1. Faktor-faktor penghambat pengembangan masyarakat yang demokratis, religius serta
berkeadilan sosial adalah : 1. Faktor pendidikan masyarakat yang masih rendah. 2. Sikap masyarakat yang masih memegang teguh nilai tradisi. 3. Masih mendominasi ego pribadi atau ego kelompok. 4. Masih rendahnya tingkat kesejahteraan. 5. Sikap pesimis terhadap demokrasi. Pembahasan untuk soal nomor 1, diambil dari faktor masih rendahnya pendidikan masyarakat. Berdasarkan data statistik tahun 2021 yang menunjukkan masih minimnya jumlah penduduk yang lulus pendidikan tinggi. Menurut data Kementerian Dalam Negeri, jumlah lulusan S3 hanya 0,02% dari total jumlah penduduk atau sekitar 59,19 ribu jiwa dari 272,23 juta jiwa. Selanjutnya S2 tercatat 0,03%, dan S1 sebanyak 11,58 juta atau 4,24%. Dengan kondisi tersebut dapat disimpulkan bahwa masih rendahnya tingkat pendidikan akan mempengaruhi kemajuan pola berpikir sebagian besar masyarakat Indonesia yang mau menerima dan ikut melaksanakan demokrasi secara religius dan berkeadilan sosial. 2. Setuju dengan demokrasi yang tidak membenarkan keputusan politik dari pejabat yang merugikan apalagi menindas rakyat demi kepentingan penguasa. Banyaknya aksi unjuk rasa atau demonstrasi terhadap Undang-Undang karena belum adanya kepercayaan masyarakat terhadap wakil-wakilnya yang berada di parlemen dan pemerintahan. Sesuai arti kata Demokrasi yaitu dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat, semua tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara haruslah berlandaskan kepentingan rakyat. Meski ada wakil rakyat dan pemerintah yang menjalankan kekuasaan negara, namun harus tetap berpedoman pada kepentingan rakyat. Jadi tidak dibenarkan jika ada pejabat yang merugikan rakyat apalagi sampai melakukan penindasan. 3. Dalam Pendidikan Kewarganegaraan, pendidikan nilai, moral dan budi pekerti selalu mendapat tempat khusus dalam pokok-pokok pembahasan yang secara langsung berkaitan dengan warga negara, karena dalam pendidikan nilai, moral dan budi pekerti akan mempengaruhi karakter bangsa. Penting bagi sebuah bangsa untuk memiliki karakter yang kuat bahkan mampu menjadi identitas tersendiri, agar bangsa tersebut memiliki benteng pertahanan yang mampu menangkal berbagai bentuk gangguan atau ancaman bagi keutuhan negara. Oleh karena itu dibutuhkan pendidikan nilai, moral dan budi pekerti warga negaranya 4. Yang dimaksud disposisi kewarganegaraan/kepribadian WNI yang fungsional bukan hanya dalam tatanan hidup berbangsa dan bernegara tetapi juga dalam masyarakat global karena setiap warga negara bukan hanya merupakan penduduk negara yang bersangkutan tapi juga termasuk warga dunia. Setiap penduduk di suatu negara adalah juga termasuk penduduk dunia atau masyarakat global karena diharapkan dapat tercapai keharmonisan hidup berdampingan sebagai sesama manusia. Jika antar penduduk dunia bisa menciptakan kehidupan rukun, aman dan damai, maka semua tujuan untuk kehidupan yang lebih baik juga akan tercapai. 5. Validitas internal merupakan akurasi nilai kebenaran dokumen sejarah yang dapat dipercaya kebenarannya dengan mengacu pada kemampuan dalam pengujian nilai kebenaran tersebut. Sedangkan validitas eksternal adalah akurasi nilai kebenaran dokumen sejarah yang dapat dipercaya kebenarannya dengan mengacu pada kondisi di sekitar dokumen sejarah itu berasal. Yang dimaksud validitas eksternal dan validitas internal dalam nilai kebenaran suatu dokumen sejarah adalah merupakan cara untuk mengetahui apakah dokumen sejarah itu benar-benar sesuai dengan fakta peristiwa yang terjadi pada masanya.