Anda di halaman 1dari 10

Penelitian

PEMANFAATAN WAKTU LUANG PESERTA DIDIK


SEKOLAH MENENGAH ATAS

Idris M Noor
email: idrishmnoor@yahoo.com
Pusat Penelitian Kebijakan Balitbang Kemdikbud
Abstrak: Akhir-akhir ini semakin banyak siswa sekolah menengah atas (SMA) dan sekolah menengah
kejuruan (SMK) yang tidak dapat memanfaatkan waktu luangnya dan sering melakukan kegiatan negatif
dan cenderung bertindak kriminalitas. Hal ini disebabkan oleh kurangnya kesadaran siswa mengorgan-
isasikan dan mengatur waktu luangnya sebaik-baiknya untuk kegiatan-kegiatan yang positif. Penelitian
inidilakukan pada tahun 2011 di delapan provinsi di Indonesia dan di setiap provinsi dipilih 1 Kabupaten
dan 1 Kota. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan informasi mengenai kegiatan peserta didik
untuk mengisi waktu luangnya di luar jam pelajaran di sekolah. Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan campuran kuantitatif dan kualitatif (mixed method) dengan metode eval-
uasi dan metode studi kasus. Sampel penelitian sebanyak 178 orang guru, peserta didik sebanyak 4103
orang, dan orangtua sebanyak 3747 orang. Alat yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini
adalah kuesioner, pedoman studi dokumentasi, pedoman focus group discussion (FGD), dan pedoman
wawancara. Temuan penelitian antara lain peserta didik memilih kegiatan yang sesuai dengan motivasi
dan minat mereka. Kegiatan yang cenderung diminati tersebut merupakan kegiatan yang lebih banyak
unsur hiburannya. peserta didik masih banyak yang belum mempunyai kemandirian dalam berpikir
dan bertindak sesuai dengan potensi dirinya, dan kerjasama orang tua dengan sekolah masih kurang.

Kata kunci: waktu luang, siswa, kenakalan remaja, pengaruh, motivasi,

HOW THE SENIOR HIGH SCHOOL STUDENTS


SPEND THEIR SPARE TIME
Abstract: Nowdays, there has been more and moer students of senior high school (SHS) and vocational school
(VS) who cannot manage their time well and often do negative activities that tend to be crime. This is caused by
the lack of the students awareness to organize and manage their spare time for positive activities. The objective of
the research is to find out the information about the students’ activities to use their spare time outside the school
hours. This research used mixed method,with evaluation and case study. Sample consisted of 178 teachers, 4103
students, 3747 students’ parents in the eight provinces in 2011. Tool of research are questionnair, documentation
guide, focus group discussion (FGD) guide, and interview guide. Research finding is that the students tend to
choose activities they are interested in or the activities they motivate in, students are not independent both in their
thought and action based on their potential, and the collaboration between parents and school is very low.

Key words: spare time, students, juvenile delinquent, influence, motivation

Hal-hal negatif yang sering dilakukan oleh remaja kita,


PENDAHULUAN
antara lain seperti yang terungkap dalam data Badan
Akhir-akhir ini semakin banyak siswa sekolah Narkotika Nasional (BNN: 2004) bahwa lebih dari 2
menengah atas (SMA) dan sekolah menengah kejuruan juta remaja Indonesia ketagihan narkoba.
(SMK) yang tidak dapat memanfaatkan waktu Penyebab kenakalan remaja seperti tersebut
luangnya dan sering melakukan kegiatan-kegiatan diakibatkan oleh antara lain kondisi psikologis
negatif dan cenderung bertindak kriminalitas. Hal remaja, lingkungan rumah dan sekolah yang kurang
ini disebabkan oleh kurangnya kesadaran siswa mendukung, kurang perhatian guru dan orang tua,
mengorganisasikan dan mengatur waktu luangnya broken home, tidak ada waktu orang tua untuk
sebaik-baiknya untuk kegiatan-kegiatan yang positif. membimbing anaknya, ketidaktauan anak itu

118 Perspektif Ilmu Pendidikan - Vol. 27 No.2 Oktober 2013


Pemanfaatan Waktu Luang ...

sendiri, kurang ketatnya aturan sekolah dan rumah, perhatian sekolah dan keluarga terhadap aktivitas
pendidikan agama kurang, tidak punya cita-cita masa anaknya sehingga makin banyak peserta didik yang
depan, dan pengaruh teman. Selain itu, persoalan tidak dapat memanfaatkan waktu luangnya untuk
kenalakalan remaja sebenarnya erat kaitanya dengan kegiatan yang positif baik di sekolah maupun di
pendidikan moral dan agama, khususnya mengenai luar sekolah merupakan suatu masalah yang harus
pendidikan karakter bangsa. Pendidikan karakter segera dipecahkan. Akibatnya, peserta didik sering
bangsa menjadi isu penting dalam pelaksanaan melakukan tindakan-tindakan yang negatif dan
pendidikan di sekolah. Salah satu cara dalam cenderung meningkat setiap tahunnya. Oleh karena
mengimplementasikan pendidikan karakter bangsa perlu diketahui kegiatan-kegiatan dan wadah yang
adalah melalui pemanfaatan waktu luang bagi peserta dibutuhkan oleh peserta didik yang perlu disediakan
didik. oleh sekolah, keluarga, dan lingkungan sekitar.
Waktu luang tanpa diisi dengan kegiatan Berdasarkan permasalahan atau isu-isu yang
yang positif akan menimbulkan berbagai persoalan dikemukakan tersebut di atas, maka perlu dilakukan
lingkungan dapat terganggu. Pengisian waktu luang penelitian dan kajian yang mendalam mengenai
dengan baik dan cara yang sesuai dengan umur efektifitas perubahan LPTK/IKIP menjadi universitas.
remaja, masih merupakan masalah bagi kebanyakan Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan
remaja, misalnya; timbulnya rasa bosan dan segan informasi mengenai (1) kegiatan yang dapat dilakukan
untuk melakukan apa saja merupakan fenomena yang oleh peserta didik untuk mengisi waktu luangnya
sering kita jumpai (Monks, Knoers, dan Haditono di luar jam pelajaran di sekolah, (2) wadah yang
2002:285). Terkait dengan pemanfaatan waktu, hasil disediakan oleh sekolah bagi peserta didik dalam
penelitian Muhajir (2007:i, 31, 32, dan 63) menemukan memanfaatkan waktu luangnya di luar jam belajar,
bahwa pemanfaatan waktu dipengaruhi oleh faktor (3) cara guru meningkatkan motivasi peserta didik, (4)
instrisik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik antara lain wadah yang dibutuhkan peserta didik untuk mengisi
dipengaruhi oleh minat perhatian dan kemauan, waktu luangnya di luar sekolah, (5) wadah yang
motivasi, dan cita-cita. Faktor ekstrinsik dipengaruhi tersedia di lingungan sekitar yang bisa dimanfaatkan
oleh faktor keluarga atau orang tua. oleh peserta didik untuk mengisi waktu luangnya, dan
Ditemukan pula bahwa faktor ekstrinsik 6) kepedulian orangtua terhadap pemanfaatan waktu
seperti dorongan orang tua, program sekolah luang peserta didik di luar sekolah.
mengenai kegiatan ekstrakurikuler olahraga, adanya Kajian teori pendudkung dalam penelitian ini
pertandingan antar sekolah, keinginan memperoleh akan dijelaskan sebagai berikut.
prestasi yang baik dalam bidang olahraga, adanya a. Hakekat dan Konsep Waktu Luang
sarana dan prasarana olahraga yang baik, adanya Waktu luang (free time) adalah waktu yang
media teknologi yang canggih yang memudahkan dimiliki oleh peserta didik yang tidak atau belum
peserta didik mengakses informasi termasuk informasi terpakai di luar kegiatan-kegiatan yang telah
olah raga akan mempengaruhi peserta didik untuk ditentukan atau yang telah ada. Konsep waktu luang
melakukan perbuatan positif. Pengaruh ekstrinsik bervariasi tergantung pada pandangan dan pendapat
seperti penghargaan termasuk hadiah, dorongan orang yang menilai dan memanfatkannya. Banyak
penonton dalam kegiatan olah raga dan kesenian pendapat mengenai definisi dan konsep waktu luang,
termasuk dalam kategori berpengaruh sangat tinggi namun pada intinya adalah waktu luang yang dimiliki
(77%) dan sikap kepercayaan diri peserta didik oleh peserta didik selain waktu yang dimanfaatkan
SMA dalam mengikuti ekstrakurikuler olahraga oleh mereka sebagai pelajar.
sebesar 86,79% (Effendi,1985:123 dalam Muhajir Pengertian waktu luang seringkali diasosiasikan
2007). Selanjutnya, ditemukan bahwa sebagian dengan tidak melakukan apa-apa dan juga bermalas-
sebesar (86,79%) peserta didik tertarik mengikuti malasan, padahal tidak seperti itu. Arti istilah waktu
ekstrakurikuler olahraga karena sesuai dengan luang terbagi atas 3 dimensi. Dilihat dari dimensi
kebutuhan atau merasakan bahwa sesuatu akan waktu, waktu luang dilihat sebagai waktu yang
bermakna bagi dirinya seperti ingin mendapatkan tidak digunakan untuk “bekerja”; mencari nafkah,
tambahan nilai raport (Effendi,1985:123 dalam Muhajir melaksanakan kewajiban, dan mempertahankan
2007). hidup. Dari segi cara pengisian, waktu luang adalah
Masih kurangnya kesadaran peserta didik waktu yang dapat diisi dengan kegiatan pilihan sendiri
untuk memanfaatkan waktu luang untuk kegiatan atau waktu yang digunakan dan dimanfaatkan sesuka
yang positif dan lemahnya kontrol serta kurangnya hati. Dari sisi fungsi, waktu luang adalah waktu

Perspektif Ilmu Pendidikan - Vol. 27 No. 2 Oktober 2013 119


Pemanfaatan Waktu Luang ...

yang dimanfaatkan sebagai sarana mengembangkan maka perlu dilihat berdasarkan perubahan pada
potensi, meningkatkan mutu pribadi, kegiatan dimensi-dimensi tersebut.
terapeutik bagi yang mengalami gangguan emosi, Seseorang yang berada pada usia 12-18 tahun
sebagai selingan dan hiburan, sarana rekreasi, sebagai dapat dikatakan sebagai remaja (Hurlock, 1981).
kompensasi pekerjaan yang kurang menyenangkan, Pendapat lain memberi batasan usia remaja adalah 12-
atau sebagai kegiatan menghindari sesuatu (Sukadji 21 tahun (Monks, dkk; 2002) dan berada pada rentang
dalam Popsy, 2007). 12-23 tahun (Stanley Hall dalam Santrock (2003).
Pemanfaatan waktu luang tergantung dari Berdasarkan batasan-batasan yang diberikan para ahli,
dorongan individunya dan juga dorongan dari bisa dilihat bahwa mulainya masa remaja relatif sama,
orang lain. Waktu luang dalam konteks pendidikan tetapi berakhirnya masa remaja sangat bervariasi,
dimaksudkan bahwa peserta didik menyadari bahkan ada yang dikenal dengan istilah remaja yang
pentingnya waktu luang untuk dimanfaatkan secara diperpanjang dan remaja yang diperpendek.
sungguh-sungguh melalui kegiatan yang berguna bagi Remaja adalah masa yang penuh dengan
dirinya maupun bagi lingkungan sekitarnya. permasalahan. Pernyataan ini sudah dikemukakan
Waktu luang yang dimiliki peserta didik dapat jauh pada masa lalu yaitu di awal abad ke-20 oleh
diklasifiksikan dalam dua kelompok, yaitu: waktu Bapak Psikologi Remaja yaitu Stanley Hall. Pada saat
luang di seklah meliputi waktu pada jam istirahat itu Stanley Hall mengatakan bahwa masa remaja
(dua kali istirahat) dan sebelum dan sesudah jam merupakan masa badai dan tekanan (storm and stress).
pelajaran dimulai, sedangkan waktu luang di luar Masa remaja adalah masa terjadinya krisis identitas
sekolah seperti pada waktu pulang sekolah sampai atau pencarian identitas diri. Karakteristik remaja
dengan jam tidur, weekend dan hari libur nasional, yang sedang berproses untuk mencari identitas diri
dan libur sekolah. juga sering menimbulkan masalah pada diri remaja
b. Remaja (Erickson dalam Monks, dkk, 2000; Santrock, 2003).
Masa remaja merupakan sebuah periode dalam Beberapa karakteristik remaja yang dapat
kehidupan manusia yang batasan usia maupun menimbulkan berbagai permasalahan pada diri
peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Pubertas remaja, yaitu: (1) kecanggungan dalam pergaulan
yang dahulu dianggap sebagai tanda awal keremajaan dan kekakuan dalam gerakan, (2) ketidakstabilan
ternyata tidak lagi valid sebagai patokan atau batasan emosi, (3) adanya perasaan kosong akibat perombakan
untuk pengkategorian remaja. Sebab usia pubertas pandangan dan petunjuk hidup, (4) adanya sikap
yang dahulu terjadi pada akhir usia belasan (15-18) menentang dan menantang orang tua, (5) pertentangan
kini terjadi pada awal belasan bahkan sebelum usia di dalam dirinya sering menjadi pangkal penyebab
11 tahun. Seorang anak berusia 10 tahun mungkin pertentangan-pertentang dengan orang tua, (6)
saja sudah (atau sedang) mengalami pubertas namun kegelisahan karena banyak hal diinginkan tetapi
tidak berarti ia sudah bisa dikatakan sebagai remaja remaja tidak sanggup memenuhi semuanya, (7)
dan sudah siap menghadapi dunia orang dewasa. Ia senang bereksperimentasi, (8) senang bereksplorasi,
belum siap menghadapi dunia nyata orang dewasa, (9) mempunyai banyak fantasi, khayalan, dan bualan,
meski di saat yang sama ia juga bukan anak-anak lagi. dan (10) kecenderungan membentuk kelompok dan
Berbeda dengan balita yang perkembangannya kecenderungan kegiatan berkelompok (Gunarsa,
dengan jelas dapat diukur, remaja hampir tidak 1989) .
memiliki pola perkembangan yang pasti. Dalam Para remaja mulai membuat penilaian tersendiri
perkembangannya seringkali mereka menjadi bingung dalam menghadapi masalah-masalah populer yang
karena kadang-kadang diperlakukan sebagai anak- berkenaan dengan lingkungan mereka, misalnya:
anak tetapi di lain waktu mereka dituntut untuk politik, kemanusiaan, perang, keadaan sosial, dan
bersikap mandiri dan dewasa. sebagainya (Turiel dalam Gunarsa, 1989). Remaja tidak
Memang banyak perubahan pada diri seseorang lagi menerima hasil pemikiran yang kaku, sederhana,
sebagai tanda keremajaan, namun seringkali dan absolut yang diberikan pada mereka selama ini
perubahan itu hanya merupakan suatu tanda-tanda tanpa bantahan. Remaja mulai mempertanyakan
fisik dan bukan sebagai pengesahan akan keremajaan keabsahan pemikiran yang ada dan mempertimbangan
seseorang. Namun satu hal yang pasti, konflik yang lebih banyak alternatif lainnya. Secara kritis, remaja
dihadapi oleh remaja semakin kompleks seiring akan lebih banyak melakukan pengamatan ke luar dan
dengan perubahan pada berbagai dimensi kehidupan membandingkannya dengan hal-hal yang selama ini
dalam diri mereka. Untuk dapat memhami remaja, diajarkan dan ditanamkan kepadanya. Sebagian besar

120 Perspektif Ilmu Pendidikan - Vol. 27 No.2 Oktober 2013


Pemanfaatan Waktu Luang ...

remaja mulai melihat adanya kenyataan lain di luar Para remaja juga sering menganggap diri
dari yang selama ini diketahui dan dipercayainya. Ia mereka serba mampu, sehingga seringkali mereka
melihat bahwa ada beberapa aspek dalam hidup dan terlihat “tidak memikirkan akibat” dari perbuatan
beragam jenis pemikiran yang lain. Baginya dunia mereka. Tindakan impulsif sering dilakukan;
menjadi lebih luas dan seringkali membingungkan sebagian karena mereka tidak sadar dan belum biasa
terutama jika ia terbiasa dididik dalam suatu memperhitungkan akibat jangka pendek atau jangka
lingkungan tertentu selama masa kanak-kanak. panjang. Remaja yang diberi kesempatan untuk
Kemampuan berpikir dalam dimensi moral mempertangungjawabkan perbuatan mereka, akan
(moral reasoning) pada remaja berkembang karena tumbuh menjadi orang dewasa yang lebih berhati-hati,
mereka mulai melihat adanya kejanggalan dan lebih percaya diri, dan mampu bertanggung jawab.
ketidakseimbangan antara yang mereka percayai Rasa percaya diri dan rasa tanggung jawab inilah
dengan kenyataan yang ada di sekitarnya. Mereka yang sangat dibutuhkan sebagai dasar pembentukan
mempertanyakan dan merekonstruksi pola pikir jati-diri positif pada remaja. Kelak, ia akan tumbuh
dengan “kenyataan” yang baru. Perubahan inilah dengan penilaian positif pada diri sendiri dan rasa
yang seringkali mendasari sikap “pemberontakan” hormat pada orang lain dan lingkungan. Bimbingan
remaja terhadap peraturan atau otoritas yang selama orang yang lebih tua sangat dibutuhkan oleh remaja
ini diterima bulat-bulat. Hal ini tentu saja akan sebagai acuan bagaimana menghadapi masalah itu
menimbulkan konflik nilai bagi sang remaja. Konflik sebagai “seseorang yang baru”; berbagai nasihat dan
nilai dalam diri remaja ini lambat laun akan menjadi berbagai cara akan dicari untuk dicobanya. Remaja
sebuah masalah besar, jika remaja tidak menemukan akan membayangkan apa yang akan dilakukan oleh
jalan keluarnya. Kemungkinan remaja untuk tidak para “idola”nya untuk menyelesaikan masalah seperti
lagi mempercayai nilai-nilai yang ditanamkan oleh itu. Pemilihan idola ini juga akan menjadi sangat
orangtua atau pendidik sejak masa kanak-kanak akan penting bagi remaja.
sangat besar jika orangtua atau pendidik tidak mampu Salah satu topik yang paling sering
memberikan penjelasan yang logis, apalagi jika dipertanyakan oleh individu pada masa remaja
lingkungan sekitarnya tidak mendukung penerapan adalah masalah “Siapakah Saya?” Pertanyaan itu sah
nilai-nilai tersebut. dan normal adanya karena pada masa ini kesadaran
c. Dimensi Psikologis Remaja diri (self-awareness) mereka sudah mulai berkembang
Masa remaja merupakan masa yang penuh dan mengalami banyak sekali perubahan. Remaja
gejolak. Pada masa ini mood (suasana hati) bisa mulai merasakan bahwa “ia bisa berbeda” dengan
berubah dengan sangat cepat. Pada masa remaja para orangtuanya dan memang ada remaja yang ingin
remaja mengalami perubahan yang dramatis dalam mencoba berbeda. Inipun hal yang normal karena
kesadaran diri mereka (self-awareness). Mereka sangat remaja dihadapkan pada banyak pilihan. Karenanya,
rentan terhadap pendapat orang lain karena mereka tidaklah mengherankan bila remaja selalu berubah
menganggap bahwa orang lain sangat mengagumi atau dan ingin selalu mencoba, baik dalam peran sosial
selalu mengkritik mereka seperti mereka mengagumi maupun dalam perbuatan. Contoh: anak seorang
atau mengkritik diri mereka sendiri. Anggapan itu insinyur bisa saja ingin menjadi seorang dokter
membuat remaja sangat memperhatikan diri mereka karena tidak mau melanjutkan atau mengikuti jejak
dan citra yang direfleksikan (self-image). Remaja ayahnya. Ia akan mencari idola seorang dokter
cenderung untuk menganggap diri mereka sangat yang sukses dan berusaha menyerupainya dalam
unik dan bahkan percaya keunikan mereka akan tingkahlaku. Bila ia merasakan peran itu tidak sesuai,
berakhir dengan kesuksesan dan ketenaran. Pada usia remaja akan dengan cepat mengganti peran lain yang
16 tahun ke atas, keeksentrikan remaja akan berkurang dirasakannya “akan lebih sesuai”. Begitu seterusnya
dengan sendirinya jika ia sering dihadapkan dengan sampai ia menemukan peran yang ia rasakan “sangat
dunia nyata. Pada saat itu, Remaja akan mulai sadar pas” dengan dirinya. Proses “mencoba peran” ini
bahwa orang lain tenyata memiliki dunia tersendiri merupakan proses pembentukan jati diri yang sehat
dan tidak selalu sama dengan yang dihadapi atau pun dan juga sangat normal. Tujuannya sangat sederhana;
dipikirkannya. Anggapan remaja bahwa mereka selalu ia ingin menemukan jati diri atau identitasnya sendiri.
diperhatikan oleh orang lain kemudian menjadi tidak Ia tidak mau hanya menurut begitu saja keingingan
berdasar. Pada saat inilah, remaja mulai dihadapkan orangtuanya tanpa pemikiran yang lebih jauh.
dengan realita dan tantangan untuk menyesuaikan Banyak orangtua khawatir jika “percobaan
impian dan angan-angan mereka dengan kenyataan. peran” ini menjadi berbahaya. Kekhawatiran itu

Perspektif Ilmu Pendidikan - Vol. 27 No. 2 Oktober 2013 121


Pemanfaatan Waktu Luang ...

memang memiliki dasar yang kuat. Dalam proses rungan kenakalan remaja menurut Santrock, (2003)
“percobaan peran” biasanya orangtua tidak dilibatkan, lebih rinci dijelaskan sebagai berikut.
kebanyakan karena remaja takut jika orangtua mereka Pertama, minat. Minat adalah kecenderungan
tidak menyetujui, tidak menyenangi, atau malah yang tetap untuk memperhatikan dan mengenai
menjadi sangat kuatir. Sebaliknya, orangtua menjadi beberapa kegiatan. Kegiatan yang dimiliki seseorang
kehilangan pegangan karena mereka tiba-tiba tidak diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa
lagi memiliki kontrol terhadap anak remaja mereka. sayang. Minat sebagai kecenderungan yang menetap
Pada saat inilah, kehilangan komunikasi antara remaja dalam subyek untuk merasa tertarik pada bidang
dan orangtuanya mulai terlihat. Orangtua dan remaja atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung
mulai berkomunikasi dengan bahasa yang berbeda dalam bidang itu (Winkel, 1993:28). Minat merupakan
sehingga salah paham sangat mungkin terjadi. kesadaran seseorang bahwa suatu obek, seseorang,
Mengingat terjadinya gejolak akibat kelebihan suatu soal atau situasi yang mengandung sangkut
energi yang disebabkan karena adanya perubahan paut dengan dirinya (Arikunto, 2005:217), serta
fisik maupun psikis pada remaja, maka perlu dicarikan kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu
aktivitas yang dapat menyalurkan kelebihan energi (Hernowo, 2005:19).
agar mereka tidak menyalurkannya pada kegiatan Berdasarkan pendapat di atas, dapat dikatakan
yang tidak bermanfaat atau bahkan merugikan diri bahwa minat besar pengaruhnya terhadap belajar
mereka sendiri. Energi yang perlu disalurkan tersebut atau kegiatan. Peserta didikan yang menarik minat
terutama pada saat mereka memiliki waktu luang agar peserta didik lebih mudah dipeserta didiki dan
tidak dimanfatkannya untuk hal-hal atau kegiatan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar.
yang negatif. Untuk menambah minat, peserta didik di dalam
d Kenakalan Remaja menerima peserta didikan di sekolah diharapkan
Kenakalan remaja biasa disebut dengan istilah dapat mengembangkan minat untuk melakukannya
Juvenile Delinquent yang berasal dari bahasa Latin, sendiri karena minat belajar yang telah dimiliki
“juvenilis” yang artinya anak-anak, anak muda, ciri peserta didik merupakan salah satu faktor yang dapat
karakteristik pada masa muda, sifat-sifat khas pada mempengaruhi hasil belajarnya. Apabila seseorang
periode remaja, sedangkan “delinquent “ berasal dari mempunyai minat yang tinggi terhadap sesuatu
bahasa latin “delinquere” yang berarti terabaikan, hal, maka akan terus berusaha untuk melakukanya
mengabaikan, yang kemudian diperluas artinya sehingga apa yang diinginkannya dapat tercapai.
menjadi jahat, nakal, anti sosial, kriminal, pelanggar Kedua, motivasi. Drive is an aroused state that
aturan, pembuat ribut, pengacau peneror, durjana dan occurs because of psychological needs, while a need is a
lain sebagainya. Juvenile delinquency atau kenakalan deprivation that enegizes the drive to eliminate or reduce
remaja adalah perilaku jahat atau kenakalan anakanak the deprivation (Santrock 2003:245-2460). Motivasi dapat
muda, merupakan gejala sakit (patologis) secara diartikan sebagai suatu kondisi yang mendorong
sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan individu melakukan kegiatan (Sukmadinata, 2003:61).
oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka Motivasi terbentuk oleh tenaga-tenaga yang bersumber
mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang. dari dalam dan dari luar diri individu. Jadi dapat
Istilah kenakalan remaja mengacu pada suatu dikatakan bahwa motivasi adalah segala upaya atau
rentang yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat keinginan yang mendorong atau menggerakkan
diterima sosial sampai pelanggaran status hingga seseorang untuk melakukan sesuatu.
tindak kriminal (Kartono, 2003). Kenakalan remaja Dalam kegiatan belajar mengajar, motivasi
merupakan tindakan pelanggaran hukum yang adalah faktor yang penting karena hal tersebut dapat
dilakukan oleh remaja, di mana tindakan tersebut dapat mendorong peserta didik untuk belajar. Peserta
membuat seseorang individu yang melakukannya didik akan berhasil jika mempunyai motivasi. Dalam
masuk penjara (Hurlock, 1973). Kenakalan remaja hal kegiatan selain belajar, motivasi juga dapat
sebagai tingkah laku yang menyimpang dari norma- menentukan jenis kegiatan yang akan dilakukan oleh
norma hukum pidana (Sarwono, 2002), serta dapat peserta didik sehingga menjadikan peserta didik
merusak dan menggangu, baik terhadap diri sendiri tersebut senang melakukannya.
maupun orang lain (Fuhrmann, 1990; Santrock (2003). Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam,
e. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kenakalan yaitu: a) motivasi instrinsik dan b) motivasi ekstrinsik.
Remaja Motivasi instrinsik adalah motivasi yang bersumber
Faktor-Faktor yang mempengaruhi kecende- dari dalam diri seseorang atas kesadaran sendiri untuk

122 Perspektif Ilmu Pendidikan - Vol. 27 No.2 Oktober 2013


Pemanfaatan Waktu Luang ...

belajar atau melakukan sesuatu. Motivasi ekstrinsik pada mereka, mungkin akan memiliki perkembangan
adalah motivasi yang datang dari luar diri peserta identitas yang negatif. Beberapa dari 19 remaja ini
didik yang menyebabkan peserta didik tersebut mungkin akan mengambil bagian dalam tindak
melakukan sesuatu. Dalam memberikan motivasi, kenakalan, oleh karena itu kenakalan adalah suatu
seorang guru harus mampu memberikan dorongan upaya untuk membentuk suatu identitas, walaupun
pada peserta didik agar peserta didik mempunyai identitas tersebut negatif (Erikson dalam Santrock,
inisiatif untuk menekuni pendidikan atau kegiatan 2003) .
lain yang bemanfaat baginya atas kemauanya sendiri. Kelima, kontrol diri. Kontrol diri mempunyai
Guru di sekolah harus mampu menciptakan kegiatan- peranan penting dalam kenakalan remaja. Pola asuh
kegiatan yang dapat mendorong dan memotivasi orangtua yang efektif di masa kanak-kanak (penerapan
peserta didik untuk memanfatkan waktu luangnya strategi yang konsisten, berpusat pada anak dan
dengan baik. Melalui kegiatan yang inovatif dan tidak aversif) berhubungan dengan dicapainya
menarik, peserta didik akan terdorong untuk pengaturan diri oleh anak. Selanjutnya, dengan
melakukannya tanpa ada paksaan. memiliki ketrampilan ini sebagai atribut internal akan
Ketiga, bakat, yaitu kemampuan tertentu berpengaruh pada menurunnya tingkat kenakalan
yang telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan remaja.
pembawaan. Bakat dapat diartikan sebagai Keenam, usia. Munculnya tingkah laku anti
kemampuan bawaan, sebagai potensi yang masih sosial di usia dini berhubungan dengan penyerangan
perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terkejut serius nantinya di masa remaja, namun demikian
(Munandar, 1999:17). Selain itu, bakat juga merupakan tidak semua anak yang bertingkah laku seperti ini
kemampuan individu untuk melakukan tugas tanpa nantinya akan menjadi pelaku kenakalan, seperti hasil
banyak bergantung pada upaya pendidikan dan penelitian dari McCord dalam Kartono, (2003) yang
latihan (Muhibbinsyah, 2002:136). menunjukkan bahwa pada usia dewasa, mayoritas
Dari pendapat di atas, jelaslah bahwa tumbuhnya remaja nakal tipe terisolir meninggalkan tingkah
keahlian tertentu pada seseorang sangat ditentukan laku kriminalnya. Paling sedikit 60% dari mereka
oleh bakat yang dimilikinya yang berpengaruh menghentikan perbuatannya pada usia 21 sampai 23
terhadap tinggi rendahnya prestasi peserta didik pada tahun.
bidang-bidang tertentu, baik dalam bidang akademik Ketujuh, jenid kelamin. Remaja laki- laki lebih
maupun non akademik. Dalam memilih kegiatan, banyak melakukan tingkah laku anti sosial daripada
bakat memegang peranan penting dalam mencapai perempuan. Menurut catatan kepolisian Kartono
prestasi yang baik. Sehubungan dengan itu, guru atau (2003) pada umumnya jumlah remaja laki- laki
orang tua sebaiknya tidak memaksa anaknya untuk yang melakukan kejahatan dalam kelompok gang
melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan bakatnya diperkirakan 50 kali lipat daripada gang remaja
karena akan merusak keinginan anak tersebut. perempuan.
Keempat, identitas. Masa remaja ada pada Kedelapan, proses keluarga. Faktor keluarga
tahap di mana krisis identitas versus difusi identitas sangat berpengaruh terhadap timbulnya kenakalan
yang harus di atasi (Erikson dalam Santrock, 2003). remaja. Kurangnya dukungan keluarga, seperti
Perubahan biologis dan sosial memungkinkan kurangnya perhatian orangtua terhadap aktivitas
terjadinya dua bentuk integrasi terjadi pada anak, kurangnya penerapan disiplin yang efektif,
kepribadian remaja: (1) terbentuknya perasaan kurangnya kasih sayang orangtua dapat menjadi
akan konsistensi dalam kehidupannya dan (2) pemicu timbulnya kenakalan remaja. Pengawasan
tercapainya identitas peran, kurang lebih dengan cara orangtua yang tidak memadai terhadap keberadaan
menggabungkan motivasi, nilai-nilai, kemampuan remaja dan penerapan disiplin yang tidak efektif dan
dan gaya yang dimiliki remaja dengan peran yang tidak sesuai merupakan faktor keluarga yang penting
dituntut dari remaja. Delinkuensi pada remaja, dalam menentukan munculnya kenakalan remaja.
terutama ditandai dengan kegagalan remaja untuk Perselisihan dalam keluarga atau stres yang dialami
mencapai integrasi yang kedua, yang melibatkan keluarga juga berhubungan dengan kenakalan. Faktor
aspek-aspek peran identitas. Remaja yang memiliki genetik juga termasuk pemicu timbulnya kenakalan
masa balita, masa kanak-kanak atau masa remaja yang remaja, meskipun persentasenya tidak begitu besar
membatasi mereka dari berbagai peranan sosial yang (Gerald Patterson dkk. dalam Santrock, 2003).
dapat diterima atau yang membuat mereka merasa Kesembilan, pengaruh teman sebaya. Memiliki
tidak mampu memenuhi tuntutan yang dibebankan teman-teman sebaya yang melakukan kenakalan

Perspektif Ilmu Pendidikan - Vol. 27 No. 2 Oktober 2013 123


Pemanfaatan Waktu Luang ...

meningkatkan risiko remaja untuk menjadi nakal. ruan (SMK) di delapan provinsi. Sampel penelitian
Pada sebuah penelitian terhadap 500 pelaku kenakalan sebanyak 178 orang guru, peserta didik sebanyak
dan 500 remaja yang tidak melakukan kenakalan di 4103 orang, dan orangtua sebanyak 3747 orang. Data
Boston, ditemukan persentase kenakalan yang lebih diambil 8 provinsi, yaitu: Jawa Barat, Kalimantan
tinggi pada remaja yang memiliki hubungan reguler Selatan DKI Jakarta, Sulawesi Selatan, Jawa Timur
dengan teman sebaya yang melakukan kenakalan Sumatera Utara, Jawa Tengah, dan DIY Yogyakarta.
(Santrock, 2003). Setiap provinsi dipilih 1 Kabupaten dan 1 Kota, yai-
Kesepuluh, kelas sosial ekonomi. Ada kecende- tu: Kabupaten/Kota Bandung, Banjarmasin, Jakarta,
rungan bahwa pelaku kenakalan lebih banyak Makasar, Malang, Medan, Semarang, dan Yogyakarta.
berasal dari kelas sosial ekonomi yang lebih rendah Masing-masing Kota atau Kabupaten dipilih 1 SMA
dengan perbandingan jumlah remaja nakal di antara dan 1 SMK yang mewakili daerah perkotaan dan
daerah perkampungan miskin yang rawan dengan pedesaan. Masing-masing sekolah dipilih satu rom-
daerah yang memiliki banyak privilege diperkirakan bongan belajar kelas 11. Respoden orangtua adalah
50:1 (Kartono, 2003). Hal ini disebabkan kurangnya orang tua peserta didik yang dijadikan sebagai sampel.
kesempatan remaja dari kelas sosial rendah untuk Alat pengumpul data menggunakan instru-
mengembangkan ketrampilan yang diterima oleh ment, yaitu isntrumen peserta didik, instrument guru,
masyarakat. Mereka mungkin saja merasa bahwa dan instrument orangtua peserta didik dan pedoman
mereka akan mendapatkan perhatian dan status wawancara. Alat yang digunakan dalam pengum-
dengan cara melakukan tindakan anti sosial. Menjadi pulan data penelitian ini adalah kuesioner, pedoman
“tangguh” dan “maskulin” adalah contoh status studi dokumentasi, pedoman focus group discussion
yang tinggi bagi remaja dari kelas sosial yang lebih (FGD), dan pedoman wawancara. Pengumpulan data
rendah, dan status seperti ini sering ditentukan oleh penelitian dilakukan dilakukan dengan teknik: meng-
keberhasilan remaja dalam melakukan kenakalan dan umpulkan informasi dengan cara meminta responden
berhasil meloloskan diri setelah melakukan kenakalan. untuk mengisi kuesioner, menganalisis data sekunder
dari dokumen-dokumen terkait, melakukan FGD, dan
METODE PENELITIAN wawancara terbatas dengan nara responden.
Data penelitian ini dianalisis dengan
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian
menggunakan dua cara yaitu analisis data kuantitatif
ini adalah pendekatan campuran kuantitatif dan
dilakukakn dengan cara mempersentasekan jawaban
kualitatif (mixed method) dengan metode evaluasi dan
nara sumber (responden) dan dikualitatifkan dalam
metode studi kasus. Metode evaluasi digunakan untuk
bentuk kecil, sedang, atau paling banyak. Data
memperoleh data kuantitatif, sedangkan metode kasus
yang sudah dikualitatifkan tersebut dibahas secara
untuk memahami kondisi individu, kelompok atau
sistematis yaitu dengan cara menguraikan, mensintesis,
situasi tertentu secara lebih rinci (Lodico, Spaulding,
membandingkan, mengkombinasikan, melakukan
Voegtle, 2006:269). Selanjutnya, case studies can establish
triangulasi data dengan hasil penelitian orang lain,
cause and effect, indeed one of their strengths is that they
dan memberikan komentar atau argumentasi. Data
observe effects in real contexts, recognizing that context is
dari dokumen (secondary data) dianalisis dengan
a powerful determinant of both causes and effects (Cohen,
cara mendata, mengklasifikasi, mengurutkan,
Manion, & Morrison,2007:252). Dengan demikian
menganalisis, dan menyimpulkan. Kedua data
pemilihan studi kasus dalam penelitian ini untuk
tersebut (data primer dan sekunder) dikombinasikan
memahami kasus-kasus tertentu yang lebih mendalam
dan disimpulkan.
sehingga dapat dilhat penyebab dan effek dari konteks
yang terjadi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan pada tahun 2011 di
delapan provinsi yaitu: Jawa Barat, Kalimantan Se- Kegiatan yang dapat dilakukan oleh peserta
latan, DKI Jakarta, Sulawesi Selatan, Jawa Timur, didik untuk mengisi waktu luangnya di luar jam pe-
Sumatera Utara, Jawa Tengah, dan DIY Yogyakarta. lajaran di sekolah adalah sebagai berikut.
Setiap provinsi dipilih 1 Kabupaten dan 1 Kota, yai- Pertama, program dan kegiatan sekolah yang
tu: Kabupaten/Kota Bandung, Banjarmasin, Jakarta, mereka lakukan adalah membuka internet, menyele-
Makasar, Malang, Medan, Semarang, dan Yogjakarta. saikan tugas dari guru, diskusi mengenai pelajaran,
Populasi penelitian adalah semua siswa sekolah dan olah raga, namun mereka jarang dan tidak per-
menengah atas (SMA) dan sekolah menengah keju- nah melakukan budidaya pertanian dan rekayasa

124 Perspektif Ilmu Pendidikan - Vol. 27 No.2 Oktober 2013


Pemanfaatan Waktu Luang ...

teknologi. sekolah, kurikulum, rencana umum sekolah dan


Kedua, peserta didik kurang berminat mengikuti komite sekolah, acuan program pemerintah, dan saran
kegiatan olah raga yang tersedia di sekolahnya. Na- masukan orang tua peserta didik; (3) penyusunan ke-
mun, dari beberapa kegiatan yang diprogramkan oleh giatan dilakukan dengan cara diskusi dengan berbagai
sekolah yang paling sering diikuti oleh peserta didik pihak, guru-guru, kepala sekolah, komite sekolah,
adalah kegiatan olah raga, (futsal, bola basket, sepak peserta didik, dan dinas pendidikan kabupaten/kota,
bola, dan bulu tangkis, dan yang paling tidak dimi- dan masukan dari orang tua peserta didik; dan (4)
nati oleh mereka adalah olah raga tenis dan atletik), kendala yang mempengaruhi pesrta didik dalam me-
kemudian kegiatan ekstra kurikuler seperti kegiatan manfaatkan waktu luangnya adalah pengaruh teman,
olah raga kesenian. Kegiatan kelompok ilmiah remaja kurang berminat dalam kegiatan yang tersedia, tidak
kurang dilaksanakan oleh sekolah. Kegiatan paskibra- ada motivasi untuk berprestasi, tidak ada kemauan
ta juga hanya diikuti oleh sebagian kecil peserta didik. untuk meningkatkan nilai, dan tidak ada dorongan
Ketiga, program kesenian yang paling diminati guru dan orang tua.
adalah seni suara dan seni musik, dan yang paling Wadah yang dibutuhkan oleh peserta didik
tidak disukai adalah seni keramik dan seni pahat, untuk mengisi waktu luangnya di luar sekolah. Wadah
tapi kalau dilihat secara individu kegiatan seni yang yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk mengisi
disediakan oleh sekolah, seni musik sebenarnya ku- waktu luangnya di luar sekolah adalah warnet, sarana
rang diminati oleh sebagian peserta didik. Urutanya keagamaan, sarana olah raga, sarana bimbel, sarana
adalah seni suara, seni musik, seni drama, seni tari, kesenian, dan sarana karang taruna, sedangkan wadah
seni lukis, seni pahat dan seni keramik. yang disukai berturut-turut adalah: sarana olah raga,
Keempat, secara umum kegiatan bimbingan sarana keagamaan, sarana bimbingan belajar, sarana
belajar dan rekreasi belum banyak diminati oleh para kesenian, sarana karang taruna, dan sarana warnet.
peserta didik untuk mengisi waktu luang selama be- Wadah yang tersedia di lingkungan sekitar (di
rada di luar sekolah. luar sekolah) yang bisa dimanfaatkan oleh peserta
Kelima, motivasi peserta didik memanfaatkan didik untuk mengisi waktu luangnya. Wadah dan
waktu luangnya secara berturut-turut karena ingin sarana yang tersedia sudah cukup memadai bagi
berprestasi dalam meningkatkan nilai, membantu peserta didik untuk memanfaatkan waktu luang
orang tua, menjaga ketertiban lingkungan, atas dalam melakukan kegiatan yang positif. Namun, baru
dorongan orang tua dan guru, dan meningkatkan sedikit peserta didik yang sudah memanfaatkan sarana
ketahanan fisik. yang tersedia dalam mengisi waktu luangnya untuk
Keenam, manfaat bagi peserta didik setelah kegiatan yang positif.
mengikuti kegiatan dalam mengisi waktu luangnya Kepedulian orangtua terhadap pemanfaatan
adalah mereka lebih aktif, bertanggung jawab, lebih waktu luang anak di luar sekolah (di rumah). Hampir
mandiri, bersosialisasi, kreatif, berani mengemukakan semua orang tua peserta didik mengetahui kegiatan
pendapat, dan prestasinya meningkat. yang dilakukan anaknya selama berada di luar rumah.
Wadah yang disediakan oleh sekolah bagi pe- Anak memiliki kemauan untuk memanfaatkan
serta didik dalam memanfaatkan waktu luangnya di waktu luang dalam melakukan kegiatan yang positif.
luar jam belajar. Peserta didik lebih menyukai wadah Pendapat orang tua peserta didik terhadap motivasi
ekstrakurikuler seperti olahraga dan kerohanian, anak (peserta didik) dalam pemanfaatan waktu luang
paskibra dan penambahan pelajaran, studi wisata, dan lebih positif dibanding dengan pendapat anak (peserta
kegiatan bakti sosial. didik).
Cara guru meningkatkan motivasi peserta di-
dik yaitu: (1) guru memotivasi peserta didik dengan
PENUTUP
cara menginformasikan tentang pentingnya kegiatan Kesimpulan
dalam mengisi waktu luang, memberikan ilustrasi Dari temuan dan pembahasan di atas, dapat
tentang pentingnya kegiatan dalam mengisi waktu disimpulkan, sebagai berikut. Berdasarkan kegiatan
waktu luang bagi, mewajibkan peserta didik untuk yang paling disukai oleh peserta didik dalam
mengikuti kegiatan, diskusi antara guru dan peserta memanfaatkan waktu luangnya seperti membuka
didik, dan memberikan penghargaan. Sebaliknya, internet dan olah raga (futsal, bola basket, sepak bola,
guru tidak pernah memberikan hukuman bagi yang dan bulu tangkis), maka dapat disimpulkan bahwa
tidak mengikuti kegiatan; (2) dalam menyusun ren- peserta didik memilih kegiatan-kegiatan yang sesuai
cana kegiatan, guru mengacu pada program tahunan dengan motivasi dan minat mereka. Kegiatan-kegiatan

Perspektif Ilmu Pendidikan - Vol. 27 No. 2 Oktober 2013 125


Pemanfaatan Waktu Luang ...

yang cenderung diminati tersebut merupakan program negatifnya. Sekolah perlu membuat program
kegiatan yang lebih banyak unsur hiburannya. Hal fullday learning (belajar penuh bukan belajar paroh
ini dapat dilihat bahwa kegiatan yang jarang dan hari). Sekolah juga perlu memperbanyak program
tidak pernah diikuti adalah tambahan pelajaran atau kerohanian yang inovatif dan tidak membosankan,
bimbingan belajar serta kegiatan lain seperti budidaya seperti sebelum masuk pelajaran peserta didik
pertanian dan rekayasa teknologi, seni tari, seni lukis, diajarkan untuk berdzikir bersama.
seni pahat, dan seni keramik. Hal ini mengindikasikan Sekolah juga dapat menentukan kebijakan bagi
bahwa peserta didik kurang berminat terhadap siswa agar mereka memilih kegiatan-kegiatan yang
kegiatan-kegiatan yang bersifat skill yang dapat dapat meningkatkan nilai akademik dan prestasi non
menghasilkan atau meningkatkan kompetensi baik akademik seperti tambahan pelajaran, olah raga, dan
kompetensi akademik maupun kompetensi produksi. kesenian dan menghindari kegiatan-kegiatan yang
Peserta didik lebih berminat pada kegiatan-kegiatan mengarah pada kenakalan remaja. Mengurangi untuk
yang bersifat hiburan. menghabiskan waktu di internet khususnya di warnet
Mengenai pengaruh teman dapat disimpulkan karena ada kecenderungan meninbulkan akses pikiran
bahwa peserta didik masih banyak yang belum negatif seperti permainan yang membuat remaja stress,
mempunyai kemandirian dalam berpikir dan film-film porno, dan sebagainya. Namun, disarankan
bertindak sesuai dengan potensi dirinya yang agar peserta didik lebih banyak membuka internet
dapat dikembangkan menjadi potensi yang lebih untuk mencari bahan belajar dan mempelajari hal-hal
menguntungkan masa depan yang lebih baik. yang dapat membantu meningkatkan kemampuan
Program sekolah khususnya program akademis.
peningkatan kemampuan akademik yang dapat Sekolah membuat kebijakan tentang peran
dilakukan melalui ekstra kurikuler masih sangat guru dalam menyusun program, yaitu: guru perlu
minim yang dapat memotivasi peserta didik. Ternyata memperhatikan minat dan motivasi peserta didik
sekolah lebih banyak menciptakan kegiatan-kegiatan dalam memilih kegiatan yang diikutinya agar lebih
yang kurang diminati peserta didik. Namun, peserta bermanfaat bagi dirinya.
didik yang sudah dapat mengendalikan diri dan Sekolah membuat kebijakan tentang perlunya
mengetahui arah dan tujuan untuk masa depan lebih orang tua, masyarakat dan sekolah berkoordinasi agar
mendominasi kegiatan-kegiatan yang diprogramkan dapat menciptakan sarana yang dapat mendorong
oleh sekolah khususnya mengenai tambahan jam peserta didik untuk memanfaatkan waktu luangnya
pelajaran, kesenian, dan olah raga. dengan hal-hal yang positif. Bagi orang tua mengawasi
Kepedulian orang tua sangat penting karena dan mengatur kegiatan anaknya di rumah dan lebih
orang tua mempunyai pengaruh yang besar terhadap mengutamakan pendidikan agama.
perubahan tingkah laku anak. Namun, kerjasama Selain itu, Dinas penididikan perlu membuat
orang tua dengan sekolah masih kurang. Hal kebijakan tentang ketentuan-ketentuan dan pedoman
ini terlihat masih banyak orang tua yang belum sekolah dalam membuat sentra program internet di
memahami kegiatan-kegiatan yang deprogramkan sekolah. Program yang ada di sekolah juga diketahui
oleh sekolah untuk peserta didik. oleh Dinas Pendidikan, sehingga ada link/komunikasi.
Saran Dinas pendidikan juga perlu memprogramkan
Dari simpulan temuan di atas, dapat diusulkan interconecting fasilitas belajar internet.
beberapa opsi kebijakan, yaitu: sekolah membuat
kebijakan tentang penyusunan program seni yang DAFTAR PUSTAKA
menarik dan menghibur sekaligus mempertahankan
Arikunto, S. (2000). Manajemen penelitian. Jakarta: PT.
budaya bangsa seperti tari Aceh, Bali, dan tari-tarian
Asdi Mahasatya.
daerah lain. Demikian juga program olah raga seperti
Badan Narkotika Nasional (2004)
olah raga futsal, atletik, sepak bola, catur, basketball,
Cohen, L., Manion. L. & Morrison. K . (2007). Research
bulu tangkis, dan lainnya. Disamping itu, sekolah
methods in education. Routledge 270 Madison
perlu membuat program-program yang inovatif
Avenue New York, NY 10016
yang diminati oleh peserta didik agar mereka mau
Cresweel, J.W. (2010). Research Design. Pendekatan
mengikutinya, seperti program SMS Madly yang
Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Third Edition.
memberikan informasi pada orangtua tentang kegiatan
Osage publications. Thousand Oaks California
anaknya di sekolah, dan di sekolah di setiap pojok
91320.2009. Terjemahan.Ahmad Fawaid.
ruangan perlu ada internet/intranet yang tidak ada

126 Perspektif Ilmu Pendidikan - Vol. 27 No.2 Oktober 2013


Pemanfaatan Waktu Luang ...

Penerbit Pustaka Pelajar, Celeban Timur UH Munandar, U. (1999). Mengembangkan bakat dan
III/548 Yogyakarta. kreativitas anak sekolah. Jakarta. PT. Gramedia
Fuhrmann, B.S. (1990). Adolescence, adolescent. Illinois: Widia Sarana Indonesia.
scott, foresman/little brown higher education. Popsy, T. (2007). Jurnal psikologi populer. Diakses
http://deviah.hostei.com/index.php diakses dari situs http://popsy.wordpress.
pada 7 November 2009 com/2007/06/05/mengisi-celah-waktu-luang
Gunarsa, S. D. (1989). Psikologi perkembangan: Anak dan pada tanggal 1 Pebruari 2012
remaja. Jakarta: BPK. Gunung Mulia. Rahayu. (2009). Kenakalan Remaja. Diakses dari situs
Hernowo. (2005). Menjadi guru yang mampu mengajar http://eka-punk.blogspot.com/2009/03/1.
secara menyenangkan. Bandung. Mizar Learning html pada 11 November 2009.
Center. Rey, J. (2002). More than just the blues: understanding
Hurlock, E.B. (1991). Psikolgi perkembangan suatu serious teenage problems. Sydney: Simon &
pendekatan sepanjang rentang kehidupan Schuster.
(Terjemahan oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo). Santrok, J. W. (2003). Adolescence (Perkembangan
Jakarta: Penerbit Erlangga. Remaja). Terjemahan. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Kartono, K. (2003). Patologi sosial 2: Kenakalan remaja. Sarwono, S. (1989). Psikologi Remaja. Jakarta. Rajawali.
Jakarta: CV. Raja Grafindo Persada. Strauss, A., & Corbin, J. (1990). Basic qualitative research.
Lodico. M. G., Spaulding. D.T., Voegtle. K H. (2006). Grounded theory, procedures and techniques.
Methods in educational research. From theory to London: Sage Publications, Inc.
practice. John Wiley & Sons, Inc. Jossey-Bass A Sugiarto, I. (2004). Mengoptimalkan data kerja otak dengan
Wiley Imprint 989 Market Street, San Francisco, berpikir holistik dan kreatif. Jakarta: PT Gramedia
CA 94103-1741 www.josseybass.com. Pustaka Utama.
Monks, F. J., Knoers, A. M. P., & Haditono, S. R. (2002). Sukmadinata, N. S. (2003). Landasan psikologi proses
Psikologi perkembangan pengantar dalam berbagai pendidikan. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.
bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Syah, M. (2002). Psikologi pendidikan dengan pendekatan
Press. baru. Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2002.
Masngudin. (2004). Kenakalan remaja sebagai Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
perilaku menyimpang dan hubungannya dengan Pendidikan Nasional
keberfungsian sosial keluarga. Diakses dari http:// Winkel, W.S. (1993). Psikologi pendidikan dan evaluasi
www.depsos.go.id/Balitbang/Puslitbang belajar. Jakarta. PT. Gramedia Widia Sarana
UKS/2004/Masngudin.htm diakses pada 5 Indonesia.
November 2009. Wisudo. (2005). Kenakalan remaja. Kompas, 19 Februari
Moleong, L. J. (2000). Metodologi penelitian kualitatif. 2005.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Yusrina. (2006). Pengaruh Pendidikan Agama Islam
Muhajir, A. (2007). Faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap Pembentukan Akhlak Peserta didik di
minat peserta didik kelas X dalam mengikuti SMP YPI Cempaka Putih Bintaro. Diakses dari
kegiatan ekstrakurikuler olahraga di SMA Islam situs http://idb4.wikispaces.com pada 11
Sultan Agung I Semarang Tahun Ajaran 2006/2007. November 2009
Skripsi Universitas Negeri Semarang.

Perspektif Ilmu Pendidikan - Vol. 27 No. 2 Oktober 2013 127

Anda mungkin juga menyukai