Anda di halaman 1dari 8

TUGAS INDIVIDU

MANAJEMEN STRATEGIS

MAKALAH STUDI KASUS

DAMPAK KONFLIK ISRAEL-HAMAS TERHADAP PT.NESTLE : PHK KARYAWAN DI


INDONESIA AKIBAT PEMBOIKOTAN PRO-ISRAEL

DISUSUN OLEH :

HARI

B1024211017

MANAGEMENT INTERNATIONAL

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS TANJUNG PURA
PONTIANAK
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam beberapa tahun terakhir, konflik antara Israel dan Hamas telah menjadi sorotan dunia,
menciptakan gelombang ketegangan yang melibatkan komunitas internasional. Ketegangan ini
tidak hanya memengaruhi kawasan Timur Tengah, tetapi juga menimbulkan dampak yang terasa
jauh di luar wilayah tersebut. Salah satu entitas global yang terkena dampak langsung dari
konflik ini adalah PT Nestlé, perusahaan raksasa dalam industri makanan dan minuman.
Sebagai bagian dari dinamika geopolitik yang berkembang, PT Nestlé menemukan dirinya
terperangkap dalam pemboikotan yang berkaitan dengan dukungan pro-Israel. Pemboikotan ini,
sebagai respons terhadap posisi atau kebijakan tertentu yang dianggap pro-Israel, membawa
konsekuensi serius bagi perusahaan, terutama di wilayah Indonesia.
Dalam usahanya untuk menjaga reputasi dan menghadapi tekanan publik yang meningkat, PT
Nestlé di Indonesia terpaksa mengambil keputusan sulit untuk melakukan pemutusan hubungan
kerja (PHK) terhadap sejumlah karyawan. Keputusan ini menciptakan situasi yang rumit,
mengingat dampaknya tidak hanya terasa oleh perusahaan itu sendiri, tetapi juga oleh pekerja
yang harus menghadapi ketidakpastian dalam karier mereka.
Pendahuluan ini akan menyelidiki lebih lanjut bagaimana konflik Israel-Hamas secara langsung
merasuki koridor bisnis global, membawa dampak yang signifikan pada entitas seperti PT
Nestlé. Dengan menggali faktor-faktor yang memotivasi keputusan perusahaan dan
mengeksplorasi konsekuensi PHK terhadap karyawan di Indonesia, kita dapat memahami lebih
dalam kompleksitas keterlibatan perusahaan multinasional dalam konteks konflik geopolitik
yang meluas.

LATAR BELAKANG
Latar belakang konflik Israel-Hamas yang telah berlangsung selama beberapa dekade menjadi
titik fokus ketegangan geopolitik yang tak kunjung mereda. Akar konflik ini melibatkan klaim
sejarah dan klaim wilayah yang saling bertentangan antara Israel dan Palestina, menciptakan
ketidakstabilan politik dan keamanan di Timur Tengah.
Sejak awal abad ke-20, konflik ini telah melibatkan berbagai pihak dan menghasilkan
serangkaian peristiwa dramatis, termasuk perang-perang, serangan teroris, dan pendudukan
wilayah. Dua entitas utama yang terlibat adalah Israel, yang mendeklarasikan kemerdekaannya
pada tahun 1948, dan Hamas, sebuah kelompok yang muncul di awal 1980-an dan telah
memainkan peran penting dalam perlawanan Palestina terhadap pemerintah Israel.
Dinamika konflik ini terus berkembang, dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti klaim sejarah, isu
keamanan, dan masalah hak asasi manusia. Reaksi global terhadap konflik ini juga menciptakan
tekanan politik dan ekonomi pada perusahaan-perusahaan multinasional, termasuk PT Nestlé.
Dalam konteks pemboikotan terkait pro-Israel, beberapa kelompok dan individu mengambil
sikap tegas terhadap perusahaan-perusahaan yang dianggap memiliki keterkaitan atau kebijakan
yang mendukung Israel. PT Nestlé, sebagai entitas global dengan operasi yang melibatkan
berbagai negara, tidak luput dari tekanan ini. Dengan konflik yang terus berlanjut, dampaknya
merembet ke aspek ekonomi dan ketenagakerjaan di beberapa wilayah, termasuk Indonesia.
Latar belakang konflik Israel-Hamas ini membentuk kerangka kerja untuk memahami bagaimana
perusahaan seperti PT Nestlé dapat terlibat dalam peristiwa global dan bagaimana keputusan-
keputusan sulit seperti PHK dapat menjadi respons terhadap tekanan yang kompleks dan
beragam

RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konflik Israel-Hamas mempengaruhi PT Nestlé di Indonesia dan mendorong
perusahaan tersebut untuk melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK), serta
2. apa dampaknya terhadap karyawan dan dinamika ketenagakerjaan di Indonesia?

TUJUAN PENELITIAN
1. Menganalisis dampak konflik Israel-Hamas terhadap PT Nestlé di Indonesia.
2. Menyelidiki faktor-faktor yang mendorong PT Nestlé untuk melakukan pemutusan hubungan
kerja (PHK) sebagai respons terhadap tekanan pemboikotan terkait pro-Israel.
3. Mengidentifikasi strategi dan keputusan yang diambil oleh PT Nestlé dalam menghadapi
pemboikotan dan dampaknya pada dinamika perusahaan.
4. Mengevaluasi konsekuensi PHK terhadap karyawan PT Nestlé di Indonesia, termasuk aspek
sosial dan ekonomi.
5. Mengkaji implikasi keterlibatan perusahaan multinasional dalam konflik geopolitik terhadap
hubungan bisnis global dan reputasi perusahaan.
6. Menganalisis relevansi strategi yang diadopsi oleh PT Nestlé dengan tuntutan dan ekspektasi
masyarakat global terkait konflik Israel-Hamas.
7. Menyajikan alternatif solusi atau rekomendasi yang dapat membantu perusahaan dalam
mengelola dampak konflik geopolitik pada operasional dan ketenagakerjaan di Indonesia.
8. Memberikan kontribusi pada pemahaman akademis tentang kompleksitas keterlibatan
perusahaan dalam konflik politik dan dampaknya pada tingkat lokal.

BAB II : PEMBAHASAN
A. Konflik Israel-Hamas: Sejarah dan Dinamika
1. Asal Mula Konflik
Asal Mula Konflik Israel-Hamas berasal dari sejarah yang kompleks dan konflik klaim wilayah
yang melibatkan berbagai kelompok etnis dan agama. Beberapa poin kunci yang membentuk
asal mula konflik ini melibatkan:
1) Pembentukan Negara Israel (1948): Konflik ini dimulai dengan deklarasi kemerdekaan
Israel pada tahun 1948, yang diikuti oleh perang antara negara-negara Arab dan Israel.
Konflik ini menciptakan pertentangan teritorial dan klaim atas wilayah, termasuk wilayah
yang sebelumnya diduduki oleh orang Palestina.
2) Pertempuran Historis dan Perpindahan Penduduk: Selama perang tersebut, terjadi
pertempuran dan perpindahan penduduk massal. Banyak orang Palestina menjadi
pengungsi, kehilangan rumah dan hak milik mereka. Ini menciptakan ketegangan dan
rasa kehilangan yang mendalam di antara komunitas Palestina.
3) Klaim Sejarah dan Keagamaan: Konflik ini juga dicirikan oleh klaim sejarah dan
keagamaan yang bersilangan. Baik Israel maupun Palestina memiliki klaim sejarah dan
agama atas wilayah yang sering kali saling bertentangan, seperti Kota Jerusalem yang
memiliki nilai sakral bagi kedua pihak.
4) Perjuangan untuk Kemerdekaan Palestina: Selama beberapa dekade, kelompok-kelompok
Palestina, termasuk Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), terlibat dalam perjuangan
untuk mendapatkan kemerdekaan dan mengatasi pendudukan wilayah oleh Israel.
5) Dampak Perang dan Konflik Berlanjut: Serangkaian perang dan konflik bersenjata antara
Israel dan kelompok-kelompok Palestina, termasuk Hamas, yang muncul pada awal
1980-an, telah memperpanjang ketegangan dan memperumit upaya perdamaian.
Asal mula konflik ini sangat terkait dengan peristiwa-peristiwa sejarah yang melibatkan
pembentukan negara Israel dan pertentangan teritorial yang terus berlanjut. Dengan kepentingan,
klaim sejarah, dan faktor agama yang saling bersinggungan, konflik ini tetap menjadi salah satu
konflik terpanjang dan paling rumit di dunia.
2. Dinamika terkini konflik
Dinamika terkini konflik Israel-Hamas mencakup sejumlah peristiwa dan perubahan kontekstual
yang memengaruhi ketegangan dan situasi di kawasan Timur Tengah. Beberapa poin utama
dalam dinamika terkini ini melibatkan:
1) Eskalasi dan Serangkaian Konfrontasi: Periode terkini sering kali dicirikan oleh
peningkatan ketegangan dan serangkaian konfrontasi antara Israel dan Hamas. Serangan
roket dari Gaza, respon militer Israel, dan pertempuran sengit di wilayah tersebut
menciptakan situasi yang sangat tegang.
2) Peran Aktor Internasional: Sejumlah aktor internasional terlibat dalam upaya mediasi dan
penyelesaian konflik. Peran Amerika Serikat, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dan
negara-negara regional memainkan peran penting dalam mencoba meredakan ketegangan
dan memfasilitasi dialog.
3) Isu Keamanan dan Perdamaian: Upaya untuk mencapai kesepakatan perdamaian dan
keamanan tetap menjadi fokus. Namun, tantangan besar muncul seiring dengan
kompleksitas klaim wilayah, status Yerusalem, dan hak pengungsi Palestina.
4) Peran Media Sosial: Dinamika konflik semakin dipengaruhi oleh media sosial.
Penggunaan media sosial oleh kedua pihak untuk menyebarkan informasi, memobilisasi
pendukung, dan memengaruhi opini publik internasional telah menjadi elemen signifikan
dalam memahami konflik ini.
5) Protes dan Respons Global: Konflik ini memicu reaksi dan protes secara global.
Demonstrasi, baik secara fisik maupun daring, mencerminkan dukungan dan
ketidaksetujuan terhadap tindakan yang dilakukan oleh kedua belah pihak.
Dinamika terkini konflik Israel-Hamas mencerminkan ketegangan yang terus berkembang di
kawasan tersebut. Pengaruh aktor internasional, perkembangan teknologi informasi, dan reaksi
global semakin membentuk naratif dan perjalanan konflik ini.

B. DAMPAK KONFLIK TERHADAP PERUSAHAAN MULTINASIONAL


1. PENGARUH KONFLIK TERHADAP EKONOMI PERUSAHAAN

Konflik Israel-Hamas memiliki pengaruh signifikan terhadap ekonomi global melalui beberapa saluran
yang memengaruhi stabilitas pasar dan dinamika perdagangan internasional. Beberapa dampak ekonomi
global yang dapat diamati melibatkan:

1) Fluktuasi Harga Energi: Konflik di kawasan Timur Tengah sering kali berdampak pada harga
minyak dan gas karena sebagian besar produksi minyak dunia terletak di wilayah tersebut.
Ketidakpastian politik dan potensi gangguan pasokan dapat menyebabkan fluktuasi harga yang
signifikan di pasar energi global.
Salah satu contoh masalah minyak yang menyebabkan konflik di Timur Tengah adalah
persaingan klaim wilayah antara negara-negara produsen minyak seperti Irak, Iran, dan Kuwait.
Sumber daya minyak yang melimpah di wilayah ini sering menjadi pemicu ketegangan dan
konflik terkait batas-batas wilayah serta hak eksploitasi minyak. Selain itu, campur tangan pihak
asing dalam industri minyak dan geopolitik regional juga dapat memperumit situasi,
meningkatkan ketegangan di kawasan tersebut.
2) Perubahan Harga Komoditas: Konflik dapat mempengaruhi harga komoditas tertentu, terutama
bahan pangan dan logam. Gangguan pada jalur perdagangan dan ketidakpastian geopolitik dapat
menciptakan volatilitas harga yang memengaruhi pelaku bisnis global.
3) Ketidakpastian Investasi: Konflik menciptakan ketidakpastian politik dan keamanan yang dapat
menghambat investasi asing dan domestik. Para investor cenderung bersikap hati-hati dalam
mengalokasikan sumber daya mereka ketika ada risiko politik yang tinggi.
4) Resiko Bisnis Multinasional: Perusahaan multinasional yang beroperasi di kawasan tersebut
dapat mengalami resiko operasional dan finansial. Gangguan pasokan, kerugian aset, atau
kerugian reputasi dapat berdampak pada kinerja dan nilai saham perusahaan-perusahaan ini.
5) Pengaruh Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Global: Konflik yang berlarut-larut dan memiliki
dampak ekonomi yang luas di kawasan tersebut dapat menyumbang pada perlambatan
pertumbuhan ekonomi global. Hal ini dapat memicu resesi atau setidaknya meredakan
momentum pertumbuhan ekonomi global.

Dengan demikian, konflik Israel-Hamas tidak hanya memengaruhi kawasan Timur Tengah tetapi juga
memiliki konsekuensi ekonomi global yang mencakup sektor energi, perdagangan, dan keuangan.
Dampaknya dapat bersifat jangka pendek maupun jangka panjang, tergantung pada evolusi dinamika
konflik dan respons pasar terhadap peristiwa-peristiwa tersebut.

2. PERAN PERUSAHAAN DALAM KONFLIK

Perusahaan dapat terlibat dalam konflik melalui:

1) Dampak Operasional dan Karyawan: Keamanan karyawan dan gangguan operasional dapat
dipengaruhi oleh konflik, memerlukan langkah-langkah keselamatan dan evakuasi.
2) Respons Terhadap Pemboikotan atau Tekanan: Pemboikotan dan tekanan politik dapat dialami
oleh perusahaan yang dianggap mendukung konflik, memaksa peninjauan kebijakan bisnis.
3) Hubungan Internasional dan Diplomasi Ekonomi: Perusahaan besar dapat berperan sebagai
mediator ekonomi dan memengaruhi hubungan bilateral, tergantung pada dampak dan skala
perusahaan.
4) Reputasi dan Branding: Perusahaan perlu mengelola citra mereka agar tidak terpengaruh oleh
persepsi negatif yang dapat muncul akibat keterlibatan atau kebijakan terkait konflik.

C. PEMBOIKOTAN TERKAIT PRO ISRAEL DAN TEKANAN TERHADAP PT NESTLE

1. Pemboikotan global terhadap perusahaan

Pemboikotan global terhadap perusahaan adalah fenomena di mana individu atau kelompok,
sering kali melalui gerakan sosial atau aktivisme online, memutuskan untuk tidak mendukung
atau menggunakan produk dan jasa dari suatu perusahaan. Alasan pemboikotan dapat bervariasi,
mencakup kebijakan perusahaan yang dianggap kontroversial, tindakan yang dianggap tidak etis,
atau keterlibatan dalam isu-isu politik atau sosial yang menciptakan ketidaksetujuan di kalangan
konsumen. Dalam era informasi digital, media sosial memainkan peran penting dalam
mempercepat dan memperluas dampak pemboikotan dengan memungkinkan penyebaran
informasi secara cepat dan global.

Dampak pemboikotan bisa sangat besar terutama jika mencapai skala global dan mendapatkan
dukungan luas. Perusahaan yang menjadi target pemboikotan dapat menghadapi konsekuensi
serius, termasuk penurunan penjualan, penurunan nilai saham, dan kerusakan citra dan reputasi
yang memakan waktu untuk pulih. Respons perusahaan terhadap pemboikotan juga menjadi
faktor kunci; perusahaan yang merespons secara cepat dan transparan untuk mengatasi
keprihatinan konsumen atau mengubah kebijakan yang kontroversial dapat meminimalkan
dampak negatifnya.

Contoh pemboikotan global mencakup kampanye untuk menghindari produk dari perusahaan
yang dianggap terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia, merusak lingkungan, atau
mendukung kebijakan politik yang kontroversial. Pemboikotan semacam itu mencerminkan
kekuatan konsumen dan masyarakat dalam mengekspresikan nilai dan preferensi mereka,
sementara juga menempatkan tekanan pada perusahaan untuk bertindak secara etis dan
bertanggung jawab secara sosial.
2. TEKANAN TERHADAP PT. NESTLE

PT Nestlé saat ini menghadapi tekanan yang signifikan terkait dengan konflik Israel-Hamas dan
kebijakan perusahaan yang mungkin dianggap kontroversial oleh sebagian masyarakat.
Pemboikotan terkait pro-Israel menjadi sorotan utama, di mana kelompok-kelompok atau
individu di Indonesia menyuarakan penolakan terhadap perusahaan tersebut. Pemboikotan ini
bisa mencakup aksi tidak membeli produk Nestlé sebagai bentuk protes terhadap persepsi
keterlibatan atau dukungan perusahaan terhadap Israel dalam konflik tersebut.

Tekanan terhadap PT Nestlé juga dapat termanifestasi dalam opini publik yang kuat dan aktivitas
media sosial yang intens. Informasi dan kampanye yang tersebar luas di platform media sosial
dapat memperkuat gerakan pemboikotan dan memengaruhi persepsi publik terhadap perusahaan.
Kehandalan PT Nestlé dalam merespons tekanan ini akan menjadi faktor penting dalam
membentuk naratif dan citra perusahaan di mata masyarakat.

Di samping itu, perusahaan juga dihadapkan pada tantangan menjaga reputasi dan citra mereka
di Indonesia. Bagaimana PT Nestlé mengelola tekanan ini dapat mempengaruhi pandangan
masyarakat terhadap etika dan tanggung jawab sosial perusahaan. Respons perusahaan terhadap
pemboikotan dan tuntutan masyarakat akan menjadi penentu utama dalam memitigasi dampak
negatif pada citra dan reputasi perusahaan.

Selain itu, dampak bisnis dan ketenagakerjaan PT Nestlé di Indonesia juga dapat terkena.
Pemboikotan dapat langsung mempengaruhi performa bisnis perusahaan dengan menurunnya
penjualan dan pendapatan. Implikasi terhadap karyawan dan rantai pasokan juga mungkin
muncul, mengingat dampak ekonomi yang mungkin dihasilkan dari pemboikotan terhadap
perusahaan.

Terakhir, perhatian terhadap keterlibatan bisnis PT Nestlé dalam konflik geopolitik dan sikap
perusahaan terhadap isu-isu politik global dapat memperoleh sorotan dari aktor-aktor
internasional dan lembaga pemantau hak asasi manusia. Hal ini dapat meningkatkan tekanan
pada perusahaan, mendorongnya untuk mempertimbangkan kembali kebijakan dan tindakannya
dalam konteks isu-isu sensitif ini.

Sebagai perusahaan multinasional, PT Nestlé dihadapkan pada ujian kompleks dalam menjaga
keseimbangan antara keberlanjutan bisnis dan tanggung jawab sosial, terutama dalam
menghadapi tekanan yang berkaitan dengan konflik global dan isu-isu sosial yang sensitif.

D. Keterlibatan PT Nestlé di Indonesia dan Profil Ketenagakerjaan

1. Profil PT Nestlé di Indonesia

PT Nestlé Indonesia merupakan salah satu anak perusahaan dari Nestlé S.A., perusahaan
makanan dan minuman global terkemuka. Beroperasi di Indonesia sejak tahun 1971, PT Nestlé
Indonesia telah menjadi salah satu pemain utama di sektor makanan dan minuman di negara ini.
Perusahaan ini dikenal karena berbagai produk konsumen yang mencakup kategori seperti
makanan bayi, minuman kopi, susu, sereal, makanan instan, dan produk kesehatan.

Sebagai perusahaan yang berkomitmen pada konsep Creating Shared Value (CSV), PT Nestlé
Indonesia secara aktif terlibat dalam berbagai inisiatif yang mendukung pembangunan
berkelanjutan dan memberdayakan komunitas lokal. Program-program ini mencakup
keberlanjutan rantai pasokan, inisiatif pertanian berkelanjutan, dan edukasi gizi untuk
masyarakat.

Profil ketenagakerjaan PT Nestlé Indonesia mencakup ribuan karyawan yang terlibat dalam
berbagai fungsi, termasuk produksi, penelitian dan pengembangan, pemasaran, dan layanan
pelanggan. Perusahaan ini juga dikenal karena berbagai kegiatan tanggung jawab sosial
perusahaan di berbagai komunitas tempat mereka beroperasi.

Sebagai bagian dari bisnis global, PT Nestlé Indonesia berkomitmen untuk memberikan produk
berkualitas tinggi sambil memperhatikan dampak sosial dan lingkungan. Meskipun perusahaan
ini menikmati popularitas dan keberhasilan di pasar Indonesia, seperti yang sering terjadi bagi
perusahaan besar, mereka juga dihadapkan pada tantangan dan tekanan, terutama dalam konteks
isu-isu sosial dan politik yang dapat memengaruhi citra dan operasional mereka di Indonesia

Anda mungkin juga menyukai