Jurnal Bahasa dan Pengajaran Bahasa JOLLT Januari 2024. Vol.12, No.1
https://e-journal.undikma.ac.id/index.php/jollt p-ISSN: 2338-0810
Email: jollt@undikma.ac.id e-ISSN: 2621-1378
DOI: https://doi.org/10.33394/jollt.v%vi%i.8779 hal.1-20
Cara mengutip: Syamsurrijal, S., & Arniati, F. (2024). Kajian Metafungsi Slogan Daerah Lombok: Analisis
Linguistik Fungsional Sistemik, JOLLT Journal of Languages and Language Teaching, 12(1), pp.1-
20. DOI: https://doi.org/10.33394/jollt.v%vi%i.8779
PERKENALAN
Bahasa merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia. Hal ini memungkinkan orang untuk
berinteraksi dan berkomunikasi secara efektif dengan orang lain dalam kehidupan sehari-hari. (Erniati,
2023) Bahasa merupakan bagian penting dalam komunikasi dan identitas manusia, berperan penting
dalam membentuk warisan budaya dan menjaga kohesi sosial antar masyarakat. (Marnetti, 2017)
menyatakan bahwa meskipun masyarakat dapat menggunakan alat komunikasi lain selain bahasa,
namun merupakan sarana komunikasi yang paling efektif dan efisien. Bahasa memainkan peran
mendasar dalam aktivitas manusia, termasuk komunikasi, berbagi informasi, dan kemampuan untuk
mempengaruhi orang lain menuju hasil yang lebih baik. Sebagaimana dikemukakan oleh (Sapir, 1921):
Bahasa adalah cara unik manusiawi dan non-naluriah dalam mengekspresikan pikiran, perasaan, dan keinginan melalui
Selain itu, bahasa adalah fenomena sosial penting yang memberikan kontribusi signifikan terhadap
kehidupan manusia dengan memfasilitasi komunikasi penting antar manusia. Bahasa mempunyai
banyak fungsi dalam komunikasi manusia. Menurut (Andi, Suka, & Rini, 2014) fungsi bahasa adalah
Informasional, Ekspresif, Direktif, Estetika, dan Phatic. Kemampuan mengutarakan pikiran dan perasaan
merupakan salah satu fungsi yang mempunyai dampak langsung dan tidak langsung terhadap kehidupan masyarakat
Jurnal Bahasa dan Pengajaran Bahasa JOLLT, Januari 2024. Vol.12, No.1 | 1
Machine Translated by Google
mempengaruhi kehidupan masyarakat secara langsung dan tidak langsung, dimanapun lokasinya.
Menurut (Andi et al., 2014) fungsi dasar bahasa adalah memungkinkan individu mengungkapkan
peristiwa, mendiskusikan pengalaman, dan berbagi informasi dan konsep. Apalagi ungkapan bahasa
dapat tertuang dalam kata, frasa, dan klausa yang sangat mudah diingat oleh pembaca. Bahasa memiliki
dua bentuk: lisan dan tulisan. Berbagai makna bahasa lisan dapat dipahami oleh siapa saja yang melihat
atau membacanya. Goody dan Watt, 1963 dalam (Akinnaso, 1985); Dalam penelitian tersebut dikemukakan
bahwa bahasa-bahasa dengan warisan sastra yang luas, seperti bahasa Inggris, telah menghasilkan jenis
bahasa (yaitu wacana tertulis) yang tampak berbeda dari percakapan sehari-hari pada umumnya.
Bentuk tertulis digunakan untuk menyampaikan maksud atau pesan tertentu. Hal ini dapat
ditemukan dalam tulisan-tulisan menarik seperti slogan. Slogan merupakan semboyan yang mengandung pesan dan ideo
Digunakan dalam bidang politik, periklanan dan bidang lainnya (Wisnu Wardani, 2018). Slogan
didefinisikan sebagai frasa atau moto yang mudah diingat yang digunakan dalam konteks politik,
komersial, agama, dan lainnya untuk terus mengekspresikan suatu konsep atau tujuan (Wijayanti & Restu
Wilujeng, 2019). Slogan berfungsi sebagai alat dan media yang efektif untuk mengkomunikasikan simbol
dan makna kepada masyarakat umum, dan dikatakan bahwa slogan di ruang publik telah menjadi cara paling efektif untuk
simbol dan maknanya serta mudah diakses oleh masyarakat. Penggunaan slogan sebagai media
sosialisasi menyebarkan informasi terstruktur kepada berbagai kelompok budaya, pendidikan, ekonomi,
dan politik di masyarakat luas (Wijayanti & Restu Wilujeng, 2019). Dengan demikian, bahasa yang
digunakan dalam slogan mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi proses berpikir orang yang
membaca. Tujuan utama dari slogan adalah untuk mendidik dan menginspirasi masyarakat sekaligus
menyebarkan semangat dan aspirasi. Selain itu, slogan merupakan ungkapan atau konsep yang diulang-
ulang agar mudah diingat. Bahasa merupakan cerminan peristiwa atau kejadian tertentu pada waktu dan
tempat tertentu. Menurut Thomson dalam (Marwa, 2020), bahasa mencerminkan cara pandang kita
terhadap suatu situasi yang terjadi pada momen, latar, dan keadaan tertentu.
Oleh karena itu, linguistik memegang peranan penting dalam menyampaikan makna sebuah slogan.
Dari segi bahasa, penulisan slogan merupakan bidang kajian yang menarik dari perspektif
Linguistik Fungsional Sistemik (SFL). Slogan menggunakan kata, frasa, dan kalimat yang mencerminkan
idiom regional dan lokal serta memiliki makna tersirat, pesan ideologis, dan efek. SFL adalah studi
tentang hubungan antara bahasa dan fungsinya dalam lingkungan sosial. SFL juga dikenal sebagai tata
bahasa fungsional sistematis atau linguistik Halliday. SFL mencakup tiga lapisan yang membentuk mesin
linguistik: makna (semantik), bunyi (fonologi), dan leksikogram (sintaksis, morfologi, dan leksis).
SFL sebagaimana dijelaskan oleh (Halliday & Matthiessen, 2014) melibatkan beberapa analisis. Hal
ini mencakup ekspresi (fonetik dan fonologi), isi (leksikogramma dan semantik) dan konteks. Analisis
konteks sangat penting karena memberikan kontribusi signifikan terhadap proses pembuatan makna.
Seseorang tidak berkomunikasi atau menulis dalam kalimat-kalimat tersendiri, melainkan dalam satuan-
satuan makna yang disebut teks. Hal ini dihasilkan dan dipengaruhi oleh konteks yang berbeda (Endarto, 2017).
Namun, diakui secara luas bahwa banyak orang tidak menyadari ideologi, pesan, dan makna yang
mendasari slogan-slogan tersebut. Perlu dicatat bahwa bahasa yang digunakan dalam slogan sangat
berbeda dengan bahasa yang digunakan dalam komunikasi sehari-hari. Slogan daerah adalah ungkapan
ringkas dan mudah diingat yang digunakan untuk menginformasikan dan menjelaskan tujuan dan
ideologi suatu daerah tertentu. Namun makna tersiratnya, baik secara pragmatis maupun gramatikal,
tidak selalu dipahami dengan baik. Menurut (Marnetti, 2017), slogan disajikan dalam format yang menarik
untuk menarik minat pembaca dan berfungsi sebagai alat atau media untuk menyampaikan pesan kepada
masyarakat umum. Untuk memahami sepenuhnya sifat sebuah slogan, peneliti perlu melakukan analisis
khusus menggunakan metode seperti pendekatan SFL, dengan fokus khusus pada metafungsi dan
transitivitas. Metafungsi mengacu pada bagian bahasa
Jurnal Bahasa dan Pengajaran Bahasa JOLLT, Januari 2024. Vol.12, No.1 | 2
Machine Translated by Google
berurusan dengan elemen semantik dan leksikogramatikal. Menurut (Qurrata'ain, 2020), metafungsi
mempunyai tiga makna: kebenaran, interaksi dan pesan. (Sepbrina, 2019) mengembangkan
konsep Halliday tentang fungsi dasar bahasa dan membagi leksikogrammar menjadi tiga
metafungsi utama: ideasional, interpersonal, dan tekstual. Masing-masing metafungsi ini
mencerminkan aspek penting dunia. Masing-masing berkaitan dengan modus makna klausa
yang unik. Metafungsi ideasional berkaitan dengan alam dan konteksnya yang lebih luas,
termasuk keberadaan kita, dan berfokus pada klausa sebagai representasi; metafungsi
interpersonal berkaitan dengan klausa sebagai pertukaran dan berkaitan dengan lingkungan
sosial, khususnya interaksi antara pembicara dan pendengar. Menurut Zahoor&Janjua dalam
(Hutabarat, Herman, Silalahi, & Sihombing, 2020).
Metafungsi ideasional tercermin dalam isi bahasa. Metafungsi interpersonal berkaitan
dengan klausa sebagai pertukaran dan berkaitan dengan lingkungan sosial, khususnya interaksi
antara berbicara dan mendengarkan. Halliday dalam (Fadhillah & Rahmadina, 2021)
mengemukakan bahwa penggunaan metafungsi interpersonal dapat membantu penulis
memoderasi pendapat atau pesan yang ingin disampaikan dalam pertukarannya, sehingga
terhindar dari kesan terlalu berempati atau tidak tepat. Metafungsi tekstual mengacu pada
struktur verbal, khususnya koherensi informasi dalam teks tertulis, dan berkaitan dengan klausa
sebagai pesan. (Gebhard & Accurso, 2022). Fokus metafungsi tekstual bahasa adalah penggunaan
bahasa oleh manusia dalam berbagai modus dan media untuk menghasilkan teks yang koheren
dan kohesif. Konsekuensinya, fungsi ini berkaitan dengan pengorganisasian informasi secara
logis dan jelas serta membimbing pembaca atau pendengar melalui teks. Halliday dalam
(Metekohy, 2021) menjelaskan bahwa metafungsi tekstual melibatkan realisasi makna ideasional
dan interpersonal melalui struktur dan kohesi. Menurut Halliday dan Hasan dalam
(Hashinah, 2022), metafungsi ideasional paling erat kaitannya dengan gagasan konvensional
tentang bahasa dan makna karena berkaitan dengan bagaimana bahasa digunakan untuk menggambarkan dunia
Metafungsi interpersonal, yang mengakui pentingnya bahasa dalam menempatkan identitas atau
hubungan dalam wacana komunikatif, merupakan pendekatan yang paling erat kaitannya dengan
subjek karya. Metafungsi tekstual, sebaliknya, adalah fungsi berorientasi bahasa yang mengatur
dan menyusun informasi linguistik dalam frasa untuk membangun teks yang kohesif dan koheren.
Halliday dalam (Gebhard & Accurso, 2022) Pada setiap metafungsi kajian klausa
menunjukkan struktur unik yang tersusun dari aspek-aspek berbeda. Metafungsi Ideasional
memecah klausa menjadi Proses, Partisipan, dan Keadaan, dengan masing-masing tipe partisipan
untuk berbagai tipe cara, seperti dalam kasus tata bahasa. Metafungsi interpersonal menganalisis
klausa dalam kaitannya dengan Suasana Hati dan Residunya. Elemen Mood selanjutnya dipecah
menjadi Subjek dan Terbatas. Metafungsi ideasional sebagaimana dikemukakan (Sihura, 2019)
terdiri dari dua subfungsi atau mode: eksperiensial dan logis. Mode eksperiensial berfokus pada
konten atau ide, sedangkan mode logis berkaitan dengan hubungan antar ide. Dalam metafungsi
ini, sistem transitivitas gramatikal digunakan.
Meskipun istilah transitivitas sering digunakan untuk membedakan antara kata kerja yang
memiliki objek dan yang tidak memiliki objek, istilah ini merupakan konsep yang familiar.
Thompson dalam (Nurfithri, 2021) mengartikan transitivitas sebagai alat untuk mendeskripsikan
keseluruhan klausa, bukan hanya kata kerja dan objeknya saja. Menurut (Halliday, 2004)
perangkat transitivitas termasuk dalam metafungsi pengalaman. Untuk lebih memahami
metafungsi pengalaman, kita dapat memeriksa tata bahasa klausa. Klausa dalam ciri-ciri
pengalamannya mewakili pola pengalaman secara obyektif. Evaluasi transitivitas berkembang
dan membentuk berbagai proses. (Gerot, 1994) setuju bahwa sistem sangat penting bagi
transitivitas." Partisipan dan situasi bergantung pada teknik. Strategi kualitas menyarankan satu jenis partisipan
Jurnal Bahasa dan Pengajaran Bahasa JOLLT, Januari 2024. Vol.12, No.1 | 3
Machine Translated by Google
proses terkendali yang menyampaikan suatu konsep. Prosesnya menggunakan kata kerja untuk
mendemonstrasikan ide dari fenomena tersebut. Menurut (Martin, Matthiesen, & Painter, 1997) transitivitas
diartikan sebagai hasil. Struktur tersebut ditentukan oleh dua sistem utama: jenis proses dan keadaan. Jenis
proses sangat penting dalam mengklasifikasikan semua peristiwa ke dalam kategori yang berbeda.
Keadaan bersifat umum di semua jenis proses karena mereka kurang terlibat dalam proses dibandingkan para
partisipan. Menurut Halliday (Sepbrina, 2019), perangkat transitivitas bahasa Inggris memiliki enam macam
proses seperti Material, Mental, Relational, Behavioral, Verbal, dan Existential. Proses-proses tersebut
merupakan konsep-konsep penting dalam bidang linguistik, yang telah memberikan kontribusi besar terhadap
penelitian akademis. Meskipun banyak penelitian yang mengeksplorasi metafungsi ideasional dan transitivitas
dalam slogan kesehatan, maskapai penerbangan, mode dan makanan, namun penelitian tentang slogan
regional atau distrik yang menggunakan metafungsi dan transitivitas masih terbatas. Oleh karena itu, penulis
melakukan analisis mendalam mengenai metafungsi dan transitivitas slogan kabupaten atau daerah di Pulau
Lombok.
Telah ada penelitian sebelumnya yang memanfaatkan Linguistik Fungsional Sistemik (SFL) untuk
memahami ekspresi ideologi atau opini dalam slogan. Peneliti pertama adalah (Tuckyta & Sujatna, 2013) studi
yang mengkaji sistem mood dan transitivitas dalam slogan maskapai penerbangan nasional dan regional.
Studi tersebut mengungkapkan bahwa maskapai penerbangan nasional dan regional menggunakan sistem
mood deklaratif dan imperatif, dengan proses material, mental, dan relasional sebagai transitivitas, dengan
mood utama bersifat deklaratif. Peneliti kedua adalah (Alaei & Ahangari, 2016) mempelajari pola transitivitas
dalam 'Heart of Darkness' karya Joseph Conrad. Peneliti mengidentifikasi pola metafungsional ideasional
dalam tata bahasa leksikal Joseph Conrad dan mencatat penggunaan latar depan oleh penulis terhadap pola-
pola ini untuk membedakan rasis dan ideologi imperialistik ditentang melalui bingkai narasi seluruh bagian
pertama. Peneliti ketiga adalah (Aminu, 2017)
analisis metafungsi ideasional dalam pidato pengukuhan periode kedua Barack Obama mengungkapkan
bahwa Penelitian ini mengungkapkan bahwa Proses Material (melakukan) adalah yang paling umum digunakan
dalam pidato, sedangkan Proses Verbal (berkata) adalah yang paling sedikit digunakan. Metafungsi ideasional
membantu pembaca dalam memahami pesan yang dimaksud. Peneliti keempat adalah (Haryanto, Yuliana, & Jupply, 2019)
studi tentang metafungsi ideasional teks bahasa Inggris yang digunakan oleh pemandu wisata. Hal ini
menunjukkan bahwa metafungsi ideasional membaginya menjadi sistem transitivitas dan makna logis.
Proses material merupakan sistem transitivitas yang paling dominan yaitu sebanyak 46 proses (51,11%).
Proses eksistensial merupakan proses kedua yang paling dominan yaitu sebanyak 44 proses (48,89%). Dua
makna logis diidentifikasi dalam penelitian ini: hipotaksis (17 kali atau 58,62%) dan parataksis (12 kali atau
41,38%). Peneliti kelima adalah (Wahyuningsih, Suryanasari, Astuti, & Waljinah, 2019) Analisis Aspek
Kebermaknaan Slogan Kabupaten di Solo Raya. Penelitian dilakukan melalui analisis semantik. Temuan
penelitian adalah peneliti memperoleh empat slogan di Solo Raya sebagai identitas masing-masing kabupaten.
Peneliti keenam adalah (Anindita, Widiyantari, & Hayati, 2022) mengkaji Analisis Transitivitas Slogan Bahasa
Indonesia Covid 19 Di Instagram. Studi menemukan bahwa 50% proses materi, 38% proses relasional, 6%
proses mental, dan 6% proses verbal digunakan. Peneliti ketujuh adalah (Ramadhani, Nainggolan, & Sitompul,
2023) Analisis Metafungsi Ideasional dalam Teks Recount Di SMAN 1 Panai Hilir Labuhan batu, Sumatera
Utara. Studi menemukan bahwa proses materi adalah proses yang paling umum dalam penulisan cerita ulang,
terhitung 66 contoh (40%) dalam makalah siswa.
Penelitian ini akan berbeda dengan penelitian sebelumnya. Beberapa penelitian dilakukan terhadap
slogan berbahasa Inggris yang menerapkan SFL pada novel, slogan maskapai penerbangan nasional dan
daerah, pidato pengukuhan, slogan HIV/AIDS, slogan iklan, penulisan recount, metafungsi teks bahasa Inggris
dan analisis slogan pada semboyan kabupaten Solo Raya dengan menggunakan analisis semantik.
Selain itu, penelitian ini menganalisis slogan-slogan kabupaten Lombok menggunakan SFL
Jurnal Bahasa dan Pengajaran Bahasa JOLLT, Januari 2024. Vol.12, No.1 | 4
Machine Translated by Google
analisis metafungsi dan transitivitas. Penelitian dilakukan di Pulau Lombok provinsi Nusa Tenggara
Barat (WNT). WNT terdiri dari dua pulau, Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa.
Pulau Lombok terdiri dari lima kabupaten, yaitu Lombok Timur, Lombok Tengah, Kota Mataram,
Lombok Barat, dan Kabupaten Lombok Utara, sedangkan Pulau Sumbawa meliputi Sumbawa Barat,
Sumbawa Besar, Dompu, Kota Bima, dan Kabupaten Bima. Setiap kabupaten menggunakan bahasa
daerahnya masing-masing, yang merupakan ciri khas daerahnya meskipun terletak di pulau yang sama.
Penulis menekankan metafungsi dan transitivitas dalam analisis slogan daerah karena semua
slogan menggunakan bahasa daerah yang tinggi. Akibatnya, banyak masyarakat Lombok yang
belum sepenuhnya memahami makna intrinsik, ekstrinsik, dan tujuan dari slogan tersebut. Dengan
menganalisis wacana, pembaca dapat memahami tidak hanya informasi tetapi juga makna di luar
kalimat dengan menganalisis bagian-bagian penyusunnya, seperti aspek transitivitas yang mencakup
proses, partisipan, dan situasi (Halliday, 2004).
Ketika seseorang mencoba memahami suatu bahasa, ia dapat menganalisis lexico-grammar
atau metafungsi dan transitivitas bahasa tersebut, kemudian berdasarkan hal tersebut dapat dikaitkan
dengan situasi konteks, karena setiap bahasa mempunyai fungsi untuk berbagi pengalaman
(ideasional), dan pembaca atau pendengar dapat menghubungkannya dengan topik bahasa (bidang).
Ketika bahasa memungkinkan penutur untuk mengkomunikasikan sikap dan penilaiannya
(interpersonal), pembaca atau pendengar dapat menghubungkannya dengan hubungan sosial
(tenor). Terlebih lagi, ketika bahasa berfungsi untuk menyampaikan hubungan bahasa dengan
lingkungannya (tekstual), pembaca atau pendengar dapat mengasosiasikannya dengan cara bahasa tersebut digunak
slogan-slogan di Lombok, melalui analisa mendalam terhadap SFL memiliki beberapa makna penting,
yaitu memberikan pemahaman luas kepada masyarakat mengenai makna bahasa yang digunakan
dalam slogan tersebut dan tujuannya. Pemahaman ini akan memungkinkan mereka mengambil
tindakan positif dan menjauhkan diri dari tindakan ilegal yang ditonjolkan dalam slogan tersebut.
Secara keseluruhan, studi tentang metafungsi slogan-slogan daerah penting karena memberikan
wawasan berharga mengenai bahasa, budaya dan masyarakat di daerah tersebut dan juga dapat
membantu mengembangkan strategi pemasaran dan promosi yang efektif.
Penggunaan analisis SFL memungkinkan peneliti mengidentifikasi berbagai jenis suasana
hati yang digunakan dan fungsi linguistiknya. Sehingga dapat membantu pemerintah daerah dalam
menegakkan peraturan atau ideologi yang harus diikuti oleh masyarakat dan membuang praktik-
praktik yang tidak diinginkan. Hao dalam (Mushtaq, Saleem, Afzal, & Saleem, 2021) menyatakan
bahwa dalam linguistik kritis, praktisi bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis manifestasi
ideologi dalam wacana, termasuk mengkaji bagaimana proses ideologi tersebut diterapkan.
Berdasarkan latar belakang di atas maka tujuan penelitian adalah: (1) untuk menganalisis makna
luas dari metafungsi yang diungkapkan dalam slogan-slogan kabupaten di Pulau Lombok Provinsi
WNT, (2) untuk mengetahui jenis proses sistem transitivitas yang paling dominan digunakan dalam slogan kabupaten
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Pendekatan penelitian, pencapaian fakta dengan tujuan dan kegunaan tertentu memerlukan
metode yang sistematis (Sugiono (2015), melibatkan pengumpulan dan evaluasi informasi (Creswell
2018) Karena penelitian ini melibatkan fenomena bahasa, maka penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan jenis penelitian deskriptif interpretatif. Diperlukan suatu
interpretasi karena penelitian ini menyangkut rasionalisasi atau penafsiran peneliti.Menurut Saville-
Troike dalam (Holmes, 2013) temuan informasi dapat digali dari berbagai aktivitas dan interaksi
dalam kehidupan kita sehari-hari, seperti majelis, upacara spiritual , praktik sosial, dan kelompok
masyarakat lainnya.Ungkapan tersebut didukung oleh (Budiarjo, 2007) bahwa alam
Jurnal Bahasa dan Pengajaran Bahasa JOLLT, Januari 2024. Vol.12, No.1 | 5
Machine Translated by Google
Data dapat diperoleh melalui wawancara pada saat melakukan kegiatan sosial, baik secara sadar
maupun tidak sadar.
Penelitian dilakukan dengan pendekatan deskriptif kualitatif interpretatif, dengan peneliti
mengasumsikan peran sebagai instrumen manusia yang utuh. Dalam penelitian kualitatif, selain
peneliti sendiri, tidak ada unit lain yang dipilih. Menurut (Denzin & Lincoln, 2009), studi kualitatif
ditentukan oleh pendekatannya yang mudah diubah, yang mendorong penggunaan konsep
"ketidakpastian". Hal ini mencakup sejauh mana fokus penelitian, keragaman jenis ketidakpastian
dan data yang dikumpulkan, sumber ketidakpastian statistik, dan jenis ketidakpastian lainnya.
cocok untuk sejumlah peserta terbatas melalui observasi dan survei. Survei digunakan untuk
mengumpulkan data dari audiens dan memperoleh wawasan tentang cara pandang, pendapat,
preferensi, dan pandangan mereka mengenai pengetahuan mereka tentang bahasa dan budaya Sasak.
Setelah pengumpulan data melalui wawancara dan observasi, diperolehlah data primer untuk
penelitian ini. Datanya terdiri dari empat slogan daerah yang menggunakan bahasa Sasak atau
bahasa daerah. Slogan daerah tersebut adalah sebagai berikut.
Meja 2
Slogan Empat Kabupaten
Analisis data
Metodologi analisis data sebagian besar didasarkan pada strategi Miles dan Huberman
dalam (Sitanggang, 2018) untuk evaluasi data kualitatif. Tampilan data adalah
langkah terpenting kedua dalam proses evaluasi dan melibatkan penyajian data dengan relevansi
dan kejelasan. Tampilan data adalah langkah terpenting kedua dalam proses evaluasi, yang
melibatkan penyajian data dengan relevansi dan kejelasan. Tahap pertama melibatkan reduksi data,
yang menyangkut penyederhanaan dan transformasi catatan area tertulis atau entri transkripsi Miles
dan Huberman (Tuckett, 2005). Ini memerlukan pengumpulan dan pengurangan frasa. Secara umum,
penyajian merupakan kumpulan data yang terstruktur dan padat, yang mencakup analisis dan gerak
(Tuckett, 2005). Pada tahap ini, penulis membahas jenis-jenis slogan yang digunakan. Penarikan
kesimpulan adalah aspek ketiga dari analisis kualitatif, yang melibatkan peninjauan kembali data
penelitian untuk memahami signifikansi dan relevansinya dengan pertanyaan penelitian yang ada.
Pada tahap ini temuan penelitian diperoleh dari lokasi penelitian.
Tabel dan matriks data digunakan untuk menyajikan dan menganalisis informasi yang
diperoleh. Metodologinya meliputi pengkodean data, pelabelan tema, identifikasi pola dan
pengembangan sistem kategori Patton di (Fahlevi, 2015). Analisis data dilakukan secara kualitatif
melalui penggunaan teori SFL yang melibatkan pengklasifikasian struktur hierarki linguistik ke
dalam satuan-satuan, yaitu 1) klausa, 2) kelompok atau frasa, 3) kata, dan 4) morfem. Ketika analisis
unit gramatikal selesai, analisis berdasarkan metafungsi bahasa dilanjutkan dengan diagnosis
minimal menurut SFL, karena fokusnya adalah pada fungsi.
Jurnal Bahasa dan Pengajaran Bahasa JOLLT, Januari 2024. Vol.12, No.1 | 7
Machine Translated by Google
Tabel 3
Slogan Kabupaten Lombok Timur
Slogan Arti
Patuh (obey) suka menuruti perintah; mematuhi perintah, aturan, dan sebagainya); berdisiplin. Taat: patuh; mematuhi; mematuhi.
Taat, bungkuk, bungkuk dalam ketundukan.
1. Ketaatan pada awig-awig desa adalah kunci ketentraman masyarakat.
2. Kedamaian masyarakat ditentukan oleh ketaatannya terhadap norma
3. Ketaatan terhadap norma merupakan penentu perdamaian sosial
Karya (Creation) Pekerjaan (N), hasil perbuatan (N), ciptaan (N), karya, karya, karya (V): mempunyai pekerjaan
tetap; profesi; membuat (menulis, melukis)
Slogan Kabupaten Lombok Timur terdiri dari kata “Patuh Karya”. Informan menyatakan
bahwa “patuh” berasal dari bahasa Sasak yang berarti “taat”, sedangkan “karya” berarti
“ciptaan”. Oleh karena itu, “patuh” mengandung makna bahwa masyarakat Lombok Timur
harus mematuhi hukum adat karena kedamaian dalam masyarakat ditentukan oleh ketaatan dan ketaatan pa
Tabel 4
Analysis of the Patuh Karya Metafunction, Slogan of East Lombok Regency
Tekstual Menaati awig-awig desa (hukum adalah kunci perdamaian dalam masyarakat.
adat)
Kisah Cupak merupakan karya terkenal dari tokoh budaya Sasak Lombok.
Gerantang
Slogan Kabupaten Lombok Timur adalah “Patuh Karya” (taat bekerja). Kata tingkat
klausa “PATUH” berperan sebagai Pelaku (Participant), Material, Proses Perilaku
(transformatif) dan tujuan, yang terdiri dari Tiga Metafungsi pengalaman. Selain itu, slogannya memiliki
Jurnal Bahasa dan Pengajaran Bahasa JOLLT, Januari 2024. Vol.12, No.1 | 8
Machine Translated by Google
Tabel 5
Slogan Kabupaten Lombok Utara
Paman Tioq berarti tumbuh yang bermakna bahwa Tiok mewakili pertumbuhan yang mengandung makna
masyarakat Lombok Utara menerima bahwa penduduk Lombok Utara telah menerima suatu aset
anugerah dari Tuhan Yang Maha Kuasa yang berharga dari Tuhan dan patut untuk menghargai,
sebagai modal dasar yang harus disyukuri, melestarikan dan mengelolanya dengan hati-hati.
dipelihara dan dipertanggungjawabkan.
Ayahnya Tata berarti atur (mengatur), perbaiki Tataq mengacu pada pengelolaan dan peningkatan
bermakna mengelola kehidupan dan segala kehidupan dan semua sumber daya yang disediakan oleh
sumberdaya yang dianugerahkan oleh Tuhan dengan tetap bertanggung jawab kepada Tuhan dan
Tuhan dengan bertanggungjawab kepada generasi mendatang, dan meningkatkan kesejahteraan
Tuhan dan generasi mendatang serta untuk kolektif. Selain itu, hal ini menunjukkan kerangka kerja yang
membangun kesejahteraan bersama. Tata berupaya untuk mendorong keselarasan antara hablu
juga mengandung makna sistem yang minannas dan hablu minallah (yaitu antar manusia dan
dibangun untuk membangun harmoni antara manusia dengan Tuhan), serta dengan sumber daya lingkungan.
antara hablu minannas dan hablu minallah
(antar manusia dan antara manusia dengan
Allah).
Tunaq Tunaq berarti menyayangi, memelihara, Tunaq mencakup prinsip mencintai, mengasuh, menyayangi,
mendayagunakan secara maksimal yang dan memanfaatkan secara optimal. Hal ini mencakup
bermakna tidak menyia-nyiakan dan menghindari pemborosan dan penyalahgunaan seluruh potensi
menyalahgunakan seluruh potensi dan dan sumber daya untuk memastikan tidak ada yang terbuang.
sumber daya. Tidak ada sumberdya yang
dibiarkanmubazir
: cara Ayah = pengelola, suami Tunaq = memelihara, menyayangi,
Proses
Tumbuh Tioq : Eksistensial Proses; Bahan Proses: Mental
Tabel 6
Analisis Metafungsi Slogan Kabupaten Lombok Utara
Suasana hati
Jurnal Bahasa dan Pengajaran Bahasa JOLLT, Januari 2024. Vol.12, No.1 | 9
Machine Translated by Google
Subjek Terbatas
Lombok
Orang-orang Utara Melakukan
Cinta dan tidak menyia-nyiakan
Lombok
Thame Tema
Tuhan Maha Besar Menyediakan pertumbuhan Sumber daya alam (tanaman pangan, kayu, ternak,
sumber daya kelautan) di bumi (di lahan pertanian, hutan, kelautan)
Masyarakat Noth Lombok Memperbaiki, dan mengelola sumber daya alam (tanaman pangan, kayu, ternak,
sumber daya kelautan) yang ada di muka bumi (di lahan pertanian, hutan, laut)
Tekstual
Masyarakat Noth Lombok Mencintai dan tidak menyia-nyiakan segala sumber daya alam
Kabupaten Lombok Utara menganut semboyan tioq (bertumbuh), tataq (mengelola, mengatur)
dan tunaq (mencintai dan mengayomi). Penting untuk diperhatikan bahwa istilah teknis akan
dijelaskan saat pertama kali diperkenalkan. Motto ini memiliki tiga metafungsi: ideasional,
interpersonal, dan tekstual. Metafungsi ideasional meliputi Aktor (Peserta), Proses Eksistensial,
Tujuan (Peserta), dan Keadaan. Metafungsi interpersonal melibatkan Mood, Predicator, Complement,
dan Adjunct. Terakhir, metafungsi tekstual terdiri dari sebuah tema.
Tabel 7
Slogan Kabupaten Lombok Tengah
Tata mampu, arif, bijaksana, memiliki pengetahuan dan cara cakap, bijaksana, berilmu dan berwawasan luas
pandang yang berwawasan luas serta jauh ke depan
Ingat rajin bekerja, dinamis dalam bekerja, ulet, sungguh – rajin dalam bekerja, dinamis dalam bekerja, ulet,
sungguh dan tidak mengenal putus asa dan memiliki kemauan kerja yang tinggi
kemauan menjalankan tugas.
Lintas artinya memiliki budi pekerti luhur jiwa kasih sayang Artinya mempunyai akhlak mulia, kasih sayang
terhadap sesama, patuh kepada ibu bapak termasuk terhadap sesama, taat kepada orang tua termasuk
pada guru dan pemimpin (pemerintah) serta kepada guru dan pemimpin (pemerintah) serta masyarakat
masyarakat dan bangsa dan bangsa.
Motto Lombok Tengah adalah “Tatas, Tuhu, Trasna.” "Tatas" mengacu pada kemampuan untuk
memiliki kebijaksanaan dan perspektif yang berwawasan luas. Tuhu melambangkan ketekunan,
keuletan, dan kemauan bekerja keras. Trasna mengandung arti keluhuran budi, kasih sayang terhadap
sesama, dan ketaatan kepada orang tua, guru, dan pemimpin (termasuk pejabat pemerintah), serta masyarakat dan ba
Tabel 8
Analisis Fungsi Meta pada Slogan Kabupaten Lombok Tengah
Jurnal Bahasa dan Pengajaran Bahasa JOLLT, Januari 2024. Vol.12, No.1 | 10
Machine Translated by Google
Bupati Lombok Tengah bukan hanya pemimpin Tatas tapi juga Trasna.
Aktor (Peserta) Proses: Relasional (tipe intensif) Sasaran Keadaan
(Peserta)
Bupati dari bekerja dan berperilaku bijaksana, tekun, dinamis dan ulet dengan
Lombok Tengah menerapkan kemampuan tinggi, pengetahuan dan cara pandang
yang berwawasan luas
Jurnal Bahasa dan Pengajaran Bahasa JOLLT, Januari 2024. Vol.12, No.1 | 11
Machine Translated by Google
Lombok Barat mengadopsi semboyan Patut, Patuh, Patju. Patuh mengandung arti
baik, terpuji, dan patut, merujuk pada perbuatan yang tidak berlebihan. Hal ini juga
mengacu pada keharmonisan, ketaatan, perdamaian, dan saling menghormati. Sebaliknya,
Patju mengacu pada rajin, aktif, pantang menyerah, dan berperilaku baik.
Tabel 10
Analisis Metafungsi Slogan Kabupaten Lombok Barat
)
Bupati Lombok Barat adalah sosok yang Dimanapun,
terpuji, pantas dan kapanpun, siapapun
patut dipuji
Ketiga metafungsi pada tataran klausa PATUH
Aktor (Peserta): Perilaku Perilaku, Sasaran Keadaan
Proses Bahan Peserta)
Masyarakat Lombok Barat Toleransi, Taat, harmoni, Aturan dan
dan saling menghormati kedamaian norma
Ketiga metafungsi pada tataran klausa PATJU
Aktor (Peserta) Proses Perilaku Sasaran(Partisi
ipan)
Sumber daya manusia di Barat rajin, aktif, berperilaku jangan pernah Kapanpun dimanapun
Lombok baik menyerah pada
suatu tugas,
tugas dan pekerjaan
itu
Komunitas Barat toleransi dan saling
SAYA di Lombok Barat
Lombok S menghormati
Kabupaten Lombok Barat mempunyai tiga semboyan: patut (pantas), patuh (patuh)
dan patju (rajin, tekun). Slogan-slogan tersebut memenuhi tiga metafungsi pada tataran
klausa, dengan kata patut, patuh, dan patju berperan sebagai Pelaku (Peserta), Proses
relasional, tujuan, dan sikap keadaan. Selain itu, mereka melayani fungsi Interpersonal
dalam hal suasana hati, predikator, pelengkap, dan tambahan, serta fungsi Tekstual.
Jurnal Bahasa dan Pengajaran Bahasa JOLLT, Januari 2024. Vol.12, No.1 | 12
Machine Translated by Google
Tabel 11
Proses Transitivitas di Kabupaten Pulau Lombok Provinsi Nusa Tenggara Barat
Sebuah bantal
Diskusi
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk: (1) menganalisis makna luas dari metafungsi
ideasional yang diungkapkan dalam slogan-slogan kabupaten di Pulau Lombok, Provinsi WNT,
(2). menentukan jenis proses sistem transitivitas yang paling dominan digunakan pada slogan
kabupaten di pulau Lombok provinsi WNT.
Analisis Metafungsi Slogan Kabupaten Lombok Timur.
Slogan ini mendorong individu untuk patuh dan harmonis dalam masyarakat. (Danton, 1980)
menganggap motto sebagai simbol penting dalam masyarakat, menggambarkannya sebagai
ungkapan atau ekspresi yang disusun dengan baik yang merekomendasikan tindakan, menimbulkan
respons emosional, dan memiliki kemampuan persuasif. Selain itu, slogan dipandang sebagai
sarana untuk menyederhanakan gagasan yang rumit, mengekspresikan ideologi dan cita-cita
institusional, membangun identifikasi, menghasut konfrontasi dengan kekerasan, dan memenuhi
aspirasi untuk masa depan. Slogan dapat dianggap sebagai bentuk wacana publik tertentu yang
bertujuan untuk menyatukan opini publik dan menghasut tindakan dan reaksi publik.
Slogan walaupun tidak memiliki subjek, predikat, dan objek, namun memiliki sifat
relasional berupa proses yang intensif, sesuai dengan istilah makna ideasional. Metafungsi
ideasional (atau pengalaman) berkaitan dengan bagaimana individu mengekspresikan
pengalamannya di dunia (Ajepe, 2021). (Halliday, 2004) menjelaskan bahwa fenomena fisik,
biologis, dan sosial dapat ditafsirkan sebagai makna melalui metafungsi ideasional,
sedangkan peran dan hubungan sosial dijadikan makna melalui metafungsi interpersonal.
Sistem transitivitas menyandikan makna ideasional dan diwujudkan melalui representasi
klausa, yang melibatkan proses, partisipan, dan keadaan. Halliday dalam (Banks, 2002)
mengidentifikasi tiga bahasa JOLLT Journal of Languages and Language Teaching, Janu
Machine Translated by Google
fungsi yang dikenal sebagai metafungsi: ideasional, interpersonal dan tekstual. Ideation berkaitan
dengan isi wacana, mendeskripsikan jenis aktivitas yang dilakukan oleh individu, dan bagaimana aktivitas
tersebut diberi label dan disusun. Hal ini lebih khusus berkaitan dengan bagaimana pengalaman manusia
terhadap realitas, material dan simbolik disampaikan dalam wacana.
Dalam menganalisis metafungsi pada tataran klausa, perlu disusun kalimat dengan menggunakan
kata-kata dari slogan. Subjek yang patuh adalah masyarakat Lombok Timur.
Kepemilikan karya adalah milik warga Lombok Timur. Tindakan mereka berupa ketaatan dan kepatuhan
terhadap seluruh peraturan pemerintah dan norma budaya, dimanapun dan kapanpun diperlukan.
Sebagaimana dikemukakan Halliday dalam (Halim Mahmud & Diyahkusumaning Ayu Imperiani, nd), ciri
tekstual klausa adalah mengkonstruksi suatu pesan, dan struktur Tema/Rheme merupakan bentuk dasar
klausa sebagai badan pesan.
Slogan Patuh Karya Lombok Timur harus secara eksplisit menyebutkan partisipan, proses, dan
kondisi masyarakat dengan menyusun kalimat. Yang dimaksud dengan “taat” ialah keadaan anak kalimat
yang mendahului penyebutan subjek sebagai partisipan, yang menunjukkan a
profesi. Sebaliknya, “Karya” berfungsi sebagai kata kerja yang berarti tindakan melakukan sesuatu dan
menunjukkan proses atribut yang intensif. Lebih jauh lagi, kata “karya” mengandung arti penciptaan dan
tujuan dari proses material. Sebagai peserta, “Karya” menyampaikan ide penciptaan.
Klausul kepatuhan menggunakan pendekatan material karena istilah (kepatuhan) yang diacu
dalam kalimat tersebut. Ketaatan terhadap awig-awig atau peraturan adat desa sangat penting bagi
keharmonisan masyarakat melalui tindakan nyata atau aktivitas perilaku. Namun, jika kita mengartikan
istilah kepatuhan sebagai ketaatan, toleransi, ketaatan pada norma, dan rasa hormat, maka istilah
tersebut mempunyai konotasi yang lebih luas. Dalam hal ini, istilah ketaatan berkaitan dengan proses
perilaku karena mengacu pada toleransi, kepatuhan terhadap norma, dan bentuk ketundukan secara
sadar. Menurut Martin, Matthiessen, dan Painter dalam (Sihura, 2019), proses perilaku dan mental
memiliki atribut yang serupa dimana seseorang fokus pada suatu tindakan. Dalam hal teknik mental
disebut 'senser', sedangkan dalam taktik perilaku disebut 'behaver'.
Kata kerja Karya menunjukkan penciptaan (karya) dengan menggunakan proses Eksistensial.
Sebab, kata kerja (kerja) adalah proses menciptakan sesuatu yang ada melalui proses kerja. Karya atau
kreasi dapat diaktualisasikan dan diverifikasi kapan saja. Klausa eksistensial mirip dengan klausa
relasional dalam menafsirkan partisipan yang bersangkutan dalam suatu cara keberadaan tetapi berbeda
dengan klausa relasional karena hanya memiliki satu partisipan, sebagaimana dikemukakan oleh Martin, Matthiessen, dan
Jurnal Bahasa dan Pengajaran Bahasa JOLLT, Januari 2024. Vol.12, No.1 | 14
Machine Translated by Google
perkebunan, dan kayu sangat penting bagi kemaslahatan manusia. Slogan biasanya mencakup proses
dan partisipan, namun tidak mencakup situasi spesifik.
TIOQ dan TATA menggambarkan tindakan dan peristiwa material dan eksistensial yang dilakukan
entitas untuk pihak lain. Masyarakat Lombok Utara secara selektif mengelola dan meningkatkan tanaman
budidaya yang tersedia untuk dimanfaatkan. Menurut (Alaei & Ahangari, 2016) dan (Halliday & Matthiessen,
2014) proses eksistensi terjadi. Istilah TIOQ menerapkan proses eksistensial karena hanya menunjukkan
keberadaan tanaman pangan, perkebunan, dan kayu tanpa ada predikat yang menyertainya. Produk-
produk pertanian, perkebunan, dan kayu disediakan bagi penduduk Lombok Utara melalui kekuatan Ilahi
yang menyediakannya dari hutan di wilayah tersebut. Proses material slogan tersebut didefinisikan
dengan istilah TATA. TATA menggunakan proses material karena mengacu pada manajemen. Perbaikan
adalah proses peningkatan sumber daya pertanian, perkebunan, dan kayu di hutan. Mengelola dan
meningkatkan berarti melakukan perbaikan, dan tindakan fisik menunjukkan manajemen.
Istilah TUNAQ mengacu pada tindakan mencintai, merawat, dan memanfaatkan sumber daya
secara efektif sambil menghindari pemborosan dan penyalahgunaan. Hal ini menekankan pentingnya
mengalokasikan sumber daya secara efisien untuk mencapai dan mempertahankan kesejahteraan. TUNAQ menggunakan p
melibatkan perasaan kasih sayang, perhatian, dan cinta terhadap sumber daya. Proses ini mendorong
pemeliharaan dan apresiasi sumber daya, yang pada akhirnya mengarah pada pemanfaatan yang efektif.
Artinya sumber daya tidak terbuang percuma. Memanfaatkan sumber daya secara optimal berarti
mencegah pemborosan dan penyalahgunaan seluruh potensi sumber daya. Memanfaatkan sumber daya
secara optimal berarti mencegah pemborosan dan penyalahgunaan seluruh potensi sumber daya.
Memanfaatkan sumber daya secara optimal berarti mencegah pemborosan dan penyalahgunaan seluruh
potensi sumber daya. Di Lombok Utara, sumber daya alam tidak disia-siakan atau disalahgunakan. Peserta
“seluruh sumber daya alam di Lombok Utara” menetapkan tujuan proses.
Klausa TUNAQ menggunakan proses mental yang melibatkan kasih sayang, karena kata TUNAQ
(yang berarti menghargai, merawat, dan memaksimalkan pemanfaatan) merupakan proses perasaan dan
pengertian. Hal ini didasarkan pada (Halliday & Matthiessen, 2014) penjelasan bahwa proses mental atau
sensorik melibatkan perasaan, pemikiran, dan sensasi. Lebih lanjut mereka menjelaskan bahwa proses
mental dimanifestasikan oleh kata kerja transitif seperti kognisi, kasih sayang, persepsi, keinginan, atau
kemauan, yang memerlukan suatu objek. Dengan cara ini, seseorang merasakan (sebagai Penginderaan)
dan menyadari sesuatu (sebagai Fenomena).
Slogan tersebut menyampaikan pengalaman pembuatnya kepada publik, menyoroti bahwa banyak
warga Lombok Utara yang menganggap karunia Yang Maha Kuasa sebagai aset mendasar yang patut
mereka syukuri dan pertanggungjawabkan. Pembuatnya juga mendorong budidaya tanaman yang efektif
dan optimalisasi penggunaan lahan. Slogan tersebut memotivasi masyarakat Lombok Utara untuk
mengelola sumber daya mereka secara bertanggung jawab. Istilah 'Tata' (periri dalam bahasa Sasak)
mengandung arti suatu pendekatan sistematis yang dirancang untuk menumbuhkan keselarasan antara
hablum minannas dan hablum minallah – yaitu antara manusia dan antara manusia dengan Tuhan.
Jurnal Bahasa dan Pengajaran Bahasa JOLLT, Januari 2024. Vol.12, No.1 | 15
Machine Translated by Google
berbudi pekerti yang berbudi luhur, empati terhadap sesama, dan menunjukkan rasa hormat terhadap
orang tua, guru, dan pemimpin, serta terhadap masyarakat dan bangsa.
Dari segi transitivitas, slogan ini mewakili proses relasional yang mencerminkan tindakan
relasional. Slogan melibatkan proses relasional dan partisipan implisit, dengan keadaan yang melekat.
Kata TATAS, TUHU, dan TRASNA merupakan makna di balik slogan ini, serta menyiratkan peserta yang
memiliki kebijaksanaan, kehati-hatian, kecerdasan, ketekunan, dan dinamisme dalam bekerja. Mereka ulet
dan bermotivasi tinggi, mempunyai akhlak mulia dan jiwa welas asih terhadap sesama. Motto Kabupaten
Lombok Tengah mengungkapkan proses intensif atribut relasional. Proses relasional adalah proses
menjadi dan memiliki. Klausa TATAS dan TRASNA menggunakan proses relasional karena kata TATAS
merupakan proses atributif pengetahuan, kehati-hatian, dan kemampuan. Peserta hadir dalam klausa
tetapi dengan keadaan implisit. Klausa Trasna menggunakan proses relasional karena TRASNA bermakna
memiliki akhlak mulia, empati terhadap orang lain, dan berbakti.
TATAS dan TRASNA diklasifikasikan sebagai sistem proses relasional karena mereka menunjukkan
bahwa fitur utama dari proses relasional adalah menghubungkan individu dengan identitas dan deskripsi
mereka. Hal ini berkaitan dengan makna ideasional (Gerot, 1994), yang dapat menunjukkan peran dan
melibatkan negara, termasuk memiliki, di antara klausa. Makna tersebut berfungsi untuk mengkarakterisasi
dan mengidentifikasi kata benda umum, subjek manusia, dan benda mati, sebagaimana dicatat oleh
(Halliday & Matthiessen, 2014). Contoh proses relasional antara lain menjadi, tetap, merasakan (sebagai),
berubah menjadi, mewakili, membentuk, mengekspresikan, menandakan, dan berdiri. Struktur teks ini
menekankan perkembangan logis yang jelas dengan hubungan sebab akibat antar pernyataan, memastikan
pemahaman dan struktur logis. Bahasa yang digunakan dalam keseluruhannya bersifat objektif, jelas, dan
ringkas, menghindari bahasa yang bias, emosional, atau kiasan. Selain itu, teks tersebut mengikuti
konvensi bahasa formal, menghindari bahasa sehari-hari, kontraksi, jargon, dan ekspresi informal.
Kosakata yang digunakan tepat dan sesuai dengan konvensi kosakata bahasa Inggris standar. Terakhir,
teks ini bebas dari kesalahan tata bahasa, kesalahan ejaan, dan kesalahan tanda baca, serta mengikuti
format akademis, konvensi kutipan, dan gaya catatan kaki yang telah ditetapkan. Klausul sebelumnya
berbeda dengan TUHU karena menggunakan proses perilaku yang mencerminkan kerja keras, keuletan,
dan kemauan kerja yang tinggi. Ini menunjukkan aktivitas yang dapat diamati yang dilakukan oleh individu
yang hidup. Berbeda dengan proses mental yang tidak dapat diamati, pikiran dan perasaan individu
bersifat pribadi dan tidak dapat diamati secara langsung.
Jurnal Bahasa dan Pengajaran Bahasa JOLLT, Januari 2024. Vol.12, No.1 | 16
Machine Translated by Google
Klausul PATUH yang berarti kerukunan, ketaatan, perdamaian, toleransi, dan saling menghormati,
didasarkan pada proses perilaku. Sebab, kata PATUH yang berarti toleransi, saling menghormati, dan
kerukunan berfungsi sebagai proses penyadaran yang diungkapkan melalui perilaku. Dengan demikian,
ketaatan merupakan wujud toleransi, perdamaian, dan kerukunan. Klausul Kepatuhan menggunakan
proses material karena 'Patuh' (artinya patuh) mengacu pada tindakan mematuhi peraturan pemerintah,
peraturan lalu lintas, dan norma sosial melalui tindakan fisik atau perilaku. Senada dengan itu, klausa
PATJU yang berarti rajin dan giat memanfaatkan proses perilaku karena 'PATJU' berkaitan dengan
perilaku yang mendekati sikap mental. Klausul PATJU dalam slogan tersebut mencakup perilaku
fisiologis yang mengungkapkan proses perilaku ideasional.
Menurut Halliday dan Matthiessen (2014), proses tersebut mencakup proses psikologis yang sering
diamati pada manusia, seperti bernapas, batuk, tersenyum, bermimpi, dan menatap.
Proses-proses ini ditempatkan di antara proses material dan mental.
Tabel tersebut menunjukkan bahwa jenis proses yang paling umum digunakan adalah proses
material, diikuti oleh proses relasional dan berbagai jenis proses mental dan perilaku. Slogan masing-
masing kabupaten menekankan prinsip pengembangan diri melalui kerja dan perilaku luhur. Proses
tingkat pertama yang diungkapkan dalam slogan-slogan tersebut berorientasi pada tindakan,
menampilkan kata kerja seperti mematuhi, mengelola, melestarikan, mendeklarasikan, mencari nafkah,
meningkatkan, membangun, dan memperbaiki. Proses tingkat pertama yang diungkapkan dalam slogan-
slogan tersebut berorientasi pada tindakan, menampilkan kata kerja seperti mematuhi, mengelola,
melestarikan, mendeklarasikan, mencari nafkah, meningkatkan, membangun, dan memperbaiki. Slogan-
slogan tersebut mencerminkan komitmen bersama daerah terhadap kemajuan dan kemajuan. Jenis
proses yang kedua adalah proses relasional, yang berkenaan dengan proses menjadi dan memiliki.
Kata-kata dalam teks slogan menunjukkan atribut relasional, spesifik, mampu, bijaksana, seperti yang ditunjukkan pada
Proses transitivitas yang digambarkan dalam slogan Lombok Timur melibatkan 1 komponen
material, 1 komponen perilaku, dan 1 komponen eksistensial; semboyan Lombok Utara terdiri dari 1
komponen material, 1 komponen mental, dan 1 komponen eksistensial; slogan Lombok Tengah terdiri
dari 2 komponen relasional dan 1 komponen perilaku, sedangkan slogan Lombok Barat terdiri dari 1
komponen materi, 2 relasional, dan 1 komponen perilaku.
Jurnal Bahasa dan Pengajaran Bahasa JOLLT, Januari 2024. Vol.12, No.1 | 17
Machine Translated by Google
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, semboyan kabupaten Pulau Lombok terdiri dari
Metafungsi Ideasional, Metafungsi Interpersonal, dan Metafungsi Teks. Kajian Metafungsi
dalam Slogan Kabupaten Pulau Lombok menggunakan linguistik fungsional sistemik yang
dikemukakan oleh Michael Halliday. Pendekatan sosiolinguistik ini menggunakan observasi,
pencatatan, pencatatan dan dokumentasi wawancara. Secara umum, teori Halliday berlaku
pada berbagai kajian linguistik untuk mengeksplorasi dan mengidentifikasi metafungsi dan
proses transitivitasnya. Meskipun Metafungsi Ideasional pada Slogan Kabupaten belum
melalui analisis mendalam, namun peneliti mengidentifikasi temuan mengenai slogan
daerah di Pulau Lombok. Slogan-slogan ini dibuat berdasarkan kondisi masyarakat dan
dimanfaatkan untuk menginspirasi dan mendorong kemajuan. Setiap slogan melambangkan
semangat masyarakat yang diperlukan untuk pembangunan daerah masing-masing. Unsur-
unsur yang terdapat dalam semboyan setiap kabupaten di Pulau Lombok terdiri dari
kebiasaan dan adat istiadat masyarakat, dengan penekanan khusus pada etnis Sasak, yang
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Faktor budaya atau adat ini dipadatkan dan
selanjutnya dibahas dalam bahasa Sasak, beserta slogan-slogannya yang terkait. Slogan-
slogan tersebut telah dilestarikan sebagai acuan, dasar dan filosofi pembangunan berkelanjutan.
Secara transitivitas slogan-slogan kabupaten di Pulau Lombok mengandung proses
material, mental, relasional, behavioral, dan perluasan dalam proses sistem transitivitasnya.
Teks slogan tersebut menggunakan 28 jenis proses, dimana proses material (27%)
mendominasi, diikuti oleh proses relasional (23%) dan proses perilaku (19%). Menariknya,
tidak ditemukan proses verbal dalam teks tersebut. Teks tersebut berkaitan dengan
partisipan yang merupakan sumber daya manusia, tujuan, aktor, sensasi, fenomena dan perilaku.
REFERENSI
Ajepe, JIKA (2021). Analisis Metafungsional Interpersonal Iklan Televisi Bank Terpilih Di
Nigeria. Jurnal Studi Bahasa dan Sastra Inggris Eropa, Vol.9, No., 15–27.
Akinnaso. (1985). Tentang Persamaan Antara Bahasa Lisan dan Tulisan. Bahasa dan
Ucapan, 28(4), 323–359.
Alaei, M., & Ahangari, S. (2016). Kajian Metafungsi Ideasional dalam “Heart of Darkness” karya
Joseph Conrad: Analisis Wacana Kritis. Pengajaran Bahasa Inggris, 9(4), 203. https://
doi.org/10.5539/elt.v9n4p203
Aminu, S. (2017). Analisis Metafungsi Ideasional Pidato Pengukuhan Periode Kedua Barack
Obama. Jurnal Seni dan Masyarakat Kontemporer, 9(2), 57–61.
Andi, A., Suka, RO, & Rini, H. (2014). Analisis Semantik Penggunaan Slogan Bahasa Inggris.
Pengetahuan Kertas. Menuju Sejarah Media Dokumen, 5(2), 40–51.
Anindita, WK, Widiyantari, Y., & Hayati, R. (2022). Analisis Transitivitas Slogan Indonesia
Covid 19 di Instagram. Jurnal Budaya (Tinjauan Budaya, Bahasa, dan Sastra), 9(1), 67–
81. https://doi.org/10.53873/culture.v9i1.361
Bank, D. (2002). Linguistik Fungsional Sistemik sebagai model analisis teks. ASp, (35–36),
23–34. https://doi.org/10.4000/asp.1584
Budiarjo, M. (2007). Dasar-Dasar Ilmu Politik (Edisi Revi; M. Riyadh, Ed.). Jakarta: Penerbit
PT Gramedia Pustaka Utama.
Creswell, JW, & Creswell, JD (2018). Prosedur Metode Campuran. Dalam Desain Penelitian:
Pendekatan Metode Kualitatif, Kuantitatif, dan Campuran.
Danton. (1980). Memahami konsep Slogan.
Jurnal Bahasa dan Pengajaran Bahasa JOLLT, Januari 2024. Vol.12, No.1 | 18
Machine Translated by Google
Denzin, N. K., & Lincoln, Y. S. (2009). Handbook Of Qualitative Research. diterjemahkan oleh
Dariyatno. In Badrus Samsul Fata, Abi, John Rinaldi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Eggins, S. (2004). Pengantar Linguistik Fungsional Sistemik Edisi ke-2. New York:
Kontinum.
Endarto, IT (2017). Linguistik Fungsional Sistemik: Pengantar singkat. Forum Diskusi Basantara
Yogyakarta, (Juli), Diperoleh dari https://www.academia.edu/34037346/
4.
Systemic_Functional_Linguistics_A_Brief_Introd
uction
Erniati. (2023). Pola Pemeliharaan dan Penggunaan Bahasa Dalam Lingkungan Keluarga Di Negeri
Wakasihu, Maluku. Jurnal Bahasa dan Pengajaran Bahasa JOLLT, 11(4), 555–574. https://
doi.org/DOI: https://doi.org/10.33394/jollt.v%vi%i.8793
Fadhillah, AM, & Rahmadina, KP (2021). Analisis metafungsi interpersonal teks respon sastra pada
pendidikan tinggi. Jurnal Linguistik Fungsional Indonesia, 1(2), 58–71. Diperoleh dari https://
doi.org/10.17509/ijsfl.v1i2.43977
Fahlevi, R. (2015). Analisis Metafungsi dan Konteks Situasi Dalam Pidato Martin Luther King “I Have
A Dream” Skripsi. Universitas Sumatera Utara.
Gebhard, M., & Accurso, K. (2022). Linguistik Fungsional Sistemik. Ensiklopedia Linguistik Terapan,
(Januari), 1–9. https://doi.org/10.1002/9781405198431.wbeal1137.pub2
Gerot, W.-. (1994). Memahami tata bahasa fungsional. Dalam N. Khayati (Ed.), bab (hlm. 198).
bekasi.
Halim Mahmud, A., & Diyahkusumaning Ayu Imperiani, E. (nd). Realisasi dari
Makna Ideasional dalam Cerita Rakyat Indonesia (Vol.7).
Halliday, MA. (2004). Pengantar Tata Bahasa Fungsional (Edisi ke-3rd; CMIM
Matthiessen, Ed.). Sydney: Hodder Arnold.
Halliday, MA ., & Matthiessen, CMIM (2014). Pengantar Tata Bahasa Fungsional Halliday (edisi
ke-4; CMIM Matthiessen, Ed.). London dan New York: Routledge Taylor & Francis Group.
Haryanto, Yuliana, A., & Jupply, D. (2019). Makna Ideasional Teks Pemandu Wisata. Prosodi,
13(1), 50–56.
Hashinah, L. (2022). Representasi Amerika dan Afghanistan dalam Pidato Joe Biden :
Metafungsi Ideasional. Maulana Malik Ibrahim.
Holmes, J. (2013). Pengantar Sosiolinguistik. edisi ke-4. Dalam Pearson Education Limited (Vol.4).
Hutabarat, E., Herman, H., Silalahi, DE, & Sihombing, PSR (2020). Analisis Metafungsi Ideasional
pada Berita Jakarta Post tentang Beberapa Berita Baik Terkait Covid-19.
VELES Suara Masyarakat Pendidikan Bahasa Inggris, 4(2), 142–151. https://doi.org/10.29408/
veles.v4i2.2526
Iswati, L., & Widodo, P. (2020). Fitur Linguistik dalam Slogan E-commerce. Jurnal EFL dan
Linguistik Indonesia, 5(1), 21. https://doi.org/10.21462/ijefl.v5i1.211
Kurniawan, I. (2018). Bahasa Slogan Maskapai Penerbangan: Analisis Linguistik. 11(1), 59.
Diperoleh dari www.wttc.org,
Marnetti. (2017). Analisis Gaya Bahasa Dalam Slogan Lingkungan Hidup. Madah, 8(1), 87–
104.
Martin, JR, Matthiesen, CMIM, & Pelukis, C. (1997). Bekerja dengan Tata Bahasa Fungsional.
London: Arnold.
Marwa, NS (2020). Arti Ideasional dalam Pidato Ivanka Trump di KTT G20 Osaka 2019.
Metekohy, SAYA (2021). Metafungsi Bahasa Halliday di Queens “Bohemian
Jurnal Bahasa dan Pengajaran Bahasa JOLLT, Januari 2024. Vol.12, No.1 | 19
Machine Translated by Google
Rapsodi." Prolog: Jurnal Bahasa dan Sastra, 7(1), 9. Diambil dari https://
prologue.sastra.uniba-bpn.ac.id/index.php/jurnal_prologue
Nurfithri. (2021). Journal Sastra Studi Ilmiah Sastra Universitas Nasional Pasim Vol. 11 No.
1 Juni 2021. 11(1), 42–51.
Prabowo, W. (2018). Bentuk Linguistik Dan Bentuk Linguistik Serta Analisis Implikaturnya
Slogan Periklanan Ditemukan Di Majalah Time.
Qurrata'ain. (2020). Analisis Metafungsi dalam Teks Buku Ajar Bahasa Inggris Kelas X SMA.
Universitas Negeri Yogyakarta.
Ramadhani, M., Nainggolan, J. K., & Sitompul, D. M. (2023). Analysis Ideational Metafunction
In Recount Text At SMAN 1 Panai Hilir Labuhanbatu , Sumatera Utara. 2(1).
Sapir, E. (1921). Bahasa: Pengantar Studi Pidato. New York: Penjepit & Dunia
Inc.
Sepbrina, N. (2019). Analisis Makna Ideasional dalam Perdebatan Politik Para Analis.
Sihura, M. (2019a). 79-85 Tata Bahasa Fungsional Sistemik. Jurnal Internasional Linguistik
Fungsional Sistemik, 2(2), 79–85. https://doi.org/10.22225/ijsfl.2.2.1480.79-85
Sihura, M. (2019b). Tata Bahasa Fungsional Sistemik. Jurnal Internasional Linguistik
Fungsional Sistemik, 2(2), 79–85. https://doi.org/10.22225/ijsfl.2.2.1480.79-85
Sitanggang, G. F. (2018). Pergeseran Dan Pemertahanan Leksikon Lingkungan Kelautan Dalam
Bahasa Pesisir Sibolga: Kajian Ekolinguistik. Tesis, 1–122.
Sugiono (2015:2). (2015). Metode Penelitian Kualitatif Sugiyono. Mode Penelitian Kualitatif,
5(January), 1–5. Retrieved from http://belajarpsikologi.com/metode-penelitian-kualitatif/
Tuckett, AG (2005). Menerapkan teori analisis tematik ke dalam praktik: pengalaman peneliti.
Perawat Kontemporer: Jurnal Profesi Keperawatan Australia, 19(1–2), 75–87. https://doi.org/
10.5172/conu.19.1-2.75
Tuckyta, E., & Sujatna, S. (2013). Sistem Suasana Hati dan Transitivitas Slogan Maskapai
Penerbangan Perbandingan Nasional 3(3). Dan https://doi.org/10.5539/ijel.v3n3p42
Daerah Maskapai penerbangan.
Wahyuningsih, R., Suryanasari, BD, Astuti, AP, & Waljinah, S. (2019). Analisis Aspek
Makna Pada Slogan Kabupaten Di Solo Raya. URICOL, 1–7.
Wijayanti, N., & Restu Wilujeng, P. (2019). Linguistic Value in Slogan in Pangkalpinang City
Ruang Publik: Perspektif Pendidikan. Dalam Berumpun (Vol.2).
Wisnu Wardani, WW (2018). Analisis Pragmatik Slogan Bahasa Inggris yang Digunakan dalam
Iklan Sepeda Motor. Jurnal Internasional Bahasa Inggris dan Sastra, 8(3), 69–78. https://
doi.org/10.24247/ijeljun20188
Jurnal Bahasa dan Pengajaran Bahasa JOLLT, Januari 2024. Vol.12, No.1 | 20