Anda di halaman 1dari 5

Name : Humairo Zata Qalisha

NIM : D1A02310023

BILATERAL KINSHIP SYSTEM

Salah satu sistem kekerabatan dalam hukum adat, yaitu sistem kekerabatan
Parental atau Bilateral, dimana setiap orang berhak menarik garis keturunannya ke
atas baik melalui bapaknya maupun melalui ibunya. Individu sebagai keturunan
mempunyai hak dan kewajiban tertentu yang berhubungan dengan kedudukannya
dalam keluarga yang bersangkutan. Misalnya, diperbolehkan menggunakan nama
keluarga (marga) dan berhak atas kekayaan keluarga.

Kenyataan dalam sistem kekerabatan Parental atau Bilateral sebagai sebuah


Win-Win Solution dianggap menciptakan suatu keseimbangan dalam lingkup
keluarga. Tujuan adanya pernikahan menurut adat adalah untuk mengikat hubungan
sosial pernikahan adat dapat digunakan untuk mengukuhkan hubungan sosial antara
dua keluarga atau komunitas yang terlibat. Ini mencakup memperkuat ikatan
keluarga, membangun jaringan dan koneksi sosial, serta menciptakan solidaritas
dalam masyarakat. Tak hanya mengikat hubungan sosial tetapi juga untuk
menciptakan keturunan dan memperluas keluarga. Dalam sistem kekerabatan Parental
atau Bilateral, baik dari masing-masing pihak memberlakukan peraturan yang sama,
seperti perkawinan, kewajiban memberi nafkah, penghormatan, dan pewarisan. Beda
halnya dengan sistem kekerabatan Patrilineal dan Matrilineal yang dimana hanya
mengunggulkan satu pihak saja. Di suku Jawa sendiri, sistem ini lebih diterima secara
umum karena tidak membeda-bedakan antara keluarga bapak dan keluarga ibu.
Kedudukan keluarga bapak dan keluarga ibu setara dan seimbang. Sedangkan di
beberapa daerah berdasarkan sistem kekerabatan yang dianut oleh suatu masyarakat
hukum adat, kedudukan seseorang sangat tergantung pada sistem kekerabatan yang
dianut oleh masyarakat adat tersebut.

Setelah terjadinya suatu perkawinan menimbulkan hubungan hukum antara


suami dengan istri, terutama yang berhubungan dengan hak dan kewajiban antara
suami dan istri. Bisa diartikan pada sistem kekerabatan Parental atau Bilateral ini
sangat menjunjung kesetaraan antara peran dan juga pembagian tugas kedudukan
suami maupun istri. Sistem kekerabatan Parental atau Bilateral ini adalah sistem yang
biasanya melibatkan peran dan tanggung jawab yang diberikan kepada orang tua
dalam mengasuh, merawat, dan mendidik anak-anak mereka, serta hak dan kewajiban
yang dimiliki oleh anak-anak terhadap orang tua mereka. Hal ini membuktikan bahwa
dalam sistem kekerabatan Parental memunculkan peran keseimbangan antara ayah
dan ibu sangat diperlukan. Menurut hukum adat yang menganut sistem kekerabatan
Parental seperti di masyarakat Jawa, kewajiban orangtua kepada anaknya sampai
dengan anak tersebut dewasa dan hidup mandiri, sehingga tanggung jawab tidak
hanya dibebankan kepada bapak saja melainkan juga ibu ikut bertanggung kepada
anak-anaknya.

Antara suami dan istri mempunyai hak dan kedudukan yang seimbang baik
dalam kehidupan rumah tangga maupun pergaulan hidup bersama dalam masyarakat,
yang disertai dengan kewajiban bersama membina dan menegakan rumah tangga
yang diharapkan akan menjadi dasar dari susunan masyarakat. Suami dan istri
haruslah saling cinta-mencintai, hormat-menghormati, setia dan memberi bantuan
lahir batin satu kepada yang lain. Laki-laki sebagai suami dengan wibawa
kepemimpinannya, wajib melindungi istri dan memberikan segala sesuatu keperluan
hidup berumahtangga sesuai dengan kemampuannya, sedangkan istri wajib mengatur
urusan rumah tangga sebaik-baiknya.

Persamaan lainnya yaitu bahwa dalam hal melakukan perbuatan hukum.


Suami dan istri sama-sama berhak untuk melakukan perbuatan hukum. Misalnya saja
seorang istri dapat saja melakukan perjanjian jual beli dan lainnya sendiri tanpa
memerlukan bantuan maupun pendampingan dari suaminya. Bahkan diberikan
kesempatan yang sama untuk mengajukan gugatan kepada pengadilan apabila salah
satu pihak melalaikan kewajibannya. Intinya bahwa antar laki-laki dan perempuan
dalam suatu perkawinan seharusnya memiliki kedudukan yang sama dan sama-sama
memiliki hak dan kewajiban yang harus dihormati

Dalam masyarakat Parental atau Bilateral, hubungan anak dengan kerabat


bapak maupun ibunya adalah sama. Hal ini membantu menjaga kerapatan hubungan
antara anggota keluarga dan mengatur peran dan kewajiban masing-masing anggota
keluarga dalam sistem kekerabatan yang telah ditentukan. Sistem kekerabatan
Parental atau Bilateral dapat memberikan landasan bagi pengasuhan anak yang
terstruktur dan diakui dalam masyarakat atau budaya tertentu. Hal ini dapat
membantu memastikan bahwa anak-anak diberikan pemahaman tentang hubungan
kekerabatan mereka dan diberdayakan dengan nilai-nilai dan norma yang diwariskan
dari generasi sebelumnya.

Sistem kekerabatan Parental atau Bilateral membantu memelihara dan


memperkuat ikatan keluarga antara anggota keluarga yang memiliki hubungan darah
atau ikatan kekerabatan. Fungsi dari silsilah atau garis keturunan adalah untuk
mengetahui hubungan kekerabatan dan asal usul keluarga. Dengan silsilah atau garis
keturunan dapat diketahui jumlah anggota keluarga dari pihak ayah dan ibu, generasi
ke berapa, dan dengan siapa saja mempunyai hubungan kekerabatan.

Hal krusial yang menjadi pembeda pada sistem kekerabatan Parental atau
Bilateral dengan sistem kekerabatan yang lain terkait pembagian harta. Sistem
kekerabatan Parental atau Bilateral berkaitan dengan kepemilikan harta seperti harta
perkawinan, harta asal, dan harta pemberian yang dimiliki secara bersama-sama oleh
suami atau istri. Sistem Pewarisan Individual adalah sistem pewarisan dimana setiap
waris mendapatkan pembagian untuk dapat menguasai dan/atau memiliki harta
warisan menurut bagiannya masing-masing. Setelah harta warisan itu diadakan
pembagian, maka masing-masing waris dapat menguasai dan memiliki bagian harta
warisannya untuk diusahakan, dinikmati, atau dialihkan (dijual) kepada orang lain.
Sistem pewarisan individual ini diberlakukan pada masyarakat yang bersistem
kekerabatan Parental atau Bilateral, dimana kedudukan laki-laki dan perempuan sama
atau sederajat. Mereka berhak melakukan tindakan hukum bersama atau sendiri, di
dalam maupun di luar pengadilan. Adapun kelemahan dari sistem pewarisan
individual, yaitu terpecahnya harta warisan dan meregangnya tali kekerabatan, hal ini
dapat berakibat timbulnya hasrat ingin memiliki kebendaan secara pribadi dan
mementingkan diri sendiri

Selain itu, dalam memilih tempat tinggal, individu diberikan kebebasan untuk
menetap di tempat suami atau istri, atau bahkan di tempat tinggal yang berbeda yang
tidak dipengaruhi oleh orang tua mereka, dan memulai kehidupan baru. Pernikahan
bebas adalah jenis pernikahan yang diterapkan dalam sistem kekerabatan Parental
atau Bilateral, di mana kedua belah pihak masih terikat dengan keluarga asal mereka.
BIBLIOGRAPHY

Kasra, H. (n.d.). PROSPEK 19 WILAYAH HUKUM ADAT DILIHAT DARI


MENGUATNYA SISTEM KEKERABATAN PARENTAL BILATERAL DALAM
BIDANG HUKUM KELUARGA.

Nangka Bravo. (2019). PENYELESAIAN SENGKETA BERDASARKAN HUKUM


WARIS ADAT BERDASARKAN SISTEM KEKERABATAN. Lex Privatum, VII(3).

Sembiring Elsaninta. (n.d.). KEDUDUKAN HUKUM PERKAWINAN ADAT DI DALAM


SISTEM HUKUM PERKAWINAN NASIONAL MENURUT UU NO. 1 TAHUN 1974.

Anda mungkin juga menyukai