Anda di halaman 1dari 4

Kalender Liturgi 05 Oktober 2023 - Kamis Pekan Biasa XXVI

Hari ini gereja memperingati Santa Faustina Kowalska - Rasul kerahiman ilahi. Helena Kowalska dilahirkan di
Glogowiec, Polandia pada tanggal 25 Agustus 1905 sebagai anak ketiga dari sepuluh putera-puteri pasangan
suami istri Katolik yang saleh. Ayahnya seorang petani merangkap tukang kayu. Keluarga Kowalski, sama
seperti penduduk Glogowiec lainnya, hidup miskin dan menderita dalam masa penjajahan Polandia oleh Rusia.
Helena hanya sempat bersekolah hingga kelas 3 SD saja. Ia seorang anak yang cerdas dan rajin, juga rendah
hati dan lemah lembut hingga disukai orang banyak. Sementara menggembalakan sapi, Helena biasa membaca
buku; buku kegemarannya adalah riwayat hidup para santa dan santo. Seringkali ia mengumpulkan teman-
teman sebayanya dan menjadi “katekis” bagi mereka dengan menceritakan kisah santa dan santo yang
dikenalnya. Helena kecil juga suka berdoa. Kerapkali ia bangun tengah malam dan berdoa seorang diri hingga
lama sekali. Apabila ibunya menegur, ia akan menjawab, “Malaikat pelindung yang membangunkanku untuk
berdoa.” Ketika berusia 16 tahun, Helena mulai bekerja sebagai pembantu rumah tangga agar dapat
meringankan beban ekonomi keluarganya. Tetapi, setahun kemudian ia pulang ke rumah untuk minta ijin masuk
biara. Mendengar keinginan Helena, orang tuanya tetap tidak memberikan persetujuan mereka. Patuh pada
kehendak orang tua, Helena bekerja kembali sebagai pembantu. Ia hidup penuh penyangkalan diri dan mati
raga, hingga suatu hari pada bulan Juli 1924 terjadi suatu peristiwa yang mengguncang jiwanya.
Ia menulis : Suatu ketika aku berada di sebuah pesta dansa dengan salah seorang saudariku. Sementara
semua orang berpesta-pora, jiwaku tersiksa begitu hebat. Ketika aku mulai berdansa, sekonyong-konyong aku
melihat Yesus di sampingku; Yesus menderita sengsara, nyaris telanjang, sekujur tubuh-Nya penuh luka-luka; Ia
berkata kepadaku : “Berapa lama lagi Aku akan tahan denganmu dan berapa lama lagi engkau akan
mengabaikan-Ku” Saat itu hingar-bingar musik berhenti, orang-orang di sekelilingku lenyap dari penglihatan;
hanya ada Yesus dan aku di sana. Beberapa saat kemudian aku menyelinap pergi, meninggalkan saudari dan
semua teman-temanku, melangkahkan kaki menuju gereja Katedral. Tanpa mempedulikan sekeliling, aku rebah
(= prostratio) di hadapan Sakramen Maha Kudus dan memohon dengan sangat kepada Tuhan agar berbaik hati
membuatku mengerti apa yang harus aku lakukan selanjutnya. Lalu aku mendengar kata-kata ini: “Segeralah
pergi ke Warsawa, engkau akan masuk suatu biara di sana.” Aku bangkit berdiri, pulang ke rumah,
membereskan hal-hal yang perlu diselesaikan. Sebisaku, aku menceritakan kepada saudariku apa yang telah
terjadi dalam jiwaku. Aku memintanya untuk menyampaikan selamat tinggal kepada orangtua kami, dan lalu,
dengan baju yang melekat di tubuh, tanpa barang-barang lainnya, aku tiba di Warsawa,”.
Helena tiba di biara Kongregasi Suster-suster Santa Perawan Maria Berbelas Kasih. Kongregasi ini
membaktikan diri pada pelayanan kepada para perempuan yang terlantar secara moral. Sejak awal didirikannya,
kongregasi ini mengaitkan misinya dengan misteri Kerahiman Ilahi dan misteri Santa Perawan Maria Berbelas
Kasih. Pada tanggal 1 Agustus 1925, menjelang ulang tahunnya yang ke-20, Helena diterima dalam Kongregasi
Suster-suster Santa Perawan Maria Berbelas Kasih. “Aku merasa sangat bahagia, seakan-akan aku telah
melangkahkan kaki ke dalam kehidupan Firdaus,” kenang Santa Faustina.
Setelah tinggal di biara, Helena terkejut melihat kehidupan para biarawati yang sibuk sekali hingga kurang
berdoa. Karenanya, tiga minggu kemudian Helena bermaksud hendak meninggalkan biara tersebut dan pindah
ke biara lain yang kontemplatif dan menyediakan lebih banyak waktu untuk berdoa. Helena yang bingung dan
bimbang rebah dalam doa di kamarnya. Oleh karena mendapat pesan Illahi dalam permenungannya agar tidak
meninggalkan biara, maka Helena membatalkan niatnya itu.
Pada tanggal 30 April 1926, Helena menerima jubah biara dan nama baru, yaitu Suster Maria Faustina; di
belakang namanya, seijin kongregasi ia menambahkan “dari Sakramen Maha Kudus”.
Pada tanggal 22 Februari 1931, Santa Faustina mulai menerima pesan kerahiman ilahi dari Kristus yang harus
disebarluaskannya ke seluruh dunia. Kristus memintanya untuk menjadi rasul dan sekretaris Kerahiman Ilahi,
menjadi teladan belas kasih kepada sesama, menjadi alat-Nya untuk menegaskan kembali rencana belas kasih
Allah bagi dunia. Seluruh hidupnya, sesuai teladan Kristus, akan menjadi suatu kurban - hidup yang
diperuntukkan bagi orang lain. Menanggapi permintaan Tuhan Yesus, Santa Faustina dengan rela
mempersembahkan penderitaan pribadinya dalam persatuan dengan-Nya sebagai silih atas dosa-dosa
manusia; dalam hidup sehari-hari ia akan menjadi pelaku belas kasih, pembawa sukacita dan damai bagi
sesama; dan dengan menulis mengenai kerahiman ilahi, ia mendorong yang lain untuk mengandalkan Yesus
dan dengan demikian mempersiapkan dunia bagi kedatangan-Nya kembali.
Meskipun sadar akan ketidak-layakannya, pada tahun 1934, ia mulai menulis buku catatan harian dalam
ketaatan pada pembimbing rohaninya, dan juga pada Tuhan Yesus Sendiri. Selama empat tahun ia mencatat
wahyu-wahyu ilahi, pengalaman-pengalaman mistik, juga pikiran-pikiran dari lubuk hatinya sendiri, pemahaman
serta doa-doanya. Hasilnya adalah suatu buku catatan harian setebal 600 halaman, yang menekankan
pentingnya kepercayaan pada tindak kasih Allah dalam segala segi kehidupan kita. Di kemudian hari, ketika
tulisan-tulisan Santa Faustina diperiksa, para ahli teologi gereja terheran-heran bahwa seorang biarawati
sederhana dengan pendidikan formal yang amat minim dapat menulis begitu jelas serta terperinci; mereka
memaklumkan bahwa tulisan Santa Faustina sepenuhnya benar secara teologis, dan bahwa tulisannya itu
setara dengan karya-karya tulis para Pujangga Gereja dan para mistikus besar.
Pesan Kerahiman Ilahi yang diterima Santa Faustina sekarang telah tersebar luas ke segenap penjuru dunia;
dan buku catatan hariannya, “Kerahiman Ilahi Dalam Jiwaku” menjadi buku pegangan bagi Devosi Kerahiman
Ilahi. Dalam satu tulisan dalam buku hariannya (hal. 281) Santa Faustina memaklumkan: “Aku merasa yakin
bahwa misiku tidak akan berakhir sesudah kematianku, melainkan akan dimulai. Wahai jiwa-jiwa yang bimbang,
aku akan menyingkapkan bagi kalian selubung surga guna meyakinkan kalian akan kebajikan Allah”.
Santa Maria Faustina Kowalska dari Sakramen maha Kudus, rasul kerahiman ilahi, wafat pada tanggal 5
Oktober 1938 di Krakow dalam usia 33 tahun karena penyakit TBC yang dideritanya. Pada Pesta Kerahiman
Ilahi tanggal 18 April 1993, Suster Faustina dibeatifikasi oleh Paus Yohanes Paulus II dan pada Pesta
Kerahiman Ilahi tanggal 30 April 2000 ia dikanonisasi oleh paus yang sama. Pesta Santa Faustina dirayakan
setiap tanggal 5 Oktober.
Nyanyian Pembukaan.
Pembukaan. Saudara-saudari yang terkasih, marilah kita awali ibadat ini dengan menandai diri kita dengan
tanda kemenangan Kristus: Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus (+). Amin.
Semoga rahmat dan damai Tuhan kita Yesus Kristus selalu menyertai kita. Sekarang dan selama-lamanya.
Pernyataan Tobat. Saudara-saudari yang terkasih, sebelum kita memulai ibadat kita bersama, marilah terlebih
dahulu kita mempersiapkan hati kita, dengan hening sejenak sambil menyadari segala kelemahan kita, seraya
mengakui segala dosa dan kesalahan kita dihadapan Allah.
Saya mengaku……. Semoga Allah Bapa yang mahakuasa senantiasa mengasihi kita, mengampuni dosa dan
menghantar kita ke kehidupan yang kekal. Amin.
Doa Pembukaan – PS 129
Bacaan I dari Kitab Nehemia 8:1-4a.5-6.7b-12. Ezra membuka Kitab dan memuji Tuhan. Maka seluruh umat
menjawab, "Amin! Amin!"
Sesudah kembali dari pembuangan, orang-orang Israel telah menetap kembali di kota-kota mereka. Lalu pada
bulan ketujuh berkumpullah seluruh rakyat di lapangan di muka gerbang Air di Yerusalem. Mereka meminta
kepada Ezra, ahli kitab, supaya membawa kitab Taurat Musa, yakni kitab hukum yang diberikan Tuhan kepada
Israel. Dan pada hari pertama bulan ketujuh itu Imam Ezra membawa kitab Taurat itu ke depan jemaah, pria,
wanita dan semua yang dapat mendengar dan mengerti. Ia membacakan beberapa bagian dari pada kitab itu di
halaman di depan gerbang Air dari pagi sampai tengah hari di depan pria, wanita dan semua orang yang dapat
mengerti. Dengan penuh perhatian seluruh umat mendengarkan pembacaan kitab Taurat itu. Adapun Ezra, ahli
kitab, berdiri di atas mimbar kayu yang dibuat khusus untuk peristiwa itu. Ia membuka kitab itu di depan mata
seluruh umat, karena ia berdiri lebih tinggi dari semua orang. Pada waktu ia membuka kitab semua orang
bangkit berdiri. Lalu Ezra memuji Tuhan, Allah yang maha agung, dan semua orang menjawab, "Amin! Amin,"
sambil mengangkat tangan. Kemudian mereka berlutut, dan sujud menyembah Tuhan dengan muka sampai ke
tanah. Para Lewi menjelaskan hukum itu kepada jemaat, sementara rakyat berdiri di tempatnya. Bagian-bagian
kitab Taurat Allah dibacakan dengan jelas, dengan diberi keterangan-keterangan, sehingga pembacaan
dimengerti. Lalu Nehemia, kepala daerah, dan imam Ezra, ahli kitab, serta orang-orang Lewi yang mengajar
jemaat, berkata kepada seluruh hadirin, 'Hari ini adalah kudus bagi Tuhan Allahmu. Kalian jangan berdukacita
dan menangis!" Karena semua orang itu menangis, ketika mendengar kalimat-kalimat Taurat. Lalu berkatalah
Nehemia kepada mereka, "Pergilah, makanlah sedap-sedapan dan minumlah minuman manis; dan berikanlah
sebagian kepada mereka yang tidak sedia apa-apa! Sebab hari ini kudus bagi Tuhan kita. Janganlah bersusah
hati, tetapi bersukacitalah karena Tuhan, sebab sukacita karena Tuhanlah perlindunganmu." Juga orang-orang
Lewi menyuruh semua orang itu diam dengan kata-kata, "Tenanglah! Hari ini hari kudus. Jangan bersusah hati!"
Maka pergilah semua orang untuk makan dan minum, untuk membagi-bagi makanan dan berpesta ria, karena
mereka mengerti segala sabda yang diberitahukan kepada mereka. Demikianlah sabda Tuhan.
Mazmur Tanggapan Mzm 19:8-11 ; R:9a - Titah Tuhan tepat, menyenangkan hati.
• Taurat Tuhan itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan Tuhan itu teguh, memberikan hikmat kepada
orang bersahaja.
• Titah Tuhan itu tepat, menyukakan hati; perintah Tuhan itu murni, membuat mata ceria.
• Takut akan Tuhan itu suci, tetap untuk selamanya; hukum-hukum Tuhan itu benar, adil selalu.
• Lebih indah daripada emas, bahkan daripada emas tua; dan lebih manis daripada madu, bahkan
daripada madu-tetesan dari sarang lebah.
Bait Pengantar Injil - Mrk 1:15 - Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil.
Bacaan Injil. Inilah Injil Suci menurut Lukas 10:1-12. Semoga damaimu menyertai dia.
Pada waktu itu, Tuhan menunjuk tujuh puluh murid. Ia mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap
kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya. Berkatalah Ia kepada mereka, "Tuaian banyak, tetapi pekerjanya
sedikit! Sebab itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja ke tuaian
itu. Pergilah! Camkanlah, Aku mengutus kalian seperti anak domba ke tengah-tengah serigala. Janganlah
membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut, dan janganlah memberi salam kepada siapa pun selama dalam
perjalanan. Kalau memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu, 'Damai sejahtera bagi rumah ini.' Dan jika di
situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal padanya. Tetapi jika tidak,
maka salammu kembali kepadamu. Tinggallah dalam rumah itu, makan dan minumlah apa yang diberikan orang
kepadamu, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Janganlah berpindah-pindah rumah. Jika kalian
masuk ke dalam sebuah kota dan diterima di situ, makanlah apa yang dihidangkan kepadamu, dan
sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ. Dan katakanlah kepada mereka, 'Kerajaan Allah sudah dekat
padamu.' Tetapi jika kalian masuk ke dalam sebuah kota dan tidak diterima di situ, pergilah ke jalan-jalan raya
kota itu dan serukanlah, 'Juga debu kotamu yang melekat pada kaki kami, kami kebaskan di depanmu. Tetapi
ketahuilah ini: 'Kerajaan Allah sudah dekat.' Aku berkata kepadamu, pada hari itu Sodom akan lebih ringan
tanggungannya dari pada kota itu." Demikianlah sabda Tuhan.
Homili. Lukas 10:1-12. Judul: Panggilan Melayani Tuhan
Dalam Injil Lukas, dikisahkan bagaimana Yesus mengutus murid murid-Nya. Yesus mengutus 12 murid-Nya
yang kita tahu siapa saja mereka. (1. Simon Petrus; 2. Andreas saudaranya ; 3. Yakobus anak Zebedeus ; 4.
Yohanes saudaranya ; 5. Filipus ; 6. Bartolomeus ; 7. Tomas ; 8. Matius pemungut cukai ; 9. Yakobus anak
Alfeus ; 10. Tadeus ; 11. Simon orang Zelot ; 12. Yudas Iskariot). Yesus juga mengutus 70 murid-Nya. Bedanya
dalam tugas pengutusan 70 murid-Nya ini nama murid yang diutus tidak disebut. Nampaknya penginjil mau
mengatakan kepada kita bahwa 70 murid yang tidak disebut namanya itu adalah kita. Berkat Sakramen Inisiasi/
Pembabtisan, kita dipanggil dan diutus untuk ikut ambil bagian dalam “ tri “ tugas Kristus, sebagai imam, nabi
dan gembala. Inilah konsekuensi dari imamat umum yang kita terima. Tugas Gereja sebagai Nabi, Imam, dan
Raja ini disebutkan pada Katekismus Gereja Katolik (KGK) yang menyatakan bahwa, “Yesus Kristus diurapi oleh
Bapa dengan Roh Kudus dan dijadikan sebagai Imam, Nabi, dan Raja/ Gembala, sehingga seluruh umat
diharapkan bisa menjadi bagian dari ketiga jabatan dari Yesus Kristus”. Maka dari itu, kita sebagai salah satu
umat Allah juga memiliki tanggung jawab yang sama dengan umat Allah lainnya, yaitu untuk memegang ketiga
jabatan tersebut dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Secara sederhana tiga tugas
utama Gereja dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Koinonia –tugas Gereja sebagai gembala yang merupakan keterbukaan dari Gereja untuk hidup
bersama dan bersatu dengan umat-umat lainnya yang disatukan dengan keyakinan iman yang sama.
Contohnya adalah dengan menunaikan tugas pelayanan, dan pelayanan pastoral.
2. Diakonia: tugas Gereja sebagai imam/ diakon untuk melayani Yesus dan juga untuk melayani sesama
umat manusia. Dalam menjalani tugas diakonia ini, kita tidak boleh membeda-bedakan orang dan harus
selalu mau ringan tangan untuk membantu manusia yang sedang kesusahan.
3. Marturia: tugas Gereja sebagai nabi menyebarluaskan kebenaran melalui pewartaan iman. Tugas ini
bisa kita lakukan dengan memberikan kesaksian.
Menjadi utusan harus memiliki mentalitas yang kuat. Kadang diterima, kadang ditolak. Menjadi utusan Tuhan
juga dituntut untuk berani mengandalkan Tuhan. Deus Providebit - Tuhan yang menyelenggarakan. Maka
menjadi utusan, kita diajak untuk terus menerus beriman. Dalam tugas perutusan itu kita diajak mewartakan
damai sejahtera. Damai sejahtera adalah perwujudan konkret dari hadirnya Kerajaan Allah.
Keterkaitan dengan tugas perutusan, Maria/ Ibu Gereja terlebih-lebih sebagai teladan perutusan yang penuh
iman, menjalani perutusan dengan gembira, penuh rasa syukur, dan rendah hati akan kehendak Bapa. Ketika
Malaikat Gabriel, utusan Allah, meminta kerelaan Maria, iman Maria menjawab, "Sesungguhnya aku ini adalah
hamba Tuhan." Iman ini penuh dengan kepercayaan kesiapan atas perutusan. Iman Maria terhadap
perutusannya adalah tunduk dan percaya sepenuhnya kepada Allah yang menimbulkan kewaspadaan terus-
menerus terhadap tanda-tanda kehendak Allah. Iman perutusan Maria adalah kegembiraan, juga merupakan
salah satu bentuk mencari kehendak Allah dengan rendah hati dan penuh rindu. Maria adalah model bagi
Gereja sebab ia memadukan rasa syukur atas anugerah Allah dengan kesediaan menjadi pelayan bagi orang
lain. Iman Maria juga jauh melampaui iman Abraham dan iman semua Bapa Bangsa. Para Bapa Bangsa dahulu
mengimani Karya Allah untuk menyelamatkan bangsa Israel. Maria justru mengimani perutusannya untuk
menyelamatkan makin banyak bangsa. Dalam ketaatan iman perutusannya, ia menerima pengungsian yang
paling besar, yaitu pengungsian Kristus; pengungsian yang melampaui Mesir dan padang gurun sampai
pengungsian di Salib. Marilah kita meniru Maria melakukan kebajikan, bertumpu dan terbuka pada karya Allah.
Dia yang adalah hamba Allah. Sesungguhnya, dengan cara inilah Maria mengajarkan bahwa tiada keselamatan
untuk semua bangsa dalam nama lain, kecuali dalam nama Yesus.
Panggilan melayani Tuhan tidak terjadi dengan sendirinya. Itu bukan kehendak manusia. Panggilan terjadi
karena Tuhan menghendakinya. Tuhan yang memilih dan mengutus tiap orang untuk terlibat dalam karya-Nya.
Melalui nas ini, kita melihat bahwa ketika Tuhan memilih dan mengutus, kita tidak boleh bertanya pergi ke mana,
dengan siapa, dan apa yang perlu dibawa. Sebaliknya, responslah panggilan itu dan jalanilah dengan sukacita.
Ketika Tuhan menunjuk tujuh puluh murid dan mengutus mereka pergi ke setiap kota dan tempat, Dialah yang
memberitahukan dengan siapa mereka bekerja, bagaimana menghadapi situasi pelayanan dan karakter
manusia yang beragam, serta bagaimana seharusnya bersikap ketika mengalami penerimaan atau penolakan
(4-11). Untuk memenuhi panggilan pelayanan, sudah seharusnya seseorang tidak dibebani dengan hal-hal
materi (4), tidak memaksakan keinginan, melainkan hanya fokus pada tugas panggilannya. Panggilan melayani
Tuhan merupakan anugerah yang diberikan seturut kehendak-Nya. Karena itu, setiap orang yang dipanggil
dalam pelayanan harus menyatakan kerelaan tanpa paksaan karena panggilan pelayanan tersebut adalah
kesempatan yang dianugerahkan Tuhan. Jika melayani hanya menginginkan tempat yang aman dan nyaman,
kehidupan yang terjamin, mendapat penghormatan dan penghargaan, maka janganlah memberi diri menjadi
pelayan. Semua itu bukanlah dasar pelayanan yang diajarkan Alkitab. Ingatlah: panggilan melayani Tuhan
menuntut kesediaan diri melayani seturut kehendak Tuhan! Maka, marilah kita sadari bahwa kita ini semua
adalah utusan Tuhan. Kita diharapkan mempunyai iman yang tangguh karena yang dihadapi adalah sungguh
menantang, seperti domba di tengah serigala. Semoga berkat imamat umum yang telah kita terima, kita
semakin berani, berpasrah kepada Tuhan. Deus Providebit. Kemuliaan kepada Allah Bapa…..
Doa Rosario. Bunda Maria, melalui doa-doa yang kami panjatkan ini: dampingilah kami dan arahkanlah kami
selalu kepada Putra-Mu sehingga kami dapat dipulihkan dari segala kerisauan, ketakutan dan kekhawatiran
hidup. Doa ini kami panjatkan demi Darah Yesus yang Mulia yang telah dikorbankan bagi keselamatan kami, kini
dan sepanjang segala masa. Dilanjutkan doa rosario.
Berkat Penutup. Semoga Tuhan beserta kita. U: sekarang dan selama-lamanya.
Bapa yang maha pengasih dan penyayang, kami bersyukur atas kasih karunia yang boleh kami rasakan hari ini.
Ya Bapa, berkatilah kami agar kami mampu menjauhkan diri dari kecenderungan-kecenderungan yang buruk
dan menjalankan perbuatan-perbuatan yang baik sesuai dengan kehendak-Mu. Curahkanlah Roh Kudus-Mu ke
dalam hati kami agar kami menjadi pengikut-pengikut-Mu yang berani dan setia dalam mewartakan Kerajaan-
Mu kepada sesama kami. Dan semoga Allah Yang Mahakuasa memberkati kita semua, senantiasa dipimpin,
dilindungi, diberkati oleh Allah Yang Mahakuasa, dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus. U: amin.
Nyanyian Penutup.
--- o0o ---

Anda mungkin juga menyukai