Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Indonesia adalah negara dengan aturan yang sangat terstruktur

mengenai penggunaan anggaran. Penggunaan anggaran yang di lakukan

dengan benar dan sesuai ketentuan yang berlaku, agan membawa keuntungan

dalam pembangunan negara Indonesia. Sepert[ yang telah di atur dalam

Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 berisipedoman Pengelolaan Keuangan

Daerah, bahwa ada beberapa komponen dalam prosedur akuntansi meliputi

prosedur Akuntansi kasmasuk, kas keluar, dan Akuntansi aset dan Akuntansi

selain kas. Pengeluaran kas adalah prosedur yang penting dalam menjalankan

pembangunan oleh pemerintah, oleh karena itu butuhkan standar dalam sistem

dan prosedur untuk pengeluaran kas. (Lasupu, E. Z dan Wangkar, A, 2018)

Pengelolaan keuangan daerah pemerintah mengacu pada peraturan Departemen

Dalam Negeri yaitu Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13

tahun 2006 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah. Peraturan ini

dijabarkan lebih lanjut dalam Surat Edaran Nomor SE.900/316/BAKD yang

mencakup pedoman sistem dan prosedur penatausahaan dan akuntansi,

pelaporan dan pertanggungjawaban keuangan daerah, Salah satu sistem dan

prosedur keuangan daerah adalah sistem pengeluaran kas adalah serangkaian

proses pengeluaran kas, baik manual maupun terkomputerisasi, yang dimulai

dari pencatatan, penggolongan, dan peringkasan transaksi dan atau kejadian

keuangan yang sampai pada pelaporan keuangan.

1
2

Sistem pengeluaran kas pada suatu lembaga pemerintah daerah sangat penting

karena kas adalah aset yang paling mudah berubah dibandingkan aset lain,

sehingga kas merupakan alat pembayaran yang mudah digunakan karena selalu

tersedia untuk memudahkan jalannya operasional dari suatu lembaga/instansi

pemerintah daerah. (Clarissa Bellinda Rondonuwu, 2020).

Kas merupakan aktiva lancar yang sering disalahgunakan serta sering

direkayasa (mark up) oleh orang-orang yang berkompeten terutama dalam hal

pengeluaran dan penerimaan kas sehingga untuk menghindari semua bentuk

kecurangan, korupsi, penggelapan, manipulasi dan penyalahgunaan kekayaan

negara atas kas serta untuk lebih meningkatkan pertanggungjawaban, maka

dibuatlah sistem dan prosedur yang sebelumnya telah ditetapkan oleh

pemerintah yang tertuang dalam UU serta peraturan yang terkait berupa

Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 mengenai Pedoman Pengelolaan

Keuangan Daerah dan dijadikan sebagai pedoman dasar dalam pengelolaan

keuangan baik pengeluaran ataupun penerimaan kas (Hutahean, 2020).

Terjadi banyak perubahan dan pembaharuan manajemen keuangan daerah di

era otonomi, ditandai dengan perubahan yang sangat mendasar, mulai dari

sistem penganggaran, perbendaharaan, sampai pada pertanggungjawaban

laporan keuangan. Pertanggungjawaban laporan keuangan daerah sebelum

bergulirnya otonomi daerah hanya berupa laporan perhitungan anggaran dan

nota perhitungan, sedangkan sistem yang digunakan untuk menghasilkan

laporan tersebut adalah MAKUDA (Manual Administrasi Keuangan Daerah)

yang diberlakukan mulai tahun 1981.


3

Seiring dengan bergulirnya otonomi darerah, laporan pertanggungjawaban

keuangan yang dibuat oleh Kepala Daerah/Kepala Satuan Kerja Perangkat

Daerah (SKPD) adalah berupa Laporan Perhitungan Anggaran, Nota

Perhitungan, Laporan Arus Kas, dan Neraca yang diberlakukan mulai 1 Januari

2001, namun pada saat itu Pemerintah Daerah masih belum memiliki Standar

Akuntansi Pemerintahan yang menjadi acuan dalam membangun sistem

akuntansi keuangan daerahnya.

Upaya untuk memperkuat akuntabilitas, maka setiap pejabat yang menyajikan

laporan keuangan diharuskan memberi pernyataan bertanggung jawab atas

laporan keuangan. Kepala Daerah/Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah

harus jelas menyatakan bahwa laporan keuangan telah disusun berdasarkan

Sistem Pengendalian Intern yang memadai dan informasi yang termuat pada

laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah

(SAP). Untuk mewujudkan transparansi telah dikeluarkan Peraturan

Pemerintah No. 56 tahun 2006 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah

yang pada intinya pemerintah daerah wajib menyajikan informasi keuangan

secara terbuka kepada masyarakat, konsekuensinya setiap pemerintah daerah

harus membangun sistem informasi keuangan daerah (Darise, 2008 : 2).

Badan Penanggulangan Bencana Daerah Makassar (BPBD) merupakan

lembaga pemerintah non-departemen yang melaksanakan tugas

penganggulangan bencana didaerah baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota

dengan berpedoman pada kebijakan yang ditetapkan oleh Badan Koordinasi

Nasional Penanggulangan Bencana.


4

Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Sulawesi Tengah (BPBD)

dalam melaksanakan aktivitasnya, memerlukan suatu sistem operasional

kegiatan guna terlaksananya program kerja tersebut. Berbagai jenis sistem

penunjang program kerja, salah satunya adalah pengeluaran kas. Apabila

pengelolaan sistem pengeluaran kas dilakukan secara baik maka akan

memperlancar kinerja organisasi, oleh sebab itu diperlukan sistem yang baik

yang sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dalam hal ini penerapan sistem

pengeluaran kas yang sesuai dengan pedoman pengelolaan keuangan daerah

yang berlaku.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Sulawesi Tengah (BPBD)

merupakan salah satu satuan kerja yang berada di Sulawesi Tengah yang

dalam mengelola keuangan daerah harus memiliki sistem dan prosedur yang

memadai sebagai salah satu tindakan preventif terhadap adanya penyelewengan

dan penyalahgunaan dana. Oleh sebab itu, perlu dilakukan pengkajian dan

pengawasan lebih lanjut mengenai pengeluaran kas, sebagai upaya kongkrit

untuk mewujudkan transparansi dan akuntanbilitas pengelolaan keuangan.

Oleh sebab itu, Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 sebagai sistem dan

prosedur yang memadai dalam kasus penyelewengan dan penyalahgunaan

dana.

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Analisis Penerapan Sistem Dan Prosedur

Pengeluaran Kas Pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)

Provinsi Sulawesi Tengah”.


5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah Bagaimana penerapan sistem dan prosedur pengeluran kas pada Badan

Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Sulawesi Tengah telah sesuai

dengan ketentuan Permendagri No. 13 Tahun 2006?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan sistem dan prosedur

pengeluaran kas pada BPBD Provinsi Sulawesi Tengah sudah sesuai dengan

aturan Permendagri No. 13 Tahun 2006.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Akademis

a. Secara akademis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

secara teoritis dalam mengetahui penerapan sistem dan prosedur

pengeluaran kas pada kantor pemerintahan.

b. Penelitian ini dapat dijadikan acuan dan referensi sebagai bahan untuk

peningkatan penelitian selanjutnya.

2. Secara Praktis

a. Penelitian ini di harapkan mampu memberikan informasi bagi pembaca

baik dari kalangan akademis maupun masyarakat umum tentang rincian

penerapan sistem dan prosedur pengeluaran kas pada kantor

pemerintahan.

b. Penelitian ini dapat memberikan konstribusi kepada pihak-pihak yang

membutuhkan.
6

E. Sistematika Penulisan

1. BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan.

2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi mengenai penjabaran teori-teori yang melandasi penelitian ini

dan beberapa tinjauan pustaka tentang penelitian terdahulu.

3. BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang paradigma penelitian, metode penelitian, dan

rancangan prosedur penelitian.

4. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang gambaran umum objek penelitian, hasil penelitian

tentang sistem pengualaran kas, dan pembahasan.

5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran

Anda mungkin juga menyukai