Oleh:
Shift 26
Nabila Syifa Wardhani 13122065
Muhammad Alfi Hidayatullah 13122029
Muhammad Dhia Fauzan 13122089
Frenaldi Sam Faidiban 131222096
1. Menentukan nilai harga impak material aluminium dan baja untuk setiap
temperatur.
2. Menentukan temperatur transisi material aluminium dan baja.
Prosedur Praktikum
Gambar 1 : Diagram alir (flowchart) uji impak
Data
Tabel 1
Data Dimensi Spesimen
Tabel 2
Nilai Energi Impak pada Berbagai Temperatur
6 Aluminium 25 26 0,334101338
7 Aluminium 40 26 0,325060949
8 Aluminium 80 17 0,222250112
Nilai harga impak (HI) dapat dihitung dengan membagi energi yang diserap oleh spesimen
dengan luas daerah spesimen di bawah takikan, atau dapat juga diformulasikan sebagai,
HI (J/mm2) = Energi impak (J) / Area di bawah takikan (mm2).
Luas daerah di bawah takikan dapat diperoleh dengan mengalikan lebar spesimen (mm)
dengan tinggi spesimen di bawah takikan (mm).
Gambar 2 : Grafik harga impak terhadap temperatur pada spesimen baja dan
aluminium.
Gambar 3 : Potret spesimen uji impak (spesimen nomor 1 paling atas hingga nomor
10 paling bawah).
Analisis Data
Berdasarkan data hasil pengujian, didapatkan bahwa kurva impak spesimen baja dan
aluminium memiliki perbedaan yang cukup signifikan (Gambar 2). Perbedaan bentuk kurva
tersebut disebabkan oleh perbedaan harga impak yang didapatkan oleh masing-masing
material. Perbedaan harga impak dapat terjadi karena spesifikasi dan sifat mekanik tiap
material berbeda. Sesuai dengan tujuan dari uji impak itu sendiri di mana, pengujian impak
merupakan suatu pengujian untuk mengetahui besar kekuatan bahan material disaat
menerima beban secara konstan atau tiba-tiba [1]. Artinya, setiap material belum tentu
memiliki harga impak atau besar kekuatan material ketika menerima beban impak ataupun
dinamik.
Perbedaan harga impak juga dapat disebabkan oleh perbedaan temperatur material ketika
diberikan pembebanan dengan laju tinggi. Material dengan temperatur rendah cenderung
memiliki sifat mekanik getas (brittle). Begitupun sebaliknya, material dengan temperatur
tinggi akan cenderung memiliki sifat mekanik ulet (ductile). Material dengan sifat mekanik
getas akan lebih sedikit menyerap energi impak, sehingga material tersebut cenderung lebih
mudah patah ketika diberi beban impak. Hal tersebut terjadi karena material yang diberi
laju pembebanan yang tinggi tidak sempat melakukan deformasi secara plastis, sehingga
energi yang diserapnya tidak cukup kuat untuk menahan material agar tidak patah.
Berdasarkan hasil analisis bentuk patahan pada material baja dan aluminium di berbagai
temperatur, setiap spesimen memiliki hasil patahan yang berbeda, sebagaimana terlampir
pada Tabel 3.
Tabel 3
Profil Patahan Spesimen pada Berbagai Temperatur
Pada material ulet, bentuk patahan pada permukaan akan berserat (fibrous) yang cenderung
berwarna gelap atau pudar, karena menyerap cahaya. Patahan berserat dihasilkan dengan
melibatkan mekanisme pergeseran bidang-bidang kristal di dalam spesimen. Sebaliknya,
pada material getas bentuk patahan pada permukaan akan terlihat memiliki butiran-butiran
kristalin atau granular (cleavage) yang cenderung terang dan mengkilap, karena
memantulkan cahaya. Patahan granular dihasilkan dengan melibatkan mekanisme
pembelahan pada butir-butir di dalam spesimen. Adapun jenis perpatahan campuran yang
melibatkan mekanisme dari kedua jenis patahan, fibrous dan cleavage, yang umumnya
terjadi pada spesimen material yang diuji pada temperatur transisi [3, 4].
Pada masing-masing patahan dari hasil pengujian impak, terdapat beberapa spesimen yang
memiliki bentuk patahan fibrous dan cleavage atau bahkan keduanya. Dari hasil pengujian
spesimen baja, patahan fibrous terjadi pada temperatur 25oC, 40oC, dan 80oC sedangkan
patahan cleavage terjadi pada temperatur -80oC, -40oC, 25oC, dan 40oC. Hal tersebut sesuai
dengan paragraf sebelumnya di mana, patahan granular (cleavage) terjadi pada temperatur
rendah. Patahan yang terjadi pada temperatur tersebut tergolong ke dalam jenis patah getas
yang diawali dengan terjadinya retakan yang lebih cepat dibandingkan patah ulet tanpa
deformasi plastis terlebih dahulu dalam waktu yang cukup singkat.
Kesimpulan
Nilai harga impak dari material aluminium dan baja pada setiap temperatur diperoleh
melalui praktikum pengujian impak. Sebanyak lima variasi temperatur dilakukan selama
pengujian (-80oC, -40oC, 25oC, 40oC, dan 80oC) dan terdapat 10 spesimen di mana lima di
antaranya merupakan material baja dan lima lainnya adalah aluminium. Nilai harga impak
dari 10 spesimen yang diuji terlampir pada Tabel 2.
Untuk menentukan temperatur transisi pada saat material mengalami perubahan sifat
mekanik dari ulet menjadi getas adalah dengan menghitung rata-rata energi antara luas
daerah ulet dan luas daerah getas. Tidak semua material memiliki temperatur transisi. Pada
umumnya logam BCC memiliki temperatur transisi, sedangkan FCC tidak memilikinya.
Pada pengujian ini, baja merupakan logam dengan struktur BCC dan aluminium adalah
logam dengan struktur FCC sehingga tidak memiliki temperatur transisi.
Daftar Pustaka
[1] Adi, Budy Prasetyo, M. Arid Irfa’i, dan M. Munib Rosadi, “Pengembangan Alat Uji
Impak Charpy di Bagian Pengereman, Berat Pendulum, dan Skala Ukur pada Mesin Impak
Charpy di Laboratorium Teknik Mesin Unhasy” dalam Artikel Teknik Mesin dan
Manufaktur, Vol. 1, No. 2, 2020
[2] Dhaniswara, Evan Aryasatya, Uji Impak. Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya,
2018
[3] Callister, W. D., Material Science and Engineering 9th Ed., USA: Wiley, 2014.
[4] Sembiring, Okta Syahputra, Laporan Praktikum Material - Uji Impact. Lampung, 2015.