Anda di halaman 1dari 9

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by Gunadarma University Repository

Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur & Sipil) Vol.3 Oktober 2009
Universitas Gunadarma - Depok, 21-22 Oktober 2009 ISSN: 1858-2559

FENOMENA KOMUNITAS RUMAH KONTRAKAN DI JAKARTA


DAN PERANNYA MENGHADAPI MDGs
1
Danto Sukmajati
1
Program Studi Arsitektur, FTSP, Universitas Mercu Buana, Jakarta
1
dantosukmajati@yahoo.com
1
danto@mercubuana.ac.id

pendahulan ABSTRAK

Komunitas yang solid dan kuat merupakan salah satu kunci peningkatan daya
saing bangsa menghadapi MDGs. Demikian pula dengan komunitas di
perkampungan perkotaan yang didominasi oleh rumah kontrakan, yang sebagian
besar anggotanya bukanlah penduduk asal kawasan tersebut. Lebih jauh tulisan
ini mengkaji permasalahan dan potensi dibalik fenomena tersebut, serta strategi
perencanaan kedepan yang dapat diambil. Menggunakan kaidah kualitatif
dengan merangkai dan menyimpulkan hasil interview mendalam terhadap
beberapa key person, kajian ini dijalankan di beberapa kawasan permukiman
padat di Jakarta yang sebagian besar didominasi oleh rumah kontrakan.Strategi
penanganan dari berbagai sektor terkait, seperti ekonomi, sosial budaya, dan
fisik lingkungan menjadi rekomendasi dan kesimpulan dalam tulisan ini.
Kata kunci: komunitas rumah kontrakan, lingkungan fisik, interaksi sosial,

PENDAHULUAN Di Jakarta, tanpa disadari oleh


Untuk tetap dapat penduduknya banyak persoalan
melangsungkan kehidupannya manusia mengenai kualitas fisik yang
di manapun secara langsung ataupun mempengaruhi sendi-sendi kehidupan
tidak, akan selalu tergantung pada mereka secara luas. Kampung-kampung
lingkungan alam tempatnya hidup. di Jakarta saat ini beberapa telah
Hubungan antara manusia dengan mencapai tingkat kepadatan hingga
lingkungan alamnya tidaklah semata- lebih dari 900 orang per hektar. Mudah
mata sebagai hubungan ketergantungan diduga bahwa kampung-kampung ini
manusia terhadap lingkungannya, tetapi kemudian menghadapi banyak
lebih dari itu, manusia juga ikut permasalahan. Ruang-ruang pun sebagai
mempengaruhi dan bahkan mengubah tempat bernaung mengalami
lingkungannya. Forde (1963), melihat penyederhanaan sebagai konsekuensi
bahwa antara lingkungan alam dan logis keterbatasan yang dihadapi.
kegiatan manusia selalu ada perantara Program ruang hunian kebanyakan
yang menghubungkannya, yaitu hanya terdiri dari ruang servis dan ruang
sekumpulan tujuan dan nilai-nilai, privat, bahkan tanpa sekat. Keterbatasan
seperangkat pengetahuan dan ruang dalam mengakibatkan
kepercayaan yang dengan kata lain pemanfaatan ruang luar menjadi lebih
dinamakan pola-pola kebudayaan. maksimal, namun akibat
Sesungguhnya dengan kebudayaan keterbatasannya juga maka aktifitas
inilah manusia dapat memahami serta menjadi terbatas, sehingga interaksi
menginterpretasikan lingkungannya. antar penghuni pun menjadi terbatas.
Salah satu fenomena kampung kota
yang menarik untuk dibincangkan

Fenomena Komunitas Rumah Kontrakan di Jakarta D39


(Danto Sukmajati)
Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur & Sipil) Vol.3 Oktober 2009
Universitas Gunadarma - Depok, 21-22 Oktober 2009 ISSN: 1858-2559

adalah fenomena komunitas rumah terarah) yang juga disebut wawancara


kontrakan, yang mana sebagian besar terfokus dan non-directed (wawancara
penghuninya bukan berasal dari tak terfokus) yang sering juga disebut
kawasan itu sendiri. free interview. Wawancara tak terarah
Fenomena tersebut menjadi lebih dilakukan untuk memperoleh keterangan
menarik ketika dikaitkan dengan isu-isu yang terinci dan mendalam mengenai
yang ada di tengah masyarakat seperti pandangan subyek yang diteliti. Hasilnya
eforia pemilihan umum dan tragedi bom merupakan informasi emic yaitu
di Jakarta baberapa waktu yang lalu, pandangan subyek yang diteliti
dimana fenomena rumah kontrakan dan (Nasution, 1988). Informasi emic
sistim administrasi kependudukan di selanjutnya disusun secara bertahap
Indonesia turut memiliki peran yang dalam wawancara terarah agar hasil
besar. Dalam salah satu upaya wawancara lebih terarah dan terfokus.
meningkatkan daya saing menghadapi Jika wawancara sudah terarah dan
millenium development goals (MGDs), terfokus, maka diharapkan hasil yang
masyarakat pemilik dan penghuni rumah diperoleh dibatasi pada hal-hal yang
kontrakan di permukiman padat di kota relevan dan diusahakan agar informan
besar nyata mamiliki peran yang tidak melantur ke mana-mana
signifikan. Tulisan ini mencoba untuk (Danandjaja, 1994: 187).
mengkaji problem dan potensi terkait Untuk memperdalam isu pokok
dengan fenomena rumah kontrakan di dan mengkaji interpretasi dalam kasus
perkampungan padat di Jakarta. Dengan ini, lebih banyak diandalkan wawancara
merumuskan permasalahan dan potensi dengan informan terpilih yang
yang ada, diharapkan dapat dirumuskan merupakan key persons terdiri dari
peran strategisnya dalam rangka perorangan dan kelompok. Pemilihan
meningkatkan daya saing bangsa key persons perorangan ditentukan
menghadapi millenium development menurut status sosial anggota
goals (MGDs). masyarakat yang dianggap memiliki
peran dalam pembangunan rumah susun
METODE PENELITIAN swadaya masyarakat. Penentuan key
Data-data yang digunakan dalam persons ini dapat digolongkan sebagai
penelitian ini adalah data-data kualitatif purposive-sampling, dimana sample
yang ditarik dari penelitian lapangan. diambil bukan tergantung pada populasi
Pendekatan yang digunakan adalah melainkan disesuaikan dengan tujuan
indepth interview (wawancara penelitian, sehingga dapat dikatakan
komprehensif) dan dokumentasi. Metode sebagai sample-bertujuan (Moleong ,
pengumpulan data ini selanjutnya l989: 181). Penetapan responden dalam
dikelompokkan dalam dua cara pokok, konteks ini bukan ditentukan oleh
yaitu interactive-method yang meliputi pemikiran bahwa responden harus
wawancara dan observasi yang diikuti representatif terhadap populasinya,
oleh dokumentasi. Kedua langkah melainkan responden harus representatif
pendekatan itu dilakukan secara cyclical dalam memberikan informasi yang
sesuai dengan pertanyaan yang muncul diperlukan (Mudjiman, dalam Mantja,
pada saat tertentu. Teknik wawancara 1989) sesuai dengan fokus dan tujuan
yang digunakan adalah sebagaimana penelitian. Hal itu disebabkan
yang pernah diaplikasikan oleh pendekatan dimaksud tidak bertujuan
Danandjaja (1994), yakni dengan merumuskan karakteristik populasi atau
wawancara tak terstruktur, yaitu dengan untuk menarik inferensi yang berlaku
dua macam teknik: directed (wawancara bagi populasi, melainkan bertolak dari

D40 Fenomena Komunitas Rumah Kontrakan di Jakarta


(Danto Sukmajati)
Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur & Sipil) Vol.3 Oktober 2009
Universitas Gunadarma - Depok, 21-22 Oktober 2009 ISSN: 1858-2559

asumsi tentang realitas yang terjadi yang seseorang yang menurut pengetahuannya
khas dan kompleks. Pemilihan ‘key dapat dipakai sebagai key-informant,
persons’ adalah merupakan hasil dari tetapi setelah berbicara secara cukup,
penggunaan snowball-samplinq informan tersebut menunjukkan subyek
technique sebagaimana disarankan lain yang dipandang mengetahui lebih
Bogdan dan Biklen (1982: 66) dan Miles banyak masalahnya, sehingga peneliti
dan Huberman (1984: 37). Babbie menunjuknya sebagai informan baru,
(1986) pula lebih jauh menjelaskan demikian seterusnya sehingga data yang
teknik snowball-samplinq adalah dimana diperoleh semakin banyak, lengkap dan
peneliti pertama-tama datang kepada mendalam.

Gambar 1.
Wisma Matraman (kiri atas), Wisma Elpeka Dua (kanan atas), dan Rumah kost/kontrakan di Meruya
Selatan (bawah kiri dan kanan).
Sumber: Observasi Lapangan

Untuk dapat merekam variasi pendidikan. Daerah tersebut adalah


permasalahan yang cukup maka daerah perkotaan dengan potensi
ditetapkan pemilihan obyek studi peningkatan pemadatan yang cukup
banding didasarkan pada daerah tinggi, sehingga akan menuntut
perkotaan dengan tingkat kepadatan pertumbuhan fisik permukiman untuk
yang cukup tinggi dan memiliki jarak dapat menampungnya. Selain itu,
yang relatif dekat dengan sumber- diamati juga adanya konsep rumah kost
sumber pembangkit aktifitas kota seperti murni yang hanya dihuni oleh penyewa
tempat kerja, industri dan fasilitas dan konsep rumah kost yang dihuni oleh

Fenomena Komunitas Rumah Kontrakan di Jakarta D41


(Danto Sukmajati)
Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur & Sipil) Vol.3 Oktober 2009
Universitas Gunadarma - Depok, 21-22 Oktober 2009 ISSN: 1858-2559
pemilik bersama-sama dengan penyewa. jenis perizinan apa saja yang harus
Konsep tersebut dicermati mengingat dimiliki dan pihak terkait mana saja
adanya kaitan yang erat dengan tingkat yang harus dihubungi terkait dengan
pengawasan yang diberikan kepada usahanya. Selain itu, sebagian besar dari
pengguna kamar kost dan tingkat mereka juga belum mengetahui apakah
tanggung jawab sosial kepada lokasi usaha mereka terletak pada
lingkungan. Konsep yang pertama peruntukan yang benar. Aturan sewa
menawarkan lebih banyak kebebasan. menyewa yang baik antara pemilik usaha
Pengawasan lebih banyak bergantung dengan penyewa juga belum diterapkan
pada lingkungan. Konsep ini disebagian besar lokasi yang menjadi
berhubungan dengan akses langsung ke obyek kajian. Hal ini dapat berakibat
ruang-ruang kamar yang privat sifatnya. tidak jelasnya hak dan tanggung jawab
Sedangkan konsep yang kedua pemilik dan dan penghuni usaha dan
berhubungan erat dengan pengawasan dapat menimbulkan sengketa di
yang lebih ketat terhadap penyewa, kemudian hari. Beberapa dari mereka
mengingat akses menuju ruang-ruang menghubungkan perijinan tersebut
privat yang disewa harus melalui terlebih dengan penarikan retribusi sehingga
dahulu ruang-ruang publik yang mereka enggan mengurusnya.
bersama-sama digunakan oleh pemilik Ketidakpercayaan pada lembaga-
dan penyewa. Dari bahasan tersebut, lembaga terkait dengan penyediaan
maka dipilihlah tiga lokasi sebagai studi rumah kontrakanbukan hanya terhadap
banding dalam kajian ini, masing-masing lembaga terkait dengan aspek legal,
adalah Wisma Matraman, Wisma Elpeka namun juga kemudian berhubungan
Dua dan sebuah kontrakan di wilayah dengan lembaga pemberi modal, seperti
Meruya Selatan. telah dibahas diatas. Prosedur perbankan
menurut mereka rumit dan berbelit-belit,
PEMBAHASAN bunga hutangnya besar dan tak mungkin
Faktor pendorong utama terbayar. Gejala lain yang juga muncul
penyediaan rumah sewa Kost adalah sebagai akibat ketidakpercayaan dan
faktor komersial, sehingga terjadi kurangnya pengetahuan tentang
kecenderungan pemanfaatan lahan lembaga-lembaga formal terkait adalah
secara maksimal baik horisontal maupun munculnya perantara-perantara yang
vertical dengan biaya yang semurah cenderung merugikan masyarakat dan
mungkin agar lebih cepat mencapai pemerintah karena upayanya untuk
break event point’, sejalan dengan selalu membuat kabur prosedur-prosedur
prinsip ekonomi. Kondisi ini memiliki dan menghembuskan mitos-mitos negatif
implikasi yang luas berkenaan dengan lembaga-lembaga formal yang
tingkat keamanan bangunan, berhubungan dengan pelayanan
menyangkut persoalan kekokohan masyarakat.
bangunan dan penanggulangan Hal lain yang terkait adalah:
kebakaran, karena pemilik cenderung biaya operasional yang dikeluarkan oleh
melakukan pemadatan bangunan secara pemilik untuk pembangunan usaha
maksimal dengan modal yang seminimal cukup besar mulai dari pembangunan
mungkin. prasarana lingkungan sampai dengan
konstruksi bangunan usaha. Hal ini
Administratif dan Ekonomi mengakibatkan tingginya harga sewa
Sebagai Kendala usaha untuk menutupi biaya operasional
Sebagian besar pemilik rumah pembangunan rumah usaha. Harga sewa
kontrakan belum memahami sepenuhnya yang ditetapkan oleh pemilik usaha

D42 Fenomena Komunitas Rumah Kontrakan di Jakarta


(Danto Sukmajati)
Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur & Sipil) Vol.3 Oktober 2009
Universitas Gunadarma - Depok, 21-22 Oktober 2009 ISSN: 1858-2559
cenderung naik dari tahun ke tahun di atau saling mengenal kian terbatas,
samping karena kondisi perkembangan hanya mereka yang berhubungan dalam
ekonomi juga disebabkan oleh kaitannya dengan rutinitas: mereka
pertambahan nilai lahan. Kondisi ini hanya mengenal orang-orang yang
dapat memperberat beban ekonomi berhubungan dalam aktifitas rutinnya.
penghuni usaha yang sebagian besar Beberapa pemilik usaha menyatakan
adalah golongan masyarakat mereka tidak mengenal betul siapa yang
berpenghasilan rendah. sekarang menjadi penghuni kamar
kostnya. Beberapa pengelola usaha
Kegagalan ber-Adaptasi bahkan tidak meminta identitas formal
Dalam studi lapangan di sana- penyewa kamar kostnya. Hal ini tentu
sini ditemui berbagai penyimpangan saja memuat implikasi yang luas
akibat culture shock dan berpotensi terhadap upaya penciptaan ketahanan
mengakibatkan konflik sosial dengan masyarakat yang dengan sendirinya
sesama penghuni kost atau tetangga, mengakibatkan terhambatnya penciptaan
tindak kekerasan, kecelakaan, bahaya permukiman yang ideal. Menyepakati
kebakaran dan sebagainya. Culture Wirth (1968), dikemukakan dua gejala
shock akan dialami oleh setiap orang penting berkenaan dengan fenomena
yang dihadapkan pada lingkungan baru perkotaan ini. Pertama adalah gejala
yang asing sama sekali baginya yang transiensi atau orang kota tidak dapat
dalam keadaan mana pengetahuan mengenal lagi orang di kotanya karena
kebudayaan yang dimilikinya tidak dapat kota adalah seperti tempat kerumunan
dipakai lagi sebagai sistem referensi manusia, mereka datang dan pergi secara
dalam tindakan-tindakan yang dilakukan. terus menerus, sehingga seorang warga
Dalam kasus rumah kontrakan misalnya, kota tidak dapat dan tidak mampu untuk
memaksakan diri untuk memasak dalam saling mengenal. Kedua adalah gejala
kamar meskipun sudah disediakan dapur anomali atau tidak dikenalnya identitas
bersama, menerima tamu dalam jumlah pribadi, Hal ini adalah akibat gejala
melampaui kapasitas tampung dalam transiensi di atas. Mereka tidak merasa
kamar sehingga kemudian berlimpah ke perlu dikenal dan mengenal satu sama
koridor, menjemur pakaian di segala lainnya, sehingga seorang warga kota
tempat yang terjangkau sinar matahari, dapat berbuat atau melakukan kegiatan
upaya memanfaatkan sumber energi dengan keyakinan bahwa segala sesuatu
listrik yang terbatas dalam kamar secara yang dilakukannya itu adalah urusan
berlebihan (satu titik stop kontak dirinya sendiri, tidak ada keterlibatan
dimanfaatkan untuk memenuhi emosional atau perasaan warga lainnya.
kebutuhan listrik yang melebihi
kapasitasnya), meletakkan antenna Tidak Tumbuhnya Rasa Memiliki
televisi – satu kamar satu televisi juga Lebih jauh lagi, gejala transiensi
satu antenna, dan lain sebagainya. dan anomali juga mengakibatkan kurang
tumbuhnya rasa memiliki unit hunian,
Tidak Saling Mengenal dan Ketiadaan bangunan dan lingkungan di kalangan
Partisipasi. penghuni rumah kontrakan ini, karena
Studi banding pada beberapa mereka tidak pernah merasa menjadi
rumah sewa/ kontrakan di Jakarta Barat bagian dari masyarakat. Penghuni
dan Jakarta Timur menunjukkan bahwa merasa bahwa yang berkewajiban untuk
penduduk kota besar akan lebih sulit merawat bangunan dan lingkungan
untuk dapat saling mengenal satu dengan adalah pemilik rumah, bukan mereka
yang lainnya. Orang-orang yang dikenal sebagai penyewa. Penyewa merasa tidak

Fenomena Komunitas Rumah Kontrakan di Jakarta D43


(Danto Sukmajati)
Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur & Sipil) Vol.3 Oktober 2009
Universitas Gunadarma - Depok, 21-22 Oktober 2009 ISSN: 1858-2559
perlu mengalokasikan sejumlah dana keberatan kamar-kamar yang dimilikinya
yang memang umumnya terbatas mereka dihuni oleh laki-laki atau perempuan,
miliki untuk perawatan bangunan dan karena sebagian besar dari mereka
lingkungan. Sementara itu pemilik beranggapan bahwa jika terjadi hal-hal
merawat bangunan seminimal mungkin yang tidak diharapkan itu menjadi
karena perawatan bangunan berkait tanggung jawab mereka sebagai manusia
dengan pengeluaran yang tidak sedikit. dewasa. Cara ini umumnya lebih disukai
Umumnya pemilik bangunanpun hanya oleh calon penghuni menurut pemilik,
akan melakukan perawatan jika ruang yang tentu saja juga sangat disukai oleh
yang disewakan tersebut dan sarana pemilik karena kemungkinan ruang yang
penunjangnya belum ada yang disewakannya menjadi lebih mudah
menempati, sementara dalam kondisi terisi penuh.
ruang yang disewakan telah terisi maka
pemilik cenderung memilih perawatan Gejala khusus: Perbedaan Dinamika
seminimal mungkin. Yang kemudian Penghuni
dapat diamati dengan jelas adalah kurang Berikut digambarkan bahwa
terawatnya fasilitas bersama. Pada terjadi berbagai variasi dinamika
bagian-bagian yang publik sifatnya berkenaan dengan dfenomena menghuni
terjadi kecenderungan kurangnya rumah kontrakan. Variasi dinamika ini
perawatan karena tidak satupun pihak tentu saja berhubungan dengan tinggi
baik penyewa maupun pemilik yang atau rendahnya gejala transiensi dan
merasa perlu untuk merawatnya. anomali yang terjadi serta penting
diperhatikan dalam penanganan
Gejala Degradasi Lingkungan Fisik masalah-masalah berkait dengan gejala
dan Sosial tersebut, baik dalam penetapan sasaran
Gejala yang paling maupun materi pembinaan.
mengkhawatirkan dari hasil penelitian di 1. Bujangan dan Berkeluarga
lapangan adalah memudarnya rasa Variasi ini tampak dalam pemanfaatan
kemanusiaan, etika, moral dan adab ruang dan dinamika di dalamnya.
dalam tindakan sehari-hari. Pemukiman Kecenderungan penghunian yang
di Jakarta dengan kecenderungan tidak dilakukan oleh bujangan seorang diri
menjadi sebuah komunitas itu adalah tertutup dari lingkungannya,
menunjukkan tiadanya solidaritas sosial maksudnya kemungkinan untuk
yang berlandaskan pada perasaan yang membina interaksi sosial dengan
mendalam mengenai keanggotaan masyarakat sekitar hunian lebih terbatas
seseorang dalam komunitas yang akibat kebutuhannya yang lebih bersifat
bersangkutan. Dalam studi banding jelas individual, sementara pada penghuni
sekali tergambar bagaimana laki-laki dan rusun sewa yang berkeluarga
perempuan menghuni satu blok kemungkinan terjadinya interaksi dengan
bangunan, bahkan memiliki kamar yang masyarakat sekitar lebih besar dengan
bersebelahan dengan kamar mandi adanya anggota keluarga: suami, istri
bersama tanpa merasa risih. Hal ini atau anak. Namun kebutuhan ruang yang
menggambarkan bahwa bagi para lebih besar dari penghuni yang
penghuni, selapis dinding yang berkeluarga mengakibatkan
membatasi mereka telah cukup membuat kecenderungan terjadinya culture shock
mereka berada pada dunianya sendiri lebih besar dibandingkan dengan
yang benar-benar terpisah dengan dunia bujangan yang kebutuhan ruangnya lebih
di luarnya. Pada berbagai wawancara sedikit.
yang dilakukan, pemilik rumah tidak 2. Mahasiswa dan Karyawan/Pedagang

D44 Fenomena Komunitas Rumah Kontrakan di Jakarta


(Danto Sukmajati)
Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur & Sipil) Vol.3 Oktober 2009
Universitas Gunadarma - Depok, 21-22 Oktober 2009 ISSN: 1858-2559
Mahasiswa dengan dinamikanya yang meninggalkan hunian sewanya setiap
tinggi mengakibatkan penggunaan saat ada peluang.
ruang-ruang pada rusun sewa menjadi
lebih tinggi, bahkan sangat tinggi. PENUTUP
Keterbatasan modal mengakibatkan Strategi penanganan dari
aktifitas mahasiswa terbatas hanya pada berbagai sektor terkait, seperti ekonomi,
aktifitas kampus dan aktifitas sehari-hari sosial budaya, dan fisik lingkungan
di hunian sewanya. Berbeda dengan menjadi rekomendasi dan kesimpulan
karyawan atau pedagang yang sebagian dalam tulisan ini. Pemerintah perlu
besar waktunya digunakan untuk mengundang semua pihak untuk
mencari uang atau kegiatan sosial berpartisipasi dalam pembangunan
berkenaan dengan profesinya tersebut. rumah kontrakan, penghunian dan
Intensitas kegiatan di rumah menjadi pengawasan rumah kontrakan khususnya
sangat kecil. Namun kemudian keduanya kelas menengah bawah di perkampungan
sama-sama berpotensi melahirkan gejala perkotaan. Perlu digiatkan kemitraan
transiensi dan anomali karena Pemerintah-Masyarakat-Swasta.
mahasiswa menggunakan hunian Pemerintah Daerah harus dapat
sewanya dengan aktifitas yang tinggi dan mendorong dan membantu pemilik
interaksi dominan dengan sesama usaha kontrakan dengan memberikan
mahasiswa, sementara karyawan/ petunjuk teknis dan bimbingan tidak
pedagang dalam aktifitas yang rendah hanya aspek administratif dan teknis,
pada hunian sewanya dan praktis dengan melainkan juga aspek ekonomi, dan
interaksi sosial dengan lingkungan yang sosial budaya.
terbatas juga. Tantangan-tantangan sosial
3. Pendatang dan Bukan Pendatang yang berkembang dalam kehidupan
Yang dimaksud dengan pendatang dalam perkotaan tidak mungkin dapat diatasi
tulisan ini adalah mereka yang berasal semata-mata oleh peraturan
dari luar Jakarta dan kemudian menetap perundangan ataupun kekerasan,
di Jakarta dan memanfaatkan hunian melainkan juga melalui komuniti yang
sewa. Bukan pendatang maksudnya berfungsi sebagai rumah dan keluarga.
adalah mereka yang berasal dari bagian Bila sebuah pemukiman perkotaan
lain dalam wilayah kota dan tidak mewujudkan dirinya sebagai
memanfaatkan hunian sewa dengan sebuah komuniti, sebaliknya justru
pertimbangan kemudahan transportasi ke memperlihatkan ciri-ciri transiensi dan
tempat kerja atau sekolah. Pendatang anomali, maka hasilnya adalah
biasanya sangat mengandalkan ruang individu-individu yang anti-sosial.
hunian yang disewanya sebagai Sebaliknya, bila pemukiman tersebut
penyokong kehidupan sehari-harinya di berfungsi sebagai komuniti yang
Jakarta, sementara sebaliknya bagi merupakan besaran dari fungsi-fungsi
bukan pendatang, hunian sewa hanyalah keluarga, maka komuniti tersebut akan
perhentian sementara sebagai antara dari dapat menghasilkan individu-individu
satu kegiatan ke kegiatan yang lain. Apa yang mempunyai rasa tanggung jawab
yang terjadi kemudian adalah pendatang sosial dan moral sebagai warga
lebih membutuhkan penyesuaian tinggal masyarakat dan sebagai warga negara.
pada hunian sewa karena pendatang
melakukan aktifitas sehari-harinya di Sehubungan dengan harapan
sana. Agak berbeda dengan bukan pada kondisi ideal tersebut, strategi yang
pendatang yang akan dengan segera diperlukan adalah dengan memberikan
pengetahuan yang cukup tentang

Fenomena Komunitas Rumah Kontrakan di Jakarta D45


(Danto Sukmajati)
Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur & Sipil) Vol.3 Oktober 2009
Universitas Gunadarma - Depok, 21-22 Oktober 2009 ISSN: 1858-2559
konsekuensi logis mengelola dan Sebagai Wujud Proses Adaptasi
menghuni rumah kontrakan, kelebihan Sosial di DKI Jakarta. Proyek
dan kekurangannya secara proporsional Inventarisasi dan Dokumentasi
dan realistis berkenaan dengan fisik, Kebudayaan Daerah, Depdikbud
ekonomi, sosial dan budaya. Hal kedua Jakarta.
yang juga penting adalah mengupayakan [3] Ankerl, Guy. 1981. Experimental
terintegrasinya kehidupan sosial, Sociology of Architecture. Mouton
ekonomi dan budaya yang beraneka Publishers, New York.
ragam dari para warga dengan konsep [4] Babbie, Earl. 1986. The Practice of
bahwa pemukiman bukan hanya tempat Social Research, Fourth Edition.
untuk tidur, tetapi sebagai tempat tinggal Wadsworth Publising Co.,
dan hidup bagi memanusiakan manusia, California USA.
sehingga tempat permukiman menjadi [5] Bogdan, Robert C. dan Biklen, Sari
tempat yang layak untuk kelangsungan Knopp. 1982. Qualitative Research
hidup manusia. Strategi lainnya yang in Education. An Introduction to
dapat diupayakan adalah mendorong Theory and Methods. Allyn &
masyarakat penyedia dan pengguna Bacon, A Viacom Company, 160
rumah kontrakan untuk membentuk dan Gould St., Needham Heights, MA
terlibat dalam pranata-pranata sosial di 02194.
lingkungannya, agar terbit kesadaran [6] Canter, David. (1974). Psychology
bahwa setiap manusia adalah bagian dari for Architect, Applied Science
kelompok dimana manusia itu tinggal Publishers, London.
menetap serta untuk mengurangi efek [7] Danandjaja, James. 1994.
degradasi sosial yang mengarah pada Antropologi Psikologi, Raja
krisis moral dan adab. Dan yang terakhir Grafindo Persada, Jakarta.
adalah mewujudkan rasa memiliki, baik [8] Forde C. Daryll. 1963. Habitat,
yang berkenaan dengan unit hunian, Economy and Society A
bangunan maupun lingkungannya Geographical Introduction to
sehingga terjadi pelestarian yang Ethnology. Routledge.
diharapkan. [9] Hallowell, A, Irving. 19.., Culture
and Experience, University of
DAFTAR PUSTAKA Pennsylvania Press, Philadelphia .
[1] Abdullah, Irwan.. 1999. Dari [10] Menno, S dan Alwi, M. 1992.
“Bounded System ke Borderless Antropologi Perkotaan, Rajawali
Society” dalam Jurnal Antropologi Press, Jakarta.
Indonesia Th. XXIII. No. 60 1990. [11] Miles, M. dan Huberman, A. M.
hal 11 – 18. 1984. Qualitative Data Analysis.
[2] Abdurrahman, S. 1977. Beverly Hills, Sage Publications,
Perkampungan di Perkotaan CA.
[12] Moleong, Lexy. 1989. Metodologi [15] Schrimbeck, Egon. 1987. Idea
Penelitian Kualitatif, CV Remaja Form and Architecture : Design
Karya, Bandung. Principles in Contemporary
[13] Nasution. 1988. Metode Penelitian Architecture, Van Nostrand
Naturalistik Kualitatif, Bandung. Reinhold Company, New York .
[14] Rappoport, A. 1977. Human [16] Sommer, Robert. 1983. Social
Aspect in Urban Form, Towards Design : Creating Building with
Man-Environment Approach to People in Mind, Prentice-Hall Inc,
Urban Form and Design, New Jersey.
Pergamon Press, New York.

D46 Fenomena Komunitas Rumah Kontrakan di Jakarta


(Danto Sukmajati)
Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur & Sipil) Vol.3 Oktober 2009
Universitas Gunadarma - Depok, 21-22 Oktober 2009 ISSN: 1858-2559
[17] Steward, Julian, H. 1979. Theory of [19] Wirth, Louis. 1968. Urbanisme As
Culture Change, Urbana, Chicago, A Way of Life, dalam Thomas Y.
University Illinois Press, London. Cromwell: Urbanism in World
[18] Van Peursen, C.A. 1976. Strategi Perspective, New York.
Kebudayaan, Yayasan Kanisius,
Jakarta.

Fenomena Komunitas Rumah Kontrakan di Jakarta D47


(Danto Sukmajati)

Anda mungkin juga menyukai