Anda di halaman 1dari 7

DOGMA DAN DOKTRIN

Oleh :

Ubaidillah
M. Azaim Khotamy
Azza Altuffina Dewi
Noviati Mualimah
Hasan Daulah
Rizqi Salsabilla Romadhona

Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Email : uinsuka@ac.id

Abstrak

Dogma adalah kata benda dari dokein yang artinya menduga, mengira. Secara
mendasar, dogma berarti sebuah pikiran yang diakui oleh suatu golongan didalam
suatu paham baik ilmu atau agama. Definisi doktrin dalam agama adalah sebuah
ajaran atau norma yang bersifat ajakan atau bahkan paksaan dalam sebuah ajaran
atau paham. Dalam metode pembentukan dogma ini harus berdasarkan intelektual
yang merupakan proses dari pengajaran, propaganda dan kontroversi untuk
memahami suatu agama. Dogma merupakan suatu prinsip aksiomatik yang
dijadikan prinsip dari doktrin yang diyakini kebenarannya untuk disebarkan. Dan
pada kala itu, MUI membuat fatwa yang berisi bahwa libelism, pluralism dan
sekularisme adalah suatu ajaran sesat. Pihak Islam liberalism mengkritik fatwa
tersebut dengan mengatakan bahwa MUI telah memonopoli penafsiran Islam
Indonesia. Hal ini adalah contoh jika ada yang menentang atau ada perbedaan
pendapat dengan suatu doktrin maka komunitas atau umat dari suatu agama yang
meyakini doktrin tersebut akan mengatakan bahwa pertentangan itu adalah hal yang
buruk dan sesat.Agama tidak bisa lepas mengenai hasil sebuah pikiran yang
disepakati oleh suatu golongan, kesepakatan itu di dalam agama bisa disebut
dogma, dogma dalam konteks keagamaan adalah kepercayaan terhadap firman
Tuhan dan harus dipercayai.

Kata Kunci : Dogma, Doktrin,Agama.

PENDAHULUAN

Dalam semua tradisi, jalannya perkembangan dogma dan doktrin sangat


dipengaruhi oleh kemunculan dari para pemikir mendalam dan kuat yang telah
mengumpulkan elemen-elemen yang tersebar dalam berbagai tradisi mereka dalam
sintesis yang baru relevan, dengan demikian dapat merubah sejarah tradisi
berikutnya. Orang-orang Kristen mengakui kesetiaan yang sama kepada Alkitab
dan penerimaan yang sama terhadap dogma kembar Trinitas dan Kemanusiaan-
Allah atau Yesus, tetapi kemudian membagi dalam beberapa sistem mereka seperti
yang telah mereka kembangkan secara historis.

Setiap teori perkembangan dogma dan doktrin memiliki resep tersendiri untuk
stabilitas dan perubahannya. Dalam Katolik, Ortodoksi Timur menempatkan
otoritasnya dalam “Tradisi Suci” yang ditetapkan dan dipandu oleh dogma-dogma
yang diproklamirkan oleh konsili-konsili tertentu. Katolik Roma bersandar pada
magisterium (wewenang mengajar) gereja, yang dipimpin oleh para uskup sebagai
"perguruan tinggi" dan tertinggi oleh uskup Roma sebagai kepala kolegial mereka.
Sedangkan Protestantisme telah berusaha untuk mengikat tradisi dan gereja pada
otoritas kitab suci, dengan masalah yang dihasilkan dalam menentukan apa yang
dianggap sebagai interpretasi kitab suci yang benar-benar otoritatif.

A. DEFINISI DOGMA DAN DOKTRIN


1. Definisi Dogma

Dogma adalah kata benda dari dokein yang artinya menduga, mengira. Secara
mendasar, dogma berarti sebuah pikiran yang diakui oleh suatu golongan didalam
suatu paham baik ilmu atau agama. Jika dikaitkan dalam konteks agama, dogma
didefinisikan sebagai hasil penyelidikan orang terpercaya tentang firman Tuhan
yang ditentukan oleh gereja dan diperintahkan untuk dipercaya.

Dalam buku dogmatika masakini dijelaskan bahwa dogma berarti keputusan


atau apa yang telah diputuskan.

Dari dua definisi di atas, bisa dipahami bahwa secara mendasar dogma adalah
keputusan ajaran dari suatu tokoh atau persidangan. Jika dikatakan dengan agama,
maka definisi dogma adalah ajaran – ajaran Tuhan untuk umat manusia yang telah
disepakati dan tidak ada pertentangan di dalamnya.

2. Definisi Doktrin

Asal muasal kata doktrin adalah doctrine dalam bahasa Inggris yang berarti
ajaran atau norma. Definisi doktrin dalam agama adalah ajaran atau norma yang
bersifat ajakan atau bahkan paksaan dalam sebuah ajaran atau paham. Tentang siapa
yang membuat doktrin, maka ada dua kemungkinan. Yang pertama adalah Tuhan,
yang kedua adalah tokoh dari suatu agama. Karena dogma pasti bersifat doktrin
(ajaran) sedangkan doktrin belum tentu bersifat dogma (bukan dari Tuhan
melainkan dari manusia).

Doktrin merupakan sumber dan komponen pokok dari suatu sistem kepercayaan
atau teologi yang sifatnya mengikat dan hanya berarti bagi orang – orang beriman.

Doktrin menjadi perangkat yang menggerakkan masyarakat dalam suatu


agama. Tahayul dan Magi merupakan bagian dari praktik agama yang banyak
diambil dari doktrin.

Doktrin memiliki dua bentuk, antara lain :

1) Oral, di mana sistem ajarannya terjaga secara lisan, dapat berupa cerita,
nyanyian atau doa.
2) Tertulis, dilakukan suatu komunitas agama setelah literasi mulai dikenal berupa
kitab suci yang dianggap sebagai kabar gembira, diajarkan secara sistematis
dengan berbagai bentuk pengajaran, baik formal maupun tidak.

Namun, tidak semua komunitas agama menggun bentuk doktrin tertulis, sebab
penulisan dianggap dapat mengurangi nilai kesucian ajaran, sehingga bentuk sistem
oral dipertahankan oleh komunitas tersebut, yaitu dari mulut ke mulut.

B. PROSES TERBENTUKNYA DOGMA DAN DOKRIN

Dalam metode pembentukan dogma ini harus berdasarkan intelektual yang


merupakan proses dari pengajaran, propaganda dan kontroversi untuk memahami
suatu agama. Dogma merupakan suatu prinsip aksiomatik yang dijadikan prinsip
dari doktrin yang diyakini kebenarannya untuk disebarkan. Setidaknya dalam
pembentukan dogma harus memenuhi dua syarat, yaitu harus berdasarkan wahyu
dan hanya boleh disebarkan oleh pihak yang mempunyai otoritas pada suatu agama.
Sedangkan doktrin bersifat rasional atau bisa dinalar dengan akal.

Penalaran yang dogmatis sangat tertutup pada suatu perbedaan dalam


berpendapat. Karena hal inilah kemudian penalaran dogmatis bersifat normative.
Keberadaan dogma itu sendiri tidak untuk menetapkan batas – batas dari kebaikan,
namun untuk mencegah adanya perpecahan atau perbedaan pendapat dan
kontroversi. Hasil dari penalaran yang dogmatis biasanya bersifat memaksa,
mencegah, melarang atau memerintah. Dan hasil penalaran dogmatis ini seolah –
olah tidak bisa diganggu gugat. Karena hal itu kemudian banyak orang yang
kreativitasnya tersingkirkan karena terkekang dengan pola pikir yang dogmatis.
(Hanun Asrohah. 2014)

Dogma dan doktrin merupakan dua komponen penting dalam suatu agama.
doktrin ada untuk menunjukkan kebenaran dogma. Dogma yang bersifat normative
dan tidak bisa didiskusikan (jika sudah memenuhi dua syarat, yaitu harus
berdasarkan wahyu dan hanya boleh disebarkan oleh otoritas suatu agama)
kemudian disempurnakan dan diperjelas dengan adanya doktrin. Dan setiap
penyampaiannya berbeda atau sebaliknya.
C. FUNGSI

Doktrin memiliki tiga fungsi penting bagi pemeluknya, antara lain :

1. Sebagai penjelas dan penegas iman.


2. Sebagai pengatur kehidupan yang normatif atau pengatur ritual keagamaan.
3. Sebagai pertahanan iman dan penegas apologetic (hubungan dengan ilmu
pengetahuan lain).

D. CONTOH DOKTRIN DAN DOGMA


1. Contoh Doktrin

Di Indonesia salah satu contoh dari doktrin dalam agama adalah Islam
liberaslism. Islam liberalism menganggap bahwa islam sebagai agama harus
memiliki sifat pluralis dan bebas. Dan pada kala itu, MUI membuat fatwa yang
berisi bahwa libelism, pluralism dan sekularisme adalah suatu ajaran sesat. Pihak
Islam liberalism mengkritik fatwa tersebut dengan mengatakan bahwa MUI telah
memonopoli penafsiran Islam Indonesia. Hal ini adalah contoh jika ada yang
menentang atau ada perbedaan pendapat dengan suatu doktrin maka komunitas atau
umat dari suatu agama yang meyakini doktrin tersebut akan mengatakan bahwa
pertentangan itu adalah hal yang buruk dan sesat.

2. Contoh Dogma

Dogma di dalam islam sendiri terletak pada akidah seorang muslim yang
meyakini hanya adanya Allah SWT sebagai tuhan alam semesta satu-satunya dan
tidak dapat diserupakan dengan apapun juga. Adanya keyakinan kepada Tuhan
yang maha esa juga terdapat dogma tentang ibadah seperti Shalat, puasa, zakat, dan
haji, semua itu adalah perintah Langsung dari tuhan. Kebenaran tersebut bersifat
dogmatik yang sudah di sepakati kebenaran dan tidak ada pertentangan atas ajaran-
ajaran keagamaan, selain itu juga dogma harus di patuhi dan di jalankan
kebenarannya.
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Agama tidak bisa lepas mengenai hasil sebuah pikiran yang disepakati oleh
suatu golongan, kesepakatan itu di dalam agama bisa disebut dogma, dogma dalam
konteks keagamaan adalah kepercayaan terhadap firman Tuhan dan harus
dipercayai. Dogma juga menjadi sebuah prinsip berdirinya suat agama dan bersifat
aksiomatik yaitu merupakan berita kebenaran yang di Imani dan harus
disebarluaskan kebenarannya, dogma tidak bisa tercipta begitu saja akan tetapi di
dalam sebuah dogma harus mempunyai dua komponen. Dogma benar – benar
berasal dari Wahyu Tuhan dan tidak boleh mengasal dalam kebenarannya, oleh
karena itu komponen yang kedua adalah kebenaran tersebut dan hanya boleh
disebarluaskan oleh pemangku otoritas. Dengan adanya dogma perbedaan akan
menjadi sangat sulit terjadi karena dogma bersifat normative tetapi tidak menutup
kebaikan satu paham agama, dan yang paling penting dogma untuk mencegah
adanya perbedaan yang akan menjadi sebuah perpecahan dan kontroversi, selain
dogma di dalam paham keagamaan doktrin juga sebagai bentuk keberlanjutan
proses penyebaran kebenaran agama.

Doktrin agaknya lebih sebagai pendorong suatu golongan supaya meyakini


semua kebenaran yang telah diajarkan, berbeda dari dogma karena dogma memaksa
sedangkan doktrin sebagai sistem koherensi yang dikemukakan oleh pemangku
ototoritas atau yang lebih paham pada ajaran – ajaran keagamaan. Bentuk doktrin
bisa berupa tulisan, nyanyian dan cerita. Berbeda jauh dengan dogma yang berasal
langsung dari Tuhan. Dengan adanya doktrin keagamaan umat manusia bisa
mengenal ajaran agama, karena doktrin berfungsi sebagai penjelasan lanjut dari
dogma itu sendiri, bisa menjadi sebuah sistem keberlangsungan kehidupan manusia
yang bersifat normatif atau upaya untuk melakukan sebuah kegiatan upaya ritual
keagamaan. Maka dogma dan doktrin adalah dua komponen yang tidak bisa lepas
dari sebuah agama karena dogma dan doktrin saling berkaitan dalam urusan agama.

A. Daftar Pustaka

Dogmatika Masakini / oleh G.C. van Niftrik & B.J. Boland. Cet. 9.-Jakarta:
Gunung Mulia, 1995.

Hanun Asrohah, Jurnal Media Pendidikan Agama Islam 1 (1), 83-87, 2014

Faiz, Abd. Aziz. (2021). Dasar-Dasar dan Pokok Pikiran Sosiologi Agama (R.
Zuliana (ed.); I). SUKA-Press.

Anda mungkin juga menyukai