Anda di halaman 1dari 9

AUDIT SEKTOR

PUBLIK
PELAKSANAAN AUDIT
SEKTOR PUBLIK
Fakultas : FBIS
Program studi : Akuntansi

Tatap Muka

11
Kode Mata kuliah : 31612T4FA
Disusun oleh : Sigit Mareta, SE., M.Ak
PEMBAHASAN
LINGKUNGAN AUDIT SEKTOR PUBLIK

TEORI PELAKSANAAN AUDIT SEKTOR PUBLIK


Pengertian Pelaksanaan Audit
• Pelaksanaan audit adalah salah satu tahapan dalam proses audit di mana
auditor akan mengembangkan suatu program audit, menilai keefektifan sistem
pengendalian internal organisasi, dan melakukan pengujian-pengujian yang
diperlukan untuk memperoleh bukti audit yang memadai.
Indikator Pelaksanaan Audit yang Baik
• Indikator pelaksanaan audit sektor publik yang baik adalah yang dilakukan
sesuai dengan standar seperti yang telah ditetapkan, baik standar
internasional maupun standar yang ditetapkan di dalam negara yang
bersangkutan. Prinsip dasar audit sektor publik internasional (draf eksposur
INTOSAI, 15 Februari 2013) harus dipertimbangkan auditor sebelum
dimulainya dan selama proses audit.
Struktur Pengendalian Internal
• Suatu proses yang dijalankan oleh eksekutif (kepala daerah, instansi/dinas,
pimpinan organisasi sektor publik dan segenap personel yang ada di
dalamnya), didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang
pencapaian tiga golongan tujuan sebagai berikut.
a. Keandalan laporan keuangan.
b. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
c. Efektivitas dan efisiensi operasional.
• Apabila sistem pengendalian internal organisasi baik, maka akan menjadi
sebuah proses penyaringan dan mencegah atau mendeteksi tingkat salah saji.
Hal itu sejalan bahwa sebuah sistem yang baik akan mengurangi tingkat
pengujian substantif.
Konsep Pengendalian Internal
• Pengendalian internal seharusnya bisa membuat para pegawai bertanggung
jawab atas berbagi tugasnya, pengendalian akuntansi membuat para pegawai
akuntabel terhadap tindakan-tindakannya (Pratt, Michael J., Robert M.
Kennedy, dan Jack Horrocks, 1985).
Berikut penjelasan jenis-jenis pengendalian internal.
b). Pemisahan d).
a). Organisasi Tugas c). Fisik Persetujuan
dan otorisasi

e). Akuntansi f). Personel g). Supervisi h).


Manajemen

• Pengendalian Organisasional
Pengendalian ini berkaitan dengan cara di mana organisasi yang diaudit
mengelola pegawainya. Beberapa ciri berikut seharusnya terdapat dalam
sebuah organisasi, agar struktur organisasi kondusif dengan pengendalian
internal yang memadai.
(1) Perekrutan dan pelatihan personel yang jujur dan kompeten.

(2) Pemisahan fungsi.

(3) Pembagian tugas dalam fungsi akuntansi.

(4) Tanggung jawab yang dirinci dengan baik untuk semua personel.

• Pengendalian Supervisory
Aspek penting dari pengendalian adalah supervisi manajemen terhadap
aktivitas organisasi yang diaudit secara keseluruhan dan keefektifan
pengendalian internal khusus lainnya. Supervisi yang efektif dihasilkan dalam
pelibatan manajemen pada titik-titik penting sistem pengendalian internal,
yaitu laporan keuangan dan analisis selisih anggaran. Di organisasi yang lebih
besar, tanggung jawab untuk mengawasi dan mengendalikan didelegasikan
ke departemen pengendalian internal.
• Pengendalian terhadap Kelengkapan dan Keakuratan Transaksi
Ada empat teknik pengendalian yang berhubungan secara khusus dengan
kelengkapan dan keakuratan pemrosesan transaksi, di mana kenyataannya,
bersifat preventif maupun detektif, dan kombinasi keduanya. Keempat teknik
tersebut adalah:

(1) Sequence (2)


checking Perbandingan (3) Control totals
(comparison)

(4)
Reperformance
• Rancangan Pengendalian untuk Penjagaan Aset
Manajemen mempunyai tanggung jawab untuk menjaga aset-aset organisasi.
Pengendalian di kategori ini signifikan bagi auditor, terutama dalam
hubungannya dengan keterjadian dan keberadaan sebuah aset. Pembatasan
akses terhadap aset adalah contoh pengendalian preventif. Sementara, stock
take secara berkala adalah pengendalian detektif yang cukup relevan dalam
sebuah audit. Kevalidan pengendalian ini bergantung pada pemisahan antara
fungsi penjagaan/pengadaan dengan pencatatan.
Keterbatasan Pengendalian Internal
• Bagaimanapun, tidak ada sistem pengendalian internal yang dengan
sendirinya, dapat menjamin administrasi yang efisien, kelengkapan, dan
keakuratan pencatatan. Keterbatasan tersebut, antara lain:
• Berikut ciri-ciri sistem pengendalian yang baik.
(1) Independen dalam prosedur pemrosesan.
(2) Harus ada kolusi untuk melewatinya.
(3) Personel dengan senioritas yang memadai.
(4) Secara tepat waktu.
(5) Pengendalian internal yang bergantung pada pemisahan tugas,
dapat dihindari dengan kolusi.
(6) Otorisasi dapat diabaikan oleh seseorang yang mempunyai
kedudukan tertentu atau oleh manajemen.
(7) Personel keliru dalam memahami perintah, akibat kelalaian, tidak
perhatian, maupun kelelahan.
• Prosedur Pengujian Pengendalian
Auditor tidak dapat yakin hanya dengan pengendalian internal, tetapi auditor
melakukan pengujian kepatuhan untuk mendapatkan keyakinan yang
memadai bahwa sistem pengendalian yang ada berfungsi dengan baik selama
periode tersebut. Perlu dicatat bahwa yang diuji adalah pengendaliannya dan
bukan transaksinya. Untuk alasan ini, auditor mencatat dan memeriksa semua
perkecualian yang didapat selama pengujian pengendalian, tanpa
memandang jumlah rupiah yang terlibat dalam transaksi tersebut.
Perkecualian adalah kejadian di mana prosedur pengendalian belum
dilakukan dengan baik, tanpa melihat ada tidaknya error secara kuantitatif.
Jika auditor memperoleh keyakinan bahwa prosedur pengendalian dilakukan
dengan baik, maka auditor harus mendapatkan bukti mengenai keefektifan
pengendalian selama periode tersebut secara keseluruhan.
• Prosedur Pengujian Pengendalian
Ada beberapa alternatif prosedur yang dapat dilakukan, yaitu:
(1) Hasil pengujian pengendalian sebelumnya.

(2) Berdasarkan pertanyaan yang dibuat, apakah pengendalian tetap sama untuk waktu yang tersisa sampai berakhirnya
periode tersebut.

(3) Sifat dan ukuran transaksi dan jumlah akun yang terlibat.

(4) Pengujian substantif yang akan dilakukan tanpa melihat kecukupan prosedur pengendalian.

• Unsur Struktur Pengendalian Internal


Unsur pengendalian internal dari lima unsur pokok sebagai berikut:

a). Lingkungan pengendalian.

b). Penaksiran risiko.

c). Informasi dan komunikasi.

d). Aktivitas pengendalian.

e). Pemantauan.

Sifat-sifat Pengujian Audit


• Sifat pengujian audit mengacu pada sifat dan efektivitas pengujian audit yang
akan dilaksanakan. Pertama, prosedur audit tersebut harus dapat
memberikan bukti tentang kinerja kompetitif suatu entitas atau terkait dengan
tujuan spesifik yang ingin dicapai auditor. Auditor juga harus
mempertimbangkan biaya relatif dan efektivitas prosedur dalam kaitannya
dengan tujuan audit yang spesifik.
Bukti Audit
• Bukti audit sangat mudah memengaruhi sifat pekerjaan audit yang tercantum
pada standar ketiga pekerjaan lapangan yang menyatakan bahwa: “Bahan
bukti kompeten yang mencukupi dapat dapat diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi yang digunakan sebagai
dasar yang layak untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang
diaudit”.
• Beberapa hal penting yang berkaitan dengan bukti audit.
(1) Kecukupan bukti audit.
(2) Kompetensi bukti audit.
(3) Dasar yang memadai atau rasional.
(4) Prosedur yang dapat dilakukan untuk menghimpun bukti audit.
• Kecukupan Bukti Audit
Kecukupan bukti audit lebih berkaitan dengan kuantitas bukti audit.
Faktor-faktor yang memengaruhi kecukupan bukti audit laporan
keuangan adalah:

(1) Materialitas.

(2) Risiko Audit.


(3) Faktor-Faktor Ekonomi.

(4) Ukuran dan Karakteristik Populasi.

• Kompetensi Bukti Audit


Kompetensi atau reliabilitas bahan bukti yang berupa catatan akuntansi
berkaitan erat dengan efektivitas pengendalian internal organisasi, dalam hal
ini organisasi penyedia layanan publik.
Kompetensi bukti audit yang berupa informasi penguat tergantung pada faktor
berikut:

(1) Relevansi Bukti.

(2) Sumber Informasi Bukti.


(3) Ketepatan Waktu.

(4) Objektivitas.

• Dasar yang Memadai


Auditor tidak diharuskan untuk mempunyai dasar yang bersifat mutlak atau
absolut untuk menyatakan pendapatnya. Hal yang terpenting adalah dasar
yang digunakan bersifat memadai atau rasional, jika dihubungkan dengan
seluruh tingkat keyakinan auditor untuk keperluan penyimpulan hasil audit
untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan.
Dasar yang bersifat memadai atau rasional dipengaruhi oleh berbagai faktor
berikut:
(1) Pertimbangan Profesional Auditor.

(2) Integritas Pengurus Struktural Entitas.


(3) Transaksi yang terjadi di Entitas.

(4) Kondisi Keuangan.

• Prosedur Untuk Menghimpun Bukti Audit


Terdapat empat prosedur atau tindakan yang dapat dilakukan untuk
menghimpun bukti audit, yaitu:
(1) Inspeksi.
(2) Pengamatan.

(3) Pengajuan pertanyaan.

(4) Konfirmasi.

• Jenis Bukti Audit


Jenis-jenis bukti audit laporan keuangan, dapat digolongkan sebagai berikut:
a. Bukti Fisik.

b. Bukti Konfirmasi.

c. Bukti Dokumenter.

d. Catatan Akuntansi

e. Bukti Surat Pernyataan Tertulis

f. Bukti Matematis.

g. Bukti Lisan.

h. Bukti Analitis dan Perbandingan.

i. Struktur Pengendalian Internal.

j. Bukti Elektronik.

Terminologi Pengujian
• Secara terminologi menurut kamus bahasa Indonesia pengujian berasal dari
kata uji yang berarti percobaan untuk mengetahui mutu sesuatu, sedangkan
pengujian berarti proses, cara, pemeriksaan atas transaksi keuangan.
Pengujian dalam audit berkaitan dengan kewajaran penyajian laporan
keuangan dan materialitas. Kewajaran laporan keuangan dinilai berdasarkan
asersi eksekutif.
• Sedangkan, aspek materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau
salah saji informasi akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya,
sehingga berpengaruh terhadap pertimbangan pengguna informasi keuangan
tersebut karena adanya penghilangan atau salah saji.
• Waktu Pengujian:
• Sebelum Tanggal Neraca.
• Menjelang Tanggal Neraca.
• Saat Tanggal Neraca.
• Sesudah Tanggal Neraca.
• Luas Pengujian:
• Sedikit Sampel.
• Banyak Sampel.
• Seluruh Sampel.

SISTEM PELAKSANAAN AUDIT SEKTOR PUBLIK


Pengumpulan Data
Berikut kegiatan dalam pengumpulan data:

a. Wawancara
b. Me-review Dokumen
• Dalam konteks audit, auditor harus mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasikan, dan
mendokumentasikan informasi (bukti) untuk mendukung hasil audit.
c. Observasi.
• Observasi bermanfaat agar peneliti memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial,
mendapatkan pengalaman langsung, melihat hal-hal yang kurang atau tidak diamati orang lain,
menemukan hal-hal yang tidak akan terungkapkan oleh responden dalam wawancara, menemukan hal-
hal diluar persepsi responden, memperoleh kesan pribadi, dan merasakan suasana situasi sosial yang
diteliti.

Analisis Data
• Terdapat tiga pendekatan yang dilakukan oleh auditor dalam memeriksa
laporan keuangan klien yang telah mempergunakan Sistem Informasi
Akuntansi (Davis, James. R, C. Wayne Alderman, Leonard A. Robinson,
1990).

(1) Pemeriksaan sekitar komputer.


(2) Pemeriksaan dengan komputer.

(3) Pemeriksaan melalui komputer.


DAFTAR PUSTAKA
Bastian, Indra. 2014. Audit Sektor Publik, Edisi ketiga. Jakarta : Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai