Anda di halaman 1dari 2

Ramai di tweter yang anggapan bahwa nama besar kampus akan menentukan jabatan yang akan

diperoleh kelak. Bahwa Kampus-kampus top Indonesia akan berpeluang menjadi pejabat-pejabat
di negeri ini. Tidak salah, namun harus dilihat kompetensi yang dimiliki oleh individu dari
alumni kampus tersebut. Tidak bisa dipungkiri bahwa untuk menembus kampus-kampus top di
Indonesia memang tidak mudah, namun bukan berarti alumni dari kampus-kampus gurem tidak
punya potensi jadi bibit unggul calon pemimpin dimasa depan.

Saat ini, ada istilah pintar saja tidak cukup. Untuk menjadi pemimpin. Perusahaan-perusahaan
top dunia, malahan melihat negara tempat belajar sebagai garansi untuk mendapatkan pekerjaan.
Misalnya perusahaan-perusahaan startup besar kebanyakan merekrut alumni-alumni dari
kampus-kampus India Sedangkan untuk melamar jadi pengajar di dikampus-kampus luar negeri
maka syarat yang disertakan adalah salah satunya berasal dari kampus-kampus terkemuka kelas
dunia. Contoh kecil saja, universitas Brunenei Darusallam , secara reguler, merekrut dosen skala
profesor dan atau Doktor dengan catatan dari kampus-kampus terkemuka di dunia. Banyak orang
Indonesia yang bisa direkrut, tapi rata-rata tamatan dari Amerika dan juga Eropa. Sehingga
keliru jika hanya menjadikan nama kampus dalam negeri sebagai garansi untuk memperoleh
pekerjaan untuk bekerja skala dunia.

Disaat-saat mahasiswa Indonesia sedang membanggakan almamater identik dengan pejabat dan
orang penting di BUMN dalam Negeri, lain lagi orientasi dan obesi mahasiswa-mahasiswa India.
Mereka beromba-lomba mengincar Amerika sebagai tujuan dalam berkarir. Bukan rahasia lagi
jika perusahaan-perusahaan startup skala dunia di Silikon Veley, CEO nya kebanyakan
dipegang oleh orang India. Ada satu fenomena di india, dimana ibu-ibu India sangat ambisius
untuk memasukan anak-anak mereka kuliah dijurusan STEM dikampus-kampus teknik terbaik di
india. Pemerintah India fokus mengembangkan kampus-kampus STEM. Sehingga sedari dini
anak-anak India berfokus untuk mmpelajari mate-matika, dan teknologi. Kampus-kampus India
terbilang diakui dan berkelas untuk jurusan IT. Kampus-kampus India bahkan terlihat kusam
dibandingkan kampus-kampus Indonesia .Nmaun, pengelolaanya mirip-mirip kampus Eropa.
Namun, biaya kuliah di india sangat murah. Untuk master atau S2 bahkan hanya enam juta satu
tahun, biaya hidup pun sangat murah di India. Tidak heran, banyak mahasiswa asing yang
membanjiri India. Bahkan biaya kuliah S1 hanya 30 ribu satu semester untuk masyarakat India.
Sedangkan untuk Doktor di Kampus jawaharlal Nehru mahasiswa Internasional, hanya
membayar 1,4 juta satu semester. Itu adalah biaya mandiri yang ditetapkan kampus untuk
mahasiswa internasional. Sedangkan untuk biaya hidup sudah termasuk segala biaya hanya
dikisaran 500 ribu perbulan.mungkin tidak bisa dipukul rata tapi secara keseulurhan biaya kuliah
di india termasuk yang paling murah di dunia.

Meskipun murah meriah, namun garansi nama besar kampus India dakui diluar negeri terutama
untuk yang bidang-bidang IT. Sehingga menjadi tamatan kampus India mungkin sudah saatnya
jadi pertimbangan. Kuliah Master dan Doktor dengan biaya yang sangat murah memungkinkan
memilih India jika punya sedikit uang namun ingin mendapatkan pendidikan yang berkualitas.
Kampus-kampus India ditata dan dikelola secara Eopa karena selama 200 tahun negara itu,
dijajah oleh Inggris. Sehingga mungkin pemerintah Indonesia sudah saatnya memasukan
kampus-kampus India sebagai tujuan beasiswa LPDP . Untuk apa memilih kampus-kampus
bonafid dan mahal di Eropa dan Amerika sebagai tujjuan yang menghabiskan dana satu milyar
lebih satu awardee, jika dipakai kuliah di kampus-kampus murah namn bermutu, uang sebesar
itu bisa menyekolahkan ratusan orang ketimbang dipakai satu orang yang belum tentu mau
pulang ke Indoensia setamat mereka menyelesaikan kuliah. Sampai saat ini, ada 413 awardee
LPDP yang belum mau pulang ke Indonesia, pasca meyelesaikan studi. Hal ini , sangat
disayangkan karena mereka dikirim kuliah untuk memajukan Indonesia seperti China dan Jepang
diawal-awal tahun 70 an ketika mereka kemudian bisa alih teknologi. Mungkin saja, kalau
penerima beasiswa LPDP kuliah di Negara-negara non Amerika dan Eropa mereka tidak akan
betah berlama-lama dan hanya datang untuk belajar dan kuliah sehingga ketika selesai akan
segera balik ke Indonesia.

Murahnya pendidikan di India dengan mutu yang tidak main-main, menjadikan Indonesia bisa
belajar ke sana agar kampus-kampus Indonesia bisa dijangkau orang-orang miskin tanpa
mengharapkan beasiswa bidik misi atau PIP yang terbatas. Dengan biaya yang hanya 30 ribu
satu semester semua masyarakat Indonesia bisa mendapatkan pendidikan yang layak dan tamat
sarjana dengan demikian, mutu SDM kita bisa meningkat dengan signifikan.,

Anda mungkin juga menyukai