BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
atau kemudahan lokasi tata guna lahan dalam berinteraksi satu sama lain, dan
Pendapat lain, aksesibilitas adalah ukuran kemudahan yang meliputi waktu, biaya,
dan usaha dalam melakukan perpindahan antara tempat-tempat atau kawasan dari
dengan sistem jaringan transportasi yang bertujuan untuk memahami cara kerja
untuk meramalkan dampak lalu lintas beberapa tata guna lahan atau kebijakan
berdasarkan pada beberapa variabel yaitu ketersediaan jaringan jalan, jumlah alat
transportasi, panjang, lebar jalan, dan kualitas jalan. Selain itu yang menentukan
tinggi rendahnya tingkat akses adalah pola pengaturan tata guna lahan.
Keberagaman pola pengaturan fasilitas umum antara satu wilayah dengan wilayah
berpencarnya lokasi fasilitas umum secara geografis dan berbeda jenis dan
wilayah menjadi tidak merata (heterogen) dan faktor jarak bukan satu satunya
dan rekreasi baik aktivitas non fisik seperti kesempatan untuk bekerja,
wilayah adalah model yang dikembangkan oleh W.G. Hansen (dikutip dari
Model ini didasarkan pada anggapan bahwa tersedianya lapangan kerja, tingkat
aksesibilitas, dan adanya lahan perumahan yang masih kosong, akan menarik
penduduk untuk berlokasi di subwilayah tersebut. Menurut Lee, model ini tidak
persis sama dengan metode gravitasi karena didasarkan atas saling interaksi antar
daya tarik tersendiri dan bagaimana satu kegiatan dari keseluruhan wilayah
bereaksi terhadap daya tarik tersebut. Artinya origin tidak diperinci per
adanya unsur daya tarik yang terdapat di suatu subwilayah dan kemudahan untuk
segenap unsur yang terkait kepadanya yang batas dan sistemnya ditentukan
berdasarkan aspek administratif dan atau aspek fungsional (UU No. 26 Tahun
komponen wilayah tersebut satu sama lain saling berinteraksi secara fungsional.
Sehingga batasan wilayah tidaklah selalu bersifat fisik dan pasti tetapi seringkali
dan eksternal (peluang dan tantangan) yang ada sebagai potensi dan peluang yang
dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan produksi wilayah akan barang dan jasa
yang merupakan fungsi dari kebutuhan baik secara internal maupun eksternal
wilayah. Faktor internal ini berupa sumber daya alam, sumber daya manusia dan
sumber daya teknologi, sedangkan faktor eksternal dapat berupa peluang dan
dari berbagai teori dan model yang senantiasa berkembang yang telah
lahirnya konsep hirarki kota-kota dan hirarki prasarana jalan melalui Orde Kota.
konsep Pola dan Struktur ruang yang bahkan menjadi inspirasi utama bagi
lahirnya UU No.24/1992 tentang Penataan Ruang. Pada periode 1980-an ini pula,
wilayah nasional. Dalam perjalanannya SNPP ini pula menjadi cikal bakal
upaya sistematis dan menyeluruh untuk mewujudkan fungsi dan peran kota yang
mengatasi kesenjangan wilayah, misal antara KTI dan KBI, antar kawasan dalam
Indonesia.
utama pembentuk ruang (sumberdaya alam, buatan, manusia dan sistem aktivitas),
yang didukung oleh sistem hukum dan sistem kelembagaan yang melingkupinya.
dalam wujud tata ruang fisik kehidupan ekonomi dan sosial budaya yang mampu
dielaborasi oleh Stren, While dan Whitney dalam Eko Budihardjo dan Djoko
Sujarto (2005; 18) yaitu sebagai suatu interaksi antara tiga sistem : sistem biologis
Wilayah
stake holder yang ada. Faktor aksesibiitas akan sangat memegang peranan penting
dalam menggerakkan berbagai aspek kehidupan baik itu sosial, ekonomi dan
politik. Oleh sebab itu upaya pengembangan wilayah harus di dukung sistem
transportasi yang baik, sarana dan prasarana transportasi yang baik pasti akan
fisik.
2.4 Transportasi
barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan. Sehingga dengan kegiatan
tersebut maka terdapat tiga hal, yaitu adanya muatan yang diangkut, tersedianya
kendaraan sebagai alat angkut, dan terdapatnya jalan yang dapat dilalui. Proses
pemindahan dari gerakan tempat asal, dimana kegiatan pengangkutan dimulai dan
ke tempat tujuan dimana kegiatan diakhiri. Untuk itu dengan adanya pemindahan
barang dan manusia tersebut, maka transportasi merupakan salah satu sektor yang
dapat menunjang kegiatan ekonomi (the promoting sector) dan pemberi jasa (the
tingkah laku orang dalam ruang baik dalam membawa dirinya sendiri maupun
membawa barang-barang.
2. Sebagai prasarana bagi pergerakan manusia atau barang yang timbul akibat
Dengan melihat dua peran yang di sampaikan di atas, peran pertama sering
wilayah baru dimana pada wilayah tersebut tidak akan pernah ada peminatnya bila
menuju wilayah tersebut dan akan berdampak pada tingginya minat masyarakat
adanya sebuah sistem transportasi yang handal, efisien, dan efektif. Transportasi
yang efektif memiliki arti bahwa sistem transportasi yang memenuhi kapasitas
angkut, terpadu atau terintegrasi dengan antar moda transportasi, tertib, teratur,
lancar, cepat dan tepat, selamat, aman, nyaman dan biaya terjangkau secara
ekonomi. Sedangkan efisien dalam arti beban publik sebagai pengguna jasa
terbatasnya sumber daya, khususnya dana, kualitas dan kuantitas data yang
merupakan interaksi antara transport, tata guna lahan (land use), populasi
pemindahan barang dan manusia dilakukan dalam jumlah terbesar dan jarak yang
terkecil. Dalam hal ini transportasi massal merupakan pilihan yang lebih baik
karena kajian transportasi cukup luas dan beragam serta memiliki kaitan dengan
akan melibatkan kajian multi moda, multi disiplin, multi sektoral, dan multi
1. Multi moda, kajian masalah transportasi selalu melibatkan lebih dari satu
moda transportasi. Hal ini karena obyek dasar dari masalah transportasi adalah
manusia atau barang yang pasti melibatkan banyak moda transportasi. Apalagi
pergerakan dari satu tempat ke tempat lain tidak akan mungkin hanya
melibatkan satu moda saja. Hal ini sesuai dengan konsep Sistem Transportasi
karena kajiannya sangat beragam, mulai dari ciri pergerakan, pengguna jasa,
sampai dengan prasarana atau pun sarana transportasi itu sendiri. Adapun
4. Multi masalah, karena merupakan kajian multi moda, multi disiplin, dan multi
sangat beragam dan mempunyai dimensi yang sangat luas pula, seperti
pergerakan.
perkotaan; dan sebagai prasarana bagi pergerakan manusia atau barang yang
dikembangkan suatu wilayah baru dimana pada wilayah tersebut tidak akan
pernah ada peminatnya bila wilayah tersebut tidak disediakan sistem prasarana
penting untuk aksesibilitas menuju wilayah tersebut dan akan berdampak pada
berinteraksi satu sama lain dan “mudah” atau “susah”-nya lokasi tersebut dicapai
pernyataan yang sifatnya sangat “subyektif” dan “kualitatif”, karena setiap orang
dinyatakan dengan jarak. Jika suatu tempat berdekatan dengan tempat lain, maka
suatu wilayah yang berbeda pasti memiliki aksesibilitas yang berbeda, karena
aktivitas wilayah tersebut tersebar dalam sebuah ruang yang tidak merata. Akan
tetapi sebuah lahan yang diperuntukan untuk bandar udara memiliki lokasi yang
tidak sembarangan, sehingga lokasinya pun sangat jauh dari kota karena harus
Aksesibilitas menuju bandara menjadi rendah karena lokasinya yang sangat jauh
dari pusat kota, namun dapat diatasi dengan menyediakan sistem jaringan
transportasi yang dapat dilalui dengan kecepatan tinggi. Artinya, saat ini ukuran
aksesibilitas yang diukur berdasarkan jarak sudah tidak lagi digunakan, namun
dalam mengatasi permasalahan suatu kota atau daerah. Beberapa manfaat yang
sesuai dengan jenis kendaraanya dan kondisi sarananya. Dalam hal angkutan jalan
raya, penghematan tersebut dihitung untuk tiap jenis kendaraan per km, maupun
sebagai berikut:
b. Penggunaan pelumas;
c. Penggunaan ban;
2. Penghematan waktu
penghematan waktu dapat dikaitkan dengan banyaknya pekerjaan lain yang dapat
jumlah penumpang yang berpergian. untuk satu usaha jasa saja; dan dapat pula
dihitung dengan tambahan waktu senggang atau produksi yang timbul apabila
semua penumpang dapat mencapai tempat tujuan dengan lebih cepat. Adapun
perbedaan waktu tempuh dengan rata-rata pendapatan per jam dari jumlah pekerja
terutama dilihat pada barang-barang yang cepat turun nilainya jika tidak segera
sampai di pasar, seperti sayur-sayuran, buah-buahan dan ikan. Manfaat lain akibat
adanya penghematan waktu tempuh adalah biaya modal (modal atas modal kerja)
3. Pengurangan kecelakaan
sarana transportasi pelayaran, jalan kereta api dan sebagainya telah dapat
peningkatan sarana dan prasarana transportasi, hal ini menjadi tambahan biaya
kegiatan ekonomi suatu daerah. Besarnya manfaat ini sangat bergantung pada
produksi tersebut dengan adanya jalan dikurangi dengan nilai sarana produksi
terintegrasinya dua daerah tersebut, maka akan terjadi pemerataan pendapatan dan
prestise, sehingga manfaat ini sangat sulit untuk diperhitungkan secara kuantitatif.
sangat dinamis dan komplek. Interaksi ini melibatkan berbagai aspek kegiatan
menyatakan bahwa pola perubahan dan besaran pergerakan serta pemilihan moda
pergerakan merupakan fungsi dari adanya pola perubahan guna lahan di atasnya.
kerangka sistim interaksi guna lahan dan transportasi. Perkembangan guna lahan
seperti terlihat pada Bagan Sistem Interaksi Guna Lahan Transportasi (Meyer dan
sistim interaksi guna lahan dan transportasi sangat dinamis dan melibatkan unsur-
unsur lain sebagai pembentuk watak setiap komponen seperti pada komponen
wilayah, harga lahan dan sebagainya. Selain itu komponen sistim transportasi
operasi dan lain sebagainya. Implikasi dari perubahan atau perkembangan sistem
Apabila tata guna lahan saling berdekatan dan hubungan transportasi antar
tata guna lahan tersebut mempunyai kondisi baik, maka aksesibilitas tinggi,
sebaiknya, jika aktivitas tersebut saling terpisah jauh, dan hubungan transportasi
bersangkutan . Setiap zona dapat dicirikan dengan tiga ukuran , yaitu jenis
1990 :74-77). Secara terperinci, hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Jenis kegiatan
Jenis kegiatan dapat ditelaah dari dua aspek, yaitu yang umum
ciri yang lebih spesifik (daya dukung lingkungan, luas, fungsi). Setiap jenis
bangunan dan dinyatakan dengan nisbah luas lantai per unit luas tanah. Ukuran ini
Ukuran ini berkaitan dengan daya hubung antar zona yang terdiri dari jenis
pola jaringan pengangkutan kota dengan potensi guna lahan yang bersangkutan.
ruang kegiatan tersebut akan menjadi lebih menarik, dan biasanya menjadi lebih
beban pada transportasi yang harus ditanggulangi, dan siklus akan terulang
2.7 Mobilitas
pemodelan yang memperkirakan jumlah pergerakan yang berasal dari suatu zona
atau tata guna lahan dan jumlah pergerakan yang tertarik ke suatu tata guna lahan
atau zona . Pergerakan lalu-lintas merupakan fungsi tata guna lahan yang
pada dua aspek tata guna lahan menurut (Tamin, 2000:41), yaitu :
pendidikan mempunyai ciri bangkitan lalu lintas yang berbeda pada jumlah arus
lalu lintas, jenis lalu lintas, lalu lintas pada waktu yang berbeda.
tata guna lahan, tetapi juga oleh tingkat aktivitasnya. Semakin tinggi tingkat
penggunaan lahan, semakin tinggi pergerakan arus lalu lintas yang dihasilkan.
Sementara itu Martin menyatakan bahwa bangkitan lalu lintas dipengaruhi oleh
d. Guna lahan di tempat asal, merupakan ciri khas fisik yang dapat diukur.
Mempelajari tata guna lahan adalah cara yang baik untuk mempelajari lalu
lintas sebagai adanya kegiatan selama ini tersebut terukur, konstan, dan
dapat diramalkan.
e. Jarak dari Pusat Kegiatan, yang berkaitan dengan kepadatan penduduk dan
pemilihan moda.
f. Jauh perjalanan, adalah ciri khas alami yang dapat dijadikan parameter
g. Moda perjalanan, merupakan sisi lain dari maksud perjalanan yang dapat
perkendaraan.
i. Guna Lahan ditempat tujuan, pada hakekatnya tidak jauh berbeda dengan
relatif besar. Namun perlu diperhatikan tumpang tindih rute/trayek. Selain itu
umum dan waktu tempuh yang cepat sampai ke tempat tujuan. Namun harus
diakui bahwa sering terjadi kemacetan lalu lintas di Kota Pematang Siantar
berperan dalam pengembangan wilayah di Kota Binjai. Hal ini dilihat dari
jumlah wilayah kecamatan dan kelurahan di Kota Binjai dapat dijangkau oleh
kawasan barat Enrekang, dan sampai saat ini belum ada penelitian atau upaya-
tujuan dan sasaran awal suatu program. Metode analisis yang digunakan
wilayah lainnya, maka tingkat pemanfaatan lahan dan nilai lahan dalam
kawasan jalan lingkar jadi meningkat, lahan yang tadinya kurang produktif
lebih berkualitas.
berikut :
2.10 Hipotesis
di Kota Binjai.
2. Ada Pengaruh Pengaruh aksesibilitas aspek Jarak antara pusat kota dengan
di Kota Binjai
4. Ada Pengaruh aksesibilitas aspek Total Lapangan Kerja, Jarak antara pusat