Anda di halaman 1dari 100

ANALISIS KEBERLANJUTAN USAHA AYAM KAMPUNG UNGGUL

BALITNAK (KUB) DI KABUPATEN CIANJUR

TESIS

oleh:
Reni Roso Antikasari
NIM. P601212439

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS PROGRAM MAGISTER TERAPAN


JURUSAN MANAJEMEN AGRIBISNIS
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2023

xiv
xv

ANALISIS KEBERLANJUTAN USAHA AYAM KAMPUNG UNGGUL


BALITNAK (KUB) DI KABUPATEN CIANJUR

TESIS

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Terapan Pertanian (M.Tr.P) di
Program Studi Agribisnis Program Magister Terapan
Jurusan Manajemen Agribisnis

Reni Roso Antikasari


NIM P601212439

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS PROGRAM MAGISTER TERAPAN


JURUSAN MANAJEMEN AGRIBISNIS
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2023
xvi
xvii

PERSEMBAHAN

Tesis ini saya persembahkan untuk:

Kedua orang tua saya


Bapak Suroso Hadi dan ibu Siti Umarsih S.Pd., M.Pd. yang telah
menasihati, mendukung saya sehingga dapat menyelesaikan tesis ini.
Saya selalu ingat dari kedua orang tua saya yakni “utama itu sekolah”.

Suami saya
Irwan Anwar, S.T yang selalu memberikan dukungan berupa
kasih sayang, tenaga, waktu pikiran dan finansial serta doa demi
terselesaikannya tesis ini.

Anak semata wayang saya


Ryzwan Ibrahim Malik Anwar yang selalu mengajarkan mama arti
dari sebuah kesabaran dan keikhlasan serta memberikan semangat dan
dukungan melalui sentuhan kecil dan tutur kata manismu.

Kedua saudara saya


Estin Roso Pristiwaningsih dan Lani Ratnasari Dewi Roso Sejati
yang senantiasa berada disamping saya dalam keadaan suka maupun
duka. Terimakasih sudah selalu menyempatkan waktu untuk
membantu saya dan selalu mendukung apapun yang sudah menjadi
keputusan saya.
xviii

MOTTO

My live is today, I have to do best for everything what I want

Love is the best thing what I ever know and love can change everything

“Learn from yesterday, live for today, hope for tomorrow. The important thing is
no to stop questioning”
(Albert Einstein)

“It’s not that I’m so smart, it’s just that I stay with problems longer”
(Albert Einstein)

“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah pula kamu bersedih hati,
padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi derajatnya, jika kamu orang-
orang yang beriman.”
(Q.S. Al-Imran: 139)
xix

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan dibawah ini :


Nama : Reni Roso Antikasari
NIM : P601212439

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam


Tesis saya yang berjudul Analisis Keberlanjutan Usaha Ayam Kampung
Unggul Balitnak (KUB) di Kabupaten Cianjur, merupakan gagasan dan hasil
karya saya sendiri dengan arahan komisi pembimbing dan belum pernah diajukan
dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun.
Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan
dapat diperiksa kebenarannya. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari
karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam naskah dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir Tesis ini.

Jember, 18 Juli 2023

Reni Roso Antikasari


NIM. P601212439
xx

Analisis Keberlanjutan Usaha Ayam Kampung Unggul Balitnak (KUB)


di Kabupaten Cianjur

Reni Roso Antikasari1, Ridwan Iskandar2, Hariadi Subagja2


1
Mahasiswa Pascasarjana, Politeknik Negeri Jember
2
Dosen Pascasarja Agribisnis, Politeknik Negeri Jember
Email: renirosoantikasari@gmail.com

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis status dan kondisi keberlanjutan
pengembangan usaha ayam KUB di Kabupaten Cianjur ditinjau dari aspek
ekologi, ekonomi, sosial, kelembagaan dan teknologi dan menganalisis faktor
dominan serta atribut sensitif dalam keberlanjutan usaha ayam KUB di Kabupaten
Cianjur. Penelitian ini dilakukan di delapan kecamatan yang ada di Cianjur.
Analisis data menggunakan MDS-RapPoultry, R Statistik dan Uji Sensitivitas.
Hasil analisis pada tiap dimensi keberlanjutan menunjukkan bahwa usaha ayam
KUB memiliki nilai keberlanjutan sebesar 67,26 pada dimensi ekologi, 57,97
pada dimensi ekonomi, 60,60 pada dimensi sosial, 55,17 pada dimensi teknologi,
dan 38,91 pada dimensi kelembagaan. Atribut pengungkit dalam keberlanjutan
usaha ayam KUB di Kabupaten Cianjur adalah 1)Ketersediaan pakan dan air
minum, 2)Stabilitas harga ayam KUB, 3)Preferensi cita rasa daging ayam
kampung, 4)Ketersediaan bibit ayam KUB, dan 5)Kelembagaan penyuluhan.

Kata kunci : Keberlanjutan, Ayam KUB, MDS, Kabupaten Cianjur


xxi

Sustanibility Of Kampung Unggul Balitnak (KUB) Chicken Agribusiness in


Cianjurn Regency

Reni Roso Antikasari1, Ridwan Iskandar2, Hariadi Subagja2


1
Applied Agribusiness Postgraduate Student, Politeknik Negeri Jember
2
Lecturer in Applied Agribusiness Postgraduate, Politeknik Negeri Jember
Email: renirosoantikasari@gmail.com

ABSTRAK

The purpose of this study was to analyze the status and condition of the
sustainable development of KUB business in Cianjur in terms of ecological,
economic, social, institutional and technological aspects and to analyze the
development efforts required for the development of KUB business in Cianjur
Regency. This research was conducted in eight districts in Cianjur. Data analysis
using MDS-Rap Poultry, R Statistics and Sensitivity Test. The results of the
analysis on each dimension of sustainability show that the KUB chicken business
has a sustainability value of 67.26 on the ecological dimension, 57.97 on the
economic dimension, 60.60 on the social dimension, 55.17 on the technological
dimension, and 38.91 on the institutional dimension . Leverage attributes in the
sustainability of KUB chicken agribusiness in Cianjur Regency are 1) Availability
of feed and drinking water, 2) Stability of KUB chicken prices, 3) Preference for
native chicken meat taste, 4) Availability of KUB chicken seeds, and 5) Extension
institutions.

Keywords : Sustainibility, KUB Chicken, MDS, Cianjur


xxii

RINGKASAN

Analisis Keberlanjutan Usaha Ayam Kampung Unggul Balitnak (KUB) di


Kabupaten Cianjur, Reni Roso Antikasari, NIM P601212439, Tahun 2023,
Program Studi Agribisnis Program Magister Terapan, Jurusan Manajemen
Agribisnis, Politeknik Negeri Jember, Dr. Ir. Ridwan Iskandar, MT., Dr. Ir.
Hariadi Subagja, S.Pt, MP. IPM

Pengembangan ayam kampung mulai diperhatikan dan diarahkan ke ayam


yang memiliki keunggulan produksi baik daging atau telurnya, seperti yang
dilakukan oleh Badan Litbang Pertanian di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
(BPTP) Ciawi Bogor. BPTP Bogor telah menghasikan bibit ayam kampung
unggul melalui program pemulian dan seleksi, kegiatan tersebut telah
menghasilkan ayam kampung unggul yang disebut ayam KUB. Ayam KUB sudah
dilepas sebagai ayam unggulan Balitnak sejak tahun 2009 dan merupakan hasil
seleksi galur betina (female line) selama 6 generasi dengan keunggulan produksi
telur tinggi (henday 45 sampai 50%), puncak produksi 65%, produksi telur 160
sampai 180 butir/tahun, konsumsi pakan 80 sampai 85 gram, sifat mengeram 10%
dari total populasi, umur pertama bertelur 22 sampai 24 minggu, bobot telur 35
sampai 45 gram, dan konversi pakan 3,8. (Sartika et al., 2009).
Pada tahun 2017 Cianjur dijadikan sebagai salah satu sentra usaha ayam
Kampung Unggul Balitnak (KUB). Ayam KUB adalah bibit ayam kampung
unggul yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian di Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Ciawi Bogor melalui program pemuliaan dan seleksi.
Berdasarkan data dari Dinas Peternakan Kabupaten Cianjur, peternak ayam KUB
mulai berkurang seiring dengan berjalannya waktu. Saat ini jumlah peternak ayam
KUB di Kabupaten Cianjur sebanyak 8 orang (Dinas Peternakan Kabupaten
Cianjur). Permasalahan-permasalahan tersebut diatas jika tidak segera diatasi akan
menjadi ancaman bagi aspek-aspek keberlanjutan pengembangan Ayam Kampung
Unggul Balitnak (KUB) di Kabupaten Cianjur. Dinas peternakan Kabupaten
Cianjur telah mengadakan sosialisasi dan penyuluhan terkait teknis pemeliharaan
ayam KUB. Namun upaya tersebut belum menyentuh aspek-aspek keberlanjutan
xxiii

secara menyeluruh, oleh karena itu diperlukan pendekatan keberlanjutan yang


mencakup aspek lingkungan, ekonomi, sosial, teknologi dan kelembagaan.
Berdasarkan uraian diatas maka akan dilakukan penelitian tentang Analisis
Keberlanjutan Usaha Ayam KUB.
Setelah dilakukan penelitian menunjukkan bahwa usaha ayam KUB
memiliki nilai keberlanjutan sebesar 67,26 pada dimensi ekologi, 57,97 pada
dimensi ekonomi, 60,60 pada dimensi sosial, 55,17 pada dimensi teknologi, dan
38,91 pada dimensi kelembagaan. Dimensi yang memiliki kondisi cukup
keberlanjutan adalah dimensi ekologi, ekonomi, sosial dan teknologi. Dimensi
yang memiliki kondisi kurang berkelanjutan adalah dimensi kelembagaan. Atribut
pengungkit dari masing-masing dimensi adalah 1)ketersediaan pakan dan air
minu, 2) stabilitas harga ayam KUB, 3)preferensi cita rasa daging ayam kampung,
4) ketersediaan bibit ayam KUB, 5) kelembagaan penyuluhan.
xxiv

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga dalam pelaksanaan dan penyusunan Tesis
dengan judul “Analisis Keberlanjutan Usaha Ayam Kampung Unggul Balitnak
(KUB) di Kabupaten Cianjur” ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari
semua pihak, maka dari itu dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih
dan Maha Penyayang, penulis mempersembahkan hasil belajar ini kepada :
1. Saiful Anwar, S. Tp., MP. Selaku Direktur Politeknik Negeri Jember;
2. Taufik Hidayat, S.E, M.Si selaku Ketua Jurusan Manajemen Agribisnis
3. Dr. Ir. Sri Sundari, M.Si Selaku Koordinator Program Studi Agribisnis
Programa Magister Terapan;
4. Dr. Ir Ridwan Iskandar, MT selaku Pembimbing Utama yang selalu
memberikan nasihat dan membantu saya dalam kelulusan S2;
5. Dr. Ir. Hariadi Subagja, S.Pt, MP. IPM selaku Pembimbing Anggota yang
senatiasa membantu saya dengan nasihat dan motivasinya untuk kelulusan
S2;
6. Dr. Tanti Kustiari, S.Sos, M.Si selaku penguji utama yang memberikan
banyak motivasi dan arahan untuk menyelesaikan studi;
7. Dr. Dhanang Eka Putra, SP. M.Sc.. selaku penguji anggota yang senantiasa
memberikan arahan mengenai penelitian yang telah dilakukan;
8. Yohan Kurniawan. selaku pimpinan Jimmys Farm, terimakasih atas segala
bantuannya dan ilmu peternakan antara teori serta penerapannya;
Laporan karya tulis ilmiah ini masih kurang sempurna, mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan dimasa mendatang. Akhir
kata semoga tesis dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan bagi pembaca.

Jember, 17 Juli 2023

Reni Roso Antikasari


xxv
xxvi

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN........................................................................ iv
MOTTO ............................................................................................................. v
PERNYATAAN MAHASISWA ...................................................................... vi
ABSTRAK ......................................................................................................... vii
ABSTRACT ........................................................................................................ viii
RINGKASAN .................................................................................................... ix
PRAKATA ......................................................................................................... xi
PERNYATAAN PUBLIKASI .......................................................................... xiii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xv
DAFTAR TABEL.............................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xvii

BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................ 1


1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 4
1.3 Tujuan ......................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................... 4
1.5 Ruang Lingkup Penelitian .......................................................... 5

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 6


2.1 Penelitian Terdahulu ................................................................... 6
2.2 Landasan Teori ........................................................................... 16
2.2.1 Preferensi Masyarakat terhadap Ayam Buras ................... 16
xxvii

2.2.2 Ayam Kampung Unggul Balitnak (KUB) ......................... 17


2.2.3 Konsep Teori Keberlanjutan Usaha .................................. 18
2.2.4 Multidimensional Scaling (MDS) ..................................... 20
2.3 Kerangka Pemikiran ................................................................... 20
2.4 Kerangka Konseptual .................................................................. 22
2.5 Alur ............................................................................................. 23

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 25


3.1 Desain Penelitian ........................................................................ 25
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 25
3.3 Metode Pengumpulan Data ......................................................... 26
3.4 Definisi Operasional Variabel .................................................... 26
3.5 Metode Analisis Data.................................................................. 29

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 33


4.1 Hasil ........................................................................................... 33
4.1.1 Dimensi Ekologi ................................................................ 33
4.1.2 Dimensi Ekonomi .............................................................. 35
4.1.3 Dimensi Sosial ................................................................... 38
4.1.4 Dimensi Teknologi ............................................................ 42
4.1.5 Dimensi Kelembagaan ...................................................... 42
4.1.6 Analisis Keberlanjutan ...................................................... 45
4.2 Pembahasan ................................................................................ 45
4.2.1 Indeks Keberlanjutan Dimensi Ekologi ............................ 47
4.2.2 Indeks Keberlanjutan Dimensi Ekonomi .......................... 50
4.2.3 Indeks Keberlanjutan Dimensi Sosial ............................... 52
4.2.4 Indeks Keberlanjutan Dimensi Teknologi ......................... 55
4.2.5 Indeks Keberlanjutan Dimensi Kelembagaan ................... 57
xxviii

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 76


5.1 Kesimpulan ................................................................................. 76
5.2 Saran ........................................................................................... 77

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 63


LAMPIRAN .................................................................................................... 68
DAFTAR GAMBAR

2.1 Bagan Kerangka Pemikiran Penelitian .............................................. 21


2.2 Bagan Kerangka Konseptual.............................................................. 22
2.3 Alur Penelitian ................................................................................... 23
3.1 Dua Titik Acuan Bad dan Good......................................................... 30
4.1 Status Keberlanjutan Dilihat dari Dimensi Ekologi........................... 31
4.2 Status Keberlanjutan Dilihat dari Dimensi Ekologi........................... 32
4.3 Pengaruh Atribut pada Dimensi Ekologi ........................................... 33
4.4 Status Keberlanjutan Dilihat dari Dimensi Ekonomi ........................ 34
4.5 Rap-Poultry Ordination Dimensi Ekonomi ....................................... 34
4.6 Pengaruh Atribut pada Dimensi Ekonomi ......................................... 35
4.7 Status Keberlanjutan Dilihat dari Dimensi Sosial ............................. 36
4.8 Rap-Poultry Ordination Dimensi Sosial ............................................ 37
4.9 Pengaruh Atribut pada Dimensi Sosial .............................................. 37
4.10 Status Keberlanjutan Dilihat dari Dimensi Teknologi ....................... 38
4.11 Rap-Poultry Ordination Dimensi Teknologi ...................................... 39
4.12 Pengaruh Atribut pada Dimensi Teknologi ....................................... 40
4.13 Status Keberlanjutan Dilihat dari Dimensi Kelembagaan ................. 41
4.14 Rap-Poultry Ordination Dimensi Kelembagaan ................................ 41
4.15 Pengaruh Atribut pada Dimensi Kelembagaan .................................. 42
4.16 Skenario Keberlanjutan Usaha Ayam KUB ...................................... 44

xvii
DAFTAR TABEL

2.1 Penelitian Terdahulu .......................................................................... 13


3.1 Dimensi dan Atribut Keberlanjutan ................................................... 25
3.2 Tabel Nilai Indeks .............................................................................. 30
4.1 Analisis Keberlanjutan ....................................................................... 43
4.2 Indeks Keberlanjutan Usaha Ayam KUB di Kabupaten Cianjur....... 44
4.3 Rincian Biaya Produksi Ayam KUB di Kabupaten Cianjur .............. 50

xviii
DAFTAR LAMPIRAN

1 Instrumen Penelitian ............................................................................. 68


2 Dokumentasi Kegiatan Penelitian ........................................................ 70

xix
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sektor peternakan memiliki potensi yang cukup besar dalam bidang usaha.
Selain berperan dalam bidang usaha, sektor peternakan juga berperan dalam
penyediaan bahan pangan sumber hewani. Hal ini dikarenakan produk peternakan
merupakan penunjang pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat di
Indonesia. Komoditi peternakan yang paling banyak diminati dalam bidang usaha
berdasarkan data BPS (2021) adalah usaha ternak unggas yaitu ayam petelur,
ayam pedaging, ayam kampung dan ternak ruminansia seperti penggemukan sapi
dan penggemukan domba. Salah satu usaha ternak yang paling diminati di
Indonesia adalah usaha ternak unggas. Populasi komoditas unggas khususnya
ternak ayam di Jawa Barat sangat beragam diantaranya ayam buras (Ayam
Kampung Unggul Balitnak /KUB), Ayam Jantan Petelur(AJP), Jawa Super
(Joper), Arab dan Ayam ras (Ayam Pedaging dan Ayam Petelur). Masing-masng
komoditas tersebar di beberapa wilayah di Provinsi Jawa Barat. Saat ini
pengembangan ayam buras mulai diperhatikan dan diarahkan ke ayam yang
memiliki keunggulan produksi baik daging atau telurnya.
Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu penghasil ayam buras terbanyak
ke-4 dari 34 provinsi di Indonesia. Hal ini tercermin dari populasi ayam buras
selama 5 tahun terakhir yaitu pada tahun 2018, 27.329.367 ekor, tahun 2019,
28.002.333 ekor, tahun 2020, 28.851.415 ekor, tahun 2021, 28.659.706 ekor, dan
tahun 2022, 28.850.898. Salah satu penghasil ayam buras terbanyak yang berada
di provinsi Jawa Barat adalah Kabupaten Cianjur. Pengembangan ayam buras di
Kabupaten Cianjur cukup pesat, hal ini tercermin dari populasi ayam buras di
Kabupaten Cianjur yang memiliki populasi ayam buras terbanyak dari 20
Kabupaten dan 9 Kota di Jawa Barat. Populasi ayam buras mulai dari tahun 2019
hingga 2023 yaitu pada tahun, 2019, 4.548.692 ekor, tahun 2020, 4.671.083 ekor,
tahun 2021, 4.796.767 ekor, dan 2022, 5.089.171 ekor, dan pada tahun 2023
terdapat sebanyak 5.138.450 ekor.

1
2

Ayam kampung atau yang dikenal juga sebagai ayam buras merupakan
ayam yang berasal dari hasil domestikasi ayam hutan merah atau red jungle fowls
(Gallus gallus) dan ayam hutan hijau atau green jungle fowls (Gallus varius).
Ayam buras memiliki ciri khas yaitu bentuk tubuh ramping, kaki yang jenjang,
dan warna bulu beragam (Rasyaf, 2011). Ayam buras memiliki beberapa
keunggulan diantaranya ketahanan penyakit yang relatif tinggi, pemeliharaannya
sangat mudah, tidak memerlukan lahan yang luas, bisa di lahan sekitar rumah,
harga jualnya stabil dan relatif tinggi dibanding dengan ayam pedaging lainnya,
tidak mudah stress, serta memiliki ketahanan tubuh yang kuat dibanding dengan
ayam pedaging lainnya (Nuroso, 2010).
Pada tahun 2017 Cianjur dijadikan sebagai salah satu sentra usaha ayam
Kampung Unggul Balitnak (KUB). Ayam KUB adalah bibit ayam kampung
unggul yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian di Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Ciawi Bogor melalui program pemuliaan dan seleksi.
Ayam KUB sudah dilepas sebagai ayam unggulan Balitnak sejak tahun 2009 dan
merupakan hasil seleksi galur betina (female line) selama 6 generasi dengan
keunggulan produksi telur tinggi (henday 45 sampai 50%), puncak produksi 65%,
produksi telur 160 sampai 180 butir/tahun, konsumsi pakan 80 sampai 85 gram,
sifat mengeram 10% dari total populasi, umur pertama bertelur 22 sampai 24
minggu, bobot telur 35 sampai 45 gram, dan konversi pakan 3,8. (Sartika et al.,
2009). Sejalan dengan penelitian Ulfa dan Zulham (2017) yang menyatakan ayam
KUB memiliki laju pertumbuhan yang baik dan pada umur 12 minggu laju
pertumbuhan terus meningkat. Ayam KUB yang bermula dikembangkan BPTP
Ciawi Bogor, pada saat ini telah tersebar di beberapa daerah di Indonesia
diantaranya Provinsi Jawa Barat, NTB, Provinsi Banten, dan Provinsi Jawa
Timur. Sebagai upaya untuk mempercepat pengembangan ayam KUB dan
menunjang program pemerintah untuk memperbaiki peternakan rakyat maka di
setiap provinsi dilakukan pemilihan daerah sentra pengembangan. Khusus untuk
Jawa Barat, Cianjur merupakan salah satu kabupaten yang dijadikan sentra
pengembangan.
3

Udjianto, 2018 pada buku Beternak Ayam Kampung Paling Unggul


menyatakan beternak KUB pedaging dapat memperoleh keuntungan bersih Rp.
7.484,-/ekor dengan Pay Back Period 4,2 bulan. Hal ini juga dijelaskan pada hasil
penelitian Susilawati et al, 2020 yang menyatakan usaha ternak ayam KUB dari
umur 0 hari hingga umur 8 minggu mendapat keuntungan bersih sebesar Rp.
6.364,-/ekor dengan pendekatan R/C 1.17. Hasil analisis dengan pendekatan R/C
ratio tersebut menunjukkan bahwa usaha ternak ayam KUB dengan pemeliharaan
umur 8 minggu, secara ekonomi finansial layak untuk dijalankan. Dako dkk, 2019
dalam bukunya menyebutkan bahwa keuntungan bersih beternak ayam kampung
super adalah sebesar Rp. 5.605,-/ekor. Berdasarkan penelitian tersebut usaha
ternak ayam KUB lebih menguntungkan dibanding dengan usaha ayam kampong
super yang juga dipanen pada umur 8 minggu. Seharusnya usaha ternak ayam
KUB dapat menjadi prospek bisnis yang menguntungkan. Hal ini diperkuat
dengan data rata-rata konsumsi perkapita seminggu daging ayam kampung di
Kabupaten Cianjur yang menempati urutan ke-5 dari 20 kota dan 9 Kabupaten di
Jawa Barat yaitu sebesar 0,015.
Tingginya konsumsi daging ayam kampung di Kabupaten Cianjur dapat
dijadikan sebagai dasar untuk memenuhi permintaan daging ayam kampung di
Kabupaten Cianjur. Semakin tinggi permintaan daging ayam kampong maka
diperlukan pengembangan populasi ayam kampong khususnya ayam KUB.
Namun hal ini berbanding terbalik dengan perkembangan ayam KUB di
Kabupaten Cianjur yang dinilai belum optimal. Hal ini tercermin dari populasi
ayam KUB di Kabupaten Cianjur yang mengalami penurunan sebesar 1.800 ekor
(Dinas Peternakan Kabupaten Cianjur, 2021). Hal tersebut dinyatakan dengan
populasi ayam KUB pada tahun 2018 sebesar 10.000 ekor sedangkan pada akhir
tahun 2022 sebesar 8.200 ekor. Kegiatan usaha ternak ayam kampung pada
prinsipnya bertujuan untuk menghasilkan keuntungan yang berkelanjutan
sebagaimana usaha budidaya ayam KUB di Kabupaten Cianjur.
Berdasarkan data dari Dinas Peternakan Kabupaten Cianjur, peternak ayam
KUB mulai berkurang seiring dengan berjalannya waktu. Kurangnya profitabilitas
akibat dari tingginya harga pakan merupakan salah satu penyebab peternak ayam
4

KUB memilih beralih ke ternak ayam potong dan ayam kampung biasa. Saat ini
jumlah peternak ayam KUB di Kabupaten Cianjur sebanyak 8 orang (Dinas
Peternakan Kabupaten Cianjur). Permasalahan-permasalahan tersebut diatas jika
tidak segera diatasi akan menjadi ancaman bagi aspek-aspek keberlanjutan
pengembangan Ayam Kampung Unggul Balitnak (KUB) di Kabupaten Cianjur.
Dinas peternakan Kabupaten Cianjur telah mengadakan sosialisasi dan
penyuluhan terkait teknis pemeliharaan ayam KUB. Namun upaya tersebut belum
menyentuh aspek-aspek keberlanjutan secara menyeluruh, oleh karena itu
diperlukan pendekatan keberlanjutan yang mencakup aspek lingkungan, ekonomi,
sosial, teknologi dan kelembagaan. Berdasarkan uraian diatas maka akan
dilakukan penelitian tentang Analisis Keberlanjutan Usaha Ayam KUB.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian diatas maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana status dan kondisi keberlanjutan pengembangan usaha ayam KUB
di Kabupaten Cianjur ditinjau dari aspek ekologi, ekonomi, sosial,
kelembagaan dan teknologi?
2. Bagaimana faktor dominan atau atribut pengungkit dalam keberlanjutan
usaha ayam Kampung Unggul Balitnak (KUB) di Kabupaten Cianjur?

1.3 Tujuan
Berdasarkan perumusan masalah yang telah diraikan diatas, maka tujuan
dilakukannya penelitian ini adalah:
1. Menganalisis status dan kondisi keberlanjutan pengembangan usaha ayam
KUB di Kabupaten Cianjur ditinjau dari aspek ekologi, ekonomi, sosial,
kelembagaan dan teknologi
2. Menganalisis faktor dominan atau atribut pengungkit dalam keberlanjutan
usaha ayam Kampung Unggul Balitnak (KUB) di Kabupaten Cianjur
5

1.4 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan serta informasi yang
berguna bagi berbagai pihak yang berkepentingan, antara lain:
1. Pengembangan ilmu, dengan penelitian ini dapat menambah ilmu
pengetahuan yaitu tentang ilmu perencanaan dan pengembangan sumber daya
sehingga dapat dijadikan salah satu sumber bacaan untuk pembaca
2. Praktisi, dengan penelitian ini dapat diketahui faktor yang mempengaruhi
keberlanjutan usaha sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan bagi praktisi
dalam mengembangkan usahanya
3. Instansi Pemerintahan, sebagai bahan evaluasi dan informasi untuk
pemerintah dalam mengambil kebijakan tentang pengembangan usaha ayam
KUB khushnya buras di Kabupaten Cianjur

1.5 Ruang Lingkup Penelitian


Ruang lingkup penelitian ini adalah ayam buras KUB di Kabupaten Cianjur.
Penelitian akan dilakukan di delapan belas peternak ayam KUB yang tersebar di
delapan Kecamatan yaitu Kecamatan Campaka, Kecamatan Sukaluyu, Kecamatan
Cianjur, Kecamatan Bojongpicung, Kecamatan Haurwangi, Kecamatan Cikalong,
Kecamatan Karangtengah dan Kecamatan Warungkondang. Dimensi yang diukur
adalah ekologi, ekonomi, sosial, teknologi dan kelembagaan. Aspek yang akan
dikaji pada analisis keberlanjutan usaha ayam KUB adalah untuk mengetahui
populasi ayam KUB di Kabupaten Cianjur dan menganalisis keberlanjutan usaha
ayam KUB di Kabupaten Cianjur. Analisis data dilakukan menggunakan metode
Multidimensional Scaling (MDS) dengan teknik RAP-Poultry.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu


Nababan, Benny Osta (2007), mengkaji tentang Analisis Keberlanjutan
Perikanan Tangkap Skala Kecil Di Kabupaten Tegal Jawa Tengah (Teknik
Pendekatan Rapfish). Penelitian ini bertujuan untuk menentukan status perikanan
tangkap skala kecil dalam perspektif keberlanjutan menurut dimensi ekologi,
teknologi, sosial, ekonomi serta hukum-kelembagaan, serta mengidentifikasi
kebijakan untuk mendukung keberlanjutan perikanan tangkap di Kabupaten
Tegal. Teknik Rapfish adalah analisis kuantitatif yang digunakan dalam penelitian
ini untuk mengevaluasi status keberlanjutan perikanan tangkap di lokasi
penelitian. Pada dimensi ekologi, ekonomi, teknologi, dan hukum-kelembagaan di
Kabupaten Tegal untuk semua alat tangkap yang diteliti dalam status kurang
berkelanjutan baik untuk jaring rampus, bundes maupun payang gemplo. Studi ini
menunjukkan bahwa dimensi ekologi merupakan dimensi yang memiliki skor
paling rendah dengan skor kurang bahkan cenderung menjadi buruk dalam
mendukung keberlanjutan perikanan tangkap skala kecil di perairan pantai
Kabupaten Tegal. Studi ini juga berhasil mengidentifikasi atribut-atribut penting
dan sensitif. Perbedaan status keberlanjutan berdasarkan alat tangkap di lokasi
penelitian juga teridentifikasi dengan jelas berdasarkan atribut-atribut
pendukungnya. Studi ini juga merekonfirmasi pentingnya keterpaduan aspekaspek
bio-techno-socioeconomic dalam pengembangan pola pengelolaan perikanan.
Ibrahim Helda (2013) mengkaji tentang Analisis Keberlanjutan Usaha
Pengrajin Ekonomi Kreatif Kerajinan Sutera Di Provinsi Sulawesi Selatan.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keberlanjutan usaha pengrajin
ekonomi kreatif dan menentukan faktor-faktor pengungkit terhadap keberlanjutan
usaha pengrajin ekonomi kreatif. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Wajo dan
Bulukumba. Sampel adalah 215 pengrajin ekonomi kreatif. Pengumpulan data
dilakukan pada bulan Januari sampai April 2012 terdiri dari data primer dan
sekunder. Analisa data dilakukan dengan menggunakan pendekatan Multi
Dimensional Scaling. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa hasil simulasi Rap-

6
7

UEK secara keseluruhan menunjukkan status kurang berkelanjutan sebesar


48,97% dan faktor-faktor pengungkit yang perlu diperhatikan berdasarkan hasil
analisis leverage pada Dimensi Ekonomi ada tiga atribut, Dimensi Dimensi Sosial
dan Lingkungan ada empat atribut , Dimensi Kelembagaan ada tiga atribut dan
Dimensi Perilaku Kewirausahaan Usaha Ekonomi Kreatif ada tiga atribut.
Suyitman et al. (2016) mengkaji tentang Status Keberlanjutan Wilayah
Berbasis Peternakan di Kabupaten Situbondo untuk Pengembangan Kawasan
Agropolitan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis indeks dan status
keberlanjutan wilayah berbasis peternakan di Kabupaten Situbondo ditinjau dari
lima dimensi keberlanjutan yaitu dimensi ekonomi, sosial budaya, infra struktur,
dan teknologi, serta kelembagaan. Metode analisis data yang digunakan adalah
Multidimensional Scaling (MDS) yang disebut RAP-BANGKAPET dan hasilnya
dinyatakan dalam bentuk indeks dan status keberlanjutan. Hasil analsis
keberlanjutan menunjukkan bahwa dimensi ekologi berada pada status kurang
berkelanjutan (46,50%), dimensi ekonomi cukup berkelanjutan (69,53%), dimensi
sosial budaya cukup berkelanjutan (55,14%), dimensi infrastruktur dan teknologi
kurang berkelanjutan (47,46%).
Baliadi et al (2017) mengkaji tentang Kelayakan Usaha Tani Ayam KUB
melalui Pemanfaatan Daun Lamtoro sebagai Pakan Lokal di Kabupaten Jayapura,
Papua. Tujuan penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui efisiensi kelayakan
usaha ayam KUB sebagai penghasil daging yang dipelihara secara intensif melalui
pemanfaatan daun lamtoro sebagai pakan lokal. Pelaksanaan kajian berlangsung
sejak September-Desember 2016. Hasil kajian menunjukkan bahwa ayam KUB
memberikan pertambahan bobot potong tertinggi pada perlakuan P1-P3 hingga
sebesar 742,50 g/ekor, dibandingkan dengan perlakuan P0 menunjukkan lamtoro
dapat meningkatkan bobot badan. Analisis kelayakan usaha tani menunjukkan
bahwa semua jenis perlakuan memberikan kelayakan usaha yaitu R/C >1. Namun,
efisiensi kelayakan usaha tertinggi diperoleh pada perlakuan P3 yaitu 1,5.
Dzikrillah, Gilang Fauzi (2017) mengkaji tentang Analisis Keberlanjutan
Usahatani Padi Sawah Di Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis dan mengkaji keberlanjutan usahatani padi sawah di
8

Kabupaten Soreang dengan Rapid Appraisal Usahatani Padi (RAP-FARM)


dengan menggunakan metode Multidimensional Scaling (MDS). Hasil penelitian
menunjukkan usahatani padi sawah di Kabupaten Soreang dengan menggunakan
RAP-FARM menghasilkan indeks keberlanjutan 49,07 yang dapat dikategorikan
kurang berkelanjutan. Hasil analisis leverage menunjukkan bahwa dari 48 atribut
yang ada, 21 atribut sensitif terbukti berpengaruh terhadap indeks keberlanjutan
usahatani padi. Analisis perspektif menunjukkan bahwa ada 6 faktor kunci yang
berpengaruh signifikan terhadap usahatani padi sawah yaitu: (1) kesesuaian
penggunaan lahan dengan sifat lahan, (2) motivasi petani, (3) penggunaan bahan
organik dan pemanfaatan limbah pertanian , (4) bebas dari serangan hama dan
penyakit, (5) kesuburan tanah, dan (6) penggunaan pestisida kimia. Upaya
peningkatan usahatani padi di Kabupaten Soreang memerlukan nilai indeks
keberlanjutan dengan cara mengelola dan memperbaiki atribut sensitif dengan
atribut 21 fokus pada perbaikan atribut sensitif 6 faktor kunci terhadap usahatani
padi sawah.
Suryanti Reni et al. (2019), mengkaji tentang Keberlanjutan Usaha
Peternakan Ayam Ras Pedaging pada Pola Kemitraan. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis tingkat keberlanjutan usaha peternakan ayam ras pedaging
dengan pola kemitraan, serta menganalisis pengaruh kapasitas terhadap
keberlanjutan usahanya. Hasil penelitian menunjukkan Hasil penelitian
menunjukkan keberlanjutan usaha rendah. Kapasitas berusaha peternak lemah.
Lemahnya kemampuan non teknis peternak mendukung rendahnya keberlanjutan
usaha. Keberlanjutan ekonomi berhubungan positif dengan kemampuan teknis
dan kewirausahaan.
Soejarwo, Permana Ari (2019), mengkaji tentang Analisis Keberlanjutan
Usaha Budi Daya Rumput Laut Di Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keberlanjutan usaha budi daya
rumput laut dari faktor ekonomi, kelembagaan dan teknologi dengan
menggunakan Rapid Appraisal For Fisheries (RAPFISH). Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa kondisi usaha budi daya rumput pada faktor ekonomi
mempunyai nilai indeks keberlanjutan 69,73 nilai tersebut masuk kategori cukup
9

berkelanjutan. Atribut faktor ekonomi yang paling berpengaruh yaitu usaha budi
daya rumput laut dapat membuka lapangan pekerjaan dengan nilai perubahan root
means square 8.68. Selanjutnya nilai indeks keberlanjutan usaha budi daya
rumput laut pada faktor kelembagaan yaitu 74,38 nilai tersebut masuk kategori
cukup berkelanjutan. Atribut faktor kelembagaan yang paling berpengaruh yaitu
unit pelayan teknis kebun bibit rumput laut dengan nilai perubahan root means
square 4.27. Sedangkan nilai indeks keberlanjutan faktor teknologi pada usaha
budi daya rumput laut yaitu 60,50 nilai ini masuk kategori cukup berkelanjutan.
Atribut faktor teknologi yang paling berpengaruh yaitu keberadaan industri
rumput laut dengan nilai perubahan root means square 3.00. Penelitian ini
menunjukkan bahwa keberlanjutan usaha budi daya rumput laut di Sumba Timur
masih sangat berpotensi untuk dikembangkan melalui perencanaan serta
pengelolaan terpadu antara pemerintah, sektor industri dan pembudi daya rumput
laut dengan mempertimbangkan atribut-atribut yang paling berpengaruh dari
faktor ekonomi, kelembagaan dan teknologi.
Subhan Muhamad (2020) mengkaji tentang Analisis Keberlanjutan
Usahatani Buah Naga Berbasis Komunitas. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis : 1) Keberlanjutan ekologi usahatani buah naga; 2) Keberlanjutan
sosial usahatani buah naga; 3) Keberlanjutan ekonomi usahatani buah naga.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survai dengan
mengambil suatu kasus pada Kelompok Tani Mitra Usaha Naga di Desa
Majingklak Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap. Penarikan responden dalam
penelitian ini menggunakan sensus terhadap 24 petani buah naga. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa : (1) Nilai untuk dimensi ekologi sebesar 75,51, yaitu berada
pada kondisi atau kategori baik (sangat berkelanjutan); (2) Nilai untuk dimensi
sosial sebesar 65,31, yaitu berada pada kondisi atau kategori cukup berkelanjutan;
(3) Nilai untuk dimensi ekonomi sebesar 67,19, yaitu berada pada kondisi atau
kategori cukup berkelanjutan.
Susilawati et al. (2020) mengjkaji tentang Analisis Ekonomi Dan
Kelembagaan Usaha Ternak Ayam Kampung (Kub) di Kecamatan Jambi Selatan
Kabupaten Muaro Jambi. Penelitian ini bertujuan untuk Menganalsis kelayakan
10

finansial usahaternak ayam kampung KUB di salah satu peternak ayam KUB
Kecamatan Jambi Selatan, dan keragaan kelembagaannya. Hasil pengkajian ini
menunjukkan bahwa nilai R/C ratio dari usahatani ternak ayam KUB adalah 1.17
yang berarti usahatani ternak ayam kampung KUB ini layak untuk dilaksanakan.
Ananda Pinta et al. (2021), mengkaji tentang Analisis Keberlanjutan
Pembibitan Sapi Potong di Bptu-Hpt Padang Mengatas. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis keberlanjutan bibit sapi pesisir pada BPTU-HPT Padang
Mengatas karena sapi pesisir berperan penting sebagai pemasok daging di
Sumatera Barat yang populasinya mengalami penurunan sehingga perlu dilihat
bagaimana keberlanjutan dari sapi pesisir agar pasokan daging di Sumatera Barat
tersedia secara berkesinambungan dengan plasma nutfah sapi lokal yang dimiliki.
Hasil penelitian menunjukkan Hasil penelitian menunjukkan tatus keberlanjutan
pembibitan sapi pesisir pada BPTU-HPT Padang Mengatas secara multidimensi
adalah cukup berkelanjutan, karena nilai indeksnya berada di selang 50,01 sampai
75,00 dengan nilai 72,89 pada dimensi ekonomi 67,96 pada dimensi ekologi 67,78
pada dimensi sosial, dan 56,04 pada dimensi teknologi.
Rasihen, Yogi (2021) mengkaji tentang Analisis Keberlanjutan Usahatani
Perkebunan Kelapa Rakyat Kabupaten Indragiri Hilir. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis status keberlanjutan usahatani perkebunan kelapa rakyat di
Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau dan menganalisis faktor dominan atau
sensitif dalam keberlanjutan usahatani perkebunan kelapa rakyat di Kabupaten
Indragiri Hilir. Aspek yang dikaji dalam riset ini yaitu dimensi ekonomi,
lingkungan, dan sosial budaya dengan mengunakan analisis MDS multidimensi.
Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari 45 responden di tiap-
tiap kecamatan, yang dilakukan pada empat wilayah Kabupaten Indragiri Hilir,
yaitu Kecamatan Enok, Keritang, Mandah, dan Kecamatan Pulau Burung. Data
primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan responden petani dan
beberapa ahli yang konsentrasi pada perkelapaan yang dipilih secara purposive,
data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik, Dinas Pertanian dan
Perkebunan, dan literalur lain yang mendukung penelitian ini. Hasil teknik
ordinasi Rap-Coconut pada metode MDS membuktikan nilai indeks keberlanjutan
11

perkebunan kelapa rakyat di lokasi penelitian berkisar antara 25,01-50,00


termasuk kedalam ketegori kurang berkelanjutan. Pada analisis indeks
keberlanjutan untuk ke-tiga dimensi masing-masing adalah 48,01 (ekonomi),
33,76 (ekologi), dan 28,06 (sosial budaya) berada pada kategori kurang
berkelanjutan dari total nilai 100,00 untuk nilai baik (sangat berkelanjutan). Pada
masing-masing dimensi keberlanjutan memiliki indeks yang berfariatif, sehingga
diperlukan adanya kebijakan untuk mengevaluasi keberlanjutan usahatani
perkebunan kelapa rakyat Kabupaten Indragiri Hilir agar meningkatkan status
keberlanjutan perkebnunan kelapa rakyatnya.
Fidaruzziar, Irham (2022) mengkaji tentang Strategi Keberlanjutan Usaha
Ekspor Peternakan Domba sebagai Komoditas Ekspor di Kabupaten Jember.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis keberlajutan dan merancang
strategi keberlanjutan usaha ekspor domba di KabupatenJember. Metodologi
yang digunakan adalah Multi Dimensional Scaling (MDS) dengan pendekatan
Rapfish untuk menganalisis keberlanjutan dengan menggunakan 10 atribut.
Hasil analisis dimensi teknologimenunjukkan bahwa usaha ekspor komuditas
dombadi Jember dikategorikan “cukup berkelanjutan” dengan nilai 60,88. Faktor
yang sangat mempengaruhi keberlanjutan dimensi teknologi dan perlu
diperhatikan adalah kesesuaian teknologi yang ada dengankebutuhan
peternakannilai pengaruh atribut sebesar 4,47.
Randu Melkianus, Tulle Defrys, & Suek Ferdinan, (2022), mengkaji tentang
Evaluasi Keberlanjutan Pengembangan Kambing Kacang di Kawasan Pantura
Kecamatan Insana Utara Kabupaten Timor Tengah Utara. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis indeks, status, dan atribut sensitif yang memengaruhi
keberlanjutan pengembangan kambing kacang di Kecamatan Insana Utara
berdasarkan tinjauan dimensi ekologi, ekonomi, sosial budaya, teknologi-
infrastruktur dan hukum-kelembagaan. Hasil penelitian menunjukkan
pengembangan kambing kacang di Kecamatan Insana Utara secara multidimensi
memiliki indeks 45,11 dan berada pada status kurang berkelanjutan.
Hardi Tri. Soedarto Teguh (2023), mengkaji tentang Kajian Keberlanjutan
Usaha Peternakan Sapi Perah Di Kabupaten Mojokerto. Penelitian ini bertujuan
12

utuk melakukan kajian terhadap indeks status keberlanjutan usaha peternakan sapi
perah di Kabupaten Mojokerto pada masing-masing dimensi. Melakukan
identifikasi dan kajian faktor-faktor yang sensitif mempunyai pengaruh pada
keberlanjutan usaha peternakan sapi perah di Kabupaten Mojokerto. Hasil
penelitian menunjukkan indeks status keberlanjutan dari Usaha peternakan sapi
perah di Kabupaten Mojokerto secara multidimensi pada level kurang
berkelanjutan sebesar 49,53%. Nilai Indeks keberlanjutan pada dimensi sosial
(46,12%), dimensi ekologi (42.54%), dimensi ekonomi (52,36%), dimensi
teknologi (57,74%) dan dimensi kelembagaan (48,88%).
Fitriani, Desma (2023), mengkaji tentang Status Keberlanjutan Ekowisata
Mangrove Tanjung Beo Wanawisata, Desa Merak Belantung, Kalianda, Lampung
Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis status keberlanjutan
ekowisata mangrove Tanjung Beo Wanawisata dari lima dimensi keberlanjutan
(ekologi, ekonomi, sosial budaya, teknologi dan infrastruktur, serta hukum dan
kelembagaan) dan mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi indeks
keberlanjutan ekowisata mangrove. Hasil penelitian menunjukkan bahwa status
keberlanjutan ekowisata mangrove Tanjung Beo Wanawisata dalam kategori tidak
berkelanjutan dengan nilai indeks rata-rata sebesar 22,29 pada skala berkelanjutan
0-25,00. Dimensi ekologi termasuk dalam kategori cukup berkelanjutan dengan
nilai 50,11, dimensi ekonomi tidak berkelanjutan dengan nilai 13,34, dimensi
sosial tidak berkelanjutan dengan nilai 15,49, dimensi teknologi dan infrastruktur
tidak berkelanjutan dengan nilai 18,45, dan dimensi hukum dan kelembagaan
tidak berkelanjutan dengan nilai 14,07. Atribut yang mempengaruhi nilai indeks
keberlanjutan ditinjau dari dimensi ekologi yaitu kerapatan mangrove, dimensi
ekonomi yaitu kunjungan wisatawan, dimensi sosial yaitu kesadaran masyarakat
pentingnya mangrove, dimensi infrastruktur yaitu trek mangrove dan dimensi
hukum dan kelembagaan yaitu koordinasi antar lembaga atau stakeholder.
13

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu


Nama
Tahun Judul Tujuan Alat analisis
Peneliti
Nababan, 2007 Analisis Menentukan status MDS-
Benny Osta Keberlanjutan perikanan tangkap skala Rapfish
Perikanan Tangkap kecil dalam perspektif
Skala Kecil Di keberlanjutan menurut
Kabupaten Tegal dimensi ekologi, teknologi,
Jawa Tengah sosial, ekonomi serta
hukum-kelembagaan, serta
mengidentifikasi kebijakan
untuk mendukung
keberlanjutan perikanan
tangkap di Kabupaten
Tegal
Ibrahim 2013 Analisis Menganalisis keberlanjutan MDS- Rap-
Helda Keberlanjutan Usaha usaha pengrajin ekonomi UEK
Pengrajin Ekonomi kreatif dan menentukan
Kreatif Kerajinan faktor-faktor pengungkit
Sutera Di Provinsi terhadap keberlanjutan
Sulawesi Selatan usaha pengrajin ekonomi
kreatif.
Suyitman et 2016 Status Keberlanjutan Menganalisis indeks dan MDS-RAP-
al. Wilayah Berbasis status keberlanjutan BANGKAP
Peternakan di wilayah berbasis ET
Kabupaten peternakan di Kabupaten
Situbondo Situbondo ditinjau dari lima
dimensi keberlanjutan yaitu
dimensi ekonomi, sosial
budaya, infra struktur, dan
teknologi, serta
kelembagaan
Baliadi et al. 2017 Kelayakan Usaha Mengetahui efisiensi R/C ratio.
Tani Ayam KUB kelayakan usaha ayam
melalui Pemanfaatan KUB sebagai penghasil
Daun Lamtoro daging yang dipelihara
sebagai Pakan Lokal secara intensif melalui
di Kabupaten pemanfaatan daun lamtoro
Jayapura, Papua sebagai pakan lokal.
Pelaksanaan kajian
berlangsung sejak
September-Desember 2016.
Dzikrillah, 2017 Analisis Menganalisis dan mengkaji MDS-
Gilang Fauzi Keberlanjutan keberlanjutan usahatani RapFarm
Usahatani Padi padi sawah di Kabupaten
Sawah Di Kecamatan Soreang.
Soreang Kabupaten
Bandung
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Lanjutan
14

Nama
Tahun Judul Tujuan Alat analisis
Peneliti
Linda, 2018 Keberlanjutan Menganalisis status MDS-
Anggreni Usahatani Padi keberlanjutan usahatani Rapfish
Madik Sawah Di Kota padi berdasarkan lima
Denpasar (Studi dimensi keberlanjutan:
Kasus Subak Intaran ekologi, ekonomi, sosial-
Barat, Desa Sanur budaya, hukum dan
Kauh, Kecamatan kelembagaan, dan teknologi
Denpasar Selatan) dan infrastruktur, dan untuk
mengetahui atribut yang
sensitif dalam keberlanjutan
pertanian padi di Subak
Intaran Barat, Desa Sanur
Kauh dilihat dari lima
dimensi pembangunan
berkelanjutan
Suryanti 2019 Keberlanjutan Usaha Menganalisis tingkat MDS- Rap-
Reni et al. Peternakan Ayam keberlanjutan usaha UEK
Ras Pedaging pada peternakan ayam ras
Pola Kemitraan pedaging dengan pola
kemitraan, serta
menganalisis pengaruh
kapasitas terhadap
keberlanjutan usahanya.
Soejarwo, 2019 Analisis Menganalisis keberlanjutan MDS-
Permana Ari Keberlanjutan Usaha usaha budi daya rumput Rapfish
Budi Daya Rumput laut dari faktor ekonomi,
Laut Di Sumba kelembagaan dan teknologi
Timur, Nusa
Tenggara Timur
Subhan 2020 Analisis Menganalisis keberlanjutan MDS-
Muhamad Keberlanjutan usahatani buah naga di Rapfish
Usahatani Buah Desa Majingklak
Naga Berbasis Kecamatan Wanareja
Komunitas Kabupaten Cilacap
Susilawati et 2020 Analisis Ekonomi Menganalsis kelayakan R/C ratio.
al. Dan Kelembagaan finansial usahaternak ayam
Usaha Ternak Ayam kampung KUB di salah satu
Kampung (Kub) Di peternak
Kecamatan Jambi ayam KUB Kecamatan
Selatan Kabupaten Jambi Selatan, dan
Muaro Jambi keragaan kelembagaannya.
15

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Lanjutan


Nama Alat
Tahun Judul Tujuan
Peneliti analisis

Ananda 2021 Analisis Menganalisis keberlanjutan bibit MDS-


Pinta et al. Keberlanjutan sapi pesisir pada BPTU-HPT Rap-Local
Pembibitan Sapi Padang Mengatas karena sapi Beef
Potong pesisir berperan penting sebagai Cattle
Di Bptu-Hpt pemasok daging di Sumatera Breeding
Padang Mengatas Barat yang populasinya
mengalami penurunan sehingga
perlu dilihat bagaimana
keberlanjutan dari sapi pesisir
agar pasokan daging di Sumatera
Barat tersedia secara
berkesinambungan dengan
plasma nutfah sapi lokal yang
dimiliki.
Rasihen, 2021 Analisis Menganalisis status keberlanjutan MDS-
Yogi Keberlanjutan usahatani perkebunan kelapa Rap-
Usahatani rakyat di Kabupaten Indragiri Coconut
Perkebunan Hilir Provinsi Riau dan
Kelapa Rakyat menganalisis faktor dominan atau
Kabupaten sensitif dalam keberlanjutan
Indragiri Hilir usahatani perkebunan kelapa
rakyat di Kabupaten Indragiri
Hilir
Fidaruzziar, 2022 Strategi Hasil analisis dimensi MDS-
Irham Keberlanjutan teknologimenunjukkan bahwa RapFish
Usaha Ekspor usaha ekspor komuditas
Peternakan dombadi Jember dikategorikan
Domba sebagai “cukup berkelanjutan” dengan
Komoditas nilai 60,88.
Ekspor di
Kabupaten
Jember.
Randu 2022 Evaluasi Menganalisis indeks, status, dan MDS-
Melkianus, Keberlanjutan atribut sensitif yang Kagot
Tulle Pengembangan memengaruhi keberlanjutan
Defrys, & Kambing Kacang pengembangan kambing kacang
Suek di Kawasan di Kecamatan Insana Utara
Ferdinan Pantura berdasarkan tinjauan dimensi
Kecamatan Insana ekologi, ekonomi, sosial budaya,
Utara Kabupaten teknologi-infrastruktur dan
Timor Tengah hukum-kelembagaan.
Utara
16

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Lanjutan


Nama Alat
Tahun Judul Tujuan
Peneliti analisis
Fitriani, 2023 Status Menganalisis status keberlanjutan MDS-
Desma Keberlanjutan ekowisata mangrove Tanjung Rapfish
Ekowisata Beo Wanawisata dari lima
Mangrove dimensi keberlanjutan (ekologi,
Tanjung Beo ekonomi, sosial budaya,
Wanawisata, teknologi dan infrastruktur, serta
Desa Merak hukum dan kelembagaan) dan
Belantung, mengidentifikasi faktor yang
Kalianda, mempengaruhi indeks
Lampung Selatan keberlanjut.an ekowisata
mangrove
Hardi Tri. 2023 Kajian Penelitian ini bertujuan utuk MDS-
Soedarto Keberlanjutan melakukan kajian terhadap RAPFISH
Teguh Usaha Peternakan indeks status keberlanjutan usaha
Sapi Perah Di peternakan sapi perah di
Kabupaten Kabupaten Mojokerto pada
Mojokerto masing-masing dimensi.
Melakukan identifikasi dan
kajian faktor-faktor yang sensitif
mempunyai pengaruh pada
keberlanjutan usaha peternakan
sapi perah di Kabupaten
Mojokerto.
Sumber : Data Primer, Diolah 2023
Hasil penelitian terdahulu yang menggunakan alat analisis MDS-Rapfish
menunjukkan analisis tersebut digunakan untuk mengetahui keberlanjutan usaha
suatu obyek. Sehingga dapat menilai dari masing-masing atribut yang digunakan
untuk mengukur keberlanjutan suatu usaha. Pembeda penelitian yang dilakukan
adalah komoditas yang diterapkan berbeda. Pada penelitian peternakan ayam
KUB masih tidak menjadi obyek penelitian keberlanjutan usaha dikarenakan
komoditas KUB dinilai masih baru berkembang khususnya di Kabupaten Cianjur.

2.2 Landasan Teori


2.2.1 Preferensi Masyarakat terhadap Ayam Buras
Ayam buras memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai sumber
bibit unggul. Kemampuan beradaptasi dengan lingkungan tropis dan telah terbukti
mampu memberikan pendapatan yang cukup besar bagi peternak merupakan
17

keunggulan ayam buras (Yusuf, 2022). Keanekaragaman genetik ayam buras juga
merupakan suatu potensi yang sangat baik dalam upaya seleksi dan rekayasa
genetik untuk menghasilkan bibit unggul (Depison, 2009). Peran penting lain
yang dimiliki ayam buras, yaitu sebagai sumber pangan bagi masyarakat. Sebagai
sumber pangan ayam buras dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu ayam
pedaging dan petelur. Jenis ayam tertentu yang memiliki keunggulan bentuk
tubuh, warna bulu, karakter suara, dan temperamen dapat digunakan sebagai ayam
hias maupun ayam petarung. Jenis ayam yang dapat dimanfaatkan untuk dua
kepentingan sekaligus dapat disebut sebagai ayam dwiguna (Nataamijaya, 2003).
Preferensi masyarakat mengenai konsumsi ayam sangat beragam.
Berdasarkan penelitian yang dikemukakan oleh Ilham et al. (2018) pemilihan
tersebut didasarkan harga, tekstur daging, kandungan gizi, kebersihan, aroma, dan
warna daging tersebut. Konsumen memiliki persepsi bahwa ayam buras memiliki
daging yang lebih organik daripada yang ditinjau dari sisi pakan. Aedah et al.
(2018) yang menyatakan ayam buras memiliki faktor unggul dari sisi persepsi
masyarakat dimana daging yang dihasilkan dinilai lebih organik dibandingkan
ayam ras. Sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Kartika et al.
(2018) ayam buras dipersepsikan sebagai daging organik sehingga harga jual yang
dipasar juga tinggi melebihi daging ayam ras. Faktanya saat ini banyak kuliner
yang menyediakan menu ayam yakni buras dan ras. Harga yang ditawarkan
warung makan berbeda jika menu yang dipesan adalah ayam kampung, khusus
menu tersebut harga leih tinggi dibandingkan ayam ras seperti broiler.

2.2.2 Ayam Kampung Unggul Balitnak (KUB)


Ayam KUB merupakan hasil seleksi Balai Penelitian Ternak. Ayam KUBini
merupakan salah satu jawaban untuk mengatasi permasalahan peternak ayam
kampung. Dilatarbelakangi oleh semangat menjadikan Indonesia sebagaituan
rumah di negeri sendiri terhadap pemenuhan bahan pangan, ayam KUB
sebenarnya sangat memungkinkan karena Indonesia memiliki banyak sumber
daya genetik ternak ayam namun, hingga saat ini peternak masih menghadapi
kendala dalam pembibitan, baik dalam kuantitas maupun kualitasnya. Didukung
18

oleh pengalaman PT Ayam Kampung Indonesia (AKI) selama 40 tahun dalam


masalah pembibitan ras, Ayam Kampung Unggul menjadi salah satu solusi bagi
peternak ayam kampung di Indonesia. Dalam menjalankan usaha pembibitan
(breeding farm) yang berlokasi di Sukabumi, AKI bekerjasama dengan lembaga
penelitian dan perguruan tinggi, serta bermitra dengan pemerintahan daerah.
Ayam KUB telah dilisensikan non-ekslusif ke PT AKI pada tahun 2010. PT
AKI merupakan sebuah perusahaan perbanyakan bibit ayam lokal yang cukup
besar. PT AKI mengembangkan menjadi produk-produk parent stock ayam
kampung petelur unggul, final stock pedaging dan petelur.Populasi ayam KUB di
Balitnak Ciawi Bogor setiap tahun tidak lebih dari 300 ekor induk dan 150 ekor
jago, dimana perkawinan dilakukan dengan inseminasi buatan (Munir et al.,
2016).Telur-telur fertile diinkubasi dan ditetaskan di komplek laboratorium ayam
di Balitnak. DOC yang menetas, kemudian di tampung dalam kandang-kandang
kawat koloni menunggu pembeli yang sudah terdaftar.
Ayam KUB sudah dilepas sebagai ayam unggulan Balitnak sejak tahun
2009 dan merupakan hasil seleksi galur betina (female line) selama 6 generasi
dengan keunggulan produksi telur tinggi (henday 45 sampai 50%), puncak
produksi 65%, produksi telur 160 sampai 180 butir/tahun, konsumsi pakan 80
sampai 85 gram, sifat mengeram 10% dari total populasi, umur pertama bertelur
22 sampai 24 minggu, bobot telur 35 sampai 45 gram, dan konversi pakan 3,8.
(Sartika et al., 2009). Ayam KUB memiliki karakteristik sama dengan ayam
kampung pada umumnya seperti halnya warna bulu hitam, campur coklat, jengger
berbentuk (single comb) dan berbentuk pea.

2.2.3 Konsep Teori Keberlanjutan Usaha


Konsep awal keberlanjutan muncul dari istilah pembangunan berkelanjutan
yang mengusulkan tiga pendekatan yaitu pertumbuhan ekonomi, dampak sosial
dan batas lingkungan (WCED, 1987). Konsep ini adalah konsep yang sangat
terkenal dan pertama kali diusulkan oleh Elkington (1998), yang disebut Triple
Bottom Line atau selanjutnya disebut TBL. TBL mengusulkan agar bisnis harus
mencapai bukan hanya keberlanjutan ekonomi, tetapi juga keberlanjutan secara
19

sosial dan lingkungan. Selain itu keberlanjutan usaha dipengaruhi oleh beberapa
faktor penting yaitu lingkungan, ekonomi, kelembagaan, sosial budaya dan
teknologi. Hal ini sesuai dengan teori keberlajutan usaha menurut Munasinghe
(1993) terdapat empat dimensi penting dalam keberlanjutan usaha yaitu ekologi
(lingkungan), sosial kelembagaan, ekonomi dan teknologi.
Menurut Technical Advisory Committee of the CGIAR (1988), “Pertanian
Berkelanjutan adalah pengelolaan sumber daya yang berhasil untuk usaha
pertanian guna membantu kebutuhan manusia yang berubah, sekaligus
mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan
sumber daya alam”. Menurut Gips ( 1986 dalam Coen Reinjtjes dkk., 1999),
pertanian dapat dikatakan berkelanjutan jika telah mencakup hal-hal berikut ini :
1. Mantap secara ekologis yang berarti bahwa kualitas sumberdaya alam
dipertahankan dan kemampuan agroekosistem secara ke seluruhan (manusia,
hewan, tanaman dan organismetanah) ditingkatkan. Kedua hal ini akan
terpenuhi jika tanah dikelola dan kesehatan tanaman, hewan, serta masyarakat
dipertahankan melalui proses biologis (regulasi sendiri). Sumber daya local
dipergunakan se demikian rupa sehingga kehilangan unsure hara, biomasa,
dan energi bias ditekan serendah mungkin, serta mampu mencegah
pencemaran. Kuncinya adalah pada penggunaan sumber daya yang bias
diperbarui.
2. Bisa berlanjut secara ekonomis , yang berarti bahwa petani menghasilkan
untuk pemenuhan kebutuhan dan/ atau bisa cukup pendapatan sendiri, serta
mendapatkan penghasilan yang mencukupi untuk mengembalikan tenaga dan
biaya yang dikeluarkan. Kebelanjutan ekonomis ini bias diukur bukan hanya
dalam hal produk usaha tan i yang langsung, namun juga dalam hal fungsi
seperti melestarikan sumber daya alam dan meminimalkan risiko.
3. Adil , yang berarti bahwa sumber daya dan kekuasaan didistribusikan
sedemikian rupa sehingga kebutuhan dasar semua anggota masyarakat
terpenuhi dan hak-hak mereka dalam penggunaan lahan, modal yang
memadai, bantuan teknis, serta peluang pemasaran terjamin. Semua orang
memiliki kesempatan untuk berperan serta dalam pengambilan keputusan,
20

baik di lapangan maupun di 10dalam masyarakat. Kerusuhan social bias


mengancam system social secara keseluruhan, termasuk sistem pertaniannya.
4. Manusiawi, yang berarti bahwa semua bentuk kehidupan (tanaman, hewan
dan manusia) dihargai. Martabat dasar semua makhluk hidup dihormati, dan
hubungan serta institusi menggabungkan nilai kemanusiaan yang mendasar,
seperti kepercayaan, kejujuran, harga diri, kerjasama dan rasa sayang.
Integritas budaya dan spritualitas masyarakat dijaga dan dipelihara.
5. Luwes, yang berarti bahwa masyarakat pedesaan mampu menyesuaikan diri
dengan perubahan kondisi usaha tani yang berlangsung terus, misalnya
pertambahan jumlah penduduk, kebijakan, permintaan pasar, dan lain-lain.
Hal ini meliputi bukan hanya pengembangan teknologi yang baru dan sesuai,
namun juga inovasi dalam arti sosial dan budaya

2.2.4 Multidimensional Scaling (MDS)


Analisis keberlanjutan usaha dapat dilakukan dengan pendekatan
multidimensional scaling (MDS) yang disebut dengan pendekatan dari metode
RAP Poultry (The Rapid Appraisal of the Status of Poultry). Pendekatan Rap-
Poultry dimodifikasi dari program Rapfish (Rapid Assessment Techniques for
Fisheries) yang dikembangkan oleh Fisheries Center, University of British
Columbia (Fauzi A, Anna S. 2002). Metode MDS merupakan teknik analisis yang
mentransformasi setiap dimensi dan multidimensi pada dimensi keberlanjutan
usaha.
Penggunaan analisis MDS mempunyai berbagai keunggulan seperti
sederhana, mudah dinilai, cepat dan biaya yang diperlukan relatif murah (Pitcher
TJ. 1999). Menurut Nurmaliana, R., T. Sarianti, dan A. Karyadi. (2009), teknik
MDS memetakan dua titik atau objek yang sama dalam satu titik yang saling
berdekatan. Sebaliknya, obyek atau titik yang berbeda digambarkan dengan titik-
titik yang berjauhan. Nilai skor pada setiap atribut akan membentuk suatu matriks
X (n x p), dimana n adalah jumlah wilayah beserta titik-titik acuannya dan p
adalah jumlah atribut yang digunakan. Nilai skor tersebut kemudian di
21

standardisasi untuk setiap nilai skor atribut, sehingga setiap atribut memiliki bobot
seragam dan perbedaan antar skala pengukuran dapat dihilangkan.

2.3 Kerangka Pemikiran


Penelitian tentang analisis daya saing ayam KUB akan dilaksankan di
Kabupaten Cianjur dan sebagai lokasi spesifik untuk ayam KUB akan
dilakukukan di 8 kecamatan yakni Kecamatan Campaka, Kecamatan Sukaluyu,
Kecamatan Cianjur, Kecamatan Bojongpicung, Kecamatan Haurwangi,
Kecamatan Cikalong, Kecamatan Karangtengah dan Kecamatan Warungkondang.
Kecamatan tersebut dipilih sebagai kecamatan/ wilayah sentra budidaya ayam
Kampung Unggul Balitnak (KUB) di Kabupaten Cianjur.
Tahap pertama yaitu mengidentifikasi fenomena bisnis atau permasalahan
yang ada mengenai ayam KUB yang berpusat di 8 kecamatan di Kabupaten
Cianjur untuk dicari pemecahannya. Tahap kedua adalah menganalisis
keberlanjutan usaha ayam KUB menggunakan MDS dengan pendekatan metode
RAP Poultry (The Rapid Appraisal of the Status of Poultry) . Hasil MDS
diharapkan dapat melihat keberlanjutan usaha ayam KUB dari masing-masing
dimensi. Kerangka pemikiran dari penelitian ini seperti yang terlihat pada gambar
2.1
22

Analisis Keberlanjutan Usaha Ayam Kampung Unggul Balitnak


(KUB) di Kabupaten Cianjur

1. Mengidenifikasi kondisi status usaha ayam KUB di Kabupaten Cianjur


2. Merumuskan skenario pengembangan keberlanjutan usaha ayam KUB
3. Menentukan atribut prioritas guna merumuskan upaya pengembangan
keberlanjutan usaha ayam KUB

Multi Dimensional Scalling (MDS) dengan pendekatan metode RAP


Poultry (The Rapid Appraisal of the Status of Poultry)

Status kondisi usaha ayam KUB dari dimensi ekologi,


ekonomi, sosial, teknologi dan kelembagaan

Faktor dominan atau atribut pengngkit dari keberlanjutan


usaha ayam KUB di Kabupaten Cianjur

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pemikiran Penelitian


23

2.4 Kerangka Konseptual


Berdasarkan kerangka pemikiran pada gambar 2.2, maka kerangka
konseptual yang dapat dibuat dalam model penelitian ini adalah sebagai berikut:

DIMENSI EKOLOGI

DIMENSI EKONOMI

KEBERLANJUTAN
DIMENSI SOSIAL USAHA AYAM KUB

DIMENSI TEKNOLOGI

DIMENSI
KELEMBAGAAN

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Konseptual


24

2.5 Alur

Mulai

Studi literatur, wawancara, observasi,


identifikasi masalah dan tujuan

Menentukan atribut, pembuatan kuisioaner


dan menentukan skor good dan bad

Melakukan wawancara pakar ahli dan


responden (peternak)

Data primer dan sekunder


lengkap

Melakukan analisis keberlanjutan usaha


ayam KUB di Kabupaten Cianjur

Multidimensional Scaling (MDS) dengan teknik


pendekatan RAP Poultry (The Rapid Appraisal of
the Status of Poultry)

Mengetahui keberlanjutan usaha ayam KUB


di Kabupaten Cianjur

Upaya pengembangan usaha ayam


KUB

Kesimpulan dan Saran

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Konseptual


BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Penelitian ini merupakan gabungan penelitian deskriptif kualitatif dan
kuantitatif. Penelitian ini dikatakan penelitian deskriptif karena ditujukan untuk
mendeskripsikan keberlanjutan usaha ayam Kampung Unggul Balitnak (KUB) di
Kabupaten Cianjur yang sesungguhnya. Penelitian deskriptif dilakukan untuk
memperoleh gambaran yang sesuai dengan kondisi dari usaha ayam Kampung
Unggunl Balitnak (KUB) di Kabupaten Cianjur. Selain itu, penelitian ini
tergolong kedalam penelitian kuantitatif yang digunakan untuk memperoleh
sebuah informasi melalui pendekatan terhadap angka (kuantitatif). Pendekatan
kuantitatif pada penelitian ini dimulai dari pengambilan data terkait 4 dimensi
keberlanjutan yang diukur dengan menggunakan angka, pengolahan data
menggunakan aplikasi hingga menjadi informasi yang dapat digunakan untuk
mendukung keputusan manajerial dan ekonomi yang akan diambil. Setelah
mendapatkan informasi dari pendekatan kuantitatif dilakukanlah pendekatan
kualitatif untuk menekankan pemahaman terkait masalah dalam kehidupan sosial
berdasarkan kondisi sesungguhnya.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian keberlanjutan usaha ayam KUB dilakukan di Kabupaten Cianjur
pada 8 kecamatan yakni Kecamatan Campaka, Kecamatan Sukaluyu, Kecamatan
Cianjur, Kecamatan Bojongpicung, Kecamatan Haurwangi, Kecamatan Cikalong,
Kecamatan Karangtengah dan Kecamatan Warungkondang. Kecamatan tersebut
dipilih sebagai kecamatan/ wilayah sentra budidaya ayam Kampung Unggul
Balitnak (KUB) di Kabupaten Cianjur.
Lokasi penelitian ditentukan secara purposive dengan mempertimbangkan
jumlah peternak ayam KUB di masing-masing Kecamatan dan Desa. serta sentra
pengembangan ayam KUB di Kabupaten Cianjur. Penelitian ini dilaksanakan
selama ± 4 bulan dari tahap awal sampai tahap penyelesaian penelitian, yang
dimulai pada bulan Februari sampai dengan bulan Juni 2023.

25
26

3.3 Metode Pengumpulan Data


Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Metode pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara
kepada sumber informasi atau informan yaitu pemilik industri, stakeholder dan
mengamati dokumen-dokumen yang ada. Pertanyaan yang diajukan telah disusun
sebelumnya dan dipandu menggunakan kuisioner. Pengumpulan data sekunder
bersumber dari instansi atau lembaga yang terkait serta literatur yang
berhubungan dengan penelitian ini.

3.4 Definisi Operasional Variabel


Definisi operasional merupakan suatu cara untuk memberikan pemahaman
yang sama tentang pengertian variabel atau dimensi yang diukur untuk
menentukan variabel atau dimensi penelitian yang digunakan dalam analisis data.
Terdapat 5 dimensi yang digunakan dalam penelitian ini, setiap dimensi terdapat
beberapa atribut yang telah ditentukan dengan kriteria penilaian bersumber pada
institusi, penelitian, dan pendapat pakar yang dapat dipertanggungjawabkan.
Adapun dimensi dan atribut pada setiap dimensi antara lain :
Tabel 3.1 Dimensi dan Atribut Keberlanjutan
Dimensi Atribut Definisi Operasional
No Sumber
Keberlanjutan Keberlanjutan Variabel
1 Ekologi Jarak Lokasi Jarak lokasi kandang Peraturan Menteri
kandang dari pemukiman Pertanian Nomor:
penduduk serta 40/Permentan/OT.1
keamanan lokasi 40/7/2011
kendang dari
serangan hewan liar
Luas kandang Luasan kandang Peraturan Menteri
(floor space)
Pertanian Republik
berdasarkan populasi Indonesia Nomor
ternak 79/PERMENTAN/
OT.140/6/2014
Suhu Kesesuaian suhu Sutanto, Iman.
lingkungan lingkungan terhadap Tingkah Laku
kondisi ternak Ayam Kub Pada
Pemeliharaan
Sistem Closed
House.2021.Tropic
al Animal
Science.3 (2)
27

Tabel 3.1 Dimensi dan Atribut Keberlanjutan Lanjutan


Dimensi Atribut Definisi Operasional
No Sumber
Keberlanjutan Keberlanjutan Variabel

1 Ekologi Kondisi Kesesuaian Sutanto, Iman.


kelembaban kelembaban Tingkah Laku Ayam
lingkungan terhadap Kub Pada
kondisi ternak Pemeliharaan Sistem
Closed
House.2021.Tropical
Animal Science.3 (2)
Ketersediaan Kemudahan dalam UU No 18 Tahun
pakan dan air mendapatkan pakan 2009
dan air minum ternak
Tingkat Pengendalian hama dan Permentan No 31
penganggulangan penyakit pada ternak Tahun 2014
hama dan
penyakit

Tingkat Pengendalian limbah Permentan No 31


penanggulanagn dari sisa hasil usaha Tahun 2014
limbah peternakan peternakan
2 Ekonomi Pendapatan Ukuran penghasilan Permentan No 31
Peternak yang diterima peternak Tahun 2014
dari hasil usaha
ternaknya
Produktivitas Jumlah populasi ayam Dinas Peternakan,
Ayam KUB KUB yang dipelihara Kabupaten Cianjur
Tahun 2023
Akses pemasaran Kemudahan dalam
memasarkan hasil dari
usaha ternak ayam
KUB
Jangkauan Luas daerah pemasaran Permentan No 31
pemasaran ayam KUB Tahun 2014
Stabilitas harga Tingkat inflasi yang Permentan No 31
stabil dan rendah Tahun 2014
Status Usaha yang dijalankan Permentan No 31
kepemilikan milik pribadi Tahun 2014
usaha mandiri
Jaringan Struktur pemasaran Permentan No 31
pemasaran dari produk usaha Tahun 2014
peternakan

3 Sosial Tingkat Penyerapan tenaga Permentan No 31


penyerapan kerja dari lingkungan Tahun 2014
tenaga kerja sekitar
Konflik Respon masyarakat Setyono, Dwi Joko
masyarakat terhadap dampak dari dan Maria
usaha ayam KUB Ulfah.2011. 7 Jurus
Sukses menjadi
Peternak Ayam Ras
Pedaging.Jakarta:Pen
ebar Swadaya.
28

Tabel 3.1 Dimensi dan Atribut Keberlanjutan Lanjutan


Dimensi Atribut Definisi Operasional
No Sumber
Keberlanjutan Keberlanjutan Variabel
3 Sosial Penyuluhan Upaya dalam mengubah UU No 18
dan Pelatihan perilaku peternak dalam Tahun 2009
memecahkan masalah
pada kegiatan usaha
ternak ayam KUB
Preferensi Kesukaan masyarakat Amelia dkk,
terhadap daging ayam Faktor- Faktor
Terhadap Cita
kampung yang
Rasa Daging Mempengaruhi
Permintaan
Ayam
Daging Ayam
Kampung Kampung di
Pasar
Tradisional
Kota Surakarta.
208
Dampak Sosial Perubahan sikap sosial Cahyono, Arief.
masyarakat terhadap Respon
Terhadap
adanya peternak ayam Peternak
Peternakan KUB Terhadap
Budidaya Ayam
Ayam KUB
Kub Di
Kabupaten Sigi
Sulawesi
Tengah. 2019
Partisipasi Tenaga kerja dari Fidaruzziar,Irha
keluarga m. Strategi
Tenaga Kerja
Keberlanjutan
Kaluarga Usaha Ekspor
Peternakan
Domba sebagai
Komoditas
Ekspor di
Kabupaten
Jember. 2022
4 Teknologi Tingkat Tingkat penerapan tiap Dinas
penerapan aspek teknologi pada Peternakan
teknologi usaha ternak ayam KUB Kabupaten
Cianjur, 2023
Tingkat Tingkat penguasaan Dinas
penguasaan peternak terhadap Peternakan
teknologi baru teknologi baru Kabupaten
Cianjur, 2023
29

Tabel 3.1 Dimensi dan Atribut Keberlanjutan Lanjutan


Dimensi Atribut Definisi Operasional
No Sumber
Keberlanjutan Keberlanjutan Variabel

4 Teknologi Manajemen Pencatatan data selama Dinas


Recording kegiatan pemeliharaan Peternakan
dan hasil usaha ternak Kabupaten
ayam KUB Cianjur, 2023
Sarana dan Sarana dan prasarana Dinas
Prasarana yang digunakan selama Peternakan
proses pemeliharaan ayam Kabupaten
KUB Cianjur, 2023
Ketersediaan Kemudahan dalam Dinas
Bibit Ayam mendapatkan bibit ayam Peternakan
Unggul KUB Kabupaten
Cianjur, 2023
Tatalaksana Tatalaksana pemeliharaan Dinas
Pemeliharaanmeliputi pemberian Peternakan
pakan, pemberian air Kabupaten
minum, bentuk dan Cianjur, 2023
ukuran kandang yang
digunakan, pemberian
vitamin dan penanganan
kesehatan meliputi
vaksinasi, pencegahan
dan pengobatan ayam
sakit
Teknologi Tersedianya mesin tetas Permentan No
penetasan 31 Tahun 2014
Penggunaan Penggunaan probiotik Permentan No
Probiotik pada pemeliharaan ayam 31 Tahun 2014
KUB
5 Kelembagaan Kelompok Terdapat lembaga yang UU No 18
ternak ayam menyatukan para peternak Tahun 2009
KUB ayam KUB
Gabungan Terdapat lembaga yang UU No 18
kelompok terdiri dari kumpulan Tahun 2009
ternak kelompok peternak
dengan tujuan
menfasilitasi kegiatan
perternakan
Fungsi Kelompok ternak ayam UU No 18
kelompok KUB aktif memberikan Tahun 2009
ternak informasi pengelolaan
usaha ayam KUB hingga
pemasaran
Kelembagaan Lembaga penyuluhan UU No 18
penyuluhan Tahun 2009
Tabel 3.1 Dimensi dan Atribut Keberlanjutan Lanjutan
30

Dimensi Atribut Definisi Operasional


No Sumber
Keberlanjutan Keberlanjutan Variabel
5 Kelembagaan Kelembagaan Kondisi tersedianya UU No 18
pemasaran lembaga pemasaran yang Tahun 2009
mewadahi hasil panen
peternak ayam KUB
Kelembagaan Kondisi tersedianya UU No 18
permodalan lembaga pinjaman modal Tahun 2009
untuk usaha ternak ayam
KUB

Sumber : Data Primer, Diolah 2023

3.5 Metode Analisis Data


Definisi Multi Dimensional Scalling (MDS) merupakan suatu teknik yang
bisa membantu peneliti untuk mengenali (mengidentifikasi) dimensi kunci yang
mendasari evaluasi objek dari responden atau pelanggan. Analisis MDS
merupakan salah satu teknik peubah ganda yang dapat digunakan untuk
menentukan posisi suatu objek lainnya berdasarkan penilaian kemiripannya
(Walundungo et al., 2018). Teknik pengolahan dan analisis data pada penelitian
ini menggunakan analisis Multi Dimensional Scalling – RAP Poultry (The Rapid
Appraisal of the Status of Poultry) yang merupakan modifikasi dari RapFish.
Teknis analisis MDS-RAP Poultry digunakan pada penelitian ini untuk membantu
peneliti mengetahui dan menganalisis tingkat keberlanjutan usaha ayam KUB di
Kabupaten Cianjur.
Analisis Keberlannjutan Usaha Ayam KUB ini dilakukan dengan
pendekatan Multidimensional Scalling (MDS) yang merupakan pengembangan
dari metode Rapfish yang digunakan untuk menilai status keberlanjutan ayam
KUB di Kabupaten Cianjur. Berikut adalah beberapa tahapan dari MDS (Susanto,
2012) :
1. Penentuan atribut usaha ayam KUB secara berkelanjutan yang mencakup
lima dimensi yaitu, ekologi, ekonomi, sosial, kelembagaan, dan teknologi.
2. Penilaian setiap atribut dalam skala ordinal berdasarkan kriteria keberlanjutan
dari setiap dimensi.
3. Penyusunan indeks dan status keberlanjutan usaha ayam KUB.
31

Setiap atribut pada masing-masing dimensi diberikan skor berdasarkan


scientific judgment yaitu penemuan yang telah dilakukan melalui statistik dan
hukum alam dari pembuat skor. Rentang skor berkisar antara 0-2, atau tergantung
pada keadaan masing-masing atribut yang diartikan mulai dari yang buruk (0)
sampai baik (2). Nilai skor dari masing-masing atribut dianalisis secara
multidimensional untuk menentukan satu atau beberapa titik yang mencerminkan
posisi keberlanjutan usaha ayam KUB yang dikaji relatif terhadap dua titik acuan,
yaitu titik baik (good) dan titik buruk (bad).
Multi Dimensional Scalling (MDS) merupakan analisis statistik untuk
mengetahui kemiripan dan ketidakmiripan variabel yang digambarkan dalam
ruang geometris. Fauzi (2002) mengemukakan bahwa, analisis Multi Dimensional
Scalling (MDS) digunakan untuk melakukan penilaian dari setiap atribut dalam
skala ordinal berdasarkan kriteria keberlanjutan setiap dimensi. Analisis ordinasi
yang berbasis metode MDS, digunakan untuk menyusun indeks dan status
keberlanjutan existing condition, baik secara umum maupun pada setiap dimensi.
Nilai skor dari masing-masing atribut pada setiap dimensi dianalisis secara multi
dimensional untuk menentukan satu atau beberapa titik yang mencerminkan posisi
keberlanjutan pembangunan sektor peternakan yang dikaji relatif terhadap dua
titik acuan yaitu titik “tidak baik” (bad) dan titik “baik” (good) seperti yang dapat
ilustrasi pada Gambar 3.1 berikut.

Gambar 3.1 Dua Titik Acuan Bad dan Good


Sumber : Fauzi dan Anna 2005
Pada gambar di atas divisualisasikan pada sumbu horizontal dengan indeks
keberlanjutan diberi nilai skor 0% (buruk) dan 100% (baik). Jika sistem yang
dianalisis mempunyai nilai indeks keberlanjutan lebih besar atau sama dengan
50% (>50%), maka sistem dikatakan keberlanjutan (sustainability) dan dikatakan
tidak keberlanjutan jika nilai indeks kurang dari 50% (<50%).
32

Nilai indeks keberlanjutan mempunyai selang antara 0%-100% dengan


menggunakan skala yang dikembangkan oleh University of Colombia, Canada,
seperti pada tabel 3.2 dibawah ini:
Tabel 3.2 Indeks Keberlanjutan
Nilai Indeks Kategori
0,00-25,00 Buruk (tidak bekelanjutan)
25,00-50,00 Kurang (kurang berkelanjutan)
50,00-75,00 Cukup (cukup berkelanjutan)
75,00-100,00 Baik (sangat berkelanjutan)
Sumber : Fauzi dan Anna 2005
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Analisis usaha ayam Kampung Unggul Balitnak (KUB) di Kabupaten
Cianjur dilakukan untuk mengetahui status keberlanjutan usaha ayam KUB dilihat
dari berbagai dimensi keberlanjutan dan merumuskan strategi untuk
mengembangkan usaha ayam KUB di Kabupaten Cianjur berdasarkan analisa
status keberlanjutan yang telah dilakukan sebelumnya.
Keberlanjutan usaha ayam KUB di Kabupaten Cianjur dalam penelitian ini
dilihat dari 5 dimensi, yaitu Dimensi Ekologi, Dimensi Ekonomi, Dimensi Sosial,
Dimensi Teknologi, dan Dimensi Kelembagaan
4.1.1 Dimensi Ekologi

Gambar 4.1 Status Keberlanjutan Dilihat dari Dimensi Ekologi


Sumber : Data diolah 2023
Hasil analisis menggambarkan bagaimana posisi pendapat pakar (expert)
dalam memandang dimensi ekologi dari keberlanjutan usaha ayam KUB. Hasil
analisis dengan menggunakan program R menunjukkan bahwa pakar memiliki
pandangan berbeda terkait keberlanjutan usaha ayam KUB dari dimensi ekologi,

33
34

namun demikian sebagian besar pakar memberikan nilai pada skala ordinasi 50,00
– 75,00 yang mengartikan bahwa sebagian besar pakar setuju bahwa usaha ayam
KUB memiliki keberlanjutan pada masa yang akan datang.

RAP-Poultry Ordination
60

40
Other Distingishing Features

20

0
0 20 40 60 80 100 120
-20

-40

-60
Poultry Sustainability

Gambar 4.2 Status Keberlanjutan Dilihat dari Dimensi Ekologi


Sumber : Data diolah 2023
Dilihat dari dimensi ekologi, semua responden memberikan penilaiaian
yang berbeda terhadap keberlanjutan usaha ayam Kampung Unggul Balitnak
(KUB) di Kabupaten Cianjur. Secara keseluruhan, usaha ayam KUB memiliki
nilai keberlanjutan sebesar 67,26. Nilai ini mengindikasikan bahwa status
keberlanjutan usaha ayam KUB berada pada skala ordinasi 50,00 – 75,00
sehingga dikategorikan Cukup Berkelanjutan. Adapun pengaruh masing-masing
atribut pada dimensi ekologi terhadap keberlanjutan usaha ayam KUB di
Kabupaten Cianjur dapat dilihat pada gambar 4.3
35

Leverage of Attributes
Penanggulangan Limbah

Luas Kandang

SuhuLingkungan

Penanggulangan Hama dan Penyakit

Ketersediaan Pakan dan Air Minum

Kondisi Kelembaban

Lokasi Kandang

0 1 2 3 4 5 6

Gambar 4.3 Pengaruh Atribut pada Dimensi Ekologi


Sumber : Data diolah 2023
Berdasarkan gambar 4.3 dapat diketahui bahwa faktor pengungkit yang
mempengaruhi dimensi ekologi dalam keberlanjutan usaha ayam Kampung
Unggul Balitnak (KUB) dan sangat perlu untuk diperhatikan diurutkan dari yang
terpenting adalah 1) ketersediaan pakan dan air minum dengan nilai pengaruh
atribut sebesar 5,348. 2) Penanggulangan hama dan penyakit dengan nilai
pengaruh atribut sebesar 5,244. 3) Lokasi kandang dengan nilai pengaruh atribut
sebesar 5,022. 4) Suhu lingkungan dengan nilai pengaruh atribut sebesar 5,005. 5)
Kondisi kelembaban dengan nilai pengaruh atribut sebesar 4,358. 6) Luas
kandang dengan nilai pengaruh atribut sebesar 3,679. 7) Pananggulangan limbah
dengan nilai pengaruh atribut sebesar 2,713.

4.1.2 Dimensi Ekonomi


Keberlanjutan usaha ayam Kampung Unggul Balitnak (KUB) di Kabupaten
Cianjur dilihat dari dimensi ekonomi mencakup status kepemilikan usaha,
jaringan pemasaran, stabilitas harga, jangkauan pemasaran, harga jual ayam KUB,
pendapatan peternak dan akses pemasaran. Adapun hasil analisis dengan
menggunakan Multi Dimensional Scaling (MDS) dapat dilihat pada gambar 4.4
36

Gambar 4.4 Status Keberlanjutan Dilihat dari Dimensi Ekonomi


Sumber : Data diolah 2023
Hasil analisis menggambarkan bagaimana posisi pendapat pakar (expert)
dan responden penelitian dalam hal ini adalah peternak ayam KUB di Kabupaten
Cianjur dalam memandang dimensi ekonomi dari keberlanjutan usaha ayam KUB.
Hasil analisis dengan menggunakan program R menunjukkan responden memiliki
pandangan berbeda terkait keberlanjutan usaha ayam KUB dari dimensi ekonomi,
namun demikian sebagian besar responden memberikan nilai pada skala ordinasi
50,00 – 75,00 yang mengartikan bahwa sebagian besar responden setuju bahwa
usaha ayam KUB memiliki keberlanjutan pada masa yang akan datang.
37

RAP-Poultry Ordination
60

40
Other Distingishing Features

20

0
0 20 40 60 80 100 120

-20

-40

-60
Poultry Sustainability

Gambar 4.5 Rap-Poultry Ordination Dimensi Ekonomi


Sumber : Data diolah 2023
Dilihat dari dimensi ekonomi, semua responden memberikan penilaiaian
yang berbeda terhadap keberlanjutan usaha ayam Kampung Unggul Balitnak
(KUB) di Kabupaten Cianjur. Secara keseluruhan, usaha ayam KUB memiliki
nilai keberlanjutan sebesar 57,97. Nilai ini mengindikasikan bahwa status
keberlanjutan usaha ayam KUB berada pada skala ordinasi 50,00 – 75,00
sehingga dikategorikan Cukup Berlanjut. Adapun pengaruh masing-masing atribut
pada dimensi ekonomi terhadap keberlanjutan usaha ayam KUB di Kabupaten
Cianjur dapat dilihat pada gambar 4.6
38

Leverage of Attributes
Jangkauan Pemasaran

Jaringan Pemasaran

Stabilitas Harga

Aksese Pemasaran

Produktivitas Ayam KUB

Pendapatan Peternak

Status Kepemlilikan Usaha

0 1 2 3 4 5 6

Gambar 4.6 Pengaruh Atribut pada Dimensi Ekonomi


Sumber : Data diolah 2023
Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor pengungkit yang mempengaruhi
dimensi ekonomi dalam keberlanjutan usaha ayam Kampung Unggul Balitnak
(KUB) dan perlu untuk diperhatikan diurutkan dari yang terpenting adalah 1)
Stabilitas harga ayam KUB dengan nilai pengaruh atribut sebesar 5,222. 2)
Produktivitas ayam KUB dengan nilai pengaruh atribut sebesar 4,320. 3) Akses
pemasaran dengan nilai pengaruh atribut sebesar 4,320. 4) Jaringan pemasaran
dengan nilai pengaruh atribut sebesar 4,085. 5) Pendapatan peternak dengan nilai
pengaruh atribut sebesar 3,642. 6) Status kepemilikan usaha dengan nilai
pengaruh atribut sebesar 2,842. 7) Jangkauan pemasaran dengan nilai pengaruh
atribut sebesar 2,702.

4.1.3 Dimensi Sosial


Keberlanjutan usaha ayam KUB di Kabupaten Cianjur dilihat dari dimensi
sosial mencakup tingkat penyerapan tenaga kerja, tingkat pendidikan peternak,
partisipasi tenaga kerja keluarga, peyuluhan dan pelatihan, konflik masyarakat,
dampak sosial terhadap peternakan ayam KUB. Hasil Analisis menggunakan
Multi Dimensional Scaling (MDS) dapat dilihat pada gambar 4.7
39

Gambar 4.7 Status Keberlanjutan Dilihat dari Dimensi Sosial


Sumber : Data diolah 2023
Hasil analisis menggambarkan bagaimana posisi pendapat pakar (expert)
dan responden penelitian dalam hal ini adalah peternak ayam KUB di Kabupaten
Cianjur dalam memandang dimensi sosial dari keberlanjutan usaha ayam KUB.
Hasil analisis dengan menggunakan program R menunjukkan responden memiliki
pandangan berbeda terkait keberlanjutan usaha ayam KUB dari dimensi sosial,
namun demikian sebagian besar responden memberikan nilai pada skala ordinasi
50,00 – 75,00 yang mengartikan bahwa sebagian besar responden setuju bahwa
usaha ayam KUB memiliki keberlanjutan pada masa yang akan datang.
40

RAP-Poultry Ordinatio
60

Other Distingishing Features


40

20

0
0 20 40 60 80 100 120
-20

-40

-60
Poultry Sustainability

Gambar 4.8 Rap-Poultry Ordination Dimensi Sosial


Sumber : Data diolah 2023
Dilihat dari dimensi sosial, semua responden memberikan penilaiaian yang
berbeda terhadap keberlanjutan usaha ayam Kampung Unggul Balitnak (KUB) di
Kabupaten Cianjur. Secara keseluruhan, usaha ayam KUB memiliki nilai
keberlanjutan sebesar 60,60. Nilai ini mengindikasikan bahwa status
keberlanjutan usaha ayam KUB berada pada skala ordinasi 50,00 – 75,00
sehingga dikategorikan Cukup Berkelanjutan. Pengaruh masing-masing atribut
pada dimensi sosial terhadap keberlanjutan usaha ayam KUB di Kabupaten
Cianjur dapat dilihat pada gambar 4.9

Leverage of Attributes

Penyuluhan dan Pelatihan


Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja
Konflik Masyarakat
Preferensi Terhadap Cita Rasa daging…
Dampak Sosial Terhadap Peternakan…
Partisipasi Tenaga Kerja Keluarga

0 1 2 3 4 5 6 7 8

Gambar 4.9 Pengaruh Atribut pada Dimensi Sosial


Sumber : Data diolah 2023
41

Berdasarkan gambar 4.9 dapat diketahui bahwa faktor pengungkit yang


mempengaruhi dimensi sosial dalam keberlanjutan usaha ayam KUB dan sangat
perlu untuk diperhatikan diurutkan dari yang terpenting adalah 1) preferensi
terhadap cita rasa daging ayam KUB dengan nilai pengaruh atribut sebesar 7,157.
2) Dampak sosial terhadap peternakan ayam KUB dengan nilai pengaruh atribut
sebesar 7,140. 3) Konflik masyarakat dengan nilai pengaruh atribut sebesar 6,367.
4) Partisipasi tenaga kerja keluarga dengan nilai pengaruh atribut sebesar 5,068.
5) Penyuluhan dan pelatihan dengan nilai pengaruh atribut sebesar 4,705. 6)
Tingkat penyerapan tenaga kerja dengan nilai pengaruh atribut sebesar 4,689.

4.1.4 Dimensi Teknologi


Keberlanjutan usaha ayam Kampung Unggul Balitnak (KUB) di Kabupaten
Cianjur dilihat dari dimensi teknologi yang mencakup penggunaan probiotik, tata
laksana pemeliharaan, ketersediaan pakan, sarana dan prasarana, ketersediaan
bibit, manajemen recording, tingkat penguasaan teknologi baru, dan tingkat
penerapan teknologi. Hasil analisis dapat dilihat pada gambar 4.10

Gambar 4.10 Status Keberlanjutan Dilihat dari Dimensi Teknologi


Sumber : Data diolah 2023
42

Hasil analisis menggambarkan bagaimana posisi pendapat pakar (expert)


dan responden penelitian dalam hal ini adalah peternak ayam KUB di Kabupaten
Cianjur dalam memandang dimensi teknologi dari keberlanjutan usaha ayam
KUB. Hasil analisis dengan menggunakan program R menunjukkan responden
memiliki pandangan berbeda terkait keberlanjutan usaha ayam KUB dari dimensi
teknologi, namun demikian sebagian besar responden memberikan nilai pada
skala ordinasi 50,00 – 75,00 yang mengartikan bahwa sebagian besar responden
setuju bahwa usaha ayam KUB memiliki keberlanjutan pada masa yang akan
datang.

RAP-Poultry Ordination
60

40
Other Distingishing Features

20

0
0 20 40 60 80 100 120

-20

-40

-60
Poultry Sustainability

Gambar 4.11 Rap-Poultry Ordination Dimensi Teknologi


Sumber : Data diolah 2023
Dilihat dari dimensi teknologi, semua responden memberikan penilaiaian
yang berbeda terhadap keberlanjutan usaha ayam Kampung Unggul Balitnak
(KUB) di Kabupaten Cianjur. Secara keseluruhan, usaha ayam KUB memiliki
nilai keberlanjutan sebesar 55,17. Nilai ini mengindikasikan bahwa status
keberlanjutan usaha ayam KUB berada pada skala ordinasi 50,00 – 75,00
sehingga dikategorikan Cukup Berkelanjutan. Pengaruh masing-masing atribut
43

pada dimensi teknologi terhadap keberlanjutan usaha ayam KUB di Kabupaten


Cianjur dapat dilihat pada gambar 4.12

Leverage of Attributes
Tingkat Penguasaan Teknologi Baru
Manajemen Recording
Penggunaan Probiotik
Teknologi Penetasan
Ketersediaan Bibit Ayam Unggul
Sarana dan Prasarana
Tingkat Penerapan Teknologi
Tata Laksana Pemeliharaan

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5

Gambar 4.12 Pengaruh Atribut pada Dimensi Teknologi


Sumber : Data diolah 2023
Berdasarkan gambar 4.12 dapat diketahui bahwa faktor pengungkit yang
mempengaruhi dimensi sosial dalam keberlanjutan usaha ayam Kampung Unggul
Balitnak (KUB) dan sangat perlu untuk diperhatikan diurutkan dari yang
terpenting adalah 1) ketersediaan bibit ayam unggul dengan nilai pengaruh atribut
sebesar 4,126. 2) Sarana dan prasarana dengan nilai pengaruh atribut sebesar
4,050. 3) Tata laksana pemeliharaan dengan nilai pengaruh atribut sebesar 2,684.
4) Teknologi penetasan dengan nilai pengaruh atribut sebesar 2,694. 5)
Manajemen recording dengan nilai pengaruh atribut sebesar 2,646. 6) Tingkat
penguasaan teknologi baru dengan nilai pengaruh atribut sebesar 2,576. 7)
Tingkat penerapan teknologi dengan nilai pengaruh atribut sebesar 4,365. 8)
Penggunaan probiotik dengan nilai pengaruh atribut sebesar 1,571.

4.1.5 Dimensi Kelembagaan


Keberlanjutan usaha ayam KUB di Kabupaten Cianjur dilihat dari dimensi
kelembagaan dianalisis dengan menggunakan Multi Dimensional Scaling (MDS).
Adapun hasil analisis dapat dilihat pada gambar 4.13
44

Gambar 4.13 Status Keberlanjutan Dilihat dari Dimensi Kelembagaan


Sumber : Data diolah 2023
Hasil analisis menggambarkan bagaimana posisi pendapat pakar (expert)
dan responden penelitian dalam hal ini adalah peternak ayam KUB di Kabupaten
Cianjur dalam memandang dimensi kelembagaan dari keberlanjutan usaha ayam
KUB. Hasil analisis dengan menggunakan program R menunjukkan responden
memiliki pandangan berbeda terkait keberlanjutan usaha ayam KUB dari dimensi
kelembagaan, namun demikian sebagian besar responden memberikan nilai pada
skala ordinasi 25,00 – 50,00 yang mengartikan bahwa sebagian besar responden
setuju bahwa usaha ayam KUB kurang keberlanjutan pada masa yang akan
datang.
45

RAP-Poultry Ordination
60

40
Other Distingishing Features

20

0
0 20 40 60 80 100 120
-20

-40

-60

-80
Poultry Sustainability

Gambar 4.14 Rap-Poultry Ordination Dimensi Kelembagaan


Sumber : Data diolah 2023
Dilihat dari dimensi teknologi, semua responden memberikan penilaiaian
yang berbeda terhadap keberlanjutan usaha ayam Kampung Unggul Balitnak
(KUB) di Kabupaten Cianjur. Secara keseluruhan, usaha ayam KUB memiliki
nilai keberlanjutan sebesar 38,91. Nilai ini mengindikasikan bahwa status
keberlanjutan usaha ayam KUB berada pada skala ordinasi 25,00 – 50,00
sehingga dikategorikan Kurang Berkelanjutan. Adapun pengaruh masing-masing
atribut pada dimensi kelembagaan terhadap keberlanjutan usaha ayam KUB di
Kabupaten Cianjur dapat dilihat pada gambar 4.15
46

Leverage of Attributes
Kelembagaan Permodalan

Gabungan Kelompok Ternak

Kelembagaan Penyuluhan

Kelembagaan Pemasaran

Kelompok Ternak Ayam KUB

Fungsi Kelompopk Ternak Ayam KUB

0 5 10 15 20

Gambar 4.15 Pengaruh Atribut pada Dimensi Kelembagaan


Sumber : Data diolah 2023
Berdasarkan gambar 4.15 dapat diketahui bahwa faktor pengungkit yang
mempengaruhi dimensi kelembagaan dalam keberlanjutan usaha ayam Kampung
Unggul Balitnak (KUB) dan sangat perlu untuk diperhatikan diurutkan dari yang
terpenting adalah 1) kelembagaan penyuluhan dengan nilai pengaruh atribut
sebesar 18,163. 2) Kelembagaan pemasaran dengan nilai pengaruh atribut sebesar
1,001. 3) Gabungan kelompok ternak dengan nilai pengaruh atribut sebesar
11,418. 4) Kelembagaan permodalan dengan nilai pengaruh atribut sebesar 9,455.
5) Kelompok Ternak dengan nilai pengaruh atribut sebesar 9,047. 6) Fungsi
kelompok ternak ayam KUB dengan nilai pengaruh atribut 4,823.

4.1.6 Analisis Keberlanjutan


Tingkat keberlanjutan usaha ayam KUB di Kabupaten Cianjur dianalisis
dengan menggunakan RAP-Analyis, Montecarlo, dan Koerfisien Determinasi.
Nilai Standarized Residual Sum of Square (Stress) juga digunakan untuk
mengetahui persentase penyimpangan dari karakteristik awal dimana apabila
semakin kecil nilai stress maka semakin kecil pula tingkat penyimpangan.
47

Tabel 4.1 Analisis Keberlanjutan


Dimensi MDS (%) Monte Carlo (%) Perbedaan
(MDS – MC) (%)
Ekologi 67,26163635 67,78015963 0.51852328
Ekonomi 57,97901726 56,56042328 1.418593979
Sosial 60,60608991 61,17910812 0.573018214
Teknologi 55,1736536 56,01258835 0.838934746
Kelembagaan 38,9155275 39,14261078 0.227083276
Sumber : Data diolah 2023
Hasil analisis Monte Carlo dan MDS menunjukkan bahwa nilai status
indeks keberlanjutan usaha ayam KUB di Kabupaten Cianjur pada masing-masing
dimensi dengan selang kepercayaan 95%, perbedaan antara keduanya relatif kecil
berkisar antara 0,22-0,57. Hasil analisis tersebut menunjukkan selisih nilai yang
sangat kecil atau tidak lebih dari 5%. Kecilnya perbedaan nilai indeks
keberlanjutan di antara kedua analisis ini mengindikasikan bahwa kesalahan
dalam pembuatan skor setiap atribut relatif kecil, ragam pemberian skor akibat
perbedaan opini relative kecil, proses analisis yang dilakukan secara berulang-
ulang stabil, dan kesalahan pemasukan data serta data yang hilang dapat dihindari.
Perbedaan ini juga menunjukkan bahwa system usaha keberlanjutan ayam KUB di
Kabupaten Cianjur yang dikaji memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi.

Tabel 4.2 Analisis Keberlanjutan


Dimensi MDS (%) S-Stress Rsq
Ekologi 67,26163635 0,178905159 0,916466236
Ekonomi 57,97901726 0,195265204 0,895436764
Sosial 60,60608991 0,194314197 0,888711214
Teknologi 55,1736536 0,200165644 0,893877566
Kelembagaan 38,9155275 0,190231606 0,839314759
Sumber : Data diolah 2023
Hasil analisis RAP-Poultry usaha keberlanjutan usaha ayam KUB di
Kabupaten Cianjur, menunjukkan bahwa semua atribut yang dikaji terhadap status
keberlanjutan akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Berdasarkan hasil analisis
MDS pada Tabel 4.2, menunjukkan nilai S-stress untuk semua dimensi dan
multidimensi memiliki nilai lebih kecil dari 0,25. Artinya pengaruh galat terhadap
penilaian suatu atribut adalah sangat kecil, sehingga dapat diabaikan. Sedangkan
48

nilai Squared Correlation (Rsq) di setiap dimensi dan multidimensi mendekati


angka 1. Hal ini menunjukkan bahwa ada korelasi yang erat antara atribut-atribut
dalam suatu dimensi yang diuji coba. Kedua parameter statistik ini (nilai S-stress
dan Rsq) menunjukkan bahwa seluruh atribut yang digunakan di setiap dimensi
pada usaha keberlanjutan usahan ayam KUB sudah cukup baik untuk
menerangkan keberlanjutan usaha ayam KUB di Kabupaten Cianjur.

4.2 Pembahasan
Hasil analisis pada tiap dimensi keberlanjutan menunjukkan bahwa usaha
ayam KUB memiliki nilai keberlanjutan sebesar 67,26 pada dimensi ekologi,
57,97 pada dimensi ekonomi, 60,60 pada dimensi sosial, 55,17 pada dimensi
teknologi, dan 38,91 pada dimensi kelembagaan. Secara keseluruhan,
keberlanjutan usaha ayam KUB digambarkan melalui diagram layang-layang (kite
chart).

Sustainability Scenario

Dimensi Ekologi
90.00 86.09
80.00
70.00
60.00 77.35
50.00
Dimensi 40.00 67.26 74.20 Dimensi Ekonomi
30.00
63.45
Teknologi 20.00
70.62 10.00
55.17 57.97
0.00 66.67 Status
38.91
60.60 Dimensi
44.75 Prioritas
49.80 69.69
Dimensi 77.57
Dimensi Sosial
Kelembagaan

Gambar 4.16 Skenario Keberlanjutan Usaha Ayam KUB


Sumber : Data diolah 2023
49

Tabel 4.2 Indeks Keberlanjutan Usaha Ayam KUB di Kabupaten Cianjur


Indeks Keberlanjutan
Dimensi
Status
Bobot Nilai
Dimensi
Ekologi 0,241 67,26 16.162
Ekonomi 0,175 57,97 12.006
Sosial 0,213 60,60 13.120
Teknologi 0,221 55,17 7.669
Kelembagaan 0,150 38,91 7.669
Indeks Keberlanjutan Keseluruhan 56,626
Sumber : Data diolah 2023
Hasil analisis sensitivitas usaha ayam Kampung Unggul Balitnak (KUB)
menunjukkan bahwa indeks keberlanjutan dimensi ekologi yaitu sebesar 16,162,
indeks keberlanjutan dimensi ekonomi yaitu sebesar 12,006, indeks keberlanjutan
dimensi sosial yaitu sebesar 13,120, indeks keberlanjutan dimensi teknologi yaitu
sebesar 7,669, indeks keberlanjutan dimensi kelembagaan yaitu sebesar 7,669,
sehingga secara keseluruhan dapat diketahui bahwa indeks keberlanjutan usaha
ayam Kampung Unggul Balitnak (KUB) di Kabupaten Cianjur yaitu sebesar
56,626. Nilai ini berada pada rentang 50,00 - 75,00 yang mengindikasikan bahwa
usaha ayam Kampung Unggul Balitnak (KUB) termasuk ke dalam kategori usaha
yang Cukup Berkelanjutan. Indeks keberlanjutan ini menandakan bahwa usaha
ayam KUB di Kabupaten Cianjur akan terus ada dan berjalan serta memiliki
potensi untuk dikembangkan guna menangkap peluang yang lebih besar di masa
yang akan datang terkait pengembangan usaha ayam KUB.
Setiap dimensi keberlanjutan usaha ayam KUB memiliki atribut dengan
tingkat kepentingan yang berbeda, tingkat kepentingan ini menunjukkan skala
keberlanjutan dari atribut tersebut, semakin tinggi skala keberlanjutan suatu
atribut maka atribut tersebut menjadi semakin dipentingkan dalam mendukung
keberlanjutan usaha ayam KUB di Kabupaten Jember pada masa yang akan
datang. Juga sebaliknya, apabila skala keberlanjutan suatu atribut semakin rendah
maka atribut tersebut menjadi atribut yang kurang dipentingkan dalam
mendukung keberlanjutan usaha ayam KUB di Kabupaten Cianjur. Namun meski
demikian, berdasarkan analisis skenario keberlanjutan usaha ayam KUB, dapat
50

diketahui bahwa atribut pengungkit dalam setiap dimensi perlu diperhatikan guna
mendukung keberlanjutan usaha ayam KUB di Kabupaten Cianjur, hanya saja
perlakuan pada setiap atribut dalam dimensi dapat berbeda menyesuaikan
kebutuhan terhadap dimensi mana yang perlu diperhatikan terlebih dahulu.

4.2.1 Indeks Keberlanjutan Dimensi Ekologi


Ekologi merupakan salah satu dimensi yang perlu diperhatikan dalam
melakukan pembangunan berkelanjutan usaha ayam KUB di Kabupaten Cianjur.
Pada penelitian ini, dimensi ekologi usaha ayam KUB di Kabupaten Cianjur
menempati urutan pertama dengan kategori status dimensi cukup berkelanjutan
dibandingkan dimensi lainnya. Meskipun memiliki kategori cukup berlanjut,
namun bukan berarti bahwa dimensi ini tidak memiliki keberlanjutan pada masa
yang akan datang sehingga perlu adanya perhatian khusus agar dimensi ekologi
mampu memiliki indeks keberlanjutan yang tinggi dengan memperhatikan nilai
prioritas yang akan dicapai, apabila nilai prioritas ini telah tercapai maka
selanjutnya perlu target untuk mencapai nilai progresif.
Atribut sensitif dalam dimensi ekologi yang sangat perlu diperhatikan yaitu
ketersediaan pakan dan air minum bagi hewan ternak yang dalam hal ini yaitu
ayam KUB. Ketersediaan pakan merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan suatu usaha peternakan di samping faktor genetik dan tatalaksana
pemeliharaan (Suprayogi, dkk., 2018). Pentingnya ketersediaan pakan dan air
minum menjadikan atribut ini sebagai atribut pengungkit di dalam keberlanjutan
usaha ayam KUB. Pakan diberikan untuk memenuhi kebutuhan nutrien dari
seekor ternak selama 24 jam. Pakan mengandung sejumlah nutrien, seperti:
karbohidrat, protein, lemak, serat kasar, vitamin, mineral, dan air. Pakan ternak
mengandung semua unsur yang dibutuhkan untuk keberlangsungan hidup hewan
ternak, Karena itulah pakan ternak dan air minum yang cukup tersedia dapat
meningkatkan tingkat keberlangsungan hidup ternak yang berdampak pada
keberlanjutan usaha peternakan ayam KUB.
Ayam KUB merupakan jenis ayam kampung yang diperkenalkan oleh
Badan Litbang Pertanian sebagai ayam unggul sejak 2014. Dalam masa
51

pengenalannya ayam KUB dianjurkan untuk dibudidayakan secara intensif yakni


dikandangkan, diberi pakan yang cukup serta divaksinasi mirip peternakan ayam
broiler (Harnanik dan Wiraswati, 2021). Pakan dan air minum memang
dibutuhkan bagi keberlanjutan hidup hewan ternak baik ayam KUB, ayam broiler,
ayam kampung maupun hewan ternak lainnya, namun pemberian pakan dan air
minum yang tepat pada waktu yang tepat untuk ayam KUB sangat diperlukan
karena ayam KUB termasuk ayam yang cukup sensitif terhadap pakan dan air
minum. Pemberian pakan dan air minum yang tepat akan memberikan pengaruh
terhadap perkembangan ayam KUB, hal inilah yang kemudian menentukan
apakah usaha ayam KUB akan berlanjut di masa yang akan datang atau berhenti
karena banyak ayam yang mati akibat pemberian pakan dan air minum yang tidak
tepat sesuai dengan usia ternak.
Aktivitas ayam KUB yang dominan adalah aktivitas makan dan minum baik
pada pagi hari maupun sore hari sebesar 10% dan 11,8% (Sutanto, 2021). Ayam
meminum sebanyak 1,5 - 2 gram Air untuk setiap gram pakan yang dikonsumsi
atau rata-rata 220 ml pada ayam dewasa, berdasarkan kondisi tersebut maka hal
yang perlu diperhatikan untuk mempertahankan dan meningkatkan tingkat
keberlanjutan usaha ayam KUB di Kabupaten Cianjur adalah dengan memastikan
kebutuhan terhadap pakan terpenuhi, yaitu bahwa pemilik usaha ayam KUB perlu
menyediakan setidaknya 50% dari modal usaha untuk ketersediaan pakan dan
minum ternak, karena pakan dan minum ternak merupakan komponen yang
mempunyai proporsi biaya terbesar dalam pemeliharaan secara intensif
(Suprayogi, dkk., 2018). Penyediaan pakan dan air minum ternak dapat dilakukan
melalui manajemen penyediaan yang baik guna memastikan ketersediaan stok
pakan yang ada di gudang sehingga pemilik usaha tidak akan mengalami yang
namanya kekurangan pakan apabila produsen pakan ternak sedang tidak
memproduksi pakan ternak atau stok di pasaran sedang tidak ada.
Harga pakan ternak ayam KUB cenderung sangat mahal, sehingga peternak
harus menyediakan modal yang lebih besar porsinya untuk penyediaan pakan.
Hingga saat ini, peternak ayam KUB di Kabupaten Cianjur melakukan
pencampuran bahan secara mandiri akibat harga pakan yang tinggi dan fluktuatif.
52

Namun, pencampuran pakan ternak scara mandiri tanpa memperhatikan


kandungan nutrisi dari pakan dapat menyebabkan penurunan produktivitas ayam
KUB seperti bobot ayam KUB tidak mencapai target, masa pemeliharaan menjadi
lebih lama, hingga peningkatan biaya pakan akibat dari pengadaan pakan yang
tidak tepat dan menyebabkan pengadaan pakan tidak efisien. Hal ini perlu
diperhatikan melalui restrukturalisasi modal yang dimiliki agar pakan ternak dapat
tersedia secara terus menerus.
Ketersediaan pakan dan minum ternak dilakukan untuk kelangsungan hidup
dan kesehatan ternak. Selain pakan dan air minum, peternak di Kabupaten Cianjur
melakukan perawatan kesehatan ternak dengan cara mencegah serangan penyakit
ketika ternak masih sehat dan mengobati ternak yang sudah terserang penyakit.
Mencegah lebih baik dari pada mengobati, karena mencegah dilakukan ketika
ternak masih sehat, peternak melakukannya dengan tenang tidak panik dihantui
kematian ternak dan kerugian yang lebih besar. Tindakan pencegahan dilakukan
dengan menerapkan biosekuriti, yaitu suatu cara menghambat dan membunuh
kuman/virus yang terbawa manusia, kendaraan/barang bawaan yang dapat
menularkan penyakit, sehingga peternak dapat meningkatkan produksinya dan
konsumen tidak takut mengkonsumsi produknya.
Tindakan biosekuriti meliputi : 1). Menghindari dan membatasi kunjungan
tamu yang langsung masuk ke dalam area kandang. 2). Menyediakan bak
celup/foot bath yang mengandung desinfektan di depan pintu kandang. 3).
Melakukan vaksinasi secara teratur, 4). Memberikan pakan yang cukup sesuai
dengan kebutuhan ternak bila perlu ditambah vitamin secara teratur terutama
pada saat vaksinasi dan cuaca buruk, 5). Menjaga kebersihan kandang dan
lingkungan kandang, 6) Melakukan penyemprotan desinfektan 2 kali dalam
seminggu, 7). Mengurangi faktor penyebab strees pada ayam. 8). Memberikan
obat cacing dan coccidiostat secara teratur sesuai dengan aturan pakainya. Dan
jika ayam telah terserang penyakit, peternak harus segera melakukan pemisahan
ayam yang sakit dan memberikan pengobatan, dapat berkonsultasi dengan dokter
hewan untuk mendapatkan pengobatan yang cepat dan tepat.
53

Atribut pengungkit selanjutnya yang perlu diperhatikan yaitu


penanggulangan terhadap hama dan penyakit, sama seperti unggas lainnya, ayam
KUB dapat terserang penyakit yang disebabkan karena virus, bakteri, jamur dan
parasit (Balitbangtan, 2021). Penanggulangan terhadap hama dan penyakit dalam
hal ini dilakukan sebagai bentuk pemeliharaan kesehatan ayam lebih difokuskan
pada pencegahan terhadap penyakit. Pencegahan penyakit harus dimulai dengan
dua hal penting yaitu sanitasi (biosecurity) dan imunisasi (vaksinasi). Sanitasi
kandang dapat dilakukan dengan menyemprotkan disinfektan secara berkala
didalam kandang dan sekitarnya. Sementara vaksinasi adalah pemberian preparat
atau bahan biologis ke tubuh ayam sehingga dapat menyebabkan aktivasi
ketahanan tubuh (imunitas) terhadap penyakit tertentu. Pada Ayam KUB umur 0-
4 minggu vaksinasi yang harus dilakukan berupa vaksinasi ND-IB pada umur 4
dan 21 hari dan Gumboro pada umur 7 hari. Vaksinasi ND-IB untuk menangkal
penyakit tetelo dan infeksi saluran pernafasan sementara itu vaksinasi Gumboro
untuk menangkal penyakit gumboro. Kedua vaksin tersebut diberikan dalam
bentuk tetes mata yang diberikan 1 tetes pada mata ayam/ekor.
Atribut pengungkit ketiga yang perlu diperhatikan di dalam keberlanjutan
usaha ayam KUB adalah lokasi kandang. Kandang selain berfungsi sebagai
tempat tinggal ayam dan pusat terselenggaranya proses produksi, juga memiliki
fungsi untuk melindungi ternak ayam dari hewan pemangsa, melindungi ternak
dari cuaca yang buruk, menghindari pencurian oleh manusia, mencegah hilangnya
ternak akibat diunbar bebas, dan memudahkan pemeliharaan,seperti: pemberian
pakan dan minum, pengawasan kesehatan ternak, serta pemungutan hasil
(Pusluhtan Kementan, 2019). Pemilihan lokasi kandang ayam KUB menjadi
sangat penting karena pemeliharaan ayam KUB sangat disarankan secara intensif
pada kandang bentuk postal maupun baterai, sehingga potensi produksinya dapat
optimal. Jika ayam KUB dipelihara secara tradisional/ekstensif dengan pakan
seadanya, maka sifat-sifat unggul dari ayam tersebut tidak akan muncul dengan
baik. Lokasi kandang peternak ayam KUB di Kabupaten Cianjur sudah sesuai
dengan aturan permentan no 40/Permentan/OT.140/7/2011 hal ini dibuktikan
dengan hasil survei peneliti, bahwa kandang peternakan ayam KUB tidak berada
54

di pemukiman padat penduduk. Jarak lokasi kandang peternak ayam KUB di


Kabupaten Cianjur rata-rata 700 meter dari pemukiman penduduk.
Suhu lingkungan merupakan atribut pengungkit ke-4 yang perlu
diperhatikan karena tinggi rendahnya suhu kandang dapat mempengaruhi tingkat
konsumsi ayam KUB terhadap pakannya. Menurut Balitbangtan (2021)
banyaknya ransum yang dimakan setiap hari oleh seekor ayam berfluktuasi
tergantung dari suhu dan kelembapan. Apabila suhu dan kelembapan tinggi ayam
mengurangi konsumsi ransum, sebaliknya apabila suhu rendah maka ayam akan
meningkatkan konsumsi ransum sesuai kapasitas saluran pencernaannya. Pada
pemeliharaan dalam kandang dengan suhu harian rata-rata minimum 20,38°C dan
maksimum 30,89°C dengan rata-rata kelembapan udara 78,54% (diolah dari
Sinurat, 1988), dan diasumsikan tidak terjadi perubahan suhu dan kelembaban
ekstrim, maka estimasi konsumsi ransum harian dalam setiap minggu
pertambahan umur untuk ayam KUB berkisar dengan kelipatan antara 5-7
gram/ekor per hari.
Memiliki tingkat kepentingan yang hampir sama dengan suhu lingkungan,
kondisi kelembaban kandang sangat perlu untuk diperhatikan terutama pada saat
produksi DOC. Pada ayam dewasa, kondisi kelembaban dapat mempengaruhi
tinggi rendahnya konsumsi ransum yang dapat berpengaruh pada bobot ayam
KUB. Sedangkan pada DOC pengaturan terhadap kelembaban perlu dilakukan
agar telur ayam menetas dengan baik. Sifat mengerami pada ayam KUB bisa
dikatakan tidak ada (<10%), oleh karena itu untuk produksi DOC harus
menggunakan mesin tetas. Mesin tetas bisa dengan manual atau otomatis. Mesin
tetas manual harus membalik telur 3-4 kali sehari dengan kelembaban yang diatur
sendiri. Kelembaban dapat diatur dengan menggunakan nampan dibawah rak telur
yang selalu berisi air. Sebelum telur dimasukkan dalam mesin tetas terlebih
dahulu mesin dibersihkan dan didesinfektan. Kelembaban diatur hingga stabil,
dengan tingkat kelembapan 50-60% (Balitbangtan, 2020)
Luas kandang ayam KUB merupakan atribut ke-6 yang perlu diperhatikan
di dalam keberlanjutan ayam KUB di Kabupaten Cianjur. Dalam usaha
peternakan kandang merupakan salah satu kebutuhan penting. Kandang adalah
55

bangunan di mana ternak dipelihara. Fungsi utama kandang adalah untuk


melindungi ternak dari cekaman panas dan dingin, kangguan hewan liar/ buas.
Terdapat banyak tipe kandang, berdasarkan penggunaannya disesuaikan dengan
kebutuhan peternak dan modal. Kandang juga akan mempengaruhi performan dari
ternak itu sendiri (Balitbangtan, 2020). Luas kandang harus disesuaikan dengan
jumlah ayam yang akan menempati kandang tersebut, kandang yang terlalu luas
atau terlalu sempit akan berpengaruh terhadap produktivitas ayam KUB dan juga
akan berpengaruh terhadap bobot ayam KUB di dalam proses budidayanya.
Dalam melakukan budidaya ayam kampung Unggul Balitbangtan (KUB)
sebaiknya kandang jangan terlalu padat, jika terlalu padat akan menyebabkan
performan ayam tidak maksimal dan kanibalisme (saling mematuk) yang
mengakibatkan mortalitas yang tinggi.
Atribut pengungkit terakhir yang perlu diperhatikan di dalam
mengembangkan usaha ayam KUB adalah penanggulangan limbah seperti kotoran
ayam sisa pakan dan air minum dan limbah lain yang dapat menyebabkan
pencemaran lingkungan. Penanggulangan yang tidak tepat dapat mengakibatkan
munculnya penyakit pada ayam KUB, sehingga limbah yang dihasilkan dari usaha
peternakan ayam KUB perlu diperhatikan pengelolaannya. Salah satu upaya yang
dapat dilakukan untuk merealisasikan produksi bersih adalah mengolah limbah
untuk meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya dan mengurangi risiko
terjadinya pencemaran (Setiawan, dkk., 2021). Hingga saat ini pengelolaan
limbah yang dilakukan oleh pengusaha ayam KUB di Kabupaten Cianjur adalah
dengan cara mengumpulkan kotoran pada suatu tempat lalu menjualnya kepada
pengepul untuk selanjutnya diproses menjadi pupuk. Alternatif untuk pengelolaan
limbah usaha ayam KUB adalah dengan cara memproduksi sendiri pupuk kompos
yang berasal dari kotoran ayam, sisa pakan dan minum ayam, hal ini dilakukan
dengan tujuan untuk menambah penghasilan pengusaha ayam KUB.

4.2.2 Indeks Keberlanjutan Dimensi Ekonomi


Ekonomi merupakan salah satu dimensi yang sangat perlu untuk
diperhatikan dalam keberlanjutan usaha ayam KUB di Kabupaten Cianjur. Pada
56

penelitian ini, dimensi ekonomi memiliki indeks keberlanjutan yang tinggi yaitu
sebesar 52,89, Indeks keberlanjutan ini menempati urutan ketiga sebagai indeks
tertinggi dalam keberlanjutan usaha ayam KUB di Kabupaten Cianjur, hal ini
menandakan bahwa dimensi ekonomi dan atribut-atribut yang ada di dalamnya
terkategori ke dalam cukup berkelanjutan sehingga memberikan peluang yang
lebih tinggi untuk dikembangkan guna mendukung keberlanjutan usaha ayam
KUB di masa yang akan datang. Atribut kunci atau atribut pengungkit di dalam
dimensi ekonomi perlu dikembangkan untuk meningkatkan potensi keberlanjutan
usaha ayam KUB di Kabupaten Cianjur. Adapun atribut kunci di dalam dimensi
ekonomi yaitu stabilitas harga ayam KUB.
Ayam KUB memiliki keunikan sebagai jenis ayam ras yang telah diakui dan
dirasakan oleh para pelaku usaha. Bagi produsen input, ayam jenis ini
memerlukan sarana input yang berbeda dengan ayam broiler, begitu juga dengan
permintaan pasar, dimana ayam jenis ini mempunyai harga jual yang tinggi
dibandingkan dengan ayam jenis lain seperti ayam buras (Prawiranegara, 2019).
Harga jual ayam KUB yang cenderung lebih tinggi daripada harga jual ayam
lainnya tentu menjadi peluang bagi para pelaku usaha peternakan ayam KUB.
Harga komoditas peternakan yang cenderung fluktuatif dan tidak stabil perlu
diperhatikan oleh peternah ayam KUB. Harga merupakan salah satu aspek
ekonomi yang perlu dipertimbangkan oleh peternak ayam KUB, karena aspek
kelayakan sosial ekonomi usaha ternak ayam kampung KUB dipeternak ayam
kampung cukup berpengaruh nyata dan diterima dimasyarakat (Suharyon, 2020).
Pemilik usaha ayam KUB perlu memberikan harga tinggi dikarenakan input
budidaya yang tinggi merupakan hal yang dapat diterima oleh masyarakat
sehingga masyarakat memahami bahwa harga yang tinggi menggambarkan
kualitas yang tinggi pula. Namun demikian, pemahaman masyarakat ini tidak
dapat serta merta dijadikan peluang bagi pemilik usaha ayam KUB untuk
mengambil laba sebanyak-banyaknya hingga melupakan kenyataan bahwa ada
pesaing yang mungkin memiliki harga jual lebih rendah daripada yang ditetapkan
oleh pemilik usaha ayam KUB di Kabupaten Cianjur. Apabila di dalam pasar
terdapat dua produk yang sama dengan selisih harga yang jauh berbeda, tersebut
57

akan menurunkan tingkat kepercayaan konsumen terhadap harga jual produk


tersebut. Akan memilih ayam KUB yang memiliki harga lebih murah daripada
ayam KUB yang dijual dengan harga tinggi.
Berdasarkan kondisi diatas maka penetapan harga jual ayam KUB sangat
perlu untuk diperhatikan guna menjaga tingkat kepercayaan konsumen terhadap
harga jual ayam KUB dan juga supaya pemilik usaha ayam KUB tidak mengalami
kerugian akibat input yang besar dibandingkan dengan output yang kecil. Harga
jual ayam KUB juga dapat disesuaikan dengan pergerakan pasar di mana pada
suatu waktu tertentu harga ayam bisa naik dan bisa turun. Harga ayam sedang
naik produsen dapat mengambil peluang untuk turut menaikkan harga ayam
Kampung Unggul Balitnak (KUB) guna meningkatkan keuntungan yang
didapatkan, namun di saat harga ayam di pasar sedang turun, pemilik usaha ayam
KUB perlu memperhatikan modal yang dikeluarkan dan memberikan harga jual di
atas modal agar tidak mengalami kerugian bagi peternak ayam KUB.
Peternak di Kabupaten Cianjur menetapkan haga jual ayam KUB sebesar
Rp. 45.000/ekor. Rincian biaya yang dikeluarkan beserta dengan aset tetap dan
penyusutan disajikan dalam tabel 4.3
Tabel 4.3 Rincian Biaya Produksi Ayam KUB di Kabupaten Cianjur
No Biaya Produksi Volume (Rp.)
1. Pembuatan kandang (1 unit) 1.000.000
2. Peralatan kandang 200.000
3. Penyusutan kandang (per 5 tahun) 100.000
4. Penyusutan peralatan (per 5 tahun) 30.000
5. Bibit DOC ayam KUB (90 ekor x Rp. 8.500) 765.000
6. Pakan (0-2 bulan) 400.000
7. Kesehatan ternak ayam KUB 75.000
8. Biaya listrik (2 bulan x Rp. 30.000) 60.000
9. Sekam (15 kg x RP. 750) 11.250
10. Biaya tenaga kerja peternak (2 bulan x Rp. 800.000
400.000)
Total Biaya Produksi 3.441.250
Total Penjualan (Rp. 45.000 x 90 ekor) 4.050.000
Total Keuntungan 608.750
Sumber : Data diolah 2023
58

Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa petani yang melakukan


budidaya ternak dengan cara membeli DOC kepada perusahaan penyedia DOC,
akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 608.750 setiap penjualan 90 ekor
ayam KUB. Hal ini menunjukkan bahwa keuntungan penjualan bersih adalah
sebesar 6.763/ekor. Harga ayam KUB yang cukup tinggi dibandingkan dengan
ayam broiler dan keuntungan yang cukup tinggi dalam melakukan budidaya ayam
KUB menjadi daya tarik bagi masyarakat untuk memproduksi ayam KUB.
Atribut pengungkit kedua yang berkontribusi dalam keberlanjutan usaha
ayam KUB dilihat dari dimensi ekonomi adalah produktivitas ayam KUB. Ayam
KUB adalah ayam yang sudah terkenal karena masa panennya yang cukup
singkat yaitu ketika ayam sudah berumur 60 – 70 hari dengan bobot ayam panen
0,8 – 1 kg. Ayam KUB adalah ayam hasil seleksi sehingga dalam pemeliharaanya
harus terkontrol agar poduktivitasnya dapat optimal (Balitbangtan, 2022).
Produktivitas ayam KUB yang tinggi menyebabkan ayam KUB lebih digemari
untuk dibudidaya oleh para peternak daripada ayam lainnya sehingga
produktivitas ini perlu dijaga agar stabil. Produktivitas ayam KUB yang tinggi
tentu dipengaruhi oleh adanya pemeliharaan yang baik terhadap ayam KUB, oleh
karena itu peternak harus memperhatikan bagaimana cara merawat ayam KUB
agar produktivitas ayam KUB tetap tinggi dan tidak mengalami penurunan yang
signifikan.
Atribut pengungkit selanjutnya di dalam keberlanjutan usaha ayam KUB
adalah akses pemasaran ayam KUB yang mudah. Sistem pemasaran ayam KUB
oleh para pelaku pemasaran adalah melalui jasa pedagang pengumpul dan
pemotong ayam. Pedagang menperoleh ayam-ayam dari peternak, selanjutnya
dijual langsung ke pasar, sebagian dijual pada usaha pemotongan ayam atau dijual
pada pengepul besar (ayam hidup) (Kementan, 2017). Sistem pemasaran ayam
KUB di Kabupaten Cianjur umumnya melalui pedagang pengumpul yang
selanjutnya didistribusikan ke rumah potong ayam, pasar umum, restoran, dan
warung tenda. Pemasaran ayam KUB di Kabupaten Cianjur sudah berkembang
pesat dengan makin meningkatnya jumlah penduduk. Kemudahan dalam
memasarkan ayam KUB baik di dalam kota maupun di luar kota menyebabkan
59

akses pemasaran menjadi atribut pengungkit di dalam keberlanjutan usaha ayam


KUB.
Kemudahan akses pasar untuk produk ayam KUB disebabkan karena
penerimaan masyarakat yang tinggi terhadap produk ayam KUB, selain itu
keberadaan kemitraan atau jaringan pasar menjadi penting untuk ditingkatkan.
Jaringan pemasaran ayam KUB hingga saat ini terbatas pada pengepul besar di
dalam kota, sehingga para pengusaha ayam KUB perlu menambah jaringan pasar
melalui kemitraan dengan para pengusaha ayam KUB, pedagang, kelembagaan
peternak, dan lembaga penting (stakeholder). Semakin banyak jaringan pemasaran
ayam KUB maka semakin berlanjut pula usaha ayam KUB di Kabupaten Cianjur,
hal ini dikarenakan banyaknya jaringan pasar akan menarik perhatian para
peternak ayam untuk beternak ayam KUB. Luasnya jaringan pasar ayam KUB
juga dapat menarik minat masyarakat sekitar untuk melakukan usaha budidaya
ayam KUB. Semakin banyak orang yang melakukan usaha ayam KUB maka akan
semakin baik pula prediksi keberlanjutan usaha ayam KUB pada masa yang akan
datang.
Status kepemilikan usaha ayam KUB menjadi atribut pengungkit
selanjutnya yang perlu diperhatikan oleh pihak yang berkepentingan untuk
menjaga keberlanjutan usaha ayam KUB. Status kepemilikan ayam KUB dapat
dibagi menjadi dua yaitu peternak pemilik dan peternak penggarap. Peternak
pemilik adalah orang yang memiliki usaha ayam KUB, sedangkan peternak
penggarap adalah pekerja yang melakukan usaha ayam KUB. Semakin banyak
peternak pemilik usaha ayam KUB maka akan semakin tinggi pula tingkat
keberlanjutan usaha ayam KUB, hal ini dikarenakan apabila peternak memiliki
sendiri usaha ayam KUB maka peternak akan dengan sangat hati-hati dalam
mengambil keputusan dan berusaha semaksimal mungkin untuk mengembangkan
usaha peternakannya. Apabila peternak hanya menggarap atau menjadi pekerja di
dalam budidaya ayam KUB, maka keinginan di dalam diri peternak untuk
memaksimalkan usahanya dalam menjaga keberlanjutan menjadi rendah karena
merasa bahwa usaha tersebut bukanlah usaha miliknya sendiri. Berdasarkan survei
60

dari 8 peternak yang memiliki usaha peternakan ayam KUB di Kabupaten Cianjur
seluruhnya adalah usaha milik sendiri.
Jangkauan pemasaran menjadi atribut terakhir yang dapat berpengaruh
terhadap keberlanjutan usaha ayam KUB di Kabupaten Cianjur. Semakin luas
usaha ayam KUB mampu menjangkau konsumen maka semakin tinggi pula
tingkat keberlanjutan yang dihasilkan dari usaha ayam KUB pada masa yang akan
datang. Hingga saat ini, usaha ayam KUB telah mampu menjangkau pasar mulai
dari masyarakat menengah ke bawah hingga menengah ke atas. Hal ini
dikarenakan tingginya kesukaan masyarakat akan daging ayam kampung
khsusnya masyarakat Cianjur. Selain itu, berdasarkan data BPS selama tiga tahun
terakhir kunjungan wisatawan Kabupaten Cianjur terbanyak ke-7 dari 29 kota di
Jawa Barat. Hal ini mencerminkan banyaknya minat masyarakat dari luar Cianjur
untuk berwisata. Umunya ketika melakukan perjalanan wisata sesorang akan
mencoba makanan khas dan tempat makan yang memiliki review bagus serta
tempat makan yang ramai di kunjungi. Salah satu rumah makan di Cianjur yang
paling terkenal dan diminati oleh masyarakat lokal hingga luar daerah adalah
Alam Sunda yang memiliki 7 cabang rumah makan di Kabupaten Cianjur. Alam
Sunda menyediakan berbagai macam makanan salah satu menu andalan dan
paling banyak dibeli oleh konsumen adalah ayam kampung goreng kremes dan
ayam kampung bakar. Hal inilah yang mencerminkan kondisi jangkauan
pemasaran ayam KUB cukup berkelanjutan.

4.2.3 Indeks Keberlanjutan Dimensi Sosial


Dimensi sosial merupakan salah satu dimensi yang perlu diperhatikan di
dalam meningkatkan indeks keberlanjutan usaha ayam KUB di Kabupaten
Cianjur, hal ini dikarenakan dimensi sosial merupakan dimensi yang mendukung
keberlanjutan usaha ayam KUB dengan indeks keberlanjutan tertinggi kedua dan
terkategori sebagai dimensi yang cukup berkelanjutan. Suatu dimensi dengan
kategori cukup berkelanjutan memiliki arti bahwa semua atribut di dalam dimensi
tersebut mampu mempengaruhi berlanjut atau tidaknya suatu usaha yang sedang
dilakukan pada masa yang akan datang. Atribut-atribut di dalam dimensi sosial
61

memiliki peran yang sangat besar di dalam meningkatkan keberlanjutan usaha


ayam KUB di Kabupaten Cianjur. Adapun atribut kunci atau atribut pengungkit di
dalam peningkatan keberlanjutan usaha ayam KUB di Kabupaten Cianjur yaitu
preferensi konsumen terhadap ayam KUB, sehingga berdasarkan hal tersebut
dapat diketahui bahwa preferensi konsumen terhadap ayam KUB perlu
diperhatikan, apabila konsumen tidak memiliki preferensi yang baik terhadap
ayam KUB maka perlu ada peningkatan atribut produk sehingga konsumen
menjadi lebih prefer terhadap ayam KUB daripada produk ayam lainnya.
Menurut Kotler & Keller dalam Angriva & Sunyigoni (2020) preferensi
diartikan sebagai derajat kesukaan seseorang terhadap suatu jenis produk.
Preferensi dapat terbentuk dari melalui pola pikir konsumen yang didasari oleh
beberapa alasan yaitu pengalaman yang diperoleh sebelumnya. Preferensi
konsumen terhadap ayam kampung salah satunya adalah ayam KUB ayam KUB
memiliki cita rasa yang khas dan kandungan gizi yang tinggi (Aedah, dkk. 2016
dalam Refandi, dkk. 2022). Ayam KUB memiliki cita rasa yang khas dimana cita
rasa ini disukai konsumen sehingga konsumen lebih tertarik untuk membeli ayam
KUB. Cita rasa yang khas ini tidak juga dapat dirasakan pada produk turunan
ayam KUB yang populer seperti bakso dan nuget.
Preferensi konsumen terhadap suatu produk dipengaruhi oleh berbagai
faktor, diantaranya adalah warna (Liur dan Tangueha, 2019), tingkat kesukaan
konsumen terhadap daging ayam KUB dapat dipengaruhi oleh warna daging ayam
KUB. Hal ini juga berlaku untuk produk turunan atau produk olahan dari ayam
KUB. Ayam KUB memiliki tekstur halus, tampilannya segar mengkilat, dan
aromanya segar (tidak anyir) khas daging sehingga dapat diterima/disukai oleh
masyarakat. Faktor lain yang menyebabkan konsumen lebih menyukai daging
ayam KUB adalah dari segi kandungannya, dimana daging ayam KUB memiliki
kandungan protein dan lemak yang lebih tinggi dibanding daging ayam lainnya
(Hidayah, dkk., 2019) yang menyebabkan daging ayam KUB diminati oleh
sebagian besar masyarakat. Tingkat kesukaan masyarakat terhadap ayam KUB
menunjukkan bahwa keberadaan ayam KUB dapat menjadi peluang bagi peternak
ayam KUB untuk mengembangkan usaha ternaknya karena adanya jaminan
62

keberlanjutan usaha ayam KUB sebagai dampak dari preferensi masyarakat


terhadap daging ayam KUB.
Kebutuhan terhadap ayam KUB dapat menyebabkan populasi ayam
semakin meningkat dan peningkatan populasi ayam menurut Fakihuddin, dkk.
(2021) akan memberikan beberapa dampak bagi masyarakat karena keberadaan
peternakan ayam sendiri memberi dampak lingkungan dan sosial yang dirasakan
oleh peternak maupun orang lain yang berada di dekat peternakan. Dampak sosial
biasanya timbul akibat adanya suatu kegiatan atau adanya suatu pembangunan di
sekitar wilayah masyarakat yang mampu menciptakan pengaruh maupun dampak
bagi masyarakat disekitarnya di mana dampak sosial ini dapat berupa dampak
sosial yang positif dan juga dampak sosial yang negatif (Pangestu dan Azizah,
2022). Sama halnya dengan adanya peternakan ayam KUB di Kabupaten Cianjur
yang dapat memberikan dampak positif maupun dampak negatif bagi masyarakat
di Kabupaten Cianjur. Dampak positif dari adanya usaha ayam KUB inilah yang
kemudian harus dirasakan lebih banyak oleh masyarakat dan pengusaha ayam
KUB di Kabupaten Cianjur dibandingkan dampak negatif dari adanya peternakan
ayam KUB.
Dampak sosial positif yang ditimbulkan dari adanya usaha ayam KUB
adalah bahwa terserapnya tenaga kerja di Kabupaten Cianjur untuk menjadi
pekerja dalam usaha peternakan ayam KUB, selain itu adanya pengusaha ayam
KUB yang menguntungkan mampu menarik minat masyarakat yang tidak bekerja
untuk menciptakan lapangan pekerjaan sendiri dengan berwiraswasta dan
beternak ayam KUB. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
(Pangestu dan Azizah, 2022) yang menyatakan bahwa adanya peternakan ayam
kampung di suatu wilayah mempunyai dampak positif bagi masyarakat sekitar
karena dengan adanya peternakan ayam kampung skala rakyat tersebut mampu
memotivasi dan muncul keinginan masyarakat untuk meniru dan beternak ayam
kampung. Apabila dampak positif ini terus berlanjut, maka akan memunculkan
kemungkinan bahwa Kabupaten Cianjur akan menjadi kabupaten produsen
dengan produk unggulan sektor peternakan yaitu ayam KUB. Kondisi ini tentu
menjadi peluang yang besar bagi para pengusaha dan juga Pemerintah Kabupaten
63

Cianjur untuk terus mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peternakan ayam
KUB.
Disamping dampak sosial positif yang dirasakan oleh masyarakat dan
pengusaha ayam KUB, tentu ada dampak negatif yang juga timbul dari usaha
ayam KUB. Adapun dampak negatif yang timbul dari adanya usaha ayam KUB di
Kabupaten Cianjur adalah pencemaran yang terjadi di lingkungan usaha akibat
kotoran ayam yang belum dikelola dengan baik, sehingga menyebabkan bau dari
limbah kotoran ayam dapat tercium oleh masyarakat sekitar dan mengganggu
kenyamanan masyarakat di sekitar lokasi usaha ayam KUB. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Fakihuddin, dkk. (2021) yang menyebutkan bahwa
dampak lingkungan yang disebabkan oleh industri peternakan ayam adalah
pencemaran tanah, air, dan udara, dimana pencemaran udara yang terjadi adalah
adanya bau yang tidak sedap karena peternak tidak melakukan pembersihan
secara rutin dan pemilihan pakan ternak yang memiliki kadar air tinggi, sehingga
menyebabkan sebagian masyarakat merasa yerganggu terhadap bau yang tidak
sedap, terutama pada radius kurang dari 1 km yang dapat mengganggu
kenyamanan masyarakat sekitar.
Atribut pengungkit kedua yang berperan penting dalam menentukan
keberlanjutan usaha ayam KUB di Kabupaten Cianjur adalah dampak sosial
terhadap peternakan ayam KUB. Dampak secara sederhana bisa diartikan sebagai
pengaruh atau akibat. Dalam setiap keputusan yang diambil seorang. Dampak
secara sederhana bisa diartikan sebagai pengaruh atau akibat. Dalam setiap
keputusan yang diambil oleh seorang atasan biasanya mempunyai dampak
tersendiri, baik itu dampak positif maupun dampak negatif (Pangestu dan Azizah,
2022). Keberadaan usaha ayam KUB di Kabupaten Cianjur memberikan dampak
positif bagi masyarakat terutama pengusaha ayam KUB. Akibat dari adanya usaha
ayam kub adalah meningkatnya pendapatan peternak karena harga ayam KUB
yang cenderung lebih besar dan biaya yang dikeluarkan sebagai modal cukup
rendah, sehingga pelaku usaha ayam KUB mendapatkan keuntungan yang cukup
tinggi dari hasil penjualan ayam KUB. Keuntungan yang menjanjikan dan
prospek usaha yang baik menyebabkan banyak masyarakat tertarik untuk menjadi
64

peternak ayam KUB. Selain itu, tingkat kesukaan masyarakat terhadap daging
ayam KUB juga membuka peluang bagi para pelaku usaha ayam KUB untuk
meningkatkan skala usahanya karena telah memiliki target konsumen yang pasti
dan meningkat setiap waktu.
Konflik masyarakat menjadi atribut pengungkit ketiga dalam keberlanjutan
usaha ayam KUB di Kabupaten Cianjur. Pembangunan peternakan ayam di
sebagian wilayah dapat menimbulkan konflik di tengah masyarakat sebagai upaya
untuk meminimalisir terjadinya ketidaknyamanan setelah peternakan selesai
dibangun dan diisi sejumlah ayam (Lesmana, dkk., 2020). Keberadaan usaha
ayam KUB dapat diterima dengan baik oleh masyarakat Kabupaten Cianjur, hal
ini dapat dilihat dari tidak adanya keluhan atau konflik yang datang dari
masyarakat setempat sekitar peternakan ayam KUB di Kabupaten Cianjur.
Penerimaan masyarakat yang baik terhadap keberadaan peternakan ayam KUB di
Kabupaten Cianjur perlu dijaga agar keberadaan peternakan ayam KUB tetap
eksis dan tidak ditutup secara tiba-tiba dikarenakan adanya konflik masyarakat.
Para pengusaha ayam KUB perlu menjaga hubungan baik dengan masyarakat
melalui beberapa cara seperti pengambilan tenaga kerja yang berasal dari
masyarakat lokal, memastikan limbah peternakan ayam KUB tidak mengganggu
masyarakat, meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar peternakan, dan upaya-
upaya lain yang dapat dilakukan untuk menjaga pandangan baik masyarakat
terhadap keberadaan peternakan ayam KUB.
Atribut pengungkit selanjutnya yang berpengaruh terhadap tingkat
keberlanjutan usaha ayam KUB di Kabupaten Cianjur adalah partisipasi tenaga
kerja keluarga pada usaha ayam KUB. Peternakan ayam KUB di Kabupaten
Cianjur hingga saat ini dijalankan dengan menggunakan tenaga kerja yang berasal
dari masyarakat sekitar dan keluarga terdekat, keterlibatan keluarga di dalam
usaha ayam KUB menyebabkan masyarakat berminat untuk mengembangkan
peternakan ayam KUB. Adanya jaminan bahwa peternakan ayam KUB
melibatkan lebih banyak tenaga kerja keluarga daripada mesin dan teknologi
dapat menurunkan potensi terjadinya konflik akibat industrialisasi, sehingga
partisipasi tenaga kerja keluarga atau tenaga kerja manusia di dalam peternakan
65

ayam KUB di Kabupaten Cianjur sangat diperlukan. Oleh sebab itu, para peternak
ayam KUB di Kabupaten Cianjur perlu memperhatikan tingkat partisipasi anggota
keluarga atau masyarakat di dalam peternakan ayam KUB, peternak harus
memastikan bahwa tenaga kerja dapat terserap dan meningkatkan implementasi
terhadap nilai-nilai kekeluargaan yang ada. Hal inilah yang kemudian akan
menyebabkan tingkat keberlanjutan usaha ayam KUB akan terus ada pada masa
yang akan datang karena keberadaannya bukan ingin menghilangkan tenaga kerja
melainkan menyerap tenaga kerja yang ada di sekitar lokasi peternakan.
Penyuluhan dan pelatihan merupakan atribut pengungkit selanjutnya yang
dapat meningkatkan indeks keberlanjutan usaha ayam KUB di Kabupaten Cianjur.
Penyuluhan merupakan hal yang perlu dilakukan kepada peternak terutama terkait
budidaya ayam KUB dan kesehatan ayam KUB (Septinova, dkk., 2023). Adanya
penyuluhan dan pelatihan terkait teknis budidaya ayam KUB menyebabnyak
keberadaan ayam KUB akan terus ada pada masa yang akan datang, hal ini
dikarenakan peternak memiliki wadah untuk berdiskusi terkait budidaya ayam
KUB, sehingga apabila ditemukan permasalahan di lapang, peternak tidak mudah
menyerah dan putus asa untuk melakukan budidaya ayam KUB. Saat ini,
penyuluhan terkait kesehatan ternak ayam KUB telah dilakukan oleh pemerintah
pusat melalui pemerintahan daerah dan lembaga peternak yang ada di Kabupaten
Cianjur. Keberadaan wadah belajar dan kegiatan belajar yang didapatkan dari
penyuluhan mampu mendorong peternak untuk dapat terus mengembangkan
usaha peternakannya karena adanya, dan mampu menarik minat masyarakat untuk
ikut melakukan budidaya ayam KUB karena mudahnya informasi yang
didapatkan tentang budidaya ayam KUB.
Atribut pengungkit terakhir yang berperan di dalam keberlanjutan usaha
ayam KUB adalah penyerapan tenaga kerja. Peternakan ayam merupakan salah
satu usaha yang dapat meningkatkan kesempatan kerja bagi masyarakat yang
belum memiliki pekerjaan (Sudjiono, dkk., 2022). Usaha ayam KUB di
Kabupaten Cianjur telah mampu menyerap tenaga kerja dan menciptakan
lapangan kerja bagi masyarakat, hal ini dapat diketahui bahwa dari 8 peternak
yang diteliti di dalam penelitian, pekerjaan utama dari 8 peternak ini adalah
66

beternak ayam KUB. Usaha peternakan ayam kub yang dijalankan oleh
pengusaha ayam KUB di Kabupaten Cianjur telah mampu menyerap pekerja yang
diambil dari masyarakat di sekitar tempat peternakan. Keberadaan usaha ayam
KUB di Kabupaten Cianjur yang mampu menyerap tenaga kerja dari masyarakat
sekitar serta memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat yang belum
memiliki pekerjaan merupakan hal yang dapat meningkatkan tingkat
keberlanjutan usaha ayam KUB pada masa yang akan datang. Oleh karena itu,
pengusaha ayam KUB perlu memperhatikan tingkat penyerapan tenaga kerja yang
berasal dari masyarakat lokal di sekitar peternakan. Penyerapan tenaga kerja dari
sekitar lokasi peternakan juga dapat meminimalkan risiko kerugian seperti adanya
konflik, pencurian, dan kerugian-kerugian lainnya yang mungkin terjadi, hal ini
dikarenakan adanya kepedulian masyarakat sebagai bentuk timbal balik atas
lapangan pekerjaan yang tersedia bagi masyarakat sekitar peternakan.

4.2.4 Indeks Keberlanjutan Dimensi Teknologi


Dimensi teknologi merupakan dimensi yang memiliki indeks keberlanjutan
sangat tinggi dan menempati urutan pertama sebagai dimensi yang mendukung
keberlanjutan usaha ayam KUB di Kabupaten Cianjur. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dimensi teknologi memiliki kategori cukup berkelanjutan
dengan nilai indeks keberlanjutan sebesar 64,87. Kondisi ini menandakan bahwa
semua atribut yang ada di dalam dimensi teknologi merupakan atribut-atribut
penting yang perlu untuk diperhatikan dan dioptimalkan keberadaannya guna
menunjang keberhasilan atau keberlanjutan usaha ayam KUB di Kabupaten
Cianjur. Adapun atribut pengungkit atau atribut yang memiliki nilai pengaruh
besar pada dimensi ekonomi terhadap keberlanjutan usaha ayam KUB adalah
ketersediaan bibit, sehingga bibit ayam KUB merupakan atribut utama yang perlu
dipenuhi oleh pemilik usaha ayam KUB di Kabupaten Cianjur.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Zubir dan Suharyon (2020) yang menyatakan bahwa penggunaan bibit ayam
unggul merupakan salah satu kebutuhan teknologi peternak, hal ini dikarenakan
banyak peternak yang masih menggunakan bibit ayam lokal daripada bibit ayam
67

unggul atau bibit ayam KUB, sehingga kebutuhan akan bibit ayam KUB menjadi
hal yang perlu diperhatikan dalam keberlanjutan usaha ayam unggul. Pemilihan
bibit perlu dilakukan dengan cermat, karena bibit mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan ayam KUB. Ayam KUB sendiri dapat digunakan sebagai
sumber bibit parent stock untuk penyediaan Day Old Chicken (DOC/bibit ayam)
ayam kampung potong dan petelur dibutuhkan masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan daging dan telur ayam kampung (Kementan, 2019).
Leestyawati (2021) menyebutkan didalam penyuluhan yang dilakukannya
bahwa pemilihan bibit dapat dilakukan dalam bentuk ayam dewasa, DOC, dan
telur (telur tetas). Bibit ayam yang dipilih terutama adalah ayam yang sehat, tidak
cacat, dan berasal dari keturunan yang bagus produksinya. Untuk pejantan, dipilih
ayam yang berumur 1-1,5 tahun dan bertaji, sedangkan untuk induk dipilih betina
yang sudah mulai bertelur, yaitu umur 7-8 bulan. DOC yang akan dijadikan bibit,
dipilih DOC yang memiliki ciri-ciri : tidak cacat, kaki segar (tidak kering),
struktur normal, dan bobot DOC minimum 27 gram/ekor. Untuk telur tetas dipilih
telur yang bobotnya 36 – 46 gram, bentuk normal, kerabang halus mulus. Telur
akan lebih baik bila ditempatkan pada ruangan dengan suhu dingin 16⁰C
kelembaban 55%.
Hasil survei terhadap para peternak ayam KUB di Kabupaten Cianjur
didapatkan bahwa dari 8 peternak hanya terdapat 2 peternak yang melakukan
pembibitan ayam KUB secara mandiri, sedangkan 6 peternak lainnya
memanfaatkan sosial media seperti Facebook untuk mendapatkan bibit ayam
KUB dari penjual bibit ayam KUB terpercaya. Penyedia bibit yang bekerjasama
dengan peternak untuk menyediakan DOC (Day Old Chick) yaitu Denish Farm di
Sukabumi, PT Sumber Unggas Indonesia (PT SUI) di Sukabumi, Baruna Farm di
Cianjur. Teknis penyediaan DOC didasarkan pada kebutuhan dan permintaan
peternak. Perusahaan mitra peternak dalam menyediakan DOC merupakan
perusahaan dengan skala usaha besar yang dalam melakukan kegiatan penetasan
menggunakan mesin tetas otomatis dengan volume produksi dan produktifitas
yang tinggi yaitu lebih dari 200 butir telur dalam satu kali penetasan.
68

Peternak yang melakukan pembibitan secara mandiri menggunakan teknis


yang sama didalam menetaskan telur, yaitu mulai dari persiapan indukan hingga
proses penetasan. Dua peternak yang melakukan pembibitan secara mandiri
menggunakan mesin penetas otomatis dengan kapasitas yang lebih kecil daripada
perusahaan besar, yaitu sekitar 200 telur yang dapat ditetaskan dalam setiap
minggunya. Peternak yang mempunyai breeding ayam KUB atau peternak dengan
sekala kecil, menyiapkan indukan hanya 90 ekor dengan produksi telur tetas per
hari sebanyak kurang lebih 30 butir telur tetas, kemudian telur tetas ini
dimasukkan ke mesin tetas setiap 7 hari sekali, sehingga terdapat kurang lebih 200
butir telur tetas yg dimasukkan kedalam mesin tetas setiap minggunya, dari
jumlah yg dimasukkan ke mesin tetas, probabilitas telur yg menetas adalah
sebesar 80%. Penetasan umumnya dilakukan selama 21 hari, hal ini sesuai dengan
penelitian Hasanah, dkk. (2019) yang menyatakan bahwa proses inkubasi ayam
KUB dilakukan selama 21 hari dengan kegiatan secara intensif.
Meskipun usaha ayam KUB telah mampu menyediakan bibit unggul untuk
diternakkan guna mendapatkan hasil yang baik dengan kualitas tinggi, namun
penyediaan bibit ayam secara mandiri belum efektif dilakukan, hal ini
dikarenakan peternak belum mampu menguasai teknologi baru yang ada, salah
satu contohnya yaitu teknologi penetasan. Teknologi penetasan dianggap menjadi
teknologi yang sulit untuk dilakukan. Hal ini dikarenakan untuk pengadaan mesin
tetas diniali cukup mahal. Selain itu peternak tidak menguasai cara-cara
penanganan telur tetas dan penetasannya. Maka dari itu peternak ayam KUB
memilih untuk membeli bibit telur tetas (DOC) melalui supplier DOC melalui
Facebook.
Hal-hal tersebut dapat berdampak terhadap efektifitas dan efisiensi budidaya
ayam KUB di Kabupaten Cianjur. Oleh sebab itu, ketersediaan bibit sangat perlu
untuk diperhatikan oleh pengusaha ayam KUB guna memenuhi kebutuhan
produksi setiap harinya. Apabila pemilik usaha belum mampu menyediakan bibit
sendiri, maka pemilik usaha ayam KUB dapat bekerjasama dengan pihak ketiga
yang mampu menyediakan bibit ayam KUB. Melihat adanya beberapa perusahaan
besar yang mampu menyediakan DOC (Day Old Chick) seperti PT Intama di
69

Sukabumi, PT. AKI di Sukabumi, PT Sumber Unggas Indonesia (SUI) di Bogor,


Baruna Farm dan Tedy farm yang berada di Kabupaten Cianjur untuk memenuhi
kebutuhan peternak, maka dapat dipastikan bahwa ketersediaan bibit ayam KUB
akan selalu ada, hal ini mencerminkan bahwa usaha ayam KUB memiliki
keberlanjutan pada masa yang akan datang disebabkan bibit ayam KUB (DOC)
yang selalu tersedia, baik disediakan secara mandiri oleh peternak maupun
disediakan oleh perusahaan pembibitan DOC.

4.2.5 Indeks Keberlanjutan Dimensi Kelembagaan


Kelembagaan peternakan memiliki peranan penting terhadap keberlanjutan
usaha ternak skala rumah tangga dimana kelembagaan peternakan sebagai wadah
organisasi peternak yang berperan penting dalam proses usaha ternak, yang
mampu berorientasi pada agribisnis peternakan dari hulu (upstream) hingga hilir
(downstream), serta membangun jejaring (network) dengan para pemangku
kepentingan (stakeholder) terkait (Amam dan Rusdiana, 2022). Namun meski
demikian, pentingnya kelembagaan peternakan belum diperhatikan oleh pemilik
usaha ayam KUB di Kabupaten Cianjur, sehingga menyebabkan dimensi
kelembagaan dan atribut-atribut yang ada di dalamnya terkategori kurang
berkelanjutan pada masa yang akan datang. Kondisi dimensi kelembagaan ini
menunjukkan bahwa dimensi kelembagaan yang saat ini ada perlu dioptimalkan
agar tingkat keberlanjutan usaha ayam KUB di Kabupaten Cianjur memiliki
keberlanjutan di masa yang akan datang.
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Randu dan Hartono (2020)
yang menyatakan bahwa dimensi hukum dan kelembagaan memiliki nilai
keberlanjutan sebesar 36,28% di mana nilai ini menandakan bahwa dimensi
hukum dan kelembagaan terkategori ke dalam kurang berkelanjutan. Meskipun
dimensi kelembagaan terkategori kurang berkelanjutan, bukan berarti bahwa
semua faktor atau atribut di dalam dimensi ini tidak berlanjut, kurang
berkelanjutan bermakna bahwa faktor pengungkit atau faktor yang memiliki
indeks keberlanjutan tinggi perlu diperhatikan lebih intens agar performa faktor
tersebut dapat dimaksimalkan sehingga usaha ayam Kampung Unggul Balitnak
70

(KUB) tetap berkelanjutan. Hal ini menandakan bahwa apabila dimensi


kelembagaan usaha ayam KUB di Kabupaten Cianjur kurang berkelanjutan, maka
fungsi kelembagaan peternakan belum berjalan optimal dan butuh peningkatan
untuk memaksimalkan peran kelembagaan ayam KUB agar tercipta keberlanjutan.
Peningkatan indeks keberlanjutan usaha ayam KUB dapat dilakukan dengan
memperhatikan faktor pengungkit yang memiliki pengaruh tinggi di dalam
keberlanjutan usaha ayam KUB di Kabupaten Cianjur.
Kelembagaan penyuluhan merupakan atribut dalam dimensi kelembagaan
yang menjadi faktor pengungkit atau faktor dengan nilai pengaruh tinggi terhadap
tingkat keberlanjutan dimensi kelembagaan usaha ayam KUB di Kabupaten
Cianjur. Penyuluhan kepada peternak ayam KUB merupakan hal yang sangat
dibutuhkan dalam mengembangkan usaha ayam KUB di Kabupaten Cianjur,
hingga sejauh ini penyuluhan yang dilakukan kepada peternak terkait budidaya
ayam KUB maupun pemasaran ayam KUB baik oleh pemerintah daerah melalui
dinas maupun oleh kelompok penyuluhan sangat minim dan hampir tidak pernah
dilakukan. Kegiatan penyuluhan oleh lembaga penyuluh hanya dilakukan
insidental saja apabila ada program dan tidak dilakukan secara konsisten,
sehingga menyebabkan kegiatan penyuluhan jarang atau bahkan hampir tidak ada.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Suryanti, dkk. (2019) yang menyebutkan bahwa penyuluhan merupakan hal yang
sangat penting penting sebagai upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
kesadaran peternak terhadap kebersihan lingkungan adalah dengan memberikan
bimbingan dan penyuluhan kepada peternak. Penyuluhan dilakukan untuk
meningkatkan pengetahuan serta kesadaran diri peternak, sehingga dapat
diketahui bahwa kegiatan penyuluhan dan keberadaan lembaga penyuluhan sangat
penting untuk keberlanjutan usaha ayam Kampung Unggul Balitnak (KUB).
Berdasarkan kondisi usaha ayam KUB di Kabupaten Cianjur saat ini, dapat
diketahui bahwa kelembagaan penyuluhan masih belum optimal dalam melakukan
penyuluhan kepada peternak ayam KUB, padahal untuk mengoptimalkan tingkat
keberlanjutan dari dimensi kelembagaan usaha ayam KUB dibutuhkan
kelembagaan penyuluhan yang kondusif dan optimal, hal ini menuntut peran
71

pemerintah melalui dinas terkait atau stakeholder yang ada untuk mengadakan dan
mendukung kelembagaan penyuluhan yang ada saat ini serta menambah
kelembagaan penyuluhan guna meningkatkan intensitas penyuluhan kepada
peternak dan pemilik usaha ayam KUB di Kabupaten Cianjur terkait budidaya,
peningkatan kualitas atau mutu, hingga ke tahap pemasaran ayam KUB.
Dimensi Kelembagaan memiliki tingkat keberlanjutan kurang berlanjut, hal
ini dikarenakan minimnya penyuluhan dari lembaga dinas peternakan dimana
kegiatan penyuluhan ternak hanya dilakukan satu kali dalam tiga bulan dan tidak
dilakukan secara teratur. Ayam KUB merupakan komoditas peternakan yang
tergolong masih baru, saat awal release Balitnak bersama Kemenko mengadakan
program bantuan ayam KUB kepada peternak dan di distribusikan bersama dinas
peternakan. Menurut kepala Dinas Peternakan Kabupaten Ciannjur program
bantuan dari Kemenko ini dilakukan guna meningkatkan produksi ternak untuk
pemenuhan konsumsi daging ayam masyarakat. Program ini dilakukan dari awal
release yaitu pada tahu 2018 hingga tahun 2022. Program ini diharapkan sebagai
pengenalan ayam KUB ke masyarakat, sehingga melalui program masyarakat
khususnya peternak bisa lebih mengenal dan tertarik untuk budidaya ayam KUB.
Pengadaan program bantuan sayangnya tidak bertahan cukup lama
dikarenakan program tersebut menurut peternak di lapang kurang tepat sasaran.
Hal ini dikarenakan tidak ada kelompok peternak ayam KUB, sehingga
pendistribusian biasanya dilakukan hanya di beberapa tempat di Kabupaten
Cianjur dan tidak merata. Akibat dari tidak adanya kelompok ternak ayam KUB
bantuan yang diberikan dianggap kurang merata dan kurang tepat sasaran karena
terkadang bantuan tersebut diberikan bukan kepada peternak melainkan
masyarakat yg tidak pernah mempunyai pengalaman beternak. Dampaknya
penerima bantuan tidak bisa menyelesaikan pemeliharaan hingga akhir masa
panen, sehingga hal ini menyebabkan kurangnya minat masyarakat terhadap ayam
KUB, padahal hal ini bisa saja karena kurangnya keterampilan dan pengalaman
beternak.
Selain kelembagaam kelompok ternak, kelembagaan lain yang juga menjadi
atribut dalam dimensi kelembagaan adalah lembaga pemasaran. Dalam proses
72

pemasaran terdapat lembaga-lembaga pemasaran dari produsen sampai ke


konsumen yang terlibat dalam saluran pemasaran, sehingga terjadi perbedaan
harga yang diterima produsen dengan harga yang dibayar oleh konsumen.
Perbedaan harga tersebut disebabkan adanya biaya dan keuntungan pemasaran
dan pada umumnya semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat dalam
biaya pemasaran atau rantai pemasarannya semakin panjang, maka perbedaan
harga tersebut semakin besar, sehingga akan mendapat sharec (bagian harga) yang
lebih rendah (Kastaman, 2006). Permasalahan yang sering dihadapi dalam proses
pemasaran yaitu adanya saluran pemasaran yang panjang, perbedaan harga yang
diterima produsen dengan harga di bayar konsumen, dan pasar memberikan harga
yang tinggi maka pendapatan peternak akan meningkat demikain pula sebaliknya
apabila harga rendah maka pendapatan peternak akan turun. Hal ini serupa dengan
kondisi pemasaran ayam KUB di Kabupaten Cianjur dimana peternak
memasarkan produk hasil ternaknya melalui tengkulak ayam. Hal ini menjadikan
saluran pemasarasn yang panjang karena dari tengkulak masih disalurkan ke
rumah potong ayam kemudian selanjutnya kepada pedagang.

4.3 Keberlanjutan Usaha Ayam KUB dari 5 Dimensi


Keberlanjutan ayam KUB di Kecamatan Cianjur diteliti dengan melihat
pada dimensi ekologi, dimensi ekonomi, dimensi sosial, dimensi teknologi, dan
dimensi kelembagaan. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah
usaha ayam KUB di Kabupaten Cianjur memiliki keberlanjutan pada masa yang
akan datang dilihat dari 5 perspektif yaitu ekologi, ekonomi, sosial, teknologi, dan
kelembagaan. Hal ini bermakna bahwa keberadaan usaha ayam KUB di
Kabupaten Cianjur memiliki prospek yang baik dari segi ekologi, menguntungkan
dari segi ekonomi, bermanfaat terhadap sosial, memiliki kemajuan dari segi
teknologi, dan kondusif dalam segi kelembagaan.
Hasil analisis menunjukkan bahwa dari segi ekologi, usaha ayam KUB
memiliki prospek yang cukup baik sehingga dikatakan cukup berlanjut, hal ini
dikarenakan pemenuhan kebutuhan pakan dan air minum yang cukup dan
ketersediaannya mencukupi. Ketersediaan pakan yang berlangsung terus menerus
73

dapat menjadi salah satu indikator keberlanjutan usaha dari dimensi ekologi. Hal
ini dikarenakan pakan dan air minum merupakan kebutuhan untuk makhluk hidup
khususnya ayam KUB. Selain itu adanya penanggulangan hama dan penyakit
sehingga dapat melindungi ayam KUB dari serangan penyakit, serta lokasi
kandang yang jauh dari pemukiman penduduk atau strategis ini dapat memberikan
keberlangsungan hidup untuk ayam KUB.
Pada dimensi ekonomi ayam KUB memiliki harga cukup stabil dan
keuntungan yang ditawarkan kepada peternak yaitu keuntungan bersih dengan
rentang Rp. 6.000 – Rp. 7.000 per ekor, stabilitas harga ayam KUB yang baik
menyebabkan peternak memiliki dorongan untuk terus melanjutkan usaha ayam
KUB di Kabupaten Cianjur. Selain itu produktivitas ayam KUB yang cukup tinggi
menyebabkan peternak tertarik untuk berbudidaya ayam KUB karena umur
panennya yang sebentar dimana hanya dalam waktu 60 hari, ayam KUB sudah
mampu menghasilkan bobot sekitar 1,5 kg. Atribut lain pada aspek ekonomi yang
mendukung keberlanjutan yaitu mudahnya akses pemasaran dan jaringan
pemasaran yang cukup luas untuk produk ayam KUB hal ini tercermin dari
terserapnya hasil produksi dari seluruh peternak KUB di Kabupaten Cianjur.
Pada dimensi sosial, usaha ayam KUB terkategori cukup berlanjut
dikarenakan preferensi konsumen terhadap cita rasa daging ayam kampung,
dimana semakin banyak konsumen yang memiliki preferensi terhadap cita rasa
ayam kampung maka akan menyebabkan permintaan terhadap ayam KUB
semakin tinggi. Preferensi konsumen terhadap ayam kampung ini juga
dikarenakan kandungan gizi yang ada di dalam daging ayam KUB lebih tinggi
daripada jenis ayam lainnya. Adanya preferensi konsumen terhadap ayam KUB
memungkinkan usaha ayam KUB akan terus ada bahkan semakin bertambah di
Kabupaten Cianjur. Hal inilah yang kemudian menyebabkan usaha ayam KUB
memiliki keberlanjutan pada masa yang akan datang. Selain itu, dampak sosial
yang tinggi terhadap peternakan juga memiliki sumbangsih terhadap tingkat
keberlanjutan ayam KUB, efek dari dampak sosial terhadap peternakan ini
meminimalkan adanya konflik masyarakat yang mampu menyebabkan ditutupnya
74

usaha ayam KUB di Kabupaten Cianjur. Konflik masyarakat yang rendah dapat
menyebabkan usaha ayam KUB terus eksis dan berkelanjutan.
Pada dimensi teknologi, usaha ayam KUB di Kabupaten Cianjur terkategori
cukup berkelanjutan dikarenakan ketersediaan bibit ayam KUB yang selalu
tersedia untuk kebutuhan peternakan, apabila bibit ayam KUB terpenuhi dan
tersedia dengan baik maka kecil kemungkinan usaha ayam KUB berhenti
(discontinue). Hingga saat ini, bibit ayam KUB tersedia dengan baik karena
peternak tidak hanya menyediakan bibit sendiri melainkan memiliki kemitraan
dengan perusahaan yang fokus untuk melakukan pembibitan ayam KUB. Hal lain
yang menunjang keberlanjutan ayam KUB di Kabupaten Cianjur adalah sarana
dan prasarana yang telah terbangun dengan baik sehingga usaha ayam KUB
memberikan keuntungan kepada para peternak dan meminimalkan kerugian.
Keberlanjutan usaha ayam KUB dari dimensi kelembagaan terkategori
kurang berkelanjutan dikarenakan berapa atribut pengungkit yang perlu di
dioptimalkan seperti kelembagaan penyuluhan yang perlu diaktifkan untuk
memberikan penyuluhan-penyuluhan kepada peternak terkait bagaimana teknis
budidaya ayam KUB yang baik, selain itu kelembagaan pemasaran yang masih
belum terbentuk perlu dibentuk untuk mempermudah peternak dalam memasarkan
ayam KUB yang diproduksinya. Hingga saat ini peternak melakukan pemasaran
secara mandiri dan hanya mengandalkan tengkulak. Atribut selanjutnya yang
perlu optimalkan yaitu peran gabungan kelompok ternak dan kelembagaan
pemodalan ayam KUB. Gabungan kelompok ternak yang ada di Kabupaten
Cianjur saat ini belum dijalankan secara optimal di mana tidak ada pertemuan
rutin yang membahas terkait pengembangan usaha ternak ayam KUB di
Kabupaten Cianjur. Selain itu, terbatasnya lembaga pemodalan ternak yang
mandiri atau independen belum ada sehingga peternak yang skala usahanya masih
kecil memiliki kesulitan untuk melakukan pinjaman guna memenuhi modal untuk
mengembangkan usaha.
75

4.4 Implikasi Penelitian


Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa
usaha ayam KUB di Kabupaten Cianjur memiliki tingkat keberlanjutan yang
cukup berlanjut pada masa yang akan datang. Hal ini menandakan bahwa terdapat
beberapa atribut yang perlu dikembangkan dan dioptimalkan guna meningkatkan
keberlajutan usaha ayam KUB, terutama pada dimensi kelembagaan, diantaranya
adalah meningkatkan peran lembaga penyuluhan peternakan yang dapat dilakukan
oleh pemerintah, mengaktifkan kelembagaan pemasaran, meningkatkan intensitas
pertemuan gabungan kelompok ternak.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan untuk mengetahui
keberlanjutan usaha ayam Kampung Unggul Balitnak (KUB) di Kabupaten
Cianjur dengan menggunakan Multidimensional Scaling (MDS), maka dapat
disimpulkan :
1. Terdapat 5 dimensi yang dianalisis untuk mengetahui tingkat keberlanjutan
usaha ayam KUB di Kabupaten Cianjur, yaitu dimensi ekologi, dimensi
ekonomi, dimensi kelembagaan, dimensi sosial dan dimensi teknologi.
Dimensi yang memiliki indeks keberlanjutan cukup berlanjut yaitu dimensi
ekologi, dimensi ekonomi, dimensi sosial dan dimensi teknologi. Dimensi
yang memiliki indeks keberlanjutan kurang berlanjut yaitu dimensi
kelembagaan. Secara keseluruhan, usaha ayam KUB memiliki indeks
keberlanjutan yang terkategori cukup berlanjut. Adapun atribut pengungkit
pada setiap dimensi yaitu : 1) pada dimensi ekologi yaitu ketersediaan pakan
dan air minum, 2) pada dimensi ekonomi yaitu stabilitas harga ayam KUB, 3)
pada dimensi kelembagaan yaitu kelembagaan penyuluhan, 4) pada dimensi
sosial yaitu preferensi konsumen terhadap cita rasa ayam KUB, dan 5) pada
dimensi teknologi yaitu ketersediaan bibit ayam KUB.
2. Faktor yang paling dominan atau atribut pengungkit dalam penelitian
keberlanjutan usaha ayam KUB di Kabupaten Cianjur yaitu: 1) ketersediaaan
pakan dan air minum, 2) stabilitas harga ayam KUB di Kabupaten Cianjur, 3)
preferensi cita rasa daging ayam kampung, 4) ketersediaan bibit ayam KUB,
5) kelembagaan penyuluhan.

76
77

5.2 Saran
Adapun hal yang dapat disarankan berdasarkan hasil dari analisis yang telah
dilakukan untuk mengetahui tingkat keberlanjutan usaha ayam Kampung Unggul
Balitnak (KUB) yaitu sebaiknya produsen ayam KUB melakukan manajemen
persedian untuk menjaga pasokan ayam KUB, hal ini dilakukan agar harga ayam
KUB memiliki stabilitas harga yang tinggi. Stabilitas harga yang telah dijaga oleh
produsen sebaiknya didukung oleh pemerintah, pemerintah perlu berpihak kepada
petani dengan cara melakukan pemantauan dan menjaga harga ayam KUB di
pasar, hal ini dilakukan agar tidak ada penjual ayam KUB yang menetapkan harga
terlalu tinggi atau harga terlalu rendah untuk merusak pasar. Penjagaan terhadap
harga jual ayam KUB juga dilakukan agar fluktuasi harga ayam tidak terlalu
tajam.
Bagi pengusaha ayam KUB, hal lain yang yang perlu disarankan yaitu
terkait dimensi sosial usaha peternakan ayam KUB. Para pengusaha ayam KUB
sebaiknya melakukan kerjasama dengan para produsen pupuk organik untuk
mengasok limbah kotoran ayam yang dihasilkan agar tidak terjadi pencemaran
lingkungan, dan kotoran ayam dapat memberikan hasil tambahan bagi para
pengusaha ayam KUB.
Hal lain yang dapat disarankan adalah pembentukan kelompok ternak yg di
dalamnya terdapat pengurus2 juga berasal dari para peternak, sehingga satu sama
lain akan merasa saling memiliki, sehingga bisa menjadikan kelompok ternak ini
sebagai wadah lembaga dalam membesarkan usahanya, dimana nantinya juga
kelembagaan permodalan dan penyuluhan dapat masuk di dalam kelompok ternak
untuk memperkuat dukungan peternak ayam KUB sehingga usahanya bisa
semakin berkembang dan berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA

Aedah, S., M.H.B. Djoefrie, dan G. Suprayitno. 2016. Faktor-faktor yang


mempengaruhi daya saing industri unggas ayam kampung (studi kasus PT
Dwi dan Rachmat farm, Bogor). Jurnal Manajemen Pengembangan Industri
Kecil Menengah. 11(2): 173-182.

Amam, & Rusdiana, S. (2022). Peranan Kelembagaan Peternakan, Sebuah


Eksistensi Bukan Hanya Mimpi: Ulasan dengan Metode Systematic
Literature Review (SLR). Jurnal Peternakan, 19(1), 9-21.

Ananda Pinta et al. 2021. Analisis Keberlanjutan Pembibitan Sapi Potong di Bptu-
Hpt Padang Mengatas. Jurnal Agribisnis Indonesia. 9 (2). 131-142

Badan Pusat Statistik. 2017. Populasi Ayam Buras Menurut Provinsi (ekor), 2017.
https://jabar.bps.go.id/statictable/2017/01/31/787/populasi-ayam-
burasmenurut-provinsi-2017-ekor-.html. Diakses pada 1 Januari 2023.

Badan Pusat Statistik. 2019. Populasi Ayam Buras Menurut Provinsi (ekor), 2019
https://jabar.bps.go.id/statictable/2019/01/31/787/populasi-ayam-
burasmenurut-provinsi-2019-ekor-.html. Diakses pada 1 Januari 2023.

Badan Pusat Statistik. 2017. Populasi Ayam Buras Menurut Kabupaten (ekor),
2017. https://jabar.bps.go.id/statictable/2017/01/31/787/populasi-ayam-
burasmenurut-kabupaten-2017-ekor-.html. Diakses pada 1 Januari 2023.

Badan Pusat Statistik. 2019. Populasi Ayam Buras Menurut Kabupaten (ekor),
2019. https://jabar.bps.go.id/statictable/2019/01/31/787/populasi-ayam-
burasmenurut-kabupaten-2018-ekor-.html. Diakses pada 1 Januari 2023.

Depison. 2009. Karakteristik kuantitatif dan kualitatif hasil persilangan beberapa


ayam lokal. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan. 12(1): 7-13.

Dzikrillah, Gilang F,. Syaiful, A., Surjono, H, S. 2017. Analisis Keberlanjutan


Usahatani Padi Sawah Di Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung. Jurnal
Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. 7 (2) 107-113.

Ekalinda, O., & Zurriyati, Y. (2019). Budidaya Ayam KUB (Ayam Kampung
Unggul Balitbangtan). Riau: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau.

89
90

Fakihuddin, Suhariyanto, T. T., & Faishal, M. (2021). Analisis Dampak


Lingkungan dan Persepsi Masyarakat Terhadap Industri Peternakan Ayam
(Studi Kasus pada Peternakan di Jawa Tengah). Jurnal Teknik Industri,
10(2), 191 -199.

Fidaruzziar et al. 2022. Strategi Keberlanjutan Usaha Ekspor Peternakan Domba


sebagai Komoditas Ekspor di Kabupaten Jember. Jurnal Ilmiah Fillia
Cendekia. 7(1) 21-25.

Fitriani et al. 2023. Status Keberlanjutan Ekowisata Mangrove Tanjung Beo


Wanawisata, Desa Merak Belantung, Kalianda, Lampung Selatan. Jurnal
Sains Akuakultur Tropis.7 (1) 56-68.

Hardi Tri. Soedarto Teguh. 2023. Kajian Keberlanjutan Usaha Peternakan Sapi
Perah Di Kabupaten Mojokerto. Jurnal Pertanian Agros. 25 (2): 994-1008

Harnanik, S., & Wiraswati, R. (2021). Performan Ayam Kampung Unggul


Balitbangtan Pada Pemeliharaan Semi Intensif Skala Rumah Tangga Di
Agroekosistem Rawa Lebak Kabupaten Ogan Komering Ilir. Jurnal
KaliAgri, 3(2), 29-37.

Hasanah, N., Wahyono, N. D., & Marzuki, A. (2019). Teknik Manajemen


Penetasan Telur Tetas Ayam Kampung Unggul Kub Di Kelompok
Gumukmas Jember. Jurnal Ilmiah Fillia Cendekia, 4(1), 13-22.

Hidayah, R., Ambarsari, I., & Subiharta. (2019). Kajian Sifat Nutrisi, Fisik dan
Sensori Daging Ayam KUB di Jawa Tengah. Jurnal Peternakan Indonesia,
21(2), 93-101

Ibrahim Helda., Siti, A., Darwis S, G.,, Ninuk, A. 2013. Analisis Keberlanjutan
Usaha Pengrajin Ekonomi Kreatif Kerajinan Sutera Di Provinsi Sulawesi
Selatan. Jurnal Teknologi Industri Pertanian. 23 (3) 210-219.

Ilham, M., D. Fitra, dan P. Suryani. 2017. Preferensi konsumen dalam memilih
daging ayam broiler di pasar tradisional Kecamatan Kampar, Kabupaten
Kampar, Provinsi Riau. Prosiding Nasional Teknologi Peternakan dan
Veteran. 491-499.
91

Leestyawati, N. W. (2021, Agustus 4). Budidaya Ayam KUB. Retrieved from


Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali:
https://distanpangan.baliprov.go.id/budidaya-ayam-kub/

Linda, Anggreni, M., IGAA, A., I Nyoman, G., U. 2018. Keberlanjutan Usahatani
Padi Sawah Di Kota Denpasar (Studi Kasus Subak Intaran Barat, Desa
Sanur Kauh, Kecamatan Denpasar Selatan). Jurnal Manajemen Agribisnis. 6
(1) 55-62.

Liur, I. J., & Tagueha, A. D. (2019). Penilaian Sensoris Daging Dan Bakso dari
Empat Galur Ayam Buras Yang Diberi Jamu Fermentasi. Jurnal Agrinimal,
7(2), 59-63.

Munasinghe, M. 1993. Environmental Economics and Sustainable Development.


Washington.

Munir, I.M., D. Haryani, N. Amin, E. Kardiyanto. A. Muchtami, A. Makmur, S.


Kusumawati. 2016. Kajian Pengembangan Ayam Kampung Unggul
Badanlitbang (KUB) di Provinsi Banten. Laporan Akhir 2016 Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Banten. Laporan Akhir Kegiatan.
https://www.researchgate.net/publication/312516720_KAJIAN_PENGEMB
ANGAN_AYAM_KAMPUNG_UNGGUL_BADAN_LITBANG_PERTA
NIAN_KUB_DI_PROVINSI_BANTEN_2016/download. Diakses pada 28
Maret 2019.

Nababan, Benny O., Yesi D,S., Maman, H. Ulfa. 2007. Analisis Keberlanjutan
Perikanan Tangkap Skala Kecil Di Kabupaten Tegal Jawa Tengah. Jurnal
Bijak dan Riset Sosek KP. 2 (2) 137-158.

Nataamijaya, A., Brahmantyo, K. Diwyanto. 2003. Performans dan karakteristik


tiga galur ayam lokal (Pelung, Arab, Sentul). Prosiding Seminar Nasional
Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor. hlm. 353 –359.

Pangestu, D. T., & Azizah, S. (2022). Dampak Sosial Ekonomi Peternakan Ayam
Kampung Berskala Mikro Di Desa Payaman, Nganjuk. Jurnal Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial (JPIPS), 14(1), 31-39.

Prawiranegara, D., Liferdi, & Sunandar, B. (2019). Strategi Pengembangan Ayam


Kub pada Program #Bekerja Di Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. CR
Journal, 5(1), 41 – 54.
92

Randu Melkianus, Tulle Defrys, & Suek Ferdinan. 2022. Evaluasi Keberlanjutan
Pengembangan Kambing Kacang di Kawasan Pantura Kecamatan Insana
Utara Kabupaten Timor Tengah Utara. Jurnal Peternakan. 19(2): 96-110.

Rasihen, Yogi, Andriyono K., A., S. 2021. Analisis Keberlanjutan Usahatani


Perkebunan Kelapa Rakyat Kabupaten Indragiri Hilir. Jurnal Agribisnis
Indonesia. 9 (2) 177-187.

Sartika, T., S. Iskandar, D. Zainuddin, S. Iskandar, B. Wibowo dan A. Udjianto.


2009. Seleksi dan “open nucleus” ayam KUB (Kampung Unggul Balitnak).
Laporan penelitian. No: NR/G-01/Breed/APBN 2009.

Soejarwo, Permana, A., Risna, Y., Armen, Z. 2019. Analisis Keberlanjutan Usaha
Budi Daya Rumput Laut Di Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur. Jurnal
Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan. 14 (01) 37-46.

Subhan M., Iwan, S., Budi S. 2020. Analisis Keberlanjutan Usahatani Buah Naga
Berbasis Komunitas. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Agroinfo Galuh. 7 (2) 380-
386.

Suharyon, Zubir, & Susilawati, E. (2020). Analisis Ekonomi Dan Kelembagaan


Usaha Ternak Ayam Kampung (KUB) Di Kecamatan Jambi Selatan
Kabupaten Muaro Jambi. Jurnal Ilmiah Ilmu Terapan Universitas Jambi,
4(1), 24-33.

Suprayogi, W. P., Riptanti, E. W., & Widyawati, S. D. (2018). Budidaya Ayam


Kampung Intensif Melalui Program Pengembangan Usaha Inovasi Kampus.
Jurnal Inoteks, 22(1), 18-27.

Susilawati et al. 2020. Analisis Ekonomi Dan Kelembagaan Usaha Ternak Ayam
Kampung (Kub) di Kecamatan Jambi Selatan Kabupaten Muaro Jambi.
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2017

Suryanti Reni et al. 2019. Keberlanjutan Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging
pada Pola Kemitraan. Jurnal Pangan. 28(3): 213-226

Sutanto, I. A. (n.d.). Tingkah Laku Ayam KUB pada Pemeliharaan Sistem Closed
House. Tropical Animal Science, 3(2), 9-15.
doi:https://doi.org/10.36596/tas.v3i2.748
93

Suyitman et al. 2016. Status Keberlanjutan Wilayah Berbasis Peternakan di


Kabupaten Situbondo. Jurnal Ilmu-Ilmu Agribisnis. 4 (3) 277-284.

Ulfa, S. dan T. Zulham. 2017. Analisis utang luar negeri dan pertumbuhan
ekonomi: kajian faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah.
2 (1) 144-152.

Zubir, & Suharyon. (2020). Analisis Rekayasa Sub Sistem Penujang pada
Kegiatan Ternak Ayam Kampung. Jurnal Ilmiah Ilmu Terapan Universitas
Jambi, 4(1), 43-49.

Anda mungkin juga menyukai