Anda di halaman 1dari 116

i

PENINGKATAN KONSENTRASI BELAJAR PADA ANAK AUTISTIC


SPECTRUM DISORDER (ASD) DALAM PEMBELAJARAN
ANSAMBEL MUSIK DI SLB AUTIS LABORATORIUM UM

SKRIPSI
Program Studi S-1 Pendidikan Musik

Disusun oleh
Cindy Sandilata Mausadi
NIM 19102090132

PROGRAM STUDI S-1 PENDIDIKAN MUSIK


FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN
INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA

Genap 2022/2023
PENINGKATAN KONSENTRASI BELAJAR PADA ANAK AUTISTIC
SPECTRUM DISORDER (ASD) DALAM PEMBELAJARAN
ANSAMBEL MUSIK DI SLB AUTIS LABORATORIUM UM

Disusun oleh
Cindy Sandilata Mausadi
NIM 19102090132

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat mengakhiri jenjang studi Sarjana S-1
Program Studi Pendidikan Musik Fakultas Seni Pertunjukan
Institut Seni Indonesia Yogyakarta
Semester Genap 2022/2023

PROGRAM STUDI S-1 PENDIDIKAN MUSIK


FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN
INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA

Genap 2022/2023

i
HALAMAN PENGESAHAN

Tugas Akhir Berjudul:

PENINGKATAN KONSENTRASI BELAJAR PADA ANAK AUTISTIC SPECTRUM


DISORDER (ASD) DALAM PEMBELAJARAN ANSAMBEL MUSIK DI SLB
AUTIS LABORATORIUM UM diajukan oleh Cindy Sandilata Mausadi, NIM
19102090132, Program Studi S-1 Pendidikan Musik, Fakultas Seni
Pertunjukan Institut Seni Indonesia Yogyakarta (Kode Prodi: 187121), telah
dipertanggungjawabkan di depan Tim Penguji Tugas Akhir pada tanggal
7 Juni 2023 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima.

Ketua Program Studi/Ketua Tim Penguji

Dr. Sn. RM. Surtihadi, S. Sn., M. Sn.


NIP 197007051998021001/NIDN 0005077006

Pembimbing 1/Anggota Tim Penguji

Oriana Tio Parahita Nainggolan, M. Sn.


NIP 198305252014042001/NIDN 0025058303

Pembimbing 2/Anggota Tim Penguji

Mei Artanto, S. Sn., M. A.


NIP 197210232002122001/NIDN 0011059003

Penguji Ahli/Anggota Tim Penguji

Dr. Fortunata Tyasrinestu, S. S., M. Si.


NIP 19610122 1989032001/NIDN 0023107201

Yogyakarta, 22 Juni 2023


Mengetahui,
Dekan Fakultas Seni Pertunjukan
Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Dr. Dra. Suryati, M. Hum.


NIP 196409012006042001/NIDN 0001096407

ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Cindy Sandilata Mausadi


NIM : 19102090132
Program Studi : S-1 Pendidikan Musik
Fakultas : Seni Pertunjukan

Judul Tugas Akhir

PENINGKATAN KONSENTRASI BELAJAR PADA ANAK AUTISTIC


SPECTRUM DISORDER (ASD) DALAM PEMBELAJARAN ANSAMBEL MUSIK
DI SLB AUTIS LABORATORIUM UM

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya sendiri.
Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis
atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan
mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang lazim.

Yogyakarta, 7 Juni 2023

Cindy Sandilata Mausadi


NIM 19102090132

iii
PERSEMBAHAN

Skripsi ini peneliti persembahkan untuk Peneliti Sendiri, Bapak Andi B. alias
Ahmad Afanadi Gunawan, Ibu Yuliana, Kakak Vindy Sandilata Mausadi, Bima
Saputra, Acim, dan Sahabat ‘Spil De Ti’

MOTTO

“.... Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan


(doa hamba-Nya)” (Q.S Huud: 61)

Konsentrasikan seluruh pikiran Anda pada pekerjaan yang tengah dilakukan.


Sinar matahari tak akan membakar hingga menemui fokusnya.
-Alexander Graham Bell-

iv
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha

Pengasih atas segala kelimpahan rahmat dan kesehatan yang diberikan

sehingga peneliti mampu menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir Skripsi

dengan judul “Peningkatan Konsentrasi Belajar pada Anak Autistic Spectrum

Disorder (ASD) dalam Pembelajaran Ansambel Musik di SLB Autis

Laboratorium UM” dengan tepat waktu. penulis membahas mengenai

peningkatan konsentrasi belajar pada anak ASD dalam pembelajaran

ansambel musik. Skripsi ini ditulis dengan tujuan untuk memenuhi syarat

meraih gelar Sarjana Seni pada Program Studi S-1 Pendidikan Musik, Fakultas

Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

Proses penyusunan dari tahap awal sampai terselesaikannya skripsi ini

tidak lepas dari bimbingan, bantuan, serta dukungan yang positif dari berbagai

pihak. Pada kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih serta

penghormatan dan penghargaan tak terhingga kepada semua pihak yang telah

membantu penyusunan tugas akhir skripsi ini, khususnya kepada:

1. Dr. Sn. RM. Surtihadi, S. Sn., M. Sn., selaku Ketua Program Studi S-1

Pendidikan Musik Fakultas Seni Pertunjukan ISI Yogyakarta yang juga

telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan dan

menyelesaikan penelitian.

2. Mei Artanto, S. Sn., M. A., selaku Sekretaris Program Studi S-1 Pendidikan

Musik Fakultas Seni Pertunjukan ISI Yogyakarta sekaligus dosen

v
pembimbing II yang juga telah meluangkan waktunya dalam memberikan

segala bimbingan, saran, dan dukungan yang berarti kepada peneliti dari

proses awal hingga terselesaikannya skripsi ini.

3. Oriana Tio Parahita Nainggolan, M. Sn., selaku dosen pembimbing I yang

telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan segala arahan,

bimbingan, dukungan, kritik, dan saran yang berarti kepada peneliti

selama proses penyusunan skripsi ini sehingga berjalan dengan baik.

4. Dra. Endang Ismudiati, M. Sn., selaku Dosen Wali yang telah memberikan

arahan, bimbingan, dan bantuan selama peneliti menempuh studi di

Program Studi Pendidikan Musik ISI Yogyakarta.

5. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Musik Fakultas Seni

Pertunjukan ISI Yogyakarta yang telah memberikan ilmu dan bantuannya

selama peneliti menempuh studi.

6. Pihak SLB Autis Laboratorium UM, Luthansyah Nur Iswara, S. Pd., M. Pd.,

selaku kepala sekolah, Santi dan Khulil selaku guru pengajar kelas 2 SDLB,

Sindi selaku staf sekolah, serta para siswa kelas 2 SDLB yaitu Alib, Yusuf,

dan Noel yang telah memberikan kesempatan yang berarti kepada peneliti

untuk dapat menjadi lokasi dan sebagai responden penelitian, dan telah

meluangkan waktunya untuk mengikuti rangkaian proses penelitian

skripsi dengan baik dan menyenangkan.

7. Kedua orang tua peneliti yang tercinta, Andi B. alias Ahmad Afandi

Gunawan dan Yuliana yang selalu menjadi penguat dan memberikan

dukungan yang sangat berarti baik berupa moral, spiritual, dan materi

vi
sehingga peneliti dapat terus berjuang sampai terselesaikannya penulisan

skripsi.

8. Kakak kandung peneliti yang tersayang, yaitu Vindy Sandilata Mausadi

yang selalu memberikan doa terbaik, dukungan, bantuan, arahan yang

sangat berarti, serta menjadi pendengar keluh kesah peneliti dalam

perjuangan untuk menyelesaikan penulisan skripsi.

9. Kekasih peneliti yang tersayang dan tercinta, yaitu Bima Saputra yang

selalu memberikan bantuan, dukungan, doa, dan menjadi pendengar

keluh kesah peneliti dalam perjuangan untuk menyelesaikan penulisan

skripsi.

10. Teman-teman seperjuangan sekaligus sahabat peneliti “spil de ti”

tersayang dan terheboh dari awal perkuliahan, yaitu Rr. Rilla Tersiadewi

Sanjaya, Anindita Risna Calista, Bening Gupita Esti, dan Nadea Serafim

yang selalu saling menyemangati, memberikan dukungan dan bantuan,

serta menjadi penghibur dan pendengar keluh kesah yang teramat berarti

bagi peneliti hingga sampai tahap terselesaikannya penulisan skripsi.

11. Sahabat peneliti yang tersayang, yaitu Adela Kristina yang selalu

memberikan dukungan, pendengar keluh kesah, dan mendoakan selama

peneliti menyelesaikan skripsi.

12. Teman-teman Program Studi S-1 Pendidikan Musik angkatan 2019 yang

telah memberikan dukungan dan bantuan selama masa kuliah.

vii
13. Seluruh pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu, penulis

mengucapkan terima kasih yang mendalam atas dukungan dan

bantuannya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tentunya tidak sempurna dan

masih banyak kekurangan karena keterbatasan kemampuan, pengetahuan,

serta pengalaman peneliti, tetapi skripsi ini merupakan karya terbaik yang

dapat dipersembahkan dari segala doa dan usaha penulis. Peneliti memohon

maaf atas kesalahan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Peneliti

dengan senang hati dan keterbukaan mengharapkan kritik dan saran yang

bersifat membangun. Selanjutnya, peneliti berharap semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi pembaca dan dapat dijadikan referensi untuk berbagai pihak

demi pengembangan topik yang berkaitan ke arah yang lebih baik.

Yogyakarta, 7 Juni 2023

Cindy Sandilata Mausadi

viii
ABSTRAK

Anak ASD mengalami kendala seperti kesulitan untuk mengontrol diri dan
sering kehilangan konsentrasi dalam pembelajaran. Gangguan konsentrasi
pada anak ASD memiliki dampak besar dalam proses pembelajaran. Salah satu
pembelajaran yang dapat digunakan untuk anak ASD sebagai sarana
eksplorasi dan belajar adalah melalui pembelajaran ansambel musik.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan konsentrasi
belajar pada anak ASD dengan pembelajaran ansambel musik di SLB Autis
Laboratorium UM. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif
dengan jenis pendekatan studi kasus. Subjek dalam penelitian ini berjumlah
tiga orang, subjek penelitian ditentukan dengan cara menggunakan teknik
purposive sampling dengan melihat hasil belajar siswa, kemudian
mengklasifikasikannya kedalam kriteria berdasarkan tingkat kemampuan
siswa. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan observasi,
wawancara dengan pengajar dan subjek penelitian, dan dokumentasi. Hasil
dari penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran ansambel musik dapat
meningkatkan tingkat konsentrasi belajar anak ASD di SLB Autis
Laboratorium UM. Peningkatan konsentrasi belajar dalam pembelajaran
ansambel musik dapat dibuktikan dari hasil penghitungan tingkat konsentrasi
belajar dengan menggunakan skala Guttman dengan hasil rata-rata skor dari
keseluruhan subjek penelitian sebesar 75,7, maka konsentrasi belajar siswa
dalam pembelajaran ansambel musik termasuk dalam tingkat konsentrasi
belajar tinggi.

Kata Kunci: Konsentrasi Belajar; Autistic Spectrum Disorder (ASD); Ansambel


Musik; SLB Autis Laboratorium UM.

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................................... ii


PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ........................................................................ iii
PERSEMBAHAN .......................................................................................................... iiv
MOTTO .......................................................................................................................... iiv
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... v
ABSTRAK ...................................................................................................................... iix
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................1


A. Latar Belakang ............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI ........................................9


A. Tinjauan Pustaka ........................................................................................................ 9
B. Landasan Teori ......................................................................................................... 17
1. Belajar ....................................................................................................................... 17
2. Konsentrasi belajar .............................................................................................. 23
3. ASD ............................................................................................................................. 29
4. Ansambel musik .................................................................................................... 33

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................... 37


A. Lokasi Penelitian ..................................................................................................... 37
D. Instrumen Penelitian ............................................................................................. 40
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................................. 40
F. Teknik Analisis Data............................................................................................... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................................. 48


A. Hasil Penelitian ........................................................................................................ 48
B. Pembahasan .............................................................................................................. 83

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 88


A. Kesimpulan ................................................................................................................ 88
B. Saran............................................................................................................................. 89

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 91


LAMPIRAN .................................................................................................................... 94

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah suatu proses pembelajaran untuk meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan sehingga dapat menciptakan seseorang yang

berkualitas. Pendidikan memiliki peran penting dan ikut serta dalam

mencerminkan kualitas sebuah negara. Undang-Undang Pendidikan Nasional

tahun 2003 pasal 1 ayat 1 menyebutkan pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

bangsa dan negara. Adapun makna dari UU tersebut yaitu untuk

mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman

dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab

Setiap warga negara mempunyai kesempatan yang sama untuk

memperoleh pendidikan. Hal tersebut memberikan makna bahwa

pendidikan berhak diperoleh oleh siapa saja, begitu pula pada anak

berkebutuhan khusus baik yang mengalami cacat fisik maupun

keterbelakangan mental. Pada dasarnya, anak yang lahir dengan

1
2

keterbelakangan mental dibagi menjadi dua jenis yaitu down syndrome dan

autis. Down syndrome merupakan kelainan genetis yang menyebabkan

keterbelakangan fisik dan mental, hal itu mengakibatkan keterlambatan

dalam perkembangan aspek kognitif, motorik, dan psikomotorik. Sedangkan

autis berasal dari Bahasa Yunani kata autos yang berarti diri sendiri dan isme

yang berarti aliran. Autisme merupakan suatu keadaan yang dialami

seseorang serta dapat berpengaruh terhadap ketidakmampuan seseorang

dalam melakukan kontak sosial terhadap lingkungannya (Mega Iswari,

2008).

Anak autis adalah anak yang mempunyai masalah atau ganguan yang

mempengaruhi dalam berbagai bidang seperti bidang komunikasi, interaksi,

sosial, gangguan sensoris, pola bermain, perilaku, dan emosi (Hadis, 2006).

Selain itu, anak autis juga mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi

terutama konsentrasi belajar. Pada umumnya anak ASD mengalami kendala

seperti kesulitan untuk mengontrol diri dan sering kehilangan konsentrasi

dalam pembelajaran. Gangguan konsentrasi pada anak ASD memiliki dampak

besar dalam proses pembelajaran. Anak ASD sulit untuk memberi perhatian

secara penuh, sering mengalami kesulitan dalam memfokuskan perhatian

pada tugas perkembangannya, tampak tidak mendengarkan bila diajak

bicara, kesulitan dalam mengikuti instruksi atau perintah dan pelupa dalam

aktivitas sehari-hari.

Istilah yang digunakan oleh para ahli bagi anak yang mengalami

kondisi autis adalah ASD (Autistic Spectrum Disorder) atau “kelainan


3

spektrum autistik”. Gangguan ASD adalah gangguan perkembangan yang

secara umum tampak pada tiga tahun pertama kehidupan anak. Secara

umum, karakteristik dari anak ASD sebagai berikut: Anak ASD cenderung

fokus rincian pada gambar, berkonsentrasi pada suatu bagian kecil dari

lukisan dan situasi, berkonsentrasi pada pengalaman sensoris tertentu

seperti bau, rasa, penglihatan, suara, dan rabaan, sulit untuk melihat

keseluruhan lukisan dan memahaminya, sulit memahami pikiran atau

perasaan orang lain, sulit memahami bahwa mereka diharapkan untuk

mengubah cara mereka dalam bersikap bergantung dimana dan pada siapa

mereka berhadapan, sulit memprediksi apa yang akan dilakukan oleh orang

lain, sulit menginterpretasikan ekspresi wajah yang berbeda, sulit

memahami mengapa tingkah laku mereka dapat membuat kesal orang lain,

dan sulit memahami sikap tubuh dan tanda non verbal (William et al., 2007).

Anak ASD perlu diberikan kebebasan dalam bereksplorasi dan

diberikan kesempatan untuk belajar hal-hal baru. Salah satu pembelajaran

yang dapat digunakan untuk anak ASD sebagai sarana eksplorasi dan belajar

adalah melalui pembelajaran musik, seperti bernyanyi atau memainkan alat

musik. Penelitian ini akan mengkaji konsentrasi belajar anak autis pada

pembelajaran ansambel musik. Ansambel musik adalah sebuah media yang

diharapakan dapat meningkatkan konsentrasi belajar anak ASD. Selain

sebagai sarana belajar bagi anak ASD, ansambel musik juga diharapkan

menjadi sebuah media bagi anak ASD untuk belajar berkonsentrasi pada

pembelajaran. Dari beberapa artikel jurnal diketahui bahwa konsentrasi


4

belajar anak ASD sangat lemah. Ketidakmampuan anak ASD dalam

berkonsentrasi belajar menyebabkan anak sulit untuk mengikuti proses

belajar mengajar di kelas serta kesulitan dalam memahami perintah yang

diberikan oleh guru (Sri Niningsih, 2018).

Pembelajaran ansambel musik pada anak ASD disesuaikan dengan

kemampuan anak ASD. Artinya, pada saat merancang pembelajaran

ansambel musik untuk anak ASD, guru hendaknya sudah terlebih dahulu

merancang materi pembelajaran yang disesuaikan dengan kemampuan anak

ASD yang ada dalam kelas tersebut. Adapun tujuan dari pembelajaran

ansambel musik pada anak ASD adalah untuk meningkatkan kinerja pada

tubuhnya secara maksimal, seperti kinerja dalam berkonsentrasi,

kelancaran sinkronisasi antara saraf sensorik dengan saraf motorik,

keseimbangan gerak anggota tubuh, serta kepekaan emosi dan perasaan

anak ASD. Selain itu, melalui pembelajaran ansambel musik, anak ASD juga

dapat mempelajari hal-hal baru yang memungkinkan untuk menciptakan

sebuah karya seni pada bidang musik.

Ansambel musik merupakan permainan musik yang dilakukan secara

bersama-sama. Ansambel berasal dari bahasa Prancis yaitu ‘ansamble’ yang

artinya bermain bersama atau sekelompok musik yang bermain secara

bersama-sama. Terdapat dua jenis ansambel yaitu ansambel sejenis dan

ansambel campuran. Ansambel musik sejenis memakai alat-alat musik sejenis

seperti, ansambel gitar, ansambel recorder, ansambel biola, dan sebagainya.

Sedangkan ansambel musik campuran memakai beberapa jenis alat musik


5

antara lain yaitu terdapat alat musik keyboard, glockenspiel, pianika, drum,

vokal, dan biola. Ansambel musik yang sering digunakan untuk pembelajaran

pada anak ASD yaitu ansambel musik campuran. Ansambel musik yang

diberikan pada anak ASD dapat berupa kegiatan bermain ansambel alat

musik dan/atau bernyanyi bersama. Materi yang dapat digunakan untuk

pembelajaran ansambel musik biasanya terdiri dari membaca ritmis,

membaca notasi, dan memainkan alat musik.

Salah satu Lembaga Pendidikan yang menangani khusus anak ASD

adalah SLB Autis Laboratorium UM yang terletak di Jl. Surabaya No.6,

Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur. Setiap kelas pada sekolah

ini terdapat tingkatan pendidikan yaitu Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB),

Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB), dan Sekolah Menengah Atas

Luar Biasa (SMALB). SLB Autis Laboratorium UM memiliki beberapa

program pendidikan yaitu akademik, olahraga, sosialisasi, dan kesenian.

Pembelajaran kesenian pada SLB ini termasuk kegiatan bermusik, namun

SLB ini masih kurang maksimal dalam memberikan pembelajaran musik

untuk anak ASD, seperti kurangnya strategi dalam memberikan

pembelajaran, kurang dalam mengeksplorasi materi musik, dan kurangnya

sarana dan prasarana. Hal ini menyebabkan anak ASD kurang berminat atau

pada saat pembelajaran musik berlangsung mereka terlihat bosan, sulit

untuk berkonsentrasi, dan mudah teralihkan dengan hal lainnya sehingga

pembelajaran musik untuk anak ASD menjadi tidak dapat berjalan dengan

baik. Pada penelitian ini, peneliti mencoba untuk menawarkan sebuah


6

alternatif pembelajaran musik untuk anak ASD yaitu melalui ansambel musik.

Pembelajaran ansambel musik berbeda dengan pembelajaran musik seperti

pada umumnya, karena pada pembelajaran ini anak ASD akan diberi

pembelajaran satu persatu agar anak ASD lebih berkonsentrasi terhadap

masing-masing alat musik yang akan dimainkan dan hasil akhir pada

pembelajaran ini akan dimainkan bersama-sama. Dengan pembelajaran

ansambel musik, diharapkan anak ASD dapat lebih berantusias, bersemangat,

dan berkonsentrasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana

pembelajaran ansambel musik untuk anak ASD dapat meningkatkan

konsentrasi pada saat pembelajaran ansambel musik. Pembelajaran

ansambel musik pada anak ASD di SLB Autis Laboratorium UM diharapkan

mampu membantu mengoptimalkan kemampuan siswa dalam

meningkatkan konsentrasi belajar dengan cara bermain musik secara

bersama-sama. Peneliti berharap agar penelitian ini dapat menyelesaikan

dan memberikan solusi untuk masalah yang dihadapi saat kegiatan

pembelajaran ansambel musik pada anak ASD. Tidak hanya meningkatkan

konsentrasi belajar pada pembelajaran ansambel musik saja tetapi juga dapat

berpengaruh pada konsentrasi belajar pada pembelajaran yang lain.

B. Rumusan Masalah

Anak dengan ASD memiliki kendala seperti kesulitan untuk

mengontrol diri dan sering kehilangan konsentrasi dalam pembelajaran.

Konsentrasi belajar sangat dibutuhkan dalam sebuah pembelajaran,


7

sehingga apabila anak ASD tidak memiliki konsentrasi belajar, maka

pembelajaran tidak dapat berjalan dengan baik. Salah satu perlakuan yang

sering digunakan untuk menstimulasi konsentrasi belajar anak ASD adalah

melalui pembelajaran musik.

Penelitian ini akan mengkaji konsentrasi belajar anak autis pada

pembelajaran ansambel musik. Tujuan dari pembelajaran ansambel musik

pada anak ASD adalah untuk meningkatkan kinerja pada tubuhnya secara

maksimal, seperti kinerja dalam berkonsentrasi, kelancaran sinkronisasi

antara saraf sensorik dengan saraf motorik, keseimbangan gerak anggota

tubuh, serta kepekaan emosi dan perasaan anak ASD. Berdasarkan uraian

pada bagian latar belakang maka diperoleh permasalahan dalam penelitian

ini yang disusun kedalam pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pembelajaran ansambel musik untuk anak ASD di

SLB Autis Laboratorium UM?

2. Apakah pembelajaran ansambel musik di SLB Autis Laboratorium

UM dapat meningkatkan konsentrasi belajar anak ASD pada

pembelajaran musik?

C. Tujuan Penelitian

Diperlukan tujuan penelitian untuk memperoleh pengetahuan baru,

untuk membuktikan kebenaran dari pengetahuan yang sudah ada, dan untuk

mengembangkan pengetahuan yang sudah ada. Tujuan penelitian yang akan

dilakukan dalam penelitian ini didasarkan pada permasalahan-

permasalahan yang telah disampaikan pada rumusan masalah. Maka, tujuan


8

penelitian yang akan dilakukan adalah:

1. Mengetahui proses pembelajaran ansambel musik untuk anak ASD

di SLB Autis Laboratorium UM.

2. Mengkaji peningkatan konsentrasi belajar anak ASD dalam

pembelajaran ansambel musik di SLB Autis Laboratorium UM.

D. Manfaat Penelitian

Diperlukan manfaat penelitian untuk meningkatkan pemahaman.

Manfaat penelitian memberikan informasi dan pengetahuan yang

dibutuhkan untuk memecahkan permasalahan dalam penelitian yang akan

dilakukan dan membuat keputusan. Manfaat dari peneitian ini adalah:

1. Sebagai referensi bagi guru-guru SLB dalam merancang

pembelajaran musik bagi anak ASD.

2. Menjadi sebuah pelatihan bagi anak ASD untuk meningkatkan

konsentrasi belajar, terutama pada pembelajaran musik.

3. Anak ASD dapat mempelajari dan memahami pembelajaran

ansambel musik dengan mudah sesuai dengan metode

pembelajaran yang tepat.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Diperlukan sumber tinjauan pustaka dalam menyampaikan

pembahasan yang terkait dengan peningkatan konsentrasi belajar pada anak

ASD dalam pembelajaran ansambel musik agar dapat memberi kelancaran

peneliti untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan bermanfaat.

Tinjauan pustaka menggunakan literatur dari beberapa jurnal, buku

referensi, dan tesis untuk membandingkan penelitian terdahulu dengan

penelitian yang akan dilakukan serta membantu penelitian yang akan

dilakukan. Untuk mendukung penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa

tinjauan pustaka, diantaranya:

Artikel yang berjudul Intervensi Musik Mozart untuk Menurunkan

Simtom (Gejala) Gangguan Konsentrasi dengan Hiperaktifitas pada Anak Autis

yang ditulis oleh Afinda Amalia, diterbitkan dalam jurnal Psycho Holistic

Volume 2, Nomor 2, pada tahun 2020 memiliki tujuan untuk mengetahui

pengaruh musik Mozart terhadap penurunan simtom gangguan konsentrasi

dengan hiperaktivitas pada anak autis. Menurut hasil penilaian pretest dan

post-test gangguan konsentrasi dengan hiperaktivitas pada ketiga subjek,

hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa subjek dapat berkonsentrasi

terhadap tugas yang dikerjakannya dan perilaku-perilaku impulsif,

hiperaktif, dan inatensi yang menyebabkan subjek tidak mampu

9
10

berkonsentrasi dapat berkurang. Terdapat perbedaan antara penelitian ini

dengan penelitian yang akan dilakukan, yaitu artikel ini berpusat pada

gangguan konsentrasi dengan hiperaktivitas pada anak autis melalui

pembelajaran musik Mozart untuk mengetahui seberapa besar pengaruh

berkurangnya simtom gangguan konsentrasi dengan hiperaktivitas pada

anak autis yang dimunculkan oleh anak pada saat pembelajaran berlangsung.

Sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan, peneliti berpusat pada

peningkatan konsentrasi belajar pada anak autis melalui pembelajaran

ansambel musik.

Artikel yang berjudul Pendidikan Musik sebagai Perangsang

Konsentrasi Anak Autis di Sekolah Autis Mitra Ananda Padang yang ditulis oleh

Sri Mustika Aulia yang diterbitkan dalam Jurnal Guru Kita Volume 5, Nomor

1, pada tahun 2020 dengan subjek dua anak autis yang memiliki masalah

pada konsentrasi. Penelitian ini bertujuan untuk membantu

mempertahankan dan melatih konsentrasi pada anak autis dengan

menggunakan pembelajaran musik. Hasil dari penelitian ini menunjukkan

bahwa anak autis dapat mengimplementasikan materi yang diberikan

dengan baik, komunikasi non-verbal pada anak meningkat, dan sensitivitas

musik pada anak meningkat dengan ditunjukkan bahwa anak mampu

menentukan dan menirukan dengan simbol notasi balok warna. Meskipun

pada artikel ini menggunakan pembelajaran musik melalui media notasi

balok warna, sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan

pembelajaran musik melalui ansambel musik, namun peneliti menemukan


11

adanya keterkaitan yaitu keduanya bertujuan untuk meningkatan

konsentrasi pada anak autis.

Tesis yang berjudul Music Ensemble Participation and Social Behaviors

in Autistic Children: Collective Case Study yang ditulis oleh Carolyn Cardella

pada tahun 2014. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk untuk

mengeksplorasi hubungan antara partisipasi ansambel musik inklusif

terhadap perilaku sosial dan non-sosial anak autis dari sudut pandang orang

tua dan guru. Penelitian ini melibatkan tiga sekolah yang berbeda, serta

menggunakan tiga jenis ansambel inklusif (paduan suara, band, dan

orkestra). Hasil dari penelitian menunjukkan dengan adanya pembelajaran

ansambel musik inklusif, perilaku sosial pada anak autis dapat meningkat

dengan baik. Adapun perbedaan yang terdapat pada penelitian ini dengan

penelitian yang akan dilakukan yaitu, pada penelitian ini lebih berfokus pada

peningkatan perilaku sosial dan non-sosial anak autis dengan cara

mengeksplorasi partisipasi ansambel musik inklusif melalui sudut pandang

orang tua dan guru. Sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan, peneliti

berfokus pada peningkatan konsentrasi anak autis melalui pembelajaran

ansambel musik yang dilakukan secara langsung oleh peneliti tanpa adanya

sudut pandang dari orang lain.

Artikel yang berjudul Meningkatkan Kemampuan Konsentrasi Belajar

melalui Bermain Musik Patrol pada Anak Autis Kelas Klasikal di Sekolah Autis

Harapan Bunda Surabaya yang ditulis oleh Dyah Puspita Rini yang diterbitkan

dalam Jurnal Pendidikan Khusus Volume 10, Nomor 2, pada tahun 2018
12

menggunakan strategi pembelajaran bermain musik sederhana yaitu musik

patrol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan konsentrasi

belajar anak autis melalui permainan musik patrol. Hasil dari penelitian ini

secara kumulatif memperlihatkan aktivitas guru dan siswa siklus satu

sebesar 64%, siklus dua sebesar 76%, dan siklus tiga sebesar 84%. Hal ini

menunjukkan bahwa melalui permainan musik patrol, kemampuan

konsentrasi belajar pada anak autis dapat meningkat. Pada penelitian ini

lebih berpusat terhadap peningkatan konsentrasi belajar pada anak autis

melalui permainan musik patrol (salah satu jenis musik/kesenian tradisional

Provinsi Jawa Timur). Sedangkan penelitian yang akan dilakukan, peneliti

menggunakan pembelajaran ansambel musik dengan menggunakan alat

musik campuran seperti pianika, drum, keyboard, dan seterusnya sebagai

sarana peningkatan konsentrasi belajar pada anak autis.

Artikel yang berjudul Pengaruh Metode Pembelajaran Musikal bagi

Kemampuan Kognitif Anak Autis di SLB Negeri Manekat Niki-Niki yang ditulis

oleh Erli Njudang, Yulius Yusak Ranimpi, Iky Sumarthina P, Prayitno yang

diterbitkan dalam Jurnal Pendidikan Khusus Volume 16, Nomor 1, pada tahun

2020 menjelaskan bahwa diperlukan suatu metode belajar baru yang

diharapkan dapat membantu anak autis dalam mengembangkan kemampuan

kognitif mereka demi mendukung aktivitas belajar. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran musik bagi kemampuan

kognitif siswa autis. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa, metode

pembelajaran musik efektif dan berpengaruh bagi kemampuan kognitif siswa


13

autis yang memiliki keterbatasan dalam berkonsentrasi dan berperilaku

repetitif, namun belum cukup efektif bagi siswa autis yang memiliki gangguan

perkembangan bahasa dalam berkomunikasi. Pada penelitian ini lebih fokus

terhadap kemampuan kognitif siswa autis melalui pembelajaran musik,

sedangkan penelitian yang akan dilakukan lebih fokus terhadap peningkatan

konsentrasi belajar pada anak autis melalui pembelajaran ansambel musik.

Artikel yang berjudul Penerapan Pendekatan Orff-Schulwerk untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Autism Spectrum Disorder (ASD)

dalam Pembelajaran Instrumen Ritmis Sederhana yang ditulis oleh Arnold

Niclats Katilik dan Jane Andreas Djie yang diterbitkan dalam Jurnal Seni

Musik Volume 12, Nomor 1, pada tahun 2022 memiliki tujuan untuk

menganalisis penerapan pendekatan Orff-Schulwerk untuk meningkatkan

hasil belajar siswa ASD dalam pembelajaran instrumen ritmis sederhana.

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan Penelitian Tindakan Kelas

(PTK). Hasil dari penelitian ini menunjukkan setelah siswa ASD diberi

penerapan pembelajaran musik dengan pendekatan Orff-Schulwerk terjadi

peningkatan perkembangan hasil belajar, hal ini ditunjukkan dengan

peningkatan nilai pada kedua siswa, dimulai dari subjek 1 yang memiliki nilai

pre-test 56,25 dan 62,5 naik menjadi 62,5 dan 75, dan juga subjek 2 yang

memiliki nilai pre-test 68,75 naik menjadi 87,5. Adapun perbedaan yang

terdapat pada penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu

terletak pada prosedur pelaksanaan penelitian, pada penelitian dalam jurnal

ini dilakukan dengan cara memberikan pembelajaran musik dengan


14

pendekatan Orff-Schulwerk untuk meningkatkan hasil belajar siswa,

sedangkan penelitian yang akan peneliti lakukan dengan cara memberikan

pembelajaran ansambel musik untuk meningkatkan konsentrasi belajar pada

anak autis.

Artikel yang berjudul Pembelajaran Musik Berbasis Kodaly Terhadap

Kemampuan Interaksi Sosial pada Anak Autisme yang ditulis oleh Zefanya

Lintang Nugrahaningsih pada tahun 2022 yang diterbitkan dalam Jurnal

Pendidikan Sendratasik memiliki tujuan untuk menganalisis pengaruh

metode Kodaly terhadap kemampuan interaksi sosial pada anak autisme.

Metode penelitian yang digunakan adalah studi literatur. Hasil dari

pembahasan beberapa artikel adalah kemampuan interaksi sosial anak

autisme dapat meningkat, karena anak autis dapat belajar cara untuk terlibat

dalam pengaturan kelompok melalui kegiatan musik, termasuk kegiatan

menyanyi, musik rakyat, dan pembelajaran solfège. Terdapat perbedaan pada

penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakkan yaitu terletak pada tujuan

penelitian, adapun tujuan penelitian dalam jurnal ini yaitu untuk

menganalisis pengaruh metode Kodaly terhadap kemampuan interaksi sosial

pada anak autisme, sedangkan tujuan penelitian yang akan dilakukan yaitu

untuk meningkatkan konsentrasi belajar siswa autis.

Artikel yang berjudul Pembelajaran Lagu Daerah Menggunakan

Instrumen Pianika untuk Meningkatkan Keterampilan Bermusik Anak Autis

yang ditulis oleh Erwin Dwi Aprilo yang diterbitkan dalam Jurnal Pendidikan

Sendratasik Volume 11, Nomor 1, pada tahun 2022 bertujuan untuk


15

mendeskripsikan proses dan manfaat pembelajaran lagu daerah dengan

menggunakan instrumen pianika untuk meningkatkan keterampilan

bermusik anak autis di SLB Negeri Seduri Mojokerto. Materi pembelajaran

yang digunakan pada penelitian ini adalah pengenalan instrumen pianika,

teknik bermain pianika, lagu yang akan dimainkan, menyanyikan lirik lagu,

pengenalan notasi angka, memainkan lagu daerah menggunakan pianika.

Hasil pada penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan dalam edukasi

bermusik, sikap displin, sikap keberanian dan percaya diri pada hasil

kegiatan evaluasi pendidik, dan sebagai terapi tingkah laku. Terdapat

perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan, yaitu

pada penelitian ini berfokus pada pembelajaran lagu daerah dengan

menggunakan instrumen pianika untuk meningkatkan keterampilan

bermusik pada anak autis. Sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan,

peneliti berfokus pada pembelajaran ansambel musik dengan menggunakan

alat musik campuran yang bertujuan untuk meningkatkan konsentrasi

belajar pada anak autis.

Artikel yang berjudul Komunikasi Instruksional dalam Proses Belajar

Mengajar bagi Anak ASD (Autism Spectrum Disorder) yang ditulis oleh Putri

Ekaristy Haes yang diterbitkan dalam Jurnal Pendidikan Bahasa Volume 1,

Nomor 2, pada tahun 2019 bertujuan untuk mengetahui komunikasi

instruksional dalam proses belajar mengajar guru dan anak ASD di kelas.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada Lembaga Pendidikan Prananda

Bandung, komunikasi instruksional yang dilakukan oleh guru dalam proses


16

belajar mengajar menggunakan pesan verbal berupa bahasa instruksi dan

pesan nonverbal. Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian

pesan verbal dan non-verbal dalam proses belajar mengajar yang dilakukan

guru didalam kelas dapat memberikan perubahan baik dalam perilaku anak

ASD. Adapun keterkaitan pada penelitian ini dengan penelitian yang akan

dilakukan yaitu membahas tentang pembelajaran untuk anak ASD.

Perbedaannya yaitu terletak pada materi pembelajaran yang diberikan,

adapun materi yang diberikan pada penelitian ini yaitu berupa komunikasi

instruksional, sedangkan materi yang diberikan pada penelitian yang akan

peneliti lakukan yaitu pembelajaran ansambel musik.

Artikel yang berjudul Upaya Peningkatan Kemampuan Kognitif Anak

Autis dalam Mengenal Konsep Warna Melalui Permainan Alat Musik Angklung

yang ditulis oleh Nur Wahyuni yang diterbitkan dalam Jurnal Pendidikan

Anak Usia Dini Volume 2, Nomor 2, pada tahun 2022 memiliki tujuan untuk

mengetahui bentuk pelaksanaan permainan menggunakan media angklung

dalam mengenal konsep warna untuk meningkatkan aspek perkembangan

kognitif anak autis dan hasil penerapan metode permainan alat musik

angklung terhadap kemampuan kognitif anak autis di KB Ingklusi Angrek

Mandiri. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan

pada kemampuan kognitif anak autis setelah melakukan praktik melalui alat

musik angklung dengan hasil observasi pada prasiklus mencapai kriteria

tuntas sebesar 12,5% kemudian mengalami peningkatan ketuntasan sebesar

50% pada pelaksanaan siklus I dan mengalami peningkatan sebesar 75%


17

pada siklus II. Pada penelitian ini lebih fokus terhadap peningkatan

kemampuan kognitif siswa autis dalam mengenal konsep warna melalui

permainan alat musik angklung, sedangkan penelitian yang akan dilakukan

lebih fokus terhadap peningkatan konsentrasi belajar pada anak autis melalui

pembelajaran ansambel musik.

Dari referensi yang ditinjau oleh peneliti, peneliti menemukan bahwa

10 artikel tersebut tidak memiliki kesamaan dengan topik penelitian peneliti.

Peneliti menemukan beberapa artikel yang berbicara mengenai konsentrasi

belajar, ASD, serta ansambel musik. Meskipun demikian, ternyata tidak ada

artikel yang mengkaji tentang peningkatan konsentrasi belajar dalam

pembelajaran ansambel musik khususnya untuk anak ASD. Maka dari itu,

peneliti akan mengkaji beberapa jurnal yang memiliki beberapa keterkaitan

dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti sebagai referensi untuk

membantu peneliti dalam memperkuat penelitian yang akan dilakukan, serta

membantu peneliti dalam menentukan metode dan hasil agar sesuai dengan

tujuan penelitian.

B. Landasan Teori

1. Belajar

a. Pengertian belajar

Belajar merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan

tingkah laku sebagai hasil dan interaksi dengan lingkungannya untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya. Proses belajar dapat terjadi karena

adanya interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya. Salah


18

satu tanda bahwa seseorang telah belajar adalah adanya sebuah

perubahan tingkah laku pada peserta didik yang disebabkan oleh

terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan, dan

sikapnya. Belajar bukan hanya mengingat, tetapi lebih luas dari itu,

yaitu mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan pada hasil

latihan melainkan perubahan pada tingkah laku (Hamalik, 2014).

Belajar merupakan suatu proses yang dilakukan seseorang

untuk memperoleh suatu perubahan pada tingkah laku yang baru

secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya (Slameto, 2015). Belajar adalah suatu aktivitas

yang terdapat sebuah proses dari tidak tahu menjadi tahu, tidak

mengerti menjadi mengerti, tidak bisa menjadi bisa untuk mencapai

hasil yang optimal (Ihsana, 2017). Belajar adalah perubahan pada

perilaku karena sebuah pengalaman dan latihan. Perubahan tingkah

laku meliputi pengetahuan, keterampilan, serta aspek organisme atau

pribadi (Aswan, Djamarah, Syaiful Bahri, 2014).

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa

belajar merupakan sebuah proses yang dilakukan oleh peserta didik

untuk mencapai perubahan pada tingkah laku agar menjadi lebih baik

dari sebelumnya. Adapun perubahan tingkah laku pada saat

melakukan kegiatan belajar yaitu tingkah laku yang bersifat positif.


19

b. Prinsip-prinsip belajar

Seseorang yang melakukan kegiatan belajar, harus memahami

prinsip-prinsip belajar terlebih dahulu. Prinsip-prinsip belajar

menurut (Khairani, 2014), yaitu:

1) Informasi faktual, informasi tentang materi pembelajaran

yang akan dilaksanakan melalui komunikasi yang dilakukan

kepada guru lainnya, atau pada skemata awal peserta didik

yang dihubungkan dengan pembelajaran selanjutnya agar

peserta didik dapat menguasai materi.

2) Kemahiran intelektual, guru harus memiliki kemampuan

dalam mengartikan atau memahami simbol-simbol, bahasa,

dan sebagainya.

3) Strategi, guru harus mampu menguasai teknik yang

digunakan dalam pembelajaran yang akan diterapkan di

dalam proses pembelajaran.

Adapun prinsip-prinsip belajar menurut (Pidarta, 2013), yaitu:

1) Kontiguitas, memberikan situasi yang diinginkan oleh

peserta didik dengan menghasilkan respons yang

diharapkan oleh peserta didik secara berulang.

2) Pengulangan, jika semakin sering melakukan pengulangan

pada materi pembelajaran, maka peserta didik akan

semakin mengingat materi pembelajaran tersebut.


20

3) Penguatan, bertujuan untuk mempertahankan dan

meyakinkan peserta didik pada materi yang disampaikan.

4) Dorongan, guru harus memberikan dorongan semangat

untuk peserta didik, karena dengan memiliki semangat yang

tinggi dapat mempengaruhi daya ingat dalam mempelajari

ilmu yang diberikan dari peserta didik yang akan

memunculkan rasa percaya diri dalam proses pembelajaran.

5) Ketersediaan materi pembelajaran yang lengkap untuk

meningkatkan keaktifan pada peserta didik, berupa media

pembelajaran dan alat pembelajaran yang menjadi

penunjang dalam proses pembelajaran.

6) Membangkitkan keterampilan intelektual peserta didik

untuk belajar, sehingga peserta didik dapat berpikir secara

kritis dan kreatif.

7) Strategi yang tepat untuk membangkitkan semangat peserta

didik dalam belajar, guru harus menguasai dan memberikan

strategi yang tepat dalam proses pembelajaran, sehingga

dapat membangkitkan semangat peserta didik dalam

belajar.

8) Aspek-aspek jiwa peserta didik harus dapat dipengaruhi

oleh faktor-faktor dalam pengajaran.


21

c. Teori belajar humanistik

Kata “Humanistik” adalah suatu istilah yang memiliki beberapa

makna yang sesuai dengan konteksnya. Secara umum, teori humanistik

merupakan sebuah teori belajar yang memprioritaskan pada proses

belajar bukan pada hasil belajar. Teori ini melaksanakan konsep untuk

memanusiakan manusia sehingga manusia (siswa) mampu memahami

diri dan lingkungannya. Tujuan belajar menurut teori belajar

humanistik yaitu untuk memanusiakan manusia. Proses belajar

dianggap berhasil jika siswa dapat memahami dirinya sendiri dan

lingkungan sekitar. Teori belajar humanistik berusaha untuk

memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari

sudut pandang pengamatnya (Arbayah, 2013).

Teori belajar humanistik mengutamakan pada sisi humanis

manusia dan tidak menentukan batas waktu siswa untuk mencapai

pemahaman, tetapi lebih mengutamakan pada materi yang harus

dipelajari agar dapat mewujudkan manusia seutuhnya

(Suprihatiningrum, 2017). Penerapan dari teori belajar humanistik

yaitu menekankan esensial dari proses belajar bersifat selektif,

tujuannya yaitu untuk memanusiakan manusia atau mendapatkan

aktualisasi diri. Penerapan teori belajar humanistik dalam

pembelajaran, pengajar memberi arahan untuk siswa agar berpikir

induktif, mengutamakan pengalaman, dan membutuhkan

keikutsertaan siswa secara aktif dalam proses belajar. Hal ini dapat
22

diimplementasikan melalui kegiatan yang dilakukan dengan cara

berkelompok. Indikator dari keberhasilan penerapan ini adalah siswa

merasa senang, bersemangat dalam belajar, dan terjadi perubahan

pada pola pikir, perilaku, dan sikap atas kemauan sendiri (Tandjung,

1984)

Adapun beberapa strategi pembelajaran sesuai dengan teori

humanistik menurut (Arbayah, 2013), yaitu:

1) Humanizing of the classroom, strategi ini berdasar pada tiga hal,

yaitu memahami diri sebagai suatu proses perkembangan,

mengetahui konsep dan identitas diri, dan mempersatukan

kesadaran hati dan pikiran.

2) Active learning, merupakan strategi pembelajaran yang lebih

banyak melibatkan siswa dalam mengakses berbagai

pengetahuan untuk dibahas dalam proses pembelajaran di

kelas, sehingga siswa memperoleh berbagai pengalaman yang

dapat meningkatkan kemampuannya. Selain itu, belajar aktif

juga memungkinkan siswa untuk meningkatkan kemampuan

analisis dan sintesis serta mampu mendefinisikan nilai-nilai

baru yang diperoleh dari hasil analisis siswa tersebut sendiri.

3) Quantum learning, merupakan strategi penggantian beberapa

macam interaksi, hubungan, dan inspirasi yang ada di dalam

dan di sekitar kelas. Quantum learning mengasumsikan bahwa

jika siswa mampu menerapkan potensi pada pikiran dan


23

emosinya dengan baik, maka siswa akan mampu menghasilkan

prestasi yang baik.

4) The accelerated learning, merupakan strategi pembelajaran

yang berlangsung secara cepat, menyenangkan, dan

memuaskan. Pengajar diharapkan mampu untuk

mengendalikan kelas menggunakan pendekatan Somatic,

Auditory, Visual, dan Intellectual (SAVI).

2. Konsentrasi belajar

a. Pengertian konsentrasi belajar

Konsentrasi belajar merupakan kemampuan dalam

memusatkan perhatian maupun pikiran terhadap informasi yang

didapatkan oleh seseorang pada saat pembelajaran berlangsung.

Konsentrasi belajar adalah pemusatan daya pikiran dan perbuatan

siswa pada suatu objek yang dipelajari dengan menghalau atau

memisahkan segala hal yang tidak ada hubungannya dengan objek

yang dipelajari (Surya, 2009). Konsentrasi belajar adalah suatu

perilaku dan fokus perhatian siswa untuk dapat memperhatikan dalam

setiap pelaksanaan pembelajaran, serta dapat memahami setiap materi

pelajaran yang telah diberikan (Sumarmo, 2002).

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa

konsentrasi belajar adalah suatu proses pemusatan pikiran pada suatu

objek yang dipelajari dan memahami setiap materi yang telah

diberikan pada saat pembelajaran berlangsung. Artinya peserta didik


24

yang sedang berkonsentrasi adalah peserta didik yang

memperhatikan, mendengarkan, melihat dan memusatkan pikiran

terhadap apa yang disampaikan, dan merespon stimulus pada saat

pembelajaran berlangsung, serta menyampingkan semua hal yang

tidak berhubungan dengan pelajaran.

b. Aspek-aspek konsentrasi belajar

Konsentrasi belajar memiliki beberapa aspek menurut

(Nugroho, 2007) yaitu:

1) Pemusatan pikiran, suatu keadaan yang memerlukan

ketenangan, kenyamanan, dan juga perhatian dalam proses

belajar agar dapat memahami pelajaran yang sedang

dipelajari.

2) Motivasi, suatu dorongan atau keinginan yang muncul dari

dalam diri individu yang berusaha untuk mengubah tingkah

laku agar lebih baik dari sebelumnya.

3) Rasa khawatir, suatu perasaan tidak tenang karena merasa

kurang optimal dalam melakukan suatu pekerjaan.

4) Perasaan tertekan, suatu dorongan atau tuntutan dari orang

lain ataupun dari lingkungan sekitar.

5) Gangguan pemikiran, suatu hambatan dari dalam diri individu

ataupun dari orang lain. Misalnya: masalah keluarga, ekonomi,

dan masalah pribadi dari individunya.


25

6) Gangguan kepanikan, suatu hambatan berkonsentrasi dalam

bentuk perasaan waspada yang dapat menggangu hasil yang

sudah dilakukan maupun hasil yang akan dilakukan.

7) Kesiapan belajar, suatu keadaan atau kondisi dimana

seseorang sudah siap untuk menerima pelajaran, sehingga

individu tersebut dapat mengembangkan setiap potensi yang

dimilikinya.

c. Indikator konsentrasi belajar

Indikator konsentrasi belajar digunakan untuk mengetahui

respon peserta didik terhadap kegiatan belajar yang sedang dilakukan,

peneliti menilai tingkat konsentrasi fisik, mental, dan emosional

peserta didik dalam proses pembelajaran yang dilakukan dengan

indikator berikut, konsentrasi fisik: peserta didik bersedia untuk

melaksanakan perintah guru, konsentrasi mental: peserta didik

mampu untuk menyampaikan pendapat dalam proses pembelajaran,

konsentrasi emosional: peserta didik merasa senang saat mengikuti

pembelajaran, peserta didik tidak takut dan tidak malu saat

berkomunikasi dengan guru selama proses pembelajaran. Konsentrasi

belajar yang dilakukan oleh peserta didik memiliki beberapa indikator

menurut (Makmun, 2003), yaitu:

1) Konsentrasi perhatian, peserta didik mampu memperhatikan

sumber informasi dengan saksama (guru atau buku), fokus

pandangan tertuju pada guru atau papan tulis, dan


26

memperhatikan hal yang lain (menengok ke arah teman yang

bertanya atau menanggapi jawaban).

2) Sambutan lisan (verbal response), peserta didik mampu

bertanya serta mencari informasi tambahan dari guru,

mengemukakan pendapat hipotetisnya, dan mampu menjadi

pembicara.

3) Memberikan pernyataan, peserta didik dapat menguatkan,

menyetujui, menentang, dan menyanggah atau

membandingkan (dengan alasan, tanpa alasan).

4) Menjawab, peserta didik mampu untuk menjawab dari hasil

diskusi atau jawaban dari teman sesuai dengan masalah

atau hal menyimpang dari masalah (ragu-ragu).

5) Sambutan psikomotorik, peserta didik membuat catatan untuk

menulis informasi, menulis jawaban, dan mengerjakan tugas.

d. Faktor-faktor penyebab rendahnya konsentrasi belajar

Beberapa faktor yang dianggap dapat mempengaruhi

rendahnya konsentrasi belajar siswa menurut (Surya, 2009), yaitu:

1) Minat dan motivasi pada pelajaran yang lemah, lemahnya minat dan

motivasi dalam belajar dapat menyebabkan peserta didik mudah

terpengaruh terhadap hal-hal lain yang lebih menarik sehingga

pikirannya akan teralihkan pada hal tersebut dan tidak

memperhatikan hal yang sedang dipelajarinya.


27

2) Timbulnya perasaan negatif, seperti gelisah, tertekan, marah,

khawatir, takut, benci, dan dendam dapat menyebabkan

konsentrasi pada peserta didik menjadi terganggu. Perhatian yang

terpecah ini dapat mempersulit peserta didik untuk mengikuti

pelajaran dengan baik. Oleh sebab itu, peserta didik mudah

kehilangan konsentrasi saat belajar.

3) Suasana lingkungan belajar yang tidak mendukung, seperti adanya

suara kendaraan, suara televisi, suara musik yang terlalu keras,

suara orang yang sedang bertengkar, dan lain-lain juga dapat

mempengaruhi konsentrasi belajar. Ketika peserta didik sedang

fokus pada saat pembelajaran berlangsung kemudian terdapat

suara tambahan, hal tersebut dapat membuat pikiran terbagi

menjadi dua sehingga peserta didik tidak bisa fokus kepada

pembelajaran tersebut. Kondisi lingkungan yang berantakan, tata

ruang yang padat, kurangnya penerangan, peralatan ruang yang

mencolok juga dapat mempengaruhi perhatian sehingga dapat

menimbulkan rasa yang tidak nyaman untuk belajar.

4) Gangguan kesehatan jasmani, kesehatan jasmani merupakan suatu

hal yang sangat penting. Jika peserta didik memiliki kesehatan

jasmani yang kurang atau dalam keadaan sakit, kurang tidur,

kelelahan, lapar, serta kekurangan gizi, hal ini dapat mempengaruhi

kemampuan peserta didik dalam berkonsentrasi saat belajar.


28

5) Bersifat pasif dalam belajar, pada saat proses belajar berlangsung,

peserta didik cenderung menerima begitu saja apa yang dijelaskan

oleh guru. Peserta didik tidak berani untuk mengungkapkan

keingintahuan dan ketidaktahuannya yang berkaitan dengan materi

yang diberikan. Peserta didik yang pasif pada saat pembelajaran

berlangsung dapat menyebabkan peserta didik tertinggal pada

materi yang telah diberikan.

e. Cara meningkatkan konsentrasi belajar

Beberapa faktor yang dianggap dapat mempengaruhi

rendahnya konsentrasi belajar siswa antara lain menurut (Surya,

2009), yaitu:

1) Kenali karakter, setiap individu memiliki cara yang berbeda-

beda pada saat belajar. Cara belajar peserta didik bermacam

macam, ada yang dapat berkonsentrasi jika keadaan sekitar

benar-benar sunyi dan sepi, ada juga yang dapat

berkonsentrasi jika ada suara musik (tidak dalam keadaan

sunyi).

2) Pergunakan konsep reward dan punishment dalam belajar, hal

ini ditujukan kepada orang tua untuk memberikan

penghargaan jika peserta didik dapat mencapai suatu prestasi.

Hal ini terbukti dapat meningkatkan konsentrasi belajar pada

peserta didik untuk mencapai suatu prestasi. Jika prestasi

menurun, peserta didik diberikan punishment yang telah di


29

sepakati sebelumnya.

3) Mengubah kebiasaan belajar, mengubah cara belajar

bertujuan untuk mengurangi ketegangan serta kejenuhan

dalam belajar untuk menigkatkan konsentrasi belajar pada

peserta didik.

4) Persiapan sarana dan prasarana yang mendukung, kebutuhan

yang diperlukan pada saat belajar diusahakan dekat dan

mudah terjangkau, hal ini dilakukan agar peserta didik tidak

perlu berpindah dari tempat atau posisinya untuk mengambil

barang tersebut, sehingga konsentrasi belajar tidak akan

terpecah.

3. ASD

a. Pengertian ASD

Autis berasal dari Bahasa Yunani kata autos yang berarti sendiri.

Dalam bahasa yang biasa dipakai oleh para ahli, kondisi autis disebut

dengan istilah ASD atau “kelainan spektrum autistik”. ASD merupakan

ganguan yang mempengaruhi perkembangan yang sangat kompleks

dalam kehidupan, gangguan itu meliputi aspek interaksi sosial,

komunikasi, perilaku, emosi, persepsi sensori serta aspek motoriknya.

Gejala autis secara umum tampak pada tiga tahun pertama kehidupan

anak.

ASD merupakan gangguan pada perkembangan interaksi sosial,

komunikasi serta munculnya perilaku-perilaku berulang yang tidak


30

memiliki tujuan. ASD sewaktu-waktu dapat muncul dengan mengikuti

retardasi mental. Selain itu, ASD memiliki keterkaitan dengan

kecerdasan walaupun sering ditemukan bila kemampuan verbal pada

ASD lebih rendah daripada yang lain (Suryaningrum et al., 2016). ASD

digolongkan sebagai seseorang yang mengalami gangguan

perkembangan pervasif (Pervasive Developmental Disorders). Kelompok

gangguan ditandai dengan adanya abnormalitas secara kualitatif dalam

interaksi sosial dan pola komunikasi disertai dengan minat dan gerakan

yang terbatas, stereotipik, dan berulang.

ASD adalah suatu kondisi dengan perkembangan saraf yang

heterogen, yang memiliki ciri-ciri pada perbedaan awal dalam

komunikasi sosial, perilaku, dan minat berulang yang sangat terbatas.

Prevalensi populasi di seluruh dunia adalah sekitar 1%. ASD lebih

banyak terjadi pada pria daripada wanita, dan komorbiditas umum (>70

memiliki kondisi bersamaan). Seseorang dengan ASD memiliki profil

kognitif atipikal, seperti gangguan kognisi sosial dan persepsi sosial,

disfungsi eksekutif, dan persepsi atipikal dan pengolahan informasi (Lai

et al., 2009).

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa

seseorang dengan gangguan ASD merupakan suatu gangguan pada

perkembangan pervasif yang secara menyeluruh mengganggu fungsi

kognitif dan mempengaruhi kemampuan dalam berkomunikasi,

interaksi sosial, serta emosi yang ditandai dengan munculnya perilaku


31

yang berulang. Gejala lainnya yang terdapat pada ASD yaitu berupa

memiliki kehidupan dalam dunia sendiri tanpa menghiraukan dunia

luar.

b. Karakteristik Autistic Spectrum Disorder

Terdapat beberapa karakteristik dari ASD menurut (Handojo,

2004), yaitu:

1) Bahasa atau komunikasi, meliputi ekspresi wajah yang datar,

jarang berbicara, jarang memulai komunikasi, tidak menggunakan

bahasa atau isyarat tubuh, tidak meniru tindakan atau suara,

tampak tidak mengerti arti kata, menggunakan kata secara

terbatas, intonasi atau ritme vokal yang aneh.

2) Hubungan dengan orang lain, meliputi tidak responsive, tidak

berkomunikasi dengan mata, kontak mata terbatas, tampak asik

bila dibiarkan sendiri, tidak melakukan permainan secara

bergiliran, dan menggunakan tangan orang dewasa sebagai alat.

3) Hubungan dengan lingkungan sekitar, meliputi bermain secara

repetitive (diulang-ulang), marah atau tidak menghendaki

perubahan-perubahan, berkembangnya rutinitas yang kaku, serta

memperlihatkan ketertarikan yang sangat tidak fleksibel.

4) Respons terhadap indra atau sensoris, meliputi terkadang panik

terhadap suara-suara tertentu, sangat sensitif terhadap suara,

bermain-main dengan cahaya dan pantulan, memainkan jari-jari

di depan mata, menarik diri ketika disentuh, tertarik pada pola


32

dan tekstur tertentu, hiperaktif.

5) Kesenjangan perkembangan perilaku, meliputi kemampuan

sangat baik atau sangat terlambat, mempelajari keterampilan

dengan tidak menggunakan urutan yang normal, misalnya dapat

membaca tapi tak mengerti arti, menggambar secara rinci tapi

tidak dapat mengancing baju, mampu mengerjakan puzzle, tapi

sukar untuk mengikuti perintah, berjalan pada usia normal, tetapi

tidak lancar dalam berkomunikasi, lancar menirukan suara yang

didengar, tetapi sulit berbicara dari diri sendiri, dan suatu waktu

dapat melakukan sesuatu, tapi tidak di lain waktu.

c. Faktor-faktor penyebab Autistic Spectrum Disorder

Penyebab ASD menurut para ahli dalam hasil penelitiannya

menyatakan bahwa bibit ASD telah ada pada jauh hari sebelum bayi

tersebut dilahirkan. Penyebab terjadinya ASD dapat terjadi pada saat

kehamilan. Pada trimester pertama, faktornya dapat dipicu karena

adanya infeksi (toksoplasmosis, rubella, candida, dsb), keracunan

logam berat, zat aditif pada makanan (MSG, pengawet, pewarna),

maupun obat-obatan (Handojo, 2004). Struktur otak yang tidak

normal seperti hydrocephalus juga dapat menyebabkan ASD. Selain

itu, ada berbagai macam dugaan ASD disebabkan oleh faktor-faktor

lingkungan misalnya vaksinasi (Yuwono, 2009).


33

Secara neurobiologis diduga terdapat tiga tempat yang berbeda

dengan mekanisme yang berbeda yang dapat menyebabkan ASD

menurut (Handojo, 2004), yaitu:

1) Gangguan fungsi mekanisme kortikal menyeleksi atensi, akibat

adanya kelainan pada proyeksi asending dari serebelium dan

batang otak.

2) Gangguan fungsi mekanisme limbic untuk mendapatkan informasi,

misalnya daya ingat.

3) Gangguan pada proses informasi oleh korteks asosiasi dan jaringan

pendistribusiannya.

4. Ansambel musik

a. Pengertian ansambel musik

Ansambel berasal dari bahasa Perancis ‘Ensemble’ yang berarti

bersama-sama. Ansambel musik merupakan sebuah penyajian musik

yang menggunakan beberapa jenis alat musik atau bermacam-macam

alat musik dan dimainkan secara bersamaan. Pengertian ansambel

dalam musik adalah permainan bersama dalam kelompok kecil dengan

jumlah pemain berkisar antara 2 sampai 15 orang (Hamid, 1996).

Ansambel musik adalah bentuk penyajian musik yang dimainkan

oleh beberapa orang dengan menggunakan alat-alat musik tertentu,

serta memainkan lagu-lagu sederhana. Menurut peranan dan fungsinya,

alat-alat musik yang digunakan dalam ansambel musik dibagi menjadi

tiga macam, yaitu alat musik melodis, alat musik ritmis, dan alat musik
34

harmonis (Basuki, 1994). Ansambel musik adalah jenis penyajian musik

secara bersama-sama yang alat musiknya sejenis atau campuran. Alat

musik tersebut ada yang berfungsi sebagai pembawa melodi pokok dan

ada yang berfungsi sebagai pengiring. Penyajian ansambel musik

termasuk penyajian musik yang sederhana (Julius Juih et al., 2000).

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa

ansambel musik merupakan bentuk penyajian musik yang dimainkan

dalam satuan kecil yang menggunakan beberapa jenis alat musik atau

bermacam-macam alat musik dan dimainkan secara bersamaan.

b. Jenis ansambel musik

Terdapat beberapa jenis ansambel musik menurut (Tambajong,

1992), yaitu:

1) Ansambel instrumen, merupakan kelompok musik yang

memainkan beberapa alat-alat musik, baik alat musik sejenis

maupun alat musik campuran.

2) Ansambel vokal, terdiri dari ansambel suara manusia yang dibagi

menjadi empat jenis suara, yaitu sopran (suara tinggi wanita),

alto (suara rendah wanita), tenor (suara tinggi pria), dan bass

(suara rendah pria).

3) Ansambel campuran, merupakan kelompok musik yang terdiri

dari vokal dan alat-alat musik. Kedua unsur dalam pengerjaannya

mempunyai kedudukan yang sama kuat dengan susunan

instrumen dan jumlah instrumen.


35

c. Jenis instrumen dalam ansambel musik

Terdapat beberapa jenis intrumen dalam ansambel musik

menurut (Gunardi, 2008), yaitu:

1) Instrumen melodis, merupakan instrumen yang berfungsi untuk

memainkan rangkaian nada-nada yang merupakan melodi dari

sebuah lagu. Contoh: biola, pianika, recorder dan sebagainya.

2) Instrumen ritmis, berfungsi untuk menghidupkan irama atau

ritme dalam penyajian ansambel musik. Contoh: triangle,

tamborin dan timpani.

3) Instrumen harmonis, adalah instrumen yang berfungsi untuk

mengiringi perjalanan melodi (dengan menggunakan akord-

akord tertentu). Contoh: piano dan gitar.

d. Faktor-faktor keberhasilan bermain ansambel musik

Beberapa faktor yang mempengaruhi baik buruknya pada hasil

permainan ansambel musik menurut (Hartoyo, 1994), yaitu:

1) Aransemen musik/bahan latihan, penyesuaian komposisi musik

dengan suara penyanyi atau instrumen musik yang didasarkan

pada sebuah komposisi yang telah ada sehingga esensi musiknya

tidak berubah. Setiap aransemen musik biasanya dibuat sesuai

dengan kemampuan pemain.

2) Disiplin, setiap anggota ansambel musik harus mampu untuk

bertanggung jawab terhadap tugasnya masing-masing.

3) Mahir, setiap anggota ansembel musik harus mempunyai


36

kemampuan serta kemahiran dalam memainkan instrumen

sesuai dengan bagiannya masing-masing dengan menggunakan

teknik permainan yang benar.

4) Keseimbangan, keseimbangan dari masing-masing bunyi

instrumen dalam ansambel yang ditentukan oleh jumlah

instrumen serta kualitas dari suara yang dihasilkan oleh masing-

masing pemain.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Peneliti memilih lokasi penelitian di SLB Autis Laboratorium UM yang

terletak di Jl. Surabaya No.6, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, Jawa

Timur. Adapun alasan peneliti memilih tempat ini sebagai lokasi penelitian

yang dilakukan, yaitu karena SLB Autis Laboratorium UM merupakan salah

satu lembaga pendidikan yang khusus diperuntukan pada anak penyandang

ASD. Selain itu, di sekolah ini terdapat ekstrakurikuler musik dan aktif dalam

kegiatan bermusik sehingga dapat memudahkan peneliti untuk memperoleh

data yang diperlukan untuk penelitian yang dilakukan.

B. Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini

adalah metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif merupakan

sebuah pendekatan yang bertujuan untuk mencakup informasi tentang

fenomena utama yang akan dieksplorasi dalam penelitian, partisipan

penelitian, dan lokasi penelitian (Creswell, 2010). Metode penelitian kualitatif

adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah untuk menafsirkan

fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan menggunakan berbagai metode

yang ada (Moleong, 2005). Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif

karena dapat memudahkan peneliti dalam mendapatkan data-data maupun

informasi untuk menjawab permasalahan dalam penelitian yang dilakukan.

37
38

Jenis pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu

pendekatan studi kasus. Studi kasus merupakan studi yang mengeksplorasi

suatu kasus secara mendalam, mengumpulkan informasi secara lengkap

dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data berdasarkan

waktu yang telah ditentukan. Kasus ini dapat berupa suatu peristiwa, aktivitas,

proses, dan program (Creswell, 2016). Adapun alasan peneliti memilih jenis

pendekatan studi kasus pada penelitian ini yaitu dengan studi kasus, peneliti

mampu melakukan identifikasi dalam berbagai masalah dan menentukan

masalah yang menjadi masalah utama dari kasus yang ada pada penelitian

yang dilakukan. Selain itu, studi kasus merupakan sarana efektif untuk

menunjukkan hubungan antara peneliti dengan subjek penelitian atau

informan.

C. Social Situation

Terdapat tiga unsur utama pada social situation yang saling berkaitan

yaitu tempat, informan, dan aktivitas. Peneliti melaksanakan observasi di SLB

Autis Laboratorium UM. SLB Autis Laboratorium UM merupakan salah satu

lembaga pendidikan yang khusus diperuntukan pada anak penyandang ASD.

Informan pada penelitian ini merupakan pihak-pihak yang peneliti jadikan

sebagai sumber informasi. Adapun informan pada penelitian ini yaitu seluruh

siswa SLB Autis Laboratorium UM yang ditentukan dengan menggunakan

teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling digunakan dalam situasi

pada saat seorang ahli menggunakan penilaiannya dalam memilih responden

dengan tujuan tertentu (Ibrahim, 2015). Teknik purposive sampling dilakukan


39

dengan cara melihat karakteristik subjek yang dianggap sesuai dengan tujuan

peneliti untuk memperoleh informasi yang mendalam mengenai tingkat

konsentrasi belajar pada anak ASD.

Adapun subjek penelitian yang diambil oleh peneliti dalam penelitian

yaitu tiga siswa ASD di SLB Autis Laboratorium UM. Menurut peneliti, dengan

mengambil sampel tersebut, tujuan penelitian yang dilakukan dapat tercapai

dan dapat menjawab rumusan masalah penelitian. Adapun syarat yang

digunakan untuk menentukan subjek penelitian ini yaitu merupakan siswa ASD

di SLB Autis Laboratorium UM dengan kriteria berdasarkan klasifikasi tingkat

kemampuan siswa sebagai berikut: satu siswa yang memiliki diagnosis ASD

level 1 (ringan), satu siswa yang memiliki diagnosis ASD level 2 (sedang), dan

satu siswa yang memiliki diagnosis ASD level 3 (tinggi). Ketiga klasifikasi

tersebut dilihat dari hasil pengamatan kegiatan belajar yang dilakukan oleh

anak ASD berdasarkan keterangan yang disampaikan oleh pengajar.

Aktivitas merupakan salah satu sumber data yang diperoleh peneliti

dengan cara meninjau kegiatan yang dilaksanakan di SLB Autis Laboratorium

UM berlangsung. Kegiatan yang dilaksanakan di SLB Autis Laboratorium UM

merupakan kegiatan belajar mengajar yang menggunakan strategi khusus

untuk anak ASD. Setiap kelas pada sekolah ini terdapat tingkatan pendidikan

yaitu Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa

(SMPLB), dan Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB).


40

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari

beberapa macam alat penelitian yaitu panduan wawancara yang memuat

informasi data informan serta daftar pertanyaan yang diajukan untuk

mendapatkan beberapa data, angket digunakan untuk sarana penghubung

antara peneliti dengan responden, alat tulis digunakan untuk mencatat data

atau poin-poin penting selama kegiatan observasi, alat rekam/smartphone

digunakan untuk merekam hasil wawancara maupun peristiwa yang terjadi

selama kegiatan, dan dokumen/literatur yang terkait dengan fokus

penelitian yang digunakan agar peneliti dapat mengkaji lebih dalam pada

penelitian yang dilakukan serta digunakan sebagai bahan pembanding.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan oleh

peneliti untuk menentukan hasil penelitian yang dilakukan. Peneliti

menggunakan metode penelitian kualitatif dengan jenis pendekatan studi

kasus, sehingga data yang diperoleh harus lengkap, jelas, spesifik, dan dapat

dipertanggungjawabkan. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah

data mengenai tingkat konsentrasi anak ASD dalam pembelajaran ansambel

musik. Pengumpulan data menggunakan instrumen wawancara dan observasi

mengenai tingkat konsentrasi belajar anak ASD saat mengikuti pembelajaran

ansambel musik. Adapun teknik pengumpulan data yang akan digunakan pada

penelitian ini adalah:


41

1. Observasi

Observasi merupakan proses keterlibatan peneliti dalam situasi

sosial, kemudian mengumpulkan seluruh data mengenai situasi yang

telah dilihat, dialami, dan dirasakan langsung oleh peneliti (Mukhtar,

2013). Peneliti menggunakan observasi partisipasi. Peneliti terlibat

dan berada dalam situasi sosial di SLB Autis Laboratorium UM.

Observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan dari hal-hal yang

sederhana sampai dengan hal-hal yang kompleks.

Peneliti melakukan kegiatan observasi pada saat pembelajaran

ansambel musik berlangsung. Peneliti melihat dan mencatat poin-poin

terhadap situasi yang dilakukan oleh subjek penelitian sesuai dengan

pedoman observasi pada saat penelitian berlangsung. Selain itu,

peneliti juga mengumpulkan data dengan melakukan dokumentasi

berupa foto dan video pada saat kegiatan observasi berlangsung. Hal

tersebut dilakukan untuk mendukung keabsahan pada hasil penelitian

dan dapat dipercaya.

Observasi juga dilakukan terhadap tingkat konsentrasi siswa

dalam pembelajaran ansambel musik berupa daftar checklist dengan

menggunakan skala Guttman “Ya-Tidak”. Jawaban dibuat dengan skor

tertinggi 1 dan terendah 0. Pedoman observasi dibuat berdasarkan

kisi-kisi pedoman observasi. Kisi-kisi pedoman observasi

menggunakan indikator dari Engkoswara dan Slameto yang telah


42

dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan penelitian. Berikut tabel

pedoman observasi yang digunakan pada penelitian ini:

Tabel 3.1. Kisi-Kisi Pedoman Observasi


No. Indikator No. Item Jumlah Item
1. Adanya penerimaan atau 1 1
perhatian pada materi
pelajaran
2. Merespons pada materi yang 2, 3 2
diajarkan
3. Adanya gerakan anggota 4 1
badan yang tepat sesuai
dengan petunjuk pengajar
4. Mampu menerapkan 5 1
pengetahuan yang diperoleh
5. Mampu menganalisis 6, 7 2
pengetahuan yang diperoleh
6. Mampu menyampaikan ide 8 1
atau pendapat
7. Kesiapan pengetahuan yang 9 1
didapat segera muncul bila
diperlukan
8. Berminat terhadap mata 10 1
pelajaran yang dipelajari
9. Tidak bosan terhadap proses 11 1
pembelajaran yang dilalui
Jumlah 11

Berdasarkan 9 item indikator pedoman observasi tersebut,

terdapat 8 item pernyataan bermuatan positif dan 3 item pernyataan

bermuatan negatif. Item pernyataan positif tersebut bernilai 1 jika

terisi jawaban “Ya” dan 0 jika jawaban “Tidak”. Kemudian, pada item

pernyataan negatif akan bernilai 0 jika terisi jawaban “Ya” dan 1 jika

jawaban “Tidak”. Adapun item pernyataan positif meliputi item pada

nomor 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, dan 9. Sedangkan item penyataan negatif

meliputi item nomor 4, 10, dan 11.


43

2. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data kualitatif

dengan menggunakan instrumen penelitian yaitu pedoman wawancara

(Iskandar, 2009). Kegiatan wawancara akan dilakukan dengan teknik

wawancara yang mendalam yaitu peneliti berusaha mendapatkan

informasi yang mendalam dari informan. Pada saat melakukan

kegaiatan wawancara, peneliti akan memilih informan yang akan

diwawancarai yaitu pengajar ekstrakurikuler musik dan tiga siswa ASD

di SLB Autis Laboratorium UM. Wawancara tersebut dilakukan

berdasarkan pedoman wawancara yang telah dibuat. Adapun kisi-kisi

pedoman wawancara pada anak ASD dan pengajar serupa dengan kisi-

kisi pedoman observasi. Hanya saja, pernyataan yang ada pada

pedoman observasi diubah menjadi pertanyaan yang diajukan untuk

kegiatan wawancara.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan

mengumpulkan dan menganalisis berbagai macam dokumen dalam

bentuk buku, arsip, serta dokumen (tertulis, gambar, dan elektronik)

yang dapat mendukung penelitian. Teknik dokumentasi dalam

penelitian ini digunakan untuk melengkapi data dari hasil pada

kegiatan wawancara dan observasi. Dokumentasi yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu beberapa media seperti foto, rekaman hasil

wawancara, catatan hasil penelitian, dan dokumen-dokumen yang


44

berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Pada penelitian ini,

dokumentasi yang didapatkan oleh peneliti berupa foto dan rekaman

selama kegiatan penelitian berlangsung.

4. Studi Pustaka

Studi pustaka merupakan teknik pengumpulan data melalui

kajian literatur maupun sumber-sumber tertulis seperti artikel jurnal,

tesis, buku, serta hasil laporan yang berkaitan dengan penelitian yang

dilakukan. Teknik ini digunakan untuk mengetahui dasar-dasar serta

pendapat secara tertulis yang dilakukan dengan cara mengkaji

berbagai literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.

Dengan teknik ini peneliti mengkaji beberapa literatur mengenai

konsentrasi belajar, anak ASD, ansambel musik, dan teori-teori lainnya

yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan penyusunan data secara sistematis yang

diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dokumentasi, dan studi

pustaka. Pada penelitian ini, analisis data dilakukan setelah data pada

subjek penelitian telah terkumpul. Adapun teknik analisis data yang akan

digunakan pada penelitian ini adalah:

1. Pengumpulan data

Pengumpulan data merupakan proses selama penelitian

berlangsung yang dilaksanakan SLB Autis Laboratorium UM dengan

menggunakan perangkat instrumen penelitian yang telah disiapkan


45

dengan tujuan untuk mendapatkan informasi data yang dibutuhkan

melalui kegiatan wawancara dan observasi. Peneliti melakukan

analisis data secara langsung melalui teknik triangulasi untuk menguji

kredibilitas data yang dilakukan dengan melakukan pengecekan data

yang telah didapatkan melalui sumber sama dengan teknik yang

berbeda, yaitu dengan data observasi kemudian diperiksa dengan data

wawancara.

Peneliti menganalisis data yang diperoleh dari hasil observasi

dengan menghitung skor yang diperoleh dari subjek penelitian dan

mengklasifikasikannya ke dalam kategori yang telah ditetapkan.

Pedoman observasi yang digunakan pada penelitian ini berupa daftar

checklist dengan menggunakan skala Guttman. Penelitian ini

menggunakan skala Guttman dengan tipe jawaban seperti ”Ya-Tidak”.

Adapun cara menghitung skor pada penelitian ini yaitu:

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ


𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑆𝑢𝑏𝑗𝑒𝑘 = × 100
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟
𝐵
Atau, 𝑆 = 𝑁 × 100

Indikator bermuatan positif bernilai 1 untuk jawaban “Ya” dan

bernilai 0 untuk jawaban “Tidak”. Sedangkan untuk indikator

bermuatan negatif bernilai 0 untuk jawaban “Ya” dan bernilai 1 untuk

jawaban “Tidak”. Hasil akhir dari skor tersebut diklasifikasikan ke

dalam tiga kategori tingkat konsentrasi belajar, yaitu rendah, sedang,

dan tinggi dengan masing-masing intervalnya, sebagai berikut:


46

Tabel 3.2. Kategori Tingkat Konsentrasi Belajar


Batas (interval) Kategori
0 - 49 Rendah
50 - 74 Sedang
75 - 100 Tinggi

2. Reduksi data

Reduksi data merupakan proses untuk menyeleksi,

memfokuskan, menyederhanakan, mengabstraksikan, dan

mentransformasi data kasar yang ada dalam penulisan catatan

lapangan. Peneliti melakukan reduksi data dengan membuat

rangkuman, dengan cara mencatat informasi-informasi pendukung

yang berkaitan dengan pembelajaran ansambel musik pada anak

ASD di SLB Autis Laboratorium UM serta mengabaikan kata-kata

yang tidak perlu agar peneliti mendapatkan inti dari setiap kalimat.

Data yang telah direduksi dapat memberikan gambaran yang lebih

spesifik dan mempermudah peneliti dalam melakukan

pengumpulan data selanjutnya.

3. Display data

Display data merupakan usaha dalam menyusun informasi

yang terorganisir untuk menggambarkan keseluruhan hasil

penelitian. Peneliti akan mengelompokkan data hasil penelitian

dengan membuat keterangan-keterangan yang menyeluruh

terhadap informasi yang diperoleh pada saat penelitian


47

berlangsung. Display data digunakan agar data yang diperoleh

dapat mudah dibaca dan diolah lebih lanjut.

4. Verifikasi data dan penarikan kesimpulan

Proses verifikasi data dan penarikan kesimpulan merupakan

proses terakhir pada saat peneliti telah menemukan simpulan dari

data-data yang telah dikumpulkan dan diolah. Peneliti melakukan

penarikan kesimpulan dengan mempelajari hasil reduksi data dan

display data, kemudian peneliti melakukan verifikasi data.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Proses pembelajaran ansambel musik pada anak ASD di SLB Autis

Laboratorium UM

Anak ASD memiliki keterbatasan dalam konsentrasi belajar.

Pada hakikatnya konsentrasi belajar sangat dibutuhkan untuk anak

ASD agar dapat memahami materi pembelajaran. Kegiatan bermusik

pada anak ASD menjadi salah satu sarana untuk meningkatkan

konsentrasi belajar anak ASD di SLB Autis Laboratorium UM.

Penelitian ini bertujuan untuk memahami proses pembelajaran musik,

khususnya ansambel musik yang diberikan untuk anak ASD di SLB

Autis Laboratorium UM. Berdasarkan data penelitian yang didapat

dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti,

maka berikut akan dideskripsikan proses pembelajaran ansambel

musik pada anak ASD di SLB Autis Laboratorium UM.

Anak ASD di SLB Autis Laoratorium UM terdiri dari beberapa

tingkatan ASD berdasarkan diagnosa ASD level 1 (ringan), level 2

(sedang), dan level 3 (tinggi). Subjek penelitian ditentukan

berdasarkan pada hasil belajar siswa yang diperoleh dari Panduan

Laporan Assesment yang diberikan oleh pihak sekolah. Subjek

penelitian yang dipilih yaitu Alib (terdiagnosis ASD level 1 dan ADHD),

48
49

Yusuf (terdiagnosis ASD level 2 dan Speech Delay), dan Noel

(terdiagnosis ASD level 3 dan Speech Delay).

Proses pembelajaran ansambel musik di SLB Autis

Laboratorium UM dideskripsikan sebagai berikut:

a. Merancang materi pembelajaran ansambel musik

Materi pembelajaran merupakan inti dari proses

pembelajaran yang dirancang oleh pengajar melalui beberapa sumber.

Materi pembelajaran ansambel musik pada anak ASD dirancang oleh

pengajar melalui media internet dan buku. Berdasarkan hasil

wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan pengajar, materi

pembelajaran ansambel musik dalam kegiatan pembelajaran musik

berupa lagu anak-anak. Adapun alasan pengajar memilih lagu anak-

anak sebagai materi pembelajaran ansambel musik adalah dapat

meningkatkan daya ingat anak ASD, dapat menimbulkan rasa tenang

dan senang ketika belajar, menghilangkan kecemasan dan

ketidaknyamanan pada saat belajar, dan memudahkan anak ASD

dalam memahami materi pembelajaran. Materi lagu yang diberikan

kepada anak ASD yaitu Balonku Ada Lima ciptaan A. T Mahmud dan

Dua Mata Saya ciptaan Soerjono.

b. Pelaksanaan pembelajaran ansambel musik

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti,

proses pembelajaran ansambel musik dilaksanakan pada hari Selasa

dan Rabu, pukul 10.00-11.00 WIB di ruang kelas. Proses pembelajaran


50

berlangsung dengan sangat kondusif. Berdasarkan hasil penelitian

yang dilakukan melalui kegiatan observasi dan wawancara,

pelaksanaan pembelajaran ansambel musik pada anak ASD di SLB

Autis Laboratorium UM dideskripsikan sebagai berikut:

1) Pengajar memberikan penjelasan mengenai tujuan bermain

ansambel musik dan mengelompokkan siswa berdasarkan

instrumen yang dimainkan agar proses pembelajaran berjalan

dengan lancar. Adapun tujuan dari pembelajaran ansambel

musik yaitu untuk melatih siswa agar dapat bermain musik

dengan baik dan benar, melatih keseimbangan otak kiri dan

otak kanan, memberikan pengetahuan mengenai teori musik

dasar, meningkatkan konsentrasi belajar, menumbuhkan sikap

toleransi pada siswa dan menghargai satu sama lain, melatih

kesabaran pada siswa, dan menumbuhkan rasa percaya diri

pada siswa.

2) Pengajar memperkenalkan materi lagu yang akan dimainkan,

yaitu Balonku Ada Lima dan Dua Mata Saya. Tujuannya adalah

agar siswa dapat mengetahui terlebih dahulu lagu yang akan

dimainkan. Pengajar juga menjelaskan mengenai teori dasar

musik seperti tangga nada dan tanda birama.

3) Pengajar memberikan materi pembelajaran dengan

menggunakan notasi angka. Adapun alasan penggunaan notasi

angka dalam pembelajaran ansambel musik yaitu agar siswa


51

dapat memahami materi yang diberikan dengan mudah.

Pengajar menuliskan notasi angka dan lirik sesuai dengan lagu

di papan tulis sehingga siswa dapat bermain musik dengan baik

dan benar serta memusatkan perhatian siswa atau

memfokuskan penglihatan siswa pada baris notasi dan lirik

yang dimainkan.

Foto 4.1. Siswa Belajar Menulis Notasi Angka


(Sumber: Santi, 2023)

Berikut hasil dari penerapan lagu pada masing-masing

alat musik yang digunakan dalam penelitian ini:

1) Alat musik pukul

Pada proses pembelajaran ansambel musik di SLB

Autis Laboratorium UM, alat musik yang digunakan untuk

melakukan kegiatan pembelajaran ansambel musik yaitu

alat musik pukul berupa meja. Adapun alasan pengajar

menggunakan alat musik tersebut karena siswa lebih

tertarik belajar dengan menggunakan meja daripada drum.

Pada tahap pertama, pengajar memberikan contoh terlebih


52

dahulu kepada siswa mengenai cara memainkan alat musik

tersebut. Kemudian siswa diminta untuk membaca notasi

lalu memainkan alat musik sesuai dengan tempo pada

materi lagu dan mengikuti contoh yang telah diberikan

oleh pengajar. Selama proses pembelajaran berlangsung,

siswa terlihat dapat mengikuti dan memainkan alat musik

dengan baik meskipun terkadang terdapat ketidaksesuaian

pada tempo lagu.

2) Vokal

Alat musik selanjutnya yang digunakan dalam

pembelajaran ansambel musik yaitu vokal. Pada tahapan

awal, pengajar menuliskan lirik dan notasi angka pada lagu

yang digunakan dalam pembelajaran ansambel musik di

papan tulis sebagai panduan saat bernyanyi. Kemudian

memberikan contoh dengan cara membacakan notasi dan

menyanyikan lirik pada lagu tersebut sesuai dengan nada

dan tempo yang tepat. Siswa diminta untuk mengikuti saat

membaca notasi dan bernyanyi sesuai dengan contoh yang

diberikan. Pada tahapan ini, guru juga menjelaskan makna

atau pesan dari lagu yang akan dimainkan, sehingga siswa

memahami makna yang terkandung dari lagu yang akan

dimainkan. Pengajar mendampingi dan memberikan

arahan jika siswa bernyanyi tidak sesuai nada maupun


53

tempo. Pada saat pembelajaran ansambel musik

berlangsung, siswa terlihat dapat menyanyikan lagu

dengan sangat baik dan sesuai dengan nada maupun

tempo.

Foto 4.2. Pembelajaran Ansambel Musik


(Sumber: Hidayati, 2023)

c. Evaluasi pembelajaran ansambel musik

Evaluasi pembelajaran ansambel musik merupakan tahap

akhir pada proses pembelajaran ansambel musik pada anak ASD di

SLB Autis Laboratoirum UM. Selain itu, evaluasi pembelajaran

ansambel musik merupakan kegiatan penilaian pada pembelajaran

yang dilakukan secara terencana, sistematis, dan berkesinambungan.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan

pengajar, kegiatan penilaian dalam pembelajaran ansambel musik

dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Aspek-aspek

yang dinilai oleh pengajar meliputi konsentrasi belajar siswa selama

proses pembelajaran berlangsung, kemampuan siswa dalam

menyerap materi yang disampaikan selama proses pembelajaran


54

berlangsung, serta keaktifan dan ketekunan siswa dalam mengikuti

kegiatan pembelajaran.

Kegiatan evaluasi dalam pembelajaran dilaksanakan di setiap

akhir pada kegiatan pembelajaran, untuk mengetahui tingkat

keberhasilan dan pemahaman siswa terhadap materi yang telah

diberikan oleh pengajar. Hasil dari kegiatan evaluasi yang dilakukan

ditulis dalam bentuk nilai melalui buku laporan hasil belajar siswa di

setiap semester. Adapun tujuan dari evaluasi dalam pembelajaran

ansambel musik pada penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat

pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan, menilai tingkat

keberhasilan pengajar terhadap cara mengajar yang digunakan untuk

siswa, dan menentukan strategi pembelajaran yang digunakan dalam

kegiatan pembelajaran selanjutnya.

Berdasarkan pada hasil penelitian yang telah dideskripsikan,

maka dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran ansambel musik

pada anak ASD di SLB Autis Laboratorium UM sebagai berikut:

Merancang materi
pembelajaran ansambel musik

Pelaksanaan pembelajaran
ansambel musik

Evaluasi pembelajaran
ansambel musik
Diagram 4.1 Proses Pembelajaran Ansambel Musik Di SLB Autis
Laboratorium UM
55

2. Peningkatan konsentrasi belajar pada anak ASD dalam Pembelajaran

ansambel musik di SLB Autis Laboratorium UM

Konsentrasi belajar merupakan suatu proses pemusatan

pikiran pada suatu objek yang dipelajari dan memahami setiap materi

yang telah diberikan pada saat pembelajaran berlangsung. Artinya

siswa yang sedang berkonsentrasi adalah siswa yang dapat

memperhatikan, mendengarkan, melihat dan memusatkan pikiran

terhadap apa yang disampaikan, dan merespon stimulus pada saat

pembelajaran berlangsung, serta menyampingkan semua hal yang

tidak berhubungan dengan pembelajaran.

Peneliti melaksanakan kegiatan observasi dan wawancara

untuk mengetahui peningkatan konsentrasi belajar anak ASD dalam

pembelajaran ansambel musik. Peneliti melakukan observasi sesuai

dengan jadwal pembelajaran musik berlangsung, yaitu pada hari

Selasa dan Rabu. Kegiatan wawancara dilaksanakan setelah peneliti

melakukan kegiatan observasi. Peneliti melakukan kegiatan

wawancara dengan ketiga subjek penelitian yaitu Alib, Noel, dan Yusuf

serta pengajar di SLB Autis Laboratorium UM. Peneliti menyampaikan

pertanyaan sesuai dengan pedoman wawancara yang telah dibuat dan

menggunakan bahasa sehari-hari agar pertanyaan yang disampaikan

dapat lebih mudah dipahami. Pada saat kegiatan wawancara

berlangsung, peneliti mendokumentasikan melalui rekaman pada

smart phone kemudian dipindahkan kedalam transkrip wawancara.


56

Peneliti menganalisis data secara langsung melalui teknik

triangulasi untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan

melakukan pengecekan data yang telah didapatkan melalui sumber

yang sama dengan teknik yang berbeda, yaitu dengan data observasi

kemudian diperiksa dengan data wawancara.

a. Analisis data subjek Alib

Berdasarkan pada hasil observasi dan wawancara yang telah

dilaksanakan (lembar observasi pada lampiran 3 hal. 97, transkrip

wawancara siswa pada lampiran 4 hal. 98 dan transkrip wawancara

pengajar pada lampiran 5 hal.101). Berdasarkan pada lampiran 8 hal.

105 tabel 1, hasil pada item deskripsi yang valid berjumlah 11 dan

item deskripsi yang tidak valid berjumlah 0. Subjek Alib dinyatakan

telah memenuhi indikator konsentrasi belajar karena telah memenuhi

beberapa item deskripsi dari indikator yang terpenuhi. Berikut rincian

mengenai penilaian pada setiap indikator pada subjek Alib:

1) Adanya penerimaan atau perhatian pada materi pembelajaran

ansambel musik

No. item 1: siswa memahami penjelasan pada saat

pengajar memberikan materi pembelajaran. Berdasarkan pada

tabel rekapitulasi data mengenai subjek Alib, menunjukkan

bahwa hasil data observasi adalah “Ya” dan hasil data

wawancara adalah “Ya” yang dibuktikan oleh transkrip


57

wawancara antara siswa dengan pengajar melalui percakapan

sebagai berikut:

P: ‘Apakah Alib paham dengan penjelasan yang diberikan


oleh Bu Santi?’
A: ‘Paham Bu’.

Berdasarkan pemaparan dan analisis pada indikator

penilaian konsentrasi belajar, menunjukkan bahwa nomor

item 1 pada deskripsi tersebut valid dan membuktikan bahwa

subjek Alib telah memenuhi indikator mengenai adanya

penerimaan atau perhatian pada materi pembelajaran

ansambel musik.

2) Merespons materi yang diajarkan

No. item 2: siswa senang memberikan pertanyaan

kepada pengajar mengenai materi yang dijelaskan. Berdasarkan

pada tabel rekapitulasi data mengenai subjek Alib,

menunjukkan bahwa hasil data observasi adalah “Ya” dan hasil

data wawancara adalah “Ya” yang dibuktikan oleh transkrip

wawancara antara siswa dengan pengajar melalui percakapan

sebagai berikut:

P: ‘Apakah Alib senang bertanya ketika Alib tidak paham


dengan penjelasan yang diberikan oleh Bu Santi?’
A: ‘Senang Bu’.

Berdasarkan pemaparan dan analisis pada indikator

penilaian konsentrasi belajar, menunjukkan bahwa no. item 2

pada deskripsi tersebut valid.


58

No. item 3: siswa senang menjawab pertanyaan yang

diberikan oleh pengajar mengenai materi yang dijelaskan.

Berdasarkan pada tabel rekapitulasi data mengenai subjek Alib,

menunjukkan bahwa hasil data observasi adalah “Ya” dan hasil

data wawancara adalah “Ya” yang dibuktikan oleh transkrip

wawancara antara siswa dengan pengajar melalui percakapan

sebagai berikut:

P: ‘Ketika Bu Santi memberikan pertanyaan kepada Alib,


apalah Alib senang menjawab pertanyannya?’
A: ‘Saya senang Bu’.

Berdasarkan pemaparan dan analisis pada indikator

penilaian konsentrasi belajar, menunjukkan bahwa no. item 3

pada deskripsi tersebut valid dan membuktikan bahwa subjek

Alib telah memenuhi indikator merespons materi yang

diajarkan.

3) Adanya gerakan anggota badan yang tepat sesuai dengan

petunjuk pengajar

No. item 4: siswa tidak mengantuk saat pembelajaran

berlangsung. Berdasarkan pada tabel rekapitulasi data

mengenai subjek Alib, menunjukkan bahwa hasil data observasi

adalah “Tidak” dan hasil data wawancara adalah “Tidak” yang

dibuktikan oleh transkrip wawancara antara siswa dengan

pengajar melalui percakapan sebagai berikut:


59

P: ‘Apakah Alib mengantuk saat belajar?’


A: ‘Tidak, saya tidak mengantuk Bu’.

Berdasarkan pemaparan dan analisis pada indikator

penilaian konsentrasi belajar, menunjukkan bahwa no. item 4

pada deskripsi tersebut valid dan membuktikan bahwa subjek

Alib telah memenuhi indikator mengenai adanya gerakan

anggota badan yang tepat sesuai dengan petunjuk pengajar.

4) Mampu mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh

No. item 5: siswa berusaha mengerjakan tugas yang

diberikan dengan benar. Berdasarkan pada tabel rekapitulasi

data mengenai subjek Alib, menunjukkan bahwa hasil data

observasi adalah “Ya” dan hasil data wawancara adalah “Ya”

yang dibuktikan oleh transkrip wawancara antara siswa dengan

pengajar melalui percakapan sebagai berikut:

P: ‘Ketika Bu Santi memberikan tugas kepada Alib, apakah


Alib mau berusaha untuk mengerjakan tugas dengan
benar?’
A: ‘Mau Bu’.

Berdasarkan pemaparan dan analisis pada indikator

penilaian konsentrasi belajar, menunjukkan bahwa no. item 5

pada deskripsi tersebut valid dan membuktikan bahwa subjek

Alib telah memenuhi indikator mampu mengaplikasikan

pengetahuan yang diperoleh.


60

5) Mampu menganalisis pengetahuan yang diperoleh

No. item 6: siswa suka mengoreksi hasil jawaban

pengajar ketika pengajar membahas soal yang dijelaskan.

Berdasarkan pada tabel rekapitulasi data mengenai subjek Alib,

menunjukkan bahwa hasil data observasi adalah “Ya” dan hasil

data wawancara adalah “Ya” yang dibuktikan oleh transkrip

wawancara antara siswa dengan pengajar melalui percakapan

sebagai berikut:

P: ‘Ketika Bu Santi menjelaskan hasil pelajaran tetapi


ternyata terdapat kesalahan, apakah Alib suka
memberitahu Bu Santi kalau hasil tersebut salah?’
A: ‘Suka Bu’.

Berdasarkan pemaparan dan analisis pada indikator

penilaian konsentrasi belajar, menunjukkan bahwa no. item 6

pada deskripsi tersebut valid.

No. item 7: siswa senang menanggapi jawaban teman

dalam kegiatan diskusi kelas. Berdasarkan pada tabel

rekapitulasi data mengenai subjek Alib, menunjukkan bahwa

hasil data observasi adalah “Tidak” dan hasil data wawancara

adalah “Tidak” yang dibuktikan oleh transkrip wawancara

antara siswa dengan pengajar melalui percakapan sebagai

berikut:

P: ‘Ketika Alib sedang diskusi, apakah Alib senang


menanggapi jawaban dari teman Alib?’
A: ‘Tidak Bu’.
61

Berdasarkan pemaparan dan analisis pada indikator

penilaian konsentrasi belajar, menunjukkan bahwa no. item 7

dapat diketahui bahwa subjek Alib senang menanggapi jawaban

teman dalam kegiatan diskusi kelas. Oleh karena itu, dapat

disimpulkan bahwa terdapat kesamaan data dari kedua data

tersebut dan dianggap valid.

6) Mampu mengemukakan ide/pendapat

No. item 8: siswa senang mengeluarkan ide/pendapat

saat kegiatan diskusi kelas. Berdasarkan pada tabel rekapitulasi

data mengenai subjek Alib, menunjukkan bahwa hasil data

observasi adalah “Tidak” dan hasil data wawancara adalah

“Tidak” yang dibuktikan oleh transkrip wawancara antara siswa

dengan pengajar melalui percakapan sebagai berikut:

P: ‘Ketika Alib sedang diskusi, apakah Alib senang


mengeluarkan ide atau pendapat yang sedang
dipikirkan Alib?’
A: ‘Tidak Bu’.

Berdasarkan pemaparan dan analisis pada indikator

penilaian konsentrasi belajar, menunjukkan bahwa no. item 8

pada deskripsi tersebut valid dan membuktikan bahwa subjek

Alib tidak memenuhi indikator mampu mengemukakan

ide/pendapat.
62

7) Kesiapan pengetahuan yang dapat segera muncul bila

diperlukan

No. item 9: siswa mampu menjawab pertanyaan yang

diberikan pengajar ketika awal pembelajaran. Berdasarkan

pada tabel rekapitulasi data mengenai subjek Alib,

menunjukkan bahwa hasil data observasi adalah “Ya” dan hasil

data wawancara adalah “Ya” yang dibuktikan oleh transkrip

wawancara antara siswa dengan pengajar melalui percakapan

sebagai berikut:

P: ‘Ketika sedang belajar, biasanya Bu Santi diawal


pembelajaran suka menyapa dan memberi pertanyaan,
Alib suka jawab tidak’
A: ‘Suka Bu’.

Berdasarkan pemaparan dan analisis pada indikator

penilaian konsentrasi belajar, menunjukkan bahwa no. item 9

pada deskripsi tersebut valid dan membuktikan bahwa subjek

Alib memenuhi indikator kesiapan pengetahuan yang dapat

segera muncul bila diperlukan.

8) Berminat terhadap mata pelajaran yang dipelajari

No. item 10: siswa merasa gelisah saat pembelajaran

berlangsung. Berdasarkan pada tabel rekapitulasi data

mengenai subjek Alib, menunjukkan bahwa hasil data observasi

adalah “Tidak” dan hasil data wawancara adalah “Tidak” yang


63

dibuktikan oleh transkrip wawancara antara siswa dengan

pengajar melalui percakapan sebagai berikut:

P: ‘Ketika sedang belajar, apakah Alib merasa gelisah?’


A: ‘Tidak Bu’.

Berdasarkan pemaparan dan analisis pada indikator

penilaian konsentrasi belajar, menunjukkan bahwa no. item 10

pada deskripsi tersebut valid dan membuktikan bahwa subjek

Alib memenuhi indikator berminat terhadap mata pelajaran

yang dipelajari.

9) Tidak bosan terhadap proses pembelajaran yang dilalui

No. item 11: siswa bermain sendiri ketika pembelajaran

berlangsung. Berdasarkan pada tabel rekapitulasi data

mengenai subjek Alib, menunjukkan bahwa hasil data observasi

adalah “Tidak” dan hasil data wawancara adalah “Tidak” yang

dibuktikan oleh transkrip wawancara antara siswa dengan

pengajar melalui percakapan sebagai berikut:

P: ‘Ketika sedang belajar, apakah Alib suka bermain


sendiri?’
A: ‘Tidak Bu’.

Berdasarkan pemaparan dan analisis pada indikator

penilaian konsentrasi belajar, menunjukkan bahwa no. item 11

pada deskripsi tersebut valid dan membuktikan bahwa subjek

Alib memenuhi indikator tidak bosan terhadap proses

pembelajaran yang dilalui.


64

b. Analisis data subjek Yusuf

Berdasarkan pada hasil observasi dan wawancara yang

telah dilaksanakan (lembar observasi pada lampiran 3 hal. 97,

transkrip wawancara siswa pada lampiran 4 hal. 99 dan transkrip

wawancara pengajar pada lampiran 5 hal.101), maka peneliti

mendapatkan hasil sebagai berikut Berdasarkan pada lampiran 8

hal. 104 tabel 2, hasil pada item deskripsi yang valid berjumlah 10

dan item deskripsi yang tidak valid berjumlah 1 Subjek Yusuf

dinyatakan telah memenuhi indikator konsentrasi belajar karena

telah memenuhi beberapa item deskripsi dari indikator yang

terpenuhi. Berikut rincian mengenai penilaian pada setiap

indikator pada subjek Yusuf:

1) Adanya penerimaan atau perhatian pada materi

pembelajaranansambel musik

No. item 1: siswa memahami penjelasan pada saat

pengajar memberikan materi pembelajaran ansambel musik.

Berdasarkan pada tabel rekapitulasi data mengenai subjek

Yusuf, menunjukkan bahwa hasil data observasi adalah “Ya” dan

hasil data wawancara adalah “Ya” yang dibuktikan oleh

transkrip wawancara antara siswa dengan pengajar melalui

percakapan sebagai berikut:

P: ‘Apakah Yusuf paham dengan penjelasan yang diberikan


oleh Bu Santi?’
Y: ‘Paham Bu’.
65

Berdasarkan pemaparan dan analisis pada indikator

penilaian konsentrasi belajar, menunjukkan bahwa no. item 1

pada deskripsi tersebut valid dan membuktikan bahwa subjek

Alib telah memenuhi indikator mengenai adanya penerimaan

atau perhatian pada materi pembelajaran ansambel musik.

2) Merespons materi yang diajarkan

No. item 2: Siswa senang memberikan pertanyaan

kepada guru mengenai materi yang dijelaskan. Berdasarkan

pada tabel rekapitulasi data mengenai subjek Alib,

menunjukkan bahwa hasil data observasi adalah “Ya” dan hasil

data wawancara adalah “Ya” yang dibuktikan oleh transkrip

wawancara antara siswa dengan pengajar melalui percakapan

sebagai berikut:

P: ‘Apakah Yusuf senang bertanya ketika Yusuf tidak


paham dengan penjelasan yang diberikan oleh Bu
Santi?’
Y: ‘Senang Bu’.

Berdasarkan pemaparan dan analisis pada indikator

penilaian konsentrasi belajar, menunjukkan bahwa no. item 2

pada deskripsi tersebut valid.

No. item 3: Siswa senang menjawab pertanyaan yang

diberikan oleh pengajar mengenai materi yang dijelaskan.

Berdasarkan pada tabel rekapitulasi data mengenai subjek

Yusuf, menunjukkan bahwa hasil data observasi adalah “Ya”


66

dan hasil data wawancara adalah “Ya” yang dibuktikan oleh

transkrip wawancara antara siswa dengan pengajar melalui

percakapan sebagai berikut:

P: ‘Ketika Bu Santi memberikan pertanyaan kepada Yusuf,


apakah Yusuf senang menjawab pertanyaannya?’
Y: ‘Saya senang Bu’.

Berdasarkan pemaparan dan analisis pada indikator

penilaian konsentrasi belajar, menunjukkan bahwa no. item 3

pada deskripsi tersebut valid dan membuktikan bahwa subjek

Yusuf telah memenuhi indikator merespons materi yang

diajarkan.

3) Adanya gerakan anggota badan yang tepat sesuai dengan

petunjuk pengajar

No. item 4: siswa tidak mengantuk saat pembelajaran.

Berdasarkan pada tabel rekapitulasi data mengenai subjek

Yusuf, menunjukkan bahwa hasil data observasi adalah “Tidak”

dan hasil data wawancara adalah “Tidak” yang dibuktikan oleh

transkrip wawancara antara siswa dengan pengajar melalui

percakapan sebagai berikut:

P: ‘Apakah Yusuf mengantuk saat belajar?’


Y: ‘Tidak, saya tidak mengantuk Bu’.

Berdasarkan pemaparan dan analisis pada indikator

penilaian konsentrasi belajar, menunjukkan bahwa no. item 4

pada deskripsi tersebut valid dan membuktikan bahwa subjek


67

Yusuf telah memenuhi indikator mengenai adanya gerakan

anggota badan yang tepat sesuai dengan petunjuk pengajar.

4) Mampu mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh

No. item 5: siswa berusaha mengerjakan tugas yang

diberikan dengan benar. Berdasarkan pada tabel rekapitulasi data

mengenai subjek Alib, menunjukkan bahwa hasil data observasi

adalah “Ya” dan hasil data wawancara adalah “Ya” yang dibuktikan

oleh transkrip wawancara antara siswa dengan pengajar melalui

percakapan sebagai berikut:

P: ‘Ketika Bu Santi memberikan tugas kepada Yusuf,


apakah Yusuf mau berusaha untuk mengerjakan tugas
dengan benar?’
Y: ‘Mau Bu’.

Berdasarkan pemaparan dan analisis pada indikator

penilaian konsentrasi belajar, menunjukkan bahwa no. item 5 pada

deskripsi tersebut valid dan membuktikan bahwa subjek Yusuf

telah memenuhi indikator mampu mengaplikasikan pengetahuan

yang diperoleh.

5) Mampu menganalisis pengetahuan yang diperoleh

No. item 6: siswa suka mengoreksi hasil jawaban pengajar

ketika pengajar membahas soal yang dijelaskan. Berdasarkan pada

tabel rekapitulasi data mengenai subjek Yusuf, menunjukkan bahwa

hasil data observasi adalah “Ya” dan hasil data wawancara adalah
68

“Ya” yang dibuktikan oleh transkrip wawancara antara siswa dengan

pengajar melalui percakapan sebagai berikut:

P: ‘Ketika Bu Santi menjelaskan hasil pelajaran tetapi


ternyata terdapat kesalahan, apakah Yusuf suka
memberitahu Bu Santi kalau hasil tersebut salah?’
Y: ‘Suka Bu’.

Berdasarkan pemaparan dan analisis pada indikator

penilaian konsentrasi belajar, menunjukkan bahwa no. item 6 pada

deskripsi tersebut valid.

No. item 7: siswa senang suka menanggapi jawaban teman

dalam kegiatan diskusi kelas. Berdasarkan pada tabel rekapitulasi

data mengenai subjek Yusuf, menunjukkan bahwa hasil data

observasi adalah “Tidak” dan hasil data wawancara adalah “Tidak”

yang dibuktikan oleh transkrip wawancara antara siswa dengan

pengajar melalui percakapan sebagai berikut:

P: ‘Ketika Yusuf sedang diskusi, apakah Yusuf senang


menanggapi jawaban dari teman Yusuf?’
Y: ‘Tidak Bu’.

Berdasarkan pemaparan dan analisis pada indikator penilaian

konsentrasi belajar, menunjukkan bahwa no. item 7 dapat diketahui

bahwa subjek Yusuf senang menanggapi jawaban teman dalam

kegiatan diskusi kelas. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa

terdapat kesamaan data dari kedua data tersebut dan dianggap

valid.
69

6) Mampu mengemukakan ide/pendapat

No. item 8: siswa senang mengeluarkan ide/pendapat saat

kegiatan diskusi kelas. Berdasarkan pada tabel rekapitulasi data

mengenai subjek Yusuf, menunjukkan bahwa hasil data observasi

adalah “Tidak” dan hasil data wawancara adalah “Tidak” yang

dibuktikan oleh transkrip wawancara antara siswa dengan pengajar

melalui percakapan sebagai berikut:

P: ‘Ketika sedang berdiskusi, apakah Yusuf senang


mengeluarkan ide atau pendapat yang sedang
dipikirkan Yusuf?’
Y: ‘Tidak Bu’.

Berdasarkan pemaparan dan analisis pada indikator

penilaian konsentrasi belajar, menunjukkan bahwa no. item 8 pada

deskripsi tersebut valid dan membuktikan bahwa subjek Yusuf tidak

memenuhi indikator mampu mengemukakan ide/pendapat.

7) Kesiapan pengetahuan yang dapat segera muncul bila

diperlukan

No. item 9: siswa mampu menjawab pertanyaan yang

diberikan pengajar berikan ketika awal pembelajaran.

Berdasarkan pada tabel rekapitulasi data mengenai subjek Yusuf,

menunjukkan bahwa hasil data observasi adalah “Ya” dan hasil

data wawancara adalah “Ya” yang dibuktikan oleh transkrip

wawancara antara siswa dengan pengajar melalui percakapan

sebagai berikut:
70

P: ‘Ketika sedang belajar, biasanya Bu Santi diawal


pembelajaran suka menyapa dan memberi pertanyaan,
apakah Yusuf suka menjawab?’
Y: ‘Suka Bu’.

Berdasarkan pemaparan dan analisis pada indikator

penilaian konsentrasi belajar, menunjukkan bahwa no. item 9

pada deskripsi tersebut valid dan membuktikan bahwa subjek

Yusuf memenuhi indikator kesiapan pengetahuan yang dapat

segera muncul bila diperlukan.

8) Berminat terhadap mata pelajaran yang dipelajari

No. item 10: siswa merasa gelisah saat pembelajaran

berlangsung. Berdasarkan pada tabel rekapitulasi data mengenai

subjek Yusuf, menunjukkan bahwa hasil data observasi adalah

“Tidak” dan hasil data wawancara adalah “Tidak” yang dibuktikan

oleh transkrip wawancara antara siswa dengan pengajar melalui

percakapan sebagai berikut:

P: ‘Ketika sedang belajar, apakah Yusuf merasa gelisah?’


Y: ‘Tidak Bu’.

Berdasarkan pemaparan dan analisis pada indikator

penilaian konsentrasi belajar, menunjukkan bahwa no. item 10

pada deskripsi tersebut valid dan membuktikan bahwa subjek

Yusuf memenuhi indikator berminat terhadap mata pelajaran yang

dipelajari.
71

9) Tidak bosan terhadap proses pembelajaran yang dilalui

No. item 11: siswa bermain sendiri ketika pembelajaran

berlangsung. Berdasarkan pada tabel rekapitulasi data mengenai

subjek Yusuf, menunjukkan bahwa hasil data observasi adalah

“Tidak” dan hasil data wawancara adalah “Tidak” yang dibuktikan

oleh transkrip wawancara antara siswa dengan pengajar melalui

percakapan sebagai berikut:

P: ‘Ketika sedang belajar, apakah Yusuf suka bermain


sendiri?’
Y: ‘Tidak Bu’.

Berdasarkan pemaparan dan analisis pada indikator

penilaian konsentrasi belajar, menunjukkan bahwa no. item 11

pada deskripsi tersebut valid dan membuktikan bahwa subjek

Yusuf memenuhi indikator tidak bosan terhadap proses

pembelajaran yang dilalui.

c. Analisis data subjek Noel

Berdasarkan pada hasil observasi dan wawancara yang

telah dilaksanakan (lembar observasi pada lampiran 3 hal. 97,

transkrip wawancara siswa pada lampiran 4 hal. 100 dan

transkrip wawancara pengajar pada lampiran 5 hal.101).

Berdasarkan pada lampiran 8 hal. 105 tabel 2, hasil pada item

deskripsi yang valid berjumlah 10 dan item deskripsi yang tidak

valid berjumlah 1 Subjek Noel dinyatakan telah memenuhi

indikator konsentrasi belajar karena telah memenuhi beberapa


72

item deskripsi dari indikator yang terpenuhi. Berikut rincian

mengenai penilaian pada setiap indikator pada subjek Noel:

1) Adanya penerimaan atau perhatian pada materi

pembelajaran ansambel musik

No. item 1: siswa memahami penjelasan pada saat

pengajar memberikan materi pembelajaran ansambel musik.

Berdasarkan pada tabel rekapitulasi data mengenai subjek Noel,

menunjukkan bahwa hasil data observasi adalah “Ya” dan hasil

data wawancara adalah “Ya” yang dibuktikan oleh transkrip

wawancara antara siswa dengan pengajar melalui percakapan

sebagai berikut:

P: ‘Apakah Noel paham dengan penjelasan yang diberikan


oleh Bu Santi?’
N: ‘Paham’.

Berdasarkan pemaparan dan analisis pada indikator

penilaian konsentrasi belajar, menunjukkan bahwa no. item 1

pada deskripsi tersebut valid dan membuktikan bahwa subjek

Noel telah memenuhi indikator mengenai adanya penerimaan

atau perhatian pada materi pembelajaran ansambel musik.

2) Merespons materi yang diajarkan

No. item 2: siswa senang memberikan pertanyaan

kepada guru mengenai materi yang dijelaskan. Berdasarkan

pada tabel rekapitulasi data mengenai subjek Alib,

menunjukkan bahwa hasil data observasi adalah “Tidak” dan


73

hasil data wawancara adalah “Ya” yang dibuktikan oleh

transkrip wawancara antara siswa dengan pengajar melalui

percakapan sebagai berikut:

P: ‘Apakah Noel senang bertanya ketika Noel tidak paham


dengan penjelasan yang diberikan oleh Bu Santi?’
N: ‘Senang’.

Berdasarkan pemaparan dan analisis pada indikator

penilaian konsentrasi belajar, menunjukkan bahwa no. item 2

pada deskripsi tersebut tidak valid.

No. item 3: Siswa senang menjawab pertanyaan yang

diberikan oleh pengajar mengenai materi yang dijelaskan.

Berdasarkan pada tabel rekapitulasi data mengenai subjek

Noel, menunjukkan bahwa hasil data observasi adalah “Ya” dan

hasil data wawancara adalah “Ya” yang dibuktikan oleh

transkrip wawancara antara siswa dengan pengajar melalui

percakapan sebagai berikut:

P: ‘Ketika Bu Santi memberikan pertanyaan kepada Noel,


apakah Noel senang menjawab pertanyaannya?’
N: ‘Senang’.

Berdasarkan pemaparan dan analisis pada indikator

penilaian konsentrasi belajar, menunjukkan bahwa no. item 3

pada deskripsi tersebut valid dan membuktikan bahwa subjek

Noel telah memenuhi indikator merespons materi yang

diajarkan.
74

3) Adanya gerakan anggota badan yang tepat sesuai dengan

petunjuk pengajar

No. item 4: siswa tidak mengantuk saat pembelajaran.

Berdasarkan pada tabel rekapitulasi data mengenai subjek Noel,

menunjukkan bahwa hasil data observasi adalah “Tidak” dan

hasil data wawancara adalah “Tidak” yang dibuktikan oleh

transkrip wawancara antara siswa dengan pengajar melalui

percakapan sebagai berikut:

P: ‘Apakah Noel mengantuk saat belajar?’


N: ‘Tidak’.

Berdasarkan pemaparan dan analisis pada indikator

penilaian konsentrasi belajar, menunjukkan bahwa no. item 4

pada deskripsi tersebut valid dan membuktikan bahwa subjek

Noel telah memenuhi indikator mengenai adanya gerakan

anggota badan yang tepat sesuai dengan petunjuk pengajar.

4) Mampu mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh

No. item 5: siswa berusaha mengerjakan tugas yang

diberikan dengan benar. Berdasarkan pada tabel rekapitulasi data

mengenai subjek Noel, menunjukkan bahwa hasil data observasi

adalah “Tidak” dan hasil data wawancara adalah “Tidak” yang

dibuktikan oleh transkrip wawancara antara siswa dengan pengajar

melalui percakapan sebagai berikut:


75

P: ‘Ketika Bu Santi memberikan tugas kepada Noel, apakah


Noel mau berusaha untuk mengerjakan tugas dengan
benar?’
N: ‘Mau’.

Berdasarkan pemaparan dan analisis pada indikator

penilaian konsentrasi belajar, menunjukkan bahwa no. item 5 pada

deskripsi tersebut valid dan membuktikan bahwa subjek Noel tidak

memenuhi indikator mampu mengaplikasikan pengetahuan yang

diperoleh.

5) Mampu menganalisis pengetahuan yang diperoleh

No. item 6: siswa suka mengoreksi hasil jawaban pengajar

ketika pengajar membahas soal yang dijelaskan. Berdasarkan pada

tabel rekapitulasi data mengenai subjek Noel, menunjukkan bahwa

hasil data observasi adalah “Ya” dan hasil data wawancara adalah

“Ya” yang dibuktikan oleh transkrip wawancara antara siswa

dengan pengajar melalui percakapan sebagai berikut:

P: ‘Ketika Bu Santi menjelaskan hasil pelajaran tetapi


ternyata terdapat kesalahan, apakah Noel suka
memberitahu Bu Santi kalau hasil tersebut salah?’
N: ‘Suka’.

Berdasarkan pemaparan dan analisis pada indikator

penilaian konsentrasi belajar, menunjukkan bahwa no. item 6 pada

deskripsi tersebut valid.

No. item 7: siswa senang menanggapi jawaban teman dalam

kegiatan diskusi kelas. Berdasarkan pada tabel rekapitulasi data

mengenai subjek Noel, menunjukkan bahwa hasil data observasi


76

adalah “Tidak” dan hasil data wawancara adalah “Tidak” yang

dibuktikan oleh transkrip wawancara antara siswa dengan pengajar

melalui percakapan sebagai berikut:

P: ‘Ketika Noel sedang diskusi, apakah Noel senang


menanggapi jawaban dari teman Noel?’
N: ‘Tidak’.

Berdasarkan pemaparan dan analisis pada indikator

penilaian konsentrasi belajar, menunjukkan bahwa no. item 7 dapat

diketahui bahwa subjek Noel senang menanggapi jawaban teman

dalam kegiatan diskusi kelas. Oleh karena itu, dapat disimpulkan

bahwa terdapat kesamaan data dari kedua data tersebut dan

dianggap valid.

6) Mampu mengemukakan ide/pendapat

No. item 8: siswa senang mengeluarkan ide/pendapat saat

kegiatan diskusi kelas. Berdasarkan pada tabel rekapitulasi data

mengenai subjek Noel, menunjukkan bahwa hasil data observasi

adalah “Tidak” dan hasil data wawancara adalah “Tidak” yang

dibuktikan oleh transkrip wawancara antara siswa dengan pengajar

melalui percakapan sebagai berikut:

P: ‘Ketika Noel sedang berdiskusi, apakah Noel senang


mengeluarkan ide atau pendapat yang sedang dipikirkan
Noel?’
N: ‘Tidak’.

Berdasarkan pemaparan dan analisis pada indikator penilaian

konsentrasi belajar, menunjukkan bahwa no. item 8 pada deskripsi


77

tersebut valid dan membuktikan bahwa subjek Noel tidak memenuhi

indikator mampu mengemukakan ide/pendapat.

7) Kesiapan pengetahuan yang dapat segera muncul bila diperlukan

No. item 9: siswa mampu menjawab pertanyaan yang

diberikan pengajar berikan ketika awal pembelajaran. Berdasarkan

pada tabel rekapitulasi data mengenai subjek Noel, menunjukkan

bahwa hasil data observasi adalah “Ya” dan hasil data wawancara

adalah “Ya” yang dibuktikan oleh transkrip wawancara antara siswa

dengan pengajar melalui percakapan sebagai berikut:

P: ‘Ketika sedang belajar, biasanya Bu Santi diawal


pembelajaran suka menyapa dan memberi pertanyaan,
apakah Noel suka menjawab?’
N: ‘Suka’.

Berdasarkan pemaparan dan analisis pada indikator

penilaian konsentrasi belajar, menunjukkan bahwa no. item 9 pada

deskripsi tersebut valid dan membuktikan bahwa subjek Noel

memenuhi indikator kesiapan pengetahuan yang dapat segera

muncul bila diperlukan.

8) Berminat terhadap mata pelajaran yang dipelajari

No. item 10: siswa merasa gelisah saat pembelajaran

berlangsung. Berdasarkan pada tabel rekapitulasi data mengenai

subjek Noel, menunjukkan bahwa hasil data observasi adalah

“Tidak” dan hasil data wawancara adalah “Tidak” yang dibuktikan


78

oleh transkrip wawancara antara siswa dengan pengajar melalui

percakapan sebagai berikut:

P: ‘Ketika sedang belajar, apakah Noel merasa gelisah?’


N: ‘Tidak’.

Berdasarkan pemaparan dan analisis pada indikator

penilaian konsentrasi belajar, menunjukkan bahwa no. item 10

pada deskripsi tersebut valid dan membuktikan bahwa subjek Noel

memenuhi indikator berminat terhadap mata pelajaran yang

dipelajari.

9) Tidak bosan terhadap proses pembelajaran yang dilalui

No. item 11: siswa bermain sendiri ketika pembelajaran

berlangsung. Berdasarkan pada tabel rekapitulasi data mengenai

subjek Noel, menunjukkan bahwa hasil data observasi adalah

“Tidak” dan hasil data wawancara adalah “Tidak” yang dibuktikan

oleh transkrip wawancara antara siswa dengan pengajar melalui

percakapan sebagai berikut:

P: ‘Ketika sedang belajar, apakah Noel suka bermain


sendiri?’
N: ‘Tidak’.

Berdasarkan pemaparan dan analisis pada indikator

penilaian konsentrasi belajar, menunjukkan bahwa no. item 11

pada deskripsi tersebut valid dan membuktikan bahwa subjek

Noel memenuhi indikator tidak bosan terhadap proses

pembelajaran yang dilalui.


79

Berdasarkan pada hasil analisis data hasil kegiatan

observasi dan wawancara sesuai dengan indikator konsentrasi

belajar, dapat diketahui bahwa subjek Noel mendapatkan jumlah

1 item yang tidak valid yaitu pada nomor item 2. Pada deskripsi

keseluruhan subjek penelitian terdapat 32 item deskripsi yang

valid dan 1 item deskripsi yang tidak valid.

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat peningkatan konsentrasi

belajar pada anak ASD dalam pembelajaran ansambel musik. Peningkatan

konsentrasi belajar dibuktikan dengan penghitungan tingkat konsentrasi

belajar anak ASD dengan menggunakan skala Guttman. Berikut adalah hasil

penilaian konsentrasi belajar anak ASD pada pembelajaran ansambel musik

di SLB Autis Laboratorium UM:

a. Subjek Alib

Hasil analisis data pada penjabaran diatas, dapat diketahui

bahwa subjek Alib memenuhi 7 indikator konsentrasi belajar dan

tidak memenuhi 2 indikator konsentrasi belajar. Jumlah item

deskripsi dari keseluruhan indikator berjumlah 11 item.


80

Tabel 4.4. Skor Tingkat Konsentrasi Belajar Subjek Alib


Indikator Konsentrasi No. Hasil Data Skala
Belajar item Guttman
Adanya penerimaan atau 1 Ya 1
perhatian pada materi
pelajaran
Merespons pada materi 2 Ya 1
yang diajarkan 3 Ya 1
Adanya gerakan anggota 4 Tidak 1
badan yang tepat sesuai
dengan petunjuk
pengajar
Mampu menerapkan 5 Ya 1
pengetahuan yang
diperoleh
Mampu menganalisis 6 Ya 1
pengetahuan yang 7 Tidak 0
diperoleh
Mampu menyampaikan 8 Tidak 0
ide atau pendapat
Kesiapan pengetahuan 9 Ya 1
yang didapat segera
muncul bila diperlukan
Berminat terhadap mata 10 Tidak 1
pelajaran yang dipelajari
Tidak bosan terhadap 11 Tidak 1
proses pembelajaran
yang dilalui
Total 9

Jumlah skor yang didapatkan dari perhitungan lembar

observasi yang menggunakan skala Guttman adalah 9. Adapun skor

tingkat konsentrasi belajar siswa yaitu:

9
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑆𝐴 = × 100 = 81,8
11

Jumlah skor yang didapatkan oleh subjek Alib adalah 81,8.

Berdasarkan kriteria tingkat konsentrasi belajar siswa, maka subjek

Alib termasuk dalam kategori tingkat konsentrasi tinggi.


81

b. Subjek Yusuf

Hasil analisis data pada penjabaran diatas, dapat diketahui

bahwa subjek Yusuf memenuhi 7 indikator konsentrasi belajar dan

tidak memenuhi 2 indikator konsentrasi belajar. Jumlah item

deskripsi dari keseluruhan indikator berjumlah 11 item.

Tabel 4.6. Skor Tingkat Konsentrasi Belajar Subjek Yusuf


Indikator Konsentrasi Belajar No. Hasil Data Skala
item Guttman
Adanya penerimaan atau perhatian 1 Ya 1
pada materi pelajaran
Merespons pada materi yang 2 Ya 1
diajarkan 3 Ya 1
Adanya gerakan anggota badan yang 4 Tidak 1
tepat sesuai dengan petunjuk
pengajar
Mampu menerapkan pengetahuan 5 Ya 1
yang diperoleh
Mampu menganalisis pengetahuan 6 Ya 1
yang diperoleh 7 Tidak 0
Mampu menyampaikan ide atau 8 Tidak 0
pendapat
Kesiapan pengetahuan yang didapat 9 Ya 1
segera muncul bila diperlukan
Berminat terhadap mata pelajaran 10 Tidak 1
yang dipelajari
Tidak bosan terhadap proses 11 Tidak 1
pembelajaran yang dilalui
Total 9

Jumlah skor yang didapatkan dari perhitungan lembar

observasi yang menggunakan skala Guttman adalah 9. Adapun skor

tingkat konsentrasi belajar siswa yaitu:

9
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑆𝑌 = × 100 = 81,8
11
82

Jumlah skor yang didapatkan oleh subjek Yusuf adalah 81,8.

Berdasarkan kriteria tingkat konsentrasi belajar siswa, maka subjek

Yusuf termasuk dalam kategori tingkat konsentrasi tinggi.

c. Subjek Noel

Hasil analisis data pada penjabaran diatas, dapat diketahui

bahwa subjek Noel memenuhi 5 indikator konsentrasi belajar dan

tidak memenuhi 4 indikator konsentrasi belajar. Jumlah item

deskripsi dari keseluruhan indikator berjumlah 11 item.

Tabel 4.5. Skor Tingkat Konsentrasi Belajar Subjek Noel


Indikator Konsentrasi Belajar No. Hasil Data Skala
item Guttman
Adanya penerimaan atau 1 Ya 1
perhatian pada materi pelajaran
Merespons pada materi yang 2 Tidak 0
diajarkan 3 Ya 1
Adanya gerakan anggota badan 4 Tidak 1
yang tepat sesuai dengan
petunjuk pengajar
Mampu menerapkan 5 Tidak 0
pengetahuan yang diperoleh
Mampu menganalisis 6 Ya 1
pengetahuan yang diperoleh 7 Tidak 0
Mampu menyampaikan ide atau 8 Tidak 0
pendapat
Kesiapan pengetahuan yang 9 Ya 1
didapat segera muncul bila
diperlukan
Berminat terhadap mata 10 Tidak 1
pelajaran yang dipelajari
Tidak bosan terhadap proses 11 Tidak 1
pembelajaran yang dilalui
Total 7

Jumlah skor yang didapatkan dari perhitungan lembar

observasi yang menggunakan skala Guttman adalah 7. Adapun skor

tingkat konsentrasi belajar siswa yaitu:


83

7
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑆𝑁 = × 100 = 63,6
11

Jumlah skor yang didapatkan oleh subjek Noel adalah 63,6.

Berdasarkan kriteria tingkat konsentrasi belajar siswa, maka subjek

Noel termasuk dalam kategori tingkat konsentrasi sedang.

Berdasarkan keseluruhan uraian pada hasil penelitian, berikut

hasil penilaian dari rata-rata skor tingkat konsentrasi belajar pada

seluruh subjek penelitian:

81,8 + 81,8 + 63,6


𝑆𝑘𝑜𝑟 = = 75,7
3

Hasil penghitungan tingkat konsentrasi belajar anak ASD dengan

menggunakan skala Guttman, menunjukkan bahwa rata-rata skor subjek

penelitian sebesar 75,7. Hal tersebut membuktikan bahwa konsentrasi

belajar pada anak ASD dalam pembelajaran ansambek musik di SLB Autis

Laboratorium UM termasuk dalam kategori tinggi.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian, maka diketahui bahwa pembelajaran

ansambel musik dapat meningkatkan tingkat konsentrasi belajar anak ASD di

SLB Autis Laboratorium UM. Peningkatan konsentrasi belajar dalam

pembelajaran ansambel musik dapat dibuktikan dari hasil penghitungan

tingkat konsentrasi belajar dengan menggunakan skala Guttman dengan hasil

rata-rata skor dari keseluruhan subjek penelitian sebesar 75,7, maka

konsentrasi belajar siswa dalam pembelajaran ansambel musik termasuk

dalam tingkat konsentrasi belajar tinggi.


84

ASD merupakan gangguan yang meliputi area kognitif, emosi,

perilaku, sosial, dan termasuk juga ketidakmampuan untuk berinteraksi

dengan orang-orang di sekelilingnya (Katilik & Djie, 2022). ASD merupakan

gangguan pada perkembangan interaksi sosial, komunikasi serta munculnya

perilaku-perilaku berulang yang tidak memiliki tujuan (Suryaningrum et al.,

2016). Hasil penilaian terhadap ketiga subjek penelitian menunjukkan bahwa

subjek penelitian kesulitan dalam berkomunikasi, gangguan dalam

berkonsentrasi, dan perilaku repetitif. Anak ASD lebih tertarik untuk

membeo, berteriak, dan menarik tangan orang lain untuk mengekspresikan

hal yang dibutuhkan.

Anak ASD juga memiliki keterbatasan dalam berkonsentrasi dalam

belajar. Peneliti di Swedia pada tahun 1970 mendapatkan bahwa anak ASD

juga mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi dan kesulitan untuk tidak

beranjak pada saat mengerjakan sesuatu (Bektiningsih, 2009). Kesulitan ini

juga dialami oleh subjek penelitian yang diperlihatkan pada saat proses

pembelajaran berlangsung. Subjek Alib sulit untuk berkonsentrasi pada saat

pembelajaran berlangsung dan melakukan kegiatan yang berulang-ulang

meliputi perkataan, gerak, dan pengaplikasian objek dan subjek Yusuf serta

Noel sulit untuk berkonsentrasi yang diperlihatkan dengan perilaku suka

menyendiri dengan pandangan yang kosong dan sulit untuk berkomunikasi

dua arah dengan pengajar.

Konsentrasi belajar pada anak ASD memiliki pengaruh yang besar

terhadap proses pembelajaran. Anak ASD akan dapat belajar dengan baik jika
85

memiliki kemampuan berkonsentrasi yang baik, dengan kata lain anak ASD

harus mempunyai kebiasaan untuk memusatkan pikiran atau berkonsentrasi

(Rokhimah & Darmawanti, 2013). Keterbatasan anak ASD dalam

berkonsentrasi dapat menghambat proses pembelajaran yang memengaruhi

hasil belajar siswa, sehingga dibutuhkan pembelajaran yang dapat menarik

minat anak ASD agar mendapatkan hasil belajar yang baik.

Salah satu pembelajaran yang dapat menunjang pertumbuhan dan

perkembangan anak ASD ke arah lebih baik adalah pembelajaran musik.

Pembelajaran musik dapat berupa kegiatan bernyanyi, membaca ritmis

ketukan sederhana, dan memainkan alat musik. Melalui kegiatan bermusik,

anak ASD tidak hanya dapat melatih saraf motorik dalam bergerak,

melainkan juga dapat meningkatkan tingkat konsentrasi anak ASD dalam

berkomunikasi (Katilik & Djie, 2022). Maka dari itu, penelitian ini

menerapkan pembelajaran baru dengan melakukan pembelajaran ansambel

musik. Pembelajaran ini diterapkan dengan menganjurkan subjek penelitian

untuk mendengarkan musik, mempelajari ritmis, mempelajari notasi angka,

bernyanyi, dan memainkan alat musik.

Ansambel musik adalah bentuk penyajian musik yang dimainkan oleh

beberapa orang dengan menggunakan alat-alat musik tertentu, serta

memainkan lagu-lagu sederhana (Basuki, 1994). Pembelajaran ansambel

musik secara tidak langsung dapat melatih kepekaan musikalitas pada anak

ASD (Njudang et al., 2020). Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian
86

terhadap ketiga subjek penelitian yang mampu dalam bernyanyi dengan

artikulasi, irama, dan memainkan alat musik dengan baik.

Subjek penelitian pada saat melaksanakan pembelajaran ansambel

musik terlihat senang dan antusias. Perilaku dari subjek penelitian

menunjukkan ingin menerapkan ansambel musik setiap saat. Pembelajaran

ansambel musik di kelas mampu mengubah suasana hati menjadi lebih

senang dan tenang, serta dapat meningkatkan kepercayaan diri untuk

memainkan alat musik di depan banyak orang. Aktivitas mendengarkan

musik mampu menata suasana hati, mengubah keadaan mental siswa, dan

mendukung lingkungan belajar (Njudang et al., 2020). Selain itu,

pembelajaran ansambel musik dapat memberikan manfaat yang signifikan

pada anak ASD dalam berkonsentrasi dan mengingat. Hal tersebut dapat

dilihat pada kemajuan subjek penelitian yang mampu mengingat nama

peneliti dan menghafal lirik lagu.

Teori belajar humanistik mengutamakan pada sisi humanis manusia

dan tidak menentukan batas waktu siswa untuk mencapai pemahaman,

tetapi lebih mengutamakan pada materi yang harus dipelajari agar dapat

mewujudkan manusia seutuhnya (Suprihatiningrum, 2017). Hasil dari

penelitian ini menunjukkan kesesuaian dengan indikator keberhasilan dari

penerapan teori belajar humanistik, yaitu siswa merasa senang, bersemangat

dalam belajar, dan terjadi perubahan pada pola pikir, perilaku, dan sikap atas

kemauan sendiri (Tandjung, 1984). Hal tersebut sesuai dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh peneliti, yaitu seluruh subjek penelitian


87

terlihat senang, gembira, nyaman, menikmati, memiliki mood yang baik

pelajaran pada saat pengajar menerapkan teori belajar humanistik pada saat

pembelajaran ansambel musik berlangsung. Sehingga, setelah pengajar

menerapkan teori belajar humanistik pada pembelajaran ansambel musik,

seluruh subjek penelitian dapat lebih memperhatikan materi yang sedang

diajarkan dan berkonsentrasi.

Berdasarkan dari hasil penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh

Dyah Puspita Rini pada tahun 2018 dalam artikel yang berjudul

“Meningkatkan Kemampuan Konsentrasi Belajar melalui Bermain Musik

Patrol pada Anak Autis Kelas Klasikal di Sekolah Autis Harapan Bunda

Surabaya” dan Sri Mustika Aulia pada tahun 2020 dalam artikel yang berjudul

“Pendidikan Musik Sebagai Perangsang Konsentrasi Anak Autis di Sekolah

Autis Mitra Ananda Padang” diperoleh hasil bahwa melalui pembelajaran

musik, kemampuan konsentrasi belajar pada anak autis dapat meningkat.

Hasil dari penelitian terdahulu dengan penelitian ini sama-sama

menunjukkan adanya peningkatan konsentrasi belajar pada anak ASD

dengan pembelajaran musik. Adapun perbedaan dari penelitian terdahulu

dengan penelitian ini yaitu mengenai jenis pembelajaran musik yang

digunakan untuk anak ASD.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penyajian hasil penelitian, hasil analisis data dan

pembahasan yang telah dipaparkan pada Bab sebelumnya, maka peneliti

dapat menyimpulkan sebagai berikut:

1. Pembelajaran ansambel musik pada anak ASD di SLB Autis

Laboratorium UM dapat berjalan dengan efektif dan efisien, tujuan

pembelajaran ansambel musik dapat tercapai dan memperoleh

hasil belajar yang baik, dan siswa dapat memahami materi yang

diberikan dengan mudah. Dengan menggunakan cara mengajar

yang dilakukan oleh pengajar, anak ASD mampu meningkatkan

hasil belajar bermain ansambel musik.

2. Peningkatan konsentrasi belajar pada anak ASD dalam

pembelajaran ansambel musik di SLB Laboratorium UM memiliki

hasil yang tinggi. Hasil dari penilaian tingkat konsentrasi belajar

anak ASD dengan menggunakan skala Guttman menunjukkan

bahwa subjek Alib mendapatkan skor 81,8 (tinggi), subjek Yusuf

mendapatkan skor 81,8 (tinggi), dan subjek Noel mendapatkan skor

63,6 (sedang). Adapun rata-rata skor pada keseluruhan subjek

yaitu sebesar 75,7 (tinggi).

88
89

Berdasarkan kesimpulan diatas, pembelajaran ansambel musik pada

anak ASD di SLB Autis Laboratorium UM memiliki dampak yang positif.

Pembelajaran ansambel musik dapat meningkatkan konsentrasi belajar dan

hasil belajar pada anak ASD.

B. Saran

Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti

mengenai peningkatan konsentrasi pada anak ASD dalam pembelajaran

ansambel musik di SLB Autis Laboratorium UM, maka didapatkan saran

sebagai berikut:

1. Agar siswa dapat mengeksplorasi dan mempelajari berbagai alat

musik, diharapkan pengajar untuk tetap memberikan pembelajaran

ansambel musik pada saat kegiatan ekstrakurikuler musik

berlangsung.

2. Untuk memudahkan siswa dalam memahami materi pada saat

melaksanakan kegiatan pembelajaran berlangsung, sebaiknya

sarana dan prasarana lebih ditingkatkan seperti alat musik, tempat

yang memadai, dan sebagainya. Tujuannya yaitu agar siswa dapat

mengeksplorasi beragam alat musik, siswa dapat mempelajari dan

mengetahui cara memainkan alat musik yang berbeda, dan

menambah wawasan atau pengetahuan siswa menengani alat

musik.

3. Untuk meningkatkan konsentrasi belajar pada anak ASD, sebaiknya

pengajar memberikan strategi pembelajaran yang lebih efektif


90

untuk anak ASD agar siswa dapat memahami materi yang diajarkan

dengan mudah.
DAFTAR PUSTAKA

Arbayah. (2013). Model Pembelajaran Humanistik. Dinamika Ilmu, 13(2), 220.


https://journal.iain-
samarinda.ac.id/index.php/dinamika_ilmu/article/view/26

Aswan, Djamarah, Syaiful Bahri, Z. (2014). Strategi Belajar Mengajar. PT.


Rineka Cipta.

Basuki, A. Y. (1994). Kerajinan Tangan dan Kesenian Seni Musik, Surakarta.


Cahaya Ilmu.

Bektiningsih, K. (2009). Program Terapi Anak Autis di SLB Negeri Semarang.


Jurnal Kependidikan, 39(2), 95–110.

Creswell, J. W. (2010). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan


Mixed. In Intercultural Education.

Creswell, J. W. (2016). Research Design, Pendekatan Metode Kualitatif,


Kuantitaif, dan Campuran. pustaka Belajar.

Gunardi. (2008). Jatra Pendidikan Kesenian (Seni Musik) SMP IX Semester 2.


Cahaya Alam.

Hadis, A. (2006). Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Autistik (Cetakan 1).


Alfabeta.

Hamalik, O. (2014). Proses Belajar Mengajar. PT. Bumi Aksara.

Hamid, A. (1996). Kerajinan Tangan dan Kesenian. Yudhistira.

Handojo, Y. (2004). Autism Petunjuk Praktis dan Pedoman Praktis untuk


Mengajar Anak Normal, Autis dan Perilaku Lain. Buana Ilmu Popular.

Hartoyo, J. (1994). Musik Konvensional dengan ’Do Tetap’. Yayasan Pustaka


Nusatama.

Ibrahim, M. (2015). Panduan Penelitian Beserta Contoh Proposal Kualitaif.

Ihsana, E. K. (2017). Belajar dan Pembelajaran. Pustaka Pembelajaran.

Julius Juih, L., Sunartini, Purnomo, E., & Hamid. (2000). Kerajinan Tangan &
Kesenian (untuk SLTP Kelas 2). Yudhistira.

91
Katilik, A. N., & Djie, J. A. (2022). Penerapan Pendekatan Orff-Schulwerk untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Autism Spectrum Disorder ( ASD
) dalam Pembelajaran Instrumen Ritmis Sederhana The Implementation of
Orff-Schulwerk Approach to Enhance Students with Autism Spectrum
Disorde. 12(1), 91–109.

Khairani, M. (2014). Psikologi Belajar. Aswaja Presindo.

Lai, M.-C., Lombardo, M. V, & Cohen, S. B. (2009). Seminar Autism. October,


6736(09), 1–12. https://doi.org/10.1016/S0140-6736(09)61376-3

Makmun, A. S. (2003). Psikologi Pendidikan. Remaja Rosdakarya offset.

Mega Iswari. (2008). Konseling Kecakapan Hidup Anak Berkebutuhan Khusus.


Seminar Internasional Pendidikan Dan Tenlu Karya Dekan FIPlFKIP BKS-
PTN Wilayah Barat Indonesia, 1–14.

Moleong, L. J. (2005). Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya


Offset.

Mukhtar. (2013). Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif. Referensi (GP


Press Group).

Njudang, E., Ranimpi, Y. Y., & Prayitno, I. S. P. (2020). Pengaruh Metode


Pembelajaran Musikal bagi Kemampuan Kognitif Anak Autis di SLB
Negeri Manekat Niki-Niki. JPK (Jurnal Pendidikan Khusus), 16(1), 8–18.
https://doi.org/10.21831/jpk.v16i1.31057

Nugroho, W. (2007). Belajar Mengatasi Hambatan Belajar. Prestasi Pustaka


Publishing.

Pidarta, M. (2013). Landasan Kependidikan ; Stimulasi Ilmu Pendidikan


Bercorak Indonesia. Rineka Cipta.

Slameto. (2015). Belajar dan Faktor-faktor yang Memengaruhinya. Rineka


Cipta.

Sri Niningsih. (2018). Penerapan Teknik Modelling untuk Meningkatkan


Kemampuan Melakukan Instruksi pada Anak Autis Kelas Dasar III di SLB
Negeri 1 Gowa. 1–23.

Sumarmo, U. (2002). Kemandirian Belajar: Apa, Mengapa, dan Bagaimana


dikembangkan pada Peserta Didik oleh: Utari Sumarmo, FPMIPA UPI.
Academia.Edu, 1983, 1–9.

92
Suprihatiningrum, J. (2017). Strategi Pembelajaran: Teori dan Aplikasi (R. K.
Ratri (ed.); Cetakan II). Ar-Ruzz Media.

Surya, H. (2009). Menjadi Manusia Pembelajar. Elex Media Komputindo.

Suryaningrum, C., Ingarianti, T. M., & Anwar, Z. (2016). Pengembangan Model


Deteksi Dini Anak Berkebutuhan Khusus pada Tingkat Pendidikan Anak
Usia Dini di Kota Malang. Jurnal Ilmu Psikologi Terapan, 04(01), 62–74.
https://doi.org/https://doi.org/10.22219/jipt.v4i1.2878

Tambajong, J. (1992). Ensiklopedi Musik. Cipta Adi Pustaka.

Tandjung, Z. A. (1984). Sejarah Singkat Filsafat Modern: dari Descartes sampai


Wittgenstein. Pantja Simpati.

William, C., Wright, B., & Praptono, R. (2007). How to Live with Autism and
Asperger Syndrome = Strategi praktis bagi Orang Tua dan Guru Anak Autis
(Cet. 1). Dian Rakyat.

Yuwono, J. (2009). Memahami Anak Autis. Alfabeta.

93
LAMPIRAN

94
Lampiran 1. Surat Permohonan Izin Penelitian

95
Lampiran 2. Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 3. Lembar Observasi
Lampiran 4. Transkrip Wawancara Subjek Penelitian
Lampiran 5. Transkrip Wawancara Pengajar
Lampiran 6. Notasi Angka Materi Pembelajaran
Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian

Gambar 1. Pengajar Memberikan Arahan pada Siswa


(Sumber: Hidayati, 2023)

Gambar 2. Peneliti Bersama Subjek Alib, Subjek Noel, dan subjek Yusuf
(Sumber: Santi, 2023)
Lampiran 8. Rekapitulasi Data Observasi dan Wawancara Subjek Penelitian

Tabel 1. Rekapitulasi Data Observasi dan Wawancara Subjek Alib


No. Observasi Wawancara Kesimpulan
Item
1. Ya Ya Valid
2. Ya Ya Valid
3. Ya Ya Valid
4. Tidak Tidak Valid
5. Ya Ya Valid
6. Ya Ya Valid
7. Tidak Tidak Valid
8. Tidak Tidak Valid
9. Ya Ya Valid
10. Tidak Tidak Valid
11. Tidak Tidak Valid
Jumlah Item Valid 11
Jumlah Item Tidak Valid 0

Tabel 2. Rekapitulasi Data Observasi dan Wawancara Subjek Yusuf


No. Observasi Wawancara Kesimpulan
Item
1. Ya Ya Valid
2. Ya Ya Valid
3. Ya Ya Valid
4. Tidak Tidak Valid
5. Ya Ya Valid
6. Ya Ya Valid
7. Tidak Tidak Valid
8. Tidak Tidak Valid
9. Ya Ya Valid
10. Tidak Tidak Valid
11. Tidak Tidak Valid
Jumlah Item Valid 11
Jumlah Item Tidak Valid 0
Tabel 3. Rekapitulasi Data Observasi dan Wawancara Subjek Noel
No. Observasi Wawancara Kesimpulan
Item
1. Ya Ya Valid
2. Ya Tidak Tidak Valid
3. Ya Ya Valid
4. Tidak Tidak Valid
5. Tidak Tidak Valid
6. Ya Ya Valid
7. Tidak Tidak Valid
8. Tidak Tidak Valid
9. Ya Ya Valid
10. Tidak Tidak Valid
11. Tidak Tidak Valid
Jumlah Item Valid 10
Jumlah Item Tidak Valid 1

Anda mungkin juga menyukai