Anda di halaman 1dari 3

Nama : Andika Pranoto

NPM : 2016011036

Kelas : Reg B

Mata Kuliah : Gender dan Pembangunan

Teori-Teori Gender

1. Teori Nature
Teori Nature berpendapat bahwa adanya perbedaan antara perempuan dan laki-
laki adalah kodrat sehingga tidak bisa berubah dan bersifat universal. Perbedaan biologis
ini memberikan indikasi dan implikasi bahwa di antara dua jenis kelamin tersebut
mempunyai peran dan tugas yang berbeda. Baik perempuan maupun laki-laki mempunyai
perbedaan kodrat sesuai dengan fungsinya masing-masing. Aliran ini melahirkan paham
struktural fungsional yang menerima perbedaan peran, yang dilakukan secara demokratis
dan dilandasi oleh kesepakatan antara suami-isteri dalam keluarga atau antara perempuan
dan laki-laki dalam masyarakat.

2. Teori Nurture
Teori Nurture berpendapat bahwa adanya perbedaan perempuan dan laki-laki
pada dasarnya merupakan hasil konstruksi sosial budaya sehingga menghasilkan peran
dan tugas yang berbeda. Perbedaan tersebut menyebabkan perempuan selalu tertinggal
dan terabaikan kontribusinya dalam kehidupan berkeluarga, berbangsa, dan bernegara.
Teori ini memperjuangkan kesetaraan antara perempuan dengan laki-laki.

3. Struktural Fungsional
Penganut aliran ini berpendapat bahwa masyarakat adalah suatu sistem yang
terdiri atas bagian dan saling berkaitan (agama, pendidikan, struktur politik sampai
keluarga) dan masing-masing bagian selalu berusaha untuk mencapai keseimbangan dan
keharmonisan, sehingga dapat menjelaskan posisi kaum perempuan. Konsep gender
menurut teori ini dibentuk menurut pembagian peran dan fungsi masing-masing laki-laki
dan perempuan secara dikotomi agar tercipta keharmonisan laki-laki dan perempuan.
4. Teori Sosial-Konflik
Perbedaan dan ketimpangan gender antara laki-laki dan perempuan tidak
disebabkan oleh perbedaan biologis, namun merupakan bagian dari penindasan kelas
yang berkuasa dalam relasi produksi yang diterapkan dalam konsep keluarga. Hubungan
laki-laki dan perempuan (suami-isteri) tidak jauh beda dengan hubungan ploretar dan
borjuis, atau hamba dan tuan. Dengan kata lain, ketimpangan peran gender dalam
masyarakat bukan karena kodrat dari Tuhan, tetapi karena konstruksi masyarakat.

5. Teori Feminisme Liberal


Teori ini memiliki anggapan bahwa pada dasarnya tidak ada perbedaan antara
laki-laki dan perempuan. Karenanya perempuan harus memiliki hak yang sama dengan
laki-laki. Walaupun demikian, penganut feminis liberal menolak persamaan secara
menyeluruh antara laki-laki dan perempuan. Dalam beberapa hal masih harus ada
pembedaan antara laki-laki dan perempuan. Bagaimanapun juga, fungsi organ reproduksi
bagi perempuan membawa konsekuensi logis dalam kehidupan bermasyarakat.

6. Teori Feminisme Marxis-Sosialis


Menurut teori ini, ketimpangan gender disebabkan oleh sistem kapitalisme yang
menimbulkan kelas-kelas dan division of labour, termasuk di dalam keluarga. Gerakan
kelompok ini mengadopsi teori praxis Marxisme, yaitu teori penyadaran pada kelompok
tertindas, agar kaum perempuan sadar bahwa mereka merupakan ‘kelas’ yang tidak
diuntungkan. Teori ini tidak terlalu menekankan pada faktor akumulasi modal atau
pemilikan harta pribadi sebagai kerangka dasar ideologi. Teori ini lebih menyoroti faktor
seksualitas dan gender dalam kerangka dasar ideologinya. Teori ini sama sekali tidak
melihat nilai ekonomi dari pekerjaan domistik. Pekerjaan domistik hanya dianggap
pekerjaan marjinal dan tidak produktif. Padahal semua pekerjaan publik yang memiliki
nilai ekonomi sangat bergantung pada produk-produk yang dihasilkan dari pekerjaan
rumah tangga.

7. Teori Feminisme Radikal


Teori ini lebih memfokuskan serangannya pada keberadaan institusi keluarga dan
sistem patriarki. Keluarga dianggap sebagai institusi yang melegitimasi dominasi laki-
laki (patriarki), sehingga perempuan tertindas. Feminisme ini cenderung membenci laki-
laki sebagai individu dan mengajak perempuan untuk mandiri, bahkan tanpa perlu
keberadaan laki-laki dalam kehidupan perempuan. Beberapa penganut teori ini
menganggap bahwa menjadi lesbian berarti telah terbebas dari dominasi laki-laki, baik
internal maupun eksternal.

8. Teori Ekofeminisme
Teori ekofeminisme muncul karena ketidakpuasan akan arah perkembangan
ekologi dunia yang semakin buruk. Teori ini mempunyai konsep yang bertolak belakang
dengan teori feminisme modern. Teori-teori feminism modern berasumsi bahwa individu
adalah makhluk otonom yang lepas dari pengaruh lingkungannya dan berhak menentukan
jalan hidupnya sendiri. Sedang teori ekofeminisme melihat individu secara lebih
komprehensif, yaitu sebagai makhluk yang terikat dan berinteraksi dengan
lingkungannya. Menurut teori ini, apa yang terjadi setelah para perempuan masuk ke
dunia maskulin yang tadinya didominasi oleh laki-laki adalah tidak lagi menonjolkan
kualitas femininnya, tetapi justeru menjadi male clone (tiruan laki-laki) dan masuk dalam
perangkap sistem maskulin yang hierarkhis.

9. Teori Psikoanalisa
Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Sigmund Freud. Teori ini
mengungkapkan bahwa perilaku dan kepribadian laki-laki dan perempuan sejak awal
ditentukan oleh perkembangan seksualitas. Freud menjelaskan kepribadian seseorang
tersusun di atas tiga struktur, yaitu id, ego, dan superego. Id sebagai pembawaan sifat-
sifat fisik biologis sejak lahir. Id bagaikan sumber energi yang memberikan kekuatan
terhadap kedua sumber lainnya. Ego bekerja dalam lingkup rasional dan berupaya
menjinakkan keinginan agresif dari id. Ego berusaha mengatur hubungan antara
keinginan subjektif individual dan tuntutan objektif realitas sosial. Superego berfungsi
sebagai aspek moral dalam kepribadian dan selalu mengingatkan ego agar senantiasa
menjalankan fungsinya mengontrol id.

Anda mungkin juga menyukai