Anda di halaman 1dari 7

Linears : jurnal ilmu arsitektur issn 2614-3976

TERITORIALITAS RUANG PADA PERMUKIMAN KAMPUNG MELAYU


KOTA MAKASSAR

Andi Annisa Amalia; Citra Amalia Amal,


Program Studi Arsitektur Universitas Muhammadiyah Makassar
Email : annisa@unismuh.ac.id

ABSTRAK

Pemanfaatan ruang permukiman di Kampung Melayu Kota Makassar khususnya pada hunian dengan
tingkat kepadatan tinggi, secara tidak sadar mengarahkan penghuni mensetting ruang luar sebagai area
yang dimilikinya (teritori). Latar belakang utama pembentuk teritori tersebut diantaranya legalitas, lama
menghuni, aktivitas dan persepsi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui batas teritori yang diterapkan
dan karakteristiknya pada Kampung Melayu Kota Makassar. Metode penelitian yang digunakan adalah
rasionalistik. hasil penelitian membahas batas teritori fisik dan non fisik. Sedangkan karakteristik
teritorialitas ruang adalah berbentuk persegi (square), memanjang (linear), berdasarkan waktu, aktivitas,
dan latar belakang budaya masyarakat.
Kata Kunci : Permukiman, Teritorialitas, Batas, Fisik, Karakteristik

PENDAHULUAN sementara jumlah penghuni dan aktivitas


Perkembangan penduduk di perkotaan bertambah.
ditandai dengan meningkatnya jumlah Kampung Melayu adalah salah satu
penduduk, kepadatan bangunan, jumlah kampung kota yang memiliki kontribusi dalam
kendaraan dan pemekaran wilayah kota ke perkembangan perkotaan di Makassar.
arah pinggir kota. Pertumbuhan jumlah Berdasarkan sejarah, kampung ini menandai
penduduk dari waktu ke waktu selain karena terbentuknya kawasan kota lama dan
faktor alami kelahiran, juga disebabkan kejayaan Makassar tempo dulu sebagai
karena tingginya urbanisasi. Jumlah kawasan perdagangan nusantara dan sejarah
penduduk yang semakin meningkat ini tidak perjuangan Kerajaan Gowa Tallo.
seimbang secara sosial member dampak Fenomena menarik dari penelitian ini
pada kepadatan (density) atau kesesakan adalah munculnya gejala-gejala
(crowded) yang dapat menggerogoti individualiasme pada permukiman modern
kesejahteraan hidup warga perkotaan. ditengah masyarakat kampung yang masih
Dampak pertambahan penduduk tersebut menjunjung tinggi kebersamaan. Organisasi
juga dialami di Kota Makassar. Sebagai salah sosial masyarakat lebih mempengaruhi
satu kota besar di Indonesia, tahun 2016 organisasi spatial. Organisasi sosial atau
jumlah penduduk mencapai angka 1.469.601 struktur masyarakat penghuni kampung
Jiwa (Makassar dalam Angka, 2017). Selain Melayu akan mempengaruhi tata ruang yang
itu tahun pada bulan desember tahun 2016 dimanfaatkan untuk berbagai aktivitas. Hal ini
Makassar yang awalnya berjumlah 143 menjadi salah satu faktor pembentuk
kelurahan saat ini mengalami pemekaran teritorialitas ruang dan diterapkan pada
menjadi 153 kelurahan.Hai ini menunjukkan permukiman Kampung Melayu.
bahwa pertumbuhan penduduk sangat Teritori disini ditinjau dari orientasi dan
berkaitan erat dengan masalah keruangan batas. Orientasi kampung sangat bergantung
pada lokasi permukiman. pada jalur sirkulasi dengan tidak adanya open
Pemanfaatan ruang di kawasan space ataupun landmark sebagai figur yang
permukiman Kota Makassar khususnya pada dapat mengarahkan pola perletakkan massa.
hunian dengan tingkat kepadatan tinggi Orientasi yang terjadicenderung ke arah garis
menjadi sangat terbatas dengan aktivitas linier yang dijadikan tanda berupa jalan.
yang dilakukan penghuninya. Karena Pada tingkat ruang mikro, orientasi
kepadatan manusia dan bangunan, penghuni membentuk ruang transisi dan pagar
secara tidak sadar telah mensetting ruang luar pembatas. Ruang transisi dan pagar
sebagai area yang dimilikinya (teritori) karena pembatas merupakan elemen pembentuk
padatnya persil lahan yang mereka miliki, teritori. Fenomena terciptanya ruang komunal
pada ruang jalan salah satunya diakibatkan

28
Linears : jurnal ilmu arsitektur issn 2614-3976

tidakadanya pembatas fisik. Selain itu faktor pembentuk teritorialitas perumahan antara
sosial masyarakat yang berkonsep lain aspek legalitas, aspek aktivitas dan
kekeluargaan juga menginginkan banyaknya aktivitas persepsi. Pola ekspansi yang terjadi
ruang bersama, sehingga kurangnya kontrol pada perumahan terbentuk dari lima jenis
akan hal ini. Kemudian mayoritas penghuni aktivitas jual beli, berbincang, bermain,
beranggapan bahwa ruang luar persil menjemur dan memarkir. dari kelima aktivitas
merupakan bagian dari kavling tanah miliknya. ini menghasilkan tiga pola umum ekspansi
Akibatnya para penghuni merasa memiliki hak teritorial, yang pertama pola ekspansi di batas
penuh dalam menggunakan dan menata legal, di luar batas legal dan di koridor
ruang persil sesukanya. Ruang komunal pun sebagai teritori publik.
terbentuk baik pada ruang transisi, ruang jalan Menurut Burhanuddin (2010), kompleksnya
ataupun tempat lainnya yang dapat permasalahan yang ada pada ruang publik
menampungkegiatan bersama. utamanya di permukiman padat penduduk, dimana
Teritorialitas merupakan perilaku yang ruang tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat
untuk berinteraksi, ketika ruang yang digunakan
berhubungan dengan rasa kepemilikan
untuk kepentingan pribadi seperti halnya
seseorang terhadap suatu ruang tertentu yang menjemur, parkir gerobak dan kendaraan, pilihan
jika dimasuki tanpa izin maka akan lokasinya adalah yang terdekat dengan tempat
menimbulkan ketersinggungan (Laurens, tinggal, sehingga hal ini tampaknya membentuk
2004). Ananto Sofian (2015) memaparkan suatu teritori ruang pribadi dan ruang bersama.
bahwa penghadiran teritorialitas pada
permukiman vertikal dapat menjadi salah satu METODE
cara untuk menghilangkan keterasingan Penelitian yang digunakan adalah
masyarakat penghuni permukiman horizontal penelitian rasionalistik. dimana pendekatan
terhadap budaya berhuni di permukiman yang digunakan melihat kebenaran bukan
vertikal. semata-mata dari empiri tetapi juga wawacara
Halim (2006) menyatakan bahwa sebagai suatu bagian konstruksi berpikir.
teritorialitas merupakan perilaku dimana tujuan penelitian ini adalah mengeksplorasi
seseorang ingin menjadi diri sendiri atau teritorialitas ruang permukiman kampung
menyatakan diri bahwa ia memiliki dan Melayu dari aspek bentuk dan karakteristiknya
melakukan pertahanan terhadap suatu area. berdasarkan objek pengamatan di lapangan.
Febrianto, Santoso dan Wulandari (2017) untuk memudahkan penelitian di lapangan
menyatakan bahwa konsep pola spasial maka diperlukan indikator dan objek
teritori hunian masyarakat desa pertanian pengamatan yang diccantumkan pada tabel 1
terdiri atas dua kategori utama yaitu spasial berikut.
yang terdiri dari tema-tema empiris (pola Tabel 1. Indikator dan Objek Pengamatan
hunian dan pola lansekap pertanian) dan nilai
spasial terdiri dari tema-tema sosial (civitas, Indikator Objek Pengamatan
aktivitas dan artefak). Batas teritori Teritori fisik dan non fisik
Terdapat tiga aspek pembentuk ruang Kampung
Melayu
teritorialitas yaitu legalitas, aktivitas dan
Bentuk persegi (square)
persepsi yang dapat mempengaruhi maupun yaitu warung dan ruang
mendorong penghuni untuk melakukan terbuka dan
ekspansi teriroialitas tersebut. legalitas yang Bentuk memanjang
dimaksud adalah adanya bukti hukum Karakteristik
(linear) yaitu jalan
kepemilikan atau bukti hak penggunaan atas teritorialitas ruang
lingkungan
permukiman
suatu tempat. aspek aktivitas adalah interaksi Aktivitas di pagi, siang
sosial masyarakat yang terjadi pada suatu dan sore hari
lokasi tertentu. sedangkan aspek persepsi Latar belakang dan
adalah nilai yang berasal dari pemahaman budaya masyarakat
pengguna atau masyarakat mengenai (Sumber: Analisis Penulis, 2017)
batasan teritorialitas itu sendiri (Widjaja,
2007). HASIL DAN PEMBAHASAN
Menurut Tamiya, Dewi R, Sofian dan Gambaran Umum Permukiman Kampung
Adib (2015) menyatakan bahwa pola ekspansi Melayu

29
Linears : jurnal ilmu arsitektur issn 2614-3976

Kelurahan Melayu adalah salah satu dari Batas teritori ruang yang terbentuk pada
9 kelurahan yang berada di Kecamatan Wajo permukiman Kampung Melayu terbagi
(Kawasan Perkotaan Makassar), dengan menjadi dua yaitu teritori fisik dan non fisik.
kondisi topografi yang relatif datar hingga Teritori fisik sebagai kontrol ruang berupa (1)
berbukit.Secara geografis Kelurahan Melayu Penerapan double gate pada fasilitas
terletak antara -5,124712 Lintang Selatan dan peribadatan yaitu adanya gerbang di masing-
119,415594 Bujur Timur dengan batas masing akses jalan menuju Masjid Al Fajri
administrasi sebelah timur berbatasan yang terletak di Jalan Muhammadiyah Lorong
dengan Kelurahan Bontoala Parang, sebelah 202 B, (2) Signage komunitas di ujung jalan
barat berbatasan dengan Kelurahan Butung, diantaranya menunjukkan komunitas
sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan sepakbola, maupun identitas permukiman
Malimongan Tua, sebelah selatan berbatasan sebagai lorong KB (Keluarga Berencana), (3)
dengan Kelurahan Ende. Pola pemanfaatan Akses bangunan hunian berupa jalan
lahan di Kampung Melayu didominasi oleh berbentuk memanjang dilengkapi pintu besi
permukiman dan perdagangan dan jasa. sebagai penegasan batas persil yang dimiliki
Penduduk Kelurahan Melayu tahun 2017 penghuni dan pintu utama menuju bangunan,
tercatat sebanyak 4.605 jiwa yang terdiri dari (4) Aturan cul-de-sac (gang buntu) pada
2014 jiwa penduduk laki-laki dan 2591 jiwa beberapa hunian yang berhadapan dengan
penduduk perempuan. Penyebaran penduduk jalan selebar 1-2 meter sehingga
Kelurahan Melayu yang dirinci menurut RW kecendrungan koridor permukiman mengarah
menunjukkan bahwa penduduk masih ke semi privat, (5) Pagar bangunan hunian
terkonsentrasi di wilayah RW 8 yaitu bermaterial besi cenderung transparan dan
sebanyak 770 jiwa atau sekitar dari total tembok masif, (6) Teras hunian sebagai ruang
penduduk, disusul RW 2 sebanyak 745 jiwa transisi yang difungsikan sebagai ruang
disusul RW 5 sebanyak 616 jiwa dissusul RW penerimaan tamu temporer maupun ruang
7 sebanyak 614 jiwa disusul RW 1 sebanyak berjualan.
521 disusul RW 6 sebanyak 519 disusul RW 3
sebanyak 445 Yang terendah adalah di RW 4
sebanyak 375 jiwa.

(Sumber: Dokumentasi Penulis, 2017)

Gambar 2. Teritori Fisik Kampung Melayu

Teritori Ruang Non Fisik


Teritori non fisik pada permukiman
Kampung Melayu terbentuk karena kesadaran
warga masyarakat akan batas wilayah.
umumnya teritori ini dibentuk oleh beberapa
komunitas atau kelembagaan masyarakat
yang berdomisili di dalam permukiman
tersebut yang diwujudkan pada ruang publik
(Sumber: Dokumen RPLP Kelurahan Melayu, 2017, dan ruang peralihan.
Halaman 8)
Ruang publik adalah area terbuka yang
Gambar 1. Peta Distribusi Kepadatan Penduduk disepakati oleh warga dalam penggunaan dan
Kelurahan Melayu pemeliharaannya bersifat kolektif. contoh
gang permukiman maupun sempadan jalan.
Batas Teritori Ruang antara lain Lorong permukiman, area PKL dan
Teritori Ruang Fisik parkir. Setting teritorial yang terbentuk
berupa (1) Kesepakatan diantaranya lorong

30
Linears : jurnal ilmu arsitektur issn 2614-3976

permukiman memperbolehkan adanya permukaan yang berbeda.


aktivitas bermain anak karena tidak adanya (Sumber: Dokumentasi Penulis, 2017)
sarana bermain dengan batasan waktu
penggunaan, (2) Area PKL berupa pedagang Gambar 3. Pekarangan Rumah di Kampung
bakso yang berjualan di bahu jalan dan wajib Melayu
membersihkan area ketika sudah selesai Teritorialitas Ruang Berbentuk Memanjang
beraktivitas, (3) Parkir diperbolehkan (Linear)
sepanjang jalan yang bukan area masuk Bentuk ruang memanjang (linier)
bangunan maupun depan toko (area komersil) aktivitasnya cenderung memancar atau
dengan jangka waktu hanya 1-3 Jam. menyebar sepanjang pola liner yang ada
Ruang peralihan dibuat sebagai dengan memanfaatkan jalan sebagai ruang
penghubung berbagai teritori yang memiliki beraktivitas/interaksi. Oleh karena
perbedaan sifat. Area pintu masuk sekolah keterbatasan lahan, maka sebagian warga
misalnya maupun Masjid merupakan daerah menggunakan jalan untuk melakukan
transisi. pada area ini, gugatan teritori aktivitas/interaksi. Pengamatan dilakukan
individual dan kolektif biasanya saling pada dua jenis jalan berdasarkan hirarkinya
tumpang tindih sehingga perlu ada yaitu (1) Jalan Lokal Sekunder II dengan lebar
kesepakatan untuk menghindari terjadinya 3- 5 Meter dan Jalan lingkungan dengan lebar
konflik. Keberhasilan ruang peralihan dalam 1-2 meter.
membentuk ruang komunal di Permukiman Pada Jalan lokal sekunder dengan
Kampung Melayu cukup baik memberikan melakukan pengamatan di Jalan
kontribusi demi kenyamanan lingkungan. Muhammadiyah dan Jalan KH Abdullah
didapatkan hasil bahwa (1) Luasan cukup
Karakteristik Teritorialitas Ruang
memadai untuk menampung aktivitas warga
Teritorialitas Ruang Berbentuk Persegi
dan memiliki keterbukaan ruang, dapat
(Square)
digunakan untuk aktivitas yang bersifat aktif
Bentuk dan pola permukiman di serta cukup mendukung jarak dan aspek
Kelurahan Melayu pada umumnya terdiri dari pandang bagi pengguna ruang (view), (2)
dua yakni secara linear mengikuti pola jalan Rumah warga yang melingkupi ruang dapat
eksisting dan berbentuk cluster, rumah memudahkan akses ke ruang tersebut karena
umumnya menyebar dan ada yang berkumpul relatif lebih dekat dan mudah, (3) Jalan ini
dalam sebuah titik sehingga secara visual dilalui kendaraan bermotor yang melayani
terlihat padat. Bentuk ruang persegi antar antar RW, penghubung antara
cenderung memusat atau terfokus dalam kelurahan di sekitar permukiman Kampung
ruang . Melayu dan penghubung ke jalan kolektor.
Karakteristik teritorialitas ruang bentuk
persegi (square) adalah (1) Ruang terbuka
berupa lapangan yang terbentuk secara
spontan karena pola ruang hunian
disekitarnya mengelilingi lahan kosong
tersebut, selain itu terdapat pula beberapa
hunian yang memiliki ruang terbuka berbentuk
square berupa pekarangan, (2) Warga dapat Sumber : Dokumentasi Penulis, 2017
mengontrol dan mengawasi ke segala sisi
‘ruang’ interaksi karena bentuk ruang yang Gambar 4. Jalan Lokal Sekunder II Kampung
persegi sehingga menimbulkan rasa aman Melayu
dalam beraktivitas, (3) Pembatas ruang
(enclosure) lebih jelas karena adanya pagar Jalan Lingkungan dengan lebar 1-2 Meter
hunian di pekarangan rumah warga ataupun dilakukan pengamatan di Lorong 226, Lorong
menggunakan material dan elevasi 202, dan Jalan Muna 43-47 didapatkan hasil
bahwa (1) Kesan ruang terasa sempit dan
tertutup karena dibatasi oleh rumah warga
sehingga tingkat kenyamanan rendah dari
aspek view dan aspek gerak dalam

31
Linears : jurnal ilmu arsitektur issn 2614-3976

melakukan aktivitas, (2) Rumah warga saling sekitar, biasanya mereka yang merupakan
berhadapan sehingga potensi rasa saling saudagar, tokoh masyarakat ataupun orang
memiliki dan kekerabatan antar warga yang lebih tua. Aktivitas yang dilakukan pada
sekitarnya yang umumnya berada pada rumah tersebut diantaranya memperingati hari
tingkat sosial yang hampir sama, (3) besar islam seperti maulid Nabi Besar
Komponen aktivitas ruang yang ada Muhammad SAW(maudu’), buka puasa
bersama, maupun peringatan 10 Muharram.

cenderung multifungsi karena beberapa


warga mensetting teritorinya dengan
memfungsikan teras sebagai ruang berjualan (Sumber: Dokumentasi Penulis, 2017)
dan jemuran di ruang yang tersisa ataupun di
koridor depan rumah tinggalnya. Gambar 6. Aktivitas di Koridor Jalan

(Sumber: Dokumentasi Penulis, 2017) Aktivitas mingguan yang rutin dilakukan


oleh masyarakat Kampung Melayu adalah
kerja bakti sebagai bentuk kepedulian mereka
Gambar 5. Jalan Lingkungan Lebar 1 Meter di terhadap lingkungannnya. Teritorialitas ruang
Kampung Melayu
yang terbentuk pada kegiatan ini adalah
Karakteristik Teritorialitas Ruang masyarakat cenderung membersihkan sesuai
Berdasarkan Aktivitas dan Waktu wilayah teritorialitasnya yaitu batas
Selama pengamatan di lapangan ditemui huniannya, batas administratif tempat mereka
beberapa tempat yang merupakan aktivitas tinggal misalnya mereka berkumpul
publik berupa kegiatan berkumpul atau bentuk membersihkan dalam satu RT, RW atau bila
kegiatan interaksi sesama warga baik kegiatannya skala kelurahan akan lebih
bertetangga maupun kelompok komunitas melibatkan elemen-elemen masyarakat
yang sama. aktivitas tersebut lebih banyak secara struktural maupun dalam satu
dilakukan di malam dan sore hari. Hal ini kelompok komunitas.
karena pada sore dan malam hari adalah
waktu luang bagi seluruh warga, dimana
setelah warga melakukan aktivitas sehari-hari,
ada yang telah pulang bersekolah, selesai
bekerja. disamping itu suhu pada sore hari
sudah mulai tidak terlalu panas sehingga lebih (Sumber: Dokumentasi
nyaman beraktivitas di ruang luar. Perubahan Penulis, 2017)
aktivitas di luar ruang berdasarkan waktu
cenderung terpusat (berkumpul) pada koridor Gambar 7. Aktivitas Membersihkan Lingkungan di
lorong atau di teras rumah masing-masing Kampung Melayu
(bersama keluarga).
Selain aktivitas yang umum, juga Karakteristik Teritorialitas Ruang
beberapa aktivitas khusus misalnya Berdasarkan Latar Belakang, Budaya
keagamaan. Proses daur hidup dan menjalani Masyarakat dan Lama Menetap
aktivitas di lingkungan binaan melihat dari sisi Aspek norma, budaya dan psikologis dari
inhabitasi di Kampung Melayu, memiliki masyarakat dapat berpengaruh dalam
karakteristik khas dimana masih adanya pembentukan ruang, sehingga latar belakang
beberapa hunian di ruas jalan tertentu yang masyarakat tidak dapat diabaikan begitu saja.
dijadikan tempat berkumpul masyarakat masyarakat yang bermukim di lokasi
penelitian terdiri dari beragam diantaranya

32
Linears : jurnal ilmu arsitektur issn 2614-3976

suku Bugis Makassar, Suku Ternate dan juga cenderung melakukan aktivitas menjemur
Etnis Tionghoa. keragaman ini menimbulkan pakaian, (4) Masyarakat dengan lama
toleransi bagi masyarakatnya. walaupun ada menetap 11-25 tahun dan > 25 tahun
aktivitas yang dilakukan berdasarkan cenderung melakukan aktivitas berjualan.
kelompok atau komunitas yang sama, tetapi Sehingga dapat terlihat bahwa masyarakat
dalam ‘ruang’ mereka dapat menyatu dan yang telah menghuni Kampung Melayu < 1
tidak terlihat adanya konflik. tahun cenderung melakukan aktivitas
Faktor sosial dan budaya yang ekspansi dengan intensitas paling rendah dan
mempengaruhi terbentuknya ruang adalah masyarakat yang paling lama tinggal (>25
pola aktivitas yang cenderung mengelompok tahun) cenderung paling sering melakukan
dan terdapatnya tempat berkumpul yang aktivitas ekspansi teritorialitas. Hal ini
menjadi ciri khas mereka. selain itu terdapat menunjukkan bahwa semakin lama
faktor kedekatan budaya atau status sosial masyarakat tinggal,
yang sama, seperti asal daerah, etnis, agama, maka cenderung
pekerjaan dan pendidikan serta semakin tinggi jenis
kegemaran/hobby dan umur. aktivitas ekspansi
Pengaruh lain dari latar belakang teritorialitas yang
masyarakat adalah bentuk rumah yang dilakukannya serta
ditempati. secara umum rata-rata rumah yang kontinuitasnya juga
mereka tempati masih bergaya arsitektur lokal lebih tinggi.
bahkan masih ada yang mencirikan arsitektur
kolonial dan konsep Melayu. Selain itu untuk
kepadatan bangunan hunian masih kategori
kepadatan sedang. Halaman rumah memiliki
luasan yang berbeda bahkan ada yang
langsung berbatasan jalan (tanpa halaman).
rumah yang masih berkonsep Melayu atau
kolonial, rata-rata masih memiliki halaman
yang berbentuk memanjang mengikuti lebar (Sumber: Dokumentasi Penulis, 2017)
atau panjang rumah. Orientasi rumah
umumnya menghadap ke jalan sehingga Gambar 8. Bentuk Ekspansi Teritorial yang
penghuni yang bertetangga atau yang dilakukan Masyarakat Kampung
berhadapan dapat sering bertemu. Melayu
Aspek karakteristik penghuni Kampung
Melayu yang paling berpengaruh terjadinya
aktivitas ekspansi teritorialitas pada Kesimpulan
masyarakat adalah lama menetap. Analisis Batas teritori permukiman Kampung
dilakukan berdasarkan hasil wawancara Melayu yang terbentuk secara fisik dan non
kepada warga di lokasi penelitian yang dibagi fisik merupakan kontrol ruang penghuni
menjadi lima kategori yaitu 81) Lama menetap terhadap ruang luarnya yang tersetting karena
<1 tahun, (2) Lama menetap 1-5 tahun, (3) aktivitas, persepsi dan legalitas serta orientasi
Lama menetap 6-10 tahun, (4) Lama menetap hunian. Karakteristik teritorialitas ruang
11-25 tahun, dan (5) Lama menetap > 25 memiliki bentuk dan pola berbeda-beda
tahun. tergantung aktivitas, waktu, latar belakang
Masyarakat yang (1) Lama menetap < 1 budaya dan lama menetap masyarakat di
tahun cenderung melakukan aktivitas Permukiman Kampung Melayu.
berbincang-bincang, (2) Lama menetap 1-5
tahun cenderung melakukan aktivitas
memarkirkan kendaraan dan bermain di luar
persil mereka, (3) Lama menetap 6-10 tahun

DAFTAR PUSTAKA
Burhanuddin. 2010. Karakteristik Teritorialitas Ruang pada Permukiman Padat di Perkotaan. Jurnal Ruang
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tadulako, 2 (1): 40.

33
Linears : jurnal ilmu arsitektur issn 2614-3976

Dewinna Farah Puspita dan Angger Sukma Mahendra. 2017. Teritori Feminisme pada Kantor dan
Apartemen. Jurnal Sains dan Seni Pomits, 6 (2): .
Halim, D. 2005. Psikologi Arsitektur. Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia: Jakarta
Redi S.F., Lisa D.W., Herry S. 2017. Pola Spasial Teritori pada Lanskap Hunian Masyarakat Peladang Desa
Juruan Laok Madura Timur. Jurnal Teknik Arsitektur ARTEKS, 2 (1).
Sofian D.A., 2015. Adaptasi Teritorialitas pada Permukiman Horizontal ke dalam Permukiman Vertikal.
Jurnal Temu Ilmiah IPLBI 2015.
Tamiya M., Saada K, Dewi, et.al. 2015. Teritorialitas Masyarakat Perumahan Menengah ke Bawah, Studi
Kasus : Perumahan Sukaluyu, Cibeunying Kaler, Bandung. Program Studi Magister Arsitektur,
Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung.
Prociding Temu Ilmiah IPLBI 2015 , C 096: 6.
Widjaja & Pele. 2007. Teritorialitas Domestik Rumah pada Dua Kampung di Kota Bandung. Disertasi
Program Studi Arsitektur ITB. Bandung: Program Pascar¥sarjana.....
Dokumen Rencana Penataan Lingkungan Permukiman Kelurahan Melayu Kota Makassar. 2017. Program
KOTAKU. Direktorat Jenderal Cipta Karya.
Kota Makassar dalam Angka 2017. Penerbit BPS Kota Makassar.

34

Anda mungkin juga menyukai