RISALAH RESMI
(RAPAT DIBUKA)
Sesuai jadwal acara rapat-rapat Dewan Masa Persidangan IV tahun ini, hasil
keputusan Rapat Bamus DPR RI tanggal 19 Juni 2014 serta Rapat Konsultasi antara Pimpinan
15
Dewan dengan Pimpinan Fraksi-fraksi dan Rapat Bamus tanggal 7 Juli 2014, maka acara
Rapat Paripurna Dewan hari ini ialah :
1. Penyampaian Laporan Hasil Pembahasan tentang RKP dan Pembicaraan Pendahuluan
RAPBN Tahun Anggaran 2015.
2. Tanggapan Pemerintah terhadap Pandangan Fraksi-fraksi mengenai RUU Pertanggung
Jawaban atas Pelaksanaan APBN Tahun Anggaran 2013.
3. Penyampaian Tingkat II/Pengambilan Keputusan terhadap RUU tentang Kesehatan
Jiwa.
4. Penyampaian Tingkat II/Pengambilan Keputusan atas RUU tentang Perubahan Undang-
undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD.
Sebelum memulai acara perlu saya beritahukan bahwa Pimpinan Dewan telah
menerima sepucuk surat dari Presiden Nomor R38/ dan seterusnya tertanggal 3 Juli 2014,
Perihal Permohonan Pertimbangan Bagi Pencalonan Dubes Luar Biasa dan Berkuasa Penuh
Republik El-Salvador untuk negeri kita. Sesuai dengan ketentuan surat tersebut telah dibahas
dalam Pertemuan Konsultasi antara Pimpinan Dewan dengan Pimpinan Komisi I dan
Pimpinan Fraksi-fraksi tertanggal 3 Juli 2014.
Selanjutnya perlu saya beritahukan bahwa Pimpinan DPR juga telah
menerima 5 (lima) pucuk surat dari Pimpinan Alat Kelengkapan Dewan yaitu :
1. Surat dari Pimpinan Komisi VIII Dewan Nomor : LG/dst tertanggal 2 Juli 2014 mengenai
pengagendaan Pendapat Fraksi-fraksi dan Pengambilan Keputusan terhadap RUU Usul
Inisiatif Komisi VIII tentang Pengelolaan Ibadah Haji dan Umroh menjadi RUU Dewan
dapat diagendakan pada Rapat Paripurna terdekat.
2. Surat dari Pimpinan Komisi VIII Nomor : LG/dst tertanggal 4 Juli 2014 mengenai
pengagendaan Pendapat Fraksi-fraksi dan Pengambilan Keputusan terhadap RUU Usul
Inisiatif Komisi VIII tentang perubahan atas Undang-undang 23/2002 tentang
Perlindungan Anak menjadi RUU Dewan dapat diagendakan pada Rapat Paripurna
terdekat.
3. Surat dari Pimpinan Komisi X Nomor : LG/dst tertanggal 4 Juli 2014 mengenai
pengagendaan Pendapat Fraksi-fraksi dan Pengambilan Keputusan terhadap RUU Usul
Inisiatif Komisi X tentang Kebudayaan menjadi RUU Dewan dapat diagendakan para
Rapat Paripurna Kamis 10 JUli 2014.
4. Surat dari Pimpinan Komisi IV Nomor : LG/dst tertanggal 4 Juli 2014 mengenai
pengagendaan Pendapat Fraksi-fraksi dan Pengambilan Keputusan terhadap RUU Usul
Inisiatif Komisi IV tentang Perkebunan menjadi RUU Dewan dapat diagendakan pada
Rapat Paripurna Dewan.
5. Surat dari Pimpinan Komisi IV Nomor : LG/dst tertanggal 7 Juli 2014 mengenai
pengagendaan pendapat fraksi-fraksi dan pengambilan keputusan terhadap RUU Usul
Inisiatif Komisi IV tentang Konservasi Tanah dan Air menjadi RUU Dewan dapat
diagendakan pada Rapat Paripurna Dewan terdekat.
Berdasarkan hal tersebut diatas, selanjutnya Pimpinan Dewan akan meminta
persetujuan Rapat Paripurna apakah permintaan dari Pimpinan Komisi VIII mengenai
penjadwalan Pendapat Fraksi-fraksi dan Pengambilan Keputusan terhadap RUU Usul Inisiatif
Komisi VIII tentang Pengelolaan Ibadah Haji dan Umroh menjadi RUU Dewan untuk
diagendakan pada Rapat Paripurna pada tanggal 10 Juli 2014 dapat kita setujui?
(RAPAT : SETUJU)
16
Alhamdulillah.
(RAPAT : SETUJU)
Terima kasih.
(RAPAT : SETUJU)
Terima kasih.
(RAPAT : SETUJU)
Terima kasih.
(RAPAT : SETUJU)
Alhamdulillah.
Untuk mempersingkat waktu marilah kita masuki acara pertama Rapat Dewan
hari ini.
Interupsi pimpinan.
17
KETUA RAPAT:
Ya.
KETUA RAPAT:
Terima kasih.
Yang saya hormati Saudara Pimpinan dan Menteri Keuangan beserta jajarannya,
Yang saya hormati seluruh Kawan-kawan Anggota Dewan,
Saudara Pimpinan,
Hari ini saya melihat ada agenda ke-IV Pembicaraan Tingkat II/Pengambilan
Keputusan terhadap RUU tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor: 27 Tahun 2009,
tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD.
Saudara Pimpinan,
Saya tidak ikut di dalam Pansus tapi saya melihat bahwa ada suasana
kebatinan yang akan kita putuskan hari ini. Nampaknya saya melihat perlu ada pencermatan
kita semua bahwa untuk hal-hal yang menyangkut perubahan Undang-undang tentang MPR,
DPR, DPD, dan DPRD ini saya sangat berharap bertumpu pada kondisi objektif DPR saat ini
dan membangun bagaimana DPR kedepan supaya persepsi publik yang lima tahun terakhir
ini dapat kita perbaiki sehingga fungsi aspirasi Pemilu yang kemarin bisa tercermin di dalam
Susduk.
18
Pimpinan,
Saya berharap bahwa suasana kebatinan kita sebagai Anggota DPR yang
memprediksi DPR kedepan itu lebih memberikan warna di dalam penyusunan ini, karena saya
dengar suasana konspiratif yang sekedar untuk berebut jabatan Pimpinan DPR, Pimpinan
Komisi untuk DPR RI ini perlu benar-benar kita pertimbangkan. Saya tidak ingin suasana
kedewanan kita, saya tidak ingin suasana kebersamaan DPR kita kedepan terlalu diwarnai
dengan konfigurasi koalisi Pilpres yang ada saat ini yang mewarnai di dalam pembahasan
undang-undang ini. Kita melihat itu dinamika demokrasi, tapi kalau itu kita bawa di dalam kita
merumuskan kehormatan kelembagaan MPR, DPR, DPD dan DPRD mohon maaf pimpinan,
saya jadi anggota DPR 10 (sepuluh) tahun dan akan 15 (lima belas) tahun, saya sangat
berharap 15 tahun kedepan suasana kehormatan DPR, integritas DPR tentunya akan lebih
terhormat daripada sebelum-sebelumnya.
Maka untuk itu pimpinan, kalau saya boleh mengusulkan demi kebersamaan
kita tanpa mengabaikan bahwa di dalam forum ini ada kubu di dalam Pak Prabowo dan Pak
Hatta Radjasa, ada Jokowi dan Jusuf Kalla tapi saya sangat berharap konfigurasi itu tidak
mewarnai di dalam pembahasan yang akan kita putuskan dalam pengambilan tingkat II RUU
Perubahan tentang Undang-undang 27.
Ini menurut saya penting, karena kalau kita membawa suasana itu ke dalam
suasana DPR akan tidak mencerminkan aspirasi demokrasi yang berkembang dalam Pemilu
2014 kemarin. Ini yang saya harapkan kalau toh perlu bisa kita tunda setelah Pilpres untuk
menjaga keharmonisan kerja kita selama 5 (lima) tahun kedepan.
Terima kasih.
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
KETUA RAPAT:
Saudara-saudara sekalian,
Nanti pada agenda tersebut kalau yang ini akan kita bahas.
KETUA RAPAT:
KETUA RAPAT:
Silakan.
Terima kasih.
Pada kesempatan yang baik ini saya ingin menyampaikan beberapa hal
yang menjadi kerisauan pribadi saya terhadap keadaan-keadaan terutama menjelang Pilpres.
Tentu kita ingin Pilpres kita ke depan adalah Pilpres yang damai, Pilpres yang tenteram,
yang tidak mencederai dan melukai kualitas demokrasi kita.
Saya agak kaget ketika ada pernyataan dari Kepala Staf Angkatan Darat,
yang di salah satu media mengatakan bahwa kalau Pilpres ini perbedaannya dibawah 5%
maka bisa kita tafsirkan akan terjadi sesuatu yang kita tidak inginkan. Saya kira ini sesuatu
yang tidak patut dan tidak pantas untuk disampaikan oleh institusi manapun. Apalagi mohon
maaf, kita melihat bahwa menurut Undang-Undang Dasar kita, Undang-undang TNI kita,
Undang-undang Kepolisian kita bahkan Undang-undang Pemilihan Umum dan Pilpres kita
bahwa sesungguhnya yang punya kewenangan besar terhadap persoalan-persoalan
keamanan adalah Polri.
Saya melihat akhir-akhir ini pawai kekuatan, pernyataan-pernyataan yang
ada dari teman-teman kita dari Institusi TNI, nampaknya saya saja sebagai Anggota DPR itu
agak merinding kalau mendengar pernyataan akan ada kejadian-kejadian yang luar biasa,
akan berbahaya, kita perlu Siaga I, ada pawai ini, ada pertemuan dengan KPU, Bawaslu dan
seterusnya.
Menurut saya ini tidak proporsional dari sisi Undang-undang kita, biarkan
Polri pemegang keamanan di negeri ini termasuk keamanan Pilpres kedepan. Bahwa institusi
TNI kita butuhkan ketika, ini menurut undang-undang, diberi kesempatan atau diminta oleh
institusi yang ada untuk memberikan back out. Pernyataan di salah satu kedatangan
Panglima TNI di salah satu TV yang ada seakan-akan Panglima TNI ini berlaku seperti
Kapolri. Tolong ini jangan memberi rasa was-was dan menciptakan suasana pressure di
masyarakat kita.
Sekali lagi saya teringat ketika saya tahun 1998, saya senang betul ketika itu
dimana teman-teman TNI melakukan satu kampanye yang disebut damai itu indah. Hari ini
bukan itu yang dilakukan, yang dilakukan adalah mengumbar pernyataan-pernyataan yang
memberi pressure mental dan psikologi pada pemilih-pemilih dan masyakat kita.
Terima kasih, mohon maaf atas segala kekurangan.
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
20
KETUA RAPAT:
Baik, terima kasih Pak Abdul Karding yang sudah tentu ini merupakan
catatan yang akan didengarkan oleh Pihak TNI Polri, meskipun dalam pandangan saya
secara personal pasti mereka akan mempertaruhkan apa saja untuk kedamaian, ketenteraman
dan menjamin keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Saya meyakini itu, tapi catatan
dari Pak Karding tetap harus kita dengarkan bersama.
Silakan, saya persilakan.
Terima kasih.
Disaat hiruk pikuk Pilpres sekarang ini yang tadi oleh Pak Abdul Karding
seakan-akan ada sebuah kericuhan, tetapi sebetulnya kericuhan inipun dipicu oleh berbagai
media. Salah satunya adalah sebuah media yang namanya Jakarta Post yang terbit tanggal
3 Juli 2014 di halaman 7 dia telah memuat sebuah karikatur yang menghina, mencemooh dan
menyakiti umat Islam. Dimana di dalam karikatur tersebut ditulis dalam sebuah bendera
yang mirip dengan bendera bajak laut lafadz Laailaahaillallah, kemudian di bawahnya di dalam
tengkorak ada lafadz Allah, ada Rasul dan Muhammad.
Saya pikir ini sangat menghina Islam, sangat menyakiti dan ini sangat
mengganggu terhadap kerukunan antar umat beragama. Bahkan mungkin hal ini perilaku
daripada Jakarta Post menayangkan karikatur ini akan melanggar Undang-undang Nomor 1
PNPS Tahun 1995, tentang Penodaan Agama.
Atas nama pribadi umat Islam dan konstituen yang mayoritas umat Islam,
saya meminta DPR RI untuk mengambil sikap yang tegas dan menuntut Jakarta Post untuk
diadili sebagaimana mestinya. Jangan sampai perbuatan ini bisa terjadi seperti halnya Satanic
Verses Salman Rusdhi di Iran atau juga Tabloid Monitor pada jaman dahulu kala.
Demikian permintaan saya sedikit saja, saya minta kita sepakat untuk bahwa
Jakarta Post ini bisa ditindak sebagaimana mestinya sesuai dengan Undang-undang yang
berlaku. Karena ini bukan hanya masalah menghina Islam tetapi juga menghina agama yang
apabila menghina agama sama halnya juga dengan menghina Pancasila.
Terima kasih.
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
KETUA RAPAT:
Ya betul.
KETUA RAPAT:
Pemilihan Presiden itu hanya sekali lima tahun sama dengan Pemilihan
Legislatif, memang harapan kita Pemilihan Presiden dan Pemilihan Legislatif adalah pesta
demokrasi dan kita harapkan besok Pemilihan Presiden juga berjalan damai dan lancar.
Tetapi ada sebagian masyakat kita menghadapi isu-isu bahwa besok itu akan ada kerusuhan,
sehingga ada yang sudah berangkat keluar negeri karena mereka khawatir kerusuhan itu
betul-betul terjadi.
Kita tahu bahwa Calon Presiden kita sudah berkali-kali menyerukan agar
supaya para pemilihnya itu tidak membuat tindakan-tindakan yang bisa mengganggu kepada
rasa keamanan. Bahkan Calon Presiden itu juga sudah menyatakan pada pendukungnya
bahwa kita siap kalah dan siap menang. Itu adalah sesuatu yang baik saya kira apabila
sidang Paripurna DPR ini juga bisa menyerukan kepada seluruh rakyat Indonesia, kita tidak
perlu khawatir bahwa besok itu kita yakin Pemilihan Presiden adalah pemilihan yang
memberikan dampak, yang memberikan pencerahan dan yang mempersatukan kita
melangkah membangun bangsa kedepan. Saya kira sesudah besok selesailah bagaimana
perbedaan-perbedaan kita yang terjadi selama ini.
Oleh karena itu saya kira saudara ketua kita berharap ada seruan dari DPR
kepada seluruh masyakat terutama juga kepada rekan-rekan pers agar membantu
menyejukkan suasana. Sebab bagi kita lebih mahal Indonesia Raya yang kita sudah jaga
keutuhannya dibandingkan dengan hal-hal yang lain. Pemilihan Presiden, Pemilihan Umum
adalah memperbaiki, membangun Indonesia yang kita cita-citakan.
Demikian Saudara Ketua, terima kasih.
KETUA RAPAT:
Baik, seruan yang simpatik dan saya meyakini semua kita di gedung ini
Anggota Dewan yang terhormat Sidang Paripurna ini sudah tentu menyetujui dan berharap
sama suasana kebatinan yang kondusif, sejuk, damai kita ini bersaudara, siapapun yang
terpilih sebagai Presiden setelah ini itu adalah Presiden kita semua, bukan Presiden dari
siapapun juga, dari kelompok manapun juga.
Pak Martin, anda simpatik sekali, dari meja pimpinan, kita semua ikut
menyerukan dan kita semua menyetujui bahwa DPR menyerukan untuk suasana yang
kondusif, damai, tenteram , tetap dalam ikatan bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Terima kasih.
Bolehkah saya lanjutkan untuk seterusnya? Baik.
22
Saudara sekalian,
Wah ini Pak Dr. Yasonna Laoly menunggu dengan sabar dan saya kira ini
adalah demokrasi kita. Saya persilakan Dr. Yasonna Laoly.
Yang terhormat Saudara Ketua, Pimpinan dan Anggota Dewan, Saudara Menteri
Keuangan,
Yang terhormat Saudara Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Kepala
Bappenas,
Dan Hadirin yang berbahagia.
Puji dan syukur kita haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
perkenan dan ridho-Nya kepada kita sehingga kita dapat memenuhi tugas konstitusional kita
hingga kita bisa menghadiri Rapat Paripurna dalam rangka penyampaian hasil pembahasan di
Badan Anggaran tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015 dan Pembicaraan
Pendahuluan Penyusunan RAPBN Tahun Anggaran 2015. Untuk menyingkat waktu
saya langsung saja ke pokok-pokok kesepakatan yang dicapai antara Badan Anggaran
dengan Pemerintah.
Nasional dan penurunan angka kematian ibu dan bayi, reformasi pembangunan
pendidikan, sinergi percepatan.
2. Bidang ekonomi dengan isu strategis: transformasi sektor industri dalam arti luas,
peningkatan daya saing tenaga kerja, peningkatan daya saing UMKM dan Koperasi,
peningkatan efisiensi sistem logistik dan distribusi, reformasi keuangan negara.
3. Bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dengan isu strategis peningkatan kapasitas
Iptek.
4. Bidang sarana dan prasarana dengan isu strategis : peningkatan ketahanan air,
penguatan konektivitas nasional yaitu keseimbangan pembangunan antar wilayah,
pendorong pertumbuhan ekonomi, pembangunan transportasi massal perkotaan,
peningkatan ketersediaan infrastruktur pelayanan dasar yaitu peningkatan rasio
eletrifikasi nasional, peningkatan akses air minum dan sanitasi, penataan
perumahan/permukiman.
5. Bidang politik dengan isu strategis konsolidasi demokrasi.
6. Bidang pertahanan keamanan dengan isu strategis percepatan pembangunan minimun
essential force dan almatsus Polri dengan pemberdayaan industri pertahanan,
peningkatan ketertiban dan keamanan dalam negeri.
7. Bidang hukum dan aparatur dengan isu strategis: reformasi birokrasi dan peningkatan
kapasitas kelembagaan publik, pencegahan dan pemberantasan korupsi.
8. Bidang wilayah dan tata ruang dengan isu strategis: pembangunan daerah tertinggal dan
perbatasan, pengelolaan resiko bencana, sinergi pembangunan pedesaan.
9. Bidang sumber daya alam dan lingkungan dengan isu strategis : perkuatan ketahanan
pangan, peningkatan ketahanan energi, percepatan pembangunan kelautan, peningkatan
keekonomian keanekaragaman hayati dan kualitas lingkungan hidup.
Berikut kami sampaikan asumsi dasar dalam RAPBN 2015, saya tidak
membacakan kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijaksanaan fiskal yang
disampaikan pemerintah, cukup kesepakatan antara Badan Anggaran dan Pemerintah yang
didasarkan pada hasil keputusan komisi.
1. Pertumbuhan ekonomi disepakati range 5,5 sampai 6.
2. Inflasi (mohon dikoreksi dalam buku yang bapak punya tertulis 3,5 range-nya sampai 5
seharusnya) 3,0 sampai dengan 5.
3. Nilai tukar rupiah per US Dolar 11.500 sampai dengan 12.100.
4. Tingkat suku bunga SPN tiga bulan (dalam persen) 6 sampai 6,5%.
5. Harga minyak ICP per US per barrel, range 95 sampai 110.
6. Lifting minyak 830 sampai 900.000 barrel per hari.
7. Lifting gas bumi 1.200 sampai 1.260 ribu barrel setara minyak per hari.
8. Lifting minyak dan gas bumi 2.030 sampai dengan 2.160 ribu barrel setara minyak per
hari.
Tema arah kebijakan fiskal pada tahun 2015 adalah penguatan kebijakan
fiskal dalam rangka percepatan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan berkeadilan.
Untuk itu strategi kebijakan fiskal diarahkan untuk memperkuat stimulus fiskal guna mendorong
akselarasi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan sekaligus perbaikan pemerataan hasil-
hasil pembangunan nasional agar memenuhi aspek keadilan dengan tetap mengendalikan
resiko dan menjaga kesinambungan fiskal.
24
Berikutnya adalah arah kebijakan transfer ke daerah dan desa tahun 2015,
meliputi:
1. Meningkatkan kapasitas fiskal daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan
yang menjadi kewenangan daerah.
2. Mengurangi ketimpangan sumber pendanaan pemerintahan antara pusat dan daerah
dan mengurangi kesenjangan pendanaan pemerintahan antara daerah.
3. Meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan publik di daerah dan mengurangi
kesenjangan pelayanan publik antar daerah.
26
Mudah-mudahan dengan rumus ini daerah-daerah nanti akan memperoleh DAU yang
lebih besar pada tahun 2015 kita harapkan.
2. Sesuai dengan penjelasan Pasal 20 ayat (1) Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004, PDN
netto adalah penerimaan negara yang berasal dari pajak dan bukan pajak setelah
dikurangi dengan penerimaan negara yang dibagihasilkan kepada daerah yang meliputi
penerimaan PPH non migas, penerimaan PBB, penerimaan cukai hasil tembakau,
penerimaan migas, penerimaan pertambangan umum, penerimaan kehutanan,
penerimaan SDA perikanan, penerimaan panas bumi.
Bidang dana alokasi khusus tahun 2015 mencakup dua (2) kelompok yaitu :
1. DAK pelayaan dasar yaitu bidang pendidikan, bidang kesehatan, bidang infrastruktur,
bidang infrastruktur dasar, bidang infrastruktur sanitasi dan air minum, bidang
transportasi, bidang energi pedesaan.
2. DAK non pelayaan dasar yaitu bidang kelautan dan perikanan, bidang pertanian, bidang
prasarana pemerintahan daerah, bidang lingkungan hidup, bidang kehutanan, bidang
keluarga berencana, bidang sarana perdagangan, bidang perumahan dan permukiman.
KETUA RAPAT:
Terima kasih saya sampaikan kepada Wakil Ketua Badan Anggaran DPR RI
yang telah menyampaikan Laporan Hasil Pembahasan tentang RKP dan Pembicaraan
Pendahuluan RAPBN Tahun Anggaran 2015.
Selanjutnya laporan hasil pembahasan tentang RKP dan pembahasan
pembicaraan pendahuluan tersebut akan menjadi pedoman dalam penyusunan Rancangan
APBN Tahun Anggaran 2015.
Dengan demikian selesailah acara rapat pertama Paripurna kita hari ini. Dan
selanjutnya kita memasuki acara kedua Sidang Paripurna Dewan hari ini ialah Tanggapan
Pemerintah Terhadap Pandangan Fraksi-fraksi atas RUU tentang Pertanggung Jawaban
Atas Pelaksanaan APBN Tahun Anggaran 2013. Seperti kita ketahui bahwa Fraksi-fraksi
telah menyampaikan pandangannya terhadap materi RUU tentang Pertanggung Jawaban
Pelaksanaan APBN 2013 pada Rapat Paripurna 3 Juli 2014 kemarin.
Selanjutnya sesuai dengan Pasal 158 ayat (3) tentang Tatib yang
menyebutkan bahwa Pemerintah memberikan tanggapan terhadap pandangan fraksi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam Rapat Paripurna. Oleh karena itu saya ingin
persilakan kepada Saudara Menteri Keuangan Republik Indonesia untuk memberikan
tanggapan atas pandangan-pandangan fraksi-fraksi.
Dr Chatib Basri saya persilakan.
MENTERI KEUANGAN RI :
TANGGAPAN PEMERINTAH
TERHADAP PANDANGAN FRAKSI-FRAKSI DPR RI
MENGENAI RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PERTANGGUNG JAWABAN
ATAS PELAKSANAAN APBN TAHUN ANGGARAN 2013
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa karena atas segala rahmat karunia dan perkenan-Nya kita masih diberi kesempatan
untuk melaksanakan tugas dan kewajiban kenegaraan dalam rangka pembahasan Rancangan
Undang-undang tentang Pertanggungjawaban atas Pelaksanaan APBN Tahun Anggaran
2013 pada hari ini.
Pada kesempatan yang baik ini kami atas nama pemerintah mengucapkan
selamat menjalankan ibadah puasa Ramadhan 1435 Hijriyah bagi yang menjalankannya dan
semoga ibadah kita dalam bulan Ramadhan ini dapat meningkatkan iman dan ketakwaan
kita serta membawa manfaat bagi setiap langkah kita dalam upaya membangun bangsa dan
negara yang kita cintai.
Pemerintah menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada semua fraksi di DPR RI atas pandangan, pendapat, kritik, saran maupun
penghargaan kepada pemerintah yang disampaikan pada Rapat Paripurna DPR RI tanggal 3
Juli 2014 lalu. Berbagai hal yang telah disampaikan oleh Fraksi DPR RI tersebut akan menjadi
29
perhatian dan masukan yang berharga bagi pemerintah dalam upaya memperbaiki
pengelolaan keuangan negara.
Sementara itu terkait dengan laju inflasi pada tahun 2013 yang lebih tinggi dibandingkan
dengan target APBN. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh perkembangan harga komoditas
energi dan harga bahan pangan di pasar internasional yang pada gilirannya berpengaruh
terhadap peningkatan harga komoditas berbagai barang dan jasa dipasar domestik.
Selanjutnya atas terjadinya pelemahan nilai tukar rupiah pada tahun 2013,
dapat dijelaskan bahwa hal ini dipengaruhi faktor eksternal antara lain keputusan Bank
Sentral Amerika Serikat yang melakukan penghentian stimulus moneter secara bertahap
serta belum pulihnya perekonomian global khususnya di Eropa, India dan Tiongkok yang
membawa pengaruh terhadap melemahnya ekspor nasional. Sementara itu dari sisi domestik,
pelemahan nilai tukar rupiah juga diperburuk karena tekanan neraca transaksi berjalan yang
telah mengalami defisit sejak tahun 2012 sebagai akibat dari peningkatan impor minyak
seiring dengan meningkatnya permintaan konsumsi dalam negeri.
Pemerintah sependapat dengan Fraksi Partai Golkar dan PPP bahwa angka-
angka asumsi dasar makro harus disusun secara realistis dengan perhitungan yang akurat,
pemerintah telah berusaha mengajukan angka-angka asumsi dasar ekonomi makro se-realistis
mungkin dengan meningkatkan akurasi perhitungan asumsi dasar ekonomi makro melalui
penyempurnaan dan pengembangan metode perhitungannya. Penetapan asumsi tersebut
telah dikoordinasikan dengan lembaga terkait antara lain Kementerian Keuangan, Bank
Indonesia, dan Kementerian Negara PPN/Bappenas.
Selanjutnya atas pendapat dan sarana Fraksi Partai Golkar, PKS, dan Partai
Gerindra, agar belanja pemerintah mampu menjadi stimulus pertumbuhan dan agar
memprioritaskan belanja modal dapat disampaikan beberapa hal sebagai berikut: Pemerintah
telah dan akan terus menerapkan kebijakan flat policy pada belanja pemerintah yang bersifat
konsumtif dan meningkatkan belanja yang bersifat produksi seperti belanja modal dalam
rangka mendorong perkembangan perekonomian nasional. Di samping itu Pemerintah juga
akan terus berupaya mengambil langkah-langkah strategis dalam mengoptimalkan penyerapan
belanja K/L terutama belanja modal sehingga diharapkan akan dapat menjadi stimulus
pertumbuhan. Berbagai upaya tersebut antara lain memperbaiki sistem penganggaran,
menyederhanakan mekanisme untuk mempercepat prosedur pengadaan barang dan jasa,
meningkatkan fleksibilitas K/L dalam pelaksanaan anggaran dan mendisplinkan pelaksanaan
anggaran dengan penerapan reward dan punishment secara konsisten dan objektif.
31
KETUA RAPAT:
Berdasarkan ketentuan Pasal 158 ayat (1) Peraturan DPR RI tentang Tata
Tertib, pembahasan penetapan RUU Pertanggung Jawaban atas Pelaksanaan APBN
dilakukan dalam waktu paling lama tiga bulan setelah disampaikan bahan Hasil Pemeriksaan
Laporan Keuangan Pemerintah oleh BPK ke DPR.
Selanjutnya Rapat Paripurna Dewan menugaskan kepada Badan Anggaran
untuk melakukan pembahasan RUU tentang Pertanggung Jawaban Pelaksanaan APBN 2013
ini dengan mempertimbangkan Pemandangan Umum Fraksi, Tanggapan Pemerintah, dan
Keputusan Rapat Kerja Komisi-komisi dengan Pemerintah serta Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat.
Dengan demikian selesailah acara kedua Rapat Paripurna Dewan hari ini.
Sebelum memasuki acara selanjutnya rapat akan saya tunda 2-3 menit guna mempersilakan
yang terhormat Saudara Menteri Keuangan beserta jajarannya untuk meninggalkan ruang
sidang, dan mempersilakan menteri Sosial, Menteri Kesehatan, Menteri Dalam Negeri, dan
Menteri Hukum dan HAM beserta jajarannya untuk memasuki ruangan sidang.
Untuk para Anggota Dewan yang terhormat, saya mohon tetap berada di tempatnya masing-
masing. Saya skors 2 menit.
Yang terhormat Saudara Menteri Kesehatan Republik Indonesia beserta jajarannya, dan
Sidang Dewan yang terhormat,
Selanjutnya marilah kita memasuki acara ketiga Rapat Paripurna Dewan hari ini
iaiah Pembicaraan Tingkat II/Pengambilan Keputusan terhadap RUU tentang Kesehatan Jiwa.
Maka dengan demikian dengan membaca bismillahirrahmanirrahim skors rapat saya cabut dan
rapat kita lanjutkan.
Perlu saya beri tahukan bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 151 Undang-
undang tentang MD3 pembicaraan tingkat II merupakan pengambilan keputusan dalam Rapat
Paripurna dengan pokok kegiatan penyampaian laporan yang berisi proses pendapat mini
fraksi, pendapat mini DPD dan hasil pembicaraan tingkat I, pernyataan persetujuan atau
penolakan dari tiap-tiap fraksi dan anggota secara lisan yang diminta oleh Pimpinan Rapat
Paripurna, Pendapat Akhir Presiden yang disampaikan oleh menteri yang mewakilinya.
Berkenaan dengan itu saya ingin mempersilakan kepada Pimpinan Komisi IX
Dewan yang terhormat Saudara Ir. Soepriyatno untuk menyampaikan laporan hasil
pembahasan RUU dimaksud.
34
Saudara Pimpinan, Saudara Menteri, Saudara Anggota Dewan, serta Hadirin yang
berbahagia,
Saudara Pimpinan, Saudara Menteri, Saudara Anggota Dewan, serta Hadirin yang
berbahagia,
Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkah dan karunia-
Nya kepada kita semua. Sekian dan terima kasih.
KETUA RAPAT:
Baik, terima kasih kami sampaikan kepada Ir. Soepriyatno yang telah
menyampaikan laporan hasil pembahasan RUU tentang Kesehatan Jiwa.
Untuk selanjutnya kami akan menanyakan kepada fraksi-fraksi dan Anggota
Dewan apakah RUU tentang Kesehatan Jiwa dapat kita setujui untuk disahkan. Yang pertama
saya tanyakan kepada Fraksi Partai Demokrat, setuju?
Baik.
(RAPAT : SETUJU)
(RAPAT : SETUJU)
(RAPAT : SETUJU)
Fraksi PKS?
F-PKS (...):
KETUA RAPAT:
F-PKS (...):
Sebenarnya setuju Pimpinan, cuma sedikit saja, sesuai dengan Rapim kemarin
yang dipimpin oleh Bapak Pramono, kemarin Bamus, jadi di Komisi IX itu ada satu undang-
undang yang sangat prioritas sekali yaitu Undang-undang Keperawatan. Dan ini undang-
undang yang kita sekarang ini baru tahun ini, jadi ini kita setujui tidak apa-apa, kita juga setuju,
saya ikut di Panjanya Pak dan setuju, cuma harus kita berikan catatan agar Undang-undang
Keperawatan itu juga harus dalam masa periode ini. Itu saja catatannya Pimpinan.
Jadi kita setuju tapi undang-undang yang, yang apa, ini didengarkan oleh
Menteri Kesehatan ya, juga dari Anggota yang lain bahwa juga kemarin merupakan catatan
menurut Bapak Pramono ya, Pramono Anung kemarin, jadi Undang-undang Keperawatan juga
agar segara dibawa ke tingkat II Pimpinan.
Terima kasih Pimpinan.
F-PD (Prof. DR. Dr. Hj. A. DINAJANI MAHDI, Sp.PD., KAI, Sp.KL., FIN.ASIM., S.H.):
Pimpinan.
KETUA RAPAT:
Ini sebentar, ini masih jatahnya PKS loh ya, yang lainnya nanti. PKS cukup?
Jadi prinsipnya PKS setuju tapi ada catatan tambahan seyogyanya, dari meja
Pimpinan saya ulangi, seyogyanya RUU tentang Keperawatan segera diselesaikan pada
persidangan ini.
Baik, PKS demikian?
Terima kasih.
F-PD (Prof. DR. Dr. Hj. A. DINAJANI MAHDI, Sp.PD., KAI, Sp.KL., FIN.ASIM., S.H.):
Pimpinan.
KETUA RAPAT:
F-PD (Prof. DR. Dr. Hj. A. DINAJANI MAHDI, Sp.PD., KAI, Sp.KL., FIN.ASIM., S.H.):
KETUA RAPAT:
(RAPAT : SETUJU)
Tadi itu Demokrat setuju, tapi nanti akan saya persilakan. Saya teruskan dulu,
nanti saya persilakan nanti ada tambahan dari Demokrat ya, karena tadi Demokrat sudah ketok
palu, namun demikian akan saya izinkan nanti Bu, saya teruskan dulu.
Fraksi PAN?
(RAPAT : SETUJU)
(RAPAT : SETUJU)
38
(RAPAT : SETUJU)
(RAPAT : SETUJU)
(RAPAT : SETUJU)
Wong sudah dibilangin tidak boleh, tetap begini sama begini, ya sudah.
Baik, itu sebelum saya tanyakan kepada Anggota Dewan tadi ada interupsi saya
dengar dari Demokrat, siapa Ibu Nurhayati, siapa tadi?
F-PD (Prof. DR. Dr. Hj. A. DINAJANI MAHDI, Sp.PD., KAI, Sp.KL., FIN.ASIM., S.H.):
Profesor Dina.
KETUA RAPAT:
F-PD (Prof. DR. Dr. Hj. A. DINAJANI MAHDI, Sp.PD., KAI, Sp.KL., FIN.ASIM., S.H.):
KETUA RAPAT:
F-PD (Prof. DR. Dr. Hj. A. DINAJANI MAHDI, Sp.PD., KAI, Sp.KL., FIN.ASIM., S.H.):
Pimpinan,
KETUA RAPAT:
Profesor, saya kira pendapatnya sangat..., sebentar-sebentar ini dulu ya. Jadi
prinsipnya Demokrat setuju bahkan ada klausul tambahan saya kira saya harus ulangi di meja
Pimpinan ini RUU Keperawatan penting dan seyogyanya kepada Menteri Kesehatan juga
suasana kebatinan DPR demikian untuk segera diselesaikan pada persidangan ini ialah
mengenai RUU Keperawatan.Terima kasih.
Baik, saya ketok palu.
KETUA RAPAT:
Sebentar.
Pak Nudirman, tidak usah begini-begini, silakan.
Ini kebetulan ada Ibu Menteri Kesehatan, saya hanya menyampaikan bahwa
mengenai masalah BPJS, tolong diselesaikan dengan cepat Bu. Kenapa? Karena kita lihat
ketimpangan, kita sudah kemasukan paham komunis di sini, mereka yang sudah bekerja 40
tahun dengan 4 hari sama, guru besar dengan orang yang tidak tamat SD sekalipun juga
fasilitasnya sama. Nah apakah ini akan diteruskan kesusupan paham komunis ini. Jadi kalau
tidak, kami harapkan BPJS ini mulai berubah, jangan seperti yang sekarang ini, kasihan rakyat
yang menjadi korban.
Saya rasa itu, terima kasih.
Wabillahitaufiq Walhidayah,
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
KETUA RAPAT:
Baik, ada tambahan mengenai BPJS jangan sampai kesurupan, apa tadi? Oh
kesusupan. Ya terima kasih.
Saudara sekalian,
Izinkan sebagai Pimpinan DPR dan Pimpinan Rapat Paripurna saya sekali lagi
ingin menanyakan apakah Rancangan Undang-undang tentang Kesehatan Jiwa dapat kita
setujui untuk disahkan menjadi undang-undang?
(RAPAT : SETUJU)
40
Alhamdulillah.
Terima kasih.
Yang terhormat Ketua dan para Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia,
Para Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia,
Para Menteri wakil pemerintah, dan
Para hadirin yang berbahagia,
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha
Kuasa atas rahmat dan karunia-Nya pada hari ini kita dapat hadir dalam Rapat Paripurna
Pengambilan Keputusan Rancangan Undang-undang tentang Kesehatan Jiwa menjadi
undang-undang.
Mengingat pertemuan yang berbahagia ini bertepatan dengan bulan suci
Ramadhan perkenankanlah kami mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa bagi
hadirin yang menjalankan ibadah puasa.
Pemerintah setuju agar RUU Kesehatan Jiwa ini dapat segera disahkan menjadi
undang-undang. Semoga undang-undang yang mengatur kesehatan jiwa secara komprehensif
ini dapat memberikan perlindungan kepada warga negara dan terwujudnya pelayanan
kesehatan jiwa yang menjamin perlindungan hak-hak ODGJ sehingga terwujud jaminan
pelayanan kesehatan yang paripurna sebagaimana diamanahkan oleh Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Demikianlah pandangan singkat pemerintah tentang Rancangan Undang-
undang tentang Kesehatan Jiwa semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa membimbing
dan meridhai usaha kita bersama untuk memberikan pelayanan kesehatan jiwa yang
komprehensif. Dengan disetujuinya Rancangan Undang-undang Kesehatan Jiwa ini menjadi
undang-undang semoga dapat menjadi amal ibadah dan sekaligus merupakan pengabdian kita
kepada bangsa dan negara.
Terima kasih.
Menteri Kesehatan
Nafisiah Mboi
KETUA RAPAT:
(RAPAT : SETUJU)
Alhamdulillah.
Terima kasih.
Melalui forum ini saya ingin sampaikan terima kasih dan penghargaan yang
tinggi kepada Saudara Menteri Kesehatan dan seluruh jajarannya beserta seluruh tim dari
pemerintah atas kerja sama yang telah diberikan selama pembahasan RUU tersebut.
42
Dengan demikian selesailah acara ketiga Rapat Paripurna Dewan hari ini.
Sebelum memasuki acara selanjutnya, rapat akan saya tunda 2 menit untuk mempersilahkan
yang terhormat Saudara Menteri Kesehatan beserta seluruh jajaran untuk meninggalkan ruang
sidang dan mempersilakan kepada Menteri Dalam Negeri, Menteri PAN, Menteri yang lainnya
beserta seluruh jajaran untuk memasuki ruangan sidang dan untuk para Anggota Dewan yang
terhormat saya mohon untuk tetap berada di tempat masing-masing. Saya skors 2 menit.
F... (...):
Interupsi Ketua.
KETUA RAPAT:
Bismillahirrahmanirrahim.
F... (...):
KETUA RAPAT:
Ya?
F... (...):
KETUA RAPAT:
F... (...):
Sholat dulu Ketua. Skors 30 menit Ketua. Ketua mau sholat juga kan?
43
KETUA RAPAT:
Saudara sekalian,
Begini sekarang pukul 11.57 WIB, saya menurut tata tertib kita istirahat pukul
12.00 sampai 13.00 WIB, artinya untuk memberi kesempatan bagi teman-teman yang sholat
dan seterusnya saya ingin tanya apakah ini tetap kita teruskan atau kita skors untuk istirahat,
sholat dan seterusnya, habis itu kita lanjutkan?
Kita skors ya.
Selama berapa menit?
Baik, jadi skors selama 30 menit, jadi pukul 13.30 Saudara kembali ke ruangan
sidang ini agenda kita tunggal terakhir tinggal yang keempat adalah tentang RUU MD3. Jadi
rapat saya skors 30 menit kita mulai lagi pukul 13.30 WIB di Sidang Paripurna ini. Rapat saya
skors lagi.
Yang terhormat Saudara Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia dan seluruh
jajarannya,
Saudara Menteri Keuangan Republik Indonesia beserta seluruh jajarannya,
Para Anggota Dewan, dan
Hadirin sekalian yang saya muliakan,
Dengan ini skors rapat saya cabut dan Rapat Paripurna Dewan kita lanjutkan
kembali.
Saudara sekalian,
Berkenaan dengan hal tersebut, saya ingin persilakan kepada Saudara Ketua
Pansus RUU tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang MD3
Saudara DR. Benny Kabur Harman, S.H. untuk menyampaikan laporan hasil pembahasan
RUU dimaksud.
Juga saya umumkan permenit ini yang sudah menandatangani 408 orang
anggota.
Pimpinan, interupsi.
KETUA RAPAT:
Baik, nanti saya beri tahu sebentar, 408 Anggota dengan perincian:
1. Fraksi Partai Demokrat : 122 Anggota
2. Fraksi Partai Golkar : 69 Anggota
3. Fraksi PDI Perjuangan : 73 Anggota
4. Fraksi PKS : 44 Anggota
5. Fraksi PAN : 24 Anggota
6. Fraksi PPP : 34 Anggota
7. Fraksi PKB : 13 Anggota
8. Fraksi Partai Gerindra : 18 Anggota
9. Fraksi Partai Hanura : 11 Anggota
KETUA RAPAT:
Pimpinan DPR itu dipilih dari anggota untuk anggota. Kemudian terjadi kemudian Putusan MK
pada tahun 2009 sebelum dilantik, 2 bulan sebelum Pemilu, pada waktu itu MK menetapkan
pemilihan anggota legislatif adalah suara terbanyak. Kemudian kita membuat Undang-undang
Nomor 27 Tahun 2009, Pasal 82 kita maju mengikuti keputusan bahwa kedaulatan rakyat kita
serahkan maka itu urutan yang menentukan, rakyat yang menentukan siapa yang menjadi
Pimpinan DPR, partai mana yang menjadi Pimpinan DPR, kemudian terpilihnya diinikan,
Demokratlah yang kemudian memperoleh dipilih rakyat mendapat suara terbanyak, dan
demokratlah yang mendapat ini.
Jadi saya cuma menginikan ini dalam bulan puasa ini kita renungkan apa kita
mau maju atau mundur lagi dengan alternatif ke tahun 1999. Tapi ingat Pimpinan, ingat
Pimpinan Pansus juga, baca konsideran menimbang A1 dan 2-nya tidak pernah berubah mau
mewujudkan kedaulatan rakyat, kenapa kita mundur? Apakah karena dalam bulan puasa ini
saya kira bulan ramadhan ini karena syahwat terhadap kedudukan saja kita mau mencederai
proses demokrasi konsolidasi demokrasi yang kita sedang bergerak maju.
Terima kasih Pimpinan. Ini hanya renungan.
KETUA RAPAT:
Pimpinan Dewan, Para Menteri dan Anggota Dewan Yang Kami Hormati.
pada kerja-kerja politik, sedangkan kerja-kerja teknis dilakukan oleh kesekretariatan dewan.
Sayang sekali didalam pembahasan belum ada kesepakatan mengenai kedudukan kesekjenan
ini dalam kaitannya dengan dewan.
Penguatan peran Majelis Permusyawaratan Rakyat dilakukan dengan
menetapkan beberapa tugas majelis yaitu memasyarakatkan ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat, memasyarakatkan Pancasila, memasyarakatkan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 memasyarakatkan Negara Kesatuan Republik
Indonesia, memasyarakatkan Bhineka Tunggal Ika. Selain itu juga tugasnya mengkaji sistem
ketatanegaraan dan juga menyerap aspirasi masyarakat, berkaitan dengan pelaksanaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Sedangkan penguatan DPD terutama yang menyangkut pelaksanaan fungsi
legislasi dewan mulai dari penyusunan prolegnas sampai dengan pembahasan rancangan
undang-undang.
Khusus untuk Dewan Perwakilan Rakyat daerah provinsi, kabupaten dan kota,
pansus berpandangan perubahan pada tingkat Majelis Permusyawarakatan Rakyat, Dewan
Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah tidak harus diikuti dengan perubahan yang
sama pada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Oleh sebab itu pansus tidak melakukan
perubahan-perubahan yang fundamental pada lembaga perwakilan rakyat daerah provinsi,
kabupaten dan kota.
Michael Pimpinan.
KETUA RAPAT:
Pimpinan ini supaya kita ini kan banyak ada 560, ada 3 opsi yang sebagaimana
disampaikan oleh pimpinan pansus tadi, karena masalah nomor saat ini sangat sensitif sekali
49
Pimpinan sehingga kalau bisa 3 opsi yang ditawarkan tadi itu ditulis di slide yang ada supaya
kita bisa mencerna secara dalam apa maksud daripada nomor 1, nomor 2 dan nomor 3.
Itu aja Pimpinan, terima kasih.
KETUA RAPAT:
Baik.
KETUA RAPAT:
Baik yang kedua, Ketua dewan adalah anggota dewan yang berasal dari
partai politik yang memperoleh kursi terbanyak pertama di Dewan. Yang ketiga dari alternatif
yang pertama ini wakil ketua dewan adalah anggota dewan yang berasal dari partai politik
yang memperoleh kursi terbanyak kedua, ketiga, keempat dan kelima. Yang keempat dari
alternatif ini dalam hal terdapat lebih dari satu partai politik yang memperoleh kursi terbanyak
sama maka ketua dan wakil ketua sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)
ditentukan berdasarkan uruan perolehan suara terbanyak dalam pemilihan umum. Ayat (4)-nya
eh ayat (5)-nya dalam hal terdapat lebih dari 1 partai politik yang memperoleh suara sama,
ketua dan wakil ketua sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) ditentukan
berdasarkan persebaran perolehan suara.
Jadi ini Pasal 84 alternatif 1. Pasal 84 alternatif 2 ayat (1) berbunyi “Pimpinan
Dewan terdiri atas satu orang ketua dan empat orang wakil ketua yang dipilih dari dan oleh
anggota dewan dalam Sidang Paripurna Dewan”. Ayat (2)-nya “Tata cara pencalonan dan
pemilihan Pimpinan dewan dilakukan dengan prinsip musyawarah untuk mufakat atau diatur
dengan Peraturan Dewan tentang Tata Tertib”.
Alternatif 3 dari Pasal 84 ini ayat (1) “Pimpinan dewan terdiri atas satu orang
ketua dan empat wakil ketua yang dipilih dari dan oleh anggota dewan. Ayat kedua, “Pimpinan
dewan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipilih dari dan oleh anggota dewan dalam satu
paket yang bersifat tetap”. Ayat (3) “Bakal calon pimpinan dewan yang berasal dari fraksi dan
disampaikan dalam sidang paripurna”, saya ulangi ketiga “Bakal calon pimpinan dewan berasal
dari fraksi dan disampaikan dalam sidang paripurna”.
Ayat (4) “Setiap fraksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat
mengajukan satu orang bakal calon pimpinan dewan”.
Ayat (5) “Pimpinan dewan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipilih secara
musyawarah untuk mufakat dan ditetapkan dalam rapat paripurna dewan”.
Ayat (6) “Dalam hal musyawarah untuk mufakat sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) tidak tercapai, pimpinan dewan dipilih dengan pemungutan suara dan yang
memperoleh suara terbanyak ditetapkan sebagai pimpinan dewan dalam rapat paripurna
dewan”.
50
Ayat (7) “Selama pimpinan dewan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum
terbentuk, sidang dewan pertama kali untuk menetapkan pimpinan dewan dipimpin oleh
pimpinan sementara dewan”.
Ayat (8) “Pimpinan sementara dewan sebagaimana dimaksud pada ayat (7)
berasal dari anggota dewan yang tertua dan termuda tetapi dari fraksi yang berbeda.
Ayat (9) “Pimpinan dewan ditetapkan dengan keputusan Dewan Perwakilan
Rakyat”.
Ayat (10) “Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemilihan pimpinan dewan
diatur dalam peraturan dewan tentang tata tertib”.
Ketua Pansus
KETUA RAPAT:
Terima kasih.
Terima kasih kepada Saudara Doktor Benny K Harman Sarjana Hukum yang
telah menyampaikan laporan hasil pembahasan RUU tentang Perubahan Atas Undang-undang
27/2009 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD. Perlu saya umumkan yang menandatangani
daftar hadir per menit ini adalah dan kami berbangga ini, mudah-mudahan rapatnya paripurna
seperti ini dihadiri oleh 466 orang anggota. Dengan perincian fraksi Partai Demokrat 131 fraksi
terbesar, Fraksi Partai Golkar 84, Fraksi PDIP Perjuangan 78, Fraksi PKS 51, Fraksi PAN 36,
Fraksi PPP 34, Fraksi PKB 19, Fraksi Partai Gerindra 22 dan Fraksi Partai Hanura 11 dan kami
dari meja pimpinan melihat semua ketua-ketua fraksi hadir lengkap, Pimpinan DPR
menyampaikan rasa bangga pada hari ini.
KETUA RAPAT:
Setelah mencermati..
KETUA RAPAT:
Sebentar, sebentar, sebentar, boleh saya data dulu. Silakan yang pertama
tadi siapa.
Dolfie Pimpinan.
KETUA RAPAT:
Terus Ibu Eva Kusuma Sundari baik, Pak Teguh, Pak Karding, Pak Malik
Haramain, nomor 5 baik, Pak Mulyono, Pak Erik dari Hanura, Ibu Rieke, Ibu Ida Fauziyah.
Baik, begini, begini, nanti akan kita putar, putaran berikutnya karena disini juga saya lihat
Golkar belum ada yang ngacung kemudian yang dari PAN sudah dan seterusnya.
Baik nanti saudara sekalian akan kita lanjutkan pada putaran berikutnya
manakala masih ada, sekarang 8 dulu.
Saya persilakan adalah Pak Dolfie.
52
KETUA RAPAT:
Terima kasih Pak Dolfie. Saya persilakan Ibu Eva Kusuma Sundari.
53
Ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan dan sebagai pengetahuan saya
terlibat di pembuatan undang-undang ini di periode yang lalu.
Ada fatsun-fatsun yang dilanggar. Yang pertama pada saat pembahasan di
tahun 2009 suasana diputuskan setelah pilpres sehingga kita bersepakat ok what is the best
for the nation pada waktu itu seperti itu sehingga kita lepas baju masing-masing karena kita
tidak mau tersandera kepentingan pilpres ini kemudian untuk mengalahkan 5 tahun ke depan.
Fatsun yang berikutnya dipahami bahwa kita ingin berbasis kinerja dan
mengikuti fatsun internasional bahwa lembaga ataupun parpol yang menang diberikan
penghargaan untuk menduduki pimpinan dan pada saat itu digenapi dengan fatsun lama kita
musyawarah mufakat secara proporsional, hari ini hilang semua itu Pak. Azas juga dilanggar
non diskriminatori karena ternyata di Pasal 327, 376 tentang Pimpinan DPRD provinsi dan
DPRD daerah atau kabupaten masih berlaku fatsun-fatsun yang saya sebut di atas, hanya
DPR RI yang kemudian dibuat aturan baru dan kita semua tahu ditargetkan PDI Perjuangan.
Jadi asas diskriminatori non diskriminatorinya dilanggar disini.
Saya sangat menyesalkan bahwa bukannya kita makin dewasa tapi kemudian
hanya kepentingan sesaat pilpres itu yang membuat suasana kita terbelah dan kemudian tidak
meninggalkan nilai-nilai yang harusnya justru kita matangkan dan kita kembangkan. Jadi saya
protes terhadap draft undang-undang ini karena tidak membawa kebaikan tapi justru
mudaratnya banyak terutama apa yang kita inginkan sebagai praktek parlemen yang makin
akuntabel, makin berkeadilan dan makin menunjukan kepribadian itu hilang semua.
Yang berikutnya masalah BAKN karena saya berkepentingan langsung
dengan pendirian BAKN dan saya mau melaporkan di dalam sidang yang terhormat ini.
Setelah pendirian, BAKN digunakan sebagai studi banding dari parlemen-parlemen di dunia,
bagaimana dalam sistem presidensial dibuat terobosan yang merupakan tradisi dari
parlementer dan semua sistem parlementer justru studi di Indonesia untuk praktek bagaimana
BAKN didirikan dan dilembagakan karena ini satu-satunya badan yang maaf ya mendapat
kredibilitas dan apresiasi dari publik bahwa oo ternyata di DPR masih ada BAKN yang
menjunjung tinggi nilai-nilai akuntabilitas, maaf ini agak emosi.
Jadi kalau kemudian direduksi dan dipraktekan untuk dipansuskan dan tidak
dijadikan lembaga permanen, saya ingat catatan tahun 2009 bahwa kita ingin merapikan
kelembagaan di dalam DPR ini, apabila itu mengikuti siklus yang tetap maka dia disebut
badan, karena siklus APBN-nya tetap maka badan diterima untuk tetap jadi Banggar padahal
di dalam pemeriksaan propose unti itu siklusnya juga tetap BPK itu kenapa kemudian
dipansuskan, ini logika yang enggak nyambung ini. Kalau kerja-kerja parlemen untuk
pengawasan keuangan post unti itu tetap dalam setiap 1 tahun BPK itu memberikan 4 kali
laporan maka ya kerja-kerja lembaga itu permanen harusnya bukan pansus.
Jadi ini Pak 3 hal itu saya menyarankan pengambilan keputusan tunggu
Pilpres selesai sehingga suasananya menjadi lebih bagus untuk lebih berkenegarawan.
Terima kasih.
54
KETUA RAPAT:
Bismillaahirrahmaanirrahiim,
Assalaamu'alaikum warrahmatullaahi wabarakatuh.
Pimpinan DPR dan seluruh anggota yang saya hormati serta saudara-saudara ku dari
pemerintah yang hadir dalam paripurna kali ini.
Pertama tentu kami ingin menyampaikan apresiasi atas kerja keras yang
sudah dilakukan oleh teman-teman pansus untuk menyiapkan MD3 dengan semangat MD3 ini
akan memberikan penguatan parlemen yang lebih baik ke depan karena kita sadar bahwa
dalam periode kita ini salah satu sorotan publik adalah terhadap kinerja parlemen.
Yang kedua, sebagaimana tadi disampaikan oleh Mbak Eva setelah saya
cermati seluruh pasal-pasal yang ada dalam MD3 yang disusun oleh teman-teman pansus ada
penghilangan salah satu alat kelengkapan dewan yaitu Badan Akuntabilitas Keuangan Negara.
Tentu menjadi kewajiban moral bagi saya sebagai salah satu anggota di BAKN untuk
menyampaikan keberatan atas penghapusan ini walaupun diperiode mendatang mungkin
belum tentu saya di BAKN lagi tapi apa yang ingin kami garis bawahi bahwa keberadaan
BAKN justru oleh BPK sendiri diakui telah mampu ikut memberikan penguatan terhadap hasil-
hasil pemeriksaan BPK yang semula tidak cukup ditindaklanjuti oleh teman-teman di komisi,
alhamdulillah sekarang telah dilakukan telaah dan ditindaklanjuti untuk kemudian menjadi
bahan teman-teman ....... (rekaman hilang) terhadap para mitra kerjanya.
Disisi yang lain BAKN juga telah memberikan inputan kritis terhadap kinerja
BPK yang kita tahu adalah lembaga auditor negara atau dalam bahasa yang lain sebenarnya
juga auditornya DPR namun disisi yang lain BPK juga mempunyai independensi yang tinggi
sehingga BPK juga perlu untuk mendapatkan pengawalan atau catatan-catatan terhadap
kinerjanya.
Aspek yang lain adalah apresiasi yang diberika oleh teman-teman NGO
maupun tadi disampaikan adalah parlemen dari negara lain maupun media bahwa didalam
internal parlemen sendiri juga ada keinginan kuat untuk kita bersama-sama melakukan fungsi-
fungsi perbaikan dari dalam, jadi bukan karena tekanan dari luar tapi memang karena kita ingin
melakukan upaya-upaya secara lebih terbuka, lebih akuntabel dan lebih dapat
dipertanggungjawabkan kepada publik.
Untuk itu saya sebagai pribadi dan dengan ini menyampaikan permohonan
yang tinggi kepada seluruh anggota dewan yang ada dan kepada Pansus MD3 agar gagasan
untuk menghilangkan BAKN ini agar ditinjau kembali. Jadi mohon agar BAKN justru ke depan
kita berikan penguatan untuk menjadi salah satu alat kita untuk memperbaiki citra parlemen
yang tentu saja menjadi tanggung jawab kita bersama.
Saya rasa itu Pimpinan, kurang lebihnya mohon maaf.
KETUA RAPAT:
Pimpinan, ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan dalam forum ini yang
terbagi ke dalam 3 hal ya. Yang pertama adalah persoalan teknis tentang laporan ketua
pansus RUU ini terhadap forum paripurna. Menurut kami ada beberapa laporan yang menurut
kami sebetulnya ketika rapat di pansus belum clear Pimpinan. Salah satu contoh misalkan
tentang status RUU ini apakah RUU MD3 ini statusnya nanti sebagai perubahan ataukah
sebagai RUU pengganti. Itu seingat saya semalam rapat dipansus belum clear artinya ada
perbedaan antar fraksi dan fraksi-fraksi dengan pemerintah. Bagi saya ini menjadi penting
Pimpinan karena kalau kemudian status RUU ini nanti adalah pergantian maka itu
konsekuensinya kepada nomenklatur dan beberapa pasal dan bab, itu yang pertama.
Yang kedua tentang Badan Anggaran ya, semalam rapat di pansus masih ada
beberapa fraksi yang berbeda pendapat tentang status Badan Anggaran apakah sifatnya
permanen, tetap atau sifatnya ad hoc atau sementara.
Yang ketiga tentang posisi Baleg atau status Baleg. Sekali lagi semalam kita rapat
dipansus dan posisinya antar fraksi-fraksi terjadi perbedaan, masih terjadi perbedaan. Ada
beberapa fraksi yang minta tetap, ada beberapa fraksi yang minta ad hoc dengan sekian
banyak pertimbangan.
Yang keempat pimpinan untuk posisi alat kelengkapan DPR. Seingat saya
semalam belum ada persetujuan tentang posisi atau status AKD terutama tentang mekanisme
penentuan siapa pimpinan AKD itu. Tadi laporan ketua pansus bahwa ini mutatis mutandis
sama dengan mekanisme penentuan pimpinan DPR. Seingat saya bahwa ketika rapat
pansus semalam tidak ada kesimpulan tentang apakah penentuan mekanisme pimpinan AKD
itu dipilih atau sifatnya proporsional, itu sama sekali belum ada kesepakatan. Nah itu beberapa
hal yang ingin disampaikan.
Yang kedua, Pimpinan bahwa ada beberapa pasal yang dihilangkan oleh pansus
karena memang pemerintah awalnya tidak mau tentang fungsi diplomasi kita. Memang di rapat
pansus semalam disepakati perubahan tentang redaksi tentang fungsi-fungsi diplomasi
internasional yang mesti dilakukan oleh DPR. Tapi kami berpendapat bahwa kalau fungsi ini
dihilangkan atau diganti dengan apa redaksi yang lain yang itu bisa mempengaruhi fungsi
diplomasi internasionalnya parlemen maka kami tidak setuju, kita punya badan atau BKSAP
yang selama ini sebetulnya sudah melakukan fungsi-fungsi diplomasi itu, kalau kemudian
fungsi atau redaksi di Pasal 70 itu diganti dengan bahasa lain menurut kami itu bisa
menghilangkan nilai atau fungsi dari diplomasi itu.
Karena itu Pimpinan kita minta sekali lagi kepada pemerintah untuk menegaskan
kembali tentang fungsi-fungsi diplomasi yang juga tidak hanya dilakukan oleh pemerintah tetapi
56
oleh DPR. Kita tahu bahwa fungsi-fungsi diplomasi itu tidak hanya menjadi fungsi pemerintah
tetapi juga dilakukan oleh elemen bangsa lain terutama oleh DPR dalam hal ini. Karena itu kita
mempunyai niat baik di RUU ini untuk menegaskan kembali bahwa fungsi diplomasi itu bisa
dilakukan oleh siapapun, oleh lembaga apapun termasuk oleh lembaga DPR. Pemerintah tidak
perlu takut akan kehilangan fungsi diplomasinya kalau DPR melaksanakan fungsi-fungsi itu,
toh fungsi itu bukan kemudian fungsi tanggung jawab atau tugas pokoknya.
Nah yang terakhir Pimpinan yang ingin saya sampaikan bahwa sejak awal PKB
masuk dan terlibat dalam pembahasan RUU ini semangatnya adalah tentu saja satu ingin
memperbaiki kinerja DPR, yang kedua kita ingin DPR ini lebih produktif. Yang ketiga DPR ini
kerjanya hasilnya lebih kuat berkualitas ketimbang hasil-hasil yang lain. Yang terpenting adalah
kita juga kita ingin menegakan moralitas dan kredibilitas dengan cara kita melakukan
reformasi di tubuh Badan Kehormatan atau Mahkamah Kehormatan kita. Kita merasa
Pimpinan bahwa ternyata yang dominan pembahasan RUU MD3 ini ternyata sekali lagi adalah
will to power Pimpinan, kehendak berkuasa teman-teman fraksi yang begitu kuat seolah-olah
kemudian yang diurus dalam RUU MD3 itu hanyalah persoalan pimpinan. Kami kecewa kami
menyayangkan agenda yang lain terutama menjadi terbengkalai. Agenda untuk memperkuat
supporting system, agenda untuk memperkuat komisi dan alat kelengkapan yang lain itu
menjadi seolah-olah tidak penting dalam pembahasan MD3.
Karena itu kesimpulan terakhir kami dari Fraksi Kebangkitan Bangsa bahwa draft
RUU ini masih mohon maaf, masih perlu disempurnakan, masih ada beberapa pasal yang
menurut saya antar fraksi masih belum menyatu, yang menurut saya pemerintah belum clear
betul menyepakati sekian banyak pasal dalam RUU ini karena itu kesimpulannya RUU ini
masih perlu disempurnakan dan menurut kami tidak layak untuk disahkan di hari ini di forum
rapat paripurna ini. Karena itu kami minta kepada Pimpinan dan pimpinan pansus untuk
mencoba untuk dibicarakan ulang, dibahas ulang dipansus tidak perlu terburu-buru karena
RUU ini menjadi nyawanya parlemen dan nyawanya anggota DPR RI yang kita cintai bersama-
sama.
Terima kasih, kita masih punya waktu banyak, terima kasih Pimpinan.
KETUA RAPAT:
Baik baik ya, terima kasih Pak Malik, seterusnya Pak Mulyono, silakan.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
KETUA RAPAT:
Bismillahirahmanirahim.
Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.
Pertama tadi seperti yang disampaikan oleh Pak Benny K. Harman, kita juga
dengar dari kawan-kawan terdahulu. Masih begitu banyak permasalahan di dalam RUU ini
yang belum bisa disepakati dan belum bisa diselesaikan. Pak Dolfie juga tadi menambahkan
soal pasal 69, pasal 75, kemudian juga beberapa kawan lain juga menyampaikan beberapa
permasalahan yang juga sebetulnya belum bisa diselesaikan. Secara khusus juga Hanura
sebetulnya masih keberatan dengan kelembagaan Banggar. Bagi Hanura Kelembagaan
Banggar yang ideal adalah yang ad hoc karena kelembagaan Banggar yang permanen selama
ini menurut kami sebetulnya mereduksi kewenangan komisi yang sebetulnya diberikan oleh
mandat Undang-Undang Dasar 1945 kepada DPR untuk memberikan, untuk melakukan
pembahasan dan memberikan persetujuan terhadap RAPBN. Itu sebetulnya ada di komisi dan
58
kehadiran Banggar yang bersifat permanen, ini cenderung kemudian mereduksi peran-peran
komisi. Nah, itu juga belum selesai. Belum selesai dibahas di dalam mekanisme Pansus.
Yang kedua yang lebih penting soal lingkungan. Lingkungan, situasi kondisi
yang melingkupi pembahasan RUU ini. Kita jujur saja efek Pilpres ini begitu terasa kuat dalam
suasana pembahasan RUU ini. Celakanya Pilpres kita sekarang cuma 2 pasang calon. Jadi
polarisasinya seperti polarisasi kawan lawan, polarisasi hitam-putih. Nah, suasana ini tidak bisa
dihindarkan. Nah, pengambilan keputusan mengenai Undang-undang MD3, seperti tadi
disampaikan, ini undang-undang yang begitu penting buat kita karena undang-undang inilah
yang akan memandu, yang akan membangun suasana seperti apa yang akan tercipta nanti,
apakah itu di DPR, di MPR, di DPRD dan seterusnya di masa yang akan datang, di periode
yang akan datang.
Kalau kemudian situasi ini, polarisasi kawan-lawan, polarisasi hitam-putih ini
dipaksakan dengan proses pengambilan keputusan pada hari ini. Saya khawatir ada proses
pelembagaan suasana itu bukan cuma faksionalisasinya tetapi pelembagaan semangat dan
nafsunya. Ini yang saya khawatirkan. Secara tidak sadar kita akan mentransformasi itu
kedalam undang-undang ini. Padahal kita punya waktu yang cukup. Tidak ada argumen yang
menyatakan bahwa keputusan ini harus diambil sekarang.
Saya kira kita masih punya waktu untuk menunda proses pengambilan
keputusan ini setelah selesai Pilpres. Kenapa setelah selesai Pilpres? Setelah selesai Pilpres
inshaa Allah suasana akan jauh lebih mencair, akan ada harapan baru, akan ada ruang baru.
Kalau sekarang misalnya Hanura hanya bisa berharap dari koalisi dengan PDIP, PKB, dan
Nasdem tetapi begitu Pilpres selesai mungkin Hanura juga bisa punya harapan dari partai yang
lain, misalnya. Artinya sekat itu mencair. Sekat itu mencair. Tidak seperti sekarang.
Jadi, marilah karena kitakan juga kalau kita mau jujur, undang-undang ini juga
punya fungsi. Tadi juga sudah disinggung oleh mba Eva. Distribution power, distribusi
kekuasaan.
Barusan sebelum pada saat reses, tadi saya bicara dengan Pak Wakil Ketua
Pak Imam. Jadi sistem presidensial multi partai itu, itu dinegara mana pun selalu deadlock.
Yang bisa berjalan relatif efektif sampai dengan sekarang ini cuma Indonesia. Pertanyaannya
kenapa? Karena di Indonesia ada kompromi-kompromi yang itu terlembaga atau tidak
terlembaga. Nah, ruang-ruang kompromi inilah yang harus kita ciptakan. Kalau pengambilan
keputusan kita paksakan sekarang tidak ada ruang kompromi. Saya khawatir deadlock. Kalau
pun tidak deadlock, itu tadi. Ada proses pelembagaan, suasana, nilai yang tidak baik.
Oleh karena itu saya usulkan agar proses pengambilan keputusan ini ditunda
sampai dengan selesai Pilpres dan karena Pilpres itu nanti di masa reses, maka setelah reses
pada masa sidang berikutnya.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Baik.
Wa’alaikumsalam.
Kita baru saja menyelesaikan Pemilu Legislatif. Saya secara pribadi saya telah
mengikuti 3 kali Pemilu Legislatif. Dan dari suara-suara rakyat, dari pemberitaan media dan
dari apa yang saya alami, dan barangkali yang bapak/ibu alami juga didaerah pemilihan. Inilah
Pemilihan Legislatif dengan pola transaksional politik uang yang ditengarai berbagai pihak
paling masive dibandingkan Pemilu Legislatif sebelumnya.
Tadi sudah disampaikan oleh kawan-kawan terdahulu. Betapa pentingnya
memperkuat fungsi-fungsi DPR baik fungsi anggaran, fungsi pembuatan undang-undang,
maupun fungsi pengawasan. Dari hasil Pemilu Legislatif yang baru saja kita lewati, saya ingin
bertanya kita semua. Akankah kita membahas setengah-setengah terhadap Undang-undang
MD3? Dimana anggota DPR yang baru nanti, yang akan menjalankan fungsi wakil rakyat yang
begitu penting bagi Republik ini kedepan. Tadi sudah disampaikan berbagai muatan-muatan
penting yang seharusnya menjadi hal yang substansi dalam Undang-undang MD3 ini,
termasuk juga mengenai keberadaan BAKN, dan badan-badan lainnya yang justru harus
diperkuat. Saya jadi bertanya, ada apa ini? Kenapa pembahasan kita pada hari ini difokuskan
pada hal mengenai siapa yang berhak menjadi Pimpinan DPR kedepan? Mari kita pertanyakan
pada diri kita sendiri.
Saya punya hak bicara. Saya punya hak bicara. Saya menengarai, pertama
telah terjadi secara sistematis sebuah arus perombakkan tatacara pemilihan Pimpinan Dewan.
Bagi saya ini adalah potret buram. Saya tidak mengerti kenapa harus ada yang memutar
musik. Hanya karena saya menengarai ada ambisi menjadi Ketua Dewan. Bagi saya ini telah
mencederai demokrasi. Yang kedua, demokrasi itu menempatkan kedaulatan di tangan rakyat
bukan ditangan orang perorang maupun elit politik lainnya. Demokrasi harus menjadi
representasi suara anak negeri. Ketiga, dalam Pemilu Legislatif rakyat telah memberikan
kepercayaan pada partai politik termasuk PDI Perjuangan sebagai pemenang Pemilu. Namun,
suara rakyat ini bagi saya dipatahkan dengan manuver elit, politik pragmatis, bagi saya
terindikasi dijalankan maka ada pemfokusan pembahasan Undang-undang MD3 di Sidang
Paripurna yang terhormat ini hanya mengkhususkan pada tatacara pemilihan Pimpinan
Dewan.
Keempat, saya menengarai bahwa Pimpinan Dewan yang begitu penting
didalam khasazah DPR RI kita, saya menengarai hanya akan menjadi barang dagangan
karena ambisi kekuasaan. Kelima, atas hal-hal yang diuraikan diatas, saya punya hak bicara.
Saya punya hak bicara sama seperti anda. Atas apa-apa yang saya sampaikan diatas, atas
60
dasar suara rakyat, saya menolak MD3 untuk ditransaksionalkan. Saya meminta ditunda MD3
setelah Pilpres tanggal 10. Kita masih punya waktu untuk Paripurna bapak/ibu sekalian.
Dan yang terakhir, jangan seperti kita tidak punya empati politik. Saat ini
seluruh dunia sedang menyorot. Besok adalah moment pilpres. Dimana rakyat akan
menentukan keputusan politik. Sebagai wakil rakyat seharusnya kita berada bersama rakyat,
mengawal agar esok terjadi demokrasi yang substansial. Tidak terjadi intimidasi. Tidak terjadi
politik uang. Saya mengingatkan, tidak semua yang ada didalam Sidang Paripurna ini, esok
pada periode yang akan datang menjadi wakil rakyat. Namun, adalah dosa besar jika anda
terlibat dalam transaksional terhadap Undang-undang MD3.
Dengan seluruh rasa hormat saya, sekali lagi, saya minta pembahasan ini
ditunda. Saya minta kita kembali bersama rakyat, untuk mengawal Pilpres esok hari. Saya
mohon maaf, saya minta izin kepada Pimpinan Fraksi. Saya kembali bersama rakyat, di basis
konstituen saya. Agar mereka punya kekuatan untuk tidak diintimidasi, dan tidak terlibat politik
uang dalam pemilihan presiden besok.
Terima kasih.
Wabillahitaufiqwalhidayah.
Wassalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.
Merdeka!
KETUA RAPAT:
Saya kira kalau kita ingin membangun DPR yang lebih baik lagi, ingin
membangun DPR yang memiliki marwah di mata masyarakatnya. Saya kira kita yang bukan
anggota Pansus berilah kesempatan untuk memberikan evaluasi, memberikan catatan atas
apa yang sudah kita lakukan selama ini. Kesempatan itu tidak ada karena hari ini kami juga
dipaksa untuk mengambil keputusan atas RUU ini. Saya termasuk mungkin sama dengan Pak
Ignatius Mulyono, sama dengan Bu Eva. Saya termasuk ikut merumuskan Undang-undang
MD3 sekarang ini. Tidak hanya Tahun 2009. Tahun 2004 juga saya terlibat dalam proses
penyusunan MD3. Saya merasakan sausana kebersamaan itu sangat luar biasa. Saya dari
PKB pak. Tahun 2009 suara kami juga tidak cukup signifikan dan bahkan tidak mungkin untuk
menjadi Ketua DPR dari PKB tetapi dengan atas nama kebersamaan yang kita bangun.
Dengan atas nama kita ingin memberikan apresiasi atas kerja politik yang dilakukan oleh partai
Demokrat pada waktu itu. Kita memberikan kesempatan pemenang Pemilu diberi kesempatan
untuk menjadi Ketua DPR. Itu salah satu bentuk apresiasi kita terhadap kerja keras yang
dilakukan oleh partai politik yang pada waktu itu Fraksi Partai Demokrat.
Saya kira kebersamaan itu harusnya tidak berhenti sampai tahun 2009.
Harusnya kebersamaan itu harus tumbuh sampai sekarang. Dan saya meng-appeal kepada
semua anggota DPR yang sekarang ada di Paripurna ini. Mari kita bangun kebersamaan itu.
Kita belum terlambat untuk bisa merajut kebersamaan itu. Kami dari PKB tidak akan
diuntungkan karena PKB tidak akan mungkin menjadi Ketua DPR karena suara kami tidak
signifikan tetapi kami punya harapan, mungkin di tahun 2019 kalau kami bekerja keras maka
kesempatan itu akan kami dapat. Dan itu bisa diperoleh dengan kepastian bahwa ada
apresiasi bagi partai politik yang melakukan kerja-kerja politiknya.
Saya kira kebiasaan baik ini haruslah menjadi catatan yang perlu kita renungkan
kembali. Oleh karena itu Pak Ketua dengan berbagai catatan-catatan yang saya lihat itu belum
mampu diakomodasi bahkan kemudian disepakati di tingkat Pansus. Kemudian kita paksakan
hari ini untuk kita sahkan, saya rasa ini bulan puasa, saya kira kita punya wise untuk menunda
sampai kemudian kita berpikir. Kami yang bukan anggota Pansus ini diberi kesempatan untuk
mencermati, satu hari, dua hari mungkin, kalau perlu penutupan sidang kita tunda hari Jum’at.
Kenapa tidak? Kalau itu untuk menjadi yang terbaik untuk membangun DPR yang memiliki
wibawa dengan berbagai argumentasi misalnya, bagaimana memperkuat BAKN, bagaimana
memperkuat Badan Legislasi yang menjadi harapan karena Badan Legislasi itu adalah ruhnya
DPR sendiri.
Saya kira Pak Ketua, satu, dua hari menurut saya untuk kepentingan yang lebih
besar itu tidak ada masalah.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Wa’alaikumsalam.
Baik, rupanya masih banyak yang ingin menyampaikan. Saya putar, putaran
kedua. Saya persilakan Abdul Kadir Kading PKB. PKB lagi. Saya ulang, kalau begitu dari sudut
sini dulu, siapa? Pak Kapten Epyardi. Masih sudut kanan Pak Tri Tamtomo betul? Baik Pak Tri.
Tengah dulu boleh? Oh, baik ini ada 2, saya harus pilih antara Pak Laoly dan mantan Pak
Sekretaris Jenderal. Pak Pasek, baik, Pak Laoly, Pak Pasek, Pak Azhar, sudut kiri Pak
Laurens. Ada lagi sudut kiri? Pak Aya sahabat saya. Cukup? Pak Hanif. Cukup, siapa lagi?
Baik, nanti saya putar di putaran berikutnya karena banyak sekali yang
mengacung ini. Saya persilakan, nanti saya putar berikutnya. Jadi, Pak Capt. Epyardi, silakan.
62
Bissmillahirahmanirahim.
Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.
Pimpinan dan teman-teman anggota DPR wakil rakyat yang saya banggakan,
Pada sidang ini menurut saya inilah sidang yang sangat menentukan. Dimana
kita akan memutuskan tatakrama Pimpinan kita dan juga hal-hal lainnya di masa yang akan
datang tetapi pada prinsipnya sidang pada hari ini jangan disangkutpautkan dengan Pilpres
besok. Dan tidak ada korelasinya antara Pemilihan Pimpinan Dewan dengan Pilpres yang akan
kita laksanakan besok. Siapa pun yang menang itu adalah pilihan rakyat. Mari kita terima
dengan sebaik-baiknya. Kenapa ada 2 pilihan ini? Ini disebabkan karena adanya keinginan
kawan-kawan dalam rangka berdemokrasi. Dimana Pimpinan yang akan kita pilih itu adalah
dari dan oleh anggota. Siapa pun pimpinan kita, kalau itu hanya titipan, sudah berapa kali kita
mengalami pimpinan itu tidak diterima oleh anggota. Makanya salah satu usulan ini menurut
pemikiran kami adalah keinginan luhur supaya pimpinan itu adalah yang diterima oleh anggota
semuanya. Dan keputusannya bisa diambil dengan sebaik-baiknya. Dan juga menurut kami
usulan pimpinan itu dari dan oleh anggota ini adalah dalam rangka demokrasi. Mengakui setiap
hak yang dimiliki oleh anggota Dewan itu sendiri. Apalagi jangan disangkutpautkan dengan
transaksional karena kita ini adalah wakil rakyat yang dipilih oleh ratusan ribu rakyat. Tidak
akan mungkin kita melakukan hal-hal yang dikatakan seperti ini.
Jadi, menurut kami marilah kita berpikiran dewasa semuanya. Jangan
memaksakan kehendak kita. Mari kita berkompromi sebagaimana yang diatur oleh Tata Tertib
kita. Kalau seandainya musyawara dan mufakat tidak bisa dilaksanakan, mari kita melakukan
hal-hal yang seharusnya kita lakukan yaitu berupa voting. Apalagi pada saat puasa ini kita
umat Islam sebentar lagi akan melaksanakan berbuka puasa. Untuk itu saya minta Pimpinan,
jangan mengulur-ulur waktu sidang ini. Kalau seandainya memang musyawarah dan mufakat
kita tidak bisa kita laksanakan, mari kita lakukan voting. Itu adalah jalan yang terbaik. Usulan
saya konkrit saja Pak Pimpinan.
Terima kasih. Mudah-mudahan kawan-kawan dalam keadaan berpuasa, kita
berpikiran jernih semuanya. Semuanya itu demi DPR RI kedepan yang jernih dan bijaksana.
Terima kasih.
Wabillahitaufiqwalhidayah.
Wassalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.
KETUA RAPAT:
kita membuat suatu undang-undang tentunya kita harus arif, harus bijak, dan tidak tendensius.
Dan kita mendengar secara langsung dari apa yang disampaikan oleh teman-teman tadi Pak
Teguh Juwarno, Pak Dolfie, Mba Eva dan lain sebagainya bahwa undang-undang yang lahir
tentunya akan membawa satu manfaat untuk kita bukan hari ini tetapi seterusnya.
Nah, kalau kita lihat dari masukan-masukan yang disampaikan tadi, disitu justru
ada keganjilan, disitu justru ada kelemahan. Dan justru disitu ada kemunduran. Dan disitu kita
melihat ada nuansa kepentingan yang menonjol. Hal ini ditandai dari apa yang termakhtub dari
sekian bab dan pasal. Ada hal-hal yang dihilangkan. Padahal itu mendasar. Kemudian ada hal-
hal baru yang muncul, yang pada logikanya adalah kurang pas. Nah, oleh karena itu kami
mohon walaupun tadi dari teman ada yang bicara bahwa jangan dikaitkan dengan Pilpres yang
akan besok terjadi. Namun, kita tentu harus melihat bahwa kedepan ada tantangan yang tidak
lebih ringan, dan justru lebih berat.
Oleh karena itu kami mohon dengan hormat dan sangat kepada Pimpinan dan
rekan-rekan sekalian bahwa apa yang akan kita lakukan ini yang diberikan masukan oleh
teman-teman harus dijadikan sebagai bahan pertimbangan, perhatian dan untuk
kesempurnaan. Oleh karena itu mohon kearifan dari bapak ketua maupun rekan-rekan
sekalian. Lebih baik kita mundur selangkah untuk kesempurnaan yang lebih baik. Oleh karena
itu saran dari kami pak, mohon ini ditunda sampai dengan Pilpres selesai baru
dikumandangkan kembali.
Demikian usul saya, terima kasih.
KETUA RAPAT:
KETUA RAPAT:
Sebelumnya saya ucapakan, saya lihat disini Ketua MPR kita Mas Darto
bersama-sama beliau sebagai anggota DPR. Saya kira saya senang sekali di meja pimpinan
melihat semua hadir disini. Pak Darto monggo silakan. Monggo Pak Laoly.
Pimpinan Pansus Pak Benny saya kenal baik, Pak Fahri, Pak Azis Syamsuddin.
Saya kira orang-orang yang sangat berwibawa. Terima kasih atas kerja kerasnya tetapi
dengan segala hormat saya mau menyampaikan bahwa barangkali draft yang diajukan teman-
teman Pansus untuk kita mau putuskan pada hari ini. Ada sedikit keterburu-buruan. Ada
beberapa hal dan masih banyak beberapa soal barangkali yang harus kita pikir ulang secara
mendalam. Agar kita melahirkan sebuah Undang-undang MD3 yang lebih baik, lebih kuat.
64
Dalam rangka memberikan hasil yang terbaik bagi Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia pada
masa yang akan datang.
Saya setuju dengan mba Eva, Pak Teguh Juwarno bahwa saya kira BAKN
masih tetap perlu kita masukkan didalam. Hal ini kalau kita membaca Pasal 23 Undang-
undang Dasar 1945 ayat (2), ayat (3) tentang hasil pemeriksaan BPK diserahkan ke DPR
lembaga perwakilan dan kemudian lalu ayat (3) hasil itu dapat ditindaklanjuti oleh DPR maupun
DPD. Maka saya kira dalam rangka amanat konstitusi itu, pada waktu kita menyusun Undang-
undang MD3 yang lalu kita membentuk BAKN, dan ternyata mendapat pengakuan
internasional. Mengapa kita harus mundur? Dalam rangka penguatan fungsi lembaga
perwakilan rakyat ini. Apakah ada studi yang mengatakan bahwa BAKN ini menjadi sesuatu
momok, menjadi sesuatu yang tidak berarti bagi lembaga yang terhormat ini. Kalau ada
sebuah studi yang mengatakan bahwa memang dengan kehadiran BAKN, DPR menjadi tidak
baik maka barangkali itu boleh kita studi ulang, boleh kita bicarakan ulang tetapi kami justru
mendapat informasi lembaga ini menjadi sebuah lembaga yang kredibel dalam menindaklanjuti
hasil dari BPK. Itu yang pertama.
Jadi, oleh karenanya barangkali saya meng-appeal kepada teman-teman semua
agar kita meninjau ulang tentang kehadiran lembaga ini. Yang kedua, sama seperti mba Eva,
ibu Ida Fauziah, saya juga terlibat dalam Undang-undang Pemilihan Umum, Pilpres dan ikut
dalam diskusi debat pada waktu penyusunan MD3.
Bapak/ibu sekalian,
Pada waktu kita memutuskan konvensi yang berlaku universal bahwa speaker
of the house, Pimpinan adalah merupakan dipilih, artinya dipilih oleh partai mutuarity itu
menjadi oleh partai pemenang itu untuk menjadi ketua. Artinya adalah bahwa konvensi
universal tersebut dimana pun adalah pimpinan DPR sebagai speakers of the house diambil
dari partai pemenang. Kita bergerak maju pada waktu itu. Yang sebelumnya pimpinan dipilih,
yang sering menimbulkan dagang sapi diantara kita anggota DPR dalam pemilihan pimpinan
pada waktu itu. Sejarah ini kita tidak mau berulang. Ada dagang sapi. Kadang-kadang dari
dagang sapi, dagang apel washington maupun apel malang barangkali bisa kita lihat.
Oleh karenanya banyak waktu penyusunan MD3 saya ingat benar, bagaimana
kolegalisme, bagaimana persahabatan kita. Pada waktu itu pemilihan itu relatif sudah kita
peroleh, Demokrat sebagai pemenang hasil Pemilu pada waktu itu, masih ada desakan pada
waktu itu dari beberapa teman-teman dan fraksi supaya pimpinan dipilih tetapi Fraksi PDI
Perjuangan dengan legowo mengatakan kita menghormati pemenang. Kalau tidak barangkali
bukan Pak Marzuki Alie yang duduk disana mungkin teman kita dari Golkar. Mohon maaf saya
harus menyampaikan ini. Semalam saya harus menelepon sahabat saya itu dalam Pansus
MD3, seorang Pimpinan Petinggi dari Partai Demokrat. Saya katakan kepada beliau, saya
tidak perlu menyebut nama, Pak apakah tidak ada lagi hati nurani, apakah tidak ada
kolegalisme lagi bagi kita didalam mencoba merumuskan yang terbaik daripada kita harus
mundur ke belakang. Saya mau mengajukan argumentasi tentang mengapa? Dikatakan tadi ini
demokratis. Bukankah hasil pemilihan anggota DPR ini adalah hasil demokratis yang dipilih
oleh rakyat. Terlepas dari persoalan yang terjadi beberapa waktu yang lalu. Rakyat telah
memberikan mandat oleh suatu Pemilu. Katakan itu demokratis. Melalui mandat itulah kita
duduk disini. Dan sekarang baru kita pakai kembali konvensi universal tentang posisi pimpinan
masing-masing lembaga.
Oleh karenanya kami mengerti, disamping beberapa hal-hal BAKN, dan
beberapa hal yang dicatat oleh Sdr. Dolfie, ibu Eva, kami meng-appeal kembali kita
merumuskan, kita mendalami secara ulang. Supaya kita melahirkan MD3 yang lebih bagus.
Pada kesempatan ini kami juga meng-appeal kepada Pemerintah untuk kiranya juga tidak ikut
65
terjebak dari persoalan-persoalan internal fraksi-fraksi di DPR. Untuk kiranya dapat juga
berpikir jernih tentang bagaimana Dewan Perwakilan Rakyat ini kedepan. Dalam praktek kita
pak, saya 2 periode menjadi anggota DPR. Kendati pun pada awalnya terjadi skisme yang
sangat tajam tetapi lama-lama kita menjadi cahaya, menjadi sahabat, menjadi teman. Yang
dalam iring-iringannya bertugas untuk bangsa dan negara ini. Mengapa? Pada kesempatan ini
kita terjebak kepada kesempitan. Keinginan-keinginan sempit yang membuat kita mundur
untuk mengambil keputusan tentang soal Pimpinan DPR.
Untuk itu sekali lagi terima kasih Pak Pimpinan. Saya mohon supaya kita tunda
pembahasan ini. Dan kita sempurnakan lebih baik. Dalam rangka penguatan lembaga-lembaga
perwakilan kedepan.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Hari ini kita dalam Sidang Paripurna terhormat ini membicarakan akan
mengambil keputusan tentang Undang-undang MD3 yang mengalami perubahan.
Alhamdulillah oleh partai saya ditugaskan dalam Pansus ini, teman-teman. Dan apabila ditoleh
juga kebelakang 5 tahun yang lalu tahun 2008, sama hal dikatakan ibu Eva, Pak Mulyono,
maupun Pak Laoly, saya juga ikut di Pansus ini. Dan tentunya juga kita bicara berbagai hal
yang menjadi debatable kita. Dan hari ini banyak pandangan teman-teman, masih menilai
bahwa undang-undang ini mengalami kelemahan. Dan tadi kita telah mendengar secara
seksama tentunya laporan dari Ketua Pansus. Kita cukup mengapresiasi. Dan kita berada
didalam semalam pun juga telah mendengarkan berbagai pandangan, pendapat fraksi-fraksi
mini bersama Pemerintah. Hasil akhirnya kita melakukan Rapat Paripurna hari ini. Dan
sepengetahuan saya memang ada hal-hal yang tadi dikemukakan tetapi tidak sebanyak itu.
Yang menyangkut misalnya alat kelengkapan, umumnya kita mendapat kesepakatan dari yang
semula dalam berbentuk ad hoc baik itu yang bersifat Badan Legislasi, BURT bahkan Badan
Anggaran itu sendiri pun terakhir dominan beberapa fraksi memintakan itu adalah tetap
termasuk juga hal-hal yang lain termasuk kita dalam rangka memilih kepemimpinan Dewan ini.
Saya ingin mengemukakan pendapat disini saudara Ketua. Kalau dulu ketika
tahun 2008 itu juga kita membahas mendetail bahwasannya tentang MD3 ini kita bicara
tentang diri kita, untuk mengatur tentang diri kita. Dalam rangka kita ingin memperkuat sistem
presidensil, melakukan check and balances antara Pemerintah dengan DPR. Salah satunya
juga kita harus memperkuatkan berbagai hal-hal yang ada. Terutama bagaimana kita
meningkatkan fungsi dan peran DPR baik itu menyangkut pengawasan, menyangkut
budgeting, maupun menyangkut masalah legislasi. Tentunya inilah yang dari suasana
berkembang tentunya selama 5 tahun ini. Kita menyadari betul karena DPR ini banyak
cercaan, banyak cemoohan dari luar, kinerjanya rendah. Oleh karena itu kita perlu ada
pembaharuan lebih lanjut lagi. Dan menurut hemat kami sekarang inilah apabila kita ingin
melakukan penguatan kelembagaan itu termasuk hal-hal yang tadi telah dikemukakan didalam
kepemimpinan Dewan ini karena apabila kita bicara demokrasi, walaupun sekarang ini dalam
66
konteks pembangunan bidang politik kita, kita dalam rangka konsolidasi daripada demokrasi
tetapi kita sudah cukup menurut hemat saya selama 15 tahun ini. Kita sudah harus menuju
bagaimana aktualisasi daripada demokrasi itu benar-benar terwujud bagi kehidupan berbangsa
dan bernegara kita termasuk kita yang ada di anggota Dewan ini karena Undang-Undang
Dasar 1945 kita sudah jelas menyatakan bahwa kedaulatan itu ada di tangan rakyat.
Perwujudannya adalah melalui perwakilan dan sebagai anggota DPR.
Jadi, kedaulatan ini benar-benar kita tempatkan. Apalagi hak-hak anggota itu
dikatakan harus mendapat hak dari dan oleh anggota. Oleh karena itu dalam rangka kita
memperkuat demokratisasi dan juga dalam rangka kita memperkuat kelembagaan,
memerankan fungsi kita. Saya pikir sudah saatnya, kita juga untuk memutuskan baik itu dari
segi kepemimpinan Dewan, sudah saatnya kita untuk memilih, untuk menegakkan persoalan-
persoalan kedaulatan itu semuanya didalam ini. Walaupun dalam sejarah kita pernah mungkin
pada periode yang lalu karena undang-undang menetapkan kita melalui penetapan hasil
Pemilu yang ini tetapi ingat Dewan ini bukan wakil daripada partai Ketua. Haknya adalah ada
pada anggota. Jadi, kalau pun kita menempatkan sekarang ini ada melalui pemilihan, itu
adalah hal yang tepat. Dulu ketika 2004, saya ingat betul juga terpilihnya Pak Agung Laksono
itu melalui pemilihan. Kita menjadi pasang-surut. Memang masalah demokrasi ini perlu ada
pasang-surutnya untuk kita perkembangkan.
Untuk itu oleh karena itu kita masih berpendapat Undang-undang MD3 nomor
27 ini yang mengalami perubahan ini untuk segera kita putuskan, mengambil pendapat pada
hari ini untuk agar kita segera menjadi instrument daripada Dewan bekerja 5 tahun kedepan.
Oleh karena itu kami mengusulkan sekali lagi bahwa Pimpinan Dewan yang kita harapkan
adalah harus kita pilih dari/dan oleh anggota secara paket. Silakan paket itu nanti akan kita
remukkan bersama. Kalau memang ada berdasarkan partai pemenang, kita akan
musyawarahkan kembali.
Saya ingin mengimbau, ingin menegaskan itu Saudara Ketua dalam
kesempatan ini karena waktu untuk membuat undang-undang juga tentunya sudah dibatasi
sesuai dengan Undang-undang itu juga tidak boleh melebihi daripada 60 hari kerja. Nah, ini
MD3 saya pikir sudah sesuai dengan waktunya, sudah saatnya untuk kita putuskan. Saya
menekankan kalau tidak oleh anggota Dewan, siapa lagi. Kalau tidak sekarang kapan lagi kita
harus memutuskan.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Saya kira tadi sudah banyak masukan disampaikan oleh teman-teman dari
anggota DPR. Dari saya ada beberapa hal saja ini Pak Ketua. Yang pertama saya sangat
67
sependapat dengan penguatan daripada DPR. Namun, dari apa yang disajikan oleh Pansus
tadi, tentunya kita apresiasi apa yang telah mereka sampaikan bukan semuanya penguatan
apa yang mereka sampaikan. Yang pertama saya lihat penguatan kepada kelembagaan itu
adalah sangat kita butuhkan. Dan itulah yang dibutuhkan rakyat. Makanya kita bisa duduk
disini. Artinya penguatan ini adalah sesuatu yang mutlak harus kita lakukan tetapi tadi kalau
kita lihat bahwa terhadap pemilihan daripada Ketua DPR, saya tidak melihat ini merupakan
penguatan bagi DPR. Saya melihat ini adalah menjadi kelemahan karena ini kebersamaan kita
jadi dihilangkan disini. Bagaimana kita sebagai seorang katakanlah pemenang Pemilu di
negara-negara yang besar, yang sudah maju dan kami sudah pernah berkunjung ke luar
negeri. Itu pemenang Pemilu otomatis menjadi Ketua DPR. Saya tidak tahu, ada dibeberapa
tempat yang tidak otomatis. Jadi, kalau kita masuk ke sana, ini berarti kelembagaan kita itu
menjadi pelemahan, menurut saya. Dan ini bisa preseden kedepan karena dinamika politik
didalam negeri ini pasti berubah. Akhirnya nanti siapa yang lebih besar, inilah yang menjadi
tidak bisa berbuat sesuatu dan kebersamaan akan membuat kita menjadi lemah.
Kemudian yang kedua, walaupun dikatakan saat ini tidak ada hubungannya
dengan Pilpres tetapi rakyat juga melihat ini menjadi suatu hal yang sangat-sangat penting
kedepan. Bagaimana pun masyarakat bisa melihat, kok sekarang belum pemilihan Presiden,
ini DPR sudah memutuskan perubahan daripada MD3? Nah, apakah ini juga tidak kita sikapi
sebagai kita representasi daripada masyarakat Indonesia yang ada di anggota DPR ini
sebanyak 560 orang. Sehingga apa manfaatnya bagi rakyat kita? Kita menunjukkan suatu
pelemahan. Yang menurut saya ini pelemahan bukan menjadi penguatan. Apalagi tadi ada
beberapa hal yang telah disampaikan teman-teman terdahulu tadi dari ibu Eva tadi, dari bu
Rieke bahwa memang saat ini kita konsentrasi sajalah dulu kepada Pilpres. Kemudian tidak
kiamat dunia ini apabila ini kita mundur. Masih banyak nanti kajian-kajian akademis, kajian-
kajian yang lebih profesional. Yang membantu kita didalam menyimpulkan yang terbaik bagi
DPR ini.
Jadi, hal-hal seperti ini menurut saya kalaupun dipaksakan malam ini atau hari
ini kita harus mengambil kesimpulan, menurut saya tidak logis dan tidak profesional. Sehingga
kami dari Fraksi Partai Hanura menganggap bahwa apa yang disajikan oleh daripada Pansus
tadi tidak seluruhnya merupakan penguatan dari lembaga DPR ini bahkan ada yang
melemahkan termasuk satu point yang tadi. Sehingga mohon Pak Ketua ditunda sampai
dengan Pilpres selesai.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Interupsi Pimpinan.
Mau tanya pimpinan. Fahri Hamzah dari PKS. Mau tanya saja, ini sampai
sebelum berbuka atau setelah berbuka.
KETUA RAPAT:
Kalau dari meja Pimpinan lebih cepat lebih baik. Kami semua telah sepakat, ada
Pak Pram juga tadi. Baik, tetapi inikan masih ada banyak yang mau bicara. Kita persilakan.
68
F-PKS (REFRIZAL):
KETUA RAPAT:
Sudah tentu tidak tetapi biarkan nanti kita pimpin. Iya baik. Saya ingin persilakan
selanjutnya Pak Hanif Dhakiri. Pak Hanif silakan.
Pimpinan sidang yang saya hormati, dan anggota DPR yang saya hormati,
Beberapa hal saya ingin sampaikan dalam kesempatan ini. Pertama tentu
penghargaan kami kepada teman-teman yang bekerja di Panitia Khusus soal MD3 ini yang
sudah bekerja keras. Namun demikian karena masalah MD3 ini menyangkut soal eksistensi
dari DPR dan lembaga-lembaga perwakilan yang lain diberbagai tingkatan yang sangat
penting. Sehingga memang semua anggota harus diberikan hak dan kesempatan untuk
mengkaji terlebih dahulu, untuk mempelajari terlebih dahulu, sampai kemudian mereka ini
terlibat didalam proses pengambilan keputusan mengenai MD3 ini.
Saya yakin bahwa tidak semua yang ada di ruangan ini, misalnya sudah
membaca pasal per pasal dari seluruh draft yang sudah dihasilkan oleh Pansus. Sehingga
sebenarnya kalau misalnya ini langsung diambil keputusan begitu saja secara teknis juga
masih menyimpan masalah. Itu yang pertama.
Yang kedua, dari segi tujuan besar revisi Undang-undang MD3 ini yang tidak
lain adalah untuk memperkuat institusi DPR terutama. Institusi DPR ini biar bisa menjadi
sebuah institusi yang benar-benar otonom baik otonom secara politik, otonom secara
administratif, dan juga otonom secara keuangan, secara finansial. Nah, isu-isu mengenai soal
ini saya kira juga harus dikaji betul dan itu juga semakin banyak anggota yang terlibat saya kira
akan semakin baik. Walaupun itu merupakan tanggung jawab Pansus.
Nah, oleh karena itu penting buat seluruh anggota ini sekali lagi diberi
kesempatan untuk mempelajari RUU ini secara lebih baik. Terkhusus lagi kemudian masih ada
banyak persoalan, masih banyak isu yang juga belum tuntas di Pansus. Sehingga kami melihat
ini memang secara keseluruhan kerja penyiapan draft dari RUU MD3 dari Pansus ini, ini praktis
boleh dibilang belum tuntas, belum selesai. Tadi sahabat saya, sahabat Malik Haramain sudah
menyampaikan, ada sejumlah isu yang bahkan didalam Pansus sendiri juga belum clear, soal
eksistensi kelembagaan Banggar misalnya, eksistensi kelembaan Baleg, eksistensi alat-alat
kelengkapan Dewan yang lain. Yang ini ada yang mau ad hoc, ada yang mau tetap dan segala
macam. Ini membutuhkan pembahasan lebih lanjut di Panitia Khusus.
Terus kemudian menyangkut dengan isu soal Pimpinan DPR. Soal mekanisme
pemilihan Pimpinan DPR. Ini menurut saya, pertama dari segi waktu sebenarnya kita ini relatif
masih punya banyak waktu. Sehingga tidak ada sedikit pun alasan bagi kita untuk merasa
terburu-buru. Untuk segera memutuskan soal ini karena kalau menurut tradisi yang sudah
berlangsung. Justru Undang-undang MD3 ini dibahas setelah Pilpres tetapi kalaupun misalnya
menunggu selesai Pilpres itu dianggap lama, misalnya, itu kita masih punya satu kali masa
69
sidang. Yang nantinya juga bisa dipakai sebagai masa untuk menuntask RUU ini. Jadi, secara
dari segi waktu sebenarnya juga tidak terlalu persoalan. Yang artinya tidak harus sekarang.
Terus kemudian dari segi substansi. Kita melihat bahwa sebenarnya argumen
terbesar yang terkait dengan proses demokrasi melalui pemilihan umum itu adalah kedaulatan
rakyat bukan soal kedaulatan anggota. Inikan kalau mungkin argumen yang dipakai bahwa
Pimpinan DPR itu sebaiknya dipilih, misalnya salah satu alternatif yang muncul itu, itu dengan
argumen utamanya adalah soal kedaulatan anggota. Cuma pertanyaannya, kalau memang
betul kita mau menegakkan kedaulatan anggota, punyakah kita ini keberanian misalnya untuk
membubarkan seluruh fraksi di DPR? Karena Fraksi hakekatnya adalah pelembagaan politik.
Pelembagaan anggota-anggota yang terpilih, yang kemudian dilembagakan didalam tubuh
yang bernama fraksi. Jadi ini artinya bahwa gagasan mengenai mengedepankan kedaulatan
anggota sendiri sebenarnya ini bisa bertentangan dengan eksistensi partai, eksistensi fraksi.
Jadi kecuali kalau misalnya sidang yang terhormat ini bersepakat bahwa ini anggota,
semuanya harus serba anggota, maka pelembagaan politik yang bernama fraksi harus
ditiadakan misalnya, nah itu mungkin baru secara logika menjadi lebih nyambung.
Alasan yang kedua, mohon ijin Saya selesaikan dulu, Ketua. Yang kedua,
terkait dengan soal substansi mengenai pimpinan ini, kita juga perlu bukan hanya sekedar
mengatur. Aturan itu kan penting agar ada kepastian, ya kan? Buat apa kita membuat aturan,
tapi mungkin hasilnya masih tidak pasti. Nah sebenarnya mekanisme yang sudah ada, di
dalam Undang-undang MD3 sebelumnya dimana partai pemenang Pemilu itu secara otomatis
dia yang akan tampil menjadi pimpinan, itu memberikan kepastian politik, kepada partai-partai,
yang ini juga sekaligus bisa dimaknai sebagai reward politik, ya kan, yang dilembagakan
melalui mekanisme undang-undang sehingga ketika ini diambil kembali melalui gagasan
misalnya untuk memvoting atau mekanisme pemilihan pimpinan itu melalui voting, maka
kemudian kepastian politik itu menjadi hilang. Nah ketika kepastian politik menjadi hilang, Saya
juga tidak bisa membayangkan bagaimana kalau misalnya nanti di alat kelengkapan Dewan,
pimpinan di alat kelengkapan Dewan, ini juga bisa berlaku hal yang sama. Nah kalau misalnya
sama-sama dipilih juga, ini pasti tingkat instabilitasnya akan menjadi jauh lebih tinggi,
disamping juga itu akan membuka ruang kecurigaan dari publik bahwa DPR ini akan semakin
dekat dengan apa yang disebut sebagai area transaksional. Ini kan satu problem, karena hari
ini harus kita akui kita ini ada problem menyangkut soal kredibilitas kita secara kelembagaan,
sehingga inipun kita harus arahkan untuk memastikan kelembagaan DPR ke depan ini makin
profesional dan juga makin kredibel. Nah oleh karena itu, usul kami, bahwa sebaiknya undang-
undang ini dikembalikan. RUU ini dikembalikan saja kepada Pansus untuk dituntaskan terlebih
dahulu, tinggal kita hitung lagi nanti kebutuhan waktu pembahasannya berapa lama. Kalau
ideal sih habis Pilpres, tapi kalau misalnya itu dianggap terlalu lama kita bisa rembug lagi soal
waktunya. Tapi Saya melihat, masih banyak persoalan-persoalan penting dalam RUU ini yang
belum clear dan belum mendapatkan kesepakatan dari keseluruhan anggota.
Demikian dari kami, terima kasih.
KETUA RAPAT:
KETUA RAPAT:
Baik.
Saudara sekalian,
Tadi sudah kita dengar 2 putaran, ada 18 orang sudah berbicara. Apakah kita
sudah bisa langsungkan untuk kita ambilkan keputusan?
KETUA RAPAT:
Sebentar, sebentar, Saya mau tanya dulu, apakah sudah saatnya kita ambil
keputusan atau masih kita buka?
71
Tunggu dulu, Pimpinan, tadi sudah daftar, Pimpinan, dan sudah disebut tadi
A-528.
KETUA RAPAT:
KETUA RAPAT:
KETUA RAPAT:
Pak Hariyanto.
Tolong Pimpinannya diganti saja coba yang memimpin, kalau tidak bisa
mendengar suara Saya.
KETUA RAPAT:
KETUA RAPAT:
Pak Pasek, oh mestinya sudah ada tadi, baik, Pak Pasek. Begini, karena Pak
Pasek tadi tertinggal, nanti kita berikan kesempatan pertama Pak Pasek. Baik.
Baik, sudah terdaftar 9 orang, Saya persilakan sekarang Pak Gede Pasek.
Saya persilakan. Ini penghormatan untuk Pak Pasek karena duluan ya.
Silakan. Saya persilakan Pak Pasek.
Tadi sudah cukup banyak pendapat disampaikan. Namun karena ini RUU baru
Saya terima tadi, Saya baca beberapa hal yang cukup prinsip sebenarnya untuk dikaji
bersama.
Pertama soal hilangnya BAKN. Tadi sudah dibahas. Saya setuju BAKN itu
tetap ada, kenapa? Karena tadi sudah diberikan contoh bahwa ini adalah lembaga baru
produk DPR sekarang, yang memiliki kontribusi untuk eksistensi DPR itu sendiri. Kok ini
kemudian hilang. Dan tidak ada penjelasan alasan norma, kenapa ini hilang, tidak dijelaskan
juga oleh ketua Pansus.
Yang kedua, di sisi yang lain, ketika Banggar sempat dimasalahkan dan
hampir hilang dan kemudian muncul, ini semacam ada anomali jadinya di dalam badan ini.
Yang satu menambah integritas DPR justru hilang, yang Banggar yang sering menjadi sorotan,
justru yang dulunya minta hilang jadi datang lagi. Nah ini sepertinya perlu diperdalam lebih
jauh.
Yang kedua, kami juga mengucapkan terima kasih karena di Undang-undang
MD3 ini sudah cukup mengakomodir keputusan MK khususnya soal DPD. Namun yang perlu
kita pahami bersama bahwa semua lembaga-lembaga negara sebetulnya itu berdiri di dalam
undang-undang yang berdiri sendiri, kecuali MPR, DPR dan DPD yang disebut dalam
konstitusi. Sementara kalau dia BPK, KY, MA dan sebagainya, dia berdiri dalam undang-
undang sendiri, dengan norma sendiri. Nah sekarang bagaimana konsekuensinya ketika MPR,
DPR dan DPD termasuk DPRD di dalam satu kesatuan undang-undang? Maka dia harus
terbangun di dalam prinsip yang sama. Kita ambil contoh, tadi mungkin ada yang sudah
menyampaikan, perlu dibangun budaya-budaya yang sama dalam desain undang-undang ini,
demokrasinya yang dibangun pun harus sama. Kalau dia menekankan kolektif kolegial,
musyawarah mufakat sebagai sokoguru norma yang utama, maka it harus dikedepankan. Nah
disini kemudian Saya melihat, antara Pasal 84 yang ditawarkan, Pasal 327 dan Pasal 376 yang
sebenarnya itu mengatur soal DPR, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten, ini ada semacam
konteks norma disitu. Jadi kita tidak konsisten di dalam pilihan-pilihan norma yang ada. Ketika
di DPR RI, dicoba ada norma baru masuk didalamya. Yaitu dengan sistem pemilihan.
Sementara di norma yang di DPRD provinsi dan DPRD kabupaten, dia dipertahankan dengan
langsung memberikan reward kepada perolehan suara kursi yang terbanyak di DPRD tersebut.
Padahal ini dalam satu desain undang-undang, di dalam suatu posisi dimana norma itu harus
seharmonis mungkin, seirama mungkin. Jadi Saya kira ini ada konsekuensi yang agak berat,
73
apabila di DPR RI dipaksakan dengan suara terbanyak, sementara di DPRD yang prosesnya
sebenarnya juga sama dengan anggota DPR ini, diperlakukan dengan mekanisme yang
berbeda didalam satu undang-undang. Karena itu ini belum ada satu kesatuan norma.
Padahal undang-undang yang baik itu harus menghindari dua hal, yaitu adanya konflik norma
maupun adanya kekosongan norma. Karena itu karena ini sudah ada konflik norma
didalamnya, maka ini memang perlu diperdalam dulu, yang mana yang mau kita pilih. Kalau
memang mekanisme suara terbanyak mau dipilih, maka itu diperlakukan juga di DPRD provinsi
dan kabupaten/kota. Tetapi kalau misalnya DPRD provinsi dan kabupaten/kota dipertahankan,
kenapa yang di DPR RI harus diubah? Ini kan menjadi pertanyaan yang tidak baik ketika
dipandang nanti bahwa undang-undang ini sebenarnya dibuat, didesain hanya untuk sebuah
kepentingan yang pragmatis, bukan untuk kepentingan pembangunan hukum sendiri yang
secara fundamental, untuk memperkuat institusi DPR, DPRD, DPD maupun MPR.
Jadi dalam posisi itu Pimpinan, Saya kira perlu kita kaji lebih dalam dulu,
apakah dibiarkan desain undang-undangnya seperti ini? Karena ini sudah menyebabkan
konflik norma ketika dia akan kita lahirkan. Ini kan menjadi masalah yang serius. Lembaga
legislatif, pembuat undang-undang, membuat undang-undang untuk dirinya cacat sejak dia
lahir.
Karena itu kami usulkan, kalau memang kita ingin mempertahankan sebuah
mekanisme hukum yang baik, norma-norma yang sudah bagus, nilai-nilai yang sudah bagus,
yang memperkuat demokrasi Pancasila, itu mestinya harus dirawat dan diperkuat. Jangan
kemudian sebagian dipilah, kemudian dipenggal sedikit, kemudian dia dipragmatiskan,
sementara yang lain dipertahankan tanpa ada alasan yang lebih rasional dalam posisi ini.
Karena itu kami mengusulkan, karena masih banyak masalah dalam undang-undang ini, RUU
ini, dan kami juga baru mendapatkan beberapa waktu yang lalu, beberapa jam saja, mungkin
perlu waktu untuk kita kaji bersama. Mengapa ini perlu? Pertama, karena undang-undang ini
nanti akan mengikat mereka yang akan duduk di DPR, mereka yang akan duduk di DPD dan di
DPRD, periode mendatang. Bukan kita, yang ada disini. Tetapi yang akan terpilih di periode
yang akan datang. Karena itu harus dibuat mekanisme yang lebih bagus, dan tentu lebih bagus
dari periode yang lalu, termasuk juga nilai-nilai kebersamaan di dalamnya.
Saya kira itu Pimpinan, sehingga soal konflik norma ini menjadi hal yang
prinsip. Kalau memang Pasal 84 itu mau divoting, maka bagaimana nasib Pasal 327 dan 376?
Ini kan menjadi satu kesatuan di dalam konteks itu.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Terima kasih.
Pak Rahadi Zakaria.
KETUA RAPAT:
Sebelahnya Pak Rahadi ini, wajah baru rupanya ini ya? Pak Bitor Suryadi,
silakan.
74
Saya kira Saya tidak akan mengulangi seperti apa yang dikatakan oleh
anggota-anggota yang lain, Saya ingin masuk ke wilayah teknis.
Jadi secara sekilas ketika Saya membaca draft RUU ini, ada beberapa hal,
ada beberapa pasal yang tentunya ini bisa menimbulkan kerancuan pemahaman, dan bisa
membuka konotasi-konotasi yang sifatnya berlebihan dan menimbulkan persoalan-persoalan di
kemudian hari. Tentunya undang-undang yang baik adalah undang-undang yang memiliki
kekuatan denotatif, tidak konotatif yang menimbulkan kerancuan-kerancuan yang bisa
menimbulkan berbagai persoalan. Sebagai contoh, di Pasal 4, disitu dikatakan, Komisi dalam
melaksanakan tugas dan sebagainya, disini hanya menekankan dengan pihak pemerintah,
kemudian berkonsultasi dengan DPD. Bagaimana dengan lembaga-lembaga yang lainnya?
Tidak terbuka di pasal ini. Misalnya konsultasi dengan Mahkamah Agung, konsultasi dengan
lembaga-lembaga lainnya, tidak dibuka di pasal ini dan ini Saya tidak menemukan, dimana
wilayah atau bentuk konsultasi DPR dengan lembaga-lembaga negara lainnya. Tidak ada. Ini
tentunya persoalan yang tentunya nanti kalau ini diundangkan, bisa menghambat, DPR tidak
bisa melakukan konsultasi dengan lembaga-lembaga negara. Kemudian Saya melihat di pasal
yang lain, Badan Usaha Rumah Tangga. Ini juga lebih rancu lagi. Berbicara di Badan Urusan
Rumah Tangga, ada disampaikan alternatif, tetapi disitu berbicara bukan BURT tetapi adalah
komisional. Tentunya ini harus dicermati dulu, supaya ini juga harus disinkronkan agar tidak
menimbulkan kesalahpahaman dikemudian hari.
Kemudian Bapak dan Ibu sekalian, Saya juga melihat di Bab VII tentang
sistem pendukung. Disini disebutkan bahwa ada badan keahlian DPR yang tentunya ini
sebagai suatu pendukung dibentuk dengan Peraturan Presiden. Ini Badan Keahlian DPR. Nah
bagaimana dengan Badan Keahlian MPR? Apakah ini tidak dimasukkan di, apakah tidak
sebaiknya dimasukkan di Pasal 413? Artinya ada DPR, tentu ada MPR disini, ada DPD.
Nampaknya tidak adil kalau hanya DPR yang diberi badan keahlian, tapi di MPR tidak
diberikan semacam satu badan keahlian. Yang tentunya tugas MPR sangat berat, seperti
sekarang ini sedang melakukan kajian tata negara. Jadi ini adalah, Saya sampaikan di forum
ini supaya ini menjadi perhatian bagi semua pihak.
Kemudian masih di sistem pendukung. Tentang rekruitment kesekjenan. Kita
tahu bahwa kita sudah memiliki Undang-undang Aparatur Sipil Negara. Di Aparatur Sipil
Negara diatur, ketika pegawai negeri sipil ingin diangkat atau mendapatkan promosi, ini harus
melalui jalur Komisi Aparatur Sipil Negara. Ini tidak melalui jalur itu. Tentunya ini sangat
kontradiksi dengan Undang-undang Aparatur Sipil Negara. Ini juga Saya kira harus menjadikan
catatan dan perhatian, Saya kira kalau ada pendalaman lebih dalam lagi agar hal ini tidak
menimbulkan persoalan nanti, ketika undang-undang ini dilaksanakan.
Kemudian agar tidak terjadi kontradiksi yuridis lagi, disini dikatakan bahwa
pegawai Sekje itu, apakah Sekjen DPR, MPR, Badan Keahlian DPR serta Sekretariat Jenderal
DPD terdiri atas pegawai negeri sipil dan pegawai tidak tetap. Dan Saya kira ini tidak sinkron
dengan Undang-undang Aparatur Sipil Negara. Di Undang-undang Aparatur Sipil Negara
sudah tidak ada istilah pegawai tidak tetap. Yang ada adalah pegawai pemerintah dengan
perjanjian kontrak. Agar ini sinkron dengan Undang-undang ASN, dengan undang-undang
yang lain. Saya kira masih perlu ada perbaikan-perbaikan. Ini yang Saya temukan dalam
sekilas. Cukup banyak sebetulnya kalau kita mau berbicara, tetapi mengingat waktu dan Saya
tidak akan mengulang-ulang lagi, tetapi temuan-temuan ini nampaknya masih harus perlu
diharmonisasi, meski masuk Tim Perumus. Saya tidak tahu, apakah ini sudah masuk Tim
Perumus atau sudah masuk Tim Sinkronisasi, dan Saya melihat juga bahasanya masih banyak
yang tunggang-langgang, apakah melilbatkan ahli bahasa atau tidak, Saya tidak tahu. Saya
kira sebelum undang-undang ini diketok, Saya kira sekali lagi perlu ada pendalaman, perlu ada
75
sinkronisasi dengan undang-undang yang lain, tidak terjadi kontradiksi yuridis. Kalau ini terjadi,
nanti ada persoalan di kemudian hari. Saya kira Saya mohon maaf sebesar-besarnya, tanpa
mengurangi rasa hormat kepada Pansus dan anggota Pansus, karena masih banyak hal yang
belum memiliki kekuatan yang denotatif, tapi malah konotatif dan penuh kerancuan, Saya
mohon kepada forum rapat pada hari ini, sebaiknya Rancangan undang-undang ini untuk
ditelaah kembali dan untuk lebih disempurnakan kembali, baru nanti kita tentukan kapan di
Paripurnakan untuk diambil keputusan.
Sekian, Terima kasih.
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabakaratuh.
KETUA RAPAT:
Wa’alaikumsalam.
Saya kira kita sudah empat tahun lebih bersama-sama di tempat ini, dan kita
sudah mengetahui semua aturan-aturan yang sudah kita sepakati bersama. Kita harus
menghormati MD3, menghormati Tatib kita. Dalam Pansus itu jelas sekali, dan hierarki dalam
pembuatan undang-undang itu semua sudah tahu. Dalam Pansus itu, semua ada perwakilan
dari fraksi-fraksi. Termasuk juga setelah dibuat Pansus, ada namanya Timus. Di Timus juga
ada itu perwakilan fraksi-fraksi, dan ini secara teknis sudah dibicarakan semua, Pimpinan.
Kalau sekarang lagi kita baru memperdebatkan, Saya kira ini tidak pantas disini kita
perdebatkan masalah itu. Tahap pertama itu, kesempatan. Semua fraksi diberikan kesempatan
untuk berbicara, menyangkut kepentingan fraksi dan kepentingan-kepentingan lain
didalamnya. Sekarang ini kita mengambil keputusan, kalau apa yang sudah disampaikan
Pimpinan Pansus tadi bahwa Pansus tidak bisa menyelesaikan ada beberapa hal. Saya kira
beberapa hal inilah yang dimusyawarahkan disini dan mengambil keputusan, itu yang pertama.
Yang kedua Pimpinan, tadi kalau kita bicara masalah waktu, Saya kira teman-
teman DPRD kabupaten/kota itu bulan Agustus sudah akan dilantik. Kalau sekarang ini kita
tidak putuskan pada hari ini, kita reses itu sampai Agustus tanggal 16. Apakah setelah itu kita
bisa menyelesaikan? Sementara Undang-undang MD3 ini dibutuhkan didaerah. Saya kira ini
harus menjadi perhatian buat kita semua.
Yang ketiga, Pimpinan, memang di dalam pembahasan Pansus itu yang jadi
masalah sebenarnya cuma satu, yaitu Pasal 84 ini. Tetapi di dalam Pasal 84 itu tidak bisa
diselesaikan di dalam Pansus, sehingga Pansus menyerahkan kepada Paripurna disini.
Disinilah kesempatan kita, ada 3 alternatif. Jadi sangat demokrasi Saya kira pada hari ini kita
lakukan. Tiga alternatif inilah yang kita pilih bersama, yang kita bicarakan bersama disini,
apakah alternatif pertama, alternatif kedua atau alternatif ketiga. Dan inilah kesempatan,
76
Pimpinan, tidak usah lagi bertele-tele, tidak usah berlama-lama, kita tetapkan hari ini. Apakah
musyawarah bisa kita lakukan? Kalau tidak, kita voting.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
F... (...):
Pimpinan, Saya kira sudah benar Pak Priyo, ini permasalahan yang penting,
strategis.
KETUA RAPAT:
Pimpinan,
Bapak-Ibu anggota Dewan yang Saya hormati,
Dari unsur Pemerintah yang Saya hormati,
anggota Dewan dan kemudian dikuatkan di komisi masing-masing. Lalu kemudian BURT,
seorang anggota Dewan, tidak lagi memikirkan masalah belanja. Akan tetapi seorang anggota
Dewan yang masuk ke Senayan ini, membawa ide dan gagasan bagaimana untuk
memperbaiki kondisi bangsa saat ini. Orientasinya bukan orientasi mencari duit. Tapi
orientasinya bagaimana membawa ide dan gagasan pemikiran-pemikiran yang cerdas, untuk
membangun bangsa ini ke depan. Jadi kita tidak mengurusi lagi urusan masalah pembiayaan,
pembangunan, apa perbaikan toilet misalnya, bukan itu kerja anggota Dewan. Makanya BURT
ketika itu kita drop, dan lalu kemudian kita masukkan di Kesekjenan untuk melakukan
pembiayan tentang supporting system dalam hal penguatan anggota Dewan dalam hal
melaksanakan Tupoksinya. Lalu kemudian Badan Legislasi. Kita menginginkan sebenarnya
ada semacam law center, lalu dalam law center itu ada satu pusat kajian yang terdiri dari
berbagai macam pakar. Tidak seperti saat ini, banyak produk undang-undang yang ada di
Badan Legislasi, yang masuk dalam Prolegnas, tumpang-tindih, sehingga politik hukum kita
tidak jelas kemana arahnya. Itulah yang kita melihat bahwa Badan Legislasipun kita
kualifikasikan bersifat adhoc, dan ini disepakati hampir semua fraksi termasuk Pemerintah. Itu
di arsip Panja tanggal 21 Juni 2014, disahkan. Ada catatannya, dan itu ditandatangani semua.
Bahwa kemudian ada fraksi berbalik arah tadi malam, itu lain soal. Tapi itu ide dan gagasan
awal dari anggota Pansus pada saat merumuskan Undang-undang MD3 ini.
Lalu kemudian point berikutnya adalah penguatan sistem pendukung, dalam
hal ini kesekjenan. Karena kita juga melihat, ya Pak, Saya harus buka ini. Saya harus buka ini,
supaya semua anggota paham bagaimana tentang pembahasan Undang-undang MD3 ini.
Tentang Kesekjenan, Saya langsungkan point berikutnya tentang
F ... (....):
F ... (...):
F ... (...):
Lanjut, lanjut.
F ... (...):
F ... (...):
F ... (...):
KETUA RAPAT:
F ... (...):
Saya minta menghargai hak konstitusional anggota, karena itu sudah dijamin.
KETUA RAPAT:
Itu adalah ide awal, ide dasar dan gagasan kita di awalnya.
Nah tentang hal-hal yang tidak disepakati, atau rumusan-rumusan yang belum
mendapatkan kesepakatan ditingkat Panja, antara anggota dengan Pemerintah, tidak hanya
sebatas pada Pasal 84 tentang pimpinan. Ada beberapa point, termasuk apakah bentuk
rancangan undang-undang ini itu masuk dalam kualifikasi Rancangan Undang-undang
Perubahan ataukah Rancangan Undang-undang Penggantian. Dan itu kesepakatannya dibawa
masuk dalam sidang Paripurna untuk diambil keputusan. Itu pointnya.
Saya kira Ketua Pansus tadi tidak menjelaskan secara utuh apa yang terjadi
dan rumusan-rumusan pasal mana yang sebenarnya yang harus mendapatkan persetujuan
ditingkat Pansus ini. Itu point 1. Lalu kemudian point berikutnya tentang Badan Anggaran, alat
kelengkapan Dewan. Badan Anggaran masih ada 2 fraksi yang tidak setuju tentang Badan
Anggaran bersifat tetap, yaitu F-HANURA dan F-PKB. Itupun disepakati akan diambil
keputusan dalam Sidang Paripurna.
Lalu kemudian point berikutnya adalah menyangkut masalah BURT. Pasal,
ada beberapa hal yang tidak disepakati antar pihak anggota, antarfraksi dan kemudian antar
pihak Pemerintah, itu dibawa masuk ke sidang Paripurna untuk diambil keputusan.
Lalu kemudian juga point berikutnya tentang fungsi anggota Dewan. Di Pasal
70 ayat (2) disitu ada diplomasi internasional. Disamping ketiga fungsi menyangkut fungsi
legislasi, anggaran dan pengawasan, dan lalu kemudian di ayat (2)nya, ketiga fungsi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dijalankan dalam kerangka representasi rakyat dan
diplomasi internasional. Ada kaitannya dalam hal hak anggota Dewan untuk mendapatkan
pasport diplomatik. Itupun belum mendapat persetujuan dan itu akan diambil dalam sidang
Paripurna ini. Jadi tidaklah hanya sebatas pada Pasal 84.
Untuk itu Pimpinan, Saya memang melihat bahwa pembahasan Rancangan
Undang-undang MD3 ini ada suatu keinginan yang begitu kuat, memaksakan untuk segera
diambil keputusan sebelum, kita tidak bisa menafikkan atau mengesampingkan bahwa ini sarat
dengan kepentingan politik, kita harus jujur dengan itu. Nah makanya dalam forum
pembahasan Pansus kemarin, bahwa Rancangan Undang-undang MD3 ini dibahas sebelum
ada hasil pemilu legislatif. Itu sungguh sangat elegan. Artinya, ketika sudah ada hasil pemilu
legislatif, semua sudah memiliki kepentingan, sarat dengan kepentingan-kepentingan politik.
Nah untuk itu Pimpinan, Bapak-Ibu anggota Dewan yang Saya hormati, bahwa
masih cukup banyak pasal-pasal dalam Rancangan Undang-undang MD3 ini yang harus
mendapatkan perhatian bagi kita semua dalam rangka untuk penguatan kelembagaan dan
penguatan anggota Dewan ke depan. Jadi tidak hanya semata-mata untuk merebut pimpinan,
sebagai ketua DPR, tapi bagaimana melihat permasalahan-permasalahan yang ada di institusi
ini lalu kemudian kita bersama-sama untuk memperbaiki hal itu.
Terima kasih Pimpinan.
KETUA RAPAT:
Wa’alaikumsalam.
KETUA RAPAT:
Baik, terima kasih Pak Kahar Muzakir, usul yang sangat simpatik dan kami
mendengarkan semua.
Selanjutnya Pak Yoseph Umar Hadi.
F ... (...):
F ... (...):
Terima kasih.
pada suatu kata sepakat untuk dibahas ditingkat Paripurna ini. Sehingga kita menemukan atau
menemui sebuah proses pembahasan yang belum matang, yang masih mentah, yang masih
banyak memerlukan suatu perhatian, pendalaman dan penjabaran. Ini yang terjadi. Maka
muncullah kondisi seperti ini. Nah ini yang Saya kira jangan terjadi lagi kembali di masa-masa
yang akan datang. Jadi harus sudah matang. Buktinya apa? Masih banyak alternatif-alternatif
sampai 3 alternatif yang kita semua sebagai anggota Pansus tentu memerlukan pendalaman
dan sebagainya, itu yang pertama.
Kemudian yang kedua Pimpinan, dari sisi substansi,dari sisi isi undang-
undang itu sendiri, kita melihat banyak sekali tadi kawan-kawan melihat, masih memerlukan
perbaikan-perbaikan dan pendalaman. Sehingga ada kesan bahwa revisi ini dilaksanakan
secara tergesa-gesa, secara memenuhi target dan ada kesan ketidakbijakan, tidak ada wisdom
di dalam hal ini. Itu yang kedua.
Yang ketiga Pak Ketua, Saya ingin yang terpenting, adalah bahwa di dalam
pembahasan ini substansi-substansi yang muncul terutama yang menyangkut masalah
penentuan pimpinan alat kelengkapan Dewan termasuk Pimpinan Dewan dan seluruh alat
kelengkapan, komisi, badan, Mahkamah Kehormatan dan sebagainya, yang dimana Saya
melihat dan mencermati bahwa adanya suatu sikap dimana kita mencerminkan sebuah politik
yang tidak beretika. Ini yang Saya sangat prihatin kepada masyarakat, tinggal dua bulan lagi,
ditanyakan lagi kepada rakyat. Kita masih ada yang menjadi anggota Dewan, ada yang sudah
kembali kepada rakyat. Kita tidak ingin menunjukkan suatu pendidikan politik yang tidak
memiliki sikap etika politik yang betul-betul memiliki jiwa kenegarawanan, jiwa ksatria, jiwa
besar maupun juga, karena apa? Karena tata cara pemilihan pimpinan ini menunjukkan
sebuah proses atau sendi-sendi yang tidak berdasarkan asas Pancasila, yang
mengedepankan musyawarah mufakat, yang mengedepankan kegotongroyongan, yang
mengedepankan kebersamaan, tapi lebih mengedepankan liberalisasi, liberalisme, diktator
mayoritas dan tirani mayoritas yang terjadi disini. Maka Saya tidak setuju dengan alternatif-
alternatif maupun tata cara pemilihan badan, pimpinan alat kelengkapan Dewan ini.
Inilah 3 hal yang Saya sangat prihatin, Saya sedih, masyarakat itu
menyaksikan apa yang kita bahas saat ini. Mari kita bersama-sama mengakhiri masa kerja
anggota Dewan 2009-2014 dengan sebuah pendidikan politik yang betul-betul dapat
memberikan contoh pada generasi muda kita. Tidak sekedar politikking, kita ingin
menunjukkan jiwa kenegarawanan, menunjukkan jiwa ksatria dan sebagainya, untuk
membangun sistem politik yang beradab, sistem politik yang beretika. Maka inilah yang
mendorong Saya untuk memohon kepada Pimpinan, tolonglah ini ditunda terlebih dahulu. Mari
kita bersama-sama berpikir jernih, dengan hati nurani.
Terima kasih.
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabakaratuh.
KETUA RAPAT:
KETUA RAPAT:
KETUA RAPAT:
Menjelang mendekati Magrib, Pimpinan, kita dari pagi sampai dengan hampir
Magrib, melakukan rapat-rapat yang tidak dan belum ada ujungnya. Maka dari itu Pimpinan,
menurut Saya, bekerja di dalam bulan puasa ini ada batasan-batasan. Pimpinan tidak
memberikan waktu kita untuk sholat, seharusnya tadi Sholat Ashar diberikan. Maka dari itu ini
sudah hampir Magrib, Pimpinan, Pimpinan seharusnya sudah menyatakan kepada fraksi-
83
fraksi, terkait dengan apa yang dilakukan oleh teman-teman di dalam membahas Undang-
undang MD3 ini. Dan ini tadi disampaikan Saya mendukung apa yang disampaikan oleh Pak
Kahar Muzakar bahwa
KETUA RAPAT:
Maklum, dari pagi sampai saat ini belum makan karena puasa, Pimpinan.
Jadi Pimpinan, tanyakan kepada fraksi-fraksi, sehingga apa yang kita rapatkan
hari ini ada suatu keputusan yang jelas, kasihan teman-teman yang ada didaerah. Teman-
teman kita yang anggota DPRD dari tingkat Kabupaten sampai dengan tingkat provinsi
menunggu hasil keputusan ini. Bayangkan Pak Pimpinan apakah Pak Pimpinan tidak
kedinginan sore hari ini, dari tadi? kalau pak Priyo sih enak saja berbicara karena keluar
keringat yang lain sudah kedingan semua pimpinan. Dan juga banyak sekali yang kedinginan
bahkan teman saya biasa berbicara ngeri-ngeri sedap hari sudah kedinginan pimpinan.
Kasihan kawan-kawan ini, saya ingin membacakan sedikit ada peribahasa, selembut apapun
angin, dan sesepoi apapun angin tentu dia terus membawa debu, sebaik apapun manusia,
tentulah pernah keliru. Tak ada putih yang tak pernah ternoda, lupa lagi pimpinan. Inilah
ujungnya supaya kita ketawa pimpinan sebab dari tadi serius terus, ada yang sudah
kedinginan ada yang sudah ketakutan, maka dari itu saya ingin menyampaikan kepada
pimpinan ini sudah pukul 17.00 kita sebentar lagi akan berbuka puasa maka dari itu kalau ingin
diskors, skors sekarang kalau tidak sekarang kita voting saja terima kasih pimpinan.
Wallahumuafik illa aquamittorik,
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
KETUA RAPAT:
Salam,
Terakhir saya persilakan Pak Totok Daryanto
Saya sama dengan Pak Sudding Anggota Pansus, Anggota Panja, Timus
mengikuti seluruh proses, dan dalam beberapa kesempatan mungkin saya tidak tahu siapa
yang lebih rajin, mungkin Pak Sudding lebih rajin, tapi kadang-kadang saya ada beliau tidak
ada. Ini jujur ini buka-bukaan Pansus ini, tapi kesannya bisa berbeda kalau pak Sudding
mengatakan kayaknya ini tidak bisa kalau mau diputus ditingkat II, ini harus masih ada waktu
yang lain. Sementara saya dan banyak teman yang ikut didalam Pansus sudah membahasnya
luar biasa, sudah mengambil keputusan-keputusan kesimpulan-kesimpulan dalam rangka
84
penguatan dewan dan juga penguatan anggota, saya kira sudah maksimal juga. Tinggal
beberapa hal yang kita belum bisa memutuskan, dan kalau diputar-putar karena Pansus ini
bekerja juga sudah luar biasa, ditambah waktu di Ritz Calton berapa kali saya tidak tahu ini,
Ketua ini pakai jurus apa bisa konsinyering-konsinyering berkali-kali ya hasilnya seperti ini.
Jadi menurut saya pak Ketua, seluruh keberatan-keberatan tadi bisa kita catat
dan kalau saya boleh memberikan salah satu solusi sebetulnya satu hal yang kita kalau ingin
melakukan perbaikan politik di Indonesia itu mestinya ada kesepakatan diseluruh pimpinan
partai dan pimpinan frkasi. Kita hanya membuat satu rumusan undang-undang politik yang
tidak boleh diubah selama 25 (dua puluh lima) tahun, 5 (lima) kali pemilu tidak boleh kita ubah.
Kalau kita bisa menciptakan itu, pasti seluruh pertanyaan tadi itu terjawab, persoalannya
adalah kita memang ya seperti ini setiap membuat undang-undang. Setiap mau Pemilu mau
membuat undang-undang Pemilu, setiap mau pelantikan DPR, dan DPRD dan mau pelantikan
mengubah Undang-undang MD3. Nah kalau kebiasaan ini tidak kita akhiri yang kita selalu
seperti ini sehingga kesimpulan saya teman-teman yang terhormat, mari kita sadari bersama,
kalau tidak ya inilah konsekuensi politik dari kita selalu membuat aturan main baru setiap kali
kita mau bermain. Ini juga sebuah kedewasaan, sebuah kearifan yang saya kira layak untuk
kita pahami bersama-sama. Terakhir saudara ketua, sebetulnya setelah diputar-putar saya kira
kesempatan cukuplah memberi kesempatan kepada saudara Ketua Pansus untuk menjawab
secara ringkas seluruh pertanyaan-pertanyaan. Dan setelah itu tidak ada cara lain kalau tidak
bisa musyawarah mufakat, maka jalan pemungutan suara saya kira itulah yang konstitusional
yang sudah kita sepakati. Dan kalau bisa mungkin sebelum buka puasa, karena saya kawatir,
kalau sudah habis buka puasa susah untuk kembali lagi kesini. Tapi saya serahkan kepada
pimpinan, dan yang penting kami ingin mengatakan bahwa saya kira voting mungkin itu jalan
terakhir yang bisa kita lakukan. Terima kasih.
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
KETUA RAPAT:
KETUA RAPAT:
KETUA RAPAT:
Ketua! Saya Honing Sani A-405, ada beberapa hal strategis yang mulai dari
DOB sampai dengan yang terakhir dipertanyakan dengan sungguh-sungguh dan harus
mendapatkan jawaban langsung dari Pansus atau yang mewakili Pansus, baru nanti kita
membuat keputusan. Bukan begitu saja diputar begini ketua, dan ketua harus mengerti
kehadiran kalian berlima, adalah konsekuensi dari kebersamaan pada 5 (lima) tahun yang lalu,
saya pikir teman-teman dari Demokrat tidak berkeberatan dengan apa yang dikatakan oleh
Pak Mulyono tadi. Teman-teman yang lain juga harus menghargai Ibu Ida, karena sudah 3
(tiga) periode menyusun ini. Dan alangkah sayangnya kita, kalau kita kemudian secara sadar
ingin mendegradasi kualitas yang harusnya dari waktu ke waktu kita konsolidasikan dengan
partai. Dan teman-teman saya mau katakan satu hal, demokrasi bukan hanya sekedar
keputusan itu diambil lewat suara terbanyak, tetapi tanggungjawab politisi adalah membuat
keputusan politik atas dasar rassionalitas politik. Dan tanggungjawab kita adalah bagaimana
melakukan konsolidasi politik itu secara terus menerus. Untuk itu Ketua, saya berharap
sungguh beri kesempatan kepada Pimpinan pansus untuk menjelaskan mengapa BAKN
kemudian hilang? Mengapa kemudian kita menjadi tidak rasional untuk badan yang sama
dalam undang-undang yang sama ada perbedaan norma dan disitu kita tidak membuat
keputusan? Begitu ketua terima kasih.
KETUA RAPAT:
KETUA RAPAT:
Interupsi pimpinan, saya 399 pimpinan, tadi saya menanyakan beberapa hal
Pimpinan, di paripurna ini kita tidak menolak kan penyempurnaan. Pimpinan pasal-pasal yang
saya masukkan adalah penyempurnaan.
KETUA RAPAT:
Sebentar-sebentar saya persilakan Pak Arif di depan sini, e siapa? Pak Arif
silakan, Pak Arif Wibowo? Oh tidak jadi, baik.
Saudara sekalian, dari Pimpinan PDI Perjuangan saya persilakan.
muncul, kemudian tahu-tahu karena diselipkan tahu-tahu muncul disitu, yaitu Pasal 82 itu. nah
menurut saya pimpinan, ini kita kalau sudah urusannya kita demokrasi kita, demokrasi
pokoknya pak, ya begini jadinya, kondisi inilah sebenarnya yang terjadi di Pansus. Apa yang
disampaikan teman-teman benar ada yang datang ada yang ini, tapi saya sampai saya Fraksi
PDI Perjuangan kadangkala hanya dengan pimpinan saja, posisinya sudah begitu. Jadi ini ada
kondisi yang menurut saya ya, kami teraniaya, karena ada penyelundupan pasal-pasal yang
khusus Pasal 82, saya ingin cerita silakan dibuka direkam, dari Pansus, Panja direkam semua
sejak awal saya mengikuti semua. buka rekamannya, kenapa Pasal itu muncul? Pasal 137A
itu masuk di Panja waktu itu, itu bukan tentang pimpinan, tapi tentang sekretariat lembaga
perwakilan, tapi masuk pasal itu. Saya sudah ingatkan, jadi pimpinan dan pemerintahpun juga
tahu persis tidak pernah ada pembahasan pasal 82, tapi tiba-tiba langsung masuk pasal ini, ya
kalau demokrasi pokoknya ya begini.
Jadi pimpinan saya tidak banyak kata untuk menjelaskannya, tapi terus terang
dari mekanisme yang semacam ini, karena dilihat dari kontruksi dari undang-undang ini masih
banyak hal yang perlu dikonsolidasikan, sinkronisasikan dengan undang-undang yang lain,
bukan hanya semata-mata tentang pasal 82. Saya kira begitu pimpinan terima kasih.
KETUA RAPAT:
KETUA RAPAT:
Baik saya persilakan pendapat dari Pimpinan Fraksi Partai Golkar, ini belum
persetujuan ini pendapat, silakan pimpinan fraksi Partai Golkar.
Terima kasih.
Fraksi Partai Golkar saya sebagai juru bicara menyampaikan bahwa hasil
daripada penyampaian Pimpinan Pansus didalam forum yang terhormat tingkat II ini untuk
kiranya dapat dilanjutkan kedalam forum mekanisme untuk pengambilan keputusan di tingkat
II. Terima kasih.
88
KETUA RAPAT:
KETUA RAPAT:
Baik usulan yang simpatik, saya teruskan kepada Pimpinan Fraksi PKS, apa
langsung ketuanya?
89
Pimpinan, saya juga adalah Pimpinan Pansus, tadi diminta oleh Ketua Fraksi
untuk mewakili, saya diminta oleh fraksi untuk membantu mendampingi undang-undang ini
sejak di Baleg. Bahkan saya juga diminta untuk menjadi Anggota Baleg pada waktu itu,
kebetulan fraksi PKS membuat buku tentang bagaimana mengakhiri keadaan dewan yang
seperti ini. kita ingin mengakhiri kesalahpahaman yang sangat patal sebetulnya, sehingga
dewan ini dalam 10 tahun terakhir terutama mengalami kemerosotan wibawa, dan kehormatan.
Karenanya kemudian kita telah mengusulkan pikiran-pikiran yang radikal sejak awal, termasuk
didalamnya adalah mengupayakan agar undang-undang ini dipisah dari awal, sudah
mengalami perdebatan yang cukup panjang juga baik di Baleg dan akhirnya di Pansus.
Kami menyimpulkan bahwa sebetulnya, dari awal semua pikiran untuk
memperbaiki DPR melalui Undang-undang MD3 akhirnya karena tidak dipecah, itu tidak ada
perbedaan pendapat sama sekali.
KETUA RAPAT:
Lagi puasa pimpinan, tidak ada perbedaan pendapat sama sekali dari awal,
karena semua anggota baik Baleg, maupun Pansus MD3 merasakan betul bahwa perumusan
pasal demi pasal yang kita buat diskusi demi diskusi dengan para ahli, dengan NGO, dengan
pihak pemerintah dan lain-lain termasuk juga kesekretariatan jenderal DPR, MPR dan DPD
yang juga kita undang semua didalam rapat dengar pendapat umum kita tidak mengalami
perbedaan pendapat sama sekali. Kecuali 1 (satu) hal, yang pada akhirnya pada tingkat Panja,
pada tingkat Pansus memang juga gagal kita sepakati. Saya bisa menjawab semua
pertanyaan teman-teman Pimpinan, mau secara politik atau secara akademik saya bisa
menjelaskan itu. Tetapi ini memang bukan forumnya, dan karena sekali lagi kita tidak pernah
punya banyak perbedaan pendapat. Jangan lupa bahwa sebetulnya didalam undang-undang
ini dari awal kita berpikir hanya ada komisi sebagai alat kelengkapan dewan. Karena itulah
diusulkan agar Banggar itu dihapus dan dijadikan Pansus sementara, begitu ada pembahasan
APBN, dibentuklah Pansus. Demikian juga dengan Baleg, karena fungsi-fungsi tetapnya
sedikit, lebih baik kita perkuat lembaga study tentang undang-undang dan study tentang
legislasi, dinegara-negara maju didunia semuanya begitu, yang kemudian setiap Anggota bisa
menggunakan lembaga-lembaga itu untuk kepentingan aspirasi pribadinya, sebab didalam
undang-undang kita ini juga ditetapkan bahwa setiap anggota Dewan bisa membuat undang-
undang. Jadi mustahil setiap anggota dewan seorang Fahri Hamzah membuat Undang-undang
kalau tidak ada lembaga back up. Karena itu fokusnya itu adalah lembaga back up. Tadinya
begitu pimpinan, rapat seperti inipun tadinya kalau undang-undang konsep awalnya ada itu
hilang, ngapain rapat begini ada Menteri beberapa orang itu nunggu kita dari pagi, ngapain?
Karena harusnya memang ini ada sundulan diatas juga, kalau kita mau sempurna betul
memang harus ada amandemen ke 5 (lima). Tapi kita berbicara bagaimana membentuk dewan
yang ideal, dan frame dan kerangka yang masih mungkin kita lakukan. Dan kita ingin sebagai
dewan ini melakukan tugas-tugas fungsi saja, tugas-tugas back up, tugas-tugas pendukung
90
mari kita serahkan dengan cara memperkuat lembaga pendukung, dan semua tadi yang
ditanyakan itu masih bisa kita selesaikan jika nanti ada Perpres, atau ada PPnya yang juga
sebagian diamanatkan dalam Undang-undang ini, sehingga nanti dewan sepenuhnya termasuk
juga nanti MPR, DPD, akan ideal sebagai lembaga.
Karena itulah Pimpinan, sekali lagi saya ingin menegaskan bahwa tidak ada
perbedaan pendapat yang signifikan pada seluruh proses pembahasan Undang-undang ini,
karena seluruh anggota dewan bersepakat hanya satu perbedaan pendapat kita dan gagal kita
selesaikan di Panja, gagal kita selesaikan di Pansus, dan sekaranglah forumnya untuk
menyelesaikan itu. Karena itu PKS mengharapkan agar kita segera menuju kearah sana terima
kasih.
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
KETUA RAPAT:
F-PAN (...):
KETUA RAPAT:
Terima aksih pendek tegas, saya persilakan Pimpinan Fraksi PPP, pak
Sekretaris silakan.
F-PPP (...):
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
punya pimpinan fraksi, kita punya pimpinan DPR, kita punya sekian banyak orang yang
menurut saya bisa diajak bicara untuk menuntaskan ini sebelum dibawa dan disahkan diforum
rapat paripurna.
Karena itu sekali lagi pimpinan, PKB meminta agar tolong jangan untuk
dipaksakan untuk disahkan hari ini. berikan waktu kepada kami kepada pimpinan untuk
berembuk sekali lagi, bagaimana menyelesaikan pasal demi pasal dari sekian banyak
masalah. Tidak hanya Pasal 84, sekali lagi tidak hanya Pasal 84 untuk disahkan secara jernih.
Terima kasih Pimpinan.
KETUA RAPAT:
KETUA RAPAT:
Dari tadi kita bisa melihat bahwa dari semua pandangan-pandangan masih
belum ada satu kesepahaman untuk kita bersama. Saya kira alangkah elegannya kalau
pimpinan saya kira hampir 5 tahun kami disini setipa Mas Priyo memimpin kalau ada
perbedaan-perbedaan seperti ini hampir tidak pernah mas Priyo melanjutkan/meneruskan
untuk diambil suatu keputusan. Apalagi ini di bulan Ramadhan, dan sebentar lagi kita akan
berbuka puasa, alangkah eloknya kalau mas Priyo menunda untuk diambil keputusan di dalam
rapat paripurna ini. Saya kira Mas Priyo adalah salah satu pemimpin bangsa ke depan. Terima
kasih
KETUA RAPAT:
Baik sudah kita dengarkan dari 9 (sembilan) fraksi dari meja pimpinan kalau
boleh saya simpulkan, 6 (enam) fraksi menginginkan diambil keputusan sekarang juga ialah
fraksi Partai Demokrat, Fraksi Partai Golkar, Fraksi Partai Keadilan Sejahtera, PAN, PPP dan
Gerindra. Sementara 3 (tiga) fraksi dengan sangat simpatik juga tadi menyampaikan bahwa
seyogyanya membutuhkan waktu jeda saya pikir kontempelasi ataukah apa namanya, untuk
diambil keputusan pada saatnya. Kira-kira begitu kalau boleh saya simpulkan, dan yang
terakhir alasannya adalah dengan memuji-muji pimpinan sidang sebagai itu, terima kasih
pujiannya mengenai itu semua.
Saudara sekalian, karena sudah jelas tentang ini, sebentar tolong dulu saya
diskusi sama beliau berempat, sebentar, sebentar belum selesai saya. Jadi karena sudah jelas
petanya seperti itu, kalau kita lanjutkan diskusi disini pasti ujungnya ada disitu, maka kepikiran
pada diri kami dari meja pimpinan, bagaimana kalau lobby kita langsungkan saja? para ketua-
ketua fraksi sembari ini adalah kita berbuka puasa, sebentar belum selesai jadi nanti habis ini
langsung pimpinan-pimpinan fraksi semua saja syukur-syukur kali ini saya minta ketua fraksi
langsung untuk hadir di ini dan kita nanti sambil buka puasa kita mengadakan lobby dan
setelah itu kita putuskan disini.
Baik dengan demikian setuju ya? kita skors, langsung kita skors untuk buka
puasa, pimpinan fraksi di kamar sebelah.
Saya ingin sampaikan bahwa tadi sembari berbuka puasa bersama dan ini
adalah buka puasa yang paling indah yang pernah kita lakukan, belum pernah terjadi seluruh
ketua-ketua dan Pimpinan fraksi buka puasa bersama dengan pimpinan DPR-RI lengkap, dan
sederhana pakai nasi, kolak dan nasi padang kotak, buahnya pisang satu butir. Alhamdulillah
suasana jadi baik, dan kita tadi berdiskusi panjang diputar sana, putar sini, putar sana tapi
rupanya tidak ada perubahan sebagai pimpinan DPR kami berempat berusaha untuk
nggathuke/untuk mendekatkan tapi memang tetap tidak bisa, tapi akhirnya tadi disepakati
bersama sidang kita lanjutkan pada malam hari ini dan langsung pengambilan keputusan.
Saudara sekalian,
KETUA RAPAT:
Kalau yang duduk disini pasti pimpinan dan pasti akan saya persilakan, begitu
ibu Puan betul ya? Pak Arif silakan.
KETUA RAPAT:
Baik ini usulan yang sangat simpatik dari meja Pimpinan langsung saya
setujui, kepada 3 (tiga) fraksi untuk nanti kita beri kesempatan menyampaikan pandangannya.
95
Tapi sebelumnya saya ingin umumkan per menit ini, yang meneken tanda hadir 467 (empat
ratus enam puluh tujuh) orang anggota. terdiri dari Partai Demokrat 131, Fraksi Partai Golkar
84, Fraksi PDI Perjuangan 78, Fraksi PKS 51, Fraksi PAN 36, Fraksi PPP 34, Fraksi PKB 19,
Fraksi Partai Gerindra 22 dan Fraksi Partai Hanura 12 orang anggota.
Usulan Pak Arif sangat simpatik, namun demikian mohon maaf Pak Arif
khusus untuk Hanura dan PKB saya kira saya harus bertanya langsung sebaiknya saya
persilakan apakah tadi betul ini usulan semacam itu jangan berpendapat dulu betul tidaknya
saja? silakan.
Ya Pimpinan, karena memang ada beberapa hal yang menurut kami perlu ada
suatu kejelasan sebelum pengambilan keputusan dalam rapat paripurna ini maka perlu
memberikan suatu tanggapan dan kejelasan sebelum masuk didalam pembicaraan tingkat II
pengambilan keputusan tentang rancangan undang-undang ini.
KETUA RAPAT:
Baik, saya harus tanya langsung pada Pimpinan Fraksi PKB terhadap usul
simpatik dari Pimpinan Fraksi PDI Perjuangan. Langsung
KETUA RAPAT:
Baik dari meja pimpinan, saya mohon ijin sidang paripurna untuk sedikit
memberi peluang dan keleluasaan atas nama persahabatan dan hubungan baik kita, kepada 3
(tiga) pimpinan fraksi PDI Perjuangan, PKB, dan Hanura untuk menyampaikan pandangannya.
(RAPAT:SETUJU)
Saya persilakan dari Pimpina Fraksi mana yang duluan, wah dibalik ini atas
usul Ibu Puan saya persilakan Pimpinan Fraksi Partai Hanura saya persilakan.
Baik Pimpinan, bapak, Ibu Anggota Dewan yang kami hormati, dari pihak
pemerintah Menteri Hukum dan HAM, Menteri Keuangan, dan Menteri Dalam Negeri yang
mewakili beliau dan seluruh jajarannya yang kami hormati.
Pimpinan bahwa semalam dalam rapat Pansus kami sudah memberikan
pandangan pendapat akhir mini, mengingat beberapa hal yang menurut kami bahwa beberapa
pasal dalam rancangan undang-undang ini memang ada yang masih perlu ada sinkronisasi.
Bahkan juga tadi terungkap bahwa ada beberapa pasal yang dianggap sebagai
penyelundupan, pasal dalam rancangan undang-undang ini yang sebelumnya tidak pernah
96
muncul dan kemudian dimunculkan dalam rancangan undang-undang ini yang sebelumnya
tidak pernah dibahas.
Lalu kemudian juga usulan dari pihak Pemerintah utamanya dari Menteri
Keuangan Pasal 98 ayat (2), ada juga usulan yang sampai pada saat pembahasan di Panja
dan Pansus belum mendapatkan keputusan menyangkut masalah menetapkan alokasi
anggaran per program yang bersifat tahunan dan tahun jamak yang menjadi mitra komisi yang
bersangkutan. Jadi apa yang disampaikan tadi beberapa pasal jadi tidak hanya sebatas pada
Pasal 84 dan apa namanya pasal-pasal yang menyangkut masalah alat kelengkapan dewan,
tapi juga banyak pasal-pasal yang sifatnya substansial yang memang belum mendapatkan
persetujuan di tingkat apa namanya di tingkat Pansus. Sehingga apa namanya oleh pimpinan
semalam selalu mengambil keputusan bahwa hal-hal yang belum disepakati itu akan diambil
keputusan dalam sidang Paripurna. Menurut kami bahwa ini adalah suatu sikap atau tindakan
yang terburu-buru, tergesa-gesa tanpa mempertimbangkan tentang apa manfaat daripada
Rancangan Undang-Undang MD3 ini untuk membawa kemaslahatan bagi apa namanya
institusi DPR-RI, dan penguatan anggota dewan.
Untuk itu pimpinan, karena pandangan mini fraksi kami semalam sudah
meminta penundaan pembahasan tentang apa rancangan undang-undang yang dibawa masuk
kedalam pembicaraan tingkat II, maka ketika forum Paripurna ini masih memaksakan juga
untuk mengambil suatu keputusan, sementara masih banyak pasal-pasal yang perlu
disinkronisasikan perlu apa namanya mendapatkan perstujuan, maka kami dengan segala
hormat kami tidak akan ikut dalam hal pengambilan keputusan ini. Dan kami tidak akan
bertanggung jawab terhadap Rancangan Undang-undang MD3 ini di masa-masa yang akan
datang. Karena kami sangat memahami bahwa banyak problem-problem yang fundamental
yang harus diselesaikan di dewan ini. Saya kira pengalaman empirik kita belakangan ini cukup
banyak persoalan yang muncul, lalu kemudian itulah tujuan awal kita untuk melakukan
perubahan terhadap Undang-undang MD3 ini, tujuannya ke arah sana. Termasuk alat
kelengkapan dewan yang namanya Badan Anggaran termasuk yang namanya BURT lalu
kemudian Badan Legislasi supaya betul-betul ada suatu kinerja produktifitas dari anggota
dewan.
Jadi orientasinya itu orientasi untuk kinerja bukan orientasi untuk mencari duit
di dewan ini. Itulah pandangan-pandangan kami sehingga menurut kami bahwa Rancangan
Undang-undang MD3 ini ketika dipaksakan untuk diambil keputusan pada malam ini kami tidak
akan ikut dalam hal pengambilan keputusan ini dan kami memohon meninggalkan ruangan
rapat Paripurna ini. Terima kasih,
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
KETUA RAPAT:
Wa’alaikumsallam.
Baik, Fraksi Partai Hanura dari meja pimpinan saya tidak bisa menahan kalau
inginnya kami adalah tetap bertahan disini. Tapi ini adalah sikap politik yang tetap harus
dihormati, terima kasih. Saya persilakan kepada Pimpinan Fraksi PKB, mudah-mudahan
bertahan disini silakan.
Terima kasih,
Pimpinan dan segenap anggota sidang Paripurna DPR yang kami hormati,
terima kasih atas kesempatan yang sudah diberikan dan pada kesempatan ini kami juga ingin
menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya kepada Pansus yang sudah bekerja untuk
mencoba menuntaskan dari RUU MD3 ini. Namun demikian terkait dengan soal rencana
pengambilan keputusan menyangkut beberapa isu yang dianggap masih belum bersepakat
sehingga merasa sejumlah teman merasa bahwa ini harus diambil keputusan dengan melalui
voting maka kami ingin menyampaikan beberapa pandangan sebagai berikut:
1. Terkait dengan substansi, dari segi substansi kami berpandangan bahwa mestinya MD3
ini menjadi sebuah undang-undang yang merupakan disain besar dari kelembagaan DPR
yang kedepannya kita tata sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah lembaga yang
benar-benar independen secara politik, independen secara keuangan, independen secara
administratif, kinerjanya profesional dan juga akuntabel dan penuh kredibilitas. Nah oleh
karena itu kami memandang bahwa kebutuhan untuk melahirkan sebuah undang-undang
dengan desain kelembagaan yang sebaik mungkin itu memerlukan waktu yang mestinya
lebih banyak. Sementara kalau kita lihat dari perjalanan proses Pansus ini Pansus ini
praktis hanya satu kali masa sidang walaupun di Baleg sudah cukup lama. Namun
demikian mengingat dari beberapa pengalaman sebelumnya seperti Pansus RUU Ormas
ataupun RUU Pemilu yang sampai tujuh kali masa sidang dan seterusnya kami
menganggap bahwa pendalaman dan pembahasan yang ada di Pansus itu masih sangat
kurang. Sehingga masih banyak masalah-masalah, masih banyak isu-isu yang tidak
memenuhi harapan kami mengenai disain kelembagaan DPR yang profesional yang
independen yang kredibel dan penuh akuntabilitas.
2. Bahwa dengan memepertimbangkan mengapa pada malam hari ini kita harus mengambil
keputusan kami sama sekali tidak melihat alasan kemendesakan yang ada. Kenapa saya
katakan demikian karena argumen-argumen yang keluar terkait dengan pengambilan
keputusan malam ini lebih banyak didasarkan kepada rencana pelantikan atau pemilihan
pimpinan anggota, penetapan Pimpinan DPRD Provinsi maupun Kabupaten/kota yang
rencananya sekitar bulan pertengahan Agustus-September. Padahal didalam revisi dari
MD3 ini ditegaskan bahwa menyangkut soal DPRD Provinsi dan Kabupaten/kota tidak
ada perubahan sama sekali. Nah praktis bahwa perubahan terkait dengan mekanisme
pilihan Pimpinan DPR ini berarti murni menjadi urusan DPR. Nah karena ini murni menjadi
urusan DPR tidak terkait dengan DPRD Provinsi maupun kabupaten/kota kami sama
sekali tidak melihat sisi kemendesakan sehingga keputusan mengenai ini harus diambil
pada malam hari ini. Dan tadi didalam forum konsultasi kami sudah menyampaikan agar
ini bisa diberi waktu lebih banyak lagi untuk membahas dan mendiskusikannya dengan
lebih baik.
3. Bahwa kami melihat dari segi substansi juga kami dari PKB berpandangan bahwa didalam
melakukan perubahan kami berpatokan kepada prinsip usul fikih
almuhfadotualaghotimisolih wal afdhu biljadidil aslaf. Jadi kita pelihara hal-hal lama yang
baik dan kita mengambil hal-hal baru yang lebih baik. Jadi kalau ada hal baru yang baik
saja kita tidak perlu ambil tapi yang harus kita ambil adalah yang lebih baik yang
sementara yang lama yang baik kita pertahankan. Kami melihat didalam MD3 ini yang
terkait dengan mekanisme pemilihan pimpinan atau penetapan pimpinan DPR didalam
undang-undang yang lama Undang-Undang MD3 yang lama kami melihat itu semua
sudah mencerminkan bangsa Indonesia secara keseluruhan, karena disana ada prinsip
gotong royong, karena disana ada prinsip kebersamaan sehingga negara ini bisa kita
miliki bersama-sama dan kita bisa rawat secara bersama-sama pula. Kita percaya bahwa
sepuluh tahun terakhir ini dimana kepemimpinan Pak SBY membangun demokrasi begitu
sukses salah satunya adalah karena Presiden spesialisme demokrasi di Indonesia,
98
Presiden spesialisme dengan multi partai di Indonesia ini dibangun diatas dasar gotong-
royong diatas dasar konsensus. Nah pada sisi itu ketika revisi Undang-Undang MD3 ini
mencoba membuang prinsip-prinsip penting yang semacam itu terus terang kami merasa
tidak cukup terwakili. Nah oleh karena itu setelah tadi juga melihat perkembangan di
forum konsultasi dimana kita tidak menemukan titik temu dan kami juga melihat ada kesan
bahwa seolah-olah keputusan harus diambil malam ini sementara kami tidak menemukan
alasan kemendesakannya sedikitpun dan akhirnya kita melihat ruang dialog yang
disediakan ini tidak cukup memadai untuk kami. Oleh karena itu dengan permohonan
maaf dan dengan segala hormat kalau malam hari ini dilakukan pengambilan keputusan,
kami dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa menyatakan tidak ikut.
KETUA RAPAT:
Fraksi PKB kalau boleh memilih saya ingin menahan tapi yah ini sikap politik
yang tetap juga harus dihormati. Baik, sebentar-sebentar. Baik sekarang saya persilakan
terakhir kepada Pimpinan Fraksi PDI Perjuangan, tapi sebelumnya apa ini interupsi, interupsi
ya. Pak Azis silakan interupsi silakan masuk.
Untuk meluruskan saja kami sebagai Pimpinan Pansus ingin meluruskan dan
menceritakan fakta dan data. Bahwa apa yang disampaikan oleh rekan-rekan berkenaan
dengan adanya penyelundupan pasal penyelundupan ayat dan adanya bahwa pasal-pasal ini
tidak dibahas, bahwa kami ingin menegaskan dalam proses pengambilan keputusan baik
ditingkat Pansus, baik ditingkat Panja maupun ditingkat klarifikasi bahwa kami sebagai
pimpinan telah melakukan proses pengambilan keputusan baik ditingkat Panja, ditingkat
Timus, dan ditingkat Timsin telah kami lakukan dan telah kami lakukan berdasarkan aturan dan
tata tertib dalam pengambilan keputusan. Atas dasar itu bagi pihak-pihak yang mempunyai
persepsi yang berbeda dalam dibidang politik kami menghargai dengan catatan mendisnota
tersebut untuk tidak melakukan tuduhan ...Kami hanya ingin meluruskan bahwa proses
pengambilan keputusan ditingkat Pansus telah melalui proses mekanisme tata cara
pengambilan keputusan.
KETUA RAPAT:
Baik, Pak Azis cukup saya persilakan sekarang Pimpinan Fraksi PDI
Perjuangan, saya persilakan. Ibu Puan langsung, saya sebenarnya ingin mendengarkan suara
Ibu Puan. Oh masih disimpan, ditugaskan cukup oleh Pak Arif Wibowo, silakan.
99
Dengan seijin pimpinan dan kami mohonkan waktu untuk bisa menyampaikan
pandangan dan pendirian Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan mengenai
Rancangan Undang-undang tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 27 Tahun 2009
Tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD.
3. Esensinya tidak berubah mengingat secara substansi RUU ini tetap membuat pengaturan
menuju terwujudnya lembaga permusyawaratan perwakilan yang demokratis, efektif dan
akuntabel sebagaimana esensi yang ada dalam Undang-undang Nomor 27 Tahun 2009.
Diakomodasinya usulan perubahan Pasal 82 mengenai tatacara pemilihan
Pimpinan DPR kami anggap sebagai kejahatan demokrasi yang mengangkangi prinsip
kedaulatan rakyat mengingat usulan perubahan tersebut tidak didasarkan pada alasan hukum
yang cukup dan sangat kental aroma politik tirani mayoritas yang tidak didasarkan pada etika
politik sesuai Pancasila sebagai dasar negara. Perubahan penetapan Pimpinan DPR yang
awalnya berasal dari partai politik berdasarkan urutan perolehan kursi terbanyak di DPR
menjadi dipilih dari dan oleh anggota DPR telah menabrak rambu-rambu konstitusi dan prinsip-
prinsip hukum lainnya, yaitu:
a. Menurut pertimbangan hukum Mahkamah Konstitusi dalam putusan nomor 21/PUU-
XI/2011 Tentang pengujian Undang-undang Nomor 27 Tahun 2009 Tentang MD3 diantara
pilihan, apakah Pimpinan DPR, DPRD itu dipilih dari dan oleh anggota atau ditetapkan
berdasarkan perolehan kursi di DPR atau DPRD yang paling memenuhi prinsip keadilan
adalah penentuan komposisi kepemimpinan DPR, DPRD secara proporsional
berdasarkan urutan perolehan kursi masing-masing Parpol peserta Pemilu yang
bersangkutan. Ketentuan ini sangatlah adil karena perolehan peringkat kursi juga
menunjukkan konfigurasi peringkat pilihan rakyat sebagai pemegang kedaulatan terhadap
setiap Parpol. Dengan demikian pengaturan Pasal 82 bukan sekedar didasarkan pada
DPR berwenang menetapkan sistim pemilihan model apapun tetapi pengaturan Pasal 82
harus diarahkan untuk meraih tujuan hukum yang paling utama yakni keadilan
sebagaimana yang ditegaskan oleh Mahkamah Konstitusi.
b. Dilihat dari aspek kepastian hukum perubahan Pasal 82 setelah ditetapkannya hasil
Pemilu 9 April 2014 adalah bentuk pemberlakuan asas retroaktif yang sangat
bertentengan dengan asas kepastian dan keadilan hukum serta sarat dengan nuansa
kepentingan politik sesaat. Dari aspek kepastian hukum seharusnya keinginan untuk
mengubah Pasal 82 dilakukan sebelum pelaksanaan Pemilu 9 April yang lalu. Masuknya
usul perubahan Pasal 82 secara tiba-tiba setelah ditetapkannya hasil Pemilu legislatif
menunjukkan bahwa usulan tersebut merusak etika berdemokrasi dan sarat dengan
kepentingan kelompok tertentu yang bertentangan dengan asas-asas pembentukan
peraturan perundang-undangan yang baik.
c. Dilihat dari aspek prosedural masuknya perubahan Pasal 82 kedalam rancangan undang-
undang ini sangat dipaksakan.
Didalam rancangan undang-undang yang disusun oleh Badan Legislasi yang
kemudian distujui dalam rapat Paripurna menjadi RUU inisiatif DPR Pasal 82 tidak termasuk
dalam materi perubahan. Bahkan didalam RDP, RDPU dan rapat intern yang dilakukan oleh
Pansus dari awal hingga akhir tidak ada satupun wacana atau masukan perihal Pimpinan DPR.
Hasil RDP, RDPU dan Rapat Intern tersebut kemudian dirumuskan oleh Pimpinan Pansus
menjadi tiga belas point permasalahan yang memerlukan kesepakatan dengan Pemerintah.
Dalam point ke empat dari tiga belas point tersebut muncul rumusan perlu norma yang
menegaskan jaminan terhadap demokratisasi kelembagaan negara termasuk penentuan unsur
pimpinan pada masing-masing lembaga negara dengan berbasis kedaulatan anggota. Padahal
sebagaimana proses yang telah dilalui tidak ada satupun baik didalam RDP, RDPU maupun
Rapat Intern Pansus MD3 ada usulan mengenai wacana point ke empat tersebut. Kesalahan
prosedur lainnya adalah munculnya rumusan perubahan Pasal 82 didalam bahan materi loby.
Timus dan Timsin pada Rapat Intern Panja tanggal 30 Juni 2014, tepatnya
dirumuskan di DIM 137A, padahal berdasarkan DIM tanggal 18 Juni 2014 yang dimaksud
dengan DIM 137A adalah berisi tentang Pasal 84 huruf (j) yang berbunyi menyusun rencana
anggaran DPR bersama sekretaris lembaga perwakilan yang pengesahannya dilakukan dalam
101
Rapat Paripurna dan artinya kesepakatan Panja tanggal 20 Juni untuk membawa DIM 137A ke
forum loby adalah mengenai rencana anggaran DPR bukan mengenai perubahan Pasal 82.
Pada akhirnya pemaksaan memasukan DIM 137A diakui oleh salah satu oknum partai sana
yang juga anggota Pansus dengan menyatakan bahwa DIM 137A adalah usulan dirinya dan
dimaksudkan berisi perubahan Pasal 82 tentang Pimpinan DPR. Oleh karena itu melihat
konsistensi pasal-pasal yang ada pada naskah RUU perubahan MD3 usul inisiatif DPR DIM
RUU Perubahan undang-undang ini serta bahan materi loby Timus dan Timsin serta
mempertimbangkan asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan yakni asas
kejelasan tujuan, asas kejelasan rumusan, asas kedayagunaan dan kehasilgunaan sehingga
tidak salah jika kami menyatakan adanya pasal yang dipaksakan dalam proses pembahasan
rancangan undang-undang ini.
Bagi Fraksi PDI Perjuangan upaya paksa perubahan Pasal 82 setelah hasil
Pemilu Legislatif 9 April 2014 ditetapkan bagi Fraksi PDI Perjuangan upaya paksa perubahan
Pasal 82 setelah hasil Pemilu Legislatif 9 April 2014 ditetapkan telah menorehkan luka politik
yang dalam. Upaya menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan sebagaimana dilakukan
dalam upaya mengubah ketentuan tentang penetapan Pimpinan DPR didalam Undang-
Undang MD3 menurut Fraksi PDI Perjuangan merupakan wujud praktek demokrasi pokoknya
yang bernuansa sangat liberal. Ciri utama demokrasi liberal yaitu mayoritas mengambil semua
dipraktekkan dalam pembahasan rancangan undang-undang ini. Ciri khas demokrasi
Indonesia sebagai demokrasi musyawarah mufakat yang menginginkan bahwa kebulatan
mufakat tidak mengandalkan suara mayoritas belaka seperti halnya dalam demokrasi barat
melainkan secara inklusif menyertakan aspirasi dan dukungan minoritas dalam pengambilan
keputusan telah ditinggalkan atau dipinggirkan. Penerapan demokrasi pokoknya telah
membuka ruang transaksional dalam setiap pengambilan keputusan, dan oleh sebab itu
secara nyata akan mengancam demokrasi Indonesia yang seharusnya mengemban
kepentingan rakyat banyak bukan sebaliknya malah mengabdi pada kepentingan segelintir elit,
yakni perubahan penetapan Pimpinan DPR yang diubah menjadi dipilih ini dalam
pelaksanaannya nanti niscaya akan disertai dengan transaksi dan bumbu money politik yang
akan melibatkan elit penguasa dan modal.
Apabila pilihan demokrasi liberal ini ditempuh maka Fraksi PDI Perjuangan
meyakini kelembagaan partai politik akan semakin melemah dan peran partai politik akan
tergerus. Rakyat dengan kasat mata telah dipertontonkan oleh perilaku tidak terpuji atau tidak
etis dari segelintir elit partai politik yang membajak hasil Pemilu 9 April 2014 dengan
memaksakan calon-calon dari partai tertentu untuk menjadi Pimpinan DPR. Padahal secara
nyata rakyat tidak memberikan suara yang memadai kepadanya. Kesenjangan antara
keinginan rakyat dengan segelintir elit kami yakini akan semakin mendorong demokrasi dan
partai politik di Indonesia ke jurang kehancuran.
Berdasarkan hal-hal yang kami tegaskan di atas Fraksi PDI Perjuangan
memandang penyusunan rancangan undang-undang ini dilakukan sangat terburu-buru dan
tanpa dipimpin oleh suasana hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan yang
pada akhirnya akan menjadi produk hukum yang inkonstitusional karena bertentangan dengan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945 dan prinsip-prinsip hukum
lainnya. Kesempurnaan rancangan undang-undang ini baik dari aspek formil maupun materiel
haruslah berdasarkan pada ketentuan Undang-Undang Dasar, Undang-undang Nomor 12
Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan maupun putusan
Mahkamah Konstitusi terkait pengujian undang-undang.
Mengingat sebagian fraksi DPR dan Pemerintah tetap bersikukuh untuk
memutuskan dan mengesahkan rancangan undang-undang pada malam ini maka Fraksi PDI
Perjuangan secara tegas dengan didasarkan pada semangat untuk menegakkan demokrasi
konstitusional di negeri ini menyatakan tidak mengikuti pembicaraan tingkat dua atau
102
pengambilan keputusan terhadap rancangan undang-undang ini. Oleh karena itu Fraksi PDI
Perjuangan tidak ikut bertanggung jawab atas ditetapkannya dan disahkannya rancangan
undang-undang ini menjadi undang-undang.
Terima kasih.
ttd
PUAN MAHARANI,
Sekretaris.
ttd
BAMBANG WURYANTO,
KETUA RAPAT:
Tapi Pak Pramono Anung boleh tinggal disini tidak ini. Loh Mas Pram juga ikut
meninggalkan kita ini yah. Baik tetap harus kita hormati karena ini adalah sikap politik. Baik
sebentar memberi kesempatan untuk walk out. Sekarang Pimpinan DPR yang tersisa tinggal
Three Masketters, jangan Trio Macan, Three Masketters. Baik saudara sekalian agenda saya
lanjutkan setuju?
(RAPAT SETUJU)
KETUA RAPAT:
KETUA RAPAT:
Pak Jazuli saya akan minta ijin dulu. Oh diperbolehkan Pak Jazuli juga. Baik
Pak Mulyono silakan. Pak Mul ini hanya interupsi yah tidak berpendapat, interupsi saya
persilakan asal masih sekedar interupsi, baik.
Ya Pak, begini. Kami sangat sedih, saya sejak 98 berada di DPR ini. Jadi
permasalahan pengambilan keputusan yang seperti kondisi yang begini ini.
KETUA RAPAT:
Pak ini interupsi atau apa Pak. Kalau bersifat pendapat sudah tidak
diperkenankan karena sudah diwakili fraksi, kalau interupsi boleh. Kalau itu pendapat mungkin
nanti setelah usai kita pengambilan keputusan, tapi kalau interupsi boleh, kalau tadi pendapat
yah. Baik kalau pendapat mungkin nanti akan saya beri waktu setelah pengambilan keputusan.
Baik, saya persilakan Pak Jazuli Juwaini saya mohon maaf andaikan bersifat pendapat harus
saya cut, interupsi ini, penting apapun saya harus adil, ini interupsi atau berpendapat. Oh baik
silakan silakan.
Saya meminta Pak Azis atau Pimpinan Pansus diberikan ruang untuk
mengklarifikasi atas tuduhan ada pasal-pasal penyelundupan. Meskipun saudara-saudara kita
yang kita cintai dari PDI dari PKB dari Hanura sudah meninggalkan ruangan ini tapi rapat ini
dilihat oleh seluruh rakyat Republik Indonesia. Jangan sampai kita mengesahkan undang-
undang terkesan ada penyelundupan. Padahal saya rasa tidak mungkin ada penyelundupan
itu. Saya kira ini yang harus diklarifikasi ketua. Yang kedua, yang duduk di tempat ini bukan
orang-orang yang pragmatis tapi orang-orang yang bertanggung jawab menuntaskan
persoalan-persoalan bangsa, bukan hanya melempar persoalan tetapi kita ingin menuntaskan
setiap persoalan harus kita selesaikan di ruangan ini sesuai dengan mekanisme yang diatur
dalam peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
Terima kasih
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
KETUA RAPAT:
Baik, kalau ini asli interupsi boleh jadi diperbolehkan. Tadi Pimpinan Dewan
juga kami di meja pimpinan sudah mendengar Pak Azis meskipun tadi sedikit di interupsi balik,
silir-silir saya dengar menjelaskan bahwa sama sekali ini bukan penyelundupan tapi
pembicaraan sekian panjang dan melelahkan sampai kemudian konsinyering dan seterusnya
dari bulan ke bulan, betul demikian ya. Apakah masih perlu lagi untuk dijelaskan ya karena tadi
104
sudah jelas bahwa ini sudah lewat mekanisme baku, sudah sesuai dengan prosedur dan tata
mekanisme yang berlaku sah Tata Tertib maupun peraturan perundang-undangan, betul?.
Dengan demikian, menurut pandangan kami di meja pimpinan tidak diperlukan
lagi penjelasan, karena tadi sudah jelas, cetho welo-welo tanpa tedeng aling-aling clear dan
terang benderang.
Terima kasih.
Baik, sekarang tiba saatnya untuk pengambilan keputusan tolong ditayangkan,
tetap saja ditayangkan. Untuk alternatif satu, alternatif kedua, alternatif ketiga. Khusus untuk
alternatif ketiga ialah alternatif yang sama secara mutatis mutandis diberlakukan terhadap
pemilihan pimpinan alat kelengkapan lainnya yaitu Pimpinan Komisi di Pasal 97, Pimpinan
Badan Anggaran di Pasal 104, Pimpinan Badan Legislasi di Pasal 109, Pimpinan BKSAP di
Pasal 115, Pimpinan Mahkamah Kehormatan Dewan di Pasal 121 dan Pimpinan BURT di
Pasal 152.
Jadi, manakala nanti yang diputuskan itu manakala adalah alternatif ketiga,
otomatis kepada Pansus diberi tugas untuk menyesuaikan sesuai dengan azas mutatis,
mutandis. Sudah jelas?. Sekarang tiba saatnya kita ambil keputusan untuk memilih tiga
alternatif ini.
Baik silakan, oh iya Pak Risky Sadig silakan.
KETUA RAPAT:
Saya persilakan Ketua Pansus, ini hanya untuk menjelaskan bukan untuk
substansi baru.
KETUA RAPAT:
Baik, memang itu tafsir kita yang demikian, jelas ya. Jadi mutatis mutandis ini
adalah yang berkaitan dengan proses dan mekanismenya. Jelas? Baik.
F ... (...):
Forum ini memungkinkan untuk mengusulkan karena ada persoalan, ijin
pimpinan satu menit saja, ada persoalan di beberapa komisi karena jumlah pimpinan yang
cuma 4 orang menimbulkan pengambilan keputusan yang tersandera selama beberapa bulan,
bahkan hampir satu tahun. Saya kira jumlah pimpinan yang cuma 4 orang di dalam alat-alat
kelengkapan ini perlu kita sama-sama sikapi secara bijak. Sehingga jumlahnya menjadi ganjil,
105
bisa dikurangi, bisa ditambah. Saya kira forum yang sangat luar biasa ini bisa mengambil
keputusan usulan saya.
Terima kasih Pimpinan.
KETUA RAPAT:
Saudara-saudara sekalian,
Saya mohon maaf sekali, saya rembukan dengan trio masketirs tadi, tiga
pimpinan yang sekarang ada disini, kalau itu soalnya kami di meja pimpinan khawatir itu
dianggap atau disebut substansi baru. Karena itu saya mohon kelegaan kita bersama agar kita
tetap sesuai mekanisme, meskipun itu alasannya sangat dibenarkan tetapi penjelasan Ketua
Pansus sudah kami cukup, ialah yang dimaksud dengan mutatis mutandis ialah mekanismenya
bukan jumlahnya.
Begitu setuju?.
Michael Wattimena atau yang lain?.
Pimpinan,
Kami semua tidak ada didalam Pansus, teman-teman kami beberapa sudah
walk out, tetapi alangkah elegannya manakala alternatif satu, alternatif dua dan alternatif tiga
sebagaimana yang ditampilkan, yang satu dan dua juga ditampilkan supaya kita tahu apa
muatan substansinya. Ini baru alternatif yang ketiga, belum yang satu dan dua.
Jadi, kami minta satu dan dua ditampilkan penampilannya di slide.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Saya ulangi sekali lagi tidak ada yang abstain semua total untuk alternatif
ketiga, baik dengan demikian Paripurna DPR RI pada malam ini memutuskan secara aklamasi
untuk memilih alternatif ketiga.
Setuju?.
(RAPAT:SETUJU)
Dan seterusnya nanti kita tugaskan kepada Pansus Pak Benny, Pak Aziz, kita
tugaskan kepada pansus untuk melengkapi semua hasil keputusan kita ini terutama yang
berkaitan dengan pasal-pasal mutatis mutandis.
Terima kasih.
Berdasarkan tadi yang telah kita sepakati alternatif tiga bahwa ini telah kita
lakukan secara aklamasi minus tiga fraksi yang walk out, ingat itu.
KETUA RAPAT:
Memang betul, keputusannya adalah dari tadi nggak ada yang lain
pendapatnya, minus tiga fraksi yang walk out yang tadi sudah kita saksikan bersama, itu
keputusan kita. Berikutnya saya persilakan Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia
pendapat akhir mewakili Presiden.
Saya persilakan.
Bismillahirahmanirohim,
Alhamdulilah berkat rahmat dan karunia Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa
pada hari yang berbahagia ini kita dapat hadir dalam Rapat Paripurna DPR RI dengan agenda
antara lain penyampaian pendapat akhir Presiden atas Rancangan Undang Undang tentang
Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Sebagaimana diketahui bersama bahwa RUU tersebut telah diselesaikan
pembahasan pada Pembicaraan Tingkat I dengan keputusan menyetujui RUU tentang Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah bahwa dalam pengambilan keputusan Pembicaraan Tingkat II.
KETUA RAPAT:
(RAPAT:SETUJU)
Alhamdulilah.
Dari meja pimpinan saya betul-betul lega sejak tadi siang memimpin sebuah
Rapat Paripurna yang demikian hebat dan demokratis, ini adalah salah satu bentuk demokrasi
kita. Terima kasih.
Melalui forum ini saya sampaikan terima kasih dan penghargaan yang tinggi
kepada yang terhormat Saudara Menteri Hukum dan HAM beserta jajaran, Menteri Keuangan
beserta jajaran yang tadi dengan sabar menungu dan ikut menyaksikan adanya perhelatan
demokrasi di gedung parlemen. Atas segala kerjasama yang telah disampaikan dari mulai
pembahasan dari awal sampai kemudian rancangan tersebut benar-benar kita putuskan di
paripurna.
Ijinkan pula saya atas nama Pimpinan DPR kami bertiga juga menyampaikan
penghargaan dan terima kasih kepada seluruh segenap pimpinan dan anggota pansus RUU
tentang perubahan Undang-undang No. 27 Tahun 2009 serta Sekretariat Jenderal yang
bersama-sama telah menyelesaikan RUU tersebut dengan baik.