Anda di halaman 1dari 8

TUGAS INDIVIDU

BUDAYA KORPORASI PADA PERUSAHAAN TEKNOLOGI


“BYTEDANCE SEBAGAI PERUSAHAAN INDUK TIKTOK”
Dosen Pengampu: Dr. Budi Puspo Priyadi, M.Hum.

Paper ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kebudayaan Bisnis &
Korporasi

Disusun oleh;
Zahra Putri Rachmania
13040220120014

PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI SOSIAL


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2023
A. Latar Belakang dan Pendiri Bytedance
Di era modernisasi dan globalisasi saat ini, tentu kita tidak asing lagi
dengan segala perangkat teknologi canggih yang dihasilkan oleh manusia.
Selain ditujukan sebagai sarana mempermudah manusia dalam beraktivitas,
nyata teknologi juga ditujukan sebagai sarana hiburan dan memperluas
pengetahuan. Adapun aplikasi hiburan yang sempat hits baik di Indonesia
maupun internasional adalah musical.ly, dumbsmash, vine, dan lain
sebagainya. Salah satu pemanfaatan teknologi yang ditujukan untuk hiburan
lainnya adalah TikTok. TikTok merupakan salah satu aplikasi buatan negeri
Tirai Bambu yang hadir pada tahun 2015 dan terus berkembang hingga
menjadi salah satu aplikasi papan atas saat ini. Aplikasi ini diluncurkan oleh
perusahaan bernama Bytedance dengan Zhang Yimin sebagai founder dan
CEO. Saat ini, Zhang Yimin merupakan salah satu miliarder asal China yang
jumlah kekayaannya lebih dari Rp 700 triliun. Namun, jabatannya sebagai
CEO tidak berlangsung lama karena pada tahun 2021, Zhang mundur dari
posisinya sebagai CEO Bytedance karena desakan pemerintah China.
Prestasinya dalam menciptakan aplikasi ini tidak lepas dari latar belakang
Pendidikan dan usaha yang ia lakukan. Zhang merupakan mahasiswa lulusan
rekayasa perangkat lunak di Universitas Nankai pada tahun 2005 dan ketika
lulus ia langsung bekerja di sebuah perusahaan startup domestik bernama
Kuxun. Pada tahun pertama bekerja di Kuxun, Zhang merupakan karyawan
biasanya, hingga pada tahun kedua, Zhang dipercaya menjadi leader dari
divisi IT dengan membawahi lebih dari 40 karyawan dibawahnya. Selain
bertanggung jawab atas IT, Zhang juga kerap kali ikut andil dalam
perencanaan produk. Menurutnya, walaupun bukan bagian dari tanggung
jawabnya, tapi keinginan untuk melakukan banyak hal agar mendapat
pengalaman berharga jauh lebih penting. Karena sifatnya itulah, Zhang
menguasasi banyak softskill diluar IT yakni perencanaan, marketing, dan
managemen perusahaan. Alhasil, dalam waktu singkat Zhang dikenal sebagai
salah satu karyawan unggulan di Kuxun. Sebelum membangun perusahaan
Bytedance, Zhang lebih dulu memulai bisnis situs pencarian properti bernama
99fang.com. Tiga tahun berselang ia keluar dan mendirikan usahanya sendiri
yakni Bytedance. Dulunya Bytedance merupakan suatu situs layanan yang
menyediakan berita dan informasi. Bytedance dibuat Zhang karena berangkat
dari keresahannya pada ponsel pintar yang ada di China tidak bisa mengakses
informasi yang relevan bagi penggunanya. Maka dari itu, Zhang membuat
Bytedance sebagai sebuah solusi bagi masyarakat agar mendapat berita atau
informasi yang relevan bagi mereka dengan menggunakan kecerdasan buatan
atau Artificial Intelligence (AI). Usaha yang dilakukan Zhang dalam membuat
Bytedance juga tidak mudah. Berbekal apartemen kecil di Beijing, ia membuat
bisnisnya. Menurutnya, bekerja di tempat kecil bukanlah sebuah masalah
asalkan lingkungan yang bagus dan memiliki mimpi yang besar. Meskipun
rencana bisnis Zhang seringkali ditolak para investor, alasannya sederhana
karena peluang yang minim dan persaingan bisnis, Zhang akhirnya mendapat
investor yang melihat potensi pada usahanya itu.

B. TikTok sebagai Aplikasi Unggulan Bytedance

Berbekal visinya yang ingin menyebarluaskan informasi relevan bagi


pengguna, akhirnya pada tahun 2015, Bytedance resmi meluncurkan TikTok
sebagai salah satu aplikasi unggulannya. Awalnya aplikasi ini diluncurkan di
China dengan sebutan Douyin, kemudian terkenal secara global dan terus
berkembang hingga saat ini. Aplikasi ini begitu diminati karena kemudahan
dan konsepnya yang unik. Dimana pengguna hanya akan mampu melihat
informasi dari pengguna lain dalam hitungan detik hingga menit. Pengguna
juga hanya perlu melakukan swap keatas pada layar untuk melihat informasi
lainnya. Selain informasi yang relevan, TikTok juga berusaha memberikan
wadah bagi penggunanya untuk berkreativitas dan memberikan mereka
hiburan dan kesenangan lewat konten maupun fasilitas yang diberikan.

“if anyone wants to come and express their view as log it doesn’t violate, the
13 guidelines that we’ve laid down you can express whatever you want”
Hal ini juga diperkuat oleh penyataan dari CEO Tiktok Shou Zi Chew
dalam sebuah wawancara yang menyatakan bahwa misi dari aplikasi ini
meliputi 3 hal, yakni sebagai jendela melihat dan menjelajahi dunia baru,
menghubungkan dan membantu pengguna menemukan komunitasnya, dan
sebagai sebuah kanvas yang berikan kepada para penggunanya untuk menjadi
wadah kreativitas mereka.

“Then we want provide the canvas to create, publish, and express yourself”

Misinya untuk menyebarkan informasi yang relevan juga benar adanya,


karena TikTok menggunakan AI dan Algoritma untuk menyesuaikan apa yang
pengguna sukai dengan merangkumnya melalui apa yang di like, share, dan waktu
tontonnya.

“it takes all your behaviour signals which is built into our own experience using
the app, example how long you stay on the video, how quickly you swipe it, you
share it, you comment, you like it”

C. Budaya Korporasi Bytedance dan TikTok

Secara umum dalam perusahaan Bytedance, Zhang sebagai CEO


menanamkan budaya dan ikatan personal yang begitu kental pada
karyawannya yakni keakraban, dimana Zhang melarang para karyawannya
memanggilnya dengan sebutan bos atau CEO. Selain itu, di tengah kondisi
tekanan yang berat bagi karyawan di China dengan banyaknya perusahaan
yang menerapkan “996” yakni kerja dari jam 9 pagi sampai 9 malam dari hari
senin sampai sabtu, Bytedance menerapkan pembatasan jam kerja kepada para
karyawannya dengan membatasi jam kerja maksimal hingga jam 7 malam.
Selain itu, bagi karyawan yang ingin melakukan lembur diwajibkan mendapat
izin dan membuat surat.

Bytedance menyebut budaya perusahaan mereka dengan sebutan


“Bytestyle”. Mereka percaya budaya yang mereka terapkan akan membantu
mereka dalam bekerja sama dan akhirnya akan menjadi salah satu cara mereka
untuk mewujudkan visi dan misi mereka.

“At ByteDance, we call our values "ByteStyles." They help guide how we
work together, and how we aim to bring our Mission and Vision to life”

- Bytedance

Adapun budaya dasar yang di Bytedance diebut dengan “Always Day 1”


yang isinya antara lain:

a. Selalu pertahankan pola pikir wirausaha. Tetap merintis dan inovatif


jangan hanya mengandalkan sumber daya atau prestasi masa lalu.
Disini para karyawan diharapkan mampu berpikir kreatif dan memapu
melihat peluang layaknya seorang wirausaha yang baik ditengah
kompetisi atau persaingan di dunia bisnis yang akan selalu dituntut
untuk lebih baik.
b. Tetap cekatan dan utamakan efisiensi dan kesederhanaan. Cekatan,
tanggap, dan efisien sudah menjadi poin umum yang digunakan oleh
banyak perusahaan di seluruh dunia. Yang menarik adalah budaya
kesederhanaan yang mereka gunakan, dimana sebagai sebuh
perusahaan teknologi internet tentunya hal inilah yang menjadi kunci
sukses mereka karena dalam menggunakan suatu jasa (dalam kasus ini
aplikasi) tentunya orang-orang menuntut kemudahan atau kesederhaan.
c. Tidak mudah puas diri.
d. Selalu terbuka dan rendah hati. Dengan sifat yang terbuka tentunya
akan membantu para karyawan untuk mudah menerima informasi baru
dari luar.

Budaya lain yang diterapkan oleh Bytedance adalah “Memahami dan


menghargai keberagaman dan inklusivitas”. Hal ini tentu menjadi budaya penting
karena saat ini Bytedance merupakan salah satu perusahaan besar yang memiliki
20.000 karyawan dari berbagai dunia sehingga keberagaman dan perbedaan
indivisu dalam perusahaan tidak bisa dihindarkan. Budaya yang ketiga adalah
“Bersikap apa adanya dan jelas”. Lewat budaya ini kita dapat melihat bahwa
karyawan bytedance memiliki kebebasan dalam mengekspresikan diri mereka
dengan bersikap apa adanya dan tidak berlebihan. Budaya yang keempat adalah
“haus akan kebenaran dan jadilah pragmatis”. Walaupun bekerja di perusahaan
besar, karyawan bytedance dituntut untuk selalu mencari kebenaran, jadi mereka
tidak hanya menyelesaikan pekerjaan mereka tapi juga pekerjaan diselesaikan atas
kebenaran. Budaya yang kelima adalah “berani dan raih pencapain setinggi-
tingginya” dalam budaya inipara karyawan tidak diminta untuk mencapai
kesempurnaan tetapi keberanian mereka untuk melakukan suatu hal yang diluar
zna nyaman menjadi hal yang sangat di apresiasi. Dan yang terakhir adalah
“berkembang bersama”

D. Tantangan TikTok sebagai Aplikasi Hits Saat Ini

Sebagai salah satu perusahaan teknologi internet tersukses di dunia,


tentunya perjuangan perusahaan ini tidak mulus begitu saja. Terbukti dari
beberapa produk atau aplikasi yang dimilikinya, TikTok merupakan salah satu
aplikasi yang menuai tantangan di berbagai negara. Di Indonesia salah satu
fitur yang dimiliki TikTok yakni tiktokshop diberhentikan oleh pemerintah
karena dianggap tidak memiliki izin usaha. Alhasil banyak pedagang online di
tiktokshop yang harus gulung tikar. Sementara dari sisi pedagang
konvensional di Indonesia, tiktokshop mampu menutup usaha konvensional
mereka karena semua orang beralih belanja online. Maka dari itu penutupan
fitur ini bisa dianggap sebagai angin segar bagi mereka. Tantangan lain juga
diterima tiktok dari pemerintah Amerika Serikat dan India yang sempat
memblokir izin aplikasi ini di negaranya karena dianggap sebagai mata-mata
China. Hal ini dikarena aplikasi ini merupakan aplikasi yang berasal dari
China dan memiliki kemungkinan bahwa data pribadi pengguna bisa di
salahgunakan atau diberikan oleh pemerintah China. Hal ini berkaitan dengan
kondisi politik di China yang sangat terpusat, sehingga setiap perusahaan atau
badan apapun harus bersedia jika diatur atau dimintai data oleh pemerintah
China. menghadapi tantangan ini, Shou Zi Chew selaku CEO TikTok tentu
saja tidak tinggal diam, dimana iamelakukan pembelaan dengan melakukan
klarifikasi dalam banyak wawancara di media-media luar negeri maupun
kongres pemerintahan. Selain itu, Shou Zi Chew juga tidak segan untuk
mendatangi Kementerian Perdagangan Indonesia sebagai tindak lanjut dari
diberhentikannya fitur tiktokshop di Indonesia.
Daftar Pustaka
Almas, M. (2022). "Budaya Perusahaan ByteDance, Perusahaan Pengelolah
Tiktok Versi China Douyin". https://bolong.id/im/0122/budaya-
perusahaan-bytedance-perusahaan-pengelolah-tiktok-versi-china-douyin.
diakses pada 1 Desember 2023.
David Rubenstein. (2022). Youtube. "From TikTok Creator to CEO".
https://youtu.be/eYEFoo53CSw?si=GZmQjLPdqeDidfvD
CNBC Indonesia. (2023). "Kisah Pemilik TikTok, Apakah Orang Asli China? Cek
Faktanya!". https://www.cnbcindonesia.com/tech/20230324113634-37-
424196/kisah-pemilik-tiktok-apakah-orang-asli-china-cek-faktanya.
diakses pada 1 Desember 2023.
Laras, A. (2023). "Perjalanan Bisnis ByteDance, Perusahaan Induk TikTok yang
Populer di
Dunia".https://entrepreneur.bisnis.com/read/20230105/52/1615518/perjala
nan-bisnis-bytedance-perusahaan-induk-tiktok-yang-populer-di-dunia.
diakses pada 1 Desember 2023.
New York Times Events. (2022). Youtube. "TikTok C.E.O. Shou Chew on China,
the Algorithm and More". https://youtu.be/EE5Pcz99JFI?
si=hd2eR0RTwPohetnw
SWA Online. (2023). "Profil Bisnis TikTok: Sejarah, Data Pengguna, dan
Sumber Pendapatan".
https://swa.co.id/swa/profile/profile-company/profil-bisnis-tiktok-sejarah-
data-pengguna-dan-sumber-pendapatan. diakses pada 1 Desember 2023.
TED. (2023). Youtube. "TikTok CEO Shou Chew on Its Future - and What Makes
Its Algorithm Different". https://youtu.be/7zC8-06198g?
si=OEXD3W6Y5UIGNu1y.

Anda mungkin juga menyukai