Pdf24 Merged 4
Pdf24 Merged 4
Ha: Ada hubungan kejadian antara tindakan spinal anestesi dengan angka
kejadian shivering pada pasien pasca operasi SC
Ho: Tidak ada hubungan kejadian antara tindakan spinal anestesi dengan
angka kejadian shivering pada pasien pasca operasi SC
Rencana Jumlah
Ratio : -
Ordinal : -
Nominal :
- Kejadian shivering ( Terjadi shivering dan tidak terjadi shivering)
Instrumen Penelitian
- Uji Univariat:
Distribusi frekuensi setiap karakteristik variable ( Usia, jenis kelamin,
Pendidikan, pekerjaan, status fisik, suhu tubuh)
-Uji Bivariat
Uji chi-square
Journal of Telenursing (JOTING)
Volume 5, Nomor 2, Juli-Desember 2023
e-ISSN: 2684-8988
p-ISSN: 2684-8996
DOI : https://doi.org/10.31539/joting.v5i2.7692
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktot fakor yang mempengaruhi kejadian shivering
pada pasien pasca spinal anestesi. Metode yang digunakan dengan tinjauan sistematis pada
kejadian shivering paska spinal anestesi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tindakan spinal
anestesi menunculkan kejadian shivering yang dipengaruhi oleh ketinggian blok spinal, usia,
jenis kelamin, lama operasi, indeks massa tubuh (IMT). Simpulan, terdapat hubungan antara
yaitu faktor usia, jenis kelamin, lama operasi, indeks massa tubuh (IMT) dengan kejadian
shivering pada pasien pasca spinal anestesi semua faktor tersebut berhubungan satu sama
lainnya.
ABSTRACT
This study aims to determine the factors that influence the incidence of shivering in patients
after spinal anesthesia. The method used was a systematic review of the incidence of shivering
after spinal anesthesia. The results of this study show that spinal anesthesia causes shivering,
which is influenced by the height of the spinal block, age, gender, length of operation, and body
mass index (BMI). In conclusion, there is a relationship between age, gender, duration of
surgery, body mass index (BMI), and the incidence of shivering in post-spinal anesthesia
patients. All of these factors are related to each other.
PENDAHULUAN
Spinal anestesi berupa prosedur tindakan operasi yang sederhana dalam pembedahan dan
dilaksankan pada posisi pasien sadar serta memiliki dampak yang lebih rendah (Ferede et al.,
2021). Penggunaan teknik anestesi memiliki berbagai efek samping. Salah satu diantaranya
yang terjadi pada pembedahan dengan anestesi umum maupun regional yaitu menggigil
(Renaningtyastutik et al., 2022). Post Anaesthetic Shivering (PAS) merupakan kondisi
fasikulasi terdapat pada otot rangka dengan durasi lebih dari 15 detik yang disebabkan
hipotermia perioperatif pasien (Donsu et al., 2022). Shivering dapat meningkatkan metabolisme
dalam tubuh. Selain itu, konsumsi oksigen mengalami peningkatan dari 200 – 500 persen
bersama peningkatan linear produksi karbon dioksida (Teshome et al., 2022). Kondisi tersebut
menyebabkan rasa tidak nyaman pada pasien (Demilew et al., 2021). Kejadian yang sering
muncul setelah pasca operasi salah satunya munculnya shivering (Halahleh et al., 2021).
3281
2023. Journal of Telenursing (JOTING) 5 (2) 3281-3287
Anestesi spinal merupakan teknik yang banyak digunakan dalam berbagai prosedur
pembedahan, lebih dari 80% operasi dilakukan dengan menggunakan teknik anestesi spinal
dibandingkan dengan anestesi umum (Romansyah et al., 2022). Teknik anestesi spinal masih
menjadi pilihan utama untuk operasi caesar, operasi perut, dan ekstremitas bawah. Teknik ini
membuat pasien sadar sehingga masa pemulihan lebih cepat dan dapat dimobilisasi lebih cepat.
Tindakan anestesi spinal dapat menghilangkan proses adaptasi dan mengganggu mekanisme
fisiologis fungsi termoregulasi (Sutardi et al., 2022).
Anestesi spinal juga memengaruhi tiga elemen termoregulasi: elemen input aferen,
regulasi sinyal di area sentral dan respons eferen, dan pergeseran ambang respons terhadap
proses vasokonstriksi, menggigil, vasodilatasi, dan berkeringat. Selama anestesi, ambang
termoregulasi lebih rendah pada pasien geriatri bila dibandingkan dengan pasien yang lebih
muda, yaitu sekitar 10°C (Hati, 2021). Akibatnya, suhu tubuh pasien selama pembedahan
menjadi poikiloterm. Ini akan mengikuti suhu sekitar. Hampir semua obat anestesi mengganggu
respon termoregulasi. Lidokain, bupivakain, dan tetrakain adalah agen anestesi lokal terkemuka
yang digunakan untuk blokade tulang belakang (Sutardi et al., 2022). Munculnya dampak
setelah pasien menjalani spinal anestesi berupa kejadian shivering mendorong munculnya
berbagai upaya sebagai penanganan shivering (Pryambodho et al., 2022). Penanganan shivering
menjadi fokus utama setelah pasien menjalani spinal anestesi. Oleh karena itu, studi ini
bertujuan mengetahui faktor apa saja yang dapat mempengaruhi munculnya kejadian shivering.
METODE PENELITIAN
Desain artikel ini adalah lierature review dengan mengacu pada Preferred Reporting
Items for Literature Review and Meta-Analyses (PRISMA). Penulis merumuskan PICO untuk
mengarahkan dalam pencarian klinis artikel. Pencarian dilakukan antara tahun 2020 – 2023 dan
terdapat di Google Scholar, Science Direct, Pubmed, DOAJ, WileyOnlineLibrary. artikel
disesuaikan dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang sudah ditentukan dengan kerangka kerja
serta kata kunci yang digunakan sehingga didapatkan artikel yang dikehendaki. Kata kunci
dalam pencarian evidance based research pada literature review ini adalah “shivering post
operative” OR “menggigil AND “spinal anestesi” AND “ketinggian blok spinal”. Data yang
disintesis adalah factor factor yang berpengaruh terhadap kejadian menggigil (shivering) pasca
spinal anestesi di recovery room di rumah sakit.
Langkah berikutnya semua studi disaring berdasarkan pembacaan judul dan studi yang
tidak sesuai dikeluarkan, melakukan pencatatan hasil abstrak dari tinjauan teks dan langkah
terakhir melakukan ringkasan studi yang telah diperoleh.
Judul artikel
IDENTIFICA
Screening fullpaper
untuk eligibility(n=39) Assesment: Artikel yang tidak
ING
(n=6)
DED
Gambar. 1
Pencarian Jurnal
3282
2023. Journal of Telenursing (JOTING) 5 (2) 3281-3287
HASIL PENELITIAN
Tabel. 1
Keaslian Penelitian
3283
2023. Journal of Telenursing (JOTING) 5 (2) 3281-3287
Hati, A. A. P. D. (2021). Faktor – Cross sectional Ada hubungan antara faktor jenis
Faktor Yang Berhubungan kelamin(p=0,001), IMT (p=0,002), lama
Dengan Post Anesthetic Shivering operasi (p=0,001), jenis operasi (p=0,009)
(Pas) Pada Pasien Dengan Spinal dan suhu ruangan (p=0,001) dengan Post
Anestesi Di Ibs Rsud Dr. Anesthetic Shivering (PAS). Tidak ada
Mohamad Soewandhie Surabaya. hubungan antara faktor usia (p=0,356)
dengan Post Anesthetic Shivering (PAS).
Ada faktor yang paling berhubungan
dengan Post Anesthetic Shivering (PAS)
yaitu jenis operasi (OR=35,183).
Hasil pencarian literatur menemukan artikel yang memenuhi kriteria di Google Scholar,
Pubmed/NCBI, Wiley Online Library, Pub Med. Artikel berasal dari publikasi dari tahun 2018
sampai 2022Hasil penilaian dengan Joanna Briggh Institute (JBI) CASP (Critical Appraisal
Skills Programme 2020) didapatkan 6 artikel dengan kualitas baik. Kemudian artikel terpilih
diekstrasi data dalam bentuk tabel agar memperoleh informasi diantaranya judul, penulis,
metode/desain penelitian, teknik intervensi, sampel dan teknik sampel, luaran yang diukur dan
hasil penelitian Artikel memang tidak semua secara langsung menyebutkan tentang gangguan
pengaruh ketinggian spinal anestesi terhadap kejadian shivering post operatif namun artikel
dipilih pada kasus yang mengakibatkan atau berhubungan dengan kejadian shivering dengan
spinal anestesi.
Hasil penelitian sebelumnya diperoleh bahwa spinal anestesi memiliki dampak yang
berupa menggil pada pasien paska spinal anestesi. Terdapat beberapa faktor yang memiliki
peranan dalam mempengaruhi kejadian shivering seperti ketinggian blok spinal,IMT, usia, jenis
kelamin dan lama operasi.
PEMBAHASAN
Anestesi spinal merupakan teknik yang banyak digunakan dalam berbagai prosedur
pembedahan, lebih dari 80% operasi dilakukan dengan menggunakan teknik anestesi spinal
dibandingkan dengan anestesi umum (Romansyah et al., 2022). Teknik anestesi spinal masih
menjadi pilihan utama untuk operasi caesar, operasi perut, dan ekstremitas bawah. Teknik ini
membuat pasien sadar sehingga masa pemulihan lebih cepat dan dapat dimobilisasi lebih cepat.
Tindakan anestesi spinal dapat menghilangkan proses adaptasi dan mengganggu mekanisme
fisiologis fungsi termoregulasi (Sutardi et al., 2022). Anestesi spinal juga memengaruhi tiga
elemen termoregulasi: elemen input aferen, regulasi sinyal di area sentral dan respons eferen,
dan pergeseran ambang respons terhadap proses vasokonstriksi, menggigil, vasodilatasi, dan
berkeringat. Selama anestesi, ambang termoregulasi lebih rendah pada pasien geriatri bila
dibandingkan dengan pasien yang lebih muda, yaitu sekitar 10°C (Hati, 2021).
Hasil penelitian menunjukan ketinggian blok anestesi sebagai faktor yang dapat
menyebabkan penurunan temperatur inti dan gangguan pada jalur informasi yang berasal dari
reseptor pertama adalah blokase simpatis yang menyebabkan vasodilatasi perifer (Sutardi et al.,
2022). Semakin tinggi blok spinal anestesi maka semakin luas pembuluh darah perifer yang
mengalami vasodilatasi yang dapat meningkatkan aliran darah kulit dan pelepasan panas
melalui permukaan kulit. Sensasi hangat pada area yang terblokade dirasakan oleh pasien
dengan spinal anestesi karena terjadi redistribusi panas sentral ke perifer. semakin tinggi
blokade dilakukan maka semakin besar suhu inti tubuh dipengaruhi. Ambang suhu inti tubuh ini
menurun 0,15°C untuk setiap dermatom yang berubah (Romansyah et al., 2022)
Ada hubungan usia dengan kejadian post anesthetic shivering. Hasil ini sesuai dengan
penelitian yang mengatakan bahwa angka kejadian post anesthetic shivering yang tinggi pada
usia dewasa, yang dapat terjadi karena respon termoregulasi pada usia dewasa lebih baik
3284
2023. Journal of Telenursing (JOTING) 5 (2) 3281-3287
daripada lansia (Nasrun et al., 2022). Post anesthetic shivering jarang terjadi pada lansia karena
kontrol termoregulasi normal pada lansia tidak baik. Ambang menggigil selama anestesi spinal
menurun sekitar 1⁰ C pada lansia. Intensitas menggigil yang berkurang secara signifikan pada
pasien lanjut usia sehingga menggigil tidak menyebabkan komplikasi yang serius pada pasien
lansia (Widiyono et al., 2020).
Jenis kelamin berpengaruh dengan kejadian post anesthetic shivering. Hasil ini sejalan
dengan penelitian Sutardi (2021) yang menjelaskan bahwa kejadian post anesthetic shivering
erat kaitannya dengan hipotermi. Tingkat toleransi termoregulasi pada perempuan lebih rendah
dibandingkan dengan laki-laki. Suhu kulit perempuan lebih rendah 1-20C dibandingkan dengan
pria . Hal ini berkaitan dengan vasokonstriksi yang lebih jelas terlihat pada wanita sehingga
menurunkan aliran darah arteri ke ekstremitas seperti tangan dan kaki sehingga wanita lebih
rentan terhadap cedera dingin. Distribusi lemak tubuh yang berbeda antara perempuan dan laki-
laki juga merupakan salah satu penyebab yang dapat meningkatkan risiko terjadinya post
anesthetic shivering pada wanita. Laki-laki cenderung mengalami penumpukan lemak
abdominal dibandingkan dengan perempuan (Hidayah et al., 2021).
Dosis anestesi dengan juga memengaruhi kejadian post anesthetic shivering. Penelitian
yang dilakukan Kurniadita dkk pada tahun 2021 juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan
antara dosis anestesi spinal dengan kejadian post anesthetic shivering. Dosis anestesi yang
tinggi digunakan untuk mempercepat mula kerja dan menambah lama kerja blokade sensorik
dan juga motorik. Peningkatan dosis anestesi dibatasi oleh kemungkinan terjadi toksisitas
sitemik yang makin besar pula (Kurniadita et al., 2021). Anestesi berkontribusi pada penurunan
suhu inti dengan mengurangi kemampuan alami tubuh untuk mengatur suhu tubuh sendiri.
Anestesi spinal menyebabkan vasodilatasi yang dapat meningkatkanaliran darah kekulit
sehingga terjadi peningkatan kehilangan panas (Gemechu et al., 2022). Dosis anestesi yang juga
tinggi dapat menyebabkan meningkatnya tingkat blokade yang semakin memperbesar efek
vasodilatasi sehingga memperbesar pula kemungkinan terjadinya mengigil (Millizia et al.,
2021).
Selain itu lama operasi juga berpengaruh terhadap kejadian post anesthetic shivering
(Prasetyo et al., 2023). Kombinasi dari tindakan anestesi spinal dan lamanya tindakan operasi
dapat menyebabkan gangguan fungsi dari pengaturan suhu tubuh yang akan menyebabkan
penurunan temperatur inti tubuh, sehingga menyebabkan terjadinya menggigil (Romansyah et
al., 2022). Risiko terjadinya shivering akan semakin tinggi jika durasi waktu operasi atau
pembedahan semakin lama, karena akan menambah waktu terpaparnya tubuh dengansuhu
dingin serta menimbulkan akumulasi efek samping anestesi spinal tersebut (Misra et al., 2023).
Hal ini umumnya terjadi pada jenis operasi sedang atau besar yang memakan waktu lebih dari 1
jam (60 menit).
SIMPULAN
Berdasarkan hasil studi literatur terhadap artikel diatas . terdapat hubungan antara yaitu
faktor usia, jenis kelamin, lama operasi, indeks massa tubuh (IMT) dengan kejadian shivering
pada pasien pasca spinal anestesi semua faktor tersebut berhubungan satu sama lainnya.
SARAN
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai referensi dalam penanganan kejadian
shivering pasien spinal anestesi.
3285
2023. Journal of Telenursing (JOTING) 5 (2) 3281-3287
DAFTAR PUSTAKA
Demilew, B. C., Getu, D., Tesfaw, D., & Taye, M. G. (2021). Assessment of Satisfaction and
Associated Factors of Parturients Underwent Cesarean Section with Spinal Anesthesia at
the General Hospital, Ethiopia; 2019. Annals of Medicine and Surgery, 65(April),
102282. https://doi.org/10.1016/j.amsu.2021.102282
Donsu, J. D. T., Purwaningsih, E., Ghofur, A., Ekwantini, R. D., Palestin, B., Ernawan, B., &
Agussalim, A. (2022). Electric Sand Pillow Effect on the Shivering Level of Sectio
Caesarea Patients With Spinal Anesthesia. Journal of Positive Psychology and
Wellbeing, 6(1), 3725–3733. https://journalppw.com/index.php/jppw/article/view/6239
Ferede, Y. A., Aytolign, H. A., & Mersha, A. T. (2021). The Magnitude and Associated Factors
of Intraoperative Shivering after Cesarean Section Delivery Under Spinal Anesthesia: A
Cross Sectional Study. Annals of Medicine and Surgery, 72(October), 103022.
https://doi.org/10.1016/j.amsu.2021.103022
Gemechu, A. D., Gebremedhin, T. D., Andebiku, A. A., Solomon, F., & Sorsa, A. (2022). The
effect of ketamine versus tramadol on prophylactic post-spinal shivering in those patients
undergoing orthopedic surgery: a prospective cohort study design, 2020. BMC
Anesthesiology, 22(1), 1–12. https://doi.org/10.1186/s12871-022-01906-z
Halahleh, K., Alhalaseh, Y., Al-Rimawi, D., Da’na, W., Alrabi, K., Kamal, N., Muradi, I., &
Abdel-Razeq, H. (2021). Extramedullary Acute Myeloid Leukemia (eAML):
Retrospective Single Center Cohort Study on Clinico-Pathological, Molecular Analysis
and Survival Outcomes. Annals of Medicine and Surgery, 72(August), 102894.
https://doi.org/10.1016/j.amsu.2021.102894
Hati, A. A. P. D. (2021). Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Post Anesthetic Shivering
(PAS) pada Pasien dengan Spinal Anestesi di Ibs Rsud Dr. Mohamad Soewandhie
Surabaya. Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/9802/
Hidayah, E. S., Khalidi, M. R., & Nugroho, H. (2021). Perbandingan Insiden Shivering Pasca
Operasi dengan Anestesi Umum dan Anestesi Spinal di RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda. Jurnal Sains dan Kesehatan, 3(4), 525–530.
https://doi.org/10.25026/jsk.v3i4.447
Kurniadita, A., Donsu, D., Tine, J. D., & Induniasih, I. (2021). Hubungan Ketinggian Blok
dengan Hemodinamik Intra Spinal Anestesi di Rumah Sakit Muhammadiyah
Yogyakarta. Caring : Jurnal Keperawatan, 10(1 SE-Article), 21–34.
Mashitoh, D., Mendri, N. K., & Majid, A. (2018). Lama Operasi dan Kejadian Shivering pada
Pasien Pasca Spinal Anestesi. Journal of Applied Nursing (Jurnal Keperawatan
Terapan), 4(1), 14-20. https://doi.org/10.31290/jkt.v(4)i(1)y(2018)
Millizia, A., Sayuti, M., Nendes, T. P., & Rizaldy, M. B. (2021). Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian Postoperative Nausea and Vomiting pada Pasien Anestesi
Umum di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Aceh Utara. AVERROUS: Jurnal Kedokteran
dan Kesehatan Malikussaleh, 7(2), 13. https://doi.org/10.29103/averrous.v7i2.5391
Misra, S., Singh, S., Sarkar, S., Behera, B. K., & Jena, S. S. (2023). The Effect of Prophylactic
Steroids on Shivering in Adults Undergoing Surgery: A Systematic Review and Meta-
analysis of Randomized Controlled Trials. Anesthesia and Analgesia, 137(2), 332–344.
https://doi.org/10.1213/ANE.0000000000006578
Nasrun, S. A., Azizah, A. N., & Puspito, H. (2022). Hubungan Lama Operasi dengan
Kejadian Shivering pada Pasien Post Spinal Anestesi di Recovery Room RSUD dr.
Soedirman Kebumen. Universitas Aisyiyah Yogyarkarta.
http://digilib.unisayogya.ac.id/id/eprint/6425
3286
2023. Journal of Telenursing (JOTING) 5 (2) 3281-3287
Prasetyo, E. I., Rahmat, N. N., & Isnawati, I. A. (2023). Hubungan Status Fisik American
Society of Anesthesiologist dengan Derajat Shivering pada Pasien Pasca Spinal Anestesi
di Rsud Grati Kabupaten Pasuruan. NURSING UPDATE : Jurnal Ilmiah Ilmu
Keperawatan, 14(2), 313-322. https://doi.org/10.36089/nu.v14i2.1243
Pryambodho, P., Manggala, S. K., & Sihombing, M. (2022). Intravenous Magnesium Sulfate
Versus Intravenous Meperidine to Prevent Shivering During Spinal Anesthesia. Medical
Journal of Indonesia, 31(2), 108–114. https://doi.org/10.13181/mji.oa.225886
Renaningtyastutik, Y., Lumadi, S. A., & Handian, F. I. (2022). The Relationship between
Operation Duration and Shivering in Post-Spinal Anaesthesia Patients. The Journal of
Palembang Nursing Studies, 1(3), 107–114. https://doi.org/10.55048/jpns.v1i3.29
Romansyah, T., Siwi, A. S., & Khasanah, S. (2022). Relationship of Long Operation with
Shivering Events in Post Spinal. Jurnal Cakrawala Ilmiah, 2(2), 467–476.
https://doi.org/10.53625/jcijurnalcakrawalailmiah.v2i2.3761
Sutardi, G., Purwanti, N. S., Prabowo, T., & Tatabumi N, J. (2022). Hubungan Ketinggian Blok
Spinal Anestesi dengan Kejadian Shivering Intra Operasi Seksio Sesaria di IBS RSUD dr
Gunawan Mangunkusumo. Poltekkes Jogja.
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/10549/1/1.%20Awal.doc.pdf
Teshome, D., Mulat, Y., Fenta, E., Hunie, M., Kibret, S., Tamire, T., & Fentie, Y. (2022).
Patient Satisfaction and Its Associated Factors Towards Perioperative Anesthesia Service
Among Surgical Patients: A Cross-Sectional Study. Heliyon, 8(3), e09063.
https://doi.org/10.1016/j.heliyon.2022.e09063
Widiyono, W., Suryani, S., & Setiyajati, A. (2020). Hubungan antara Usia dan Lama Operasi
dengan Hipotermi pada Pasien Paska Anestesi Spinal di Instalasi Bedah Sentral. Jurnal
Ilmu Keperawatan Medikal Bedah, 3(1), 55. https://doi.org/10.32584/jikmb.v3i1.338
3287
2022 Seminar Nasional Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (SNPPKM) ISSN: 2809-2767
Purwokerto, Indonesia, 06 Oktober 2022
ABSTRACT
Sectio caesarea is generally performed with regional anesthesia techniques. Post-operative section
caesarea experienced chills which are often found in the conscious recovery room, it must be
immediately prevented and overcome by administering levica drugs. This study aims to describe the
incidence of shivering in patients with sectio caesarea post spinal anesthesia with levica drug
administration. This research method is descriptive and cross-sectional study approach. The study
population was 80 patients. Sampling technique with accidental sampling as many as 78 patients after
sectio caesarea. The number of samples is obtained by the formula of Isaac and Michael. Data is taken
by doing a check list sheet. Data analysis using descriptive. The results showed that the majority of
shivering degrees were no shivering as many as 47 people (60.3%), age 26-35 years as many as 36
people (46.2%), BMI was obese (> 25 Kg/m2) as many as 63 people (80 ,8%), ASA physical status was
ASA II as many as 48 people (61.5%), and there was no shivering incident as many as 47 people
(60.3%), and all respondents with surgery duration (60 minutes) as many as 78 people (100 %).
Suggestions for hospitals, as input for taking shivering prevention management policies for all post-
surgical patients at the hospital.
ABSTRAK
Tindakan sectio caesarea umumnya dilakukan teknik anestesi regional. Pasca operasi sectio caesarea
mengalami menggigil yang sering dijumpai pada ruang pulih sadar, maka harus segera dicegah dan
diatasi dengan pemberian obat levica. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran
kejadiaan shivering pada pasien sectio caesarea post spinal anestesi pemberiaan obat levica. Metode
penelitian ini adalah deskriptif dan pendekatan studi potong lintang. Populasi penelitian sebanyak 80
pasien. Tehnik sampling dengan accidental sampling sebanyak 78 pasien pasca sectio caesarea.
Jumlah sampel didapat dengan rumus Isaac dan Michael. Data diambil dengan melakukan lembar
check list. Analisa data menggunakan deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas derajat
shivering adalah tidak ada menggigil sebanyak 47 orang (60,3%), usia 26-35 tahun sebanyak 36 orang
(46,2%), IMT adalah gemuk (>25 Kg/m2) sebanyak 63 orang (80,8%), status fisik ASA adalah ASA II
sebanyak 48 orang (61,5%), dan tidak ada kejadian menggigil sebanyak 47 orang (60,3%), serta semua
responden lama operasi (60 menit) sebanyak 78 orang (100%). Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan, maka dapat disimpulkan mayoritas kejadian shivering adalah tidak ada kejadian shivering
sebanyak 47 pasien (60,3%), derajat shivering adalah tidak ada menggigil sebanyak 47 pasien (60,3%).
Tabel 3. Tabulasi silang Usia dengan Kejadian Tabel 5. Tabulasi silang IMT dengan Kejadian
Shivering Shivering
Usia Shivering Total IMT Shivering Total
Tidak ada Ada Tidak ada Ada
kejadian kejadian kejadian kejadian
17-25 tahun 18 (23,1%) 6 (7,7%) 24
(30,8%) Normal 11 (14,1%) 4 (5,1%) 15
(19,2%)
26-35 tahun 21 (26,9%) 15 (19,2%) 36
(46,2%) Gemuk 36 (46,2%) 27 (34,6%) 63
36-45 tahun 8 (10,3%) 8 (10,3%) 16 (80,8%)
(20,5%) Total 47 (60,3%) 31 (39,7%) 78
46-55 tahun 0 (0%) 2 (2,6%) 2 (2,6%) (100%)
Total 47 (60,3%) 31 (39,7%) 78 (100%) Sumber: data primer diolah (2022)
Sumber: data primer diolah (2022)
Tabel 4 dan 5 di atas, berdasarkan IMT
Tabel 2 dan 3 di atas, berdasarkan data yang mengalami shivering didapatkan lebih
78 berdasarkan usia yang mengalami banyak mayoritas gemuk (>25 Kg/m2)
menggigil didapatkan mayoritas berusia sebanyak 63 orang (80,8%). Berdasarkan
26-35 tahun sebanyak 36 orang (46,2%). data 78 pasien sectio caesarea
Berdasarkan data 78 pasien sectio menunjukkan bahwa dari 15 pasien
caesarea menunjukkan bahwa dari 24 (19,2%) memiliki IMT normal dengan
pasien (30,8%) berusia 17-25 tahun shivering (menggigil) post section caesarea
dengan shivering (menggigil) post section berkategori tidak ada kejadian shivering
caesarea berkategori tidak ada kejadian (menggigil) sebanyak 11 orang (14,1%)
shivering (menggigil) sebanyak 18 orang sedangkan ada kejadian shivering
(23,1%) sedangkan ada kejadian shivering (menggigil) sebanyak 4 orang (5,1%) dan
(menggigil) sebanyak 6 orang (7,7%); 36 63 orang (80,8%) pasien memiliki IMT
pasien (46,2%) berusia 26-35 tahun gemuk dengan shivering (menggigil) post
dengan shivering (menggigil) post section section caesarea berkategori tidak ada
caesarea berkategori tidak ada kejadian kejadian shivering (menggigil) sebanyak 36
shivering (menggigil) sebanyak 21 orang orang (46,2%) sedangkan ada kejadian
(26,9%) sedangkan ada kejadian shivering shivering (menggigil) sebanyak 27 orang
(menggigil) sebanyak 15 orang (19,2%). (34,6%).
Tabel 3. di atas, dari 16 pasien (20,5%) Tabel 6. Deskripsi Status Fisik ASA yang
berusia 36-45 tahun dengan shivering mengalami Shivering
(menggigil) post section caesarea Status Fisik ASA Frekuen Persentase
berkategori tidak ada kejadian shivering Shivering si (%)
ASA I 30 38,5
(menggigil) dan ada kejadian shivering
ASA II 48 61,5
(menggigil) sebanyak 8 orang (10,3%); dari
Total 78 100
2 pasien (2,6%) berusia 46-55 tahun
dengan shivering (menggigil) post section
caesarea berkategori ada kejadian
shivering (menggigil) sebanyak 2 orang
(2,6%).
KESIMPULAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah Bagi Penelitian Selanjutnya, diperlukan
dilakukan. Maka dapat disimpulkan penelitian lebih lanjut dengan jenis anestesi
mayoritas kejadian shivering adalah tidak sama namun berbeda jenis operasi bedah
ada kejadian shivering sebanyak 47 pasien dan metode lain seperti eksperimen atau
(60,3%), derajat shivering adalah tidak ada mencari pengaruh atau kausal.
menggigil sebanyak 47 pasien (60,3%),
usia adalah 26-35 tahun sebanyak 36
DAFTAR PUSTAKA
pasien (46,2%), IMT adalah gemuk (>25
Kg/m2) sebanyak 63 pasien (80,8%), Artawan, I. M., Yulianto Sarim, B., Sagita, S., &
status fisik ASA adalah ASA II sebanyak 48 Etty Dedi, M. A. (2021). Perbandingan
pasien (61,5%), dan semua responden Anestesi Spinal Menggunakan
memiliki lama operasi (60 menit) sebanyak Bupivakain Hiperbarik Dengan
Levobupivakain Isobarik Pada Seksio
78 pasien (100%). Derajat shivering Sesarea. Jurnal Anestesi Obstetri
kategori tremor intermitten dan ringan pada Indonesia, 4(2).
rahang dan otot-otot leher, tremor yang
nyata pada otot-otot dada, tremor Beck, M. E. (2011). Ilmu Gizi dan Diet.
intermitten seluruh tubuh, aktifitas otot-otot Yogyakarta: Yayasan Esesentia Medica.
seluruh tubuh yang sangat kuat terus Butterworth JF, Mackey, J.D., W., Fifth, D. C. M.
menerus dengan ada kejadian shivering C. A., & USA., E. (2013). Morgan &
sebanyak 5 pasien (6,4%), 17 pasien Mikhail’s Clinical Anesthesiology, 5e .
(21,8%), 8 pasien (10,3%), 1 pasien Fauzi, N. A., Rahimah, S. B., & Yulianti, A. B.
NIM : 2202304079
JUDUL
X1 : Pemberian Ondansentron
X2 :
Y1: Hipotensi pasien spinal anestesi
Y2:
HIPOTESIS
Ratio : -
Ordinal : -
Nominal :
Kejadian hipotensi ( Terjadi hipotensi dan tidak terjadi
hipotensi )
Pemberian ondansentron dan tidak pemnerian
ondansentron
Instrumen Penelitian
Uji Univariat :
Distribusi frekuensi setiap karakteriskik variable ( Usia,
jenis kelamin, Pendidikan, pekerjaan, status fisik, suhu
tubuh )
Uji Bivariat :
Uji chi-square
2021 Seminar Nasional Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (SNPPKM) ISSN 2809-2767
Purwokerto, Indonesia, 06 Oktober 2021
ABSTRACT
Spinal anesthesia is one type of regional anesthesia that is performed by injecting local anesthetic
drugs into the subarachnoid space and is an effective technique in surgical procedures on the lower
extremities and lower abdomen. One of the appropriate interventions in the prevention and treatment
of hypotension is the administration of ondansetron. The aim of this study is to describe the use of
ondansetron in preventing hypotension in spinal anesthesia. The electronic databases used were
PubMed and Cochrane, from 2016 to 2021 and 6 journals were found that met the inclusion criteria.
The results of a review of 6 articles, 2 articles showed that the use of ondansetron significantly
reduced hypotension in patients with non-obstetric surgery such as lower extremity or lower
abdominal surgery. While the other 4 articles based on the results of statistical tests on the use of
ondansetron were not significant in reducing the incidence of hypotension in surgery induced with
spinal anesthesia in caesarean section surgery. Conclusion: Pre-induction of ondansetron for spinal
anesthesia was not significant in preventing hypotension but could be given to reduce the rate of
ephedrine administration.
ABSTRAK
Spinal anestesi merupakan salah satu jenis anestesi regional yang dilakukan dengan cara
menyuntikkan obat anestesi lokal ke dalam ruang subarakhnoid dan merupakan teknik yang efektif
pada prosedur bedah pada ekstremitas bawah dan perut bagian bawah. Intervensi yang tepat dalam
pencegahan dan penanganan hipotensi adalah salah satunya dengan pemberian ondansetron.
Tujuan tinjauan ini adalah untuk menggambarkan penggunaan ondansetron dalam mencegah
hipotensi pada spinal anestesi. Database elektronik yang digunakan adalah PubMed dan Cochrane,
mulai tahun 2016 sampai 2021 dan didapatkan 6 jurnal yang sesuai dengan kriteria inklusi. Hasil
review dari 6 artikel, 2 artikel menunjukkan bahwa penggunaan ondansetron secara signifikan
menurunkan kejadian hipotensi pada pasien - pasien dengan pembedahan non obstetri seperti pada
pembedahan ekstremitas bawah atau pembedahan pada bagian perut bagian bawah. Sedangkan 4
artikel lainnya berdasarkan hasil uji statistik penggunaan ondansentron tidak signifikan dalam
menurunkan angka kejadian hipotensi pada pembedahan yang diinduksi dengan spinal anestesi pada
pembedahan section caesarea. Kesimpulan: pemberian ondansetron pre induksi spinal anestesi tidak
signifikan dalam mencegah terjadinya hipotensi tetapi dapat diberikan guna mengurangi angka
kejadian pemberian efedrin.