PUBLIK
PELAKSANAAN AUDIT
SEKTOR PUBLIK
Fakultas : FBIS
Program studi : Akuntansi
Tatap Muka
11
Kode Mata kuliah : 31612T4FA
Disusun oleh : Sigit Mareta, SE., M.Ak
PEMBAHASAN
LINGKUNGAN AUDIT SEKTOR PUBLIK
• Pengendalian Organisasional
Pengendalian ini berkaitan dengan cara di mana organisasi yang diaudit
mengelola pegawainya. Beberapa ciri berikut seharusnya terdapat dalam
sebuah organisasi, agar struktur organisasi kondusif dengan pengendalian
internal yang memadai.
(1) Perekrutan dan pelatihan personel yang jujur dan kompeten.
(4) Tanggung jawab yang dirinci dengan baik untuk semua personel.
• Pengendalian Supervisory
Aspek penting dari pengendalian adalah supervisi manajemen terhadap
aktivitas organisasi yang diaudit secara keseluruhan dan keefektifan
pengendalian internal khusus lainnya. Supervisi yang efektif dihasilkan dalam
pelibatan manajemen pada titik-titik penting sistem pengendalian internal,
yaitu laporan keuangan dan analisis selisih anggaran. Di organisasi yang lebih
besar, tanggung jawab untuk mengawasi dan mengendalikan didelegasikan
ke departemen pengendalian internal.
• Pengendalian terhadap Kelengkapan dan Keakuratan Transaksi
Ada empat teknik pengendalian yang berhubungan secara khusus dengan
kelengkapan dan keakuratan pemrosesan transaksi, di mana kenyataannya,
bersifat preventif maupun detektif, dan kombinasi keduanya. Keempat teknik
tersebut adalah:
(4)
Reperformance
• Rancangan Pengendalian untuk Penjagaan Aset
Manajemen mempunyai tanggung jawab untuk menjaga aset-aset organisasi.
Pengendalian di kategori ini signifikan bagi auditor, terutama dalam
hubungannya dengan keterjadian dan keberadaan sebuah aset. Pembatasan
akses terhadap aset adalah contoh pengendalian preventif. Sementara, stock
take secara berkala adalah pengendalian detektif yang cukup relevan dalam
sebuah audit. Kevalidan pengendalian ini bergantung pada pemisahan antara
fungsi penjagaan/pengadaan dengan pencatatan.
Keterbatasan Pengendalian Internal
• Bagaimanapun, tidak ada sistem pengendalian internal yang dengan
sendirinya, dapat menjamin administrasi yang efisien, kelengkapan, dan
keakuratan pencatatan. Keterbatasan tersebut, antara lain:
• Berikut ciri-ciri sistem pengendalian yang baik.
(1) Independen dalam prosedur pemrosesan.
(2) Harus ada kolusi untuk melewatinya.
(3) Personel dengan senioritas yang memadai.
(4) Secara tepat waktu.
(5) Pengendalian internal yang bergantung pada pemisahan tugas,
dapat dihindari dengan kolusi.
(6) Otorisasi dapat diabaikan oleh seseorang yang mempunyai
kedudukan tertentu atau oleh manajemen.
(7) Personel keliru dalam memahami perintah, akibat kelalaian, tidak
perhatian, maupun kelelahan.
• Prosedur Pengujian Pengendalian
Auditor tidak dapat yakin hanya dengan pengendalian internal, tetapi auditor
melakukan pengujian kepatuhan untuk mendapatkan keyakinan yang
memadai bahwa sistem pengendalian yang ada berfungsi dengan baik selama
periode tersebut. Perlu dicatat bahwa yang diuji adalah pengendaliannya dan
bukan transaksinya. Untuk alasan ini, auditor mencatat dan memeriksa semua
perkecualian yang didapat selama pengujian pengendalian, tanpa
memandang jumlah rupiah yang terlibat dalam transaksi tersebut.
Perkecualian adalah kejadian di mana prosedur pengendalian belum
dilakukan dengan baik, tanpa melihat ada tidaknya error secara kuantitatif.
Jika auditor memperoleh keyakinan bahwa prosedur pengendalian dilakukan
dengan baik, maka auditor harus mendapatkan bukti mengenai keefektifan
pengendalian selama periode tersebut secara keseluruhan.
• Prosedur Pengujian Pengendalian
Ada beberapa alternatif prosedur yang dapat dilakukan, yaitu:
(1) Hasil pengujian pengendalian sebelumnya.
(2) Berdasarkan pertanyaan yang dibuat, apakah pengendalian tetap sama untuk waktu yang tersisa sampai berakhirnya
periode tersebut.
(3) Sifat dan ukuran transaksi dan jumlah akun yang terlibat.
(4) Pengujian substantif yang akan dilakukan tanpa melihat kecukupan prosedur pengendalian.
e). Pemantauan.
(1) Materialitas.
(4) Objektivitas.
(4) Konfirmasi.
b. Bukti Konfirmasi.
c. Bukti Dokumenter.
d. Catatan Akuntansi
f. Bukti Matematis.
g. Bukti Lisan.
j. Bukti Elektronik.
Terminologi Pengujian
• Secara terminologi menurut kamus bahasa Indonesia pengujian berasal dari
kata uji yang berarti percobaan untuk mengetahui mutu sesuatu, sedangkan
pengujian berarti proses, cara, pemeriksaan atas transaksi keuangan.
Pengujian dalam audit berkaitan dengan kewajaran penyajian laporan
keuangan dan materialitas. Kewajaran laporan keuangan dinilai berdasarkan
asersi eksekutif.
• Sedangkan, aspek materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau
salah saji informasi akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya,
sehingga berpengaruh terhadap pertimbangan pengguna informasi keuangan
tersebut karena adanya penghilangan atau salah saji.
• Waktu Pengujian:
• Sebelum Tanggal Neraca.
• Menjelang Tanggal Neraca.
• Saat Tanggal Neraca.
• Sesudah Tanggal Neraca.
• Luas Pengujian:
• Sedikit Sampel.
• Banyak Sampel.
• Seluruh Sampel.
a. Wawancara
b. Me-review Dokumen
• Dalam konteks audit, auditor harus mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasikan, dan
mendokumentasikan informasi (bukti) untuk mendukung hasil audit.
c. Observasi.
• Observasi bermanfaat agar peneliti memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial,
mendapatkan pengalaman langsung, melihat hal-hal yang kurang atau tidak diamati orang lain,
menemukan hal-hal yang tidak akan terungkapkan oleh responden dalam wawancara, menemukan hal-
hal diluar persepsi responden, memperoleh kesan pribadi, dan merasakan suasana situasi sosial yang
diteliti.
Analisis Data
• Terdapat tiga pendekatan yang dilakukan oleh auditor dalam memeriksa
laporan keuangan klien yang telah mempergunakan Sistem Informasi
Akuntansi (Davis, James. R, C. Wayne Alderman, Leonard A. Robinson,
1990).