Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN KEGIATAN INDIVIDU

KULIAH KERJA NYATA (KKN) REGULER ANGKATAN 78


PERAN MODERASI AGAMA TERHADAP HARMONISASI KEHIDUPAN SOSIAL
MASYARAKAT LAHAT

CAMPUR KODE DALAM PERCAKAPAM MASYARAKAT DESA CEMPAKA WANGI


KAJIAN SOSIOLINGUISTIK

Oleh:
Muhammad Fawaz Fabio

Dosen Pembimbing Lapangan:


Dr. Zulhijra. M.Pd.

PUSAT PENGABDIAN MASYARAKAT


LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT
UINVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
2023
CAMPUR KODE DALAM PERCAKAPAN MASYARAKAT DUSUN II DI DESA
CEMPAKA WANGI KAJIAN SOSIOLINGUISTIK

Muhammad Fawaz Fabio, Dr. Zulhijra, M.Pd.


Prodi Bahasa dan Sastra Arab, UIN Raden Fatah Palembang
Prodi Pendidikan Agama Islam, UIN Raden Fatah Palembang
LP2M UIN Raden Fatah Palembang
email: muhammadfawazfabio@gmail.com

Abstrak

Program pengabdian masyarakat dalam bentuk ragam bahasa ini atas dasar kerjasama mahasiswa
Kuliah Kerja Nyata Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang dengan Desa Cempaka
Wangi Kecamatan Merapi Timur Kabupaten Lahat Provinsi Sumatera Selatan untuk memberikan
corak terkait peningkatan kualitas ragam bahasa oleh masyarakat Desa Cempaka Wangi yang
mayoritas masyarakatnya multi kultural, yang memiliki polemik mendasar dalam berinteraksi
sosial antara satu sama lain, dalam hal ini campur kode menjadi salah satu alternatif terbaik dalam
memahami suatu bahasa dalam intraksi sosial bagi masyarakat desa Cempaka Wangi.

Kata Kunci : Ragam Bahasa, Alih kode, Campur kode, sosiolinguistik.

Abstract
This community service program in the form of a variety of languages is based on the
cooperation of Raden Fatah State Islamic University Palembang Real Work Lecture students
with Cempaka Wangi Village, East Merapi District, Lahat Regency, South Sumatra Province to
provide patterns related to improving the quality of language variety by the people of Cempaka
Wangi Village, where the majority of the people are multi-ethnic. culture, which has a
fundamental polemic in social interaction with one another, in this case code mixing is one of the
best alternatives in understanding a language in social interaction for the Cempaka Wangi
village community.

Keywords: Variety of Language, Code Switching, Code Mixing, Socioliguistics.


PENDAHULUAN
Bahasa persatuan adalah suatu bahasa yang dipergunakan dalam ruang lingkup nasional dan dapat
digunakan sebagai media komunikasi yang menyatukan seluruh masyarakat di Indonesia. Selain bahasa
persatuan, Indonesia mempunyai ratusan bahasa daerah yang digunaan oleh berbagai kelompok masyarakat
dalam suatu kawasan daerahnya masing-masing.

Maka dari itu tidak dapat dipungkiri bahwa masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat
multilingual. Menurut Crystal (1992:228) multilingual adalah sebuah istilah linguistik dimana
masyarakatnya mempunyai kemampuan berbicara dengan menggunakan beberapa bahasa. Sebuah
eksistensi dalam penggunaan dua bahasa maupun lebih dalam berkomunikasi dapat mempermudah dalam
mencapai tujuan komunikasi itu sendiri. Walaupun kita tahu bahwa tidak semua orang dapat melakukan
atau menguasai teknik berkomunikasi menggunakan beberapa bahasa.

Makna dari kata komunikasi berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
proses penyampaian pesan, emosi, ide dan gagasan antara penutur dan mitra tutur untuk menjalin
hubungan yang lebih interaktif. Dalam proses berkomunikasi dibutuhkan sebuah alat yaitu bahasa,
bahasa sendiri merupakan lambang sebagai media, lambang tersebut bisa berupa gambar, isyarat
dan suara. Melalui ragam bahasa peneliti harus meluangkan waktu untuk memperhatikan setiap
percakapan antara masyarakat desa Cempaka Wangi.
Peneliti banyak memperhatikan adanya campur kode yang mempunyai maksud-maksud
tertentu yang berkaitan dangan percakapan sehari-hari warga desa. Dari percakapan yang terjadi
oleh mayoritas warga desa dengan berlatar belakang suku yang berbeda memungkinkan terjadinya
alih kode dan campur kode dalam percakapannya, mulai dari bahasa jawa, rambang, pagar alam,
lahat, komering sampai bahasa indonesia dan sebagainya. Penggunaan bahasa daerah atau bahasa
ibu dari masing-masing warga masih dipertahankan, semua itu karena rasa bangga tersendiri atas
bahasa daerahnya.
Hal tersebut menunjukkan bahwa masyarakat disana bilingua yaitu menggunakan dua
bahasa secara bergantian saat sedang berkomunikasi. Peneliti tertarik untuk meneliti tentang alih
kode di desa Cempaka Wangi dikarenakan hampir seluruh warga desa Cempaka Wangi berasal
dari berbagai suku dan agama yang berbeda. Sehubungan dengan fenomena tersebut peneliti
tertarik untuk meneliti peristiwa alih kode dan campur kode pada masyarakat desa karya mulya.
Peneliti berasumsi bahwa akan banyak sekali alih kode dan campur kode yang terjadi pada
percakapan warga desa karya mulya, untuk membuktikan asumsi penulis, maka sangat diperlukan
untuk melakukan penelitian secara empiris. Oleh karena itu penelitian yang berjudul “Campur
Kode Dalam Percakapan Masyarakat Dusun II Desa Cempaka Wangi (Kajian Sosiolinguistik)
sangat perlu untuk dilakukan

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif karena data bersifat deskriptif, data yang terkumpul bersifat
kata-kata sehingga tidak menekankan pada angka (Sugiyono, 2012). Data berupa bentuk percakapan
alih kode dan campur kode, faktor penyebab terjadinya alih kode. Sampel yang digunakan peneliti
adalah warga dusun 2 Desa Cempaka Wangi. Penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan
metode kualitatif deskriptif, data dari penelitian ini berupa bentuk alih kode, faktor penyebab
terjadinya alih kode dan campur kode , faktor penyebab terjadinya alih kode dan campur kode
pada percakapan sehari-hari warga desa Cempaka Wangi. Sumber data pada penelitian ini adalah
warga dusun 2. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan cara teknik
observasi dalam hal ini peneliti mengamati secara langsung terjun dalam segala kegiatan
masyarakat , kemudian menggunakan teknik dokumentasi dan cacatan kecil percakapan berbentuk
dialog, kemudian teknik analisis yang dilakukan secra sistematis agar terhindar dari kesalahan
data.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pelaksanaan KKN -78 di lakukan pada tanggal 18 Januari - 27 Februari 2023, penelitian dimulai
dari awal observasi sampai dengan berakhirnya pelaksanaan KKN dilingkungan sekitar Dusun 2
desa Cempaka Wangi, Kecamatan Merapi Timur, Kabupaten Lahat. Hasil dari penelitian ini
berupa:

1. Implementasi
Pada bagian ini penulis akan membahas mengenai permasalahan-permasalahan yang telah
dirumuskan pada rumusan masalah yaitu bentuk alih kode dan campur kode dan faktor penyebab
terjadinya alih kode dan campur kode pada percakapan sehari-hari warga dusun 2 desa Cempaka
Wangi
Bentuk alih kode dan campur kode pada percakapan sehari-hari warga dusun 1 desa karya
mulya Thelender (1976) dalam Chaer dan Agustina (2010:115) bahwa apabila dalam sebuah
peristiwa tutur terjadi peralihan dari satu klausa ke klausa bahasa lain, maka itulah wujud alih
kode. Alih kode berwujud alih varian, alih ragam, alih gaya, atau alih register. Ciri-ciri alih kode
adalah penggunaan dua bahasa atau lebih yang ditandai masing-masing oleh (1) masing-masing
bahasa masih mendukung fungsi-fungsi tersendiri sesuai dengan konteksnya, (2) fungsi masing-
masing bahasa disesuaikan dengan situasi relevan dengan perubahan konteks.
• Campur Kode Bahasa Lahat-Jawa

Abah Yusuf : “ Aku nih mak ini mak ini puoso wes dari 20 tahun yang lalu
( Saya walaupun seperti ini Puasa sudah dari 20 tahun yang lalu”
Data 01
Bentuk campur kode dan alih kode pada percakapan warga dusun 2 desa Cempaka Wangi.
Kridalaksana (2008:40) menyatakan campur kode sebagai penggunaan satuan bahasa dari
bahasa lain untuk memperluas gaya bahasa ataun ragam bahasa, termasuk di dalamnya
pemakaian kata, frasa, idiom, perulangan kata dan klausa. Penyisipan unsur berwujud kata
merupakan unsur terkecil dalam pembentukan tata bahasa, yang dimaksud kata adalah suatu
bahasa yang terdiri dari morfem tinggal dan gabungan morfem.

Wafa : “ Dide galak jadi Jeme Angel”


( Enggak mau jadi Orang Susah)
Data 02

Penyisipan unsur berfrasa.


Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat predikti, gabungan tersebut dapat
rapat dan dapat renggang.

Kadus 2: “Sek,sek, kele kuday”


(tunggu,tunggu,tunggu dulu)
Data 03
Penyusupan unsur berwujud perulangan kata.
Perulangan kata merupakan kata yang terjadi sebagai akibat dari adanya reduplikasi.
Mbah Roni: Mak Bedunduk ! Oi kau ni Ngageti bae
(Terkejut ! Kamu ini Mengagetkan saja)
Data 04
Penyusupan unsur berwujud idiom atau ungkapan
Idiom merupakan konstruksi dari unsur-unsur yang saling memilih, masing-masing
anggota mempunyai makna yang ada hanya karena bersama-sama yang lain atau dengan
pengertian lain idiom merupakan konstruksi yang maknanya tidak sama dengan gabungan
makna anggota-anggotanya.

2. Faktor penyebab terjadinya campur kode pada percakapan


Poedjosoedarmo (1976:15) mengakatakan bahwa faktor-faktor yang menjadi sebab
campur kode ini adalah disebabkan oleh lawan tutur, hadirnya orang ke tiga, bergengsi, dan adanya
pengaruh-pengaruh maksud tujuan tertentu dari penutur yakni melawak, merayu, menggoda,
menyindir, memperjelas keterangan, dan mengakrabkan diri. Selanjutnya faktor-faktor lain yang
menjadi penyebab campur kode yaitu :
1. Keterbatasan Penggunaan Kode Apabila penutur memiliki keterbatasan akan sebuah
penggunaan kode seperti kurangnya pengetahuan dalam padanan kata, frasa, atau klausa dalam
kode dasar yang digunakannya menjadi penyebab mengapa penutur menggunakan kode yang lain
dengan kode dasar pemakaian kode seharihari.
2. Lawan tutur Lawan tutur bisa saja berupa individua tau sebuah kelompok. Seorang
penutur yang awalnya menggunakan satu kode dapat melakukan campur kode dengan kode lain
apabila memilkihi lawan tutur dengan latar belakang daerah yang sama.
3. Tempat Tinggal dan Waktu Pembicaraan Berlangsung
4. Fungsi dan Tujuan Campur kode dapat sewaktu-waktu terjadi dikarenakan situasi yang
kadang tidak sesuai atau relevan. Maka dari itu, campur kode menunjukkan adanya saling
ketergantungan antara fungsi kontekstual dan situasional yang relevan dalam pemakaian dua
bahasa atau lebih.
Dokumentasi
No Foto Keterangan

Mengajar Di SD Negeri 14
1
Merapi Timur

Senam Anak-Anak Di Depan


2
Posko

3 Khutbah Jumat Di Masjid Jami

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, bentuk alih kode dan campur
kode di percakapan... meliputi (a) peralihan kode dengan menggunakan dua bahasa yakni bahasa
jawa ke bahasa Lahat dialek Lahat (b) peralihan kode dengan menggunakan dua bahasa yakni
bahasa jawa ke bahasa Lahat (c) peralihan kode dengan menggunakan dua bahasa yakni bahasa
Indonesia ke bahasa Jawa (d) peralihan kode dengan menggunakan dua bahasa yakni bahasa
indonesia ke bahasa Lahat dan (e) peralihan kode dengan menggunakan dua bahasa yakni bahasa
indonesia ke bahasa asing.
Faktor pokok terjadinya alih kode pada percakapan meliputi (a) faktor pokok pembicaraan (b)
faktor mitra tutur yang berlatar belakang kebahasaan yang berbeda.
Bentuk campur kode pada percakapan meliputi (a) penyisipan unsur berwujud Frasa (b) penyisipan
unsur berwujud kata (c) penyisipan unsur perulangan kata (d) penyisipan unsur berwujud
ungkapan atau idiom dan (e) penyisipan unsur berwujud klausa.

DAFTAR PUSTAKA
Nababan,P.W.J.1984.Sosiololinguistik suatu pengantar.Jakarta: Gramedia
Ohoiwutun, Paul.1997. Sosiolinguistik: memahami bahasa dalam konteks
Achsani, F., & Masyhuda, H. M. (2018). Campur Kode dalam Komunikasi Santri di Pondok
Pesantren AlHikmah Sukoharjo. Jurnal KIBASP (Kajian Bahasa, Sastra dan Pengajaran), 2(1),
24-37.

Permana, A. M. (2015). Alih Kode Dan Campur Kode Dalam Interaksi Jual Beli Di Pasar
Tradisional Simpang Surabaya: Kajian Sosiolinguistik (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS
AIRLANGGA).

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Nugroho, A. (2011). Alih Kode dan campur kode pada komunikasi guru-siswa di SMA Negeri 1
Wonosari Klaten. Jurnal (Internet)(http://eprints. uny. ac. id/21918/1/Adi% 20Nugroho%
2007204241039. pdf). diaksestanggal, 28.

Anda mungkin juga menyukai