Oleh :
Luki Awaludin
2211103
FAKULTAS TARBIYAH
KEBUMEN
2023/2024
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan wahyu Allah Swt yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw
sebagai petunjuk, pedoman, dan pembimbing hidup manusia. Oleh karena itu, kita sebagai umat
manusia memiliki kewajiban untuk membaca, mempelajari, dan mengamalkan isi kandungan
yang ada pada Al-Qur’an. Untuk memahami Al-Qur’an diperlukan ketelitian dengan
memperhatikan hukum bacaannya, asbabun nuzulnya, terjemah dan tafsirnya, penguasaan bahasa
dan keyakinan yang lurus. Hal ini perlu diperhatikan dengan teliti agar kita benar-benar
mendapatkan petunjuk dan pedoman bagi kehidupan di dunia hingga akhirat.
Al-Qur’an tidak terlepas dari aspek qiro’at, karena arti Al-Qur’an sendiri secara bahasa
mengandung arti bacaan atau yang di baca. Qiro’at al-Qur’an tersebut di sampaikan serta di
ajarkan oleh Nabi Muhammad Saw. kepada para sahabatnya sesuai dengan wahyu yang di
terimanya dari malaikat Jibril. Untuk membaca al-Qur’an dalam satu qiro’at diperlukan
penguasaan cara membaca Al-Qur’an dan penguasaan dalam pengucapan lafadz-lafadz tertentu
dalam Al-Qur’an secara bersamaan. Penerapan qiro’at Al-Qur’an memiliki metode yang
bervariasi yang sesuai dengan model pembelajaran dari ustad/ ustadzahnya masing-masing
dengan sanad yang shohih. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membahas tentang metode
qiroatul qur’an yang banyak digunakan di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian metode qiroatul qur’an?
2. Apa saja metode qiroatul qur’an yang digunakan di Indonesia?
3. Apa saja pokok bahasan dalam metode qiroatul qur’an?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian metode qiroatul qur’an
2. Untuk mengetahui metode qiroatul qur’an yang digunakan di Indonesia
3. Untuk mengetahui pokok bahasan dalam metode qiroatul qur’an
BAB II
PEMBAHASAN
1
Ahmad Tafsir, 1995, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: RemajaRosdakarya), h. 23
2
Chabib Thoha, 1999, Metodologi Pengajaran Agama, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar), h. 43
Adapun faktor pendukung metode al-baghdadiyahyah ini yaitu: a) Santri akan mudah
dalam belajar karena sebelum diberikan materi, santri sudah hafal huruf-huruf hijaiyah; b)
Santri yang lancar akan cepat melanjutkan pada materi selanjutnya karena tidak menunggu
orang lain. Adapun faktor penghambatnya yaitu; a) Membutuhkan waktu yang lama
karena harus menghafal huruf hijaiyah dahulu dan harus dieja; b) Santri kurang aktif
karena harus mengikuti ustadzustadznya dalam membaca; c) Kurang variatif karena
menggunakan satu jilid saja.
B. Metode Iqra’
Metode Iqra’ merupakan salah satu bentuk pelaksanaan metode al-baghdadiyah di
Indonesia. Metode iqra‟ adalah suatu metode membaca Al-Qur‟an yang menekankan
langsung pada latihan membaca. Adapun buku panduan iqra’ terdiri dari 6 jilid di mulai
dari tingkat yang sederhana, tahap demi tahap sampai pada tingkatan yang sempurna.
Metode iqra‟ ini dalam prakteknya tidak membutuhkan alat yang bermacam-macam,
karena ditekankan pada bacaannya (membaca huruf Al-Qur‟an dengan fasih). Bacaan
langsung tanpa dieja. Artinya diperkenalkan nama-nama huruf hijaiyah dengan cara
belajar siswa aktif (CBSA) dan lebih bersifat individual.
Metode pembelajaran ini pertama kali disusun oleh H. As’ad Humam di Yogyakarta.
Buku metode Iqro‟ ini disusun/dicetak dalam enam jilid sekali. Di mana dalam setiap
jilidnya terdapat petunjuk mengajar dengan tujuan untuk memudahkan setiap peserta didik
(santri) yang akan menggunakannya, maupun ustadz/ustadzah yang akan menerapkan
metode tersebut kepada santrinya. Metode iqro‟ ini termasuk salah satu metode yang
cukup dikenal di kalangan masyarakat, karena metode ini sudah umum digunakan
ditengah-tengah masayarakat Indonesia.
C. Metode Qiroati
Metode Qiroati adalah metode belajar membaca dan menulis Al-Qur'an dengan
prinsip tartil dengan memperhatikan kaidah ilmu tajwid. Metode Qiroati banyak
digunakan di taman pendidikan Al-Qur'an karena dianggap sebagai salah satu metode
baca tulis Al-Qur'an yang paling praktis dan efektif. Dengan menggunakan metode qiroati,
maka pembelajaran baca tulis Al-Qur'an bisa dilakukan dengan mudah. Penerapan metode
qiroati dalam membaca Al-Qur'an harus diterapkan secara tartil dan dengan
memperhatikan kaidah ilmu tajwid.3
D. Metode Al-barqy
3
Alimatul Ulfa, Ricka (2020). "Implementasi Metode Qiroati dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur'an
pada Mata Pelajaran Al-Qur'an Hadits di Madrasah Ibtidaiyah Darussalam Merandung Jaya" (PDF). Repository IAIN
Metro.
Metode Al-Barqy merupakan metode membaca Al-Qur‟an dengan sistem 8 jam yang
menggunakan kata lembaga atau kata kunci yang dapat diingat anak. Metode ini juga
disebut metode “anti lupa” yang cocok di ajarkan pada anak mulai kelas 4 SD.
Kelebihan 1) Menggunakan sistem 8 Jam, artinya hanya dengan waktu 8 jam murid dapat
membaca dan menulis huruf Al-Qur'an. 2) Praktis untuk segala umur. 3) Menggunakan
metode yang aktual yaitu SAS (Struktur Analitik Sintetik) yang memudahkan murid
belajar Al-Qur'an. Adapun kelemahannya adalah guru harus bisa menguasai praktik
metode tersebut agar dapat berjalan dengan baik.4
E. Metode Yanbu'a
Metode yanbu’a adalah suatu metode baca tulis dan menghafal Al-Qur'an, untuk
membacanya santri tidak boleh mengeja, membaca langsung dengan cepat, tepat, lancar
dan tidak putus-putus disesuaikan dengan kaidah makharijul huruf. Metode ini dirancang
dengan Rosm Usmaniy dan menggunakan tanda-tanda waqof yang ada di dalam Al-qur'an
Rosm Usmaniy, yang dipakai di Negara-negara Arab dan Negara Islam.
Munculnya metode Yanbu'a ini adalah suatu usulan dan dorongan alumni pondok Tahfidh
Yanbu'ul Qur'an, agar para alumni selalu ada hubungan dengan pondok. Kelebihan
metode ini ada pada sanadnya yang bersambung kepada para ahli Al-Qur'an dan huffazh
yang berguru pada Kiai Arwani Kudus.5 Buku panduan metode belajar membaca Al-
Qur'an ini mulai terbit pada awal 2004, dan terdiri dari 6 jilid. Disusul buku pegangan
pengajar dan buku materi hafalan.
F. Metode Tartil
Metode Tartil adalah cara membaca Al-Qur'an dengan cara pelan dan perlahan serta
mengucapkan huruf-huruf dari makhrajnya dengan tepat. Membaca dengan pelan dan
tepat maka dapat terdengar dengan jelas masing- masing hurufnya, dan tajwid nya.
Metode Tartil memiliki pedoman yakni buku Tartil yang disusun oleh H. Gazali, SMIQ,
M.A.
Dengan metode ini siswa, baik anak-anak maupun orang dewasa mampu membaca Al-
Qur'an dengan harmonisasi nada-nada. Metode tartil merupakan merode memperindah
suara bacaan Al-Qur'an dan tentu saja sesuai dengan mahraj-mahrajnya agar makna yang
terkandung di dalamnya tidak rusak dan berpindah arti. Dalam Al-qur'an ditegaskan Allah.
Kelebihan metode Tartil ini siswa secara praktis, efektif, efisien serta cepat memahami
pembelajaran Al-Qur'an.6
4
7 Metode Belajar Membaca Al-Qur'an dan Masing-masing Kelebihannya,
https://www.detik.com/jabar/berita/d6315198/7 -metode-belajar-membaca-al-quran-dan-masing-masing-kelebihannya
5
ibid
6
ibid
G. Metode Ummi
Metode Ummi merupakan metode membaca Al-Qur'an yang langsung memasukkan dan
mempraktekkan bacaan tartil sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. Dalam pengajarannya,
metode Ummi memiliki perbedaan jilid untuk anak-anak dan untuk orang dewasa. Untuk
anak-anak, metode Ummi mengajarkan dengan 6 jilid sedangkan untuk orang dewasa
diajarkan dengan menggunakan 3 jilid dan langsung diteruskan dengan Al-Qur'an.
Metode penyampaian yang digunakan adalah metode Klasikal Baca Simak. Kelebihan
metode tersebut terletak pada realisasi untuk mewujudkan peningkatan kemampuan siswa
dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Setelah diterapkan kepada siswa,
mereka mampu membaca Al-Qur'an sesuai dengan kaidah-kaidah tajwid yang benar
(tartil), siswa merasa senang dan semangat dalam belajar Al-Qur'an, dan menghafal juz
30 juz 29 bahkan lebih dari 2 juz.7
3. Pokok Bahasan Metode Qiroatul Qur’an
Dalam mata kuliah metode qiroatul qur’an membahas tentang nama-nama huruf hijaiyah
beserta makhroj dan sifatnya, hukum bacaan Al-Qur’an dan cara-cara membaca Al-Qur’an
yang baik dan benar. Hukum bacaan yang dimaksud adalah ilmu tajwid. Mempelajari ilmu
tajwid hukumnya fardhu kifayah, namun ketika akan membaca Al-Qur’an maka mempelajari
ilmu tajwid adalah fardhu ‘ain atau wajib.
Dalam ilmu tajwid hukum bacaan dibagi menjadi beberapa bagian yaitu :
a. Hukum bacaan nun sukun dan tanwin, dibagi menjadi 5 : 8
1) Idhar halqi, Jika nun mati atau tanwin bertemu/menghadap salah satu huruf izhar yaitu
Ghain ()غ, Ain ()ع, Hamzah ()ء, Haa ()ه, kha ( )خdan Ha ( )حcara membacanya jelas,
dan terang tidak diperbolehkan untuk mendengung.
2) Idghom bighunnah, Jika nun mati atau tanwin bertemu huruf huruf seperti: mim ()م,
nun ( )نwau ()و, dan ya' ()ي,maka cara bacanya dengan memasukan ke huruf
selanjutnya dengan dengung
3) Idghom bilaghunnah, Jika nun mati atau tanwin bertemu huruf-huruf seperti ra' ( )رdan
lam ()ل, maka ia dibaca tanpa ditahan
4) Iqlab, apabila nun mati atau tanwin bertemu dengan huruf ba' ()ب. Dalam bacaan ini,
bacaan nun mati atau tanwin berubah menjadi bunyi mim
5) Ikhfa, Jika nun mati atau tanwin bertemu dengan huruf-huruf seperti ta'()ت, tsa' ()ث,
jim ()ج, dal ()د, żal ()ذ, zai ()ز, sin ()س, syin ()ش, sad ()ص, dad ()ض, tha ()ط, zha ()ظ,
fa' ()ﻑ, qaf ()ق, dan kaf ()ك, ia harus dibaca samar-samar (antara Izhar dan Idgam)
7
ibid
8
Maftuh bin Basthul birri, tajwid jazariyyah, (Lirboyo: Madrasah Murottilil Qur’anil Karim Pon.Pes Lirboyo, 2003)
b. Hukum bacaan mim sukun, dibagi menjadi 3 :
1) Ikhfa syafawi, terjadi ketika ada mim sukun ( )مbertemu ba ( )بdengan membunyikan
samar-samar di bibir disertai dengungan
2) Idhar syafawi, apabila ada mim sukun atau mim mati ( )مbertemu dengan salah satu
huruf hijaiyah selain mim ( )مdan ba ()ب
3) Idghom mitsli/ idghom mimi, apabila mim sukun ( )مbertemu dengan mim yang
berharokat ()م, maka cara membacanya adalah seperti menyuarakan mim rangkap atau
ditasyidkan dan wajib dibaca dengung. Idgham mithlain juga dikenali sebagai idgham
mimi atau mutamasilain.
c. Hukum bacaan mad dibagi menjadi 15 :
1) Mad Thobi’i, hukum bacaan yang berlaku jika terdapat alif ( )اsesudah fathah, ya ()ي
sukun sesudah kasrah, dan wau ( )وyang sesudah dhammah. Hukum bacaan ini dibaca
sepanjang satu alif atau dua harakat.
2) Mad wajib muttasil, apabila ada mad thobi’i bertemu dengan hamzah dalam satu
kalimat. Mad ini dibaca panjang 3 Alif atau enam harakat.
3) Mad jaiz munfasil, apabila ada mad thobi’i bertemu dengan hamzah dilain kalimat.
Cara membaca dari Mad Jaiz Munfashil ini adalah boleh panjang 1 alif (2 harakat), 2
alif (4 harakat), ataupun juga bisa 3 alif (6 harakat).
4) Mad lazim mutsaqol kilmi, yaitu apabila dalam satu kata terdapat mad thobi’i dan
setelahnya huruf bertasydid maka cara membacanya panjang dengan 6 harakat atau
enam ketukan
5) Mad lazim mukhaffaf kilmi, yaitu apabila dalam satu kata terdapat mad thobi’i bertemu
denga hurudf berharakat sukun maka dibaca panjang sebanyak 6 harakat atau 6
ketukan
6) Mad layyin, apabila terdapat huruf Mad (alif ()أ, wawu ()و, ya' ())ي, baik yang berupa
wau sukun atau yaa' sukun didahului oleh huruf yang berharokat fathah. Cara
membaca mad layyin adalah dengan cara lunak dan lemas.
7) Mad ‘arid lissukun, apabila ada huruf mad thabi'i bertemu dengan huruf hijaiyah yang
berharakat fathah, kasrah dan dhammah dalam satu kalimat dan diwaqofkan
8) Mad shilah qoshiroh, haa dhamir sedangkan sebelum haa tadi terdapat huruf hidup
(berharakat).
9) Mad shilah thowilah, merupakan mad yang dibaca panjang, yakni apabila ada ha
dhomir bertemu dengan hamzah qata’ atau hamzah yang berharakat atau masih hidup.
10) Mad iwadh, apabila ada fathatain ( ً ) ـpada akhir kata karena Waqaf (berhenti) dan
dibaca mad sebagai pengganti tanwin. Sehingga, harakat tanwin tidak lagi dibunyikan.
Cara membaca hukum mad iwad adalah dibaca dengan panjang 1 alif atau 2 harakat.
11) Mad badal, adalah hukum bertemunya dua hamzah pada satu kalimat. Hamzah yang
satu berharakat dan yang kedua sukun. Bacaan Mad badal dibaca panjang dua harakat.
12) Mad lazim harfi mukhaffaf, apabila huruf mad bertemu sukun dalam huruf.
13) Mad lazim harfi mutsaqol, mad yang terdapat pada huruf-huruf fawatihus suwar yang
sering ditemukan di awal surat-surat Alquran.
14) Mad tamkin, bertemunya dua huruf ya' ( )يdalam satu kata, ya' ( )يyang pertama
berharakat kasrah dan bertasydid, sedangkan ya' (ً )يyang kedua berharakat sukun atau
mati.
15) Mad farqu, mad badal yang diiringi oleh huruf yang bertasydid.
d. Hukum bacaan ghorib dibagi menjadi 5 :
1) Imalah, adalah mencondongkan bacaan harakat fathah pada harakat kasrah sekitar dua
pertiganya. Imalah secara bahasa juga berarti memiringkan bacaan harakat fathah ke
arah bacaan kasrah, atau memiringkan bacaan alif ke arah ya'.
2) Isymam, mencampurkan dhummah pada sukun dengan memoncongkan bibir.
3) Tashil, membaca antara hamzah dan alif, hamzah pertama dibaca tahqiq (jelas) dan
pendek. Sedangkan hamzah kedua dibaca tashil.
4) Saktah, artinya menahan suara pada suatu kalimat tanpa bernapas dengan niat akan
melanjutkan kembali bacaan Al-Qur'an
5) Naql, adalah memindahkan harakat hamzah ke huruf mati sebelumnya dans etelah itu
hamzahnya dibuang.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan beberapa penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa metode qiroatul
qur’an adalah tata cara membaca lafadz atau kalimat dalam Al-Qur’an yang sesuai dengan
ajaran Rasululloh Saw. Metode Qiroatul Qur’an yang banyak digunakan di Indonesia
diantaranya : metode baghdady, metode iqro’, metode al-barqy, metode ummi, metode tartil,
dan metode qiroati. Adapun pokok pembahasan dalam qiroatul qur’an meliputi
B. Saran
Meskipun terdapat banyak metode qiroatul qur’an jangan menjadi salah satu persaingan
dalam mempelajari Al-Qur’an. Hal ini karena setiap metode sudah memiliki sanadnya
masing-masing dan sudah shohih. Oleh karena itu, dengan menggunakan metode apapun
dalam mempelajari Al-Qur’an jika dilaksanakan dengan sungguh-sungguh maka akan
mencapai khasil maksud dan tentunya harus di dampingi oleh ustadz/ ustadzah yang mumpuni
dalam bidang tersebut agar tidak sesat.
DAFTAR PUSTAKA