Anda di halaman 1dari 3

Professor Lant Pritchett seorang guru besar Harvad dalam satu seminar pendidikan ditahun 2016

mengatakan bahwa pendidikan Indonesia tertinggal 128 tahun jika dibandingkan dengan negara-
negara maju. Kemudian susul menyusul para ahli meramalkan ketertinggalan Indonesia beratus-
ratus tahun lebih lama lagi. Sebagian besar asumsi itu dibangun diatas hasil tes PISA yang saat
ini menjadi barometer ukuran kemajuan pendidikan menengah di suatu negara. Saya katakan
asumsi, karena alat ukur yang dipakai hanyalah PISA. Apakah pendidikan kita dikatakan berhasil
jika nilai siswa kita di PISA begitu mengesankan?

Saya yang sudah lama mengetahui tradisi emas siswa-siswa Indonesia di Olimpiade mate-
matika dan fisika, sejak tahun 1993 siswa-siswa kita begitu menggagumkan, namun saya jarang
mendengarkan asusmi positif yang dibangun berdasarkan presetasi membanggakan siswa-siswa
kita diajang penuh gengsi tersebut. Misalnya saja mengapa tidak ada ahli pendidikan yang
mengatakan bahwa berdasarkan tradisi perolehan medali di olimpiade fisika siswa-siswa
Indonesia lebih maju 50 tahun misalnya dibanding siswa negara lain. Mengapa hanya nilai-nilai
PISA yang ditonjolkan dan betulkah sebegitu bodohnya siswa –siswa Indonesia sampai-sampai
pendidikan kita di cap sebagai yang terendah, yang terburuk, belum maju dan lain sebagainya?.

Ada kurang lebih 44 juta dan yang berumur 15 tahun dikisaran jumlah 70 persen siswa sekolah
menengah di Indonesia, kemudian hanya diwakili beberapa ribu siswa setiap kali tes PISA ,
apakah menggambarkan semua siswa Indonesia? Bagaimana dengan soal-soal yang dibuat?
Apakah sesuai dengan karakteristik sekolah-sekolah kita? Kurikulum, budaya , dan apakah tidak
terlalu Eropa sentris? Bagaimana jika pada tes PISA pesertanya dari sekolah internasional saja?
Semisal JIS. Bagaimana hasilnya kemudian? Kalau kemudian hasilnya lebih tinggi maka dapat
ditarik keseimpulan bahwa tes itu memang hanya cocok diikuti oleh negara-negara OECD bukan
negara berkembang.

Indonesia sudah mengikuti tes PISA sebanyak delapan kali sampai tahun 2022 kemarin sejak
diadakan pertama kali di tahun 2000. Hasilnya relatif sama negara-negara yang duduk di
rangking satu sampai 20 selalu berganti dari itu ke itu saja meskipun ada kejutan dari China dan
Vietnam, namun rangking China juga banjir kritik karena hanya mengikutkan sekolah –sekolah
di wilayah-wilayah di daerah makmur . Indonesia duduk disepuluh negara terbawah bersama
dengan negara-negara yang itu-itu juga.
India adalah paradoks. Negara yang baru saja mendaratkan misinya di kutub selatan Bulan ini,
hanya satu kali mengikuti tes PISA di tahun 2009. India tidak terima rangking negaranya ada di
kedua terbawah. India mengklaim tes PISA sarat diskiriminasi dimana tes itu tidak mewakili
model pendidikan India dan sangat Eropa. Bahkan di tahun 2018, India menunda keikutsertaanya
setelah sebelumnya India menyatakan akan ikut di tes di 2022, namun India kemudian negara itu
beralasan bahwa Covid dengan model pembelajaran daring membuat performaa siswa-siswa
India tidak akan maksimal nantinya pada tes tersebut.

Apakah kemudian hasil tes PISA siswa-siswa India di tahun 2009 yang duduk diperingkat dua
terbawah membuktikan bahwa India negara terbelakang di bidang pendidikan? Sama sekali
tidak, bahkan pekerja-pekerja IT dan CEO-CEO startup kelas dunia di dominasi orang India.
Begitu juga profesi dokter di Amerika banyak diisi oleh orang India. Dengan kenyataan itu,
apakah masih penting rangking PISA? India mengambil jalannya sendiri. Mereka sudah
diperhitungkan dunia dalam bidang teknologi ruang angkasa dan saat ini ikut meramaikan
pertarungan teknologi menaklukan ruang angkasa dengan negara-negara besar di Dunia. Kita
masih sibuk mencari-cari dan berasumsi ketertinggalan kita dengan negara-negara OECD akibat
rangking PISA yang tidak naik-naik bahkan flutuaktif di rengking bawah.

Sebaiknya Indonesia tidak terlalu fokus pada hasil PISA sebagai bahan pertimbangan utama
pembangunan pendidikan bahkan mengganti kurikulum. Sudah 23 tahun kita berkoloborasi di tes
ini. Mungkin kita perlu mencontoh sikap keras India yang tahun 2009 tersinggung dengan
penempatan rangking dan ditahun 2022 memutukan tidak ikut, karena India sudah memprediksi
bahwa Covid akan membuat siswa-siswa India mungkin tidak akan bisa menjawab soal-soal
PISA dengan baik. Mereka masih belum mau mengulang tragedi rangking PISA 2009, namun
apakah dunia kemudian mengungkit nilai PISA siswa India ketika negara itu berhasil
meluncurkan misi pesawat ruang angkasa Chandrayaan-3 ke Bulan? Tidak sama sekali. Bahkan
semua negara tepuk tangan dan mengakui teknologi ruang angkasa India. Semua kagum. India
mengangkat nama negara berkembang dipentas Internasional.

India tidak terlalu menghabiskan energi mengurusi segala label penddikan yang dicantumkan,
biarkan bukti yang berbicara, tes PISA harusnya hanyalah salah satu indikator kecil wajah
pendidikan kita di dunia internasional, saya yakin begitu kita bisa melucurkan wahana ke Bulan,
maka posisi pendidikan kita akan diakui secara internasional.

Anda mungkin juga menyukai