Anda di halaman 1dari 2

Nama : Aishah Mardiansyah

NIM : 11211130000030
Kelas : 6C
Mata Kuliah : HI Kawasan Timur Tengah dan Afrika
Dosen Pengampu : Prof. Muhammad Sirajuddin Syamsuddin, Ph.D
Fikri Fahrul Faiz S.Sos., MA

Review HI Kawasan Timur Tengah dan Afrika


International Relations of the Middle East, Fourth Edition, Oxford University Press
The Arab-Israeli Conflict, Chapter 12
Charles Smitt
1. Ringkasan tentang ide utama bacaan
Adanya Konflik Arab-Israel dimulai setelah proklamasi Negara Israel pada 14 Mei 1948,
dengan serangan oleh negara-negara Arab seperti Mesir, Yordania, Suriah, dan elemen dari pasukan
Irak dan Lebanon. Perang-perang berikutnya dalam konflik ini termasuk Krisis Suez 1956, Perang
Enam Hari 1967, Perang Yom Kippur 1973, dan invasi Israel ke Lebanon pada tahun 1982. Konflik
ini berawal dengan Palestina-Israel yang dimana pada deklarasi Balfour 1917, yang dimana Inggris
yang pada saat itu menguasai kawasan tersebut harus membantu aspirasi zionis untuk menciptakan
negara Yahudi yang bertentangan dengan keinginan para masyarakat Arab yang tinggal di Palestina.
Pada tahun 1947 PBB mengajukan rencana membagi wilayah Palestina antara Arab dengan Israel,
tetapi ide ini ditolak oleh para pemimpin Arab yang kemudian setelah peristiwa tersebut melancarkan
perang pertama Arab-israel. Akibat dari konflik pertama tersebut Israel berhasil merebut beberapa
wilayah. Setelah perang pertama Arab-Israel terdapat konflik seperti Krisis kanal Suez pada 1956 dan
juga perang enam hari 1967. Ketegangan perbatasan dan bentrokan bersenjata antara Israel dan
tetangga Arabnya sering terjadi pada awal 1950-an dan pertengahan 1960-an, yang kemudian
berkontribusi pada Perang Enam Hari tahun 1967.

Setelah Perang Enam Hari, terjadi rivalitas nasionalis Arab dan munculnya faktor Palestina kembali
ke permukaan. Peristiwa ini kemudian berlanjut hingga Perjanjian Perdamaian Mesir-Israel di Camp
David pada tahun 1978. Pada tahun 1988, AS setuju untuk berbicara dengan Organisasi Pembebasan
Palestina (PLO), menandai langkah potensial menuju penyelesaian dalam konflik Arab-Israel yang
lebih luas. Peristiwa-peristiwa penting lainnya termasuk Perang Teluk 1990-1991 yang menjadi
pemicu kemajuan menuju penyelesaian masalah Arab-Israeli. Selain itu, pembicaraan antara Israel
dan Palestina pada tahun 2000-2001, yang membangun dari Camp David, juga merupakan upaya
untuk mencapai perdamaian.

Namun, Konflik Arab-Israel masih saja belum terselesaikan karena adanya faktor-faktor seperti
ketegangan antara Israel dan tetangga Arabnya, ketidaksepakatan dalam interpretasi Resolusi PBB
242, ketidakmampuan untuk mencapai kesepakatan yang memuaskan semua pihak, dan
ketidakpastian mengenai status pemukiman Israel di Tepi Barat. Selain itu, sikap militansi Israel dan
ketidakmampuan Hamas untuk mengubah pendiriannya terhadap solusi dua negara juga menjadi
hambatan dalam penyelesaian konflik ini. Dan juga, negara Arab tidak akan pernah mengakui
keberadaan Israel dan hanya mengakui bahwa Arab (yaitu Palestina)yang mempunyai hak, mereka
juga tidak setuju dengan konsep one state solution yang dimana Palestina dan Israel akan bergabung
menjadi satu entitas negara.
Dengan demikian, alur peristiwa konflik Arab-Israeli melibatkan serangkaian perang, perjanjian
perdamaian, dan upaya diplomasi yang berlangsung selama beberapa dekade, dengan berbagai faktor
dan peristiwa yang mempengaruhi dinamika konflik tersebut serta beberapa sosial - budaya yang
dimana mereka memiliki saling mempunyai perbedaan yang signifikan baik dalam segi budaya, etnis,
bangsa yang dimana hal ini memperburuk situasi konflik ini.

Identifikasi tujuan utama penulis


Adapun tujuan penulis yang dituangkan pada chapter 12 ini yaitu penulis ingin menjelaskan
tentang Konflik Arab - Israel yang alur dari konflik ini tidak kunjung usai terlebih dengan adanya
beberapa faktor yang sehingga membuat perang ini semakin berkelanjutan seperti adanya faktor
sejarah, agama dan juga identitas. Selain itu juga pada chapter ini penulis mengutarakan juga terkait
upaya penindaklanjutan Konflik Arab - Israel ini yang sulit diselesaikan dan masih saja belum ada
tanda tanda kedamaian dari mereka.

2. Daftar konsep konsep HI yang signifikan dari bacaan tersebut


1. Identitas Politik: Konsep ini menyoroti peran identitas dalam menentukan kepentingan negara dan
konflik internasional. Identitas politik menjadi kunci dalam menentukan nasib negara dan keamanan,
terutama dalam konteks konflik Arab-Israel.

2. Realisme: Konsep ini menekankan bahwa kepentingan negara ditentukan oleh penilaian kekuatan
relatif terhadap negara-negara pesaing. Realisme memandang bahwa kebijakan luar negeri negara
didasarkan pada kepentingan negara tersebut, terutama dalam konteks keamanan dan konflik
internasional.

3. Konstruktivisme: Konsep ini menyoroti bahwa tindakan negara dalam Hubungan Internasional
dapat dipengaruhi oleh ideologi kelompok atau partai yang berkuasa. Konstruktivisme memandang
bahwa kepentingan negara ditentukan oleh ideologi yang mempengaruhi keputusan politik.

3. Pendapat mahasiswa tentang logika dan argumen penulis dalam bacaan


Pendapat saya terkait gagasan yang penulis katakan dalam chapter ini menurut saya cukup
jelas dan rinci. Berdasarkan bacaan yang tersebut juga terdapat beberapa argumen yang menarik
terkait konflik Arab-Israel salah satunya adalah argumen bahwa ideologi dan identitas nasional
memainkan peran penting dalam menentukan kebijakan dan tindakan negara-negara terkait konflik
ini. Saya setuju dengan argumen ini karena ideologi dan identitas nasional sering menjadi faktor
kunci dalam menentukan keputusan politik, terutama dalam konteks konflik yang melibatkan klaim
atas wilayah yang dianggap penting secara historis atau budaya. Selain itu, argumen tentang
ketidakmampuan untuk mencapai kesepakatan yang memuaskan semua pihak dalam konflik
Arab-Israel juga terlihat signifikan. Kompleksitas konflik ini, termasuk perbedaan pandangan
mengenai kedaulatan dan hak kembali bagi Palestina, telah menjadi hambatan dalam mencapai
perdamaian yang berkelanjutan. Namun, argumen bahwa sikap militansi Israel dan ketidakmampuan
Hamas untuk mengubah pendiriannya terhadap solusi antara kedua negara inilah yang menjadi
hambatan dalam penyelesaian konflik ini. Serta juga terdapat beberapa konflik yang berdatangan
yang memperparah dan memperpanas konflik Arab - Israel ini.

Anda mungkin juga menyukai