Anda di halaman 1dari 7

OPEN ACCESS

http://jurnal.uns.ac.id/jdk Volume x, Nomor x, 20xx, xx - xx


E-ISSN: 2656-5528

Pengelolaan Potensi Kawasan Pesisir Pantai Sukaraja Dalam Mengendalikan


Ekosistem Pesisir Laut
Cinthya Rahmawati1*, Galing Yudana1, Winny Astuti1,2 🡨 (Nama lengkap penulis. Arial Narrow 10, bold, spasi single, left)
1
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia 🡨 (afiliasi, kota,
negara. Arial Narrow 10, spasi single, before 0 pt - after 0 pt, left)
2
Pusat Informasi dan Pengembangan Wilayah (PIPW), LPPM Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia 🡨 (afiliasi, kota,
negara. Arial Narrow 10, spasi single, before 0 pt - after 0 pts, left)
*Penulis korespondensi. e-mail: 🡨 (isikan alamat e-mail penulis korespondensi dan berikan tanda * disamping angka institusi
penulis. Arial Narrow 10, spasi single, before 0 pt - after 10 pts, left)

(Diterima: xx xx 20xx; Disetujui: xx xx 20xx) 🡨 (Arial Narrow 10, spasi single, before 0 pt - after 10 pts, left)

Abstrak 🡨 (Arial narrow 10 pt, Italic, Bold, Centered, Spasi Single, Before 24 pt - After 10 pt)

Abstrak harus ringkas. Abstrak adalah ringkasan dari tujuan penelitian, temuan utama penelitian, dan kesimpulan. Abstrak ditulis
dalam satu paragraf dan terdiri dari maksimum 300 kata. Abstrak sering ditampilkan secara terpisah dari manuskrip, sehingga
abstrak harus dapat berdiri sendiri dan tanpa penggunaan referensi. Hindari pemakaian singkatan yang tidak umum. Meskipun
manuskrip ditulis dalam bahasa Indonesia, abstrak harus tertulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. 🡨(dalam bahasa
Indonesia, Arial Narrow 10 pt, italic, justified, spasi single before 0 pt - after 6 pt)
Kata kunci: kata kunci terdiri dari maksimal 5 kata, disusun sesuai urutan abjad, dan dipisahkan oleh titik koma (;) 🡨(dalam bahasa
Indonesia, Arial narrow 10 pt, italic, left, spasi single, before 0 pt - after 18 pt)

Abstract 🡨 (Arial narrow 10 pt, Italic, Bold, Centered, Single line spacing, Before 0 pt - After 10 pt)

A concise abstract is required. Abstract should state the purpose of the research, the major findings, and conclusion briefly. Abstract
is written in one paragraph and consists of maximum 300 words. An abstract is often presented separately from the manuscript, thus
avoid using reference in the abstract. Avoid using abbreviations that are uncommon. Although manuscript is written in Indonesian,
the abstract should be presented in two languages: Indonesian and English. 🡨(in English. Arial narrow 10 pt, italic, justified, single
line spacing, before 0 pt - after 6 pt)
Keywords: keywords consist of maximum five words, arranged in alphabetical order, separated by semicolon (;) 🡨(in English. Arial
narrow 10 pt, italic, left, single line spacing, before 0 pt - after 18 pt)

1. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Wilayah pesisir adalah suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan dimana batasnya dapat didefinisikan baik
dalam konteks struktur administrasi pemerintah maupun secara ekologis. Sebagai negara kepulauan, laut dan wilayah
pesisir memiliki nilai strategis dengan berbagai keunggulan komparatif dan kompetitif yang dimilikinya sehingga
berpotensi menjadi prime mover pengembangan wilayah nasional. Bahkan secara historis menunjukkan bahwa wilayah
pesisir ini telah berfungsi sebagai pusat kegiatan masyarakat karena berbagai keunggulan fisik dan geografis yang
dimilikinya. Agar pemanfaatan sumber daya laut dan pesisir dapat terselenggara secara optimal, diperlukan upaya
penataan ruang sebagai salah satu bentuk intervensi kebijakan dan penanganan khusus dari pemerintah dengan
memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya. Selain itu, implementasi penataan ruang perlu didukung oleh
program-program sektoral baik yang diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan masyarakat,
termasuk dunia usaha.

Pesisir adalah daerah pertemuan antara ruang daratan dan ruang lautan dan sebagai suatu sistem pertemuan, hal
ini tidak dapat dipisahkan oleh pengembangan suatu wilayah yang sangat luas. Pertemuan kedua ruang inilah yang
menjadikan ekosistem di dalamnya perlu untuk dijaga dan dilestarikan. Kepadatan permukiman penduduk di wilayah
Desa-Kota, Vol. x, No. x, 20xx, xx-xx

pesisir dianggap sebagai ciri bahwa wilayah tersebut memiliki banyak potensi. Akan tetapi kepadatan yang berlebih
dapat menimbulkan masalah di wilayah pesisir tersebut. Saat ini muncul gejala buruk di wilayah pesisir, yakni
pemanfaatan dan pengelolaan wilayah pesisir yang membahayakan keberlanjutan sumber daya pesisir seperti
pencemaran, penangkapan ikan dengan peledak, eksploitasi, kerusakan ekosistem pesisir, konflik pemanfaatan ruang
dan sebagainya. Kondisi ini mengancam kelestarian sumber daya pesisir sekaligus mengancam kesejahteraan nelayan
dan masyarakat pesisir yang menggantungkan kehidupannya pada sumber daya pesisir. Salah satu penyebab adanya
kerusakan lingkungan Kawasan pesisir adalah adanya pertumbuhan penduduk yang dimana secara tidak langsung
terjadi perubahan lingkungan akibat penggunaan sumber daya yang besar dimana menimbulkan peningkatan sampah
rumah tangga, pencemaran air, dan pencemaran udara.Pantai dapat mengalami abrasi dan akresi secara silih berganti
menurut waktu, secara alami.

Provinsi Lampung merupakan pintu gerbang Pulau Sumatera dan penghubung dengan Pulau Jawa. Lampung
memiliki kawasan pesisir laut yang luas, tersebar di 7 (tujuh) wilayah kabupaten atau kota. Dari banyaknya kawasan
pesisir di Provinsi Lampung terutama di Kota Bandar Lampung, peneliti memilih lokasi kawasan pesisir di Pantai Selar
Sukaraja yang berada di Kecamatan Bumi Waras adalah salah satu kelurahan di kawasan pesisir yang berbatasan
langsung dengan Teluk Lampung. Luas Kecamatan Bumi Waras yaitu 73 ha dengan jumlah penduduknya 13.331 jiwa.
Penentuan lokasi ini dikarenakan pada wilayah tersebut memiliki permasalahan yang cukup krusial terhadap kawasan
pesisir sendiri yang dimana Pantai Selar tersebut ditetapkan menjadi pantai terkotor kedua di Indonesia. Permasalahan
ini disebabkan oleh banyaknya tumpukan sampah plastik dan pembuangan limbah domestik juga rumah tangga yang
langsung dibuang ke laut sehingga sampah tersebut mengendap menjadi tumpukan sampah yang memenuhi pesisir
pantai dan berdekatan dengan pemukiman penduduk. Hal ini menyebabkan terhadap keadaan masyarakat pesisirnya
sangat memprihatinkan dimana adanya pemukiman penduduk yang kumuh, kondisi drainase yang buruk, dan
rendahnya kualitas sanitasi lingkungan

1.2 RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dalam penyusunan laporan ini adalah:

1. Bagaimana kondisi wilayah pesisir Pantai Sukaraja berdasarkan masing-masing aspek perencanaan?
2. Apa bentuk rekomendasi pengembangan pengelolaan pesisir guna menjaga keberlanjutan ekosistem pesisir
dan pengembangan potensi yang dimiliki berdasarkan aspek perencanaan?

1.3 TUJUAN DAN SASARAN

Tujuan penulis dalam pembuatan laporan tentang ‘Pengelolaan Potensi Kawasan Pesisir Pantai Sukaraja Dalam
Mengendalikan Ekosistem Pesisir Laut’ adalah untuk mengidentifikasi pengelolaan potensi dalam upaya mengendalikan
ekosistem pesisir berdasarkan aspek Perencanaan di kawasan pesisir Pantai Sukaraja. Berdasarkan tujuan yang
didapat, maka terdapat sasaran sebagai tahapan tahapan untuk mencapai tujuan, yaitu:

1. Teridentifikasinya kondisi wilayah pesisir Pantai Sukaraja berdasarkan masing-masing aspek perencanaan.
2. Memberikan rekomendasi pengembangan pengelolaan pesisir guna menjaga keberlanjutan ekosistem
pesisir dan pengembangan potensi yang dimiliki berdasarkan aspek perencanaan.

2. KAJIAN TEORI
2.1 DEFINISI KAWASAN/WILAYAH PESISIR

Berdasarkan dengan UU No.27 tahun 2007, wilayah pesisir telah didefinisikan sebagai wilayah peralihan antara
ekosistem daratan dan laut yang ditentukan oleh 12 mil batas wilayah ke arah perairan dan batas kabupaten/kota ke
arah pedalaman. Menurut Kesepakatan umum di dunia bahwa wilayah pesisir adalah suatu wilayah peralihan antara
daratan dan lautan. Ada beberapa definisi mengenai wilayah pesisir dari berbagai sumber, antara lain:

1. Menurut Dahuri (2001) memberikan penjelasan mengenai wilayah pesisir sebagai berikut : “Sampai sekarang
belum ada definisi wilayah pesisir yang baku. Namun demikian, kesepakatan umum di dunia bahwa wilayah
pesisir adalah suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan. Apabila ditinjau dari garis pantai (coastal),
maka suatu wilayah pesisir memiliki dua macam batas (boundaries), yaitu batas yang sejajar garis pantai
(longshore) dan batas yang tegak lurus terhadap garis pantai (cross-shore) (Dahuri, 2001 : 6).

2
Desa-Kota, Vol. x, No. x, 20xx, xx-xx

2. Menurut Poernomosidhi (2007) memberikan pengertian mengenai wilayah pesisir sebagai berikut : Wilayah
pesisir merupakan interface antara kawasan laut dan darat yang saling mempengaruhi dan dipengaruhi satu
sama lainnya, baik secara biogeofisika maupun sosial ekonomi. Wilayah pesisir mempunyai karakteristik yang
khusus sebagai akibat interaksi antara proses-proses yang terjadi di daratan dan di lautan. Ke arah darat,
wilayah pesisir meliputi bagian daratan.

Kawasan pesisir memiliki peran penting dalam ekologi, ekonomi, dan sosial. Secara ekologis, kawasan pesisir sering
kali menjadi tempat hidupnya berbagai spesies hewan dan tumbuhan, termasuk sebagai tempat berkembang biak yang
penting. Secara ekonomis, kawasan pesisir sering kali menjadi lokasi utama untuk kegiatan seperti perikanan,
pariwisata, dan perdagangan. Secara sosial, banyak komunitas manusia yang tinggal di atau dekat dengan kawasan
pesisir dan bergantung pada sumber daya yang diberikan oleh lingkungan pesisir.

2.2 PENGELOLAAN POTENSI KAWASAN PESISIR

Peranan sumberdaya pesisir diperkirakan akan semakin meningkat di masa-masa mendatang dalam menunjang
pembangunan ekonomi nasional, regional, maupun lokal. Ada dua alasan pokok yang mendukung kecenderungan
diatas. Pertama pertumbuhan penduduk semakin meningkat yang akan mendorong permintaan terhadap sumberdaya
pesisir, dan kedua Indonesia secara komparatif memiliki sumberdaya pesisir dan laut yang beragam dalam jumlah
besar. Sumberdaya di wilayah pesisir dan lautan terdiri dari sumber daya alam yang dapat pulih, dan sumberdaya alam
yang tidak dapat pulih serta berbagai macam energi kelautan dan jasa-jasa lingkungan. Keseluruhan ekosistem dan
sumberdaya ini berpotensi sebagai aset ekonomi, ekologi, pendidikan dan penelitian, pertahanan dan keamanan bagi
suatu negara.

Potensi ekonomi sumberdaya pesisir dapat didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi yang dilakukan di wilayah pesisir
dan atau kegiatan ekonomi yang menggunakan sumberdaya pesisir. Bidang kelautan ini meliputi sektor-sektor produktif
yang terdiri dari sektor: (1) kegiatan perikanan; (2) kegiatan pariwisata bahari; (3) kegiatan pertambangan dan energi; (4)
kegiatan perhubungan laut; (5) kegiatan industri maritim; dan (6) kegiatan kegiatan bangunan kelautan. Pengelolaan
potensi kawasan pesisir mencakup serangkaian strategi dan tindakan yang bertujuan untuk menjaga keberlanjutan
sumber daya alam, meminimalkan dampak negatif, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang tinggal di wilayah
tersebut.

2.3 EKOSISTEM PESISIR LAUT

Ekosistem pesisir dapat dibagi berdasarkan sifatnya yakni bersifat alami yang terdapat di wilayah pesisir antara lain
terumbu karang, hutan mangrove, padang lamun, pantai berpasir, pantai berbatu, estuaria, laguna, delta. Ekosistem
tersebut ada yang terus- menerus digenangi air dan ada pula yang hanya sesaat (Sari, 2010). Ekosistem pesisir yang
bersifat buatan adalah tambak, kawasan pariwisata, industri dan pemukiman. Secara morfologi bentuk pantai di
Indonesia terdiri dari pantai terjal berbatu, pantai landai dan datar, pantai dengan bukit pasir, pantai beralur, pantai lurus
di dataran, dan pantai yang terbentuk karena adanya erosi.

Ekosistem pesisir laut memiliki peran penting dalam mendukung kehidupan laut dan menyediakan sumber daya
alam bagi manusia. Namun, mereka juga rentan terhadap berbagai ancaman, termasuk perubahan iklim, polusi,
perubahan penggunaan lahan, dan aktivitas manusia lainnya. Oleh karena itu, perlindungan dan pengelolaan
berkelanjutan dari ekosistem pesisir laut sangat penting untuk memastikan keberlanjutan sumber daya alam dan
kesejahteraan masyarakat yang bergantung pada ekosistem ini.

2.4 ASPEK PERENCANAAN

Salah satu aspek perencanaan dalam menganalisis pengelolaan ekosistem pesisir adalah Fisik dan Lingkungan.
Fisik dan lingkungan tidak lepas dari aktivitas kehidupan manusia dimana lingkungan sangat berpengaruh dalam setiap
proses kehidupan. Secara umum, fisik dan lingkungan merupakan keadaan fisik yang mencakup letak geografis dan
batas administrasi serta sumber daya alam, degradasi ekosistem yang merupakan proses penurunan kualitas dan
keberlanjutan suatu ekosistem akibat berbagai tekanan, baik yang disebabkan oleh aktivitas manusia maupun faktor
alam sehingga melibatkan kerusakan struktural, fungsi, dan keanekaragaman hayati suatu lingkungan alam, kemudian
topografi yang merupakan gambaran permukaan bumi dalam garis ketinggian yang berkaitan dengan kemiringan lahan
dan kemiringan lereng, dan guna lahan baik berupa campur tangan manusia baik secara permanen atau periodik

3
Desa-Kota, Vol. x, No. x, 20xx, xx-xx

terhadap lahan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan, serta resiko bencana yang merujuk pada potensi terjadinya
kerugian atau kerusakan akibat suatu peristiwa bencana di suatu wilayah atau lokasi tertentu.

Sosial dan budaya merujuk pada aspek kehidupan manusia yang berkaitan dengan cara hidup, nilai-nilai, norma,
dan kebiasaan yang ada dalam suatu masyarakat. Dalam konteks ekosistem pesisir, aspek sosial dan budaya berupa
Kependudukan merupakan ilmu yang mempelajari dinamika kependudukan manusia yang didalamnya meliputi ukuran,
struktur, dan distribusi penduduk, serta jumlah penduduk, kemudian pendidikan untuk mengetahui kualitas sumber daya
manusia disuatu wilayah, lalu kesehatan baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial, lalu perumahan dan
lingkungan, serta daya dukung sosial adalah kemampuan suatu masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
secara berkelanjutan dengan memperhatikan aspek sosial dan budaya.

Selain aspek fisik lingkungan dan sosial budaya, terdapat pula aspek dalam kondisi sosial ekonomi yaitu suatu
posisi, kedudukan, jabatan, kepemilikan yang dimiliki seorang individu ataupun kelompok yang berkaitan dengan tingkat
pendidikan, tingkat pendapatan, kepemilikan aset rumah tangga, dan pemenuhan kebutuhan keluarga dan pekerjaan
yang dimiliki yang akan sangat mempengaruhi status sosial seseorang, kelompok maupun keluarga di lingkungan
masyarakatnya. Selain itu, dalam aspek sosial ekonomi berupa mata pencaharian, pendapatan dan alur distribusi
pendapatan masyarakat.

Aspek selanjutnya yaitu aspek kelembagaan, yang dimana pada aspek kebijakan dan pembiayaan membahas
mengenai sistem kebijakan dan pembiayaan yang merujuk kepada kawasan pesisir pada isu ini. Seperti peraturan yang
merujuk pada pengelolaan kawasan pesisir serta pembiayaannya maupun peran-peran atau program dari stakeholders
terkait kebijakan yang berada pada kawasan pesisir.

3. METODE PENELITIAN
3.1 METODE PENGUMPULAN DATA

Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian.
Sebelum melakukan penelitian, seorang peneliti biasanya telah memiliki dugaan berdasarkan teori yang ia gunakan,
dugaan tersebut disebut dengan hipotesis. Untuk membuktikan hipotesis secara empiris, seorang peneliti membutuhkan
pengumpulan data untuk diteliti secara lebih mendalam. Proses pengumpulan data ditentukan oleh variabel-variabel
yang ada dalam hipotesis. Pengumpulan data dilakukan terhadap sampel yang telah ditentukan sebelumnya. Data
adalah sesuatu yang belum memiliki arti bagi penerimanya dan masih membutuhkan adanya suatu pengolahan. Data
bisa memiliki berbagai wujud, mulai dari gambar, suara, huruf, angka, bahasa, simbol, bahkan keadaan. Semua hal
tersebut dapat disebut sebagai data asalkan dapat kita gunakan sebagai bahan untuk melihat lingkungan, obyek,
kejadian, ataupun suatu konsep.

3.2 METODE ANALISIS DATA

Metode pengumpulan data dalam aspek perencanaan yang digunakan adalah metode data primer dan data
sekunder. Metode data primer seperti observasi dan wawancara. Pada aspek fisik lingkungan, pengumpulan data
melalui observasi, mengobservasi secara fakta lapangan berupa kondisi persampahan yang ada di bibir pantai dan
persampahan di kawasan perumahan. Kemudian pada metode data sekunder yang digunakan bersumber dari data
online seperti website, jurnal, dan instansi. Data yang bersumber dari website dan jurnal berupa data penggunaan lahan,
permasalahan kawasan pesisir sukaraja, data iklim, peta rawan bencana alam, peta topografi, serta potensi yang dimiliki
kawasan pesisir sukaraja. Dalam aspek fisik lingkungan ini menggunakan metode analisis spasial dan metode analisis
deskriptif. Kemudian, pada aspek sosial kependudukan, metode analisis yang digunakan adalah deskriptif kualitatif,
deskriptif kuantitatif, dan analisis daya dukung sosial dan budaya. Pada daya dukung tekanan penduduk menggunakan
perhitungan dimana jumlah penduduk dibagi dengan luas lahan yang memiliki potensi air tawar atau lahan subur, lalu
pada kepadatan penduduk diklasifikasikan dengan kepadatan penduduk padat dengan populasi 1.001 – 10.000
jiwa/km2, lalu kepadatan sedang dengan populasi 101 – 1.000 jiwa/km2, dan kepadatan penduduk rendah dengan
populasi 11 – 100 jiwa/km2.

Selanjutnya pada aspek sosial ekonomi menggunakan snalisis kualitatif yang sifatnya deskripsi, cenderung
menggunakan analisis dan lebih menampakkan proses maknanya dan pengolahan data secara mendalam dengan data
dari hasil pengamatan, wawancara, dan literatur. Metode ini digunakan untuk melakukan analisis terkait beberapa
kebutuhan data terkait struktur masyarakat pesisir serta kondisi sosial dan ekonomi kawasan pesisir. Kemudian pada

4
Desa-Kota, Vol. x, No. x, 20xx, xx-xx

aspek kebijakan dan kelembagaan menggunakan metode pengumpulan data primer dan sekunder dan melakukan
wawancara dalam pemenuhan data primer yang menggunakan teknik sampling.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil dan Pembahasan harus jelas dan padat. Hasil dan Pembahasan memuat elaborasi terhadap temuan penelitian
secara keilmuan, dan bukan hanya menampilkan data secara detil. Pada bagian ini diharapakan penulis dapat fokus
pada perbedaan temuan pada penelitian yang dilakukan penulis dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang telah
dipublikasi, dengan fokus pada penelitian yang menjadi acuan pada bagian Kajian Teori. Oleh karena itu, hindari sitasi
secara ekstensif pada bagian hasil dan pembahasan.

Bagian Pembahasan atau diskusi adalah bagian terpenting dari manuskrip penulis. Melalui elaorasi data dan diskusi,
penulis harus dapat menjadikan manuskrip menarik bagi pembaca yang menjadi kelompok target. Jadikan bagian
Pembahasan berkaitan erat dengan bagian Hasil tetapi jangan melakuan repetisi Hasil pada bagian Pembahasan.

Komponen berikut harus menjadi bagian dalam hasil/diskusi: (a) bagaimana hasil penelitian penulis terkait dengan
tujuan dan pertanyaan penelitian yang dinyatakan pada bagian Pendahuluan. Apa temuan penelitian? ( what/how); (b)
Apakah penulis sudah melakukan interpretasi secara keilmuan pada setiap hasil penelitian yang dipresentasikan di
dalam manuskrip? Interpretasi ini harus didukkung oleh analisis yang valid ( why); (c) Apakah hasil penulis konsisten
dengan penelitian-penelitian sebelumnya? Atau adakah perbedaan? (what else)

Tabel dalam manuskrip harus dibuat dalam bentuk teks yang bisa diedit dan bukan sebagai image. Tempatkan tabel
berdekatan dengan teks terkait. Pemberian nomor tabel dilakukan sesuai dengan urutan tampilannya di dalam
manuskrip. Jika ada catatan untuk tabel terkait, tempatkan di bagian bawah tabel. Harap tidak menampilkan terlalu
banyak tabel di dalam manuskrip. Hindari duplikasi data yang telah dimuat di dalam tabel dengan deskripsi di bagian lain
di dalam manuskrip.

Tabel ditulis dengan font Arial Narrow 10 pt, dan diletakkan berjarak spasi tunggal di bawah judul tabel. Judul tabel
ditulis dengan huruf berukuran 10 pt bold. Judul tabel maupun badan tabel ditempatkan di tengah dengan format center
alignment. Outline tabel menggunakan garis horizontal setebal 1 pt pada bagian atas-bawah header tabel dan bagian
paling bawah tabel. Tabel diperkenankan menambahkan garis horizontal didalam tabel selain aturan diatas, hanya jika
sangat diperlukan untuk menghindari kesalahan pemahaman informasi dalam tabel. Tabel diupayakan tidak terpotong
atau terpisah ke dalam halaman yang berbeda. Nama tabel dan gambar harus disebutkan dalam badan paragraf
(contoh: “.....yang dapat dilihat pada Gambar 1 atau Tabel 1”).

Gambar dan tabel yang terletak berurutan diberi jarak antara 10 pt. Gambar yang sudah pernah dipublikasikan oleh
penulis lain dapat dipergunakan dengan mendapatkan izin tertulis dari penulis asli dan penerbitnya. Sertakan gambar
dengan resolusi yang jelas jika dicetak.
Tabel 1. Judul Tabel 🡨 (Arial narrow 10 pt, bold, centered, spasi single, before 0 pt - after 0 pt)
Kolom 1 Kolom 2 Kolom 3 Kolom 4
XXX
YYY
ZZZ
Sumber: 🡨 (Arial narrow 10 pt, spasi single before 0pt-after 10pt, justified, jarak indent sesuai lebar tabel)

5
Desa-Kota, Vol. x, No. x, 20xx, xx-xx

90
80
70
60
East
50
40 West
30 North
20
10
0
1st Qtr 2nd Qtr 3rd Qtr 4th Qtr

Sumber: 🡨 Arial Narrow 10 pt, spasi single, before 0pt - after


10pt, justified, jarak indent sesuai lebar gambar

Gambar 1. Xxx 🡨 Arial Narrow 10 pt, bold, centered, spasi single, before 0 pt - after 10 pt

Gambar yang yang merupakan hasil scan harus beresolusi jelas an disertakan terpisah dalam format {nama
file}.jpeg atau {nama file}.tiff. Gambar dari aplikasi seperti Corel Draw dan Adobe Illustrator dapat memberikan hasil
yang lebih baik. Gambar dalam format foto harus disertakan dalam file terpisah.

Jika menggunakan persamaan matematis, harap diletakkan justified, diberi nomor secara berurutan yang diletakkan
di ujung kanan dalam tanda kurung. Apabila persamaan melebihi satu baris, maka penulisan nomor diletakkan pada
baris terakhir. Penggunaan huruf sebagai simbol matematis dalam naskah ditulis dengan huruf miring atau italic)
(contoh: Σ, β, dan seterusnya). Penunjukkan persamaan dalam naskah dalam bentuk singkatan seperti Pers. (1) atau
Pers. (1-5).

4. KESIMPULAN
Kesimpulan harus memuat jawaban dari tujuan atau permasalahan penelitian. Jelaskan bagaimana penlitian anda
memberikan keunikan atau perbedaan dari penelitian sebelumnya. Tanpa kesimpulan yang jelas akan sulit bagi
reviewer untuk menilai hasil penelitian yang ditampilkan dalam manuskrip ini, khususnya terkait masukan penelitian
penulis terhadap penelitian-penelitian yang telah dilakukuan sebelumnya. Berikan justifikasi keilmuan yang jelas pada
manuskrip dan tunjukkan potensi pengembangan yang dapat dilakukan oleh penelitian-penelitian selanjutnya.

UCAPAN TERIMA KASIH 🡨 (ARIAL NARROW 11 PT, LEFT, SPASI SINGLE, BEFORE 0 PT - AFTER 10 PT, TANPA
NOMOR)

Penulis dapat menuliskan Ucapan Terima Kasih (jika ada) kepada pihak-pihak yang membantu proses penelitian,
termasuk sumber pendanaan penelitian. Penulis tidak diperkenankan mengucapkan terima kasih pada pihak yang
namanya tercantum sebagai penulis manuskrip ini.

DAFTAR PUSTAKA🡨 (ARIAL NARROW 12 PT, BOLD, CENTERED, SPASI SINGLE, BEFORE 0 PT -
AFTER 10 PT, TANPA NOMOR)
Semua rujukan-rujukan yang diacu di dalam teks manuskrip harus tertulis di bagian Daftar Pustaka. Minimal jumlah Daftar Pustaka
adalah 20 dokumen akademis dengan minimal 50 persen dari referensi tersebut adalah referensi yang update (maksimal 5 tahun ke
belakang). Format penulisan daftar pustaka yang digunakan di jurnal ini adalah sesuai dengan format APA 6 th Ed. dan ditulis dalam
huruf Arial Narrow 10 pt, spasi single, before 0 pt - after 0 pt, justified, hanging menjorok masuk 0,85 cm). Pustaka diurutkan sesuai
urutan abjad nama belakang penulis, tanpa membedakan jenis referensi yang digunakan. Disarankan untuk menggunakan aplikasi
seperti Mendeley dalam penyusunan referensi dan sitasi. Berikut adalah contoh penulisan pustaka berdasarkan jenis referensi yang
digunakan :

Buku:
Drakakis-Smith, D. (1981). Urbanization, Housing, and the Development Process. London: Croom Helm.

6
Desa-Kota, Vol. x, No. x, 20xx, xx-xx

Book Chapter:
Dharmapatni, I.A.I. & Firman, T. (1995), ‘Problems and challenges of mega urban regions in Indonesia: the case of Jabotabek and
the Bandung Metropolitan Area’, in T.G McGee and I.M Robinson (Ed.) The Mega-Urban Regions of Southeast Asia (pp. 296-
314). Vancouver: UBC Press.

Jurnal:
Cohen, B. (2006). Urbanization in Developing Countries: Current trends, future projections, and key challenges for sustainability,
Technology in Society, 28, 63-80.
Antlöv, H. (2003). Village Government and Rural Development in Indonesia: The new democratic framework, Bulletin of Indonesian
Economic Studies, 39(2), 193-214.

Jurnal yang diakses daring dengan nomor DOI atau URL:


Afroz, R., Masud, M. M., Akhtar, R., & Duasa, J. B. (2013). Public Environmental Awareness and Performance in Kuala Lumpur City,
Malaysia: A Case Study on Household Electrical and Electronic Equipment. Environment and Urbanization Asia, 3(2), 385–
396. https://doi.org/10.1177/0975425312461100
Beunen, R., & van Assche, K. (2013). Contested delineations: Planning, law, and the governance of protected areas. Environment
and Planning A, 45(6), 1285–1301. https://doi.org/10.1068/a45284

Tesis/Disertasi yang tidak dipublikasi:


Salim, W. (2009). Policy Making and Implementation in a Decentralizing Indonesia: Poverty Reduction Strategy from Above and
Below. Unpublished PhD Thesis, Urban and Regional Planning Department , University of Hawaai at Manoa, USA.

Majalah jika ada nama penulis:


Rigby, R. (2005, November). Crossover Consultants. Management Today, 30-35.

Majalah tanpa nama penulis:


Business Manners, Working From Home. (2005, November). Management Today, 12.

Ensiklopedia atau buku referensi lainnya:


Developmental Genetics. (2005). In Cambridge Encyclopedia of Child Development. Diakses dari:
http://www.credoreference.com.library.muhlenberg.edu:80/entry/cupchilddev/developmental_genetic
Sadie, S. (Ed.). (1980). The new Grove Dictionary of Music and Musicians (6th ed., Vols. 1-20). London: Macmillan.

Surat kabar:
Saigol, L. (2005, Desember 12). Gift shoppers set to spend £150m daily online. Financial Times, 4.
Times, 12/12/2005, p.4.

Surat kabar yang diakses secara daring:


Purnama, S. (2023, Januari 26). Deformasi batuan picu gempa magnitudo 5,7 di Melonguane. Antaranews. Diakses dari:
https://www.antaranews.com/berita/3365886/deformasi-batuan-picu-gempa-magnitudo-57-di-melonguane#mobile-src

Dokumen pemerintah yang tersedia secara daring:


Badan Pusat Statistik (2018, Februari 10). Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi Februari 2017 . Diakses dari:
https://www.bps.go.id/index.php/Publikasi

Dokumen pemerintah:
Badan Pusat Statistik Kabupaten Cirebon. (2009, Februari 8). Kabupaten Cirebon Dalam Angka 2009.

Website tanpa nama penulis, tanpa tanggal publikasi:


Census data revisited. (n.d.). Diakses Maret 9, 2016, dari Harvard, Psychology of Population website,
http://harvard.edu/data/index.php
(tanggal terakhir kali mengkases hanya perlu dicantumkan jika materi dari sumber tersebut selalu berubah dari waktu ke waktu).

Anda mungkin juga menyukai