Pasal Baru sepanjang Direktur Jenderal Pajak belum menemukan data Pengungkapan Aset Secara Sukarela (PAS FINAL) sesuai
dan/atau informasi mengenai harta dimaksud. dengan Peraturan Menteri Keuangan terkait. Namun tarif
(2) Harta bersih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dicantumkan dalam Pasal ini sedikit lebih rendah
merupakan nilai harta dikurangi nilai utang. dibanding ketentuan PAS Final sendiri (WP Badan 25% dan
(3) Surat pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) WP OP 30%).
merupakan surat pernyataan sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 tentang
Pengampunan Pajak.
(4) Harta sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan
harta yang diperoleh Wajib Pajak sejak tanggal 1 Januari
1985 sampai dengan tanggal 31 Desember 2015.
(5) Harta bersih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dianggap
sebagai penghasilan dan dikenai Pajak Penghasilan yang
bersifat final.
(6) Pajak Penghasilan yang bersifat final sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) dihitung dengan cara mengalikan
tarif dengan dasar pengenaan pajak.
(7) Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (6) ditetapkan
sebesar:
a. 15% (lima belas persen); atau
b. 12,5% (dua belas koma lima persen), bagi Wajib Pajak
yang menyatakan menginvestasikan harta bersih
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ke dalam instrumen
surat berharga negara.
(8) Dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat
(6) yakni sebesar jumlah harta bersih yang belum atau
kurang diungkapkan dalam Surat Pernyataan.
(9) Nilai harta yang dijadikan pedoman untukmenghitung
besarnya jumlah harta bersih sebagaimana dimaksud pada
ayat (8) ditentukan berdasarkan:
a. nilai nominal, untuk harta berupa kas atau setara kas;
b. nilai yang ditetapkan oleh pemerintah yaitu Nilai Jual
Objek Pajak, untuk tanah dan/atau bangunan dan Nilai Jual
ANALISA DRAFT RUU PERPAJAKAN
File : 20210430 2045 - KUP - Harmonisasi Final_210608_161957
Diterima per tanggal 8 Juni 2021
6 Pasal 37C KUP (1) Wajib Pajak mengungkapkan harta bersih sebagaimana Mohon merujuk pada no. 5, pasal ini sifatnya merupakan
dimaksud dalam Pasal 37B ayat (1) dalam surat ketentuan administratif terkait dengan PAS FINAL (baru)
Pasal Baru pemberitahuan pengungkapan harta dan disampaikan kepada
Direktorat Jenderal Pajak dalam periode tanggal 1 Juli 2021
sampai dengan tanggal 31 Desember 2021.
(2) Surat pemberitahuan pengungkapan harta harus dilampiri
dengan:
a. bukti pembayaran Pajak Penghasilan yang bersifat final;
b. daftar rincian harta beserta informasi kepemilikan harta
yang dilaporkan; dan
c. surat pernyataan akan menginvestasikan harta yang
diungkapkan ke dalam instrumen surat berharga negara,
dalam hal Wajib Pajak bermaksud menginvestasikan harta
tersebut.
(3) Direktur Jenderal Pajak menerbitkan surat keterangan
terhadap penyampaian surat pemberitahuan pengungkapan
harta oleh Wajib Pajak.
ANALISA DRAFT RUU PERPAJAKAN
File : 20210430 2045 - KUP - Harmonisasi Final_210608_161957
Diterima per tanggal 8 Juni 2021
7 Pasal 37D KUP (1) Investasi atas harta bersih sebagaimana dimaksud dalam Mohon merujuk pada no. 5, pasal ini sifatnya merupakan
Pasal 37B ayat (7) huruf b harus: ketentuan investasi untuk pemanfaatan tarif yang lebih
Pasal Baru a. ditempatkan ke dalam instrumen surat berharga negara rendah dan sanksi jika ketentuan investasi tidak
yang ditentukan oleh pemerintah di pasar perdana paling dilaksanakan.
lambat pada tanggal 31 Maret 2022; dan
b. dilakukan dalam jangka waktu paling singkat 5 (lima) tahun
sejak investasi ditempatkan.
(2) Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak dipenuhi oleh Wajib Pajak yang menyatakan
menginvestasikan harta bersih sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 37B ayat (7) huruf b, bagian harta bersih yang tidak
memenuhi ketentuan investasi tersebut diperlakukan sebagai
penghasilan yang bersifat final pada Tahun Pajak 2021 dan
berlaku ketentuan:
a. terhadap penghasilan dikenai tambahan Pajak Penghasilan
yang bersifat final dengan tariff sebesar 5% (lima persen),
dalam hal Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar; atau
b. terhadap penghasilan dikenai tambahan Pajak Penghasilan
yang bersifat final dengan tariff sebesar 3,5% (tiga koma lima
persen), dalam hal Wajib Pajak atas kehendak sendiri
mengungkapkan penghasilan tersebut dan menyetorkan
sendiri Pajak Penghasilan yang terutang.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai instrumen surat berharga
ANALISA DRAFT RUU PERPAJAKAN
File : 20210430 2045 - KUP - Harmonisasi Final_210608_161957
Diterima per tanggal 8 Juni 2021
8 Pasal 37E KUP (1) Wajib Pajak orang pribadi dapat mengungkapkan harta Efeknya netral bagi SIG Grup, program amnesti pajak jilid ii
yang: ini kurang begitu menarik karena:
Pasal Baru a. diperoleh sejak tanggal 1 Januari 2016 sampai dengan 1. tarif uang tebusan yang lebih tinggi dibanding amnesti
tanggal 31 Desember 2019; pajak jilid I (20-30% vs 2-5%)
b. masih dimiliki pada tanggal 31 Desember 2019; dan 2. atas harta yang kurang/belum dilaporkan masih dapat
c. belum dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan dilakukan pemeriksaan dan menimbulkan efek
Pajak Penghasilan orang pribadi Tahun Pajak 2019, kepada psikologis bagi wajib pajak
Direktur Jenderal Pajak. 3. dasar pengenaan pajak yang lebih tinggi Pasal 37F ayat
(2) Harta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dianggap 4 (harga perolehan vs harga pasar per tahun 2015).
sebagai tambahan penghasilan yang diterima atau diperoleh
Wajib Pajak orang pribadi pada Tahun Pajak 2019.
(3) Wajib Pajak orang pribadi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus memenuhi ketentuan:
a. tidak sedang dilakukan pemeriksaan, untuk Tahun Pajak
2016, Tahun Pajak 2017, Tahun Pajak 2018, dan/atau Tahun
Pajak 2019;
b. tidak sedang dilakukan pemeriksaan bukti permulaan,
untuk Tahun Pajak 2016, Tahun Pajak 2017, Tahun Pajak
2018, dan/atau Tahun Pajak 2019;
c. tidak sedang dilakukan penyidikan atas tindak pidana di
bidang perpajakan;
d. tidak sedang berada dalam proses peradilan atas tindak
pidana di bidang perpajakan; dan/atau
e. tidak sedang menjalani hukuman pidana atas tindak pidana
di bidang perpajakan.
9 Pasal 37F KUP (1) Tambahan penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Mohon merujuk pada komentar pada poin 8 di atas.
Pasal 37E ayat (2) dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat
Pasal Baru final.
ANALISA DRAFT RUU PERPAJAKAN
File : 20210430 2045 - KUP - Harmonisasi Final_210608_161957
Diterima per tanggal 8 Juni 2021
10 Pasal 37G KUP (1) Wajib Pajak orang pribadi mengungkapkan harta Persyaratan administratif atas amnesti pajak jilid ii. Perlu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37E ayat (1) dalam surat diperhatikan bahwa pembetulan SPT Masa setelah amnesti
Pasal Baru pemberitahuan pengungkapan harta dan disampaikan kepada pajak ini dilakukan dianggap tidak disampaikan sehingga
Direktur Jenderal Pajak dalam periode tanggal 1 Juli 2021 bagi wajib pajak yang akan melakukan pembetulan terlebih
sampai dengan tanggal 31 Desember 2021. dahulu harus melaksanakan pembetulan SPT PPh
(2) Surat pemberitahuan pengungkapan harta sebagaimana secepatnya.
dimaksud pada ayat (1) harus dilampiri dengan:
a. bukti pembayaran Pajak Penghasilan yang bersifat final;
b. daftar rincian harta beserta informasi kepemilikan harta
yang dilaporkan; dan
c. surat pernyataan akan menginvestasikan harta yang
diungkapkan ke dalam instrumen berharga negara, dalam hal
Wajib Pajak orang pribadi bermaksud menginvestasikan harta
tersebut.
(3) Pembetulan atas Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan orang pribadi Tahun Pajak 2019 yang
ANALISA DRAFT RUU PERPAJAKAN
File : 20210430 2045 - KUP - Harmonisasi Final_210608_161957
Diterima per tanggal 8 Juni 2021
11 Pasal 37H KUP (1) Terhadap Wajib Pajak orang pribadi yang telah Mohon merujuk pada komentar no 8 di atas
memperoleh surat keterangan sebagaimana dimaksud dalam
ANALISA DRAFT RUU PERPAJAKAN
File : 20210430 2045 - KUP - Harmonisasi Final_210608_161957
Diterima per tanggal 8 Juni 2021
12 Pasal 37 I KUP (1) Investasi atas harta sebagaimana dimaksud dalam Ketentuan investasi atas amnesti pajak jilid ii.
Pasal 37F ayat (3) huruf b harus:
Pasal Baru a. ditempatkan ke dalam instrumen surat berharga negara
ANALISA DRAFT RUU PERPAJAKAN
File : 20210430 2045 - KUP - Harmonisasi Final_210608_161957
Diterima per tanggal 8 Juni 2021
13 Pasal 44 KUP (1) Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan hanya Penambahan wewenang bagi penyidik maupun ruang
dapat dilakukan oleh Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkup kegiatan untuk melakukan penyidikan sampai
Perubahan lingkungan Direktorat Jenderal Pajak yang diberi wewenang dengan melakukan penahanan bagi tersangka ataupun
khusus sebagai penyidik tindak pidana di bidang perpajakan. pemblokiran rekening yang sebelumnya harus mendapat
(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1): izin dari Menteri Keuangan.
a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti
keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di
bidang perpajakan agar keterangan atau laporan tersebut
menjadi lebih lengkap dan jelas;
ANALISA DRAFT RUU PERPAJAKAN
File : 20210430 2045 - KUP - Harmonisasi Final_210608_161957
Diterima per tanggal 8 Juni 2021
15 Pasal 44C KUP (1) Pidana denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 dan Penegasan bahwa kerugian negara tetap harus dibayarkan
Pasal 39A tidak dapat digantikan dengan pidana kurungan dan atau akan dilakukan penyitaan kemudian lelang atas harta
Pasal Baru wajib dibayar oleh terpidana. yang dimiliki terpidana.
(2) Dalam hal terpidana tidak membayar pidana denda
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lama 1 (satu)
bulan sesudah putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap, jaksa melakukan penyitaan dan
pelelangan terhadap harta kekayaan terpidana untuk
membayar pidana denda tersebut menurut ketentuan
peraturan perundangundangan.
ANALISA DRAFT RUU PERPAJAKAN
File : 20210430 2045 - KUP - Harmonisasi Final_210608_161957
Diterima per tanggal 8 Juni 2021
16 Pasal 44D UU KUP - (1) Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap
Pasal 4 UU PPh tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh
Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari
Perubahan luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan
nama dan dalam bentuk apa pun, termasuk:
a. penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau
jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah,
tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang
pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali
ditentukan lain dalam Undang-Undang ini;
b. hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan
penghargaan;
c. laba usaha;
d. keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta
termasuk:
1. keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan,
persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau
penyertaan modal;
2. keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang
saham, sekutu, atau anggota yang diperoleh perseroan,
persekutuan, dan badan lainnya;
3. keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan,
pemekaran, pemecahan, pengambilalihan usaha,
atau reorganisasi dengan nama dan dalam bentuk apa pun;
4. keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah,
bantuan, atau sumbangan, kecuali yang diberikan kepada
keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat dan
badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk
yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha
mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Menteri Keuangan sepanjang tidak ada hubungan
dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di
ANALISA DRAFT RUU PERPAJAKAN
File : 20210430 2045 - KUP - Harmonisasi Final_210608_161957
Diterima per tanggal 8 Juni 2021
ayat (1), warga negara asing yang telah menjadi subjek pajak
dalam negeri dikenai Pajak Penghasilan hanya atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh dari Indonesia
dengan ketentuan:
a. memiliki keahlian tertentu; dan
b. berlaku selama 4 (empat) tahun pajak yang dihitung sejak
menjadi subjek pajak dalam negeri.
(1b) Termasuk dalam pengertian penghasilan yang diterima
atau diperoleh dari Indonesia sebagaimana dimaksud pada
ayat (1a) berupa penghasilan yang diterima atau diperoleh
warga negara asing sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau
kegiatan di Indonesia dengan nama dan dalam bentuk apapun
yang dibayarkan di luar Indonesia.
(1c) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1a) tidak
berlaku terhadap warga Negara asing yang memanfaatkan
Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda antara pemerintah
Indonesia dan pemerintah Negara mitra atau yurisdiksi mitra
Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda tempat warga
negara asing memperoleh penghasilan dari luar
Indonesia.
(1d) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria keahlian tertentu
serta tata cara pengenaan Pajak Penghasilan bagi warga negara
asing sebagaimana dimaksud pada ayat (1a) diatur dalam
Peraturan Menteri Keuangan.
(2) Penghasilan di bawah ini dapat dikenai pajak bersifat final:
a. penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya,
bunga obligasi dan surat utang negara, dan bunga simpanan
yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang
pribadi;
b. penghasilan berupa hadiah undian;
c. penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya,
transaksi derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan
transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal
ANALISA DRAFT RUU PERPAJAKAN
File : 20210430 2045 - KUP - Harmonisasi Final_210608_161957
Diterima per tanggal 8 Juni 2021
penghasilan; dan/atau
c) tidak dapat dimintakan pengembalian kelebihan
pembayaran pajak;
9. dalam hal Wajib Pajak tidak menginvestasikan penghasilan
dalam jangka waktu tertentu sebagaimana dimaksud pada
angka 2 dan angka 7, berlaku ketentuan:
a) penghasilan dari luar negeri tersebut merupakan
penghasilan pada tahun pajak diperoleh; dan
b) Pajak atas penghasilan yang telah dibayar atau terutang di
luar negeri atas penghasilan tersebut merupakan kredit pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 Undang-Undang ini;
10. ketentuan lebih lanjut mengenai:
a) kriteria, tata cara dan jangka waktu tertentu untuk investasi
sebagaimana dimaksud pada angka l, angka 2, dan angka 7;
b) tata cara pengecualian pengenaan pajak penghasilan
sebagaimana dimaksud pada angka 1, angka 2, dan angka 7;
dan
c) perubahan batasan dividen yang diinvestasikan
sebagaimana dimaksud pada angka 4 dan angka 5, diatur
dengan Peraturan Menteri
Keuangan;
g. iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang
pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan, baik yang
dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai;
h. penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun
sebagaimana dimaksud pada huruf g, dalam bidang-bidang
tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan;
i. bagian laba atau sisa hasil usaha yang diterima atau
diperoleh anggota dari koperasi, perseroan komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan,
perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit
penyertaan kontrak investasi kolektif;
ANALISA DRAFT RUU PERPAJAKAN
File : 20210430 2045 - KUP - Harmonisasi Final_210608_161957
Diterima per tanggal 8 Juni 2021
j. dihapus;
k. penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal
ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang
didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia,
dengan syarat badan pasangan usaha tersebut:
1. merupakan perusahaan mikro, kecil menengah, atau yang
menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan
2. sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia;
l. beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang
ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan;
m. sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga
nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau
bidang penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar
pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali
dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan pendidikan
dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu
paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih
tersebut, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;
n. bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak tertentu,
yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;
o. dana setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH)
dan/atau BPIH khusus, dan penghasilan dari pengembangan
keuangan haji dalam bidang atau instrument keuangan
tertentu, diterima Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH)
yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan; dan
p. sisa lebih yang diterima/diperoleh badan atau lembaga
sosial dan keagamaan yang terdaftar pada instansi yang
ANALISA DRAFT RUU PERPAJAKAN
File : 20210430 2045 - KUP - Harmonisasi Final_210608_161957
Diterima per tanggal 8 Juni 2021
17 Pasal 44D UU KUP - (1) Besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam
Pasal 6 UU PPh negeri dan bentuk usaha tetap, ditentukan berdasarkan
penghasilan bruto dikurangi biaya untuk mendapatkan,
(Perubahan) menagih, dan memelihara penghasilan, termasuk:
a. biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan
dengan kegiatan usaha, antara lain:
1. biaya pembelian bahan;
2. biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah,
gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang
diberikan dalam bentuk uang;
3. bunga, sewa, dan royalti;
4. biaya perjalanan;
5. biaya pengolahan limbah;
6. premi asuransi;
7. biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;
8. biaya administrasi; dan
9. pajak kecuali Pajak Penghasilan;
b. penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta
berwujud dan amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh
hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih
dari 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan
Pasal 11A;
c. iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan;
d. kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang
ANALISA DRAFT RUU PERPAJAKAN
File : 20210430 2045 - KUP - Harmonisasi Final_210608_161957
Diterima per tanggal 8 Juni 2021
18 Pasal 44D UU KUP - (1) Untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi
Pasal 9 UU PPh Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap tidak boleh
dikurangkan:
Perubahan a. pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun
seperti dividen, termasuk dividen yang dibayarkan oleh
perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian
sisa hasil usaha koperasi;
b. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan
pribadi pemegang saham, sekutu, atau anggota;
c. pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali:
1. cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan
usaha lain yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan
hak opsi, perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan
anjak piutang;
2. cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan
social yang dibentuk oleh Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial;
3. cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan;
ANALISA DRAFT RUU PERPAJAKAN
File : 20210430 2045 - KUP - Harmonisasi Final_210608_161957
Diterima per tanggal 8 Juni 2021
atas saham;
k. sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan
serta sanksi pidana berupa denda yang berkenaan dengan
pelaksanaan perundang-undangan di bidang perpajakan.
(2) Pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih
dari 1 (satu) tahun tidak dibolehkan untuk dibebankan
sekaligus, melainkan dibebankan melalui penyusutan atau
amortisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 atau Pasal
11A.
19 Pasal 44D UU KUP - (1) Tarif pajak yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak
Pasal 17 UU PPh bagi:
a. Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri sebagai berikut:
Perubahan sampai dengan Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) =
5%
di atas Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai Perlu dilakukan inisiati pajak atas meningkatnya lapisan
dengan Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta tarif PPh Pasal 21 yang maksimal tarifnya PPh Pasal 21.
rupiah)= 15% Sistem tunjangan PPh Pasal 21 (biaya di PPh Badan namun
di atas Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) menjadi tambahan obyek PPh Pasal 21) yang diterapkan
sampai dengan Rp500.000.000,00 (lima ratus juta untuk penerima penghasilan di atas Rp 5 Milyar setahun
rupiah)=25% harus dikaji ulang menjadi sistem tanggungan (NDE di PPh
di atas Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai Badan namun bukan obyek PPh Pasal 21) dengan
dengan Rp5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah)=30% mempertimbangkan adanya potensi penghematan pajak
di atas Rp5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah)= 35% atas selisih tarif PPh Badan sebesar 22% (2021) dan 20%
b. Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap (2022) dengan tarif maksimal PPh Pasal 21 sebesar 35%
sebesar 20% (dua puluh persen) yang mulai berlaku pada
Tahun Pajak 2022.
(2) Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dapat
diubah dengan Peraturan Pemerintah setelah disampaikan
oleh pemerintah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia untuk dibahas dalam enyusunan Rancangan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
ANALISA DRAFT RUU PERPAJAKAN
File : 20210430 2045 - KUP - Harmonisasi Final_210608_161957
Diterima per tanggal 8 Juni 2021
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai: Terdapat indikasi bahwa kriteria hubungan istimewa dalam
a. penerapan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha dalam penerapan pasal 18 ini dapat diperluas dimana sebelumnya
rangka penghitungan besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi hanya diatur dalam Pasal 18 ayat 4 karena wewenang
Wajib Pajak yang mempunyai hubungan istimewa dengan penndefinisiannya dilimpahkan kepada Kementerian
Wajib Pajak lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (3); Keuangan namun pada dasarnya seharusnya tidak boleh
b. pelaksanaan perjanjian pembentukan harga transaksi antar bertentangan dengan ketentuan dalam UU ini.
pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa
sebagaimana dimaksud pada ayat (3a);
c. penetapan pihak yang sebenarnya melakukan pembelian
saham atau aktiva melalui pihak lain atau badan yang dibentuk
untuk maksud demikian (special purpose company)
sebagaimana dimaksud pada ayat (3b);
d. penetapan penjualan atan pengalihan saham badan yang
didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia atau bentuk
usaha tetap di Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat
(3c);
e. penentuan kembali besarnya penghasilan yang diperoleh
Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri dari pemberi kerja
yang memiliki hubungan istimewa dengan perusahaan lain
yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (3d); dan
f. kriteria hubungan istimewa sebagaimana dimaksud pada
ayat (4), diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.
21 Pasal 44D UU KUP - dihapus. Tidak favorable karena penghapusan fasilitas ini berakibat
Pasal 31E UU PPh pada tidak tersedianya penurunan tarif bagi perusahaan
dalam lingkungan SIG Grup yang memiliki omset s.d. Rp 50
Perubahan Milyar.
22 Pasal 44D UU KUP - (1) Wajib Pajak badan yang pada suatu tahun pajak memiliki Tidak favorable dan sangat tidak mendukung iklim usaha
Pasal 31F UU PPh Pajak Penghasilan terutang berdasarkan Pasal 17 tidak dan sangat bertentangan dengan prinsip pemungutan pajak
melebihi 1% (satu persen) dari penghasilan bruto, dikenai (ability to pay).
Pasal Baru Pajak Penghasilan minimum.
(2) Pajak Penghasilan minimum sebagaimana dimaksud pada Secara makro penerapan ketentuan ini dapat menghambat
ANALISA DRAFT RUU PERPAJAKAN
File : 20210430 2045 - KUP - Harmonisasi Final_210608_161957
Diterima per tanggal 8 Juni 2021
ayat (1) dihitung dengan tariff 1% (satu persen) dari dasar investasi karena deem pajak ini sangat merugikan bagi
pengenaan pajak berupa penghasilan bruto. perusahaan rugi maupun perusahaan dengan margin
(3) Pajak Penghasilan minimum yang dihitung berdasarkan keuntungan (profit before tax) yang tipis.
ayat (2) merupakan Pajak Penghasilan terutang pada tahun
pajak dikenakannya Pajak Penghasilan minimum.
(4) Penghasilan bruto sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Keterangan mengenai biaya-biaya terkait dalam
dan ayat (2) merupakan seluruh penghasilan yang diterima menghitung Penghasilan Bruto harus dijelaskan secara
atau diperoleh Wajib Pajak badan baik dari kegiatan usaha eksplisit dan diberikan contoh karena dapat menjadi
maupun dari luar kegiatan usaha pada suatu tahun pajak perdebatan terutama penjelasan dalam ketentuan ini hanya
sebelum dikurangi biaya-biaya terkait, tidak termasuk “Cukup jelas”.
penghasilan yang dikenai pajak yang bersifat final dan
penghasilan yang bukan objek pajak.
(5) Ketentuan mengenai:
a. batasan 1% (satu persen) dari penghasilan bruto
sebagaimana dimaksud pada ayat (1); dan/atau
b. besarnya tarif dan/atau dasar pengenaan Pajak Penghasilan
minimum sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat diubah
dengan Peraturan Pemerintah.
(6) Wajib Pajak badan dengan kriteria tertentu dikecualikan Pengertian kriteria tertentu hanya terbats pada Wajib Pajak
dari Pajak Penghasilan minimum sebagaimana dimaksud pada badan dengan kriteria tertentu yang dapat dikecualikan dari
ayat (1). (7) Dalam hal terhadap Wajib Pajak badan dilakukan pengenaan Pajak Penghasilan minimum antara lain:
pemeriksaan, Pajak Penghasilan minimum sebagaimana a. Wajib Pajak badan yang belum berproduksi komersial;
dimaksud pada ayat (3) diperhitungkan dalam penetapan b. Wajib Pajak badan yang secara natural memang
pajak yang terutang berdasarkan hasil pemeriksaan. mengalami kerugian, termasuk karena adanya bencana atau
(8) Ketentuan mengenai: kondisi tertentu lainnya; dan/atau
a. tata cara penghitungan Pajak Penghasilan minimum; c. Wajib Pajak badan yang mendapatkan fasilitas Pajak
b. Wajib Pajak badan dengan kriteria tertentu sebagaimana Penghasilan tertentu.
dimaksud pada ayat (6); dan
c. Pajak Penghasilan minimum yang diperhitungkan Kriteria di atas harus diperjelas kembali dalam Perturan
berdasarkan ayat (7), diatur dengan Peraturan Menteri Menteri Keuangan.
Keuangan.
Pasal 4A UU PPN (2) Jenis barang yang tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai Penghapusan non BKP atas:
Perubahan yakni barang tertentu dalam kelompok barang sebagai berikut: a) barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang
a. dihapus; diambil langsung dari sumbernya, tidak termasuk hasil
b. dihapus; pertambangan batu bara; dan
c. makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, b) barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh
rumah makan, warung, dan sejenisnya, meliputi makanan dan rakyat banyak.
minuman baik yang dikonsumsi di tempat maupun tidak, c) Emas batangan biasa hanya sebatas untuk kepentingan
termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha cadangan devisa negara
jasa boga atau katering, yang merupakan objek pajak daerah
dan retribusi daerah sesuai dengan peraturan perundang- Penghapusan non BKP atas:
undangan di bidang pajak daerah dan retribusi daerah; dan a. jasa pelayanan kesehatan medik;
d. uang, emas batangan untuk kepentingan cadangan devisa b. jasa pelayanan sosial;
negara, dan surat berharga. c. jasa pengiriman surat dengan perangko;
(3) Jenis jasa yang tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai d. jasa keuangan;
yakni jasa tertentu dalam kelompok jasa sebagai berikut: e. jasa asuransi;
a. dihapus;
b. dihapus; tentu sangat memberatkan karena selain adanya:
c. dihapus; 1. tambahan biaya bagi wajib pajak yang penghasilannya
d. dihapus; tidak terutang PPN;
e. dihapus; 2. cash flow concern terutama untuk wajib pajak yang
f. jasa keagamaan, meliputi jasa yang diberikan oleh bahan bakunya banyak berasal dari barang hasil
penceramah agama atau pengkhotbah dan kegiatan pelayanan pertambangan (bahan baku yang digunakan dalam
ibadah keagamaan yang diselenggarakan rumah ibadah; hampir semua industri hulu);
g. dihapus; 3. Beban administrasi perpajakan terutama dalam
h. jasa kesenian dan hiburan, meliputi semua jenis jasa yang pembuatan faktur pajak, pelaporan PPN maupun
dilakukan oleh pekerja seni dan hiburan yang merupakan kegiatan pemungutan oleh WAPU (SIG, SP dan ST)
objek pajak daerah dan retribusi daerah sesuai dengan yang bertambah;
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pajak 4. Tambahan pengeluaran atas biaya hidup bagi seluruh
daerah dan retribusi daerah; personel dalam lingkungan SIG Grup dan masyarakat
i. dihapus; secara umum.
j. dihapus;
Mohon melihat pada penjelasan dalam UU PPN paska
k. dihapus; Omnibus Law agar dapat melihat jenis-jenis BKP dan JKP
ANALISA DRAFT RUU PERPAJAKAN
File : 20210430 2045 - KUP - Harmonisasi Final_210608_161957
Diterima per tanggal 8 Juni 2021
l. jasa perhotelan, meliputi jasa penyewaan kamar dan/atau yang akan dikenakan PPN pada saat berlakunya draft RUU
jasa penyewaan ruangan di hotel yang merupakan objek pajak ini.
daerah dan retribusi daerah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang pajak daerah dan
retribusi daerah;
m. jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka
menjalankan pemerintahan secara umum, meliputi semua
jenis jasa sehubungan dengan kegiatan pelayanan yang hanya
dapat dilakukan oleh pemerintah sesuai kewenangannya
berdasarkan peraturan perundang undangan dan jasa tersebut
tidak dapat disediakan oleh bentuk usaha lain;
n. jasa penyediaan tempat parkir, meliputi jasa penyediaan
atau penyelenggaraan tempat parkir yang dilakukan oleh
pemilik tempat parkir atau pengusaha pengelola tempat parkir
kepada pengguna tempat parkir yang merupakan objek pajak
daerah dan retribusi daerah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang pajak daerah dan
retribusi daerah;
o. dihapus;
p. dihapus; dan
q. jasa boga atau katering, meliputi semua kegiatan pelayanan
penyediaan makanan dan minuman yang merupakan objek
pajak daerah dan retribusi daerah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang pajak daerah dan
retribusi daerah.
24 Pasal 44E UU KUP - (1) Tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah 12% (dua Tidak favorable, kenaikan tarif 12% tentu akan menaikkan
Pasal 7 UU PPN belas persen). harga kepada konsumen akhir atas penyerahan BKP/JKP.
(2) Tarif Pajak Pertambahan Nilai sebesar 0% (nol
Perubahan persen) diterapkan atas:
a. ekspor Barang Kena Pajak Berwujud;
b. ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud;
dan
ANALISA DRAFT RUU PERPAJAKAN
File : 20210430 2045 - KUP - Harmonisasi Final_210608_161957
Diterima per tanggal 8 Juni 2021
26 Pasal 44E UU KUP - (1) Pajak Pertambahan Nilai yang terutang dihitung dengan Terdapat indikasi bahwa beberapa BKP/JKP yang sifatnya
Pasal 8A UU PPN cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 “strategis”dapat menggunakan ketentuan penggunaan DPP
dan Pasal 7A dengan Dasar Pengenaan Pajak yang meliputi nilai lain dalam pemenuhan pembayaran dan administrasi
Perubahan Harga Jual, Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor, atau nilai PPN-nya.
lain.
ANALISA DRAFT RUU PERPAJAKAN
File : 20210430 2045 - KUP - Harmonisasi Final_210608_161957
Diterima per tanggal 8 Juni 2021
dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) atau ayat (9); Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak” sepertinya
g. pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau favorable namun harus diteliti lagi bagaimana prosedur
pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean yang administratif pengkreditan faktur pajak terkait dengan hal
Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan sebagaimana ini.
dimaksud dalam Pasal 13 ayat (6);
h. dihapus;
i. dihapus; dan
j. dihapus.
(9) Pajak Masukan yang dapat dikreditkan tetapi belum
dikreditkan dengan Pajak Keluaran pada Masa Pajak yang
sama dapat dikreditkan pada Masa Pajak berikutnya paling
lama 3 (tiga) Masa Pajak setelah berakhirnya Masa Pajak saat
Faktur Pajak dibuat sepanjang belum dibebankan sebagai
biaya atau belum ditambahkan (dikapitalisasi) dalam harga
perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak serta
memenuhi ketentuan pengkreditan sesuai dengan Undang-
Undang ini.
(9a) Pajak Masukan atas perolehan Barang Kena Pajak
dan/atau Jasa Kena Pajak, impor Barang Kena Pajak, serta
pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau
pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di
dalam Daerah Pabean sebelum Pengusaha dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak, dapat dikreditkan oleh Pengusaha
Kena Pajak dengan menggunakan pedoman pengkreditan
Pajak Masukan sebesar 80% (delapan puluh persen) dari Pajak
Keluaran yang seharusnya dipungut.
(9b) Pajak Masukan atas perolehan Barang Kena Pajak
dan/atau Jasa Kena Pajak, impor Barang Kena Pajak, serta
pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau
pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di
dalam Daerah Pabean yang tidak dilaporkan dalam Surat
Pemeberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai yang
diberitahukan dan/atau ditemukan pada waktu dilakukan
ANALISA DRAFT RUU PERPAJAKAN
File : 20210430 2045 - KUP - Harmonisasi Final_210608_161957
Diterima per tanggal 8 Juni 2021
28 Pasal 44E UU KUP - (1) Pengusaha Kena Pajak yang: Indikasi peredaran tertentu di sini sepertinya untuk
Pasal 9A UU PPN a. mempunyai peredaran usaha dalam 1 (satu) tahun buku mengakomodir ketentuan penggunaan DPP Nilai Lain
tidak melebihi jumlah tertentu; dan/atau maupun N0rma Pengkreditan.
Pasal Baru b. melakukan kegiatan usaha tertentu, dapat memungut dan
menyetorkan Pajak Pertambahan Nilai yang terutang atas
penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak
dengan besaran tertentu.
(2) Pajak Masukan atas perolehan Barang Kena Pajak
dan/atau Jasa Kena Pajak, impor Barang Kena Pajak, serta
pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau
pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di
dalam Daerah Pabean, yang berhubungan dengan penyerahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidak dapat dikreditkan.
(3) Ketentuan mengenai jumlah peredaran usaha tertentu,
jenis kegiatan usaha tertentu, dan besaran Pajak Pertambahan
Nilai yang dipungut dan disetor, sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.
29 Pasal 44E UU KUP - (1) Pajak terutang tidak dipungut, baik untuk sementara waktu
Pasal 16B UU PPN maupun selamanya, untuk:
a. kegiatan di kawasan tertentu atau tempat tertentu di dalam
Perubahan Daerah Pabean;
b. penyerahan Barang Kena Pajak tertentu atau penyerahan
Jasa Kena Pajak tertentu;
ANALISA DRAFT RUU PERPAJAKAN
File : 20210430 2045 - KUP - Harmonisasi Final_210608_161957
Diterima per tanggal 8 Juni 2021
30 Pasal 44F UU KUP - (1) Cukai dikenakan terhadap Barang Kena Cukai yang terdiri Penambahan produk plastik harus dapat diperjelas apakah
Pasal 4 UU Bea dari: hanya mencakup plastik kemasan ataukah termasuk juga di
Cukai a. etil alkohol atau etanol, dengan tidak mengindahkan bahan dalamnya peralatan rumah tangga atau lainnya dan
yang digunakan dan proses pembuatannya; prosedur untuk membedakan Peraturan Pemerintah yang
b. minuman yang mengandung etil alkohol dalam kadar mana yang telah melewati tahapan penyampaian kepada
Perubahan
berapa pun, dengan tidak mengindahkan bahan yang DPR juga harus disampaikan.
digunakan dan proses pembuatannya, termasuk konsentrat
yang mengandung etil alkohol;
c. hasil tembakau, yang meliputi sigaret, cerutu, rokok daun,
tembakau iris, dan hasil pengolahan tembakau lainnya, dengan
tidak mengindahkan digunakan atau tidak bahan pengganti
atau bahan pembantu dalam pembuatannya; dan
d. produk plastik.
(2) Penambahan atau pengurangan jenis Barang Kena Cukai
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah setelah
disampaikan oleh pemerintah kepada Dewan Perwakilan
Rakyat Republik Indonesia untuk dibahas dalam penyusunan
Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
ANALISA DRAFT RUU PERPAJAKAN
File : 20210430 2045 - KUP - Harmonisasi Final_210608_161957
Diterima per tanggal 8 Juni 2021
31 Pasal 44G UU KUP (1) Pajak karbon dikenakan atas emisi karbon yang Analisa pajak karbon dapat merujuk pada presentasi
memberikan dampak negatif bagi lingkungan hidup. lanjutan.
Pasal Baru (2) Subjek pajak karbon adalah orang pribadi atau Badan yang
membeli barang yang mengandung karbon dan/atau
melakukan aktivitas yang menghasilkan emisi karbon.
(3) Pajak karbon terutang atas pembelian barang yang
mengandung karbon atau aktivitas yang menghasilkan emisi
karbon dalam jumlah tertentu pada periode tertentu.
(4) Saat terutang pajak karbon:
a. pada saat pembelian barang yang mengandung karbon;
b. pada akhir periode tertentu dari aktivitas menghasilkan
emisi karbon dalam jumlah tertentu; atau
c. saat lain, yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri
Keuangan.
(5) Tarif pajak karbon ditetapkan paling rendah sebesar
Rp75,00 (tujuh puluh lima rupiah) per kilogram karbon
dioksida ekuivalen (CO2e) atau satuan yang setara.
(6) Ketentuan mengenai:
a. penetapan tarif pajak karbon sebagaimana dimaksud pada
ayat (5);
b. perubahan tarif pajak karbon sebagaimana dimaksud pada
ayat (5); dan/atau
c. penambahan objek pajak yang dikenai pajak karbon selain
sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
(7) Penerimaan dari pajak karbon dapat dialokasikan untuk
pengendalian perubahan iklim.
(8) Ketentuan mengenai:
a. subjek pajak karbon sebagaimana dimaksud pada ayat (2);
b. tata cara penghitungan, pemungutan, pembayaran atau
penyetoran, pelaporan, dan mekanisme pengenaan pajak
karbon; dan
ANALISA DRAFT RUU PERPAJAKAN
File : 20210430 2045 - KUP - Harmonisasi Final_210608_161957
Diterima per tanggal 8 Juni 2021