digunakan adalah
rasionalistik. hasil penelitian membahas batas teritori fisik dan non fisik. Sedangkan karakteristik
teritorialitas ruang adalah berbentuk persegi (square), memanjang (linear), berdasarkan waktu, aktivitas,
dan latar belakang budaya masyarakat.
Kata Kunci : Permukiman, Teritorialitas, Batas, Fisik, Karakteristik
28
Linears : jurnal ilmu arsitektur issn 2614-3976
tidakadanya pembatas fisik. Selain itu faktor pembentuk teritorialitas perumahan antara
sosial masyarakat yang berkonsep lain aspek legalitas, aspek aktivitas dan
kekeluargaan juga menginginkan banyaknya aktivitas persepsi. Pola ekspansi yang terjadi
ruang bersama, sehingga kurangnya kontrol pada perumahan terbentuk dari lima jenis
akan hal ini. Kemudian mayoritas penghuni aktivitas jual beli, berbincang, bermain,
beranggapan bahwa ruang luar persil menjemur dan memarkir. dari kelima aktivitas
merupakan bagian dari kavling tanah miliknya. ini menghasilkan tiga pola umum ekspansi
Akibatnya para penghuni merasa memiliki hak teritorial, yang pertama pola ekspansi di batas
penuh dalam menggunakan dan menata legal, di luar batas legal dan di koridor
ruang persil sesukanya. Ruang komunal pun sebagai teritori publik.
terbentuk baik pada ruang transisi, ruang jalan Menurut Burhanuddin (2010), kompleksnya
ataupun tempat lainnya yang dapat permasalahan yang ada pada ruang publik
menampungkegiatan bersama. utamanya di permukiman padat penduduk, dimana
Teritorialitas merupakan perilaku yang ruang tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat
untuk berinteraksi, ketika ruang yang digunakan
berhubungan dengan rasa kepemilikan
untuk kepentingan pribadi seperti halnya
seseorang terhadap suatu ruang tertentu yang menjemur, parkir gerobak dan kendaraan, pilihan
jika dimasuki tanpa izin maka akan lokasinya adalah yang terdekat dengan tempat
menimbulkan ketersinggungan (Laurens, tinggal, sehingga hal ini tampaknya membentuk
2004). Ananto Sofian (2015) memaparkan suatu teritori ruang pribadi dan ruang bersama.
bahwa penghadiran teritorialitas pada
permukiman vertikal dapat menjadi salah satu METODE
cara untuk menghilangkan keterasingan Penelitian yang digunakan adalah
masyarakat penghuni permukiman horizontal penelitian rasionalistik. dimana pendekatan
terhadap budaya berhuni di permukiman yang digunakan melihat kebenaran bukan
vertikal. semata-mata dari empiri tetapi juga wawacara
Halim (2006) menyatakan bahwa sebagai suatu bagian konstruksi berpikir.
teritorialitas merupakan perilaku dimana tujuan penelitian ini adalah mengeksplorasi
seseorang ingin menjadi diri sendiri atau teritorialitas ruang permukiman kampung
menyatakan diri bahwa ia memiliki dan Melayu dari aspek bentuk dan karakteristiknya
melakukan pertahanan terhadap suatu area. berdasarkan objek pengamatan di lapangan.
Febrianto, Santoso dan Wulandari (2017) untuk memudahkan penelitian di lapangan
menyatakan bahwa konsep pola spasial maka diperlukan indikator dan objek
teritori hunian masyarakat desa pertanian pengamatan yang diccantumkan pada tabel 1
terdiri atas dua kategori utama yaitu spasial berikut.
yang terdiri dari tema-tema empiris (pola Tabel 1. Indikator dan Objek Pengamatan
hunian dan pola lansekap pertanian) dan nilai
spasial terdiri dari tema-tema sosial (civitas, Indikator Objek Pengamatan
aktivitas dan artefak). Batas teritori Teritori fisik dan non fisik
Terdapat tiga aspek pembentuk ruang Kampung
Melayu
teritorialitas yaitu legalitas, aktivitas dan
Bentuk persegi (square)
persepsi yang dapat mempengaruhi maupun yaitu warung dan ruang
mendorong penghuni untuk melakukan terbuka dan
ekspansi teriroialitas tersebut. legalitas yang Bentuk memanjang
dimaksud adalah adanya bukti hukum Karakteristik
(linear) yaitu jalan
kepemilikan atau bukti hak penggunaan atas teritorialitas ruang
lingkungan
permukiman
suatu tempat. aspek aktivitas adalah interaksi Aktivitas di pagi, siang
sosial masyarakat yang terjadi pada suatu dan sore hari
lokasi tertentu. sedangkan aspek persepsi Latar belakang dan
adalah nilai yang berasal dari pemahaman budaya masyarakat
pengguna atau masyarakat mengenai (Sumber: Analisis Penulis, 2017)
batasan teritorialitas itu sendiri (Widjaja,
2007). HASIL DAN PEMBAHASAN
Menurut Tamiya, Dewi R, Sofian dan Gambaran Umum Permukiman Kampung
Adib (2015) menyatakan bahwa pola ekspansi Melayu
29
Linears : jurnal ilmu arsitektur issn 2614-3976
Kelurahan Melayu adalah salah satu dari Batas teritori ruang yang terbentuk pada
9 kelurahan yang berada di Kecamatan Wajo permukiman Kampung Melayu terbagi
(Kawasan Perkotaan Makassar), dengan menjadi dua yaitu teritori fisik dan non fisik.
kondisi topografi yang relatif datar hingga Teritori fisik sebagai kontrol ruang berupa (1)
berbukit.Secara geografis Kelurahan Melayu Penerapan double gate pada fasilitas
terletak antara -5,124712 Lintang Selatan dan peribadatan yaitu adanya gerbang di masing-
119,415594 Bujur Timur dengan batas masing akses jalan menuju Masjid Al Fajri
administrasi sebelah timur berbatasan yang terletak di Jalan Muhammadiyah Lorong
dengan Kelurahan Bontoala Parang, sebelah 202 B, (2) Signage komunitas di ujung jalan
barat berbatasan dengan Kelurahan Butung, diantaranya menunjukkan komunitas
sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan sepakbola, maupun identitas permukiman
Malimongan Tua, sebelah selatan berbatasan sebagai lorong KB (Keluarga Berencana), (3)
dengan Kelurahan Ende. Pola pemanfaatan Akses bangunan hunian berupa jalan
lahan di Kampung Melayu didominasi oleh berbentuk memanjang dilengkapi pintu besi
permukiman dan perdagangan dan jasa. sebagai penegasan batas persil yang dimiliki
Penduduk Kelurahan Melayu tahun 2017 penghuni dan pintu utama menuju bangunan,
tercatat sebanyak 4.605 jiwa yang terdiri dari (4) Aturan cul-de-sac (gang buntu) pada
2014 jiwa penduduk laki-laki dan 2591 jiwa beberapa hunian yang berhadapan dengan
penduduk perempuan. Penyebaran penduduk jalan selebar 1-2 meter sehingga
Kelurahan Melayu yang dirinci menurut RW kecendrungan koridor permukiman mengarah
menunjukkan bahwa penduduk masih ke semi privat, (5) Pagar bangunan hunian
terkonsentrasi di wilayah RW 8 yaitu bermaterial besi cenderung transparan dan
sebanyak 770 jiwa atau sekitar dari total tembok masif, (6) Teras hunian sebagai ruang
penduduk, disusul RW 2 sebanyak 745 jiwa transisi yang difungsikan sebagai ruang
disusul RW 5 sebanyak 616 jiwa dissusul RW penerimaan tamu temporer maupun ruang
7 sebanyak 614 jiwa disusul RW 1 sebanyak berjualan.
521 disusul RW 6 sebanyak 519 disusul RW 3
sebanyak 445 Yang terendah adalah di RW 4
sebanyak 375 jiwa.
30
Linears : jurnal ilmu arsitektur issn 2614-3976
31
Linears : jurnal ilmu arsitektur issn 2614-3976
melakukan aktivitas, (2) Rumah warga saling sekitar, biasanya mereka yang merupakan
berhadapan sehingga potensi rasa saling saudagar, tokoh masyarakat ataupun orang
memiliki dan kekerabatan antar warga yang lebih tua. Aktivitas yang dilakukan pada
sekitarnya yang umumnya berada pada rumah tersebut diantaranya memperingati hari
tingkat sosial yang hampir sama, (3) besar islam seperti maulid Nabi Besar
Komponen aktivitas ruang yang ada Muhammad SAW(maudu’), buka puasa
bersama, maupun peringatan 10 Muharram.
32
Linears : jurnal ilmu arsitektur issn 2614-3976
suku Bugis Makassar, Suku Ternate dan juga cenderung melakukan aktivitas menjemur
Etnis Tionghoa. keragaman ini menimbulkan pakaian, (4) Masyarakat dengan lama
toleransi bagi masyarakatnya. walaupun ada menetap 11-25 tahun dan > 25 tahun
aktivitas yang dilakukan berdasarkan cenderung melakukan aktivitas berjualan.
kelompok atau komunitas yang sama, tetapi Sehingga dapat terlihat bahwa masyarakat
dalam ‘ruang’ mereka dapat menyatu dan yang telah menghuni Kampung Melayu < 1
tidak terlihat adanya konflik. tahun cenderung melakukan aktivitas
Faktor sosial dan budaya yang ekspansi dengan intensitas paling rendah dan
mempengaruhi terbentuknya ruang adalah masyarakat yang paling lama tinggal (>25
pola aktivitas yang cenderung mengelompok tahun) cenderung paling sering melakukan
dan terdapatnya tempat berkumpul yang aktivitas ekspansi teritorialitas. Hal ini
menjadi ciri khas mereka. selain itu terdapat menunjukkan bahwa semakin lama
faktor kedekatan budaya atau status sosial masyarakat tinggal,
yang sama, seperti asal daerah, etnis, agama, maka cenderung
pekerjaan dan pendidikan serta semakin tinggi jenis
kegemaran/hobby dan umur. aktivitas ekspansi
Pengaruh lain dari latar belakang teritorialitas yang
masyarakat adalah bentuk rumah yang dilakukannya serta
ditempati. secara umum rata-rata rumah yang kontinuitasnya juga
mereka tempati masih bergaya arsitektur lokal lebih tinggi.
bahkan masih ada yang mencirikan arsitektur
kolonial dan konsep Melayu. Selain itu untuk
kepadatan bangunan hunian masih kategori
kepadatan sedang. Halaman rumah memiliki
luasan yang berbeda bahkan ada yang
langsung berbatasan jalan (tanpa halaman).
rumah yang masih berkonsep Melayu atau
kolonial, rata-rata masih memiliki halaman
yang berbentuk memanjang mengikuti lebar (Sumber: Dokumentasi Penulis, 2017)
atau panjang rumah. Orientasi rumah
umumnya menghadap ke jalan sehingga Gambar 8. Bentuk Ekspansi Teritorial yang
penghuni yang bertetangga atau yang dilakukan Masyarakat Kampung
berhadapan dapat sering bertemu. Melayu
Aspek karakteristik penghuni Kampung
Melayu yang paling berpengaruh terjadinya
aktivitas ekspansi teritorialitas pada Kesimpulan
masyarakat adalah lama menetap. Analisis Batas teritori permukiman Kampung
dilakukan berdasarkan hasil wawancara Melayu yang terbentuk secara fisik dan non
kepada warga di lokasi penelitian yang dibagi fisik merupakan kontrol ruang penghuni
menjadi lima kategori yaitu 81) Lama menetap terhadap ruang luarnya yang tersetting karena
<1 tahun, (2) Lama menetap 1-5 tahun, (3) aktivitas, persepsi dan legalitas serta orientasi
Lama menetap 6-10 tahun, (4) Lama menetap hunian. Karakteristik teritorialitas ruang
11-25 tahun, dan (5) Lama menetap > 25 memiliki bentuk dan pola berbeda-beda
tahun. tergantung aktivitas, waktu, latar belakang
Masyarakat yang (1) Lama menetap < 1 budaya dan lama menetap masyarakat di
tahun cenderung melakukan aktivitas Permukiman Kampung Melayu.
berbincang-bincang, (2) Lama menetap 1-5
tahun cenderung melakukan aktivitas
memarkirkan kendaraan dan bermain di luar
persil mereka, (3) Lama menetap 6-10 tahun
DAFTAR PUSTAKA
Burhanuddin. 2010. Karakteristik Teritorialitas Ruang pada Permukiman Padat di Perkotaan. Jurnal Ruang
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tadulako, 2 (1): 40.
33
Linears : jurnal ilmu arsitektur issn 2614-3976
Dewinna Farah Puspita dan Angger Sukma Mahendra. 2017. Teritori Feminisme pada Kantor dan
Apartemen. Jurnal Sains dan Seni Pomits, 6 (2): .
Halim, D. 2005. Psikologi Arsitektur. Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia: Jakarta
Redi S.F., Lisa D.W., Herry S. 2017. Pola Spasial Teritori pada Lanskap Hunian Masyarakat Peladang Desa
Juruan Laok Madura Timur. Jurnal Teknik Arsitektur ARTEKS, 2 (1).
Sofian D.A., 2015. Adaptasi Teritorialitas pada Permukiman Horizontal ke dalam Permukiman Vertikal.
Jurnal Temu Ilmiah IPLBI 2015.
Tamiya M., Saada K, Dewi, et.al. 2015. Teritorialitas Masyarakat Perumahan Menengah ke Bawah, Studi
Kasus : Perumahan Sukaluyu, Cibeunying Kaler, Bandung. Program Studi Magister Arsitektur,
Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung.
Prociding Temu Ilmiah IPLBI 2015 , C 096: 6.
Widjaja & Pele. 2007. Teritorialitas Domestik Rumah pada Dua Kampung di Kota Bandung. Disertasi
Program Studi Arsitektur ITB. Bandung: Program Pascar¥sarjana.....
Dokumen Rencana Penataan Lingkungan Permukiman Kelurahan Melayu Kota Makassar. 2017. Program
KOTAKU. Direktorat Jenderal Cipta Karya.
Kota Makassar dalam Angka 2017. Penerbit BPS Kota Makassar.
34