Anda di halaman 1dari 16

KORUPSI

(Berawal Dari Kebohongan Kecil)

Oleh : Willy Murzaqi(12006043)

A. Latar Belakang Masalah

Pasti kita tidak asing lagi mendengar kata korupsi dan setiap
kasus-kasus korupsi sering ditampilkan di media sosial maupun
berita-berita di televisi. Dimana kasus korupsi tersebut sering
dilakukan oleh pejabat-pejabat atau oknum yang tidak bertanggung
jawab atas jabatannya. Namun, sekarang korupsi tidak dilakukan
dengan penjabat saja, tetapi korupsi bisa dilakukan dari anak-anak
sampailah orang dewasa dengan mengambil uang orang lain.
Korupsi ini bisa dibilang sebuah kanker yang bisa megancam
penghambat pertumbuhan suatu pembangunan dan kerugian
keuangan.

Apa sih pengertian korupsi itu? Jadi pengertian korupsi


dalam buku Black’s Law Dictionary korupsi merupakan suatu
perubahan yang dilakukan dengan maksud memberikan beberapa
keuntungan yang bertentangan dengan tugas dan hak orang lain.
Perbuatan yang dilakuka oleh seorang pejabat atau seorang yang
mempunyai pemegang kepercayaan yang secara bertantangan
dengan hukum, dengan menggunakan kekuasaannya untuk
mendapatkan keutungan untuk diri sendiri atau untuk orang lain,
dengan bertolak belakang dengan tugas dan hak orang lain (Dr. H.
Juni Sjafrien Jahja, 2012). Jadi korupsi adalah penyalahgunaan
wewenang atau kekuasaan yang dilakukan untuk kepentingan
pribadi.

Banyak dari kita tanpa disadari menganggap hal-hal kecil


yang menjadi sebuah kebiasaan yang dirasakan sudah biasa dimana
hal itu merupakan tindakan korupsi kecil. Karena hal kecil ketika
sering dilakukan lama-kelamaan akan menjadi kebiasaan. Terutama
sering dijumpai meminta uang lebih dari orang tua dengan
bertujuan untuk membayar uang kas atau saat membeli buku
dengan nominal yang lebih dari harga yang semestinya. Dengan
kata lain tanpa disadari kita sudah melakukan korupsi.

Ketika korupsi, kita akan sering berbohong kepada orang


lain, dimana saat kita berbohong sekali maka kita akan terus-
menerus berbohong. Bermula dari kebiasaan yang sering dilakukan
sejak kecil, maka akan berbahaya jika terus dilakukan. Dari korupsi
uang yang tidak seberapa nilainya untuk membayar kas atau
membeli barang, lama-kelamaan akan berdampak besar miliaran
bahkan sampai triliunan.

Dari berawal hal kecil inilah korupsi bisa berdampak besar.


Korupsi yang dapat merugikan orang lain yang lebih parah lagi bisa
merugikan negara. Seperti yang dilakukan oleh penjabat-penjabat
negara. Berawal dari kebohongan kecil akan berkembang menjadi
kebohongan yang besar pula. Maka dari itu kita perlu memahami
kebohongan kecil yang sering kita lakukan dan dampak yang akan
terjadi pada diri kita yang akan datang, dimana jika kita kurang
memahami maka akan terjadinya kasus korupsi yang kita perbuat
sendiri dan merugikan masyarakat bahkan orang tua kita sendiri.
B. Identifikasi Masalah
Berdassarkan hasil pengamatan dari penulis, dimana
kebiasaan yang sering kita lakukan tanpa kita sadari menjadi awal
mula korupsi, namun masih saja kita lakukan terus-menerus!
Apakah itu?
1. Korupsi uang orang tua
Nah, sering kita lakukan untuk memenuhi keinginan dan
kebutuhan kita. Biasanya orang tua kita menyuruh pergi ke
pasar untuk membeli barang atau bahan untuk dapur seperti
rempah-rempah. Ketika kita sudah membeli barang yang
disuruh oleh orang tua dan kembalian uangnya lebih, biasanya
kita tidak mengembalikan uang tersebut kepada orang tua tetapi
kita ambil tanpa bilang bahwa ada uang kembalian lebih dan
sampai berbohong bahwa uang belanjaanya pas. Ada juga kita
berbohong kepada orang tua tentang pembayaran UKT atau
pemotongan baju kelas/organisasi. Kita meminta uang kepada
orang tua dengan juamlah harga yang lebih dari harga
semetinya, misalkan untuk pembayaran UKT sebesar Rp
2.000.000 tetapi kita memberi tahu orang tua bahwa,
pembayaran UKT sebesar Rp 2.500.000 dan orang tuapun
percaya dari kebohongan tersebut. Kita berbohong untuk
pembayaran pemotongan baju kelas/organisasi, dimana
pemotongan baju seharga Rp 1.50.000 tetapi kita meminta uang
kepada orang tua sebesar Rp. 200.000.
Biasanya kebiasaan kecil ini sering terjadi pada diri kita
bukan hanya beberapa ciri-ciri yang telah disebutkan bahkan
masih banyak kebohongan kecil lagi yang sering kita lakukan
seperti meminta uang untuk mengerjakan tugas, hari libur
kuliah tetapi kita bilang kepada orang tua bahwa kita masuk
kuliah dengan tujuan agar mendapat uang jajan, membeli buku,
perlengkapan sekolah/kuliah dan lain-lain. Padahal sebenarnya
uang tersebut biasanya dibelikan apa yang diinginkan oleh kita,
seperti membeli baju, kerudung alat make up (bagi yang
cewek), sedangkan cowok biasanya dibelikan sepatu, rokok,
bensin, ngopi sama teman dan lain-lain.
2. Korupsi Waktu
Mengapa waktu bisa termasuk kedalam korupsi? Nah,
biasanya kita sering lalai dalam memanajemen waktu. Karena
sering kita anggap merupakan masalah yang biasa saja dan
acuh tak acuh. Tetapi pada dasarnya jika kita sering melakukan
berulang kali dan sampai tidak ada rasa was-was dalam diri
kita. Bahkan ada pepatah yang mengatakan bahwa waktu
adalah uang. Jika kita tidak bisa menggunakan waktu dengan
sabaik-baiknya maka kita akan rugi atau orang lain.
Seperti kita lakukan terlambat datang ke sekolah/kuliah
tentu saja membuat waktu terbuang sia-sia dan kita tidak
mendapatkan materi yang telah disampaikan, tetapi kita sering
melakukan terus menerus. Ada juga ketika kita mengadakan
janjian dengan orang lain tetapi kita terlambat dalam janjian
tersebut. Tentu kondisi tersebut dapat merugikan orang tersebut
karena berapa banya waktu yang telah terbuang. Jika terlambat
terjadi sekali atau dua kali itu bisa tidak diangap sebuah
masalah, apabila sering dilakukan berulang kali maka akan
menjadi bibit korupsi untuk kedepannya.
Melakukan kegiatan yang tidak penting juga merupakan
kegiatan korupsi. Seperti, kita menghabiskan waktu untuk
bermain game, nonton film, jalan-jalan dan sekedar membuka
sosial media. Memang kegiatan ini sangat seru bagi kita tetapi,
jika kita sering menunda hal yang seharusnya penting untuk
dikerjakan. Memang ada rasa nyaman untuk kesenangan pada
diri kita tetapi jika sering terjadi maka kita sudah melakukan
korupsi kecil. Pada dasarnya membuang waktu yang tidak
bermanfaat merupakan bibit dari korupsi.
Ada juga mencuri waktu saan pelajaran/ kuliah, sering
dijumpai hal seperti ini. Dimana biasanya digunakan untuk
mengerjakan tugas walaupun pada jam itu masih ada mata
pelajaran, tetapi kita bilang kepada guru/dosen bahwa sudah
selesai dan ada juga dosen/guru dengan sengaja mencuri waktu
dengan melebihkan waktu yang telah terjadwal. Padahal
mengetahui jam tersebut sudah selesai tetapi masih dilanjutkan
kelas tersebut dan beralaskan lupa.
3. Membayar gorengan tidak sesuai dengan yang diambil
Mungkin dari kita pernah melakukan hal tersebut waktu
masih dibangku sekolah, bahkan sampai sekarang ketika pas
tanggal tua. Dimana kita pernah mengambil gorengan dikantin
dengan jumlah yang banyak, namun kita membayarnya tidak
sesuai dengan banyaknya gorengan yang kita ambil tanpa
disadari oleh ibu kantin. Misalnya kita mengambil gorengan 5
dan membayarnya cuman Rp 2000 hal ini, memang terlihat
biasa bagi kita. Namun, tanpa disadari kita telah melakukan
korupsi kecil dan memiliki kepuasan dalam diri kita. Memang
tidak merugikan untuk ibu kanti tetapi, jika hal ini terus kita
lakukan maka akan menjadi berdampak prilaku menyimpang
yang akan merugikan pada orang lain, karena terus melakukan
kebohongan.
4. Memanfaatkan teman kita untuk kepentingan pribadi
Kebiasaan ini sering terjadi ketika kita malas untuk
mengerjakan tugas yaang telah diberikan oleh guru/dosen,
apalagi tugas tersebut banyak padahal seharusnya bisa
dikerjakan sendiri. Namun kita mempunyai teman yang sangup
untuk mengerjakan tugas tersebut, kitapun meminta teman
untuk mengerjakan tugas tersebut dengan imbalan bayaran.
Kitapun saling menyepakati hal tersebut, asalkan tugas tersebut
selesai dan mendapatkan nilai bagus pula. Padahal yang kita
lakukan merupkan salah satu faktor bibit korupsi, dimana ada
kegiatan suap untuk memenuhi hasil yang memuaskan seperti
nilai tinggi. Memang hal yang sepele bagi kita, tatapi jika
sering terjadi maka akan berdampak lebih parah. Kita tidak
sadar bahwa kita sudah memanfaatkan teman kita untuk
kepentingan pribadi.
Sering juga ketika malas untuk masuk kuliah, kita sering
menitip absen kepada teman dan beralasan sakit atau ada
urusan keluarga agar dianggap masuk. Dengan berharap nilai
tidak akan berkurang atau jelek. Akan tetapi jika terus
bersekongkol dengan teman untuk melakukan hal yang serupa
dan dilakukan berulang-ulang kali. Bisa saja, kedepannya kita
akan meminta bantu untuk hal yang lebih buruk lagi yang dapat
merugikan banyak orang lain.
5. Copy paste dan menyontek
Ketika kita mendapatkan tugas kuliah dari dosen untuk
membuat makalah dan kita malas untuk mengetik, biasanya
sering dilakukan adalah Copy paste dari google. Sehingga
membuat hasil copy paste tersebut menjadi hak milik kita dan
hasil dari kerja kita. Tidak bisa dipungkiri hal tersebut sudah
menjadi korupsi kecil, dimana sudah mengambil hak milik
orang lain dengan menjadikan hak milik kita. Alangkah
baiknya dikerjakan dengan usaha sendiri, apapun hasilnya itu
merupakan suatu kebangaan pada diri kita karena dari hasil
usaha sendiri.
Ketika kita sedang ada ulangan dan waktu sudah
menunjukan tinggal 10 menit lagi selesai, tetapi masih banyak
soal yang belum terjawab. Tanpa pikir panjang biasanya kita
meminta jawaban teman dengan, bertujuan agar selesai tepat
waktu. Pada dasarnya menyontek merupakan usaha yang
dilakukan seseorang untuk mencari jalan pintas untuk
mendapatkan sesuatu dengan cepat dengan orang lain. Ketika
pembagian ulangan teman tersebut mendapatkan hasil yang
memuskan dari usahanya belajar. Sedangkan kita mendapat
nilai tinggi dari hasil mencontek, bukan hasil dari deri payah
dirinya sendiri. Prilaku ini sudah menjadi penyimpangan kecil
untuk tumbuhnya bibit korupsi. Dimana sudah mengambil
usaha milik orang lain, sedangkan kita cuman cuman bisa copy
paste dan menyontek dari hasil kerja orang lain dengan
bertujuan untuk mendapatkan nilai yang maksimal tanpa ada
usaha dari diri sendiri.
6. Menumpang nama dalam kerja kelompok
Sering terjadi hal seperti ini di dalam kerja kelompok,
dalam keanggotaan pasti ada yang tidak bekerja maksimal dan
bahkan tidak kerja sama sekali. Memang sepele yang kita
pikirkan, namun sudah membuat teman satu kelompok menjadi
terbebani atas diri kita. Terutama kadang teman kelompok
mengerjakan tugas sampai larut malam. Sedangkan kita enak-
enakan bahkan tidur lebih awal, tanpa memikirkan tugasnya
dibagian kelompok dan menunggu hasilnya saja dari kerjaan
teman tersebut. Dengan hal sepele ini sudah menjadi korupsi,
kita cuman enak numpang nama dikelompok dan mendapat
nilai tinggi sedangkan teman satu kelompok terkuras tenaga dan
pikiran untuk mengerjakan tugas tersebut.
7. Meminjam barang teman namun tidak dikembalikan tepat
waktu
Ketika kita mempunyai suatu kondisi yang tidak
menguntungkan atau ingin melakukan sesuatu tetapi kita tidak
mempunyai barang tersebut. Kita sering meminjam kepada
teman, terutama ketika kita ingin bermain futsal tetapi tidak ada
sepatu futsal dan meminjam kepada teman dan berkata selepas
main akan dikembalikan. Tetapi ternyata barang tersebut tidak
dikembalikan dan ketika teman kita meminta, kita sering
memberikan alasan yang sering diulang-ulang, seperti tidak ada
dirumah dan lupa.
Ketika mau jalan-jalan kepantai dan barang yang kita
bawa banyak tetapi tidak mempunyai tas yang besar, lalu
meminjam kepada teman dan berjanji selepas itu dikembalikan.
Ternyata tas tersebut sudah berminggu-minggu tidak
dikembalikan dan hilang tanpa kabar. Ketika teman meminta
barang tersebut lalu memberikan alasan akan dikembalikan
nanti. Pada akhirnya prilaku tersebut sudah termasuk korupsi
kecil, karena sudah meminjam hak milik orang lain tetapi tidak
dikembalikan tepat waktu. Korupsi bermula ketika seseorang
lalai akan tanggung jawabnya untuk mengembalikan barang
yang telah ia pinjam.
8. Mengambil hak milik orang lain
Kebiasaan ini sering terjadi disekitar kita, mengambil
hak yang semestinya bukan milik kita. Seperti yang terjadi
mengambil pulpen teman, buku dan lain-lain. Pada kasus ini
sering dilakukan dengan sengaja, tanpa disadari sudah
merugikan teman sendiri. Karena teman tersebut selalu
membeli pulpen yang sering hilang dikelas. Memang kelihatan
sepele tetapi jika sering dilakukan akan menjadi penyimpangan
yang besar untuk kedepannya. Terutama Kebiasaan yang lain
juga terdapat tidak mau mangantri, kita sudah diajarkan untuk
menumbuhkan budaya mengantri. Akan tetapi masih banyak
dari kita, ketika memiliki keperluan mendesak dan antrian
panjang tanpa disadari mengikuti keegoisan pada diri sendiri
kita malah mengambil posisi hak orang lain. Sering di jumpai
ketika hendak ke ATM atau pembagian sembako.
C. Landasan Teori
Dalam artikel (Pustha & Fauzan, 2021) terdapat beberapa
landasan teroti penyebab terjadinya korupsi antara lain :
1. Teori Triangle Fraud (Donald R. Cressey) dimana teori ini
menjelaskan ada tiga penyebab mengapa banyak orang bisa
melakukan korupsi yaitu, adanya tekanan, adanya kesempatan
dan adanya kesempatan rasionalisasi .
2. Teori GONE (Jack Bologne) mengemukakan penyebab faktor-
faktor korupsi adalah adanya sifat keserakahan, kesempatan,
mempunyai kebutuhan dan pengungkapan.
3. Teori CDMA (Robert Klitgaard) dimana korupsi terjadi ketika
terjadi faktor kekuasaan dan monopoli yang dilakukan individu
Ada juga Teori Vroom menjelaskan bahwa korupsi
merupakan nilai negatif demi harapan untuk mencapai sesuatu.
Jadi teori ini memandang bahwa motivasi seorang individu
dalam melakukan sesuatu karena dipengaruhi oleh harapan dan
nilai yang terkandung didalamnya (Siregar, 2017).
Jadi beberapa teori diatas menjelaskan bahwa korupsi
dilakukan dengan adanya kesempatan, serakahan dan kebutuhan
dari itu biasanya banyak orang melakukan kebohongan untuk
mendapatkan yang mereka inginkan demi kepuasan dirinya.
Berawal dari kebohongan kecil bisa menyebabkan tumbuhnya
bibit korupsi, dari coba-coba karena kemauan, kesempatan dan
kebutuhan yang mendesak maka kebohongan untuk melakukan
korupsi kecil akan muncul.
D. Faktor penyebab terjadinya korupsi
Tidak bisa dipungkiri karena banyak sekali faktor-faktor
penyebab prilaku korupsi yang bisa diliat dari beberapa sudut
pandang, karena itu dapat diliat dari fakto internal dan faktor
eksternalnya. Apa sih faktor internal dan faktor eksternal itu ?
1. Faktor internal
Faktor internal ini, dapat dilihat dari beberapa aspek
seperti memiliki moral yang lemah dan sering tergoda untuk
melakukan korupsi lemahnya iman, kejujuran, lemahnya rasa
malu. Adapun bisa dilihat dari beberapa aspek lain yang sering
kita lakukan antara lain :
a. Sifat tamak atau serakah yang ada didalam diri individu
Mengapa bisa menimbulkan korupsi ? karena sifat
tamak ini, individu merasa tidak berkecukupan dan merasa
yang ia miliki sekarang ini tidak terpenuhi. Maka dari itu
individu tersebut memiliki hasrat yang besar untuk memiliki
segalanya. Nah, jika hasrat tamak ini tidak terkendali, maka
akan mengakibatkan terjadinya korupsi.
b. Memiliki gaya hidup yang boros
Ketika kita mempunyai uang yang banyak pasti kita
akan membeli barang-barang yang harganya mahal dan
bahkan tidak terlalu penting untuk kita. Agar supaya kita
terlihat mengikuti jaman atau bisa dibilang ingin diterima
dilingkungan sekitar. Gaya hidup boros ini jika sering
dilakukan terus-menerus akan mengakibatkan prilaku korupsi
bagi diri individu karena, ingin memenuhi keinginan semata.
Bahkan ketika individu tersebut tidak memiliki uang dan
terbiasa hidup boros, maka individu tersebut akan melakukan
segala cara untuk membeli barang yang ia inginkan.
c. Faktor keluarga
Kuranganya perhatian orang tua tentang kebutuhan
anak bisa menjadi tindakan korupsi bagi anak. Lantas
mengapa, karena jika kebutuhan anak tidak terpenuhi oleh
orang tua hal ini akan membuat anak menjadi pribadi yang
pemberontak seperti melakukan tindakan-tindakan mencuri
barang teman dan mengambil uang teman agar anak tersebut
bisa membeli apa yang ia inginkan.
Tidak hanya itu kebutuhan keluarga juga bisa menjadi
penyebab untuk melakukan korupsi, apalagi keluarga sudah
menjadi tuntutan untuk dinafkahi. Dimana jika penegeluaran
kebutuhan sehari-hari semakin besar dan ketika orang
tersebut mempunyai kedudukan yang lebih tinggi maka,
terjadilah keinginan untuk ladang memenuhi hasrat pribadi
keluarganya. Seperti yang sering terjadi dalam pekerjaan
kantor, sering mengambil uang gaji karyawan atau
mengambil uang dana pembangunan yang akan digunakan
membangun jalan, bendungan di pedesaan dan lain-lain. Pada
dasarnya keluargalah faktor terbesar dalam terjadinya tindak
korupsi. Karena itu keluarga terbagi menjaddi dua sisi yaitu
sisi positif dan disisi negatif. Jika, keluarga menjadi menteng
dalam tindakan kerupsi berarti keluarga tersebut termasuk sisi
positif, sedangkan jika keluarga adalah pendorong untuk
melakukan tindakan korupsi maka, keluarga tersebut
termasuk disisi negatif (Ridwan Arifin Oemara Syarief,
2018).
Jadi, faktor internal ini dilakukan ketika individu
mempunyai suatu dorongan kemauan dan kesempatan atas
dirinya sendiri. Karena untuk memenuhi kebutuhan hasratnya
yang tidak terpenuhi dan merasa tidak puas yang ia miliki.
Kurangnya moral dalam diri sendiri karena sering dilakukan
dengan beruang-ulang kali dari hal kecil. Awalnya memang
tidak merugikan orang lain dengan begitu lama-kelamaan
akan berujung merugikan orang lain, seperti dalam faktor
internal ini.
2. Faktor Eksternal
a.Faktor lingkungan
Dari lingkungan ini bisa membawa individu akan
melakukan tindakan penyimpangan. Karena lingkungan
menjadi tempat tumbuh kembangnya individu itu sendiri
terutama dalam lingkungan pertemanan atau pergaulan. Jika
dalam pergaulannya membawa dampak yang negatif maka
individu tersebut akan melakukan tindakan penyimpangan.
Awalnya coba-coba dan cuman mengikuti teman, tapi lama-
kelamaan diri ndividu tersebut akan tumbuh juga sisi
negatifnya. Seperti mengikuti cara berbicara teman, gaya
teman dan bahkan keburukan teman juga akan diikuti.
Contohnya teman sering berbohong, maka individu tersebut
juga ikut berbohong atau teman mencuri uang orang tua,
individu tersebut juga mengikutinya. Dari sinilah kasus
korupsi kecil akan terbentuk dalam individu, karena dalam
pergaulan yang dampak negatif sering diikuti. Jika
lingkungan tersebut membawa dampak positif bagi individu
maka, individu akan menjadi pribadi yang lebih baik dan
memiliki moral dan tanggung jawab yang tinggi.
b. Faktor ekonomi
Dalam kasus ekonomi memang sering individu
melakukan rindakan penyimpangan. Apalagi saat individu
berkerja dan pendapatan yang ia hasilkan tidak sebanding
untuk kebutuhan sehari-hari. Maka individu tersebut akan
melakukan hal yang bertentangan dengan hukum seperti
pengelapan uang orang lain. Faktor ekonomi juga
berpengaruh besar pada anak, karena sering terjadi kasus
pencurian atau mengambil makanan tanpa membayar bahkan,
ada juga sampai berbohong ketika ingin membayar. Hal ini
memang tidak bisa dipungkiri dimana, ekonomi sangat
berpengaruh dalam bibit korupsi. Maupun orang dewasa
sampai anak-anak akan melakukan tindakan menyimpang
ketika ekonominya tidak baik awalnya, memang kasus-kasus
kecil yang dilakukan tetapi jika kebutuhan ekonomi yang
diperlukan besar maka, individu tersebut akan melakukan
dengan berbagai cara.
E. Peluang bimbingan dan konseling
Dari kasus ini peluang guru bimbingan konseling atau
konselor sangat berpengaruh besar terutama untuk para anak-anak
remaja. Dimana mereka sering melakukan kebohongan kecil demi
untuk kepuasan dirinya sendiri dan tanpa disari sudah melakukan
korupsi kecil. Para konselor bisa memulai pendekatan dengan
individu tersebut dan mengamati prilaku-prilaku penyimpang apa
saja yang terus dilakukan hingga dapat menjadi bibit korupsi.
Dengan begitu, konselor bisa memberikan layanan bimbingan
kelompok kepada remaja-remaja yang sering melakukan
kebohongan kecil. Pemberian pemahaman tentang anti korupsi dan
memberikan penjelasan korupsi yang berawal dari kebohongan
kecil. Pemberian pendidikan anti korupsi sangat penting bagi
perkembangan psikologis individu, dengan begitu para remaja akan
mengenal lebih mendalam tentang korupsi dan dampak yang
ditimbulkan dari korupsi yang berawal dari hal kecil.
Pemahaman yang telah diberikan tentang antikorupsi ini,
dimana akan menumbuhkan sikap kejujuran, kepedulian, mandiri,
pribadi yang disiplin, rasa tanggung jawab, belajar kerja keras,
memiliki kesadaran, keberanian dan memiliki keadilan yang
tinggi. Maka dari itu korupsi akan sedikit-demi sedikit akan hilang
dari diri individu yang sering melakukan dari kebohongan kecil
(Slamet, 2020).
DAFTAR PUSTAKA

Dr. H. Juni Sjafrien Jahja, S. M. (2012). SAY NO TO KORUPSI.


Jakarta Selatan: Transmedia Pustaka.
Pustha, F. W., & Fauzan, A. (2021). FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PENCEGAHAN DAN UPAYA
PEMBERANTASAN KORUPSI, Volume 2.
Ridwan Arifin Oemara Syarief, D. p. (2018). Korupsi Kolektif
(Korupsi Berjamaah) di Indonesia: Antara Faktor Penyebab
dan Penegakan Hukum, Volume 18, No. 1.
Siregar, S. L. (2017). PRILAKU KORUPSI DAN PENYEBABNYA,
Volume 2, No. 1.
Slamet, F. A. (2020). PERAN KONSELOR DALAM PENANAMAN
PENDIDIKAN ANTIKORUPSI BAGI SISWA, Volume, 1 No.
1.

Anda mungkin juga menyukai