Anda di halaman 1dari 6

ARTIKEL JURNAL

Campur Kode Bahasa Asing Dalam Bahasa Indonesia


Jurnal ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
Dosen pengampu : Bagaskara Nur Rochmansyah, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh Kelompok 3 :


Dini Faldini Riska Paidra : 2302010004
Budiman Yunus Pratama : 2302010006
Rayya Adhi Pratama : 2302010026
Tio Bacthiar : 2302010059

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI REKAYASA MULTIMEDIA


FAKULTAS TEKNIK
POLITEKNIK MARDIRA INDONESIA
2023
PENDAHULUAN
Secara umum bahasa adalah sebuah alat komunikasi yang digunakan
untuk bersosialisasi, menyampaikan gagasan, perasaan, dan informasi. Bahasa
merupakan salah satu sistem lambang bunyi yang arbitre yang digunakan oleh
masyarakat untuk bekerja sama, mengidentifiasi diri dan berkomunikasi, Achmad
dan Abdullah (dalam Anggraini, 2021: 1). Arbitre artinya tidak menetap atau
berubah-ubah tergantung kesepakatan para penutur bahasa itu sendiri
Dalam komunikasi sehari-hari, kata-kata dan istilah asing semakin sering
digunakan, hal tersebut dinamakan Campur kode. Campur kode merupakan
fenomena berbentuk penggunaan unsur-unsur dari satu kode bahasa tertentu
dalam satu kalimat atau wacana ke dalam kode bahasa lainnya dengan adanya
unsur kesengajaan. Campur kode ialah sebuah kode dasar yang digunakan dan
memiliki fungsi keotonomiannya, sedangkan kode-kode lain yang terlibat dalam
peristiwa itu berupa serpihan. Serpihan ini bisa berbentuk kata, frasa, atau unit
bahasa yang lebih besar (Chaer & Leoni, 2004: 114). terutama oleh milenial dan
generasi Z. Ada banyak kekhawatiran tentang fenomena ini karena dianggap akan
mengikis atau melunturkan penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa daerah.
Sehinga Masyarakat mulai menyukai tren menggunakan kata-kata atau istilah
asing bersamaan dengan bahasa Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.
Percakapan antara milenial dan generasi Z adalah yang paling kenara.
Campur kode bahasa asing bersama dengan bahasa Indonesia bahkan
bahasa daerah, bukan sesuatu yang baru lagi. Karena banyaknya penggunaan di
media sosial dan dalam percakapan sehari-hari, fenomena itu baru-baru ini
muncul kembali. Hal ini dapat mengikis rasa bangga terhadap bahasa Indonesia
dan bahasa lokal. Anak-anak muda, terutama dari Gen Z dan milenial yang sering
menggunakan bahasa prokem, menjadi perhatian sebagai pihak yang rentan
"kehilangan" jati diri berbahasa mereka.
Tidak diragukan lagi, generasi milenial dan Gen Z adalah kelompok yang
tampaknya paling sering menggunakan bahasa asing dikombinasikan dengan
bahasa Indonesia. Mereka menjadi lebih fasih berbahasa asing karena lebih
banyak akses ke informasi dalam bahasa asing, serta lebih banyak pendidikan dan
pengayaan dalam bahasa asing. Penggunaan bahasa asing dianggap normal dan
menjadi kebiasaan dalam komunitas tertentu. Sebaliknya, anak-anak muda
tersebut juga membanggakannya.
Namun, banyaknya penggunaan bahasa asing tidak membuat para kaum
muda benar-benar meninggalkan bahasa Indonesia atau bahasa daerah mereka.
Sebuah jajak pendapat yang dilakukan oleh Kompas antara tanggal 18 dan 20
Oktober 2022 terhadap 510 orang di 34 provinsi menunjukkan bahwa generasi
muda khawatir bahwa bahasa Indonesia sedang terkikis karena penggunaan
bahasa asing. Ini didasarkan pada tanggapan yang diberikan oleh 305 orang yang
termasuk Gen Z dan milenial. 43 persen Gen Z dan milenial mengungkapkan
kekhawatiran tentang terkikisnya penggunaan bahasa Indonesia. Hasil ini hampir
sama dengan yang diungkapkan oleh responden usia lebih dari 39 tahun. Selain
itu, 43,6 persen responden dari kelompok usia dewasa mapan juga merasa
khawatir bahwa penggunaan bahasa Indonesia mereka terganggu atau rusak oleh
penggunaan bahasa asing. Data menunjukkan bahwa meskipun kelompok muda
tampaknya berbicara lebih dari satu bahasa, mereka menyadari bahwa bahasa
Indonesia sangat penting dalam kehidupan sehari-hari mereka. Selain itu, mereka
terus menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa daerah sebagai bahasa utama
mereka dalam komunikasi sehari-hari.
Salah satu generasi Z yang ada di daerah panyingkiran juga kerap
menggunakan bahasa asing dalam bahasa indonesia di kehidupan sehari harinya,
bahasa asing yang sering mereka gunakan biasanya beragam. Salah satu contoh
bahasa asing yag sering digunakan oleh generasi z di lingkungan desa
panyingkiran adalah :
1. Bentar lagi kita “Otw (On the way)”.
2. Gue mau “Sleep call” sama ayang.
3. Iya “Sorry” yaa.
4. Tapi “Not bad” sih dengan harga segitu.
5. “OMG” gue harus bilang wow gitu.
6. Menurut gue “Wort it” sih.
7. Gue ngerasa beruntung banget “But” gue gapernah ngerasain kaya gini.
8. “I know” ini bukan salah gue.
9. Ternyata dia pilih yang “Good looking”.
10. Se “Flat” itu hidup gue.
Dengan adanya masalah ini, maka rumusan masalah kami melakukan
penelitian ini adalah apa saja bahasa asing yang digunakan oleh para generasi Z di
lingkungan desa panyingkiran sehingga tujuan dari penelitian ini adalah
mengetahui bagaimana para generasi Z menggunakan bahasa asing dalam
kehidupannya juga mengetahui apa saja bahasa asing yang di gunakan dalam
kehidupan sehari hari generasi Z tersebut.
Penelitian campur kode bahasa ini sejalan dengan penelitian yang sudah di
lakukan sebelumnya. Salah satunya yaitu penelitian nurul iftitah, dkk ( 2022 )
yang berjudul “Campur Kode Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris di Media Sosial
Instagram” namun peredaannya terletak di pengunaan bahasa itu sendiri. Pada
penelitian tersebut, penggunaan campur kode digunakan di media sosial namun
dalam penelitian ini, penggunaan campur kode di tempatkan di kehidupan sehari
hari. Kemudian penelitian ini juga sejalan dengan penelitian sumariani ( 2015 )
yang berjudul “Campur Kode Bahasa Daerah dan Bahasa Asing ke Dalam Pemakaian
Bahasa Indonesia dalam Parodi Indonesia Lawak Klub (Ilk) ”. Perbedaannya dengan
penelitian kali ini yaitu sumber penelitian yang bersumber dari Parodi Indonesia
Lawak Klub, Sedangkan Penelitian yang kami lakukan Sumbernya adalah
Generasi Z yang ada di lingkungan desa panyingkiran.selain kedua penelitian yng
sudah di sebutkn tadi, penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Haryani Putri,
dkk ( 2021 ) yang berjudul “Campur Kode dalam Pembelajaran di Kelas Rendah
Sekolah Dasar Negeri 74 Rejang Lebong ” perbedaanya terletak pada tempat penelitian
itu sendiri, penelitian tersebut bertempat di Sekolah Dasar Negeri 74 Rejang
Lebong, dan Penelitian yang kami lakukan bertempat di Lingkungan Desa
Panyingkiran.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Lokasi penelitian
adalah lingkungan Desa Panyingkiran, Kecamatn Panyingkiran Kabupaten
Majalengka dengan cara Observasi-merekam-mencatat. Yusuf (2017: 63) juga
berpendapat bahwa penelitian deskriptif kualitatif digunakan untuk
mendeskripsikan situasi atau kejadian secara tepat dan akurat, selain itu jenis
penelitian ini merupakan usaha untuk memberikan jawaban terhadap suatu
masalah atau mendapatkan infromasi lebih mendalam dan luas.
Sumber data dari penelitian ini adalah generasi Z d lingkungan desa
panyingkiran kemudian data yang di hasilkan yaitu berupa ujaran ujaran
campuran bahasa asing di dalam bahasa indonesia dalam kehidupan sehari hari
generasi z tersebut. Kami sudah melakukan observasi kepada gen Z desa
panyingkiran dengan menggunakan observasi naturalistik, dimana kami
melakukan pengamatan dan mempelajari perilaku spontan partisipan di
lingkungan alami mereka. Kami menggunakan rekaman suara untuk merekam
obrolan mereka agar lebih mudah meneliti bahasa bahasa asing yang masuk ke
dalam bahasa Indonesia. Ketika rekaman sudah selesai maka tugas kami adalah
mendengarkan isi rekaman suara mereka dan mencatat hasil dari isi obrolan
tersebut.
HASIL PENELITIAN
Berikut adalah hasil data dari campur kode hasil penelitian yang di
lakukan di lingkungan Desa Panyingkiran kepada Generasi Z. dalam hasil
rekaman yang di lakukan, ditemukan adanya bentuk campur kode, dan jenis –
jenis Campur kode.
Tabel data bentuk Campur kode
N DATA BENTUK JENIS CAMPUR
O CAMPUR KODE
KODE
1 Iya Bentar lagi kita OTW ( On Kata Campur Kode Ke
The Way ) dalam
“Iya sebentar lagi kita berangkat”
2 Nanti Malam Aku Mau Sleep Kata Campur Kode Ke
Call Sama Ayang dalam
“Nanti malam aku mau teleponan
hingga tertidur sama pacar”.
3 Iya Sorry yaa aku gak bisa hadir Kata Campur Kode Ke
“iya maaf ya aku gak bisa hadir”. dalam
4 Tapi Not bad sih dengan harga frasa Campur Kode Ke
segitu. dalam
“Tapi Tidak buruk sih dengan
harga segitu”.
5 Gue ngerasa beruntung banget Kata Campur Kode Ke
But gue gapernah dalam
ngerasain kaya gini.
“ Gue ngerasa beruntung banget
tapi gue belum pernah ngerasain
kaya gini ”.
6 Dia emang suka Slow Respon frasa Campur Kode Ke
“dia mang suka lambat dalam
merespon”.
7 Ternyata dia pilih yang Good frasa Campur Kode Ke
looking. dalam
”Ternyata dia pilih yang
Tampan / Cantik ”.

Data diatas merupakan data bentuk dan jenis campur kode.


Campur kode adalah suatu fenomena berbentuk penggunaan unsur-unsur
dari suatu bahasa tertentu dalam satu kalimat atau wacana bahasa lain dengan
adanya unsur kesengajaan. Bentuk bentuk campur kode ada tiga macam, yaitu :
a. Bentuk campur kode kata
Menyisipkan unsur bahasa lain kedalam tuturan, tetapi unsur
bahasa lain yang disisipkan tersebut hanya berupa kata. Kata adalah
unsur bahasa terkecil yang berdiri sendiri, terdiri dari satuan morfem
atau gabungan morfem, dan sangat penting peranan kata dalam tata
bahasa.

b. Bentuk campur kode frasa


Unsur-unsur dalam bentuk frasa yang disisipkan dalam suatu
tuturan campur kode. Jika dibandingkan dengan campur kode pada
bentuk klausa, campur kode bentuk frasa merupakan tingkatan yang
setingkat lebih rendah darinya. Frasa yaitu suatu sintaksis yang terdiri
dari dua kata atau lebih dan hanya memberikan satu funsi sintaksis
pada suatu kalimat (Ramlan dalam Dermawansyah, 2022: 1258).
c. Bentuk campur kode Klausa
Mencampur unsur klausa kedalam tuturan campur kode, yaitu
tuturan yang menggabungkan dua bahasa atau lebih dalam suatu
tuturan, tetapi hanya berupa klausa saja. Klausa adalah struktur yang
mencakup banyak kata dengan bagian predikatif (Keraf dalam
Contessa et a., 2020: 37).

Dari beberapa macam bentuk campur kode, Bentuk campur kode kata dan
frasa dalam percakapan biasanya paling banyak terjadi dalam setiap bahasa
termasuk bahasa asing ke dalam bahasa indonesia. Dalam penelitian ini, biasanya
campur kode tersebut akan dilakukan jika didorong oleh faktor keakraban
partisipan dengan lawan bicaranya. Jika lebih akrab maka akan lebih banyak
campur kode yang dilakukan secara sengaja karena sifat campur kode itu sendiri
yang non formal.
Dalam tabel tersebut terdapat beberapa bentuk campur kode kata dan
frasa bahasa asing dalam bahasa indonesia yang dilakukan oleh generasi Z di
lingkungan desa panyingkiran.

Anda mungkin juga menyukai