Mayoritas dari teknik anestesi regional perifer memiliki manfaat untuk efisiensi
pasien dan rumah sakit. Percobaan intervensi lebih lanjut dibutuhkan untuk klarifikasi beberapa
manfaat untuk blok supraklavikula dan abdominal transversus dan untuk memastikan manfaat
jangka panjang untuk hampir semua blok yang ditinjau. Komplikasi permanen dari anestesi
regional perifer jarang terjadi namun estimasi yang akurat dari insidennya belum dipastikan.
Kata kunci: blok saraf, keluaran, komplikasi paska operasi; nyeri paska operasi.
Metode
Sumber informasi
Penelitian untuk manusia pada teknik blok ekstremitas atas, bawah, dan trunkus dengan data
publikasi antara 4 Oktober 2003 dan 3 Oktober 2013, diesktraksi dari PubMed, dengan daftar
referensi dari artikel yang digunakan dalam pencarian untuk percobaan atau laporan tambahan.
Untuk teknik blok ekstremitas atas, interskalen, supraklavikula, infraklavikula, dan pleksus
aksila-brakialis diikutsertakan. Untuk blok ekstremitas bawah, teknik femoral, saphenous, dan
kanalis adductor, skiatik, dan kompartemen psoas dipertimbangkan. Untuk blok trunkus, teknik
blok saraf servikal, interkosta, planus transversus abdomen, lapisan rektus, dan saraf
ilioinguinal/iliohipogastrik diikutsertakan. Studi dieksklusi jika anak-anak (<18 tahun) adalah
subyeknya.
Kata-kata yang digunakan dalam pencarian adalah: interscalene nerve block,
interscalene nerve blokade, interscalene plexus block, interscalene plexus blokade,
interscalene brachial plexus block, interscalene brachial plexus blokade, supraclavicular
nerve block, supraclavicular nerve blokade, supraclavicular plexus block, supraclavicular
plexus blokade, supraclavicular brachial plexus block, supraclavicular brachial plexus
blokade, infraclavicular nerve block, infraclavicular nerve blokade, infraclavicular plexus
block, infraclavicular plexus blokade, infraclavicular brachial plexus block, infraclavicular
brachial plexus blokade, axillary nerve block, axillary nerve blokade, axillary plexus block,
axillary plexus blokade, axillary brachial plexus block, axillary brachial plexus blokade,
sciatic block, sciatic blokade, sciatic nerve block, sciatic nerve blokade, femoral block, femoral
blokade, femoral nerve block, femoral nerve blokade, saphenous block, saphenous blokade,
saphenous nerve block, saphenous nerve blokade, adductor canal block, adductor canal
blokade, psoas compartment block, psoas compartment blokade, cervical plexus block,
cervical plexus blokade intercostal block, intercostal blokade, intercostal nerve block,
intercostal nerve blokade, ilioinguinal block, ilioinguinal blokade, ilioinguinal nerve block,
ilioinguinal nerve blokade, iliohypogastric block, iliohypogastric blokade, iliohypogastric
nerve block, iliohypogastric nerve blokade, transversus abdominis plane block, transversus
abdominis plane blokade, rectus sheath block, and rectus sheath blokade. Daftar referensinya
juga diperiksa untuk memastikan tidak ada literatur yang dapat diikutsertakan terlewatkan.
Seleksi Data
Keputusan untuk mendata artikel digunakan dengan berdasrkan rekomendasi dari tinjauan
naratif oleh McAlister. Kami menyusun peringkat Percobaan Randomisasi Terkontrol
(randomized controlled trials/RCT) sebagai yang tertinggi, diikuti dengna percobaan dan
laporan lain ketika tidak ada dasar bukti superior, luas dapat digunakan. Laporan teknik,
deskripsi anatomi, penelitian penemuan dosis, perbandingan blok saraf perifer, perbandingan
pendekatan yang berbeda, perbandingak anestesi lokal atau konsentrasi anestesi lokal yang
berbeda atau penambahan obat perineural dieksklusikan. Kami mengikutsertakan semua artikel
pada Bahasa apa pun.
Semua artikel ditinjau dengan keluaran berikut: efektifitas (pengurangan nyeri,
pengurangan permintaan untuk obat analgesik sistemik, pengurangan kebutuhan anestesi
umum, dan kepuasan pasien), pemulihan fungsional, dan komplikasi (misalnya, luka pada
saraf). Temuan lain yang relevan (misalnya, lama tinggal di RS) juga dicatat dan dirangkum
dibawa sub judul “baik untuk diketahui”.
Hasil
Gambar 1 merangkum hasil dari proses seleksi penelitian.
Gambar 1. Proses seleksi studi
Blok ekstremitas atas
Pendekatan interscalene
Dua puluh delapan (17 RCT dengan total 910 pasien) dari 344 artikel tentang data keluaran
berdasarkan blok pleksus interscalene dengan total 26.288 pasien diidentifikasi sebagai sesuai
untuk tinajauan ini.
Efektivitas. Ketika dibandingkan dengan palsebo pada pasien yang menjalani “operasi pundak
mayor”, blok interscalene secara signifikan mengurangi konsumsi pengobatan setelah operasi,
peningkatan kepuasan pasien, dan bahkan mengurangi nyeri pada saat pergerakan hingga 3 hari
setelah satu injeksi anestesi lokal. Kepuasan pasien pada 1319 pasien dilaporkan sebesar 99%,
sedangkan 97,8% dari pasien ini memilih untuk melakukan prosedur yang sama lagi. Sebagai
tambahan, blok interscalene ditemukan berhubungan dengan kebutuhan opioids intraoperatif
yang lebih sedikit.
Pada pasien yang mengalami “operasi nyeri pundak sedang”. Nyeri yang lebih sedikit
[median(jangkauan) dari skala (NRS) 0(0-5) versus 3 (0-6), secara berukutan, pada hari
pertama paska operasi’ p<0,001], pengurangan konsumsi opioid (67% dari subyek
mendapatkan ropivacaine tidak membutuhkan opioid tambahan dibandingkan dengan 13%
grup plasebo; p = 0,012), gangguan tidur yang lebih sedikit, dan kepuasan pasien yang lebih
tinggi dibandingkan dengan plasebo.
Pemulihan Fungsi. Untuk operasi pundak, blok interscalene dibandingkan dengna analgesia
sistemik berhubungan dengan pengurangan skor Contant (sebuah sistem skoring dengan
multimodalitas yang mengevaluasi nyeri, aktivitas sehari-hari, kekuatan, dan jangkanan
pergerakan) dan rotasi eksternal paska operatif yang lebih baik dari pundak pada hari pertama
paska operatif.
Komplikasi. Insiden dari komplikasi neurologis memiliki jangkauan dari 0 hingga 4,4%,
dengan insiden tinggi dari mengorok (31%) dan dispnea (12%). Dalam tinajauan yang besar,
tingkat neuropraksia setelah blok pleksus brakial interscalene adalah 2,84%, dengan tidak ada
trauma neurologis permanen. Analisis waktu dari komplikasi neurologis setelah blok saraf
perifer untuk operasi ortopedik elektif, dengan fokus pada blok interscalene, menunjukan
resolusi spontan dari gejala dengan 8,2% pada hari 1 hingga 3,7% pada 1 bulan, hingga 0,6%
setelah 6 bulan. Dari sebuah data pusat yang besar, mengikutsertakan 9069 blok saraf yang
sebagian besar menggunakan prosedur blok interscalene (4682), hanya satu kejang dan tindak
ada perlukaan saraf dilaporkan.
Pendekatan Supraklavikula
Hanya terdapat 1 dari 134 artikel yang melaporkan data keluaran blok pleksus brakial
supraklavikula yang sesuai untuk tinjauan ini. Kebanyakan dari artikel yang dipublikasi dengan
deskripsi teknik studi kohort prospektif, dan diskusi dari berbagai aditif. Enam artikel
menyediakan data pada kesuksesan dan tingkat komplikasi dan maka dari itu didiskusikan.
Artikel ini mendeskripsikan pendoman ultrasonografi sebagai teknik esensial untuk kesuksesan
yang tinggi dan tingkat komplikasi yang rendah. Tidak ada data mengenai efektivitas atau
kepulihan fungsi.
Komplikasi. Pada data registrasi klinis prospektif dari 654 blok supraklavikula untuk atroskopi
pundak, tidak ada punktur vascular, injeksi intravaskular, pneumotoraks, atau trauma saraf
permanen yang dilaporkan. Hasil ini dilaporkan oleh 510 kasus konsekutif dan 104 dengan
meninjau keadaan pasien retrospektif dari blok supraklavikula dengan pedoman ultrasonografi
dengan tingkat kesuksesan yang tinggi dan tingkat komplikasi yang sangat rendah. Insiden dari
mengorok di PACU adalah 22% dan dispnea timbul pada 7% dari pasien. Data-data ini dapat
dibandingkan dengan laporan blok pleksus brakial interscalene.
Struktur yang rentan misalnya pleura dan arteri supraklavikula terletak proksimal dan
terlalu dekat dengan struktur saraf yang padat dalam regio ini dan lalu pendekatan
supraklavikula sering dideskripskikan sebagai lebih berhubungan dengan komplikasi
dibandingkan dengan pendekatan lainnya pada pleksus brakialis. Bagaimanapun, tidak ada
pasien yang mengalami komplikasi neurologis paska operasi pada saat kontrol pada 17% (257)
pasien dengan penggunaan injeksi intraneural teridentifikasi.
Baik untuk diketahui. Pada percobaan prospektif, 12 pasien dengan kegawatdaruratan
ekstremitas atas yang menerima blok pleksus brakial supraklvikula dengan pedoma
ultrasonografi dibandingkan dengan prosedur sedasi standar. Lama tinggal di departemen
emergensi secara signifikan berkurang digrup anestesi regional [106 menit (95% CI 57,155)
dibandingkan dengan 285 menit (95% CI 228, 343)]. Dimana kepuasan pasien tinggi pada
kedua grup.
Blok pleksus brakial supraklavikula telah berhubungan dengan insiden tinggi dari blok
nervus frenikus, namun telah diklaim bahwa pengurangan volume anestesi lokal hingga 10 ml
dapat menurunkan insiden blokade frenikus tanpa mengganggu tingkat kesuksesan blok
pleksus brakial. Bagaimanapun, penelitian untuk menemukan dosis yang sesuai dapat
menyarankan bahwa 10 ml dari anestesi lokal tidak cukup untuk memproduksi tingkat
kesuksesa secara klinis untuk blok supraklavikula.
Rangkuman. Akibat data yang sangat terbatas pada teknik ini, rekomendasi didasarkan pada
data penelitian tidak dapat dilakukan. Seperti blokade interscalene, risiko dari beberapa
komplikasi dapat meningkat dengan peningkatan dosis anestesi lokal.
Pendekatan infraklavikula
Hanya satu RCT dan lima penelitian non-percobaan dari 195 artikel yang diidentifikasi untuk
pendekatan infraklavikula.
Efektivitas. Setelah operasi tangan dan pergelangan tangan, jumlah pasien yang menggunakan
blok infraklavikula dan mengalami nyeri lebih sedikit [VAS >3] pada saat tiba di PACU (3%)
dibandingkan dengan mereka yang menerima anestesi umum (43%). Tidak ada dari pasien
yang menerima anestesi regional meminta terapi untuk nyeri pada saat di rumah sakit,
dibandingkan dengan 48% pasien pada grup anestesi general. Kepuasan pasien lebih tinggi
ketika dioperasi dibawah blok saraf.
Komplikasi. Empat kasus dari trauma neurological dideteksi pada 627 blok saraf infraklvikula,
namun terjadi resolusi komplit pada setiap kasusnya. Dua kemngkinan kasus dari keracunan
anestesi lokal timbul. Menariknya, tidak terdapat perbedaan insiden komplikasi dari operator
yang sudah berpengalaman dan tidak berpengalaman. Blok infraklavikula dideskripsikan
sebagai aman dan efektif ketika tidak ada komplikasi intraoperasi atau segera setelah operasi
yang dicatat oleh Keschner dan koleganya pada 248 prosedur blok. Mirip dengan pendekatan
interscalene dan supraklavikula, pengurangan atau pergerakan paradox ipsilateral
hemidiafragma diobservasi (26%) dan sindrom Horner terlihat pada 12% dari 35 pasien.
Menggunakan teknik stimulasi saraf, punktur vascular dideskripsikan dengan insiden 6,6%.
Baik untuk diketahui. Untuk operasi ambulatory (rawat jalan), waktu untuk mencapai kriteria
pemulangan dan waktu pemulangan sebenarnya lebih pendek untuk pasien dengan blok saraf
infraklavikula [100 (SD 44) dan 121(SD 37) menit] dibandingan dengan mereka yang mengalami
anestesi umum [203 (SD 91) dan 218 (SD 93) menit]. Sebagai tambahan, secara signifikan lebih
banyak pasien rawat jalan yang menerima blok pleksus infraklavikula dapat memenuhi kriteria
untuk melewati PACU.
Dalam 1146 kasus dari blok pleksus brakial infraklavikula dengan pedoman sonografi,
punktur arteri timbul pada 8 (0,7%) pasien: tidak ada kasus yang melaporkan trauma saraf,
penumotoraks, atau toksiksitas anestesi lokal.
Rangkuman. Pendekatan infraklavikula pada pleksus brakial memberikan hasil pengurangan
nyeri jangka pendek dan jangka panjang yang baik dan waktu pemulangan yang lebih cepat
dibandingkan dengan anestesi umum. Tingkat komplikasi yang mirip dilaporkan dan
dideskripsikan semakin proksimal pendekatannya semakin tinggi komplikasinya, dan lalu
volume anestesi lokal juga penting diperhatikan. Punktur vaskular merupakan risiko, terutama
jika stimulasi saraf digunakan sebagai teknik penentuan lokasi jarum.
Pendekatan Aksila
Meskipun banyak penelitian mengenali teknik (stimulasi saraf versus ultrasonografi) atau
farmakologi (perbedaan konsentrasi anestesi lokal dan volume, pengunaan aditif)
perbandingan yang telah dipublikasi, hanya dua RCT dari 298 artikel yang ditinjau melaporkan
keluaran data untuk blok pleksus brakial dalam region aksila, dengan total 130 pasien. Tidak
ada data dari pemulihan fungsional untuk blok saraf ini yang tersedia.
Efektivitas. Membandingkan blok aksila dengan pedoman ultrasonografi untuk anestesi umum
untuk operasi trauma ekstremitas atas, blok saraf menyebabkan skor VAS yang lebih rendah
secara signifikan pada ruang pemulihan dan 2 jam dan 6 jam setelah operasi.
Untuk operasi tangan, waktu permintaan analgesic pertama lebih panjang pada pasien
yang menerima blok aksila dan konsumsi opioid hingga pemulangan secara signifikan
berkurang. Tingkat nyeri diukut pada 30, 60, 90, dan 120 menit setelah operasi lebih rendah
dan nausea paskaoperatif dan munta di rumah sakit timbul lebih jarang dibandingkan dengan
pasien dengan anestesi umum. Bagaimanapun, pada hari paska operatif 1, 7, dan 14 terdapat
tidak ada perbedaan pada nyeri, konsumsi opioid, efek samping, indeks nyeri–disabilitas, atau
kepuasan pasien.
Komplikasi. Dalam grup 230 pasien yang menerima blok aksila saat disedasi, 2,6% memiliki
gejala trauma saraf pada periode paska operasi. Lebih kebanyakan pasien mengalami
pemulihan dalam beberapa minggu, namun satu pasien memiliki kerusakan saraf permanen.
Tingkat neuropati setelah blok pleksus aksila-brakial dalam tinjauan besar adalah 1,48%, tanpa
adanya kasus dari perlukaan neurologis permanen.
Evaluasi inflamasi dan komplikasi infeksi dari kateter perineural 2285, dari 600 disitasi
dalam region aksila, inflamasi lokal muncul dalam 5% dan infeksi dalam 3,8% (4,2 dan 3,2%,
secara berurutan, untuk semua lokasi kateter), dengan peningkatan insiden setelah durasi yang
lebih panjang dari penempatan kateter. Reaksi obat toksik atau hematoma aksila dengan defisi
neurologis transien merupakan komplikasi yang jarang. Obseitas diidentifikasi sebagai faktor
risiko dari peningkatan tingkat komplikasi.
Baik untuk diketahui. Pasien yang menerima blok aksila dipandu dengan ultrasonografi
melewati ruang pemulaihan lebih sering (100 versus 0, p<0,0001) dan dapat menemui kriteria
pemulangan lebih cepat (30 vs 12 menit, P<0,0001) dibandingkan dengan mereka yang
menerima anestesi umum.
Beberapa artikel berhubungan dengan latihan dan pengalaman dengan blok aksila untuk
keluaran. Tingkat kesuksesan dan insiden dari punktur vaskular bergantung pada pengalaman
operator, sedangkan mempelajari lengkungan dependen pada teknik yang digunakan pada
prosedur blok dan juga untuk mengakses dan frekuensi kesempatan pembelajaran klinis dengan
adanya pelatih yang sesuai. Telah dinyatakan bahwa tingkat kesuksesan yang tinggi dari 93-
98% dalam penelitian retrospektif yang berbeda dengan lebih dari 6500 pasien yang hanya
dapat dicapai setelah pelatihan intensif.
Teknik dengan pedoman ultrasonografi berhubungan dengan kepuasan pasien
meningkat bahkan selama periode transisi intutisional awal dari stimulasi saraf untuk pedoman
ultrasonografi.
Rangkuman. Meskipun popularitas klinis dan sejumlah besar penelitian blokade pleksus
brakial aksila, data keluaran yang dipublikasi langka. Meskipun manajemen nyeri jangka
pendek meningkat, tidak ada efek jangka panjang yang didemonstrasikan. Kerusakan saraf
permanen dideskripsikan untuk blok pleksus aksila.
Saraf Safena
Delapan RCT dan satu feasibilitas penelitian dari 39 artikel termasuk total dari 367 pasien
melaporkan keluaran untuk saraf safena atau blok kanalis aduktor. TIdak ada blok yang
berkaitan dengan komplikasi disebutkan.
Efektivitas. Blok kanalis aduktor untuk atroplasti lutut total menyediakan terapi nyeri yang
lebih baik ketika dikalkulasi sebagai area dibawah kurva dengan interval 1-6 jam, dengan
pengurangan konsumsi opioid dibandingkan dengan plasebo dan menawarkan penghilang
nyeri superior pada hari operasi ketika dikombinasikan dengan infiltrasi lokal dosis tunggal
dibandingkan dengan infiltrasi lokal saja. Lalu juga untuk atroskopi lutut, blok kanal aduktor
menunjukan peningkatan skor nyeri dibandingkan dengan plasebo, namun tidak tanpa reduksi
dalam kebutuhan dengan opioid. Hanya satu studi menyarankan reduksi pasien-terkontrol
konsumsi opioid. Superioritas untuk efek analgesic dari blok kanalis aduktor tidak dikonfirmasi
untuk rekonstruksi ligament anterior krusiata.
Pemulihan fungsional. TIdak ada perbedaam dalam waktu mobilitas atau satu minggu skor
lutut Lysholm ditemukan setelah artroskopi dalam pasien yang menerima blok saraf safena
dibandingkan dengan plasebo, pasien menyatakan pengurangan kebutuhan dukungan eksternal
ketika berjalan setelah meskektomi dibandingkan dengna plasebo.
Setelah atroplasti lutut total, secara signifikan lebih banyak pasien yang menerima blok
saraf safena dikombinasi dengan infiltrasi lokal dapat mengambulasi dibandingkan dengan
infiltrasi lokal saja. Sebagai tambahan, blokade dari kanalis aduktor secara signifikan
meningkatkan ambulasi seperti yang diperiksa oleh tes Timed up dan Go (TUG).
Baik untuk diketahui. Dalam penelitian feasibilitas, saraf safena dapat dipercaya diblok
menggunakan pedoman ultrasonografi dalam pasien yang melakukan operasi ankle atau kaki.
Kekuatan quadriceps dan risiko jatuh penting untuk pertimbangan klinis untuk periode
paska operasi. Blok kanalis aduktor dilakukan dalam relawan untuk mempertahankan kekuatan
quadriceps dan skor keseimbangan, sedangkan blok saraf femoral tidak.
Rangkuman. Blok saraf sensori ini menyediakan terapi nyeri efektif setelah atroplasti lutut total
dan atroskopi lutut, kekurangannya pada efek samping pada blokade motoric yang disebabkan
oleh blokade saraf femoral.
Saraf Skiatik
Dua puluh tujuh (23 RCT) dari 257 artikel termasuk 3469 pasien melaporkan data keluaran
untuk blok saraf skiatik. Indikasi mayor untuk blok saraf skiatik atau kombinasi femoral dan
skiatik adalah berbagai operasi lutut.
Efetivitas. Sebelas artikel terfokus pada atroplasti lutut total. Dibandingkan dengan pasien-
terkontrol analgesik intravena, blok saraf perifer menyediakan kualitas analgesik yang lebih
baik, terutama dalam pengurangan nyeri dinamis, pengurangan konsumsi opioid dengan
peningkatan kepuasan pasien, pengurangan tanda klinis dari inflamasi, dan penurunan mediator
inflamasi.
Dibandingkan dengan infiltrasi periarticular, kombinasi blok femoral dan skiatik
menunjukkan hasil yang mirip pada nyeri dan konsumsi morfin. Dibandingkan dengan anestesi
spinal, blokade saraf perifer menyebabkan peningkatan analgesic. Ketika pasien menerima
anestesi epidural atau blok saraf prefer untuk perbaikan lutut total, tidak ada perbedaan yang
berhubungan secara klinis pada nyeri, kebutuhan pada opioid, atau kepuasan pasien. Onset
analgesia terlambat dibandingkan dengan teknik neuraksial, namun waktu untuk analgesic
pertama yang dibutuhkan lebih panjang.
Delapan artikel yang telah dipublikasi dengan operasi atroskopi lutut menggunakan
blok skiatik atau yang dikombinasi. Dibandingkan dengan anestesi spinal, blok saraf perifer
menunjukkan pengurang nyeri yang mirip atau bahkan lebih baik. Kebutuhan untuk opioid
selama prosedur dan kepuasan pasien mirip, dengan pengeluaran urin paska operasi lebih cepat
pada blok skiatik. Bagaimanapun, terdapat peningkatan insiden nausea dan muntah paska
operasi (OR 2,8) untuk kombinasi blok pleksus lumbar dan skiatik dibandingkan dengan blok
spinal-femoral. Dalam perbandingan dengan anestesi epidural, blok saraf skiatik menunjukan
onset yang lebih lambat, namun juga kurang membutuhkan obat-obatan lain. Dalam fase intra
operasi, suplementasi opioid dibutuhkan lebih banyak ketika blok saraf femoral digunakan
bersama dengan blok saraf anterior skiatik digunakan.
Untuk perbaikan hallux vagus, blok pertangan kaku dan saraf skiatik menyediakan
analgesia paska operasi yang dapat dibandingkan, dengan keuntungan lebih banyak sedikit
untuk blok kaki karena pengurangan waktu untuk ambulasi. Dibandingkan dengan medikasi
oral, blok saraf tibia posterior menyebabkan penurunan skor nyeri pada 4, 12 dan 24 jam paska
operasi dan kurang membutuhkan analgesic, sama juga level tingi dari kepuasan pasien.
Untuk perbaikan terbuka dari fraktur kalkaneus, baik sebelum operasi atau setelah, blok
saraf skiatik menyebabkan pnegurangan nyeri dan konsumsi morfin yang lebih rendah. Untuk
operasi kaki yang dilakukan dibawah anestesi spinal, kombinasi blok saraf skiatik dan safena
menyediakan pengurangan nyeri yang lebih baik pada hari pertama dan kedua paska operasi
(P=0,001; misalnya nyeri paling parah pada hari pertama paska operasi VAS 5 versus VAS
7,5) dan berdasarkan gangguan tidur dibandingkan dengan injeksi plasebo. Untuk operasi
ortopedi ekstremitas bawah, blok saraf pleksus skiatik-lumbar menunjukan efek yang sama
seperti anestesi spinal, waktu onset yang lbih panjang, namun juga durasi lebih panjang dari
blok saraf.
Penggunaan kombinasi skiatik dan blok saraf femoral, perubahan ST lebih sedikit
terlihat dibandingkan dengan anestesi umum dalam operasi vaskular prefer. Untuk amputasi
kaku, tidak ada manfaat dari blok saraf skiatik dibandingkan dnegan anestesi umum.
Pemulihan fungsi. Unntuk pasien dengan penggantian lutut total, keluaran fungsional setelah
blok saraf kombinasi skiatik dan femoral sama dengan infilitrasi periarticular atau anestesi
epidural. Dibandingkan dengan anestesi spinal, kombinasi blok ini meningkatkan skor fleksi
dan ekstensi lutut.
Komplikasi. Penggunaan kombinasi blok saraf skiatik dan femoral dibandingkan kateter
epidural untuk pasien yang melakukan penggantian lutut total tidak memberi efek insiden
komplikasi atau efek samping. Penggunaan blok saraf perifer jarang menyebabkan komplikasi
neuraksial parah.
Baik untuk diketahui. Untuk perbaikan lutut total, lama tinggal di rumah sakit tidak berbeda
antara pasien yang menerima infiltrasi peri-artikular atau anestesi epidural dibandingkan
dengan blok saraf kombinasi femoral-skiatik. Operasi artroskopik lutut, pemulangan lebih
cepat dari PACU, dengan peningkatan sedikit pada skor Aldrete dibandingkan dengan anestesi
epidural: lebih cepat untuk pemulangan juga ditunjukkan jika dibandingkan dengan anestesi
umum.
Sebagai tambahan untuk peningkatan kepuasan pasien, kombinasi blok saraf skiatik-
femoral untuk pergantiang lutut total menunjukkan kepuasan operator operasi dibandingkan
dengan anestesi epidural.
Biaya dari barang yang sekali pakai dan obat untuk pasien dengan atroskopi lutut sama
untuk blok saraf skiatik dibandingkan dengan anestesi umum.
Rangkuman. Kebanyakan publikasi mendeskripsikan terapi nyeri yang efektif setelah operasi,
pengurangan kebutuhan opioid, dan peningkatan kepuasan pasien.
Kompartemen Psoas
Enam dari 28 artikel melaporkan data keluaran untuk blok kompartemen psoas dengan total
343 pasien (5 RCT dan 1 kasus seri deksriptif).
Efektivitas. Pasien menerima infus levobupivacaine melalui kateter kompartemen psoas pada
atroskopi lutut total memiliki skor nyeri yang sama namun lebih sedikit membutuhkan morfin
dibandingkan menerima salin.
Empat penelitian menginvestigasi penggunaan blok kompartemen psoas pada operasi
pelvis. Blok kompartemen psoas menyediakan terapi nyeri yang efektif untuk operasi pelvis
pada penelitian prospektif, deskriptif, non-randomisasi. Dibandingkan dengan kombinasi
intratekal dari morfin, fentanyl, dan bupivacaine untuk analgesia paska operasi setelah
atroplasti pelvis primer, tidak berbeda secara statistik berdasarkan nyeri selama 24 jam
pertama, skor kepuasan, atau konsumsi tramadol. Diperiksa dibandingkan dengan morfin
intravena atau infus ketorolac, sebuah blok kompartemen psoas kontinu bebas opioid
menyediakan analgesic paska operasi yang sama efektif saat istirahat dan selama fisioterapi
setelah atroplasti pelvis total. Penyelamatan analgesic lebih jarang diperlukan, dengan skor
nyeri lebih rendah pada saat istirahat dan stelah mobilisasi, dan nausea serta muntah yang lebih
sedikit. Dibandingkan dengan morfin intravena pasien-terkontrol analgesia, blok kompartemen
psoas tidak menghasilkan pengurangan konsumsi morfin atau skor nyeri yang lebih rendah,
baik saat istirahat ataupun saat mobilisasi.
Pemulihan fungsi. Pasien setelah atroplasti lutut total memiliki manfaat dari mobilisasi paska
operasi lebih cepat ketika menerima blok kompartemen psoas dengan infuse kontinu
dibandingkan dengan plasebo.
Mobilitas pelvis dan lama tinggal pada pusat rehabilitasi setelah operasi pelvis tidak
berbeda dibandingkan dengan pasien terkontrol morfin.
Pemulihan fungsi. Pasien setelah atroplasti lutut total mendapatkan manfaat dari mobilisai
paska operasi lebih cepat ketika menerima blok kompartemen psoas dengan infus kontinu
dibandingkan dengan plasebo.
Mobilitas pelvis dan lama tinggal di pusat rehabilitasi setelah operasi pelvis tidak
berbeda dibandingka ndengan pasien terkontrol morfin.
Komplikasi. Setelah operasi pelvis pada pasien dnegna blok kompartemen psoas, tidak ada
komplikasi mayor dan tidak ada komplikasi neurologis yang dilaporkan pada saat pemulangan
dari rumah sakit.
Insiden tinggi (27%) dari difusi epidural didemostrasikan untuk pasien dengan blok
kompartemen psoasi, menunjukkan rekomendasi bahwa blok kompartemen psoas tidak dapat
digunakan secara rutin untuk atroplasti pelvis total.
Rangkuman. Blok kompartemen psoas menyediakan terapi nyeri yang cukup untuk operasi
pelvis, yang sama dengan blokade epidural. Tingginya insiden penyebaran epidural dari
anestesi lokal dideskripsikan.
Blok Trunkus
Pleksus servikal
Data keluaran tersedia pada 12 dari 56 artikel pada blok pleksus servikal dengan total 4632
pasien. Data komplikasi atau pemulihan fungsional tidak dilaporkan pada artikel tersebut.
Efektivitas. Sembilan dari artikel yang sudah diidentifikasi melaporkan penggunaan blok
pleksus servikal untuk operasi tiroid, dan hal ini menyarankan kontrol nyeri paska operasi
superior, dan juga reduksi narkotik, sakit kepala, dan nausea dan munta paskaoperasi untuk
blok dibandingkan dengan plasebo. Sebagai tambahan, kepuasan pasien lebih tinggi ketika blok
pleksus servikal diberikan. Bagaimanapun, dalam dua randomisasi, double-blind, tidak
mengkonfirmasi reduksi skor nyeri atau penurunan konsumsi opioid intra operasi.
Untuk endarterektomi karotis, sebuah pengurangan signifikan dan revelan klinis dari
konsumsi morfin terjadi dan skor nyeri juga berkurang sama dengan peningkatan kepuasan
pasien dengna menggunakan blok pleksus servikal dibandingkan dnegan anestesi umum.
Sebuah percobaan grup kolaboratif GALA membandingkan operasi edarterektomi karotis
dibawah anestesi umum atau lokal dalam grup parallel, multisenter RCT dari 3526 pasien dari
95 tempat pada 24 negara. Keluaran primer merupakan prediksi dan menghindari stroke peri-
operasi, yang ditemukan tidak berbeda secara signifikan. Lebih jauh lagi, dua grup tidak secara
signifikan berbeda untuk kualitas hidup atau lama tinggal di rumah sakit. Grup anestesi lokal
superior berdasarkan efektivitas biaya. Hal ini harus ditekankan bahwa teknik anestesi regional
yang digunakan di penelitian GALA tidak distandarisasi antar tempat (teknik berbeda dan
larutan anestesi lokal juga berbeda).
Tidak ada perbedaan skor nyeri atau insiden nausea dan munta dapat ditunjukan ketika
blok pleksus servikal dilakukan pada pasien yang melakukan kraniotomi oksipital atau
infratentorial.
Baik untuk diketahui. Sebuah penelitian yang mengikutsertakan 159 pasien yang melakukan
operas tiroid menemukan bahwa kontrol nyeri mirip baik blok pleksus servikal dilakukan
sebelum ataupun setelah operasi.
Pemeriskaan data efek blok pleksus servikal pada lama tingal di rumah sakit
kontradiksi. Sebuah penelitian menunjukan reduksi yang signifikan pada lama tinggal di RS
dengan blok pleksus servikal namun studi lain tidak menemukan perbedaannya dengan grup
plasebo.
Rangkuman. Blokade pleksus servikal menyediakan kepuasan pasien yang tinggi untuk operasi
tiroid dan carotid endateretomi. TIdak ada perbedaan pada insiden stroke dan kematian yang
telah diobservasi dibandingkan dengan anestesi umum untuk endarterektomi karotis.
Blok Saraf Interkostal
Sembilan RCT dari 102 artikel melaporkan data kelauran dari blok sarf intercostal dengan total
582 pasien: pada kebanyakan kasus blok saraf dibandingkan dengan plasebo. Tidak ada data
tingkat kesuksesan dan insiden komplikasi. Indikasi untuk blokade interkostal dideskripsikan
dalam literatur: fraktur kosta, torakotomi, operasi retroperitoneal, dan abdomen.
Efektivitas. Satu dari indikasi yang paling penting untuk blok intercostal adalah fraktur kosta.
Telah ditunjukan bahwa blok saraf intercostal kontinu menyebabkan kontrol nyeri yang lebih
baik pada pasie-pasien ini.
Untuk pasien yang melakukan laparoskopi kolesistektomi, keparahan nyeri dan
konsumsi morfin paska operasi secara signifika berkurang dengan blokade saraf intercostal.
Sebagai tambahan, durasi kebutuhan untuk pasien yang membutuhkan analgesic secara
signifikan menurun. Ketika kolesistektomi terbuka, penggunaan anestesi inhalasi intraoperasi
secara signifikan menurun dengan penggunaan blok saraf intercostal. Dalam operasi kardio dan
reseksi paru-paru besar, skor nyeri secara signifikan meningkat dengan analgesic sistemik
dibandingkan dengna plasebo.
Bagaimanapun, dibandingkan analgesia epidural torasik, blokade sara intercostal untuk
torakotami berhubungan dengan skor nyer dinamik dan istirahat yang lebih tinggi.
Pemulihan fungsi. Dibandignkan dengan kontrol riwayat, blok saraf intercostal secara
signifikan meningkatkan fungsi pulmonal setelah fraktur kostae. Bagaimanapun, hal ini tidak
tetap demikian untuk operasi kardio. Untuk torakotomi, blok saraf interkostal dibandingkan
dengan analgesia epidural torasik tidak menyebabkan perbaikan fungsi respirasi, sedangkan
analgesia epidural pada operasi paru-paru menunjukan fungsi pulmonal yang jauh lebih baik
pada hari kedua paska operasi, namun tanpa perbedaan yang signifikan pada komplikasi
pulmonal.
Baik untuk diketahui. Blok saraf interkostal ketika dibandingkan dengan plasebo juga
menyebabkan penurunan lama dari tinggal ditumah sakit pada pasien dengan fraktur kosta dan
pada mereka yang melakukan operasi kardio. Dibandingkan dengan anestesi epidural, blok
saraf interkostal tidak ada keuntungan lebih untuk komplikasi pulmonal, lama tinggal di rumah
sakit atau kematian di rumah sakit.
Rangkuman. Blokade saraf intercostal menyediakan terapi nyeri yang baik untuk fraktur tulang
rusuk, operasi torasik, dan prosedur laparoskopi. Efek pada fungsi pulmonal setelah torakotomi
dapat dibandingkan dengan mereka yang melakukan anestesi epidural.