Tabungan
Hak Cipta
Unduh
© Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Format Tersedia
DOCX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Seorang ahli ilmu ekonomi JM. Keynes, mengatakan bahwa Pengeluaran seseorang
untuk konsumsi dan tabungan dipengaruhi oleh pendapatannya.
Semakin besar pendapatan seseorang maka akan semakin banyak tingkat
konsumsinya pula, dan tingkat tabungannya pun akan semakin bertambah. dan
sebaliknya apabila tingkat pendapatan seseorang semakin kecil, maka seluruh
Facebook Twitter
pendapatannya digunakan untuk konsumsi sehingga tingkat tabungannya nol.
Menerut JM. Keynes, pendatan suatu negara terdiri atas dua hal, yaitu : (1).
Pendapatan Perseorangan ( Y=C+S) dan (2). Pendapatan Perusahaan (Y=C+I).
Karena pembahasan kita kali ini berkaitan dengan fungsi konsumsi dan tabungan,
maka pokok bahasan kita kali berkaitan dengan pendapatan perseorangan (Y=C+S)
dan kaitannya dengan fungsi konsumsi dan tabungan.
Email
Apabila pendapatan berubah, maka perubahan tersebut akan berpengaruh terhadap
konsumsi dan tabungan
Perbandingan antara pertambahan konsumsi (∆C) yang dilakukan dengan
pertambahan pendapatan disposible (∆Yd) yang diperoleh disebut kecondongan
mengkonsumsi marjinal (MPC = Marginal Propensity to Consume). Perbandingan
antara pertambahan tabungan (∆S) dengan pertambahan pendapatan disposibel (∆Yd)
Apakah menurut Anda dokumen ini bermanfaat?
yang diperoleh disebut kecondongan menabung marjinal (MPS = Marginal
Propensity to Save).
Fungsi konsumsi adalah suatu fungsi yang menggambarkan hubungan antara tingkat
konsumsi rumah tangga dengan pendapatan nasional dalam perekonomian.
Apakah konten ini tidak pantas? Laporkan Dokumen Ini
Sedangkan fungsi tabungan adalah suatu fungsi yang menggambarkan hubungan
antara tingkat tabungan rumah tangga dan pendapatan nasional dalam perekonomian.
Persamaan antara hubungan itu adalah :
Fungsi Konsumsi : C = a + bY
Fungsi Tabungan : S = -a + (1-b)Y
dimana :
a = konsumsi rumah tangga secara nasional pada saat pendapatan nasional = 0
b = kecondongan konsumsi marginal (MPC)
C = tingkat konsumsi
S = tingkat tabungan
Y = tingkat pendapatan nasional.
untuk lebih jelasnya tentang fungsi konsumsi dan tabungan, mari kita bahas soal-soal
Olimpiade Sains Ekonomi yang ada kaitannya dengan fungsi konsumsi dan tabungan
:
Pembahasan :
dik :
- a = 1.500.000 (Konsumsi pada saat y=0)
- ∆C = C1 - C0 = 4.500.000 - 1.500.000 = 3.000.000
- Y = Y1 - Y0 = 5.000.000
- ∆Y = 5.000.000 - 0 = 5.000.000
dit : Fungsi Konsumsi ?
jawab :
Fungsi konsumsi dinyatakan dengan :
C = a + bY atau C a + mpcY
pada soal diatas sudah diketahui nilai a, Y, ∆Y, dan ∆C, jadi langkah selanjutnya kita
mencari MPC
MPC = ∆C / ∆Y
MPC = 3.000.000 / 5.000.000 = 3/6
MPC = 0,6
setelah MPC kita ketahui, maka fungsi konsumsi untuk Daniel dapat kita tentukan
sebagai berikut :
C = a + mpcY,
================
C = 1.500.000 + 0,6Y
================= Cari
Soal Kedua : (Soal Olimpiade Sains Kabupaten (OSK) Ekonomi 2009).
Unduh
Pembahasan :
dik : - fungsi konsumsi C = 30 + 0,8Y
- tabungan S = 20
dit : Besar Konsumsi (C) ?
Jawab :
untuk mengetahui besarnya konsumsi, maka langkah yang paling pertama adalah kita
harus mencari terlebih dahulu berapakah nilai Pendapatan (Y) dari fungsi tersebut.
untuk mencari nilai Y maka kita bisa menggunakan fungsi tabungan dan nilai
tabungannya,
C = 30 + 0,8Y maka fungsi tabungannya adalah S = -a + (1 - MPC)Y==>
S = -30 + 0,2Y diketahui nilai S = 20, lalu kita masukan kedalam fungsi tabungan (S)
untuk memperoleh nilai Y
S = -30 + 0,2Y
20 = -30 + 0,2Y
0,2Y = 20 + 30
0,2Y = 50
Y = 50 / 0,2
Y = 250
Langkah selanjutnya untuk mencari besarnya konsumsi (C) adalah kita memasukan
nilai Y kedalam fungsi konsumsi.
C = 30 + 0,8Y
C = 30 + 0,8(250)
C = 30 + 200
C = 230
=======
Jadi besarnya konsumsi (C) adalah 230.
Pembahasan:
Diketahui :
- Y = 8.000.000
- Fungsi Konsumsi ==> C = 1.500.000 + 0,70Y
Ditanya :
- besarnya tabungan (S) ?
Jawab :
untuk mengetahui besarnya nilai tabungan (S) maka langkah pertama yang harus kita
lakukan adalah merubah fungsi konsumsi kedalam fungsi tabungan kemudian
memasukan nilai pendapatan (Y) kedalam fungsi tabungan.
C = 1.500.000 + 0,70Y
maka fungsi tabungannya adalah :
S = -a + (1-MPC)Y
S = - 1.500.000 + 0,30Y
untuk mencari besarnya tabungan (S) ibu tutik maka kita masukan nila Y kedalam
fungsi konsumsi:
S = -1.500.000 + 0,30(8.000.000)
S = -1.500.000 + 2.400.000
S = 900.000
============
Jadi besarnya Tabungan keluarga ibu Tutik adalah Rp.900.000,00
Pembahasan :
untuk menjawab pertanyaan diatas, kita hanya memerlukan waktu 30detik,
diketahui MPS = 0,15 maka
MPC = 1 - MPS
MPC = 1 - 0,15
MPC = 0,85
===========
Jadi besarnya Marginal Propensity to Consume (MPC) adalah 0,85
soal selanjutnya : (Soal Olimpiade Sains Propinsi (OSP) Ekonomi 2007)
Pembahasan:
Sama dengan soal sebelumnya, untuk membahas soal ini kita hanya membutuhkan
waktu 30 detik.
Diketahui MPC = 0,8 Maka
MPS = 1 - MPC
MPS = 1 - 0,8
MPS = 0,2
========
Jadi besarnya Marginal Propensity to Save (MPS) adalah 0,2
===========================================
PENDAPATAN NASIONAL
a. Pengertian
Dalam suatu negara terdapat percaturan ekonomi yang dilakoni oleh pelaku di
masing-masing sektor. Keistimewaannya terletak ketika terjadi sebuah tolok ukur
antara kegiatan ekonomi dan identitas ekonomi. Selain itu, dapat mengetahui
perkembangan kemakmuran masyarakat negara secara keseluruhan dan menjadi nilai
sebagai cermin untuk lebih memperbaiki sistem perekonomian. Style tersebut dapat
diketahui corak serta bentuk penghasilannya bila kita dapat mengkaji masalah
“pendapatan nasional”.
Menurut ilmu ekonomi, pendapatan nasional adalah jumlah pendapatan yang diterima
oleh seluruh rumah tangga keluarga di suatu negara karena ia telah melakukan
kegitan pelaksanaan atau penyerahan faktor-faktor produksi dalam satu priode,
biasanya dilaksanakan selama satu tahun.
b. Sejarah
Asal mula konsep pendapatan nasional dicetuskan oleh Sir William Petty, berasal dari
Inggris, ia berusaha menaksir atau mengkaji pendapatan nasional negaranya (Inggris)
pada tahun 1665. Dalam penghitungannya, ia beranggapan bahwa pendaptan nasional
dapat diperoleh dengan menjumlahkan biaya hidup (konsumsi) selama setahun. Akan
tetapi, pendapat ilmuan inggris tersebut tidak disepakati oleh ahli ekonomi modern,
sebab menurut pandangan ekonomi modern, konsumsi bukanlah satu-satunya unsur
dalam menghitung pendaptan nasional. Menurut mereka, alat utama pengukur
kegiatan perekonomian adalah produk nasional bruto (gross national product, GNP),
yaitu seluruh jumlah produk baik berupa barang atau jasa yang dihasilkan setiap
tahun oleh negara yang bersangkutan, diukur menurut harga pasar pada suatu negara.
c. Konsep
Berikut adalah beberapa konsep pendapatan nasional:
1. Produk Domestik Bruto (GDP)
Gross Domestic Product adalah jumlah produksi berupa barang dan jasa yang
dihasilkan oleh unit produksi dalam batas wilayah suatu negara (domestic) selama
satu tahun. Dalam menghitung GDP termasuk juga di dalamnya hasil produksi barang
dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan atau orang asing yang beroperasi di wilayah
negara yang bersangkutan. Barang-barang yang dihasilkan termasuk barang modal
yang belum diperhitungkan penyusutannya, karena jumlah yang didapatkan dari GDP
dianggap bersifat bruto atau kotor. PDB/GDP dihitung berdasarkan harga berlaku dan
harga tetap. Pendapatan nasional harga berlaku (pendapatan nasional nominal) adalah
nilai barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara selama satu tahun dan dinilai
berdasarkan harga yang berlaku pada tahun tersebut. Dan pendapatan nasional pada
harga tetap (pendapatan nasional riil) adalah nilai barang dan jasa yang dihasilkan
oleh suatu negara dalam satu tahun berdasarkan harga yang berlaku pada tahun
tertentu yang dapat digunakan seterusnya untuk menilai barang dan jasa yang
dihasilkan pada tahun lainnya.
2. Produk Nasional Bruto (GNP)
Gross National Product diperoleh melalui nilai produk berupa barang dan jasa yang
dihasilkan oleh penduduk suatu negara (nasional) selama satu tahun, juga hasil
produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh warganegara yang berada di luar
negeri, tetapi tidak termasuk hasil produksi perusahaan asing yang beroperasi di
wilayah negara tersebut. Seperti pengusaha Jepang yang ada di Indonesia tidak akan
dihitung hasil produksinya, tapi orang Indonesia yang ada di luar negeri akan
dihitung jumlah penghasilannya baik berupa barang dan jasa.
Untuk lebih memperjelas uraian di atas, di sini kami gambarkan cara penghitungan
pendapatan nasional seperti di bawah ini.
(miliar rupiah)
GDP Rp 156.000,00
Produk yang dihasilkan masyarakat asing di dalam negeri Rp 26.000,00
Rp 130.000,00
Produk yang dihasilkan masyarakat nasional di luar negeri Rp 10.000,00
GNP Rp 140.000,00
Penyusutan dan penggantian barang modal Rp 15.000,00
NNP Rp 125.000,00
Pajak tidak langsung Rp 22.000,00
NNI Rp 103.000,00
Keterangan :
Y = Pendapatan atau yield
3. Kekayaan
Orang yang memiliki aset kekayaan berupa tabungan atau saham tidak terlalu
memperhatikan pengeluaran konsumsi mereka daripada orang yang tidak memiliki
kekayaan.
4. Komposisi anggota rumah tangga
Jumlah anggota rumah tangga juga dapat mempengaruhi tingkat konsumsi. Jika
dalam suatu keluarga terdapat anggota yang banyak maka tingkat konsumsi juga akan
banyak. Sebaliknya, jika hanya terdapat sedikit anggota dalam keluarga maka jumlah
konsumsi relatif kecil.
5. Motivasi
Setiap orang memiliki motivasi tersendiri dalam menentukan kegiatan konsumsinya.
Ada yang melakukan konsumsi untuk memenuhi kebutuhan yang benar-benar
diperlukan. Namun, ada pula yang membeli barang hanya karena ikut-ikutan orang
lain, padahal sebenarnya ia tidak membutuhkannya. Sebagian lain mengkonsumsi
barang atau jasa tertentu demi memperhatikan status sosial atau gengsi. Misalnya,
seorang remaja membeli HP terbaru agar dianggap keren oleh temannya.
6. Sikap dan Kepribadian
Sikap dan kepribadian seseorang menjadi tolok ukur perilaku konsumen. Orang yang
hemat hanya akan membeli barang-barang yang dibutuhkan saja. Sementara orang
yang boros seringkali membeli barang-barang diluar kepentingannya
(perhitungannya).
7. Ramalan peruahan harga
Jika masyarakat memperkirakan akan terjadi perubahan harga yang cenderung lebih
tinggi, maka mereka akan segera membeli barang tersebut untuk antisipasi dan
menghindari kenaikan harga.
100 triliun maka konsumsi juga akan otomatis naik sebesar 63 triliun. Setelah itu
untuk mengetahui MPS hanya mengurangi 1-0,63, jadi MPS hasilnya 0,37.
Dari tabel di atas, kita dapat menganalisa besar konsumsi bujuk (induced), konsumsi,
dan tabungan. Sebagai contoh pembahasan di tahun 2003 PDB Indonesia sebesar Rp
2.045 triliun, maka konsumsi, konsumsi bujuk (induced), dan tabungannya adalah?:
Jawab : kita dapat menggunakan estimasi rumus konsumsi yang ada di atas. Adapun
proses penyelesainnya sebagai berikut.
C = 100 + 0,63Y
C = 100 + 0,63 (2.045) angka 2.045 adalah PDB tahun 2003
C = 100 + 1.288, angka 1.288 merupakan jumlah konsumsi bujuk
C = 1.388
Dari pekerjaan di atas dapat disimpulkan bahwa pada saat PDB Indonesia sebesar
1.388 triliun. Setelah itu kita jabarkan tabungannya.
Diketahui : 1- 0,63 (MPC) = 0,37 (MPS)
Jadi S = -100 + 0,37Y
= -100 + 0,37 (2.045)
= -100 + 757
= 657
Lebih sederhananya, kami sajikan dalam bentuk tabel hasil penghitungan di atas,
sebagai berikut:
Tahun PDB Autonomous Induced
Konsumsi Tabungan
2003
2.045 100
1.288 1.388 657
Kita telah mengetahui bagaimana kegiatan konsumsi dilakukan, jika bicara tentang
konsumsi maka kita juga harus memikirkan tabungan (saving). Tabungan itu terjadi
seiring dengan kelebihan konsumsi. Seperti yang kita ketahui bahwa konsumsi lebih
besar dibandingkan dengan tabungan.
Sebagai contoh, diketahui fungsi konsumsi C = 10 + 0,75Y. carilah persamaan fungsi
tabungannya, berapa besarnya konsumsi pada saat tabungan = 0?
Jawab :
Dari rumus dasarY = C + S
S=Y–S
= Y – ( 10 + 0,75Y)
= Y – 10 – 0,75Y
= 0,25 Y – 10
Pada saat tabungan = 0, maka besar pendapatan:
0 = 0,25Y – 10
-0,25Y = -10
Y = -10 / - 0,25
Y = 40
Jadi, besarnya konsumsi pada saat tabungan = 0 adalah
C = 10 + 0,75Y
= 10 + 0,75 (40)
= 40
Tabel di bawah ini merupakan nilai rasio antara MPC, MPS, APC, dan APS.
Keterangan :
Y = income atau pendapatan
C = condumtion atau konsumsi
I = investment atau investasi
Ada dua faktor yang dapat mempengaruhi tingkat investasi suatu perusahaan yaitu
suku bunga dan prospek keuntungan. Suku bunga yang rendah akan mendorong
pelaku usaha untuk memperluas investasi mereka, sebaliknaya suku bunga yang
tinggi akan melemahkan investasi mereka. Selain itu, optimisme terhadap prospek
keuntungan akan merangsang perluasan dunia usaha, saat seseorang yakin akan
meraih keuntungan yang banyak maka ia akan terus menambah investasinya. Namun
sebaliknya, psimisme terhadap prospek keuntungan akan menyurutkan usaha.
Investasi yang dipengaruhi oleh suku bunga disebut investasi autonomous atau
autonomous investment, sedangkan investasi yang bergantung pada pertumbuhan
ekonomi disebut investasi bujuk atau induced investment.
Contoh :
Jika diketahui fungsi konsumsi C = 20 + 0,75Y, carilahpersamaan fungsi investasi
dan berapakah besarnya konsumsi pada saat investasi =10 ?
Jawab :
Dari persamaan Y = C + I dapat dicari persamaan fungsi investasi
I=Y–C
10 = Y – (20 + 0,75Y)
10 = Y – 20 – 0,75Y
10 = 0,25Y – 20
30 = 0,25Y
Y = 30 / 0.25
= 120
Jadi, besarnya konsumsi pada saat investasi = 10 adalah
C = 20 + 0,75Y
= 20 + 0,75 (120)
= 20 + 90
= 110
Keterangan, jika pendapatan berubah maka konsumsi dan investasi juga akan berubah
sesuai dengan prinsip “marjinal” seperti yang dijelaskan di atas.
g. Manfaat
Selain untuk mengukur tingkat kemakmuran suatu negara dan mendapatkan data-data
terperinci mengenai seluruh barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara selama satu
priode, perhitungan pendapatan nasional juga memiliki manfaat-manfaat lain,
diantaranya untuk menentukan tingkat pertumbuhan perekonomian suatu negara
setiap tahun. Cara menghitungnya adalah sebagai berikut : g = PNriil1 – PNriil0
PNriil0
Keterangan :
g = Pertumbuhan ekonomi (%)
PNriil1 = pendapatan nasional untuk tahun dimana pertumbuhan ekonomi dihitung.
PNriil0 = pendapatan nasional untuk tahun sebelumnya.
Pendapatan nasional juga mengkaji struktur perekonomian nasional. Data pendapatan
nasional dapat digunakan untuk menggolongkan suatu negara menjadi negara
industri, pertanian, atau negara jasa. Contohnya, berdasarkan perhitungan pendapatan
nasional dapat diketahui bahwa Indonesia termasuk negara pertanian atau agraris,
Jepang merupakan negara industri, Singapura termasuk negara yang unggul di sector
jasa, dan sebagainya.