Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN KAJIAN EPIDEMIOLOGI

Gambaran pelayanan kesehatan di Posyandu, sebagai indikator keberhasilan


Integrasi Layanan Primer (ILP) di Desa Talagajaya, Kecamatan
Banjarwangi, Kabupaten Garut

Disusun Oleh:
JONI HENDRI

BADAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KESEHATAN


LOKA LITBANGKES PANGANDARAN
2022
LEMBAR PERSETUJUAN ATASAN YANG BERWENANG

Laporan Kajian Epidemiologi:

Gambaran pelayanan kesehatan di Posyandu, sebagai indikator keberhasilan Integrasi


Layanan Primer (ILP) di Desa Talagajaya, Kecamatan Banjarwangi, Kabupaten Garut

Pangandaran, 25 November 2022

Penyusun

Joni Hendri
NIP.198004202005011004

Mengetahui,
Kepala Loka Litbangkes Pangandaran

Rosiana Kali Kulla


NIP. 196512291989032001
A. PENDAHULUAN
Indonesia saat ini menghadapi beban ganda penyakit, yaitu penyakit menular dan Penyakit
Tidak Menular (PTM). Perubahan pola penyakit tersebut sangat dipengaruhi antara lain oleh
perubahan lingkungan, perilaku masyarakat, transisi demografi, teknologi, ekonomi dan sosial
budaya (Kemenkes, 2019). Riskesdas tahun 2018 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pada
indikator-indikator kunci PTM yang tercantum dalam RPJMN 2015-2019, sebagai berikut
(Kemenkes, 2019):
1. Prevalensi tekanan darah tinggi pada penduduk usia 18 tahun keatas meningkat dari
25,8% menjadi 34,1%;
2. Prevalensi obesitas penduduk usia 18 tahun ke atas meningkat dari 14,8 % menjadi
21,8%;
3. Prevalensi merokok penduduk usia ≤18 tahun meningkat dari 7,2%. menjadi 9,1%.
Sementara itu, berbagai kebijakan dan intervensi program KIA dengan menggunakan dana
besar selama ini dianggap belum berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari angka kematian
ibu (maternal) dan angka kematian bayi (neonatal) yang masih menjadi permasalahan tersendiri
di bidang kesehatan reproduksi di Indonesia. Indonesia bahkan pernah masuk sebagai Negara
dengan AKI tinggi di Asean (Lestari, 2020).
Diperlukan adanya respon yang efektif untuk menghadapi masalah-masalah kesehatan
tersebut. Saat ini transformasi sistem kesehatan dianggap sebagai solusi terbaik yang perlu
segera diwujudkan. Tujuan transformasi sistem kesehatan adalah melakukan akselerasi
pencapaian target RPJMN 2020-2024 bidang Kesehatan yang meliputi: 1) Meningkatkan
kesehatan ibu, anak, Keluarga Berencana dan kesehatan reproduksi; 2) Mempercepat perbaikan
gizi masyarakat; 3) Memperbaiki pengendalian penyakit; 4) Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
(GERMAS) dan 5) Memperkuat sistem kesehatan dan pengendalian obat dan makanan
(Kemenkes, 2020).
Terdapat 6 pilar transformasi sistem kesehatan sebagai penopang kesehatan Indonesia
yaitu: 1) Transformasi layanan primer; 2) Transformasi layanan rujukan; 3) Transformasi sistem
ketahanan kesehatan; 4) Transformasi sistem pembiayaan kesehatan; 5) Transformasi SDM
kesehatan; dan 6) Transformasi teknologi kesehatan.
Transformasi layanan primer merupakan salah satu pilar penting yang dilaksanakan
melalui edukasi penduduk, pencegahan primer, pencegahan sekunder dan peningkatan kapasitas
dan kapabilitas layanan primer. Didalam konsep transformasi layanan primer, terdapat perubahan
paradigma dalam pelayanan kesehatan. Pelayanan tidak lagi hanya berbasis pada
penyakit/program, tetapi berdasarkan siklus hidup yang terbagi melalui klaster yang diintervensi
oleh semua program, sehingga pelayanan kesehatan akan lebih terintegrasi dan komprehensif.
Klaster tersebut adalah (Kemenkes, 2022):
1. Klaster 1: Manajemen Puskesmas
2. Klaster 2: Ibu, Anak, dan Remaja
3. Klaster 3: Usia Produktif dan lansia
4. Klaster 4: Penanggulangan Penularan Penyakit
Dalam konteks transformasi layanan primer, pada level kecamatan, sistem layanan
kesehatan primer menjadi tanggung jawab Puskesmas, sedangkan pada level desa, sistem
layanan kesehatan akan diselenggarakan di Posyandu Prima (sebagai bentuk pemberdayaan
masyarakat sekaligus jejaring Puskesmas) (Kemenkes, 2022). Posyandu Prima sebagai wadah
pelayanan kesehatan juga masih berfungsi sebagai wadah pemberdayaan yang didukung oleh
Posyandu Dusun yang selama ini sudah beroprasi. Posyandu Prima berasal dari Pustu atau
Poskesdes yang dilengkapi dengan minimal 1 orang bidan dan 1 orang perawat serta 2 orang
kader.
Adanya transformasi layanan primer yang mengacu pelayanan yang lebih komprehensif,
responsif, sistematis dan terjangkau berdasarkan pelayanan kluster, serta terintegrasi dengan
pelayanan di tingkat paling dasar sekalipun (Posyandu Dusun). Sistem pelayann ini mewujudkan
suatu konsep yang dinamakan dengan Integrasi Layanan Primer (ILP). Saat ini program ILP
sudah berjalan di Desa Talagajaya, Kecamatan Banjarwangi, Kabupaten Garut. Telah dilakukan
kajian tentang gambaran program tersebut dalam melakukan deteksi dini PTM dan KIA baik di
Posyandu Prima maupun di Posyandu dusun.

B. TUJUAN
Adapun tujuan dari kajian ini adalah mendapatkan gambaran paket layanan kesehatan baik
di posyandu prima maupun posyandu dusun sebelum dan sesudah program ILP. Secara khusus
tujuan dari kajian ini adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan distribusi jumlah kunjungan baik di Posyandu Prima maupun Posyandu
Dusun sebelum dan sesudah ILP.
2. Mendeskripsikan jumlah kunjungan berdasarkan Paket layanan baik di Posyandu Prima
maupun Posyandu Dusun sebelum dan sesudah ILP

C. MANFAAT
Kegiatan ini diharapkan membawa manfaat tidak hanya bagi wilayah yang menjadi lokasi
kegiatan tetapi juga untuk wilayah lainnya sebagai referensi, berupa gambaran keberhasilan
program ILP dalam mendekatkan layanan kesehatan kepada masyarakat sebagai perwujudan
pelayanan kesehatan masyarakat yang menyeluruh dan terintegrasi.

D. METODE KAJIAN
Kajian ini bersifat deskriptif dengan melakukan analisis data skunder. Data diperoleh dari
hasil pendampingan kegiatan pilot project Integrasi Layanan Primer di Desa Talagajaya
Kecamatan Banjarwangi Kabupaten Garut pada 20 Juli – 17 Oktober 2022. Data analisis secara
deskriptif untuk menggambarkan jumlah kunjungan dan didistribusinya berdasarkan paket
pelayanan kesehatan seperti Antenatal Care (ANC), MTBM, pemantauan tumbuh kembang
anak, Imunisasi, MTBS, PTM (Hipertensi dan Diabetes), TBC, Geriatri dan Kesehatan Jiwa.
Untuk memperoleh progres kegiatan ILP, analisis data dibandingkan dengan data sebelum
program ILP. Secara umum data terbagi ke dalam 3 periode sebagai berikut: (1). Periode data 19
Juni – 18 Juli 2022, (2). Periode 19 Juli-18 Agustus 2022, dan (3). Periode 19 Agustus-17
September 2022. Periode 1 merupakan data sebelum ILP, sementara periode 2 dan 3 merupakan
data setelah program ILP.

E. HASIL DAN PEMBAHASAN


a. Gambaran Pelayanan Posyandu Prima
Hasil kajian menunjukkan terdapat perbedaan yang cukup mencolok antara jumlah
kunjungan Posyandu Prima sebelum dan sesudah pelaksanaan program ILP (Grafik. 1).
Posyandu Prima talaga jaya merupakan transformasi dari Poskesdes talagajaya yang melayani
proses persalinan oleh bidan desa. Sebagai salah satu Desa di wilayah di Banjarwangi yang
memiliki akses layanan kesehatan primer yang cukup jauh, keberadaan poskesdes di Desa
Talagajaya sebagai tempat persalinan memang sangat diperlukan. Adalah hal yang wajar apabila
jumlah kunjungan setelah program ILP sangat jauh berbeda dengan sebelum ILP, karena
sebelum ILP hanya melayani persalinan saja, sementera saat program ILP seleruh elemen
masyarakat dapat dilayani sesuai klusternya. Grafik 1 juga menunjukkan bahwa pada period ke
dua setelah ILP kunjungan juga terlihat semakin meningkat. Hal ini diduga karena masifnya
sosialisasi yang dilakukan oleh pihak kader maupun perangkat desa terkait keberadaan dan
fungsi posyandu prima.

19 AGUSTUS­17 SEPTEMBER 2022

19 JULI­18 AGUSTUS 2022

19 JUNI­18 JULI 202

0 50 100 150 200 250 300

Grafik 1. Jumlah kunjungan Posyandu Prima berdasarkan periode waktu ILP

Didalam konsep Integrasi Layanan Primer Posyandu Prima memiliki paket layanan yang
hampir serupa dengan Puskesmas. Baik di Pusksmas maupun di Posyandu, pada program ILP
saat ini penerapan integrasi layanan di klaster 2 (Ibu anak dan Remaja), akan melihat: (1).
Penerapan Antenatal Care (ANC) dan penguatan rujukan ibu hamil berisiko tinggi; dan (2).
Penerapan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) dan Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS) termasuk penanganan infeksi TBC, imunisasi rutin lengkap, serta pemantauan
pertumbuhan dan perkembangan pada balita. Penerapan integrasi layanan di klaster 3 (Uspro dan
Lansia) akan melihat: (1). Penguatan deteksi faktor risiko dan kepatuhan pengobatan PTM
(Hipertensi dan Diabetes Melitus) dan (2). Penerapan penanganan infeksi TB. Sementara
penerapan di Kluster 4 (Penyakit meular) akan fokus pada penangan TBC, merupakan tindak
lanjut dari penemuan kasus di kluster 2 dan 3. Bedanya adalah Posyandu prima sudah tidak bisa
melayani persalinan, selain itu ANC K1 dan K5 juga tidak boleh dilayani di Posyandu Prima.
Hal ini bertujuan agar pelayanan pada awal kehamilan dan K5 sudah melalui observasi dan
pemeriksaan dokter puskesmas termasuk pemeriksaan USG (Kemenkes, 2022).

Skrining TBC
Skrining PTM (Hipertensi, DM)
MTBS
Imunisasi
Pemantauan tumbuh kembang (termasuk BBLR)
Kunjungan neonatal MTBM, edukasi, konseling
ANC (K2, K3, K4, K6)
Skrining TBC
Skrining PTM (Hipertensi, DM)
MTBS
Imunisasi
Pemantauan tumbuh kembang (termasuk BBLR)
Kunjungan neonatal MTBM, edukasi, konseling
ANC (K2, K3, K4, K6)
Skrining TBC
Skrining PTM (Hipertensi, DM)
MTBS
Imunisasi
Pemantauan tumbuh kembang (termasuk BBLR)
Kunjungan neonatal MTBM, edukasi, konseling
ANC (K2, K3, K4, K6)
0 50 100 150 200 250

Grafik 2. Distribusi Kunjungan Berdasarkan jenis layanan kesehatan

Hasil kanjian menunjukkan bahwa program integrasi layanan primer di tingkat Posyandu
Prima sudah mulai berjalan dengan baik. Posyandu Prima sudah dapat melayani masyarakat
secara komprehensif dan terintegrasi berdasarkan paket dan kluster pelayanannya (Grafik.2).
Posyandu prima tidak hanya melayani Ibu dan Balita tapi juga sudah melayani semua kelompok
umur sesuai dengan siklus hidupnya. Skrining PTM khususnya hipertensi dan DM sudah
berjalan dengan baik, begitu pula dengan skrining TBC. Hal ini menandakan pelayanan
Posyandu Prima Talagajaya sudah sesuai dengan juknis ILP.
Gambar 1. Kegiatan Pelayanan di Posyandu Prima Desa Talagajaya

b. Gambaran Pelayanan Posyandu Dusun


Sejalan dengan kegiatan Posyandu Prima, hasil kajian menunjukkan terdapat perbedaan
angka yang cukup drastis antara jumlah kunjungan Posyandu Dusun sebelum dan sesudah
pelaksanaan program ILP (Grafik. 3). Namun demikian hal ini hanya berlaku untuk periode 19
Agustus – 17 September 2022 saja. Hal ini dikarenakan pada periode 19 Juli-18 Agustus 2022
kegiatan posyandu masih menggunakan sistem pelayanan sebelumnya (sebelum ILP).
Berdasarkan data pada Grafik. 4 dapat dilihat juga bahwa setelah adanya program ILP
(khususnya periode 19 Agustus-17 September 2022) pelayanan di Posyandu Dusun tidak hanya
terfokus pada balita saja namun sudah bisa melayani Usia remaja, Usia produktif dan Lansia.
Berdasarkan jenis pelayanannya, saat ini Posyandu dusun sudah dapat melakukan skrining PTM
(hipertensi dan DM) serta skriining TBC, selain pelayanan yang bisas diberikan kepada bayi dan
balita seperti MTBS, dan pemantauan tumbuh kembang anak. Kontras dengan hal tersebut,
pemeriksaan ANC pada ibu hamil yang sebelumnya biasa dilakukan justru sudah tidak ada lagi
(nol) (Grafik 5). Hal ini dikarenakan konsep ILP sudah tidak memperbolehkan adanya
pelayanan/pemeriksaan ibu hamil di Posyandu Dusun. Pelayanan Ibu Hamil terutama ANC
K2,K3,K4 dan K5 di fokuskan di Posyandu Prima. Ibu hamil masih bisa datang ke Posyandu
dusun dalam rangka konsultasi saja.

19 AGUSTUS­17 SEPTEMBER 2022

19 JULI­18 AGUSTUS 2022

19 JUNI­18 JULI 202

0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500

Grafik 3. Jumlah kunjungan Posyandu Dusun berdasarkan periode waktu kegiatan

300
250
200
150
100
50
0

19 JUNI­18 JULI 202 19 JULI­18 AGUSTUS 2022 19 AGUSTUS­17 SEPTEMBER


2022
SEBELUM ILP SESUDAH ILP

Grafik 4. Jumlah kunjungan Posyandu Dusun berdasarkan kategori usia


Skrining TBC

MTBS

Pemantauan tumbuh kembang (termasuk BBLR)

ANC (K2, K3, K4, K6)

Skrining PTM (Hipertensi, DM)

Imunisasi

Kunjungan neonatal MTBM, edukasi, konseling

Skrining TBC

MTBS

Pemantauan tumbuh kembang (termasuk BBLR)

ANC (K2, K3, K4, K6)


0 50 100 150 200 250 300

Grafik 5. Jumlah kunjungan Posyandu Dusun berdasarkan jenis layanan kesehatan

Gambar 2. Kegiatan pelayanan Posyandu Dusun


F. DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes. (2029). Buku Pedoman Manajemen Penyakit Tidak Menular. Kementerian
Kesehatan Reepublik Indonesia. Jakarta.
Kemenkes. (2022). Petunjuk Teknis Integrasi Layanan Primer. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta
Lestari, Tri Rini Puji. (2020). Pencapaian status kesehatan ibu dan bayi sebagai salah satu
perwujudan keberhasilan kesehatan ibu dan anak. Kajian Vol. 25, No. 1: 75 – 89.

Anda mungkin juga menyukai