Anda di halaman 1dari 36

STUDI KASUS

“Distribusi Tegangan dan Medan Listrik pada Bushing 70 kV


Trafo Tenaga dan koneksinya terhadap udara dan Winding
Trafo”

Oleh :
ANDHIKA RIZKI PRATAMA
88112242Z

PROGRAM MAGISTER TEKNIK TENAGA ELEKTRIK


SEKOLAH TEKNIK ELEKTRO DAN INFORMATIKA
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2018
PROGRAM MAGISTER TEKNIK TENAGA ELEKTRIK
KERJA SAMA PT. PLN (PERSERO) – STEI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

BIOGRAFI

 Nama : Andhika Rizki Pratama


 NIP : 88112242Z
 Grade : SPE-02
 Email : andhikarizkipratama@gmail.com
 Unit Kerja : Divisi Talenta PT. PLN (Persero) Kantor Pusat
 Program Studi : Magister Teknik Tenaga Elektrik, STEI ITB

A N D H I K A R I Z K I P R A T A M A - 8 8 1 1 2 2 4 2 Z - 2 | 36
PROGRAM MAGISTER TEKNIK TENAGA ELEKTRIK
KERJA SAMA PT. PLN (PERSERO) – STEI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Bushing merupakan sarana penghubung antara belitan dengan konduktor luar. Bushing terdiri
dari sebuah konduktor yang diselubungi oleh isolator. Isolator tersebut berfungsi sebagai penyekat
antara konduktor bushing dengan body main tank trafo.
Secara garis besar bushing dapat dibagi menjadi empat bagian utama yaitu isolasi, konduktor,
klem koneksi, dan asesoris. Isolasi pada bushing terdiri dari tiga jenis yaitu Oil Impregnated Paper
(OIP), Resin Impregnated Paper (RIP) dan Condeser. Pada tipe OIP isolasi yang digunakan adalah kertas
isolasi dan minyak isolasi sedangkan pada tipe RIP isolasi yang digunakan adalah kertas isolasi dan
resin dan pada tipe Non Condenser menggunakan isolasi porselen yang dilengkapi dengan Rod.
Untuk desain Trafo saat ini untuk sisi HV sudah menggunakan Bushing tipe RIP sehingga
memiliki keandalan dan keamanan yang lebih baik dibandingkan tipe OIP, sedangkan untuk sisi LV, TV
dan Bushing Core-Yoke menggunakan bushing dengan tipe PBI karena kemudahan instalasi
dibandingkan dengan tipe RIP dengan keandalan yang serupa.
Bushing Jenis RIP terdiri dari core yang dikelilingi dengan kertas isolasi dan celah-celah
diantara kerta isolasi ditambah resin dengan teknik vacum. Core bushing mempunyai isolasi ekternal
dengan bahan porselin atau hollow composite dan jarak antara condensor core dengan ruang isolasi
luar diisi dengan isolasi minyak seperti gambar diatas. Dengan proses vacum maka tidak ada void yang
terbentuk dan tidak memicu timbulnya partial discharge. Perbedaan mendasar dengan oil
impreganted paper adalah core pada RIP bushing diperoleh setelah proses impregnated yang
menghasilkan bentuk padat dimana gas dan minyak menjadi padat. Selain itu harga untuk resin
impregnated paper bushing (RIP) lebih mahal dibandingkan dengan oil impregnated paper bushing
(OIP) dan aman karena jika bushing breakdown tidak menyebabkan ledakan.

A N D H I K A R I Z K I P R A T A M A - 8 8 1 1 2 2 4 2 Z - 3 | 36
PROGRAM MAGISTER TEKNIK TENAGA ELEKTRIK
KERJA SAMA PT. PLN (PERSERO) – STEI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

Gambar 1.1. Perbandingan Bushing RIP & OIP

Pada saat ini, ada beberapa macam metode yang digunakan untuk menganalisa medan listrik
dan medan magnet pada sebuah material atau media. Beberapa metode tersebut antara lain :
- Finite Element Method (FEM)
- Finite Different Method (FDM)
- Charge Simulation Method (CSM)
- Boundary Method
- Monte Carlo Method

I.2 Tujuan Simulasi


Tujuan dilakukannya “Distribusi Tegangan dan Medan Listrik pada Bushing 70 kV Trafo dan
koneksinya terhadap udara dan winding trafo” adalah:
1. Melakukan pemodelan Bushing 70 kV dengan koneksi terhadap udara dan winding Trafo yang
rounded dan yang tajam dengan menggunakan software FEMM 4.2.
2. Melakukan perhitungan distribusi tegangan dan distribusi medan listrik pada Bushing 70 kV agar
dapat diketahui efek dari koneksi tersebut terhadap isolasi udara dan isolasi minyak trafo di
sekelilingnya.

A N D H I K A R I Z K I P R A T A M A - 8 8 1 1 2 2 4 2 Z - 4 | 36
PROGRAM MAGISTER TEKNIK TENAGA ELEKTRIK
KERJA SAMA PT. PLN (PERSERO) – STEI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

3. Mengetahui dampak dari adanya sisi tajam (Menggunakan case Lead Bushing, Konduktor Bushing)
pada isolasi udara dan isolasi minyak

I.3. Permasalahan
Pada Studi Kasus ini akan disimulasikan dan dianalisis pengaruh koneksi Konduktor Bushing
arah LA (bagian luar) dan Lead Bushing arah Winding pada Bushing 70 kV Trafo, sehingga dapat
diketahui efek dari koneksi tersebut terhadap isolasi udara dan isolasi minyak trafo di sekelilingnya.
Analisis dilakukan dengan menggunakan metode Elemen Hingga (Finite Element Method) dan
disimulasikan menggunakan software FEMM 4.2.

I.4 Batasan Masalah


Batasan Masalah dilakukannya “Analisa Distribusi Tegangan dan Medan Listrik pada Bushing 70
kV Trafo dan koneksinya terhadap udara dan winding trafo Menggunakan Software FEMM 4.2” ini
adalah sebagai berikut:
1. Analisis distribusi tegangan dan distribusi medan listrik dilakukan pada bagian Penampang bushing
dan koneksinya terhadap udara melalui konduktor dan terhadap winding trafo melalui lead
bushing.
2. Pemodelan dilakukan dalam 2 dimensi dan Pemotongan tampak samping.
3. Perhitungan distribusi potensial dan medan listrik dilakukan menggunakan metode Finite Element
Method (FEM) dengan software FEMM 4.2.

A N D H I K A R I Z K I P R A T A M A - 8 8 1 1 2 2 4 2 Z - 5 | 36
PROGRAM MAGISTER TEKNIK TENAGA ELEKTRIK
KERJA SAMA PT. PLN (PERSERO) – STEI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

BAB II
LANDASAN TEORI

II.1 Medan Listrik


Medan listrik dapat dianalisa seperti medan elektrostatis dan magnetostatis, karena medan
listrik yang dihasilkan oleh saluran udara arus bolak-balik adalah kuasi statis. Dalam bentuk kuasi
statis medan listrik dihasilkan oleh peralatan listrik dalam keadaan bertegangan. Besarnya medan
listrik pada suatu tempat adalah berbanding lurus dengan besarnya tegangan dan berbanding
terbalik terhadap jarak
Kuat medan listrik biasanya ditulis sebagai E dan merupakan vektor yang memiliki besar dan
arah tertentu, seperti yang dirumuskan dibawah ini
Q
E .aR
4 0 R 2 (2.3)
Satuan dari kuat medan listrik E adalah Volt/meter. Jika digambarkan dalam koordinat
kartesius, medan listrik E dari titik yang bermuatan +Q dan terletak pada koordinat terhadap titik
P (x, y, z) akan terlihat sebagai vektor-vektor seperti pada gambar 1 berikut :

Gambar 2.1. Titik P merupakan penjumlahan vektor medan listrik akibat muatan +Q

Jika ada banyak muatan pada kedudukan yang berbeda-beda, medan yang disebabkan oleh
n muatan titik adalah

E (r ) 
Q1
.a1 
Q2
.a2  ... 
Qn
.an
(2.4)
4 o r  r1 4 o r  r2 4 o r  rn
2 2 2

A N D H I K A R I Z K I P R A T A M A - 8 8 1 1 2 2 4 2 Z - 6 | 36
PROGRAM MAGISTER TEKNIK TENAGA ELEKTRIK
KERJA SAMA PT. PLN (PERSERO) – STEI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

II.2 Metode Perhitungan untuk Menganalisis Distribusi Tegangan dan Medan Listrik
Pada saat ini, ada beberapa macam metode yang digunakan untuk menganalisis Distribusi
Tegangan dan Medan Listrik pada sebuah material atau media. Beberapa metode tersebut antara lain
:
- Finite Element Method (FEM)
- Finite Different Method (FDM)
- Charge Simulation Method (CSM)
- Boundary Method
- Monte Carlo Method

Finite Element Method (FEM) merupakan salah satu metode populer yang digunakan untuk
menyelesaikan persamaan – persamaan differensial, salah satunya untuk menyelesaikan persamaan
Poisson. Metode Finite Element membagi daerah yang akan diselesaikan menjadi elemen – elemen
yang lebih kecil. Pembagian ini bisa fleksibel mengikuti bentuk daerah atau bidang yang akan
diselesaikan. Pembagian daerah atau bidang permasalahan menjadi elemen – elemen yang lebih kecil
ini disebut diskritisasi. Jumlah dan ukuran elemen yang dibentuk tergantung dari permasalahan yang
akan diselesaika.
Karena benda atau peralatan listrik yang merupakan benda yang statis dan steady state, yaitu
bushing, maka metode perhitungan dengan Finite Element Method lebih memberikan jumlah node
yang lebih sedikit, lama perhitungan dan waktu komputasi yang lebih singkat, besar penyimpanan
data yang lebih ringkas dan kecil, besar memori yang dipakai untuk komputasi yang lebih kecil, lebih
baik dalam mendeskripsikan geometri, serta perlakuan yang lebih baik untuk bagian yang tipis dan
mempunyai bentuk yang kompleks. Metode Finite Element Method (FEM) juga memiliki keunggulan
dalam fleksibilitas, akurasi, dan efisiensi perhitungan. Dalam paper lain yang pernah dibaca,
disebutkan bahwa Finite Element Method sangat cocok digunakan pada problem steady state seperti
bushing ini. Untuk itulah, penulis mencoba menggunakan Software bernama FEMM (Finite Element
Method Magnetic) untuk mensimulasikan distribusi tegangan dan distribusi medan listrik pada
bushing dengan koneksi yang berbeda ini.
Beberapa kelebihan dan keuntungan Finite Element Method dibandingkan dengan metode
perhitungan dan komputasi lain adalah:
1. Memberikan jumlah node yang lebih sedikit
2. Memberikan lama perhitungan dan waktu komputasi yang lebih singkat
3. Besar penyimpanan data yang lebih ringkas dan kecil
A N D H I K A R I Z K I P R A T A M A - 8 8 1 1 2 2 4 2 Z - 7 | 36
PROGRAM MAGISTER TEKNIK TENAGA ELEKTRIK
KERJA SAMA PT. PLN (PERSERO) – STEI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

4. Besar memori yang dipakai untuk komputasi yang lebih kecil


5. Terbukti lebih baik dalam mendeskripsikan bentuk geometri
6. Perlakuan dan penggunaan yang lebih baik untuk bagian yang tipis dan mempunyai bentuk
yang kompleks.
7. Mempunyai fleksibilitas, akurasi, dan efisiensi perhitungan dan komputasi yang tinggi.
8. Sangat cocok digunakan pada problem steady state seperti isolator jenis gelas ini.

II.3 Finite Element Method (FEM)


Metode numerik yang digunakan untuk melakukan perhitungan medan magnet adalah
metode elemen hingga. Ide utama dari metode elemen hingga adalah membagi domain menjadi
beberapa elemen kecil yang disebut elemen. Bentuk dan ukuran dari elemen tersebut sembarang
sehingga sangat fleksibel untuk menyesuaikan dengan bentuk geometri yang kompleks dan
berbeda-beda. Ukuran dan jumlah elemen bisa disesuaikan dengan permasalahan yang ada.
Misalkan, jumlah elemen makin banyak untuk daerah-daerah yang dekat dengan perbatasan antar
material atau daerah-daerah yang perubahan potensial sangat besar. Metode elemen hingga
terdiri dari beberapa tahap yaitu:
a. Perumusan masalah
Persamaan medan magnet poisson untuk dua dimensi adalah sebagai berikut:

  1  A   1  A
  J
 x    x   y    y 
Untuk daerah dengan nilai µ konstan, persamaan poisson tersebut dapat disederhanakan
sebagai berikut :
A A
   J
x  y
b. Pembagian domain menjadi elemen-elemen
Metode elemen hingga melakukan diskretisasi domain menjadi domain yang lebih kecil yang
disebut elemen. Bentuk dan ukuran elemen bebas sehingga fleksibel menyesuaikan dengan
bentuk geometri yang bermacam-macam.

A N D H I K A R I Z K I P R A T A M A - 8 8 1 1 2 2 4 2 Z - 8 | 36
PROGRAM MAGISTER TEKNIK TENAGA ELEKTRIK
KERJA SAMA PT. PLN (PERSERO) – STEI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

Gambar 2.2 Pembagian Domain

c. Penentuan fungsi pendekatan dalam elemen


Fungi pendekatan yang paling sederhana adalah menggunakan fungsi polinomial linier: A(x,y)
= A(x,y) = α1 + α2 x + α3 y
Nilai koefisiean α bisa disusun dalam matriks sebagai berikut :
1
1  1 xi yi   Ai 
    
 2   1 x j y j   Aj 
  1 x ym  A 
 3  m  m
Penggunaan fungsi polinomial linier ini dengan beberapa asumsi yaitu:
- Potensial berubah secara linier sepanjang sumbu x dan y
- Kuat medan dianggap uniform atau sama dalam elemen.
Makin kecil ukuran elemen, maka tingkat akurasi makin besar. Dengan demikian ukuran
elemen menentukan tingkat akurasi hasil simulasi perhitungan.
d. Penyusunan elemen matriks dari persamaan elemen
Dari persamaan elemen tersebut, bisa disusun elemen matriks menggunakan metode
‘Weighted Galerkin Residual’ sebagai berikut :

 bi2  ci2 bi b j  ci c j bi bm  ci cm   Ai   Pi  0


1        
 b j bi  c j ci b 2j  c 2j b j bm  c j cm  x  Aj    p j   0
4 S 
bmbi  cm ci
 bmb j  cm c j bm2  cm2   Am   Pm  0

e. Penyusunan elemen matriks menjadi sistem matriks


Elemen-elemen matriks disusun membentuk sistem matriks. Penyusunan sistem matriks ini
dengan cara meletakkan koefisien elemen matriks sesuai dengan indeks titik dan indeks elemen.
Contoh penyusunan sistem matriks dari empat buah elemen matriks seperti terlihat pada gambar
2.

A N D H I K A R I Z K I P R A T A M A - 8 8 1 1 2 2 4 2 Z - 9 | 36
PROGRAM MAGISTER TEKNIK TENAGA ELEKTRIK
KERJA SAMA PT. PLN (PERSERO) – STEI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

 k11
1 1
k12 1
k14   k 22
2 2
k 24 2
k 25   k 22
3 3
k 23 3
k 25   k33
4 4
k35 4
k36 
 1 1 1   2 2 2   3 3 3   4 4 4 
 k21 k22 k24   k42 k44 k45   k32 k33 k35   k53 k55 k56 
 k41
1 1
k42 1   2
k44 2 2   3 3 3   4 4 4 
   k52 k54 k55   k52 k53 k55   k63 k65 k66 
 k11
1 1
k12 0 1
k14 0 0 
 1 
 k21
1
k22  k22
2
 k22
3 3
k23 1
k24  k24
2
k  k25
2
25
3
0 
 0 3
k32 k33  k33
3 4
0 k  k35
3 4 4 
k36
 1 
35

 k41 k42  k42


1 2
0 k44  k44
1 2 2
k45 0 
 0 k52  k52
2 3 3
k53  k53
4 2
k54 k55  k55  k55
2 3 4 4 
k56
 
 0 
4 4 4
 0 k63 0 k65 k66 

Gambar 2. 3 sistem matriks


seperti terlihat pada gambar 2, sistem matriks yang terbentuk merupakan matriks simetris
dan definit positif serta memiliki banyak nilai nol.
f. Syarat batas (titik-titik yang diketahui potensialnya)
Titik-titik yang diketahui nilai potensialnya (dirichlet boundary condition/first type boundary)
harus diakomodir dalam sistem matriks sehingga sistem matriks menjadi terselesaikan (tidak
singular). Misalkan diketahui potensial di titik 3 sebesar A0, maka sistem matriks berubah menjadi:

 k11 k12 0 k14 k15   A1   b1  k13 A0 


k k25   A2  b2  k23 A0 
 21 k22 0 k24
   
0 0 1 0 0  x  A3    A0 
    
 k41 k42 0 k44 k45  A4 b k A 
   4 43 0 
 k51 k52 0 k54 k55   A5  b5  k53 A0 
g. Menyelesaikan sistem matriks untuk mendapatkan nilai-nilai potensial diskrit di setiap titik.
Ada beberapa cara yang bisa digunakan untuk menyelesaikan sistem matriks tersebut. Salah
satu cara yang paling umum adalah dengan metode iterasi.
h. Melakukan perhitungan lebih lanjut, misalkan menghitung medan listrik.
Secara umum Finite Element Method (FEM) dapat dibagi menjadi beberapa langkah
penyelesaian, yaitu :
1. Diskritisasi
Membagi daerah atau bidang solusi menjadi elemen – elemen yang lebih kecil. Setiap elemen
memiliki jumlah titik tertentu yang disebut node. Bentuk elemen bisa bermacam – macam, antara
lain garis, segitiga, segi empat atau yang lain untuk membentuk daerah atau bidang yang akan
diselesaikan. Pemilihan bentuk elemen tergantung dari permasalahan yang akan diselesaikan,
contohnya untuk permasalahan 1D, seperti batang silindris yang simetris dalam bidang radial,
pembagian elemen yang paling mudah adalah dengan bentuk garis (2 node). Sedangkan untuk
permasalahan 2D, diskritisasi dilakukan dengan membagi daerah/bidang menjadi elemen –
elemen yang berbentuk segitiga.
A N D H I K A R I Z K I P R A T A M A - 8 8 1 1 2 2 4 2 Z - 10 | 36
PROGRAM MAGISTER TEKNIK TENAGA ELEKTRIK
KERJA SAMA PT. PLN (PERSERO) – STEI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

Gambar 2.4 Diskritisasi (pembagian bidang atau daerah menjadi elemen – elemen)
2. Menentukan fungsi perkiraan untuk setiap elemen
Fungsi perkiraan menggambarkan variasi dari setiap elemen yang akan dibentuk. Fungsi perkiraan
yang paling sederhana adalah dengan menggunakan pendekatan liniear. Persamaan fungsi
perkiraan :
𝜑∆𝑆 (𝑥, 𝑦) = 𝐶1 + 𝐶2 𝑥 + 𝐶3 𝑦
C1, C2 dan C3 adalah koefisien yang belum diketahui. Misalkan ada 3 pasang koordinat (xiyi, xjyj,
xkyk), koefisien C1, C2 dan C3 dapat dinyatakan dengan node potensial ϕi, ϕj, ϕk. Persamaan elemen
menjadi :
𝜑𝑖 (𝑥𝑖 𝑦𝑖 ) = 𝐶1 + 𝐶2 𝑥𝑖 + 𝐶3 𝑦𝑖
𝜑𝑗 (𝑥𝑗 𝑦𝑗 ) = 𝐶1 + 𝐶2 𝑥𝑗 + 𝐶3 𝑦𝑗
𝜑𝑘 (𝑥𝑘 𝑦𝑘 ) = 𝐶1 + 𝐶2 𝑥𝑘 + 𝐶3 𝑦𝑘
Semakin kecil ukuran elemen, semakin besar tingkat akurasinya.
3. Evaluasi permasalahan untuk setiap elemen dan penyusunan matrik elemen
Setelah didapatkan elemen – elemen penyusun bidang atau permasalahan yang akan diselesaikan,
langkah selanjutnya adalah menyelesaikan persamaan permasalahan untuk setiap elemen yang
telah dibentuk. Penyelesaian permasalahan untuk setiap elemen kemudian disusun dalam sebuah
matriks. Dengan metode ‘Weighted Galerkin Residual’, dapat disusun matrik sebagai berikut :
 bi2  ci2 bi b j  ci c j bi bm  ci cm   Ai   Pi  0
1        
 b j bi  c j ci b 2j  c 2j b j bm  c j cm  x  Aj    p j   0
4 S 
bmbi  cm ci
 bmb j  cm c j bm2  cm2   Am   Pm  0

Untuk daerah yang bebas sumber (tidak ada rapat arus) dan batas yang homogen, maka
persamaan di atas bisa disederhanakan menjadi :

 bi2  ci2 bi b j  ci c j bibm  ci cm   Ai  0


1      
b j bi  c j ci b 2j  c 2j b j bm  c j cm  x  Aj   0
4 S 
bmbi  cm ci
 bmb j  cm c j bm2  cm2     
 Am  0
4. Penggabungan elemen - elemen menjadi system dan pembentukan matrik sistem

A N D H I K A R I Z K I P R A T A M A - 8 8 1 1 2 2 4 2 Z - 11 | 36
PROGRAM MAGISTER TEKNIK TENAGA ELEKTRIK
KERJA SAMA PT. PLN (PERSERO) – STEI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

Matrik elemen yang sudah didapatkan kemudian disusun menjadi matrik sistem. Peletakan setiap
matrik elemen pada matrik system dengan memperhatikan indeks setiap elemen di dalam sistem.

1 22
3 2 11
1
2
1 3
3
2 3 231
3 2
1

3 Gambar 2.5 Penggabungan Elemen menjadi Sistem


3 2

5. Syarat batas (titik-titik yang diketahui potensialnya)


Titik-titik yang diketahui nilai potensialnya (dirichlet boundary condition/first type boundary)
harus diakomodir dalam sistem matriks sehingga sistem matriks menjadi terselesaikan (tidak
singular). Misalkan diketahui potensial di titik 3 sebesar A0, maka sistem matriks berubah menjadi:

 k11 k12 0 k14 k15   A1   b1  k13 A0 


k k25   A2  b2  k23 A0 
 21 k22 0 k24
   
0 0 1 0 0  x  A3    A0 
    
 k41 k42 0 k44 k45  A4 b k A 
   4 43 0 
 k51 k52 0 k54 k55   A5  b5  k53 A0 

6. Menyelesaikan persamaan sistem


Tahap terakhir adalah menyelesaikan persamaan sistem berdasarkan matrik yang sudah dibentuk
oleh elemen – elemen penyusunnya. Dalam penyelesaian persamaan sistem ini, metode yang
umum digunakan adalah metode iterasi.

II.4 Software FEMM 4.2 (Finite Element Method Magnetics)


Software FEMM (Finite Element Method Magnetics) 4.2 adalah software yang berguna untuk
menganalisis bentuk garis equipotensial medan, intensitas medan magnet, kerapatan medan magnet,
gaya, torsi dan sebagainya pada obyek rangkaian listrik atau elektroda bertegangan. Program ini dapat
diaplikasikan pada Sistem Operasi Windows 95, Windows 98, Windows ME, Windows NT, Windows
2000, Windows XP, Windows 7, Windows 8, dan Sistem Operasi Apple Macintosh.
Dalam software aplikasi ini, tampilan dibuat lebih interaktif dan memudahkan penggunanya.
FEMM (Finite Element Method Magnetics) dapat menampilkan grafik objek sebelum dan setelah
A N D H I K A R I Z K I P R A T A M A - 8 8 1 1 2 2 4 2 Z - 12 | 36
PROGRAM MAGISTER TEKNIK TENAGA ELEKTRIK
KERJA SAMA PT. PLN (PERSERO) – STEI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

pemrosesan, penyusunan mesh, serta beberapa fungsi lain. Selain itu, tersedia juga fungsi Lua yang
sudah terintegrasi dengan program FEMM. Dengan Lua, pengguna dapat membuat fungsi yang
berjalan bertahap, mendeskripsikan geometri dari semua parameter, menjalankan optimasi, dan
fungsi fungsi lainnya.

Gambar 2.6 Tampilan Utama pada Software Aplikasi FEMM (Finite Element Method Magnetics)

Secara garis besar, software aplikasi FEMM (Finite Element Method Magnetics) dapat
menganalisis permasalahan permasalahan sebagai berikut:

1. Magnetics Problem
2. Electrostatic Problem
3. Heat Flow Problem
4. Current Flow Problem

II.5. Konsep Dasar Bushing Trafo


Bushing merupakan sarana penghubung antara belitan dengan konduktor luar. Bushing
terdiri dari sebuah konduktor yang diselubungi oleh isolator. Isolator tersebut berfungsi
sebagai penyekat antara konduktor bushing dengan body main tank trafo.

Secara garis besar bushing dapat dibagi menjadi empat bagian utama yaitu isolasi,
konduktor, klem koneksi, dan asesoris. Isolasi pada bushing terdiri dari tiga jenis yaitu Oil
Impregnated Paper (OIP), Resin Impregnated Paper (RIP) dan Condeser. Pada tipe OIP isolasi
yang digunakan adalah kertas isolasi dan minyak isolasi sedangkan pada tipe RIP isolasi yang
A N D H I K A R I Z K I P R A T A M A - 8 8 1 1 2 2 4 2 Z - 13 | 36
PROGRAM MAGISTER TEKNIK TENAGA ELEKTRIK
KERJA SAMA PT. PLN (PERSERO) – STEI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

digunakan adalah kertas isolasi dan resin dan pada tipe Non Condenser menggunakan isolasi
porselen yang dilengkapi dengan Rod.

Untuk desain Trafo saat ini untuk sisi HV sudah menggunakan Bushing tipe RIP sehingga
memiliki keandalan dan keamanan yang lebih baik dibandingkan tipe OIP, sedangkan untuk
sisi LV, TV dan Bushing Core-Yoke menggunakan bushing dengan tipe PBI karena kemudahan
instalasi dibandingkan dengan tipe RIP dengan keandalan yang serupa.

Bushing Jenis RIP terdiri dari core yang dikelilingi dengan kertas isolasi dan celah-celah
diantara kerta isolasi ditambah resin dengan teknik vacum. Core bushing mempunyai isolasi
ekternal dengan bahan porselin atau hollow composite dan jarak antara condensor core
dengan ruang isolasi luar diisi dengan isolasi minyak seperti gambar diatas. Dengan proses
vacum maka tidak ada void yang terbentuk dan tidak memicu timbulnya partial discharge.
Perbedaan mendasar dengan oil impreganted paper adalah core pada RIP bushing diperoleh
setelah proses impregnated yang menghasilkan bentuk padat dimana gas dan minyak menjadi
padat. Selain itu harga untuk resin impregnated paper bushing (RIP) lebih mahal dibandingkan
dengan oil impregnated paper bushing (OIP) dan aman karena jika bushing breakdown tidak
menyebabkan ledakan.

Gambar 2.7. Penampang bushing RIP

A N D H I K A R I Z K I P R A T A M A - 8 8 1 1 2 2 4 2 Z - 14 | 36
PROGRAM MAGISTER TEKNIK TENAGA ELEKTRIK
KERJA SAMA PT. PLN (PERSERO) – STEI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

Gambar 2.8. Perbandingan Bushing RIP & OIP

Terdapat beberapa jenis koneksi pada bushing yaitu draw lead yang menggunakan flexible
lead, bottom connection yang menggunakan pengikat pada ujung keluaran lead dan draw rod
yang menggunakan besi pejal. Saat ini Bushing HV menggunakan koneksi tipe flexible lead
karena kebutuhannya untuk tegangan tinggi, dan untuk Bushing LV & TV menggunakan tipe
rod yang dapat menyalurkan arus yang tinggi. Koneksi tipe rod akan disambungkan dengan
flexible lead kearah winding dengan koneksi antara rod-lead menggunakan parallel clamp
yang dilapisi dengan isolasi Kraft paper seperti pada tabel dibawah ini.

Tabel 1. Perbandingan Draw Lead, Bottom Connection dan Draw Rod

No Draw Lead Bottom Connection Draw Rod


1 I Rated up to 800 A I Rated 1200-4000 A I Rated up to 4000 A
2 Arus melalui Arus melalui Center Arus melalui hollow
hollow conductor conductor conductor
3 Koneksi Terdapat Man Hole di Koneksi rod pada
menggunakan Tangki Trafo sebagai bagian bawah bushing
flexible cable yang media koneksi Bushing-
Winding

A N D H I K A R I Z K I P R A T A M A - 8 8 1 1 2 2 4 2 Z - 15 | 36
PROGRAM MAGISTER TEKNIK TENAGA ELEKTRIK
KERJA SAMA PT. PLN (PERSERO) – STEI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

pada bagian atas


bushing

Koneksi lead bushing adalah salah satu hal yang harus diperhatikan dalam pemasangan
bushing, karena jika tidak “rounded” dan masih terdapat sisi tajam akan dapat menimbulkan
konsentrasi medan listrik yang besar di titik yang tidak rounded tersebut. Medan listrik yang
besar akan menimbulkan panas pada titik yang tidak “rounded” tersebut dan akan
mengurangi kekuatan isolasinya. Selain itu juga akan menyebabkan penurunan kualitas isolasi
minyak trafo yang tentunya akan mengurangi keandalan trafo tersebut, oleh karena itu
proses koneksi lead bushing tersebut harus menghindari adanya sisi tajam agar keandalan
trafo dapat optimal.

A N D H I K A R I Z K I P R A T A M A - 8 8 1 1 2 2 4 2 Z - 16 | 36
PROGRAM MAGISTER TEKNIK TENAGA ELEKTRIK
KERJA SAMA PT. PLN (PERSERO) – STEI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

BAB III
PEMODELAN DAN SIMULASI

III.1. Pemodelan Bushing 70 kV


Model Bushing 70 kV yang dipergunakan untuk simulasi pada Software FEMM (Finite Element
Method Magnetics) 4.2 adalah sebagai berikut:

Gambar 3.1 Model Penampang Bushing 70 kV dan Pembanding dengan Bushing ABB Type RTKF 72.5 dan HSP
STARIP 73

Parameter – parameter model :


- Konstanta Dielektrik (ε) Udara :1
- Konstanta Dielektrik (ε) Alumunium : 2.2

A N D H I K A R I Z K I P R A T A M A - 8 8 1 1 2 2 4 2 Z - 17 | 36
PROGRAM MAGISTER TEKNIK TENAGA ELEKTRIK
KERJA SAMA PT. PLN (PERSERO) – STEI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

- Konstanta Dielektrik (ε) Metal Fitting : 15


- Konstanta Dielektrik (ε) Porcelain : 5.9
- Konstanta Dielektrik (ε) Transformer Oil : 4,5
- Konstanta Dielektrik (ε) Resin Impregnated Paper (RIP) : 5
- Konstanta Dielektrik (ε) Copper Rod : 3.5
- Konstanta Dielektrik (ε) Copper Conductor : 3.5

Dudukan flange bawah terhubung dengan Ground melalui Main Tank Trafo dan Metal Fitting di
Bagian atas Bushing terhubung dengan konduktor 70 kV.

III.2. Medan Listrik dan Distribusi Tegangan


Pada permasalahan Medan Elektrostatik, Medan Listrik dapat dituliskan :
𝐸 = −∇𝑉 (1)
Persamaan Maxwell :
𝜌
∇𝐸 = ∇(−∇𝑉) = 𝜀
(2)

Dimana, 𝜌 adalah Resistivitas (𝛺/𝑚)


𝜀 adalah Konstanta Dielektrik Material (𝜀 = 𝜀0 𝜀𝑟 )
𝜀0 adalah Konstanta Dielektrik ruang terbuka (8,854 x 10-12 F/m)
𝜀𝑟 adalah Konstanta Dielektrik Relatif material

Substitusi persamaan (1) dan (2) didapatkan persamaan Poisson :


𝜀. ∇(∇𝑉) = −𝜌 (3)
Jika ρ = 0, persamaan Poisson dapat dinyatakan dalam persamaan Laplace :
𝜀. ∇(∇𝑉) = 0 (4)

III.3. Flowchart Komputasi pada Software FEMM 4.2 dengan Finite Element Method (FEM)
Secara garis besar, alur berpikir yang dipergunakan dalam program software aplikasi FEMM
(Finite Element Method Magnetics) 4.2 untuk menganalisis fenomena terkait distribusi tegangan dan
distribusi medan listrik adalah sebagai berikut:

A N D H I K A R I Z K I P R A T A M A - 8 8 1 1 2 2 4 2 Z - 18 | 36
PROGRAM MAGISTER TEKNIK TENAGA ELEKTRIK
KERJA SAMA PT. PLN (PERSERO) – STEI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

Gambar 3.2. Flowchart alur berpikir yang dipergunakan dalam program software aplikasi FEMM 4.2
III.4. Setting Parameter dan Langkah Komputasi pada Software FEMM 4.2
Finite Element Method (FEM) 2D digunakan untuk menganalisa Distribusi Tegangan dan
Medan Listrik pada Bushing 70 kV dan disimulasikan dengan menggunakan software FEMM 4.2.

Set up parameter pada FEMM 4.2 :


1. Definisi Problem

A N D H I K A R I Z K I P R A T A M A - 8 8 1 1 2 2 4 2 Z - 19 | 36
PROGRAM MAGISTER TEKNIK TENAGA ELEKTRIK
KERJA SAMA PT. PLN (PERSERO) – STEI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

Gambar 3.3. Definisi Problem pada Simulasi Bushing 70 kV

2. Setting Material
Setting parameter untuk material – material pada Bushing 70 kV antara lain :

Gambar 3.4. Setting parameter material pada Simulasi Bushing 70 kV

- Udara

Gambar 3.5. Setting parameter udara pada Simulasi Bushing 70 kV

A N D H I K A R I Z K I P R A T A M A - 8 8 1 1 2 2 4 2 Z - 20 | 36
PROGRAM MAGISTER TEKNIK TENAGA ELEKTRIK
KERJA SAMA PT. PLN (PERSERO) – STEI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

- Aluminium

Gambar 3.6. Setting parameter aluminium pada Simulasi Bushing 70 kV

- Metal Fitting

Gambar 3.7. Setting parameter Metal Fitting pada Simulasi Bushing 70 kV

- Porcelain

Gambar 3.8. Setting parameter Porcelain pada Simulasi Bushing 70 kV

- Transformer Oil

Gambar 3.9. Setting parameter Transformer Oil pada Simulasi Bushing 70 kV

A N D H I K A R I Z K I P R A T A M A - 8 8 1 1 2 2 4 2 Z - 21 | 36
PROGRAM MAGISTER TEKNIK TENAGA ELEKTRIK
KERJA SAMA PT. PLN (PERSERO) – STEI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

- Resin Impregnated Paper (RIP)

Gambar 3.10. Setting parameter RIP pada Simulasi Bushing 70 kV

- Copper Rod

Gambar 3.11. Setting parameter Copper Rod pada Simulasi Bushing 70 kV

- Copper Conductor

Gambar 3.12. Setting parameter Copper Conductor pada Simulasi Bushing 70 kV

3. Setting Konduktor dan Ground


- Konduktor
Setting konduktor digunakan untuk mendefinisikan bagian bertegangan. Pada simulasi ini
tegangan yang digunakan adalah 70 kV

A N D H I K A R I Z K I P R A T A M A - 8 8 1 1 2 2 4 2 Z - 22 | 36
PROGRAM MAGISTER TEKNIK TENAGA ELEKTRIK
KERJA SAMA PT. PLN (PERSERO) – STEI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

Gambar 3.13. Setting parameter Konduktor HV pada Simulasi Bushing 70 kV

- Ground

Gambar 3.14. Setting parameter Ground pada Simulasi Bushing 70 kV

4. Model Bushing 70 kV pada FEMM 4.2.


Langkah awal yang perlu dilakukan adalah memodelkan desain bushing 70 kV ke dalam
software aplikasi FEMM sesuai dengan dimensi sebenarnya. Adapun ukuran Pada simulasi kali ini
cakupan area di sekeliling objek yang dianalisis berbentuk Segi Empat dengan ukuran sumbu x : sumbu
y, 13.7 cm : 37.8 cm dengan skala 1:10. Adapun ukuran bushing pada simulasi ini terdapat pada tabel
3.1 dibawah ini.
Pada simulasi ini ada 2 kondisi yang akan dibandingkan, yaitu Bushing 70 kV dengan koneksi
terhadap udara dan winding Trafo yang rounded. Yang dimaksud rounded adalah koneksi konduktor
Bushing arah LA dan Lead Bushing arah winding yang elastis untuk meminimalisir adanya konsentrasi
medan listrik yang tinggi yang dapat mempengaruhi isolasi udara dan isolasi minyak di sekitar bushing.
Pada gambar dibawah ini diperlihatkan koneksi bushing 70 kV yang round dan yang terdapat sisi tajam.

Ukuran (mm)
No Parameter
Simulasi FEMM HSP STARIP 73 ABB RTKF 72.5
1 Tinggi Stud Bushing – Flange bawah 95.5 958 980
2 Lebar Isolator 22.5 225 92
3 Lebar Copper Rod/Stud Bushing 3 30 30
4 Tinggi bottom connection 86 860 780
Tabel 1. Ukuran Bushing 70 kV HSP & ABB dibandingkan dengan simulasi

A N D H I K A R I Z K I P R A T A M A - 8 8 1 1 2 2 4 2 Z - 23 | 36
PROGRAM MAGISTER TEKNIK TENAGA ELEKTRIK
KERJA SAMA PT. PLN (PERSERO) – STEI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

Gambar 3.15 Perbandingan koneksi bushing yang rounded dan yang terdapat sisi tajam
5. Diskritisasi Finite Element Method (FEM)
Diskritisasi dilakukan secara otomatis dengan menggunakan software FEMM 4.2 dan didapat
masing-masing 19483 dan 19032 nodes untuk koneksi yang rounded dan koneksi yang tajam.

A N D H I K A R I Z K I P R A T A M A - 8 8 1 1 2 2 4 2 Z - 24 | 36
PROGRAM MAGISTER TEKNIK TENAGA ELEKTRIK
KERJA SAMA PT. PLN (PERSERO) – STEI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

Gambar 3.16 Diskritisasi Bushing 70 kV dengan koneksi yang rounded

Gambar 3.17 Diskritisasi Bushing 70 kV dengan koneksi yang terdapat sisi tajam

A N D H I K A R I Z K I P R A T A M A - 8 8 1 1 2 2 4 2 Z - 25 | 36
PROGRAM MAGISTER TEKNIK TENAGA ELEKTRIK
KERJA SAMA PT. PLN (PERSERO) – STEI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

BAB IV
HASIL SIMULASI DAN ANALISIS

Percobaan dan Simulasi distribusi tegangan dan distribusi medan listrik pada Bushing 70 kV
dibagi menjadi 2 kategori yaitu:
1. Bushing 70 kV dengan koneksi konduktor arah LA dan Lead Bushing arah winding yang
”rounded”
2. Bushing 70 kV dengan koneksi konduktor arah LA dan Lead Bushing arah winding yang tajam
Software aplikasi FEMM 4.2 digunakan untuk mengamati distribusi dan gradient tegangan serta
distribusi dan gradient medan listrik di sekitar Bushing 70 kV yang di simulasikan

IV.1. Bushing 70 kV dengan koneksi konduktor arah LA dan Lead Bushing arah winding yang
”rounded”
Koneksi Bushing adalah salah satu hal penting yang harus diperhatikan pada waktu
pembuatan dan pemasangan trafo. Pada bab ini akan dibahas kondisi ideal dimana koneksi konduktor
Bushing terhadap LA dan Lead Bushing terhadap winding yang rounded seperti pada Gambar 4.1
dibawah ini. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir adanya konsentrasi medan tinggi pada koneksi
tersebut yang dapat mempengaruhi isolasi minyak trafo dan udara.

Gambar 4.1. Koneksi Lead Bushing 70 kV yang rounded

Hasil simulasi Bushing 70 kV dengan koneksi yang ”rounded” adalah sebagai berikut:

A N D H I K A R I Z K I P R A T A M A - 8 8 1 1 2 2 4 2 Z - 26 | 36
PROGRAM MAGISTER TEKNIK TENAGA ELEKTRIK
KERJA SAMA PT. PLN (PERSERO) – STEI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

Gambar 4.2. Distribusi Tegangan Bushing 70 kV dengan koneksi rounded

Dari gambar di atas dapat dianalisis bahwa terdapat gradient dan perbedaan besaran level
tegangan. Tegangan terbesar ada pada konduktor 70 kV – Copper Rod sampai Lead Bushing yang
terbuat dari copper yaitu sebesar 70 kV. Besaran tegangan semakin menurun seiring menjauh dari
Copper Rod. Adapun besaran tegangan terukur pada setiap bagian bushing terdapat pada tabel 4.1.
No Bagian Bushing Tegangan Max (kV) Tegangan Min (kV)
1 Copper Rod – Lead bushing 70 70
2 Isolator 69 1
3 Resin Impregnated Paper 69 68
4 Minyak Trafo 69 10
5 Udara 69 0
6 Flange bawah – Arcing Horn 0 0
Tabel 4.1. Besaran Tegangan dari simulasi Bushing 70 kV dengan koneksi rounded

A N D H I K A R I Z K I P R A T A M A - 8 8 1 1 2 2 4 2 Z - 27 | 36
PROGRAM MAGISTER TEKNIK TENAGA ELEKTRIK
KERJA SAMA PT. PLN (PERSERO) – STEI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

Besaran tegangan di isolator beragam dari + 69 kV sampai dengan + 1 kV. Hal ini sesuai dengan
Referensi Power Transformer Expertise – Areva [1] dimana tegangan pada isolator bushing akan
terdistribusi, dengan titik tegangan terendah pada perbatasan antara isolator dengan flange bawah
bushing dan akan terus meningkat seiring makin dekat dengan copper rod bushing seperti ditunjukkan
pada gambar 5.4. Bagian berwarna biru muda menandakan bagian tegangan dengan level terendah
ini. Tegangan terendah ada pada bagian flange bawah bushing yang menempel dengan main tank dan
arcing horn yaitu sebesar 0 V.

Gambar 4.3. Distribusi Tegangan pada isolator Bushing 70 kV dengan koneksi rounded

Untuk lebih detail mengamati perbedaan distribusi tegangan ini maka kita plot sebuah garis untuk
mengetahui grafik perbedaan tegangan yang dilewati garis tersebut. Plot sebuah garis berwarna
merah yang dibuat pada software FEMM 4.2 terihat pada gambar 4.6 di bawah ini:

A N D H I K A R I Z K I P R A T A M A - 8 8 1 1 2 2 4 2 Z - 28 | 36
PROGRAM MAGISTER TEKNIK TENAGA ELEKTRIK
KERJA SAMA PT. PLN (PERSERO) – STEI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

Gambar 4.4. Plot garis merah untuk mengetahui Distribusi Tegangan dari stud bushing ke flange bawah dan ke
udara
Dari hasil plot garis berwarna merah di atas, dapat diketahui bahwa perbedaan tegangan
antara stud bushing dengan flange bawah bushing dan dengan udara adalah sebesar 70 kV. Gradien
dan perbedaan nilai tegangan yang dilewati garis merah dapat ditampilkan pada grafik di bawah ini:

A N D H I K A R I Z K I P R A T A M A - 8 8 1 1 2 2 4 2 Z - 29 | 36
PROGRAM MAGISTER TEKNIK TENAGA ELEKTRIK
KERJA SAMA PT. PLN (PERSERO) – STEI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

Gambar 4.5. Gradien dan perbedaan nilai tegangan pada titik yang dilewati garis merah
Grafik di atas menunjukkan gradient tegangan dari stud bushing menuju flange bawah, dimana
tegangan turun dari 70 kV menjadi 0 kV dalam jarak + 200 cm. Grafik bawah menunjukkan gradient
tegangan dari stud bushing menuju udara, dimana tegangan turun dari 70 kV menjadi 0 kV dalam jarak
+ 80 cm. Gradient tegangan dari stud bushing menuju udara tersebut selaras dengan Rekomendasi
IEC 60076-3 [2] dimana jarak aman tegangan 72.5 kV sebesar 630 mm ≈ 63 cm.
Pengamatan selanjutnya adalah pengamatan distribusi medan listrik pada Bushing 70 kV
dengan koneksi rounded yang disimulasikan pada software FEMM. Gambar hasil simulasi pada
software FEMM 4.2 terlihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 4.6. Distribusi Medan Listrik pada Bushing 70 kV dengan koneksi rounded
Gambar di atas menunjukkan distribusi medan listrik pada bushing 70 kV, dimana pada
gambar sebelah kanan merupakan penjelasan dari gambar sebelah kiri dimana terlihat kuat medan
listrik tertinggi berada garis warna hitam yaitu sekitar arcing horn dan pada konduktor bushing yang
berbatasan dengan udara. Nilai kuat medan listrik tertinggi diperlihatkan dengan warna hijau muda

A N D H I K A R I Z K I P R A T A M A - 8 8 1 1 2 2 4 2 Z - 30 | 36
PROGRAM MAGISTER TEKNIK TENAGA ELEKTRIK
KERJA SAMA PT. PLN (PERSERO) – STEI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

pada rentang 1.106 𝑉/𝑚 sampai dengan 4.107 𝑉/𝑚 atau kemudian terus menurun semakin jauh dari
arcing horn tersebut.
Setelah dilakukan zoom dari hasil simulasi dapat dilihat distribusi medan listrik pada koneksi bushing
yang rounded seperti pada gambar 4.7

Gambar 4.7. Distribusi Tegangan dan Medan Listrik pada Bushing 70 kV dengan koneksi atas rounded

Dari keseluruhan simulasi distribusi tegangan dan medan listrik dapat ditarik kesimpulan pada
Bushing 70 kV dengan koneksi rounded memiliki titik bertegangan 70 kV dari konduktor luar sampai
dengan copper rod dan lead bushing didalam trafo dan nilainya akan menurun ke 0 kV dari isolator
sampai flange bawah dan sampai ke udara sesuai dengan referensi dari Power Transformer Expertise
– Areva [1] dan dengan jarak aman sampai dengan 80 cm ke udara sesuai dengan dengan Rekomendasi
IEC 60076-3 [2]

IV.2. Bushing 70 kV dengan koneksi konduktor arah LA dan Lead Bushing arah winding yang
tajam
Pada simulasi ini digunakan type koneksi yang berbeda, dimana menggunakan koneksi yang
masih terdapat sisi tajam. Seperti dijelaskan pada Bab sebelumnya, sisi tajam pada material yang
berhubungan dengan suatu media isolasi dapat menimbulkan konsentrasi medan listrik yang tinggi.
Medan listrik ini dapat menimbulkan panas berlebih pada material dan penurunan kualitas media

A N D H I K A R I Z K I P R A T A M A - 8 8 1 1 2 2 4 2 Z - 31 | 36
PROGRAM MAGISTER TEKNIK TENAGA ELEKTRIK
KERJA SAMA PT. PLN (PERSERO) – STEI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

isolasi disekitarnya. Gambar dibawah ini menunjukkan distribusi tegangan pada simulasi, dimana
gambar sebelah kanan menunjukkan arah equipotential dari distribusi tegangan tersebut.

Gambar 4.8. Distribusi Tegangan Bushing 70 kV dengan koneksi rounded

Dari hasil simulasi diatas didapat data yang mendekati identik dengan simulasi bushing menggunakan
koneksi rounded. Begitu juga gradient tegangan dari stud bushing dengan flange bawah bushing dan
dari stud bushing dengan udara juga relative identik. Perbedaan yang ada dari sisi tegangan dan
medan listrik pada koneksi yang terdapat sisi tajam baik koneksi konduktor atas dan koneksi lead
bushing seperti pada gambar dibawah ini.

A N D H I K A R I Z K I P R A T A M A - 8 8 1 1 2 2 4 2 Z - 32 | 36
PROGRAM MAGISTER TEKNIK TENAGA ELEKTRIK
KERJA SAMA PT. PLN (PERSERO) – STEI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

Gambar 4.9. Perbandingan Distribusi Tegangan dan medan listrik antara Bushing 70 kV dengan koneksi
rounded dan dengan koneksi yang terdapat sisi tajam pada Konduktor Luar
Dari gambar diatas dapat ditarik kesimpulan menggunakan konduktor rounded lebih aman
dibandingkan menggunakan konduktor yang masih ada sisi tajam, dimana pada titik diatas yang
terdapat sisi tajam pada koordinat 5.25 : 17.74 (x:y) memiliki tegangan 63492.6 V dibandingkan
dengan menggunakan koneksi rounded sebesar 37447.3 V atau 42% lebih rendah. Begitu pula dengan
Medan listrik pada koneksi sisi tajam terdapat medan listrik 7.86227e+006 V/m atau 7862270 V/m
dibandingkan dengan menggunakan koneksi rounded sebesar 3.0465e+006 V/m atau 3046500 V/m
dengan perbandingan 62% lebih rendah. Adapun untuk koneksi pada lead bushing ditunjukkan pada
gambar dibawah ini.

A N D H I K A R I Z K I P R A T A M A - 8 8 1 1 2 2 4 2 Z - 33 | 36
PROGRAM MAGISTER TEKNIK TENAGA ELEKTRIK
KERJA SAMA PT. PLN (PERSERO) – STEI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

Gambar 4.10. Perbandingan Distribusi Tegangan dan medan listrik antara Bushing 70 kV dengan koneksi
rounded dan dengan koneksi yang terdapat sisi tajam pada Lead Bushing dalam
Dari gambar diatas dapat ditarik kesimpulan menggunakan Lead bushing rounded lebih aman
dibandingkan menggunakan lead bushing yang masih ada sisi tajam, dengan data perbandingan sbb :
No Perbandingan Koneksi Rounded Koneksi Tajam Deviasi
1 Distribusi Tegangan (V) 68687.6 69821.7 2%
2 Medan Listrik (V/m) 140922 203760 31 %
Tabel 4.2. Tabel Perbandingan Distribusi Tegangan dan medan listrik antara Bushing 70 kV dengan koneksi
rounded dan dengan koneksi yang terdapat sisi tajam
Dari Hasil simulasi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa menggunakan koneksi rounded lebih baik
daipada menggunakan koneksi yang terdapat sisi tajam baik pada konduktor atas maupun lead
bushing bawah dimana dengan menggunakan koneksi round distribusi tegangan dan medan listrik di
sekitar koneksi lebih rendah sehingga lebih aman untuk isolasi dan material tersebut.

A N D H I K A R I Z K I P R A T A M A - 8 8 1 1 2 2 4 2 Z - 34 | 36
PROGRAM MAGISTER TEKNIK TENAGA ELEKTRIK
KERJA SAMA PT. PLN (PERSERO) – STEI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

BAB V
KESIMPULAN

Dari hasil Simulasi dapat disimpulkan bahwa :


1. Bushing 70 kV dengan koneksi rounded dan koneksi tajam memiliki titik bertegangan 70 kV dari
konduktor luar sampai dengan copper rod dan lead bushing didalam trafo dan nilainya akan
menurun ke 0 kV dari isolator sampai flange bawah dan sampai ke udara sesuai dengan referensi
dari Power Transformer Expertise – Areva [1].
2. Jarak aman Bushing 70 kV dengan koneksi rounded dan koneksi tajam sampai dengan 80 cm ke
udara sesuai dengan dengan Rekomendasi IEC 60076-3 [2]
3. Bushing dengan konduktor atas rounded lebih aman dibandingkan menggunakan konduktor yang
tajam, dimana distribusi tegangan 42% lebih rendah dan Konsentrasi Medan listrik 62% lebih
rendah
4. Bushing dengan Lead Bushing rounded lebih aman dibandingkan menggunakan Lead Bushing yang
tajam, dimana distribusi tegangan 2% lebih rendah dan Konsentrasi Medan listrik 31% lebih
rendah
5. Bushing dengan konduktor atas dan Lead Bushing rounded lebih baik daripada menggunakan
koneksi yang tajam karena distribusi tegangan dan medan listrik di sekitar koneksi lebih rendah
sehingga lebih aman untuk isolasi dan material tersebut.

A N D H I K A R I Z K I P R A T A M A - 8 8 1 1 2 2 4 2 Z - 35 | 36
PROGRAM MAGISTER TEKNIK TENAGA ELEKTRIK
KERJA SAMA PT. PLN (PERSERO) – STEI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

REFERENSI

1. AREVA Power Transformer Expertise Book.


2. IEC 60076 Part 3. Insulation levels, dielectric tests and external clearances in air.
3. Prof. Dr.-Ing.Adolf Schwab. 1988. Field Theory Concepts – Electromagnetic Field Maxwell’s
Equations. Institut fur Elektroenergiesysteme und Hochspannungstcehnik.
4. Pei-bai Zou. 1993. Numerical Analysis of Electromagnetic Field. Springer Verlag.
5. Krauss, Fleish. 1999. Electromagnetics with Application Fifth Edition. McGraww-Hill
International Edition.
6. Magdy F. Iskander. 2014. Electromagnetic Fields and Waves – Hand book. University of Utah
7. Keiser, Bernard. 1987. Principles of Electromagnetic Compability 3rd Edition. Artech House Inc.

A N D H I K A R I Z K I P R A T A M A - 8 8 1 1 2 2 4 2 Z - 36 | 36

Anda mungkin juga menyukai