Anda di halaman 1dari 8

Ilmu Sosial Dasar

Bag 1

ILMU PENGETAHUAN

Pengetahuan diperoleh karena ada rangsangan pada diri manusia untuk


mengetahui sesuatu dalam rangka mempertahankan hidupnya. Pengetahuan
ada yang umum dan ada yang khusus. Pengetahuan dikatakan benar jika
ada kesesuaian antara pengetahuan dengan objeknya. Pengetahuan menjadi
ilmiah karena adanya keinginan yang mendalam untuk menyelidiki sesuatu
yang ingin kita ketahui dengan menggunakan metode tertentu, dan itulah
yang kemudian disebut ilmu pengetahuan. Penelitian untuk menyelidiki
kebenaran ilmiah dapat dilakukan melalui pendekatan induktif maupun
deduktif. Ilmu pengetahuan dikembangkan bukan hanya untuk ilmu
pengetahuan itu sendiri, tetapi juga karena adanya kepentingan-kepentingan
di dalamnya. Apa pun kepentingannya, ilmu pengetahuan seharusnya
dikembangkan untuk meningkatkan harkat dan kesejahteraan manusia.

ILMU BUDAYA DASAR, ILMU ALAMIAH DASAR, DAN ILMU SOSIAL


DASAR

Ilmu pengetahuan dapat dikelompokan melalui beberapa cara. Secara


umum ilmu pengetahuan dikelompokan menjadi tiga yaitu ilmu pengetahuan
alam, ilmu pengetahuan sosial, dan ilmu pengetahuan budaya atau lebih
umum disebut ilmu pengetahuan humaniora. Pengelompokan ilmu
pengetahuan ini yang mendasari pengembangan Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu
Sosial Dasar, dan Ilmu Budaya Dasar sebagai matakuliah dasar umum yang
wajib diambil oleh mahasiswa di samping matakuliah dasar umum lainnya
seperti Agama, Pancasila, dan Kewiraan. Matakuliah Ilmu Sosial Dasar
bukanlah merupakan suatu disiplin ilmu tetapi lebih merupakan kajian yang
sifatnya multi atau interdisipliner. Ilmu Sosial Dasar diajarkan untuk
memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum kepada mahasiswa
tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji gejala-gejala
sosial yang terjadi di sekitamya. Dengan demikian, diharapkan mahasiswa
dapat memiliki kepekaan sosial yang tinggi terhadap lingkungan sosialnya.
Dengan kepekaan sosial yang dimilikinya, mahasiswa diharapkan memiliki
kepedulian sosial dalam menerapkan ilmunya di masyarakat.

ILMU PENGETAHUAN DAN PEMANFAATANNYA

Ilmu pengetahuan dikembangkan untuk meningkatkan harkat hidup


manusia, sekaligus untuk meningkatkan kesejahteraan umat manusia.
Masalahnya, manusia sering memiliki rasa serakah, sehingga ilmu
pengetahuan tidak jarang digunakan untuk memenuhi kepentingannya
sendiri walaupun dengan cara mengorbankan orang lain. Hal itulah yang
menyebabkan terjadinya penyalahgunaan ilmu pengetahuan. Karena itulah
ilmu pengetahuan harus memiliki etika atau kode etik ilmu pengetahuan.
Dalam mempelajari etika ilmu pengetahuan, masalah yang menjadi
perhatian utama adalah masalah utilitarisme. Utilitarisme adalah nilai
praktis kegunaan ilmu pengetahuan. Dalam konteks utilitarisme, ilmu
pengetahuan harus dikembangkan dalam rangka memberikan kebahagiaan
dan kesejehteraan semua manusia. Dari situlah perlu ada rasa keadilan
dalam penerapan ilmu pengetahuan.

INDIVIDU, KELUARGA, MASYARAKAT, DAN KEBUDAYAAN

KONSEP INDIVIDU DAN KONSEP KELUARGA

Individu sebagai manusia perseorangan pada dasarnya dibentuk oleh tiga


aspek yaitu aspek organis jasmaniah, psikis rohaniah, dan sosial. Dalam
perkembangannya menjadi ‘manusia’, sebagaimana diistilahkan oleh Dick
Hartoko, individu tersebut menjalani sejumlah bentuk sosialisasi. Sosialisasi
inilah yang membantu individu mengembangkan ketiga aspeknya tersebut.
Salah satu bentuk sosialisasi adalah pola pengasuhan anak di dalam
keluarga, mengingat salah satu fungsi keluarga adalah sebagai media
transmisi atas nilai, norma dan simbol yang dianut masyarakat kepada
anggotanya yang baru. Di masyarakat terdapat berbagai bentuk keluarga di
mana dalam proses pengorganisasiannya mempunyai latar belakang maksud
dan tujuannya sendiri. Pranata keluarga ini bukanlah merupakan fenomena
yang tetap melainkan sebuah fenomena yang berubah, karena di dalam
pranata keluarga ini terjadi sejumlah krisis. Krisis tersebut oleh sebagian
kalangan dikhawatirkan akan meruntuhkan pranata keluarga ini. Akan
tetapi bagi kalangan yang lain apa pun krisis yang terjadi, pranata keluarga
ini akan tetap survive.

KONSEP MASYARAKAT DAN KONSEP KEBUDAYAAN

Masyarakat adalah sekumpulan individu yang mengadakan kesepakatan


bersama untuk secara bersama-sama mengelola kehidupan. Terdapat
berbagai alasan mengapa individu-individu tersebut mengadakan
kesepakatan untuk membentuk kehidupan bersama. Alasan-alasan tersebut
meliputi alasan biologis, psikologis, dan sosial. Pembentukan kehidupan
bersama itu sendiri melalui beberapa tahapan yaitu interaksi, adaptasi,
pengorganisasian tingkah laku, dan terbentuknya perasaan kelompok.
Setelah melewati tahapan tersebut, maka terbentuklah apa yang dinamakan
masyarakat yang bentuknya antara lain adalah masyarakat pemburu dan
peramu, peternak, holtikultura, petani, dan industri. Di dalam tubuh
masyarakat itu sendiri terdapat unsur-unsur persekutuan sosial,
pengendalian sosial, media sosial, dan ukuran sosial. Pengendalian sosial di
dalam masyarakat dilakukan melalui beberapa cara yang pada dasarnya
bertujuan untuk mengontrol tingkah laku warga masyarakat agar tidak
menyeleweng dari apa yang telah disepakati bersama. Walupun demikian,
tidak berarti bahwa apa yang telah disepakati bersama tersebut tidak
pernah berubah. Elemen-elemen di dalam tubuh masyarakat selalu berubah
di mana cakupannya bisa bersifat mikro maupun makro.
Apa yang menjadi kesepakatan bersama warga masyarakat adalah
kebudayaan, yang antara lain diartikan sebagai pola-pola kehidupan di
dalam komunitas. Kebudayaan di sini dimengerti sebagai fenomena yang
dapat diamati yang wujud kebudayaannya adalah sebagai suatu sistem sosial
yang terdiri dari serangkaian tindakan yang berpola yang bertujuan untuk
memenuhi keperluan hidup. Serangkaian tindakan berpola atau kebudayaan
dimiliki individu melalui proses belajar yang terdiri dari proses internalisasi,
sosialisasi, dan enkulturasi.

HUBUNGAN ANTARA INDIVIDU, KELUARGA, MASYARAKAT, DAN


KEBUDAYAAN

Aspek individu, keluarga, masyarakat dan kebudayaan adalah aspek-aspek


sosial yang tidak bisa dipisahkan. Keempatnya mempunyai keterkaitan yang
sangat erat. Tidak akan pernah ada keluarga, masyarakat maupun
kebudayaan apabila tidak ada individu. Sementara di pihak lain untuk
mengembangkan eksistensinya sebagai manusia, maka individu
membutuhkan keluarga dan masyarakat, yaitu media di mana individu
dapat mengekspresikan aspek sosialnya. Di samping itu, individu juga
membutuhkan kebudayaan yakni wahana bagi individu untuk
mengembangkan dan mencapai potensinya sebagai manusia.

Lingkungan sosial yang pertama kali dijumpai individu dalam hidupnya


adalah lingkungan keluarga. Di dalam keluargalah individu
mengembangkan kapasitas pribadinya. Di samping itu, melalui keluarga
pula individu bersentuhan dengan berbagai gejala sosial dalam rangka
mengembangkan kapasitasnya sebagai anggota keluarga. Sementara itu,
masyarakat merupakan lingkungan sosial individu yang lebih luas. Di dalam
masyarakat, individu mengejewantahkan apa-apa yang sudah dipelajari dari
keluarganya. Mengenai hubungan antara individu dan masyarakat ini,
terdapat berbagai pendapat tentang mana yang lebih dominan. Pendapat-
pendapat tersebut diwakili oleh Spencer, Pareto, Ward, Comte, Durkheim,
Summer, dan Weber. Individu belum bisa dikatakan sebagai individu
apabila dia belum dibudayakan. Artinya hanya individu yang mampu
mengembangkan potensinya sebagai individulah yang bisa disebut individu.
Untuk mengembangkan potensi kemanusiaannya ini atau untuk menjadi
berbudaya dibutuhkan media keluarga dan masyarakat.

KEPENDUDUKAN, GENERASI, DAN PEMBANGUNAN


BERKELANJUTAN

PENGERTIAN DAN KAJIAN KEPENDUDUKAN

Ilmu yang mempelajari masalah kependudukan adalah demografi.

Istilah ini pertama kali digunakan oleh Achille Guillard. Demografi sebagai
suatu ilmu telah muncul sejak abad ke-17.

John Graunt seorang pedagang di London, yang melakukan analisis data


kelahiran dan kematian, migrasi dan perkawinan dalam hubungannya
dengan proses penduduk dianggap sebagai Bapak Demografi.

Jumlah penduduk dapat meningkat, stabil atau menurun. Indikator dari


perubahan penduduk ini adalah tingkat kelahiran, kematian dan migrasi.

Komposisi penduduk merupakan suatu konsep yang mengacu pada susunan


penduduk menurut kriteria tertentu, seperti jenis kelamin, usia, pekerjaan,
suku bangsa, dan pendidikan.

Data mengenai struktur penduduk yang disajikan secara grafis disebut


piramida penduduk (population pyramid).

Kebijaksanaan kependudukan berhubungan dengan keputusan pemerintah.


Dengan mempengaruhi kelahiran, kematian, dan persebaran penduduk,
pemerintah memiliki strategi yang dianggap baik untuk meningkatkan
kesejahteraan penduduk.

Di luar kebijaksanaan persebaran penduduk atau migrasi, secara garis


besar, kebijaksanaan kependudukan terbagi menjadi dua bagian, yaitu
kebijaksanaan pronatal dan kebijaksanaan antinatal.

Karakteristik angkatan kerja tidak terlepas dari pengaruh ketiga variabel


utama kependudukan (kelahiran, kematian, dan migrasi). Kehidupan sosial
suatu negara dapat digambarkan jika kita mengetahui komposisi lapangan
pekerjaan dari angkatan kerjanya.

Antara kekuatan-kekuatan ekonomi dan kekuatan-kekuatan demografi ada


hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi.

GENERASI, REGENERASI, DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Generasi secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu masa di mana


kelompok manusia pada masa tersebut mempunyai keunikan yang dapat
memberi ciri pada dirinya dan pada perubahan sejarah atau zaman.

Menurut Notosusanto, pengertian generasi itu sendiri sebenarnya lebih


berlaku untuk kelompok inti yang menjadi panutan masyarakat zamannya,
yang dalam suatu situasi sosial dianggap sebagai pimpinan atau paling tidak
penggaris pola zamannya (pattern setter).

Di Indonesia, dianggap telah ada empat generasi, yaitu generasi ‘20-an,


generasi ’45, generasi ’66, dan generasi reformasi (’98).

Suatu generasi harus dipersiapkan untuk menghadapi tantangan pada


zamannya, melaksanakan pembangunan dengan sumber daya yang ada dan
akan ada, serta menjaga keberlangsungan dan keberlanjutan dari
pembangunan dan sumber daya-sumber daya tersebut.

Untuk itu diperlukan adanya suatu sistem dan mekanisme pembangunan


dalam keseluruhan yang melibatkan semua pihak, baik aparatur, peraturan,
pengawas, maupun rakyatnya (grass-root).

Selain itu, diperlukan juga kajian-kajian sosial seperti ekonomi,


kependudukan (demografi) dan ekologi untuk pendukungnya.

Cara pandang kita terhadap pengertian generasi, baik dari sisi terminologi
maupun fakta dan persepsinya tidak dapat dilakukan dengan terlalu
sederhana.

Dari generasi ke generasi selalu memunculkan permasalahan yang khusus


dan pola penyelesaiannya akan khas pula tergantung faktor manusia dan
kondisi yang ada pada zamannya.

Masing-masing generasi mencoba menjawab tantangan yang khas pada


masanya dan seharusnyalah dipandang secara holistik (menyeluruh) untuk
mempelajari dan mengkajinya.

Pemahaman tentang sejarah dan wawasan yang luas sangat mempengaruhi


tantang penilaian dan persepsi terhadap keberadaan suatu generasi dan
masyarakat secara keseluruhan.

Bila kita kaitkan antara generasi dengan pembangunan, maka keberadaan


generasi tidak akan terlepas dari karakter dan ciri-ciri penduduk suatu
bangsa beserta kondisinya.

Masalah penduduk yang meliputi jumlah, komposisi, persebaran,


perubahan, pertumbuhan dan ciri-ciri penduduk berkaitan langsung dengan
perhitungan-perhitungan pembangunan, baik konsep, tujuan maupun
strategi pembangunan suatu bangsa.
Penduduk suatu bangsa dapat merupakan modal yang sangat penting bagi
pembangunan (sumber daya), tetapi jika tidak dipelajari dan disesuaikan
akan dapat menjadi faktor penghambat yang cukup penting pula.

Masing-masing negara mempunyai kebijakan regenerasi yang berbeda


dalam menangani masalah penduduk dan dalam melakukan kaderisasi.

Pembangunan yang ideal ialah pembangunan yang harus disikapi dengan


arif, cermat dan dengan konsep yang berkelanjutan (sustainable
development), disesuaikan dengan kondisi dan karakter bangsa itu sendiri.

Sumber Buku Ilmu Sosial Dasar Karya Effendi Wahyono dkk

Anda mungkin juga menyukai