WINDA AFRIYENIS
Universitas Putra Indonesia “YPTK”
Email: windaafriyenis@gmail.com
FEBRI ALDI
Universitas Putra Indonesia “YPTK”
Email: febri_aldi@upiyptk.ac.id
Abstract
This study aims to explain the implementation practices of the distribution of zakat funds by Baznas for
poor families in the city of Padang and also to determine the level of significance of the role of the
distribution of zakat funds by Baznas to improve the welfare of poor families in the city of Padang. This
research was carried out in BAZNAS Padang City. Therefore the author conducted a study to determine
the extent of the implementation of information and communication technology used in the collection
and distribution of zakat funds by BAZNAS Padang City. The study time is May-October 2018. This
research is quantitative descriptive. The results of the study are: to support the operational activities of
BAZNAS in Padang City, supported by information and communication technology (simple technology
and using internet technology).
Kemiskinan juga dianggap sebagai bentuk Pada dasarnya konsep kemiskinan dikaitkan
permasalahan pembangunan yang diakibatkan dengan perkiraan tingkat income atau pendapatan
adanya dampak negatif dari pertumbuhan dan kebutuhan. Kebutuhan dibatasi pada
ekonomi yang tidak seimbang, sehingga kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar
memperlebar kesenjangan pendapatan antar minimum yang memungkinkan seseorang
masyarakat maupun kesenjangan pendapatan hidup secara layak. Jika tingkat income tidak
antar daerah (Harahap, 2006). dapat mencapai kebutuhan minimum maka
Kondisi masyarakat yang disebut miskin orang atau keluarga itu disebut miskin. Tingkat
dapat diketahui berdasarkan kemampuan income minimum itu merupakan pembatas
pendapatan dalam memenuhi standar hidup antara keadaan miskin dan tidak miskin, ini
(Nugroho, 1995). Pada prinsipnya, standar sering disebut garis kemiskinan (poverty line),
hidup di suatu masyarakat tidak sekedar dan dikenal sebagai garis kemiskinan mutlak
tercukupinya kebutuhan akan pangan, akan (absolute). Ada pula yang disebut kemiskinan
tetapi juga tercukupinya kebutuhan akan relatif, kemiskinan ini tidak ada garis
kesehatan maupun pendidikan. Tempat tinggal kemiskinannya. Seseorang yang tinggal di
ataupun pemukiman yang layak merupakan kawasan elit, yang sebenarnya memiliki income
salah satu dari standar hidup atau standar sudah cukup mencapai kebutuhan minimum,
kesejahteraan masyarakat di suatu daerah. tetapi incomenya masih jauh lebih rendah
Berdasarkan kondisi ini, suatu masyarakat dari rata-rata income masyarakat sekitarnya.
disebut miskin apabila memiliki pendapatan Orang atau keluarga tersebut merasakan dia
jauh lebih rendah dari rata-rata pendapatan masih miskin, karena kemiskinan relatif ini
sehingga tidak banyak memiliki kesempatan lebih banyak ditentukan kondisi lingkungan.
untuk mensejahterakan dirinya (Suryawati, Zakat
2004). Secara bahasa (etimologi), zakat berarti;
Kemiskinan sebagai gejala ekonomi sering suci, tumbuh, berkembang, berkah, dan beres
dikaitkan dengan etos kerja yang rendah, harta, jiwa serta perilaku. Didalam Al-Qur‟an
malas dan sifat boros. Kemiskinan berpeluang dan sunnah terdapat pula beberapa kata yang
besar terjadi bagi penduduk di pedesaan sering digunakan untuk zakat, diantaranya;
karena memiliki faktor produksi yang relatif Shadaqah (QS. 9:60, QS. 9:103), infaq (QS. 9:34)
secara kuantitas sedikit dan berkualitas rendah, dan Hak (QS. 6:141). Shadaqah berasal dari
misalnya lahan sempit, modal tidak ada. kata shadaqa (benar), orang yang bershadaqah
230 & JEBI (Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam) - Volume 3, Nomor 2, Juli – Desember 2018
adalah orang yang benar imannya. Infaq arti mengeluarkan sebagian harta dengan
mempunyai arti mengeluarkan harta untuk persyaratan tertentu untuk diberikan kepada
suatu kebaikan yang diperintahkan Allah kelompok tertentu (mustahiq) dengan persyaratan
SWT di luar zakat (QS. 2:195). Hak mempunyai tertentu pula. Infaq dan shadaqah mempunyai
makna zakat/shadaqah merupakan hak makna mengeluarkan harta untuk kepentingan-
para Mustahik, sekaligus hak dari harta itu kepentingan yang diperintahkan Allah SWT
sendiri. di luar zakat. Shadaqah kadangkala dipergunakan
Zakat mengandung pengertian tumbuh untuk sesuatu yang bersifat non materi.
dan berkembang karena dengan zakat diharapkan Zakat dan Kemiskinan
harta seseorang terus tumbuh dan bertambah, Walaupun zakat merupakan perintah agama
baik dalam bentuk nyata di dunia maupun yang sudah dipastikan bermanfaat dan
di akhirat (Mujahidin, 2013). Zakat juga dikenakan mendatangkan kebaikan. Akan tetapi zakat
pada harta yang berpotensi untuk dikembangkan. tidak akan selalu berdampak positif (menurunkan
Zakat dalam pengertian suci adalah membersihkan angka kemiskinan) baik dalam jangka panjang
diri, jiwa dan harta. Seseorang yang mengeluarkan maupun jangka pendek pada mustahik yang
zakat berarti dia telah membersihkan diri dan memiliki budaya kontra produktif dan
jiwanya dari penyakit kikir, membersihkan bermental pemalas. Bahkan pemberian dana
hartanya dari hak orang lain. Sementara itu, zakat kepada mustahik semacam ini akan
zakat dalam pengertian berkah adalah sisa membuat mereka bertambah tidak produktif
harta yang sudah dikeluarkan zakatnya secara dan bertambah pemalas serta memiliki
kualitatif akan mendapatkan berkah dan akan ketergantungan terhadap pasokan dana zakat
berkembang, walaupun secara kuantitatif dalam kehidupannya. Efek yang lebih buruk
jumlahnya berkurang. Menurut Rozalinda adalah mustahik semacam ini apabila diberi
(2014), zakat adalah mengeluarkan bagian dana zakat, apalagi rutin dalam jangka waktu
tertentu dari harta tertentu yang telah sampai tertentu pula, akan mendorong anggota
nishabnya untuk orang-orang yang berhak masyarakat lainnya menjadikan dirinya
menerimanya. Zakat juga berarti pemindahan mustahik, karena dengan status mustahik
pemilikan harta tertentu untuk orang yang mereka mudah mendapatkan dana tanpa
berhak menerimanya dengan syarat-syarat harus kerja keras dan tanpa berusaha dengan
tertentu (Al-Zuhaili). susah payah. Pemberian dana zakat kepada
Secara terminologis, zakat mempunyai mustahik semacam ini harus diiringi dengan
Implementasi Teknologi Informasi (Winda Afriyenis, Anita Ade Rahma & Febri Aldi) & 231
dana zakat oleh BAZNAS Padang. Proses 4. Studi Kepustakaan, setelah masalah
yang dilalui dalam penelitian ini antara lain: diperoleh serta dianalisa maka akan
wawancara, dokumentasi, analisis, catatan dilakukan studi kepustakaan yang berguna
lapangan yang disusun oleh peneliti di lokasi untuk memperoleh referensi serta literatur
penelitian. Pada tahap selanjutnya yakni dalam menyelesaikan masalah.
pengumpulan data dilakukan dengan observasi 5. Merancang desain dan instrument penelitian,
langsung. Agar langkah-langkah yang diambil proses ini merupakan proses lanjutan
peneliti dalam penelitian dapat lebih mudah dari studi kepustakaan dimana kegiatan
dipahami, berikut ini disertakan penjelasan utamanya adalah mendisain dan menyusun
terperinci mengenai sistematika model metodologi kuisioner sebagai instrument penelitian.
pemecahan masalah. 6. Menguji dan perbaikan Instrumen, Pada
1. Mengumpulkan data/informasi, Pengumpulan tahapan pengujian dilakukan untuk
data atau informasi merupakan tahap mengetahui validitas dan reabilitas instrumen
awal dalam metodologi penelitian. Pada dalam mengumpulkan data, serta hasil
tahap ini dilakukan pengumpulan data yang diinginkan, serta menyimpulkan dan
dan informasi yang diperoleh dari implementasi.
komunikasi berupa wawancara. Hal ini 7. Mengumpulkan data, setelah pengujian
dijadikan sebagai landasan pemikiran dan perbaikan instrument (kuisioner),
dalam penelitian. berikutnya adalah mengumpulkan data
2. Menganalisa data dan masalah, proses lapangan dengan menggunakan instrument
penganalisaan masalah dilakukan untuk yang sudah lulus uji validitas dan reabilitas.
mendapatkan fakta yang dapat digunakan 8. Mengolah data, setelah data dikumpulkan
untuk memecahkan masalah yang sedang kemudian dilakukan pengolahan data
diteliti. Analisa digunakan untuk melihat dan entri data sesuai dengan kebutuhan
masalah yang sedang terjadi yang akan analisa.
digunakan sebagai bahan yang akan 9. Analisa data, data yang sudah diolah
diteliti. kemudian dianalisa dengan menggunakan
3. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah, teknik kualitatif.
setelah dilakukan kedua tahap sebelumnya, 10. Seluruh hasil data dan analisa, dibawa
barulah kemudian dilakukan identifikasi kedalam focus group discussion (FGD) untuk
masalah serta perumusan masalah. didiskusikan secara mendalam dengan
Implementasi Teknologi Informasi (Winda Afriyenis, Anita Ade Rahma & Febri Aldi) & 233
dan komunikasi BAZNAS dengan semua pihak dan menguasai seluruh program kerja BAZNAS
termasuk dengan mustahik, call center cukup dan jika memungkinkan jumlah contact person
diminati oleh mustahik. Hal ini ditunjukan lebih baik ditambah. Adapun media informasi
oleh data hasil penelitian bahwa 26 dari 35 dan komunikasi lewat email dan website yang
orang atau 74% responden pernah menghubungi dimiliki oleh BAZNAS Kota Padang, responden
call center BAZNAS Kota Padang. Akan tetapi menyatakan tidak pernah menggunakan.
yang menjadi catatan penting adalah bahwa Persepsi Muzakki Terhadap Implementasi
dari sebanyak 26 orang responden tersebut Teknologi Informasi dan Komunikasi di
merasa cukup puas sebanyak 81% sedangkan BAZNAS Kota Padang
yang merasa tidak puas 19%. Sementara itu Dari jawaban responden terhadap Papan
yang merasa sangat tidak puas, sangat puas, pengumuman BAZNAS sebagai alat informasi
dan sangat puas sekali tidak ada. dan komunikasi bagi muzakki, ternyata tidak
Contact person sebagai representative dan ada yang berminat untuk membacanya, dari
sumber informasi dan komunikasi BAZNAS 35 tidak satu orangpun responden yang menjawab
dengan semua pihak termasuk muzakki dan pernah membaca papan pengumuman BAZNAS.
mustahik. Contact person sebagai sumber Selain tidak pernah datang ke kantor BAZNAS
informasi dan komunikasi BAZNAS dengan secara langsung, para muzakki juga merasa
mustahik ternyata sangat diminati, ini terlihat tidak ada kebutuhan atas papan pengumuman
dari jawaban responden ketika ditanya pernah tersebut. Brosur sebagai media informasi
atau tidak menghubungi contact person. Seluruh dan komunikasi juga tidak diminati oleh
contact person BAZNAS Kota Padang, setelah yang menjawab pernah membaca brosur BAZNAS
pernah menghubungi contact person, mustahik hanya 5 orang atau 14% dari responden. Yang
yang merasa sangat tidak puas sebanyak 1 menjawab pernah membaca brosur tersebut
orang saja atau, yang merasa tidak puas yang merasa tidak puas sebanyak 2 responden,
sebanyak 5 orang, merasa cukup puas 21 merasa cukup puas sebanyak 3 orang.
orang responden, merasa sangat puas 6 Spanduk sebagai salah satu media informasi
orang responden dan terakhir yang merasa dan komunikasi BAZNAS dengan muzakki
sangat puas sekali orang responden. Dari juga kurang menarik. Dari sebanyak 35 orang
sisi ini sangat penting bagi BAZNAS untuk responden yang menjawab pernah dengan
menunjuk contact person yang bersahabat, ramah, sengaja memperhatikan dan membaca spanduk
Implementasi Teknologi Informasi (Winda Afriyenis, Anita Ade Rahma & Febri Aldi) & 235
BAZNAS hanya 9 orang atau 26% dari responden. Semuanya merasa cukup puas
responden. Dari responden yang menjawab setelah menghubungi kontak person BAZNAS
pernah membaca spanduk tersebut yang merasa Kota Padang.
tidak puas sebanyak 11%, merasa cukup puas Adapun bagi muzakki media informasi
sebanyak 55% dan merasa sangat puas sebanyak dan komunikasi lewat email dan website
33%. Sedangkan yang merasa sangat tidak yang dimiliki oleh BAZNAS Kota Padang,
puas dan sangat puas sekali sebanyak 0%. seluruh responden menyatakan pernah
Bagi muzakki Call center (0751) sebagai mengakses atau menggunakannya. Dari 35
pusat informasi dan komunikasi BAZNAS responden yang pernah mengakses atau
dengan semua pihak termasuk dengan muzakki, menggunakan email terkait BAZNAS 26 %
call center cukup diminati oleh muzakki. Hal dari responden merasa cukup puas, 57 %
ini ditunjukan oleh data hasil penelitian bahwa Muzakki merasa sangat puas, dan Muzakki
27 dari 35 orang atau 77% responden pernah yang merasa sangat puas sekali sebanyak 17%.
menghubungi call center BAZNAS Kota Padang. KESIMPULAN
Akan tetapi yang menjadi catatan penting Untuk mendukung aktifitas operasional
adalah bahwa dari sebanyak 27 orang responden kegiatan BAZNAS Kota Padang, telah
tersebut merasa cukup puas sebanyak 44% didukung oleh teknologi informasi dan
dan sangat puas sebanyak 44% juga, sedangkan komunikasi dari teknologi yang sederhana
yang merasa tidak puas 4%. Sementara itu sampai dengan menggunakan teknologi
yang merasa sangat tidak puas, dan sangat internet dan digital. Teknologi informasi dan
puas sekali tidak ada. komunikasi sederhana mulai dari papan
Contact person sebagai representatif dan pengumuman, brosur, spanduk, telpon informasi
sumber informasi dan komunikasi BAZNAS (call center), SMS center, contact person, e-mail,
dengan semua pihak termasuk muzakki. WhatsApp, twitter, facebook, line, BBM, path
Contact person sebagai sumber informasi dan dan website. Dari hasil observasi dilapangan,
komunikasi BAZNAS dengan muzakki ternyata BAZNAS Kota Padang memiliki teknologi
kurang diminati, ini terlihat dari jawaban informasi dan komunikasi pengumpulan dan
responden ketika ditanya pernah atau tidak penyaluran dana zakat antara lain: papan
menghubungi contact person. Hanya sebanyak 4 pengumuman, brosur, spanduk, call centre
orang responden yang pernah menghubungi (0751) 497873, contact person: 081374305258 dan
kontak person atau sebanyak 11% dari 35 085274231314, e-mail: baznaskota.padang@
236 & JEBI (Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam) - Volume 3, Nomor 2, Juli – Desember 2018
baznas.or.id dan website: www.baznaspadang.or.id. Badan Amil Zakat Nasional. Jurnal Manajemen
DAFTAR PUSTAKA Dakwah, 1(1).
Dewanta, A.S. (1995). Kemiskinan dan Kesenjangan Mujahidin, A. (2013). Ekonomi Islam: Sejarah,
di Indonesia. Yogyakarta: Aditya Media. Konsep, Instrumen, Negara dan Pasar. Jakarta:
Hamudy, M. I. A. (2008). Pengentasan Rakyat Raja Grafindo Persada.
Miskin dan Pembangunan Manusia di Jawa Rozalinda. (2014). Ekonomi Islam; Teori dan
Barat. Bandung: PPS FISIP UNPAD. Aplikasinya pada Aktivitas Ekonomi. Jakarta:
Kurniawan R.C. (2004). Poverty Pathology An Rajawali Press.
Ironic of A Country. Lampung: Department Saleh, S. (2002). Faktor-Faktor Penentu Tingkat
of Governmental Science – Faculty of Kemiskinan Regional di Indonesia. Economic
Social and Politics Sciences, UNILA. Journal of Emerging Markets, 7(2): 87-102.
Kuncaraningsih, H. S., & Ridla, M. R. (2015). Suryawati, C. (2005). Memahami Kemiskinan
Good Corporate Governance dalam Secara Multidimensional. Jurnal Manajemen
Meningkatkan Kepuasan Muzakki di Pelayanan Kesehatan, 8(03): 121-129.