Anda di halaman 1dari 2

Renungan Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma 8: 9-15

Surat Paulus Kepada Jemaat di Roma adalah salah satu surat yang sangat diyakini ditulis oleh
Paulus menggunakan jasa seorang sekretaris bernama Tertius, pada kisaran tahun 53 – 56
Masehi. Surat ini ditulis di kota Korintus, ibukota provinsi Romawi Akhaya, sebagai sebuah pusat
perdagangan yang kaya, Korintus menarik orang-orang dari seluruh Kekaisaran Romawi,
menjadikannya salah satu kota paling ramai di area itu. Paulus bukanlah pendiri jemaat di Roma,
sehingga ia tidak mengetahui langsung keadaan jemaat ini, tetapi ia mendapat informasi dari
orang-orang Kristen yang datang dari Roma ke Korintus. Jemaat Roma pada saat itu sedang
mendapat banyak tekanan baik dari orang Yahudi maupun orang-orang Roma sendiri dan selain
itu di dalam tubuh jemaat Roma sendiri sedang terjadi konflik. Oleh karena itu Paulus
mengirimkan surat ini untuk menasihati jemaat di Roma, bagaimana seharusnya bersikap
terhadap keadaan mereka dan bagaimana sikap mereka kepada pemerintah.
Rasul Paulus, dalam suratnya kepada jemaat di Roma membukakan mata hati kita bahwa orang-
orang kristiani yang dipimpin oleh Roh Allah adalah anak-anak Allah (ayat 14), dan sebagai anak,
kita bisa memanggil-Nya dengan sebutan Bapa.
Bilquis Sheikh (12 Desember 1912 – 9 April 1997), dari Pakistan, seorang penulis, politikus dan
pekerja sosial, yang awal mulanya pemeluk agama Islam kemudian menjadi murid Kristus,
menuliskan kisah hidupnya dalam buku “Saya berani memanggilnya Bapa” sebagai berikut, “Aku
tiba-tiba menyadari bahwa Dia mendengarkanku. Sama seperti bapaku di dunia
mendengarkan­ku .... Tiba-tiba aku merasa ada orang lain yang hadir di situ. Dia ada di situ. Aku
bisa merasakan hadirat-Nya … Aku merasa seperti gadis kecil yang duduk di pangkuan
Bapanya,” demikian ia menulis. Kenyataan bahwa ia bisa memanggil Allah dengan sebutan Bapa
membawa Bilquis merasakan kasih-Nya yang luar biasa. Kita semua yang bergabung disinipun,
dengan rahmat baptisan yang telah kita terima, melayakkan kita untuk memanggil Tuhan dengan
sebutan Bapa, karena itu adalah hak istimewa anak-anaknya.
Allah Bapa kita mempunyai mega proyek yang terus dijalankan mulai dari jaman perjanjian lama
sampai saat ini. Allah kita bukan Allah yang menciptakan kita lalu ditinggalkannya begitu saja,
tetapi Allah kita senantiasa menemani kita. Lihat saja kitab kejadian, bagaimana Allah
menciptakan kita, menempatkan kita di Taman Firdaus. Meski manusia sendiri yang karena
kelemahannya, jatuh dalam dosa sehingga harus keluar dari Firdaus. Tetapi Allah tetap
menemani umat ciptaan-Nya melalui para nabi, nabi Nuh, Musa, nabi-nabi besar (Yesaya;
Yeremia; Yehezkiel, Daniel) dan nabi-nabi kecil (Hosea; Yoël; Amos; Obaja; Yunus; Mikha;
Nahum; Habakuk). Allah juga mengirimkan para raja. Puncaknya adalah Allah mengirimkan
Putranya sendiri, Yesus yang akhirnya juga wafat di salib. Setelah itu Allah mengirimkan Roh
Kudus untuk kita hingga saat ini.
Alkitab berulang kali menegaskan hanya ada dua jalan kehidupan di dunia, hidup menurut daging
atau menurut Roh. Tidak ada pilihan ketiga, tidak ada zona netral. Orang yang hidup menurut
daging memikirkan hal-hal yang dari daging. Cara hidup seperti itu bertentangan dengan hukum
Allah dan menghasilkan maut. Sebaliknya, orang yang hidup menurut Roh memikirkan hal-hal
rohani yang menghasilkan damai sejahtera dan hidup kekal. Bila Roh Allah ada dalam diri
seseorang, orang itu diangkat menjadi anak Allah yang layak menerima penggenapan janji-janji
Allah.
Lebih cermat lagi, hidup menurut daging adalah ciri orang yang sama sekali belum mengalami
kelahiran baru. Kita tidak bisa menilai apakah seseorang hidup menurut daging, kecuali dari
kebiasaannya, seperti hanya mengejar kenikmatan duniawi sesaat (hedonisme, judi dll). Kerap
kita mengalah pada dosa, berputar-putar dalam ketakutan dan kekhawatiran hidup di dunia.
Lebih lanjut lagi, orang yang hidup menurut Roh bukanlah orang percaya yang secara sempurna
tidak pernah jatuh ke dalam dosa. Namun, dalam kuasa Roh Kudus, ia terus berjuang untuk
mematikan keinginan-keinginan daging. Pikirannya tertuju kepada hidup yang kekal. Takut akan
Allah ada padanya.
Bagi kita ada pula janji. Jika kita setia menuruti Roh Kudus, maka pada akhir zaman, Allah akan
memberi kita tubuh yang baru. Tubuh itu sama sekali tidak tunduk kepada dosa.
Oleh karena janji Allah ini jugalah, pada sore hari ini berkumpul untuk mendoakan arwah
almarhum …… yang kita kenal semasa hidupnya benar-benar menjalani kehidupan yang
bersandar pada Roh Allah, berusaha menjalankan amanat baptisannya sebagai murid Kristus.
Kita semua berharap bahwa baptisan yang telah almarhum terima menjadi tiket untuk masuk
surga abadi dengan tubuh yang baru dan layak bergabung dengan para kudus dalam perjamuan
abadi.
Untuk kita semua yang hadir disini dan masih berjuang di dunia fana, ada perintah bagi kita yang
beriman kepada Kristus. Teruslah berjuang sampai kita tidak lagi melakukan dosa! Roh Allah
memampukan kita.
Kemuliaan kepada Allah ……

Anda mungkin juga menyukai