Stefana menerima jubah Ordo Ketiga Dominikan saat berusia 15 tahun. Hari itu
menandai transisinya dari kehidupan yang ekslusif mistik dan kontemplatif ke hidup yang
aktif dan apostolik. Dulu kehidupan rohaninya berpusat pada pengalam mistik berubah
menjadi pastoral aktif. Ia terlibat dalam pelayanan kepada orang-orang miskin, orang-
orang sakit teristimewa anak- anak yang mengalami keterbelakangan mental. Kepada
anak-anak ini Stefana hadir menyapa, mendoakan, sekaligus memberkati mereka.
Transisi spiritualitas ini terasa lengkap dalam penglihatannya dengan Santo Thomas
Aquinas. Orang kudus ini memintanya untuk terlibat mendengarkan curahan hati anak-
anak yang mengalami keterbelakangan mental karena daya pikir yang lemah. Ajaib, dan
mempesona karena Stefana mampu berbicara dengan mereka tentang kebenaran-
kebenaran Injil. Ia mampu membaca hati dan pikiran anak-anak, serta berhasil
menubuatkan masa depan anak-anak.
Tidak sebatas itu, sisi apostolik ditunjukkan Stefana dengan cara mengerjakan
berbagai mukjizat melalui tangannya. Lewat Tuhan, Stefana bisa menggandakan roti dan
uang kepada orang-orang miskin. Ia mampu menyebutkan anak-anak yang sakit mental
karena stres, trauma, atau terlambat dalam pertumbuhan.
Hal ini membuat reputasi dan kekudusan Stefana terdengar hingga Istana Duke dari
Mantua serta Republik Venesia. Pemangku istana menawarkan diri untuk membangun
biara di tempatnya, tetapi permintaan itu ditolaknya. Ia justru merekomendasikan agar
Duke bisa membangun rumah dan tempat tinggal bagi orang miskin. Duke menerima
permintaan itu dan berhasil menyelamatkan ratusan tunawisma di Soncino.
Stefana meski menghidupi pastoral aktif dan apostolik, ia tidak pernah dilupakan
Tuhan. Ia terus menghidupkan jalan mistik dengan mendapatkan berbagai penglihatan.
Bila nafsu duniawi merasukinya, ia akan membuang tubuhnya ke gerobak penuh duri agar
menghalau pikiran-pikiran duniawi. Setelah itu, ia berdoa kepada Tuhan dan segera para
malaikat datang mengingkatkan ikat pinggang kemurnian kepadanya.
Segala mukjizat dan karunia yang diperolehnya ia simpan rapat-rapat hingga tutup
usia. Beberapa hari setelah menutup mata, Stefana membuka semua rahasia ini kepada
pembimbing rohaninya. Pembimbing rohaninya juga mendapat kesempatan untuk melihat
luka-luka stigmata di sekujur tubuh Stefana.