Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN KEPADATAN DAN KESESAKAN DENGAN STRES

DAN INTENSI PROSOSIAL PADA REMAJA


DI PEMUKIMAN PADAT

Lilih Cholidah
Djamaludin Ancok
Haryanto

Penelitlan ini bertujuan untuk melihat adanya hubungan antara ke·


padatan dan kesesakan dengan stres dan intensi prososlal pada remaja
dipemukiman padat. Sebagai variabel bebas adalah kepadatan jumlah
penghuni dan kesesakan sedangkan sebagai variabel tergantung adalah
sires dan intensi prososlal. Hipotesis da/am penelitian ini adalah: (1)
Ada hubungan positif antara kepadatan dan kesesakan dengan stres;
(2) Ada hubungan negatif antara kepadatan dan kesesakan dengan
intensi prososia/. Subjek penelitian adalah 80 remaja penghuni pe-
mukiman di Kelurahan Duri Utara, Kecamatan Tambora, Jakarta Baral.
Penelitian ini menggunakan analisis kore/asi regresi ganda (multiple
regression). Hasil ana/isis menunjukkan bahwa (1) ada hubungan positif
antara kepadatan dan kesesakan dengan stres pada remaja, kepadatan
dan kesesakan membenkan sumbangan secara bersama-sama ter-
hadap stres sebesar 17persen. (2) tidak ada hubungan antara kepada.tan
dan kesesakan dengan intensi prososial pada remaja.

Lllih Cholidah, S.Psi, ada/ah alumnus embangunan jangka panjang tahap ke


Fakultas Psikologi UGM. P dua (PJPT II) menekankan pada pen-
tingnya peningkatan kualitas sumber daya
manusia Indonesia. Kualitas sumber daya
Dr. H. Djamaludin Ancok, lahir di manusia fni sangat perlu unluk menunjang
Ba.ngka pada 18 Agustus 1946, ada/ah do- keberhasitan pembangunan nasional yang
sen Fakultas Psikologi UGM dan Dekan lancar dan berkesinambungan.
Fakultas Psikologi U/1. Menu/is buku Bagi pemerintah, peningkatan kualitas
·Psikologi fslami" dan "Nuansa Psikologi sumber daya manusia ini merupakan tan-
Pembangunan". Banyak melakukan pene· tangan yang cukup berat, karena kurva
litian dan terlibat da/am berbagai perte- pertambahan penduduk Indonesia semakin
muan ilmlah intemasional. mengindikasikan kecenderungan kenaikan
yang pesat dari tahun ke tahun. Hasil sen·
sus tahun 1990 menunjukkan bahwa pen-
Drs. Haryanto, MS, adalah dosen duduk Indonesia berjumlah 179,4 juta jiwa
Fakultas Psikologi UGM. Aktif memben'kan dan meningkat sebesar t ,98 persen per
cerarnah dengan tema religiusitas dan pen· tahun (BPS, 1991 ).
didikan anak. Juga pendiri dan pengu-rus Selain 1aktor pertumbuhan penduduk
Yayasan /nsan Kami/ Yogya. yang cukup tinggi, tantangan lain bagi pe-

PSIKOLOGIKA Nomor t Tahun 11996


56
Hubulgan Kepadatan dan Kesesahan dengan Stres dan lntensl Prososial

merintah Indonesia adalah naiknya arus syarakat Indonesia menjadi nampak jetas.
urbanisasi ke kota-kota besar. Sebagai- Proporsi luas tanah untuk rumah tern·
mana yang terjadi di negara berkembang pat tinggal penduduk kola yang semakin
lain di dunia ini, urbanisasi ini disebabkan semplt menyebabkan kepadatan yang
oleh belum cukup meratanya induslriali- tinggi dan ruang untuk keper1uan·keperluan
sasi, modemisasi dan pembangunan. Arus individu dan kelompok Juga semakin me-
urbanisasi ini terpusat ke kota-kota besar nyempit. Menurut Holahan (1982), kepa·
tertentu, seperti Jakarta, Surabaya, dan datan (density) adalah sejumlah individu
Medan. Kalau pada tahun 1980 daerah pada setiap ruang atau wilayah. Altman
kota menampung sekitar 22,4 persen pen- (1975) membagi kepadatan menjadi kepa-
duduk, temyata pada tahun 1990 mem- datan dalam dan kepadatan luar. Kepa-
bengkak menjadi 30,9 persen (BPS, 1993). datan dalam berarti jumlah manusia dalam
Pertambahan penduduk yang eksplosif suatu ruangan sedangkan kepadatan luar
dan lajunya arus urbanisasi ini Jelas me- berarti jumlah orang atau pemukiman di
rupakan beban bagi perkotaan. Salah satu suatu wilayah. Dalam hubungannya de-
masalah yang timbul adalah masalah pe- ngan kondisi psikologis penghunian rumah,
nyediaan pemukiman bagi penduduk. kare- kiranya apa yang dikatakan oleh Holahan
na kebutuhan akan pemukiman sudah dan definisi kepadatan dalam dari Altman
merupakan kebutuhan masyarakat di sam- lebih bisa diterapkan, di mana dalam setiap
ping sandang dan pangan. Pada waktu unit rumah dihuni oleh sejumlah orang.
penduduk kota belum begitu banyak, Apalagi dalam masyarakat Indonesia se-
masalah kebutuhan akan tempat tinggal ring dijumpai adanya rumah yang dihuni
bukanlah masalah yang merisaukan, ka- oleh jumlah anggota keluarga yang relatif
rena penduduk masih dapat membangun besar, yaitu selain keluarga inti yang terdiri
tempat tinggalnya dengan 1eluasa. Akan te- dari ayah. ibu, dan anak, terkadang masih
tapi pertambahan penduduk dan keterba· ditambah dengan sanak keluarga sedarah
tasan lahan untuk pemukiman di kola me- lainnya.
nimbulkan daerah pemukiman yang sema- Rumah merupakan lingkungan yang
kin padat. Dalam tinjauan psikologi ling- paling dekat dan panting bagi manusia ka-
kungan, maka pemukiman penduduk per- rena hampir setengah dari hidupnya diha-
kotaan pada umumnya rnempunyai dua ciri biskan di rumah. Setelah penat bekerla se-
yaitu, kepadatan (density) dan kesesakan harian, manusia melepas lelah dan beris-
(crowdingJ yang tinggi. tirahat di rumah, baik istirahat di siang hari
Kondisi ini dipetburuk oleh kecende- maupun tidur lelap di malam hari (Awaldi,
rungan selama ini yang memandang pem- 1990). Rumah sebagai lingkungan tempat
bangunan pemukiman hanya dalam ben- tinggal digunakan untuk bennacam·macam
tuk pembangunan fisik saja sehingga ku- kegiatan. seperti membaca, menerima ta-
rang memperhatikan faktor-faktor psiko- mu, berkumpul dengan keluarga, serta me-
logis yang mungkin terladi di dalamnya. De- nyiapkan strategi dan rencana kerja untuk
mikian pula pembangunan sosial hanya di· esok hari.
terjemahkan dalam pembangunan ling- Parwati (dalam Budiharjo, 1984) me-
kungan fisik, seperti sarana olahraga, sa· ngatakan bahwa fungsi rumah bagi orang
rana rekreasi, dan lain-lain. Padahal pem- hidup semakin penting, di samping tempat
bangunan sosial seharusnya lebih dite�e- berlindung, rumah juga berfungsi sebagai
mahkan dengan fokus kehldupan bersa- tempat berlangsungnya proses sosialisasi,
ma yang rnenghasilkan pola interaksi sosial yaitu proses di mana seorang individu di-
antar individu dan kelompok secara ade- perkenalkan kepada nilai-nilai, adat ke-
kuat. Dalam pandangan ini arti dari pening· biasaan, yang berlaku dalam masyarakat,
katan kualitas sumber daya manusia ma- juga rumah berfungsi sebagai tempat untuk

PSIKOLOGIKA Nomof 1 Tahon 11 996 57


Ulih Cholidah, Ojamaludin Ancok, Haryanto

memenuhi kebutuhan·kebutuhan hidup se- Dalam suasana padat dan sesak ken·
seorang seperti kebutuhan bergaul., kebu- disi psikologis yang negatif mudah timbul
tuhan rasa aman, dan kebutuhan untuk me· yang merupakan faktor penunjang yang
ngaktualisasikan diri, serta rumah juga se,. kuat untuk munculnya stres dan bermacam
bagai wahana untuk mengasuh anak hing· aktivitas sosiat negatif (Wrightsman dan
ga dewasa. Deaux, 1981 ). Bentuk aktivitas sosial ne-
Mengingat pentingnya fungsi rumah, gatif yang dapat diakibatkan oleh suasana
sebaiknya rumah dapat dirasakan sebagai padat dan sesak antara lain:
suatu lingkungan psikologis yang dapat Pertama, munculnya bermacam-ma-
memberikan rasa aman dan nyaman bagi cam penyakit baik fisik maupun psikis, se-
penghuninya dan perlu dihindarkan rumah perti stres, tekanan darah meningkat, psi-
yang ter1alu sempit. Penyempitan ruang in· kosomatis, dan gangguan jiwa.
dividual dalam rumah akan menimbulkan Kedua, munculnya patologi sosial, se-
berbagai macam permasa1ahan psikologis perti kejahatan dan kenakalan remaja.
yang serius. Suasana tidak nyaman terse-- Ketiga, munculnya tingkah laku sosial
but disebabkan oleh banyaknya anggota yang negatif, seperti agresi, menarik diri,
keluarga yang menempati rumah tersebut, berkurangnya tingkah laku menotong (pro--
banyaknya orang yang berlalu lalang di se· sosial), dan kecenderungan berprasangka.
kitar rumah, dan jarak antar rumah yang Keempat, menurunnya prestasi kerja dan
sangat dekat. serta suara bising yang suasana hati yang cenderung murung
mengganggu terus menerus. Kondisi ini Je· (Holahan, 1982).
las akan meruglkan perkembangan psiko-- Menurut Baum dkk (dalam Evans,
logis anggota keluarga, terutama pada 1982), peristiwa atau tekanan yang berasal
anak-anek dan remaja. dari lingkungan yang mengancam kebera·
Selaln masalah kepadatan, ciri kedua daan individu dapat menyebabkan stres.
dari pemuklman kota adalah kesesakan. Bila individu tidak dapat menyesuaikan de·
Pengertian kesesakan (crowding) adalah ngan keadaan lingkungannya, maka akan
perasaan subjektif individu terhadap keter· merasa tertekan dan terganggu dalam ber-
batasan ruang yang ada (Holahan, 1982) interaksi dengan 1ingkungan, dan kebe-
atau perasaan subjektif karena terlatu ba- basan individu merasa terancam sehing·
nyak orang lain di sekelilingnya (Gifford, ga mudah mengalami stres.
1987). Kesesakan muncul apabila individu Kawasan padat dan sesak selain dapat
berada dalam posisi terkungkung akibat menimbulkan stres juga menyebabkan in·
persepsi subjektif keterbatasan ruang, dividu lebih selektif dalam berhubungan
karena dibatasi oleh sistem konstruksi dengan orang lain, terutama dengan orang
bangunan rumah dan ter1alu banyaknya yang tidak begitu dikenalnya. Tindakan ini
orang lain di sekelifingnya. Hal ini menye- dilakukan individu untuk mengurangi stimuli
babkan banyak stimulus yang tidak diingin· yang tidak diinginkan yang dapat mengu-
kan dapat mengurangi kebebasan masing· rangi kebebasan individu. Tindakan selektif
masing individu, serta interaksi antar indivi- ini memungkinkan menurunnya keinginan
du semakin sering terjadi, tidak terkendali, seseorang untuk membantu orang lain (in·
dan infonnasi yang diterima sulit dicerna. tensi prososial). Peri1aku prososial adalah
Kondisi padat dan sesak dapat menim- perilaku seseorang yang dilujukan pada
bulkan berbagai permasalahan ps!kologis orang lain dan memberikan keuntungan fi·
yang serius. Kepadatan di dalam rumah sik maupun psikologis bagi yang dikenakan
dan sekitar rumah menyebabkan keterba- tindakan tersebut. Perilaku prososial men·
tasan sumber-sumber yang berni1ai bagi in- cakup tindakan·tindakan kerja sama,
dividu dan selanjutnya akan menghambat membagi, menolong, kejujuran, dermawan
tingkah laku untuk mencapai tujuan. serta mempertimbangkan kesejahteraan

58 P�KOlOGIKA Nomor 1 Tahun I 1996


Hubungan Kepadatari dan Kesesahandengan Stres clan lntensi Prosostal

orang lain (Mussen dkk, 1979). kegiatan atau kebutuhan pribadi, atau biasa
Perilaku prososiaf sangat penting arti- disebut privasi. Privasi ini membutuhkan
nya bagi kesiapan seseorang dalam me- suasana lingkungan yang tidak terlalu pa-
ngarungi kehidupan sosialnya. Karena de- dat dan sesak. Bila lingkungan terlalu padat
ngan kemampuan prososial lni seseorang dan tidak memberikan kondisi dan situasi
akan lebih diterima dalam pergaulan dan yang baik maka kebutuhan psikologis re-
akan dirasakan berarti kehadirannya bagi maja akan terganggu dan memungkinkan
orang lain. munculnya perilaku patotogi sosial ataupun
Para ahli umumnya berpendapat bah- stres.
wa perkembangan kemampuan sosial se-
seorang terjadi pada masa remaja. Pada HIPOTESIS
masa int individu banyak metakukan ke-
giatan-kegiatan terutama bersama kelom- Pertama, ada hubungan positif antara
pok dan lingkungannya, sehingga mereka kepadatan dan kesesakan dengan stres
mendapat kesempatan untuk melatih ke- pada remaja di pemukiman padat. Semakin
mampuan sosialnya. Remaja sebagai mah- tinggi kepadatan dan kesesakan maka se-
luk sosial membutuhkan orang lain sebagai makin tinggi stres yang dialami.
kawan hidup. Remaja memerlukan kelom- Pertama, ada hubungan negatif antara
pok sosial tempat ia mengidentifikasi diri, kepadatan dan kesesakan dengan intensi
berinteraksi dengan keluarga, kawan, dan prososial pada remaja di pemukiman padat.
orang lain. Di dalam proses perkem- Semakin tinggi kepadatan dan kesesakan
bangannya remaja dipengaruhi pula oleh maka intensi prososial semakin rendah.
lingkungan dan budaya setempat (Nuryoto,
1993). METODE PENELITIAN
Remaja akan selatu menerima nilai-nilai Subjek yang digunakan dalam pene-
dan norrna-norma dari lingkungan dan ma- litian ini adalah remaja yang bertempat
syarakat. yang semuanya akan diintema- tinggal di Kelurahan Duri Utara Jakarta Ba-
lisasi menjadi norrna-norrna dan nilai-nilai rat. Mereka terdiri dari 80 orang, yang terdiri
bagi dirinya. Nilai-nilai dan norma-norrna dari pria dan wanita yang berusia antara
yang telah dinternalisasi dalam diri indrvidu 17 sampai 22 tahun, berstatus belum rnern-
inilah yang kemudian menentukan dirinya kah.
menjadi orang yang prososial atau tidak. Sementara alat pengumpul data yang
Kondisi lingkungan dan tempat tinggal digunakan dalam penetitian ini adalah seba-
yang padat dan sesak juga mengakibatkan gai berikut:
banyaknya stimulus dari luaryang masuk, Data Kepadatan. Data kepadatan di-
seperti suasana yang ramai, bising, tidak pero/eh melalui perbandingan Juas ba-
leluasa bergerak sehingga dapat meng- ngunan rumah tinggal dengan jumlah peng-
akibatkan remaja berusaha mengurangi huni dalam satu unit rumah tinggal masing-
kontak sosial dengan orang di sekitamya, masing subjek penelitian.
yang akhirnya akan menurunkan intensi Skala Kesesakan. Skala kesesakan di-
prososialnya. susun berdasarkan konsep kesesakan
Di samping remaja sebagai mahluk so- yang dikemukakan oleh Schmidt dan Kea-
sial. mereka jug a adalah mahluk individual, ting (1979). Skala ini terdiri dari 54 eitem
yang memiliki kebutuhan-kebutuhan ter- berupa pernyataen-pemyataan dengan
tentu yang kadang berbeda dengan kebu- empat alternatif jawaban, yaitu sangat
tuhan kelompok sosial tempat ia melakukan sesuai, sesuai, tidak sesuai, sangat tidak
interaksi sehari-hari. Remaja kadang me- sesuai. Aitem-aitem di atas memiJiki koeft-
merlukan waktu untuk menyendiri, memi- sien validitas bergerak dari 0,201 sampai
sahkan diri dari orang lain untuk melakukan 0,781 dan koefisien reliabilitas sebesar

PSIKOLOGIKANomor 1 Tahun 1 1 996 59


Ulih Cholidah, Djamaludin Ancok, Haryanto

0,947 sehingga layak digunakan sebagai gatif antara kepadatan dan kesesakan de-
alat pengumpul data. ngan intensi prososial pada remaja di pe-
Skala Sires. Sl<ala sires disusun berda- mukiman padat ditolak.
sarkan teori yang dikemukakan oleh Crider
dkk (1983). Skala ini terdiri dari 39 aitem PEMBAHASAN.
berupa penyataan-pemyataan dengan em-
pat altematif jawaban, yaitu sangat sesuai, Setetah analisis dilakukan dengan
sesuai, tidak sesuai, sangat tidak sesuai. menggunakan regresi ganda (multiple re-
Aitem-aitem di alas memiliki koefisien vali- gression), temyata hasil perhitungan sta-
ditas bergerak dari 0, 191 sampai 0,669 dan listik untuk menguji hipotesis pertama me-
koefisien reliabilitas sebesar 0,913 sehing- nunjukkan bahwa secara um um kepadatan
ga layak digunakan sebagai alat pengum- dan kesesakan mampu memprediksi stres
pul data. subjek penelitian. Koefisien determinasi se-
Skala fntensf prososia/. Skala intensi besar 0, 17243 menunjukkan bahwa kepa-
prososial fni disusun berdasarkan bentuk- datan dan kesesakan memberikan sum-
bentuk..tindakan prososial yang dikemuka- bangan secara bersama-sama terhadap
kan oleh Mussen dkk (1979). Skala ini ter- stres subjek penelitian sebesar 17,243%.
diri dari 30 aitem berupa pemyataan-per- Apabila ditihal secara khusus ler1ihat bahwa
nyataan dengan tiga alternatif jawaban variabel kesesakan lebih berperan terha-
yang telah diukur bobot intensinya sehing- dap stres subjek penelitian daripada varia-
ga dalam tiap aitem, subjek mempunyai bel kepadatan.
kemungkinan untuk mendapat sekor satu, Penjelasan yang dapat diberikan ber-
dua, dan tiga. Aitem-aitem di atas memiliki kaitan diterimanya hipotesis pertama yang
koefisien validitas bergerak dari 0,218 sam- menyatakan ada hubungan positif antara
pai 0,682 dan koefisien reliabilitas sebesar kepadatan dan kesesakan dengan sires ini
0,875 sehingga layak digunakan sebagai sesuai dengan pendapat yang dikemuka-
alat pengumpul data. kan oleh Baum dkk (dalam Evans, 1984)
Untuk menguji hipotesis penetitian digu- dan Jain (1987). Mereka berpendapat bah-
nS:kan teknik analisis regresi ganda (mul- wa stres mudah dialami individu yang me-
tiple regression) dengan menggunakan ngalami keterbatasan ruang dan kese-
fasilitas program SPSS/PC+ versi 3. 1. sakan setiap hari, karena kepadatan dan
kesesakan Jebih banyak mengakibatkan
sires yang berhubungan dengan respon-
HASIL ANALISIS DATA respon psikis individu.
Hasil perhitungan analisis regresi gan- Dalam penelitian ini tingkat kesesakan
da menunjukkan: yang dialami subjek menunjukkan kategori
Pertama, ada hubungan positil yang rendah dengan rerata 131,95, dan tingkat
signifikan antara kepadatandankesesakan sires di atas rata-rata, dengan rerala 99,94.
dengan sires pada remaja di pemukiman Meskipun tingkat kesesakannya rendah,
padat (Fz:9, 12sn p<C>,01 ). Kepadatan dan terdapatnya korelasi yang signifikan akan
kesesakan memberikan sumbangan seca- menjetaskan teriacinya peningkatan stres
ra bersama-sama terhadap sires sebesar apabila tingkat kesesakan bertambah.
17 persen {R square=<>. 17243). Jadi hipo- Tingkat kesesakan yang termasuk kategori
tesis pertama yang diajukan dapalditerima. rendah menunjukkan bahwa subjek me-
Kedua, bdak ada hubungan antara ke- miliki persepsi yang mampu dikontrolnya.
padatan dan kesesakan dengan inlensi Kesesakan akan terjadi apabila individu
prososial pada remaja di pemukiman padat gagal mencapai privasinya, yaitu jika privasi
(F::::0,09242 p>0,05). Jadi hipotesis kedua yang diperoteh tidak sesuai dengan privasi
yang diajukan bahwa ada hubungan ne- yang diinginkan. Apabila privasi masih bisa

60 PSIKOLOGIKANofnor 1 Tahun 11 996


HOOungan Kepadatan clan Kesesahan dengan Sires dan lntensl Prososial

dicapai maka individu tidak akan merasa lagi remaja yang lebih banyak melakukan
sesak (Altman, 1975). aktivitas, bergaul dengan teman sebaya-
Kecilnya peranan variabel kepadatan nya, mereka sering meninggalkan atau
dalam memprediksi stres disebabkan sub- keluar dari rumah dan mencari tempat-tem-
jek penelitian sudah terbiasa dengan ke- pat yang lebih leluasa. Teori Setting Sys-
adaan lingkungan yang padat dan rumah tem yang dikemukakan oleh Rapoport (da-
yang relatif sempit. Bell dkk (1978) menga- lam Haryadi, 1989) mengemukakan bahwa
takan bahwa semakin sering atau konstan setiap peri1aku manusia dalam lingkungan
suatu stimulus muncul, maka akan timbul membutuhkan wadah atau tempat perilaku
pembiasaan yang bersifat psikologis (adap- itu dilakukan. Apabita wadah-wadah dalam
tasi) dan fisik (habituasi). Mekanisme adap- lingkungan sudah tidak mampu lagi meme-
tasi merupakan mekanisme yang dimiliki nuhi tuntutan perilaku yang muncul, maka
individu untuk mengatasi permasa!ahan- manusia akan mencari wadah·wadah lain
nya, sehingga di dalam keadaan yang sulit yang ada di lingkungannya. Dalam situasi
dihindari, individu cenderung beradaptasi padat dalam rumah, subjek berusaha men-
dengan lingkungan. Pada kondisi yang xu- cari tempat lain untuk memenuhi tuntutan
rang layak, seperti kondisi padat, maka me- perilakunya. Hal yang blasa dilakukan sub-
kanisme adaptasi akan menjadi salah satu jek adalah dengan memanfaatkan adanya
pitihan perilakunya, sedangkan kemam- ruang-ruang terbuka um um seperti adanya
puan untuk pindah dari lingkungan tersebut pusat perbelanjaan di sekitar pemukiman,
tidak mungkin atau kecil kemungkinan un- warung-warung dan lain-lain yang dipakai
tuk dilakukan. unluk berkumpul antara penghuni-peng·
Selain itu subjek penelitian dimungkin· huni sehingga mereka dapat keluar dari
kan juga mempersepsi kepadatan menjadi rumah yang padat. Di sekitar lokasi pene-
positif. Walaupun subjek tinggal di tempat litian ini terdapat banyak pusat-pusat perbe-
yang padat mereka tetap merasa senang, lanjaan seperti pusat perbelanjaan Roxy
hal ini dimungkinkan mereka masih dapat atau Mal Citraland. Tempat-tempat ini oleh
memenuhi kebutuhannya. Teori lntensitas remaja di lokasl penelitian dapat dijadikan
Kepadatan (Density Intensity Theory) yang salah satu jalan keluar dari lingkungan atau
dikemukakan oleh Freedman (1975) me- kondisi pemukiman yang pad at dan sesak.
ngatakan bahwa situasi padat akan mem- walau di sana mereka hanya berjalan-jalan
perbesar reaksi tndivicu terhadap stimu- atau berkumpul dengan teman-temannya.
lus yang dihadapinya. lndividu yang mem- Selain itu juga subjek penelitian, dalam
punyai persepsi positif terhadap stimulus hal ini remaja, sebagian besar dari mereka
maka dalam situasi pad at stimulus tersebut adalah masih bersekotah, maka sebagian
akan dipersepsi menjadi menyenangkan besar pu1a waktu mereka /ebih banyak di-
bagi dirinya dan sebaliknya bifa stimulus habiskan di sekolah dan di luar rumah dari-
tersebut dipersepsi sebagai suatu yang pada di dalam rumah sehingga kondisi
negatif maka dalam situasi padat stimulus rumah yang padat tidak begitu mempenga-
tersebut menjadi aversif bagi individu yang ruhi aktivitas mereka.
bersangkutan. Kehadiran orang lain atau Hipotesis kedua yang menyatakan bah·
keterbatasan ruang tidak akan menjadikan wa ada hubungan negatif antara kepadatan
dirinya terganggu tetapi justru diharapkan dan kesesakan dengan intensi prososial
karena merupakan sarana untuk meme- pada remaja di pemukiman padat tidak ter-
nuhi kebutuhannya. bukti. Hal ini dapat disebabkan oleh penga-
Kecilnya peranan variabel kepadatan ruh berbagai macam faktor.
terhadap sires juga diperkirakan adanya Kehidupan sosial di daerah pemukiman
ruang-ruang terbuka di sekitar rumah dan padat biasanya menunjukkan adanya
lingkungan tempat subjek penelitian. Apa· ikatan sosial yang erat. Munculnya hu-

PSIKOLOGIKA Nomor 1 Tahun I 1996 61


Ulih Chohdah, Ojamaludm Ancok, Haryanto

bungan sosial yang erat di daerah pemu- hari-hari telah terbiasa dilakukan sejak indi-
kiman padat ini dipengaruhi oleh keakraban vidu masih kecit, yang merupakan hasit be-
(propiquityJ yang antara lain ditentukan oleh lajar dari orangtua dan lingkungan mereka.
desain arsitektural, dan homogenitas ma- Sikap saling menolong dan gotong royong
syarakatnya (Proshansky dkk, 1976). Ke- yang diajarkan oleh masyarakat dan orang-
akraban ini disebabkan oleh adanya Jarak tua ini diinternalisasi dalam diri individu
rumah yang satu dengan yang lain sangat menjadi norma-norma dan nilai-nilai bagi
berdekatan secara horisontal dan saling dirinya sehingga indivldu menjadi orang
berhadapan, sehingga memungklnkan yang prososial.
adanya kontak visual dan kontak sosial Faktor yang juga diduga mempe·
yang lebih tlnggi. Hubungan sosial ini akan ngaruhi tingginya intensi prososial subJek
intensif dengan adanya homogenitas latar dalam hal ini remaja di pemukiman padat
belakang masyarakat baik latar belakang adalah faktor sosialisasi remaja tersebut
sosial ekonomi, usia, pendidikan, peker- terutama ke dalam kelompok teman se-
Jaan, mlai maupun minat. baya. Pada masa remaja orientasi sosial
lkatan sosial dan ketetanggaan yang individu beralih dari lingkungan keluarga,
erat di pemukiman padat ini memungkinkan khususnya orangtua, kepada kelompok te-
munculnya perilaku prososial di antara man sebaya, sehingga peranan teman se-
penghuninya. Sesuai dengan pernyataan baya menjadi tebih lebih panting dalam
Staub (1978) bahwa kondisi fisik yang ber- membentuk pola-pola perilaku dewasa dan
dekatan (proximity) memberikan sum- sosialnya (Hurlock, 1973; MOnks dkk,
bangan dalam perkembangan untuk saling 1988). Kecenderungan remaja selalu ber·
berkunjung, berkomunikasi, berbagi, serta kumpul, berkelompok, dan melakukan akti-
mempedulikan orang lain. vitas bersama dengan teman sebaya ini
Teori Gemeinschaftyang dikemukakan menjadikan remaja sering berada di luar
oleh Tonnies (dalam Soekanto. 1982) me- rumah, sehingga kondisi rumah yang padat
nyebutkan bahwa kehidupan dalam keluar- dan sesak tidak mempengaruhi perilaku
ga, kekerabatan, rukun tetangga dipenga- sosial remaja tersebut. Seringnya remaja
ruhi adanya gemeincshaft of place, yaitu berkumpul dan bergaul dengan teman se-
kehidupan bersama di mana anggota-ang- bayanya menjadikan mereka mempunyai
gotanya diikat oleh hubungan batin yang tingkat solidaritas yang tinggi antar se-
murni dan bersifat alamiah yang terdiri dari samanya dan saling menolong, sehingga
orang-orang yang berdekatan tempat Ung- kondisi rumah dan lingkungan yang padat
gal, sehingga kehidupan antar anggota dan sesak tidak menurunkan intensi pro-
saling menolong. sosial remaja tersebut.
Selain itu tingginya intensi prososial re- nngginya intensi prososial remaja di
maja di pemukiman padat ini juga dapat pemukiman padat menunjukkan bahwa
dikaitkan dengan faktor kebudayaan. Di teori dari Barat belum tentu dapat diterap-
dalam masyarakat Indonesia, ambang ba- kan di Indonesia. Hal ini disebabkan ada-
tas toleransi terhadap kepadatan dan kese- nya perbedaan budaya. Masyarakat Baral
sakan ternyata tinggi. Hal ini dapat dilihat biasanya lebih mementingkan faktor indi-
dalam kehidupan sehari-hari di angkutan vidual sedangkan masyarakat Indonesia
umum, Jalan raya, orang masih tersenyum sebagai masyarakat Timur lebih memen-
dan mengalah di tengah situasi pada1, se- tingkan faktor kolektif atau kebersamaan,
hingga bisa dikatakan manusia dan budaya gotong royong antar sesama. To (dalam
juga mempengaruhi persepsi terhadap ke- Agustini, 1994) menyebutkan bahwa orang
padatan (Singarimbun, 1992). Selain rtu Timur dilatih dan dididik untuk menJadi
budaya tolong menolong dan gotong ro- bijaksana, mengetahui proporsi yang tepat
yong antar sesama da!am kehidupan se- dalam merasa, berpikir, dan bertindak.

62 PSIKOLOGIKA Nomor 1 Tahun 11 996


Rasa harmoni yang merupakan ciri masya- Bagi peneliti berikutnya yang memiliki
rakat Timur menuntut mereka untuk ramah, minat terhadap permasalahan serupa, ada
baik hati, menghargai dan menanggung beberpa hal yang perlu diperhatikan, antara
perasaan orang lain, mereka ingin hidup lain:
akrab bersama keluarga, kenatan, dan Pertama, penelitian ini memiliki keter-
tetangga serta selalu menjaga hubungan batasan karena hanya dilakukan di satu
baik itu. lokasi pemukiman padat saja, maka disa-
rankan untuk melakukan penelitian seJenis
KESIMPULAN DAN SARAN ini di beberapa tokasi lagi. Hal ini dirasa
Dari hasil analisis data diperoleh kesim- perlu sebab karakteristik pemukiman padat
pulan bahwa hipotesis pertama yang me- sangat bervariasi sehingga tidak m_e,nutu�
nyatakan adanya hubungan antara kepa- kemungkinan bahwa hasil penelitlan di
datan dan kesesakan dengan stres pada lokasi lain akan menunjukkan hasil yang
agak berbeda dan Juga hal lni diperlukan
remaja di pemukiman padat dapat dite.rima. untuk menghindari bias dan mendapatkan
Diterimanya hipotesis pertama berarti ada hasit yang lebih akurat.
hubungan yang sangat signifikan antara Kedua, penelitian ini terbata�hanya
kepadatan dan kesesakan dengan stres pada subjek penelitian remaja sara m�ka
pada remaja di pemukiman padat. disarankan untuk melakukan pada sublek
Bila dilihat pengaruh masing-masing penelitian yang lain seperti pada ibu rumah
variabel bebas yaitu kepadatan dan k.e- tangga atau ayah sehingga bisa dilihat apa-
sesakan terhadap variabel tergantung yartu kah ada perbedaannya atau tidak.
stres maka terfihat kesesakan lebih berpe- Ketiga, tidak terbuktinya hipotesis ke-
ngar�h terhadap stres daripada kepadatan dua dimungkinkan adanya variabel-variabel
terhadap stres. lain yang dapat mencemari hasil penelitian,
Hipotesis kedua yang menyatakan ada misalnya: tipe kepribadian mempunya,
hubungan antara kepadatan dan kese- pengaruh terhadap intensi prososial se�e-
sakan dengan intensi prososial pad� re- orang. Dengan demikian untuk pen�ht1an
maja di pemukiman padat tidak terbukti. Hal selanjutnya agar diperhatikan v�riabel-
ini berartidan
padatan tidakkesesakan
ada hubungan
denganantara ke-
intensi variabel yangmengin
Keempat, berpengaru dapat dikontrol.
gathmasih banyaknya
prososla! padaremajadipemukiman padat. kekurangan pada penelitian ini, disaran�an
Rerata empirik intensi prososial (74,01)
lebih tinggi daripada rerata hipotetiknya untuk mempertimbangkan faktor lama tmg-
(45,00). gal, usia penghuni, jenis kela�1n sub]�k
Untuk instansi terkait penulis menga- penelitian, status sosial ekonomi. dan larn-
jukan beberapa saran seba�ai berikut: lain. Dengan demikian penelitian selanjut-
Mengingat lahan pemukiman yang se- nya menjadi lebih baik. •
makin sempit dan kurang tertata dengan
baik maka perlu diadakan pembinaan pro-
yek pengembangan kampung supaya lebih
teratur dengan penataan yang lebih bai.k
dan memperhatikan masalah-masalah pst-
kologis penghuninya seperti ketentraman
dan kenyamanan serta memperhatrkan sa-
rana-sarana umum seperti menyediakan
fasilitas·fasilitas umum yang baik. Contoh
adanya ruangan-ruangan terbuka, taman,
lapangan bermain dan lain-lain.
PSIKOLOGIKA Nomor 1 Tahun I 1996
63
Lifh Cholidah, Djamaludin Ancok, Haryanto

"AFTAR PUSTAKA
Agustini, N. 1994. Hubungan Antara Kebutuhan Hurlock, 0.E. 1973.AOOlescentDeve/Qpmenl. Tokyo:
BerafiUasi dengan Kesesakan Psikologis pada McGraw-Hill Kogakusha, Ud.
RemaJa di Rumah Su sun Pekunden Semarang. Jain, U. 1987. The Psycllological Consequences of
Skripsi (lidak ditertmkan). Yogyakarta: Fakuttas Crowding. New Delhi: Sage Publicatin India Lid.
PS1kologi UGM.
MOnks, F.J., Knoers, A.M.P., & Haditono, S.A. 1988.
Altman, 1. 1975. The Environmental ard Sosial Beha· Ps,kologi Perkembangan: Pengantsr Dslam
viot". Monterey, C8Jifomia: Brooks/Cole Publish- Berbagai Begiannya. Vogyakarta: GadJah Mada
ingCompany. University Press.
Awald1. 1990. Model Hubungan Antara Desain Mussen. P.H., Conger, J.J., Kagan, J., and Geiwit. J.
Lingkungan Fisik dan Aasa Aman. Skripsi(tidak 1979. Psychological Development: A Life Span
dlteroitkan). Yogyakana: Fal<ultas PSlkologiUGM. Approach. New York: Harper and Rob Pub.
Bell, PA, FISher,J.O., & Loomis, A.J. 1978 Environ- Nuryoto, S. 1993. TeoflPerkembanga.n Remaja.
mental Psychology. Philadelpia: W.B. Saunders Yogyakarta: Fak:�as Psikologi UGM.
Company.
Parwati, E. 1984. Aspek Soslal Ps1kolog1s pada
Biro Pusat Stalistr"k. 1991. Statist1k Indonesia. Jakarta: PemiJdman Masyarakat Berpenghasilan Rendah
Biro Pusat Stalistik. di Kota-kota Besar. Oalam Eko Budihardjo.
Biro Pusat Stalislik. 1993. Statistik Indonesia. Jakarta: Sejumla/J Masala/J Pemukiman Kota. Bandung:
Biro Pusat Statistik. Penerbit Alumni.
Evans, G.W. 1982 Envuonmental Stress. Cambndge. Proshansky, H.M., lttelson, W.H., & Rivlin, G.H. 1976
Gambndge University Press. Freedom of Chace and Behavior 1n a Physical
Freedman, J.l. 1975 Crowding and Behavior. San setting. Dalam Harold M. Proshansky, William H.
Francisco: W.H. Freedman and Company. lttelson arw:l LeameG. Rivlin (Eds.) Environmen-
tal PsychoJogy: People and Their Physical Set·
Gifford, A. 1987. Environmental Psychology Pnnciples tings. New York: Holt, Rinehart and W.-iston, Inc.
andPractice. Boston: Allyn and Bacon, Inc.
Schmldl., O.E. & Keating, J.P. 1979. HLMl13n Crowding
Haryacli, 1989. Resident's Strategies tor Coping with and Personal Control: An Integration of The Re-
Environmental Press· Relation to House-settle- search. Psychological Bulletm. 86, 680 - 700.
ment System in A Yogyakarta Kampung, Indone-
sia. Dissertation The University of Wiscoosm- Singarimbun, M. 1992. Renungan dari Yogya. Jakarta.
M1lwat.dl:e. Bala! Pustaka.
Heimstra, NW. & McFal1ing, l.H. 1978. Environmen- Soekanto, S. 1982. SosiologSuatu Pengantar. Jakarta:
talPsychology. Second Edibon. cal1fomia: Brooks/
CVAajawa6.
Cole Pub. Co. Wrightsman, LS. & Oeaux, K. 1981. Social Ps�
Holahan, C.J. 1982. Environmental Psychology. New logyin Tile 80'5. Turd Edition. Monterey. catifor-
Yor1c Random House. Inc nia: Brooks/Cole Pu�ishing Company.

***

64 PSIKOLOGIKA Nomor t Tahun 1 1 996

Anda mungkin juga menyukai