A. LATAR BELAKANG
Kajian teknologi kesehatan (Health Technology Assessment) merupakan kajian yang
komprehensif mencakup efikasi (efficacy), efektivitas (effectiveness), keamanan (safety),
analisis biaya (economic analysis) hingga budget impact analysis serta nilai (values) sosial-
budaya dan agama bila diperlukan. Salah satu tantangan Penilaian Teknologi Kesehatan
(PTK) di era JKN adalah untuk melakukan evaluasi terhadap biaya kesehatan (economic
evaluation) dan paket manfaat yang ada saat ini, guna memastikan teknologi kesehatan yang
dipakai berbasis bukti (evidence based medicine) Health Technology Assessment (HTA)
merupakan suatu pendekatan sistematis untuk mengevaluasi dampak, manfaat, dan nilai suatu
teknologi kesehatan dalam konteks kesehatan masyarakat. Penggunaan ultrasound dalam
melakukan blok saraf perifer telah menjadi fokus penelitian yang signifikan dalam praktik
anestesi modern. Metode ini, dikenal sebagai USG anestesi atau Ultrasound-Guided
Peripheral Nerve Block (UG-PNB), memanfaatkan teknologi ultrasonografi untuk
memvisualisasikan secara langsung saraf perifer, memungkinkan penyuntikan obat anestesi
dengan akurasi yang lebih tinggi. Penerapan teknologi ini dalam praktik klinis menimbulkan
banyak pertanyaan terkait efektivitas, efisiensi, dan dampaknya terhadap hasil klinis pasien.
Meskipun Ultrasound-Guided Peripheral Nerve Block (UG-PNB) menawarkan
keuntungan signifikan dalam mengurangi risiko komplikasi dan meningkatkan keberhasilan
blok saraf perifer, masih ada beberapa tantangan yang dihadapi dalam implementasinya.
Salah satu tantangan utama adalah kebutuhan akan pelatihan khusus bagi praktisi medis
dalam menggunakan teknologi ultrasonografi. Selain itu, aspek biaya dan ketersediaan
peralatan ultrasonografi juga menjadi faktor penentu yang perlu dipertimbangkan. Kajian
mengenai Health Technology Assessment (HTA) dari UG-PNB memiliki relevansi yang
tinggi dalam industri kesehatan saat ini. Dalam konteks peningkatan teknologi medis dan
harapan yang semakin besar dari pasien terhadap perawatan yang efektif dan aman, HTA
menjadi alat penting untuk memastikan bahwa penerapan UG-PNB dilakukan dengan
mempertimbangkan berbagai aspek yang meliputi efektivitas klinis, biaya, dan dampak pada
hasil pasien (Shamim et al., 2018).
Health Technology Assessment terhadap Ultrasound-Guided Peripheral Nerve Block
ini memiliki tujuan menjadi bahan pertimbangan yang dapat digunakan praktisi medis,
pengambil kebijakan, dan pihak terkait dalam mengoptimalkan penggunaan Ultrasound-
Guided Peripheral Nerve Block dalam konteks pelayanan kesehatan di Indonesia. Assessment
ini diharapkan dapat memberikan informasi yang mendalam dan terperinci mengenai
keefektifan Ultrasound-Guided Peripheral Nerve Block dalam memberikan layanan
kesehatan kepada masyarakat.
Salah satu aspek yang menjadi fokus dalam Health Technology Assessment adalah
efektivitas klinis Ultrasound-Guided Peripheral Nerve Block (UG-PNB), dimana didalamnya
dilakukan identifikasi dan mengevaluasi bukti ilmiah yang ada mengenai kemanjuran dan
keamanan UG-PNB. Metode yang digunakan mencakup tinjauan sistematis terhadap studi
klinis yang telah dilakukan sebelumnya. Hasil dari tinjauan ini kemudian akan diintegrasikan
untuk memberikan gambaran yang lebih komprehensif mengenai efektivitas klinis UG-PNB.
Selain itu, assessment ini juga dilakukan terhadap aspek biaya dalam penggunaan UG-PNB
dengan mempertimbangkan biaya yang terkait biaya pembelian perangkat itu sendiri,
prosedur penggunaan, dan biaya perawatan jangka panjang. Analisis biaya ini melibatkan
perbandingan dengan alternatif lain yang tersedia dan penilaian terhadap nilai manfaat yang
diperoleh dari penggunaan UG-PNB. Dalam konteks pelayanan kesehatan di Indonesia,
assessment ini juga memperhatikan dampak penggunaan UG-PNB pada kondisi pasien.
Evaluasi ini melibatkan penilaian terhadap kepuasan pasien, perbaikan kualitas hidup, dan
hasil klinis yang dicapai dengan menggunakan UG-PNB. Hal ini penting untuk memastikan
bahwa penggunaan UG-PNB tidak hanya efektif secara klinis dan ekonomis, tetapi juga
memberikan manfaat yang signifikan bagi pasien. Dengan demikian, kajian mengenai HTA
dari UG-PNB memiliki nilai penting dalam konteks industri kesehatan saat ini (Sutawan,
2022).
Dengan berpedoman pada ketentuan Kementerian Kesehatan, organisasi profesi dan BPJS
Kesehatan, telah direncanakan pengadaan Ultrasound-Guided Peripheral Nerve Block
sehingga RSUD Kanjuruhan dirasakan cukup memenuhi untuk menyediakan Ultrasound-
Guided Peripheral Nerve Block atau USG anestesi.
B. EFIKASI (EFFICACY)
Dalam ilmu farmakologi, efikasi diartikan sebagai respons maksimum yang dihasilkan
oleh obat-obatan terhadap suatu kondisi yang dihitung menggunakan grafik dosis-respons
yang menghasilkan sebuah kurva. Kurva tertinggi menunjukkan efikasi maksimum. Dengan
kata lain, efikasi merupakan kemampuan suatu penanganan kesehatan dalam situasi yang
ideal dan terkontrol.
Penelitian Jalil et al., (2021), merupakan studi prospektif berdesain randomized
controlled trial yang bertujuan untuk membandingkan keefektifan blok saraf lengan dengan
bantuan ultrasound (ultrasound-guided forearm nerve block) dengan intravenous regional
anesthesia (IVRA) lengan dalam operasi pelepasan lendir carpal pada 100 pasien. Pasien
secara acak dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok blok saraf lengan dan kelompok
IVRA lengan. Outcome utama adalah keberhasilan blok yang dinilai dokter bedah sebelum
operasi, dengan kriteria blok yang berhasil adalah tidak dirasakan sakit sama sekali,
sedangkan blok yang tidak berhasil dirasakan sakit ringan hingga parah. Outcome sekunder
meliputi skor nyeri, waktu operasi, kepuasan dokter dan pasien. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa blok saraf lengan menggunakan ultrasound lebih baik dalam
memberikan blok operatif dan mengurangi nyeri saat keluar dari ruang operasi dibanding
IVRA lengan. Tidak ada perbedaan waktu operasi dan kepuasan dokter antara kedua
kelompok. Oleh karena itu, blok saraf lengan menggunakan bantuan ultrasound lebih unggul
dalam memberikan blok operatif pada pasien yang menjalani operasi carpal tunnel release.
Penelitian Wang et al., (2023), menggunakan metode randomized controlled trial yang
membandingkan blok Pericapsular Nerve Group (PENG) dengan bantuan ultrasound dengan
Anterior Quadratus Lumborum (AQL) block pada 90 pasien yang menjalani total hip
arthroplasty. Outcome utama adalah skor nyeri tertinggi yang dilaporkan di ruang pemulihan,
sedangkan outcome sekunder meliputi skor nyeri, kepuasan dokter dan pasien, konsumsi
morfin. Kesimpulan hasil penelitian menunjukkan bahwa blok PENG menggunakan
ultrasound lebih baik dalam menurunkan skor nyeri pada saat di ruang pemulihan dan 3 jam
pasca operasi dibanding blok AQL. Tidak ada perbedaan waktu operasi, konsumsi morfin,
atau kepuasan dokter antara kedua kelompok. Oleh karena itu, blok PENG menggunakan
ultrasound memberikan analgesia pasca operatif yang lebih baik pada pasien yang menjalani
total hip arthroplasty.
Penelitian Natrajan et al., (2021), merupakan studi perbandingan untuk mengevaluasi
efek analgesik pascaoperasi dari dua metode blok saraf perifer berpandu ultrasound, yaitu
Pericapsular Nerve Group (PENG) block dan Fascia Iliaca Compartment (FIC) block, pada
pasien yang menjalani operasi fraktur panggul di bawah anestesi spinal. Tujuan penelitian ini
adalah untuk membandingkan efektivitas kedua metode tersebut dalam memberikan
analgesia pascaoperasi. Metode penelitian yang digunakan adalah prospektif, acak, tersamar
ganda, dan terkontrol. Dua puluh empat pasien yang berusia di atas 18 tahun dengan fraktur
panggul dan berada dalam kelas status fisik I dan II dari American Society of
Anesthesiologists (ASA) yang menjalani operasi panggul dijadwalkan secara acak dibagi
menjadi dua kelompok. Kelompok 1 menerima PENG block yang dipandu ultrasound,
sementara kelompok 2 menerima FIC block yang dipandu ultrasound untuk penghilangan
nyeri pascaoperasi. Tingkat nyeri pascaoperasi (saat istirahat) dievaluasi menggunakan skala
Numeric Rating Scale (NRS) mulai dari menit ke-20 dan pada interval teratur selama 24 jam.
Konsumsi analgesik total dalam 24 jam pertama juga dicatat. Berdasarkan hasil penelitian ini,
dapat disimpulkan bahwa PENG block lebih efektif dalam memberikan analgesia
pascaoperasi dengan kebutuhan analgesik yang lebih sedikit dibandingkan FIC block pada
pasien yang menjalani operasi fraktur panggul di bawah anestesi spinal. Penemuan ini
memiliki implikasi penting dalam pengelolaan nyeri pascaoperasi pada pasien fraktur
panggul dan dapat digunakan sebagai alternatif metode blok saraf perifer yang lebih efektif
dalam praktek klinis.
Dari hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan ultrasound dalam
blok saraf lengan lebih baik daripada IVRA dalam memberikan blok operatif dan mengurangi
nyeri pasca operasi pada pasien operasi carpal tunnel release. Pada pasien total hip
arthroplasty, blok PENG menggunakan ultrasound lebih efektif dalam menurunkan skor nyeri
di ruang pemulihan dan 3 jam setelah operasi dibandingkan dengan blok AQL, tanpa
perbedaan dalam waktu operasi, konsumsi morfin, atau kepuasan dokter. Temuan lain
menunjukkan bahwa PENG block lebih efektif daripada FIC block dalam memberikan
analgesia pascaoperasi pada pasien fraktur panggul di bawah anestesi spinal, dengan
kebutuhan analgesik yang lebih sedikit. Implikasinya adalah bahwa blok PENG
menggunakan ultrasound dapat menjadi alternatif yang lebih efektif dalam pengelolaan nyeri
pascaoperasi pada pasien fraktur panggul dalam praktek klinis.
C. EFEKTIVITAS (EFFECTIVENESS)
Efektifitas umumnya dipandang sebagai tingkat pencapaian tujuan operatif dan
operasional. HTA tidak terlepas dari penilaian dengan kriteria efektivitas yang tidak hanya
untuk obat maupun prosedur medis, namun juga termasuk untuk alat kesehatan. Efektivitas
menilai apakah penggunaan dari teknologi lebih bermanfaat atau malah merugikan. Untuk
menilai kriteria efektivitas alat kesehatan dengan keperluan diagnostik, dapat dilakukan
dengan memberikan bukti akurasi atau prosedur diagnosis dengan cara membandingkan
dengan goldstandard dari alat tersebut (Muhimmah & Kurniawan, 2022).
Penelitian Kang et al., (2021), menggunakan metode retrospektif, dimana peneliti
menganalisis data secara kembali dari 2597 pasien yang menjalani tindakan bedah
ekstremitas bawah dengan teknik nerve block bantuan ultrasound antara Januari 2010 hingga
April 2015. Nerve yang diblok meliputi lateral femoral cutaneous nerve, femoral nerve,
obturator nerve, sciatic nerve, dan posterior femoral cutaneous nerve. Variabel yang
dievaluasi meliputi waktu pelaksanaan nerve block, waktu mulainya anestesi, durasi anestesi
dan analgesi, waktu toleransi penggunaan tourniquet, skor kepuasan pasien menggunakan
skala visual analog, serta komplikasi terkait anestesi. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata
waktu pelaksanaan nerve block kurang dari 5 menit. Rata-rata waktu mulainya anestesi 48
menit. Durasi rata-rata anestesi antara 4-6 jam dan analgesi 11,5 jam. Waktu rata-rata
penggunaan tourniquet antara 35-84 menit tergantung jenis bedah dan nerve yang diblok.
Skor kepuasan pasien rata-rata 9,3 dari skala 1-10. Tidak ditemukan komplikasi terkait
anestesi seperti infeksi, hematoma, kelumpuhan, atau iritasi saraf. Penelitian ini
menyimpulkan bahwa teknik nerve block bantuan ultrasound pada ekstremitas bawah untuk
bedah memberikan hasil klinis yang baik dengan efisiensi tinggi. Hal ini didukung oleh
waktu pelaksanaan yang singkat, durasi anestesi dan analgesi yang memuaskan, serta tidak
adanya komplikasi berarti. Oleh karena itu, nerve block bantuan ultrasound dapat menjadi
pilihan yang baik untuk memberikan anestesi dan analgesia pada bedah ekstremitas bawah.
Penelitian Exsteen et al., (2022), menggunakan metode systematic review bertujuan
menganalisis dampak dari penggunaan Ultrasound-Guided Peripheral Nerve Block (US-
PNB) dibandingkan dengan penggunaan analgesi sistemik konvensional untuk mengelola
nyeri pada pasien dengan patah tulang pinggul. Peneliti melakukan penilaian terhadap risiko
bias masing-masing studi dengan menggunakan pendekatan Cochrane, menilai risiko bias
pada domain-domain seperti proses randomisasi, alokasi tertutup, pembabalan partisipan dan
peneliti, kelengkapan data, pelaporan hasil selektif, dan bias lain. Hasil dianalisis
menggunakan meta-analisis random effect model dengan menggunakan software Review
Manager. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa US-PNB dapat menurunkan skor nyeri,
kebutuhan opioid, dan risiko terjadinya delirium dan efek samping berat dibandingkan
dengan analgesi sistemik konvensional.
Penelitian Salam et al., (2021), menggunakan metode audit retrospectif terhadap rekam
medis pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi keamanan dan efektivitas blok
saraf perifer yang dilakukan dengan bantuan ultrasound. Data dikumpulkan dari 299 pasien
yang menerima blok saraf perifer di rumah sakit Aga Khan University Hospital antara Januari
2015 hingga Januari 2017. Variabel yang dievaluasi meliputi karakteristik demografi pasien,
jenis blok saraf yang dilakukan, teknik lokalisasi saraf, dan komplikasi akibat blok saraf.
Efektivitas blok saraf diukur berdasarkan skor nyeri pasien secarastatis dan dinamis, serta
kebutuhan akan analgesi tambahan. Komplikasi yang dicatat antara lain rasa kebas,
kelumpuhan otot, rasa logam di mulut, hipotensi, dan depresi pernapasan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sebagian besar pasien (70%) tidak mengalami nyeri selama 12 jam
setelah operasi. Hanya sedikit pasien (1,4%) yang mengalami nyeri berat dalam kondisi diam,
dan 4,4% mengalami nyeri berat saat bergerak. Komplikasi yang paling umum adalah rasa
kebas pada 19 pasien (6,2%). Penelitian ini menyimpulkan bahwa blok saraf perifer yang
dilakukan dengan bantuan ultrasound dapat memberikan analgesia yang efektif selama dan
setelah operasi. Teknik ini juga terbukti aman karena hanya menimbulkan sedikit sekali
komplikasi. Oleh karena itu, penggunaan ultrasound dianjurkan ketika melakukan blok saraf
perifer untuk meningkatkan efektivitas dan keamanan tindakan.
Dalam konteks efektivitas penggunaan Ultrasound-Guided Peripheral Nerve Block
(US-PNB) pada ekstremitas bawah untuk prosedur bedah, teknik ini telah terbukti
memberikan hasil klinis yang baik dengan tingkat efisiensi yang tinggi. Pelaksanaan US-PNB
memerlukan waktu yang singkat, dan memberikan durasi anestesi dan analgesi yang
memuaskan, sambil menghindari komplikasi berarti. Keberhasilan teknik ini juga tercermin
dalam penurunan skor nyeri, kebutuhan opioid, serta risiko delirium dan efek samping berat
jika dibandingkan dengan analgesi sistemik konvensional. Blok saraf perifer yang dipandu
oleh ultrasound menunjukkan efektivitas analgesia yang berkelanjutan selama dan pasca
operasi, sambil tetap aman dengan risiko komplikasi yang minim. Oleh karena itu,
penggunaan ultrasound dalam melakukan blok saraf perifer sangat dianjurkan untuk
meningkatkan efektivitas dan keamanan prosedur bedah pada ekstremitas bawah.
D. KEAMANAN (SAFETY)
Rumah sakit merupakan lingkungan yang kompleks dengan berbagai macam prosedur
medis, pengobatan, dan perawatan yang diberikan kepada pasien. Hal ini menyebabkan
rumah sakit harus memastikan bahwa peralatan medis dan teknologi yang digunakan telah
teruji, aman, dan sesuai dengan standar keamanan. Perawatan rutin dan pemeliharaan teratur
juga dilakukan untuk memastikan peralatan berfungsi dengan baik dan tidak menimbulkan
risiko tambahan.
Hasil penelitian Koscielniak‐Nielsen, (2008), dengan melakukan pencarian literatur
mengenai Ultrasound-Guided Peripheral Nerve Block di database MEDLINE dan EMBASE
dengan kata kunci seperti "ultrasound and regional anesthesia", "ultrasound and peripheral
block", dan "ultrasound and nerve and block". Kata kunci tersebut kemudian digabungkan
dengan istilah MeSH seperti "nerve block" dan "ultrasonography", didapatkan beberapa
kesimpulan mengenai keamanan penggunaan Ultrasound-Guided Peripheral Nerve Block, di
antaranya, waktu pelaksanaan blok saraf dapat dipersingkat, jumlah tusukan jarum berkurang,
dan waktu mulai kerja blok lebih cepat dibandingkan metode lain seperti stimulasi saraf,
tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara keberhasilan blok saraf menggunakan
ultrasound dibandingkan stimulasi saraf, dosis anestesi lokal dapat dikurangi ketika
menggunakan panduan ultrasound, kejadian punktur pembuluh darah kemungkinan lebih
rendah, namun buktinya belum konsisten, dan keparahan nyeri saat prosedur blok saraf dan
keparahan pareste Asia pasca prosedur serupa menggunakan kedua metode. Sehingga
disimpulkan bahwa penggunaan Ultrasound-Guided Peripheral Nerve Block aman dan
memiliki beberapa keuntungan dibandingkan metode lain, meski lebih banyak penelitian
diperlukan untuk menjawab pertanyaan yang tersisa.
Penelitian Bhoi et al., (2012), menggunakan metode observasi prospektif dengan desain
single group. Dokter gawat darurat yang telah dilatih tentang teknik blok saraf perifer
menggunakan ultrasound melakukan prosedur blok saraf. Latar belakang pasien dan indikasi
prosedur dicatat. Skor nyeri menggunakan VAS diukur sebelum dan 15 menit serta 60 menit
setelah blok saraf. Waktu pelaksanaan blok saraf juga dicatat. Komplikasi akut maupun
lambat dalam tiga bulan selanjutnya dipantau. Data dianalisis menggunakan uji t nilai ratahan
terpasang untuk membandingkan skor nyeri sebelum dan sesudah tindakan. Mediam dan
rentang interkuartil digunakan untuk menyajikan data waktu. Hasil menunjukkan bahwa blok
saraf perifer menggunakan ultrasound dapat dilakukan dengan aman dan efektif oleh dokter
gawat darurat yang terlatih. Hanya satu kasus gagal blok saraf terjadi. Terdapat penurunan
bermakna skor nyeri pasien. Tidak ditemukan komplikasi akut maupun lambat. Rata-rata
waktu pelaksanaan blok saraf sebesar sembilan menit. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa blok saraf perifer menggunakan panduan ultrasound dapat dilakukan dengan aman di
departemen gawat darurat untuk mengobati cedera anggota gerak dan menurunkan nyeri
pasien. Namun, lebih banyak penelitian diperlukan untuk menjawab keterbatasan penelitian
ini.
Tinjauan literatur oleh Warman & Nicholls, (2009), mengenai keunggulan dan
keamanan teknik blok saraf perifer menggunakan panduan ultrasound dibandingkan dengan
teknik konvensional seperti peripheral nerve stimulation dan penunjuk anatomi. Pencarian
literatur dilakukan pada basis data MEDLINE dan EMBASE dengan kata kunci tertentu, dan
dilengkapi dengan pencarian referensi silang. Hasil tinjauan literatur mengungkapkan
kebanyakan uji klinis acak menunjukkan keunggulan ultrasound dalam hal tingkat
keberhasilan blok saraf. Beberapa studi juga menunjukkan penurunan waktu pelaksanaan
blok, waktu mulai kerja, serta dosis anestesi lokal yang diperlukan. Ultrasound dapat
mengurangi risiko komplikasi seperti punktur pembuluh darah dan injeksi intraneural. Teknik
ini juga berguna dalam kondisi dimana teknik konvensional sulit dilakukan. Kesimpulannya,
ada cukup bukti bahwa ultrasound dapat meningkatkan efikasi dan keamanan blok saraf
perifer.
Penggunaan Ultrasound-Guided Peripheral Nerve Block diidentifikasi sebagai metode
yang aman dan memberikan beberapa keuntungan dibandingkan dengan pendekatan lain
dalam penanganan cedera anggota gerak dan pengurangan nyeri pasien. Penerapan blok saraf
perifer dengan bantuan panduan ultrasound, terutama di departemen gawat darurat,
menunjukkan potensi untuk meningkatkan efikasi serta keamanan prosedur tersebut.
Walaupun demikian, perlu diakui bahwa penelitian yang telah dilakukan belum sepenuhnya
mengatasi semua pertanyaan yang mungkin muncul terkait dengan metode ini. Diperlukan
lebih banyak penelitian lanjutan untuk mengatasi keterbatasan penelitian yang telah ada, guna
memahami lebih lanjut sejauh mana efektivitas dan keamanan Ultrasound-Guided Peripheral
Nerve Block dalam praktik klinis.
G. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa hasil health technology assesment
tindakan Ultrasound-Guided Peripheral Nerve Block di Rumah Sakit Umum Daerah
Kanjuruhan Kabupaten Malang tahun 2024 adalah sebagai berikut:
1. Efikasi (efficacy): penggunaan ultrasound dalam blok saraf lengan lebih baik daripada
IVRA dalam memberikan blok operatif dan mengurangi nyeri pasca operasi.
2. Keamanan (safety): Penggunaan Ultrasound-Guided Peripheral Nerve Block diidentifikasi
sebagai metode yang aman dibandingkan dengan pendekatan lain dalam penanganan
cedera anggota gerak dan pengurangan nyeri pasien.
3. Analisis biaya (economic analysis): penggunaan Ultrasound-Guided Peripheral Nerve
Block tidak hanya meningkatkan hasil klinis tetapi juga memberikan keuntungan ekonomi
yang substansial.
4. Budget impact analysis: Dengan menggunakan pendekatan Cost Effectiveness Analysis
(CEA), dengan memperhatikan komponen biaya prosedur, pemeriksaan diagnostik,
perawatan pasca-tindakan, waktu perawatan dan produktivitas yang hilang, menunjukkan
penggunaan Ultrasound-Guided Peripheral Nerve Block atau USG anestesi cukup
memberikan keuntungan secara finansial bagi rumah sakit.
REFERENSI