Anda di halaman 1dari 10

Analisis dialog dan ujaran dengan teori interferensi alih kode dan campur

kode
Diajukan untuk memenuhi UAS sosiolinguistik

Dosen Pengampu:

Lutfiyah Alindah, M.Hum, M.A.

NIP: 198607202020122010

Disusun oleh:

Sinta Nuraini Fadzila

NIM:

03040422109

PROGRAM STUDI SASTRA


INDONESIA FAKULTAS ADAB

DAN HUMANIORA UIN SUNAN


AMPEL SURABAYA

2023
ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dialog antar teman dan ujaran
penceramah dengan menggunakan teori interferensi alih kode dan campur kode dalam konteks
sosiolinguistik. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan pengumpulan data melalui
dialog antar teman dan ujaran penceramah. Teori yang menjadi fokus analisis penelitian adalah
interferensi alih kode dan campur kode. Berbeda dengan campur kode, di mana satuan bahasa
ditransfer dari satu bahasa ke bahasa lain untuk memperluas gaya bahasa, alih kode adalah
pergeseran bahasa. Hasil analisis menunjukkan bahwa percakapan antar teman menunjukkan
campur kode yang menunjukkan penggunaan dua bahasa, yaitu bahasa Jawa dan bahasa
Indonesia, sedangkan ujaran penceramah menunjukkan alih kode antara bahasa Jawa dan bahasa
Indonesia. Jadi, fenomena campur kode dan alih kode adalah bagian dari interaksi sosial
masyarakat multilingual, seperti yang terlihat dalam percakapan sehari-hari.

Kata Kunci: interferensi alih kode, campur kode, sosiolinguistik, dialog, ujaran.
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sehubungan dibuatnya Mini Paper ini dengan tujuan untuk memenuhi tugas ulangan
tengah semester (UTS) mata kuliah sosiolinguistik pada semester 3. Mini Paper ini bertujuan
menganalisis dialog antar teman dan dialog penceramah masyhur dengan menggunakan teori
interferensi alih kode dan campur kode. Dalam ilmu sosiolinguistik ini terdapat teori alih kode
dan campur kode. Alih kode adalah peralihan penggunaan kode satu ke kode lainnya 1, sedangkan
campur kode adalah penggunaan satuan bahasa dari bahasa satu ke bahasa lain untuk
memperluas gaya bahasa atau ragam bahasa, termasuk di dalamnya kata, frasa, klausa idiom,
sapaan2. Alih kode dan campur kode biasa terjadi dalam percakapan, pertemuan, apapun yang
berhubungan interaksi masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud interferensi alih kode dan campur kode dalam sosiolinguistik ?
2. Bagaimana cara menemukan campur kode dan alih kode dalam dialog ?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui dan memahami pengertian interferensi alih kode dan campur kode
2. Dapat menerapkan serta menemukan campur kode dan alih kode dalam dialog

1
F BURTO 2018
2
F BURTO 2018
BAB 2 METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian adalah suatu metode atau cara meneliti sesuatu. Metodologi ini ada
beberapa macam salah satunya ialah metode kualitatif. Metode kualitatif adalah metode
penelitian dengan cara mengumpulkan suatu data dari pengalaman, persepsi, dan pandangan
subjektif.3 Metode kualitatif tidak dapat diukur menggunakan suatu angka atau diukur dengan
kuantitaf4.

Dari penjelasan diatas, penelitian atau analisis ini menggunakan metode kualitatif dengan
cara mengumpulkan data sesuai dengan pengalaman penulis. Data yang dikumpulkan berupa
dialog antar teman dan ujaran penceramah kepada jama’ahnya. Berikut data yang dikumpulkan ;

1. Dialog antar teman


A : Pernah nggak ngroso capek kuliah
B : Yo, pernah tapi ileng maneh. Kudu bersyukur
A : Iyo tapi yo kate piye maneh.

2. Ujaran penceramah gus iqdam


“Awak e dewe iki kan, kadang susah kerono mikerne nikmate wong lio. Roh tonggone
nduwe pajero limo masyaallah. Gusti allah kok ora adil. Kene kok koyok ngene. Kene
kok kangelen. ngredit motor ae ora kuat ngangsur. Roh tonggonr dilalah ya allah kaelo
panggah gak nduwe duwet padahal yo ora tau ngibadah. Tapi nek kuwe nduwe ilmu
kuwe tenang. o kuwi mobil e akeh tapi yo besok bakale di hisab. O kuwi yo dunyone
akeh kuwi bakal e di hisab. Kamu akan tenang. dadi kuwe ora mumet kerono nikmati
wong liyo.”

3
Muhammad Rizal Pahleviannur and others, Metodologi Penelitian Kualitatif, Pradina Pustaka, 2022.
4
Metodologi penelitian kualitatif
BAB 3 LANDASAN TEORI

Teori yang digunakan pada peneitian ini adalah interferensi alih kode dan campur kode.
Interferensi alih kode adalah suatu penggunaan peralihan kode satu ke kode lainnya 5. Alih kode
dapat ditemukan pada satu kalimat atau ujaran yang diucapkan seseorang. Alih kode merupakan
seseorang yang menggunakan dua bahasa pada suatu percakapan. Contoh penggunaan bahasa
jawa dan bahasa Indonesia dalam satu percakapan “uwis maem nduk?” “belum makan buk.”
Percakapan atau dialog tersebut terdapat alih kode dengan bukti ketika si ibu bertanya dalam
bahasa jawa si anak menjawab dengan bahasa Indonesia, fenomena tersebut merupakan alih
kode.

Teori yang kedua, yaitu teori campur kode. Teori campur kode adalah suatu fenomena
yang terjadi secara alamiah pada masyarakat yang multilingual 6. Masyarakat multilingual adalah
seseorang yang menggunakan dua bahasa atau lebih. Campur kode adalah penggunaan satuan
bahasa dari bahasa satu ke bahasa lain untuk memperluas gaya bahasa atau ragam bahasa,
termasuk di dalamnya kata, frasa, klausa, idiom, sapaan 7. Campur kode dapat terjadi di kegiatan
sehari-hari. Contoh ujaran yang termasuk campur kode “I think you tidak jadi berangkat ke pesta
ini.” ujaran tersebut termasuk campur kode karena si penutur menggunakan dua bahasa, yaitu
bahasa Indonesia dan bahasa inggris. Fenomena tersebut terjadi biasanya pada kalangan
masyarakat yang memang hidupnya berpindah-pindah dalam negeri dan luar negeri atau bisa
juga kejadian tersebut terjadi pada anak dalam negeri yang sedari kecil dibiasakan berbicara dua
bahasa.

5
Florina Simona Burta, ‘JURNAL CAMPUR KODE DAN ALIH KODE’, 1, 2018, 430–39.
6
Lailatun Niswa and M. Mukhlish, ‘Pilihan Bahasa Dalam Masyarakat Multilingual Di Karimunjawa Jepara’,
Caraka, 3.2 (2017), 110–26.
7
Burta.
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengertian Campur kode dan Alih kode

A. Pengertian Campur kode

Campur kode adalah suatu fenomena yang terjadi secara alamiah pada masyarakat
yang multilingual8. Masyarakat multilingual itu sendiri adalah masyarakat yang
menggunakan berbagai macam bahasa, bahasa yang digunakan dapat lebih dari satu
macam bahasa9. Campur kode adalah penggunaan satuan bahasa dari bahasa satu ke
bahasa lain untuk memperluas gaya bahasa atau ragam bahasa, termasuk di dalamnya
kata, frasa, klausa idiom, sapaan10. Campur kode dapat terjadi karena suatu kebiasaan,
kebutuhan, atau bisa juga mengekspresikan diri. Campur kode dapat terjadi di situasi
formal ataupun informal. Contohnya situasi yang terjadi campur kode “aku lesu, aku mau
makan.”. Nah, kata lesu tersebut ialah suatu bukti campur kode terjadi. Lesu merupakan
kata bahasa jawa yang artinya lapar.
Dilihat dari dialog yang dikumpulkan terdapat campur kode yaitu pada ;
“Pernah nggak ngroso capek kuliah?”. Nah, kata pernah tersebut merupakan
bahasa Indonesia dan sebagai wujud terjadinya campur kode dalam percakapan informal,
faktornya berupa kebiasaan dan mengekspresikan diri kepada lawan tutur.
Kemudian, yang kedua masih terdapat dalam satu kejadian dialog yaitu pada
jawaban lawan tutur ;
“Yo, pernah tapi ileng maneh kudu bersyukur.” Dan “Iyo, tapi yo piye maneh.”
Bentuk dari terjadinya campur kode dalam dialog tersebut adalah pernah, bersyukur, dan
tapi. Ketiga kata tersebut merupakan bahasa Indonesia. Faktor terjadinya campur kode
ialah kebiasaan dan mengekspresikan diri kepada lawan tutur. Itulah suatu bukti dan
wujud campur kode terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

8
Niswa and M. Mukhlish.
9
Niswa and M. Mukhlish.
10
Burta.
B. Pengertian Alih kode

Alih kode adalah suatu penggunaan peralihan kode satu ke kode lainnya 11. Alih
kode adalah penggunaan peralihan bahasa dari bahasa satu ke bahasa lainnya. Alih kode
berbeda dari campur kode, alih kode terjadi ketika satu orang berbicara ia beralih ke
bahasa lainnya. Contoh, “Dalam hidup ini kita kudu disiplin waktu.” Bentuk dari alih
kode dalam ujaran tersebut ialah kudu. Kudu itu sendiri merupakan bahasa jawa yang
artinya wajib. Alih kode dapat terjadi pada situasi informal maupun formal. Faktor
terjadinya alih kode adalah kebiasaan, kebutuhan, mengekspresikan diri, serta pengaruh
dari lingkungan. Dilihat dari ujaran yang dikumpulkan penulis, terdapat bukti alih kode
terjadi ;
“Awak e dewe iki kan, kadang susah kerono mikerne nikmate wong lio. Roh
tonggone nduwe pajero limo. Masyaallah. Gusti allah kok ora adil. Kene kok koyok
ngene. Kene kok kangelen. ngredit motor ae ora kuat ngangsur. Roh tonggone dilalah ya
allah kaelo panggah gak nduwe duwet padahal yo ora tau ngibadah. Tapi nek kuwe
nduwe ilmu kuwe tenang. o kuwi mobil e akeh tapi yo besok bakale di hisab. O kuwi yo
dunyone akeh kuwi bakal e di hisab. Kamu akan tenang. dadi kuwe ora mumet kerono
nikmati wong liyo.” Alih kode yang sedang terjadi dalam ujaran tersebut ialah
penggunaan peralihan kode bahasa jawa dengan bahasa Indonesia. Buktinya ialah pada
ujaran “kamu akan tenang”.

4.2 Hasil

Data yang dikumpulkan menggonakan metode kualitatif dengan cara mencari di salah
satu laman internet dan berdasarkan pengalaman pribadi. Metode kualitatif adalah metode
penelitian dengan cara mengumpulkan suatu data dengan cara pengalaman, persepsi, dan
pandangan subjektif12. Data pertama yang didapatkan dengan cara mencari pada salah satu
laman internet merupakan salah satu ujaran penceramah atau ulama’ besar di jawa timur.

11
Burta.
12
Pahleviannur and others.
Data tersebut termasuk alih kode dengan bukti yang ditemukan menggunakan dua bahasa
dalam satu ujaran. Dua bahasa tersebut ialah bahasa Indonesia dan bahasa jawa.

“Awak e dewe iki kan, kadang susah kerono mikerne nikmate wong lio. Roh tonggone
nduwe pajero limo. Masyaallah. Gusti allah kok ora adil. Kene kok koyok ngene. Kene kok
kangelen. ngredit motor ae ora kuat ngangsur. Roh tonggone dilalah ya allah kaelo
panggah gak nduwe duwet padahal yo ora tau ngibadah. Tapi nek kuwe nduwe ilmu kuwe

tenang. o kuwi mobil e akeh tapi yo besok bakale di hisab. O kuwi yo dunyone akeh
kuwi bakal e di hisab. Kamu akan tenang. dadi kuwe ora mumet kerono nikmati wong
liyo.” Dari ujaran tersebut ditemukan penceramah menggunakan bahasa Indonesia yaitu
kamu tenang.

Sedangkan, yang kedua data ditemukan berdasarkan pengalaman pribadi penulis. Data
tersebut merupakan dialog antara teman dan penulis. Data tersebut merupakan campur
kode, karenanya ditemukan dalam dialog terdapat menggunakan dua bahasa dalam satu
percakapan. Campur kode adalah suatu fenomena yang terjadi pada masyarakat yang
multilingual13. Buktinya ditemukan terdapat penulis dan temannya menggunakan dua basa
dalam satu kalimat. Buktinya adalah “ Pernah nggak ngroso capek kuliah?”, jawaban

penulis “Yo, pernah tapi ileng maneh kudu bersyukur.” Dan “Iyo, tapi yo piye maneh.”

Dari dialog terebut ditemukan terjadinya peralihan bahasa yaitu pernah, tapi, dan

bersyukur.

13
Niswa and M. Mukhlish.
BAB 5 KESIMPULAN

Campur kode adalah suatu fenomena yang terjadi secara alamiah pada masyarakat yang
multilingual14. Masyarakat multilingual itu sendiri adalah masyarakat yang menggunakan
berbagai macam bahasa, bahasa yang digunakan dapat lebih dari satu macam bahasa 15. Campur
kode adalah penggunaan satuan bahasa dari bahasa satu ke bahasa lain untuk memperluas gaya
bahasa atau ragam bahasa, termasuk di dalamnya kata, frasa, klausa idiom, sapaan 16. Alih kode
adalah suatu penggunaan peralihan kode satu ke kode lainnya 17. Alih kode adalah penggunaan
peralihan bahasa dari bahasa satu ke bahasa lainnya. Alih kode berbeda dari campur kode, alih
kode terjadi ketika satu orang berbicara ia beralih ke bahasa lainnya.

14
Niswa and M. Mukhlish.
15
Niswa and M. Mukhlish.
16
Burta.
17
Burta.
DAFTAR PUSTAKA

Burta, Florina Simona, ‘JURNAL CAMPUR KODE DAN ALIH KODE’, 1, 2018, 430–39

Niswa, Lailatun, and M. Mukhlish, ‘Pilihan Bahasa Dalam Masyarakat Multilingual Di


Karimunjawa Jepara’, Caraka, 3.2 (2017), 110–26

Pahleviannur, Muhammad Rizal, Anita De Grave, Debby Sinthania, Lis Hafrida, Vidriana
Oktaviano Bano, and Dani Nur Saputra, Metodologi Penelitian Kualitatif, Pradina Pustaka,
2022

Anda mungkin juga menyukai